• Tidak ada hasil yang ditemukan

calk 1 tahun 2011 audited 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "calk 1 tahun 2011 audited 2"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan

Laporan Keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumberdaya. Laporan Keuangan terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektifitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.

Tujuan Laporan Keuangan Pemerintah disusun untuk menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan:

1)

menyajikan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran;

2)

menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber daya ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan perundang-undangan;

3)

menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai;

4)

menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan masyarakat;

5)

menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas

pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman;

6)

menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan Pemerintah Daerah, mengenai kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.

Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan pemerintah daerah menyediakan informasi mengenai pendapatan, belanja, pembiayaan, aset, kewajiban, ekuitas dana, dan arus kas pemerintah daerah.

1.2. Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan

(2)

penyusunan Laporan Keuangan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta:

1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ; 4) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Daerah ;

5) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

6) Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;

7) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

8) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

9) Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2007 Nomor 4) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2008 Nomor 11);

10)Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 14 Tahun 2010 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2011 (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010 Nomor 14);

11)Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 9 Tahun 2011 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011 (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011 Nomor 9);

12)Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 61 Tahun 2010 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2011 (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010 Nomor 61);

13)Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 41 Tahun 2011 tentang Penjabaran Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2011 (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011 Nomor 42);

(3)

15)Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 39 Tahun 2007 dan Perubahannya Nomor 44 Tahun 2009 tentang Kebijakan Akuntansi; 16)Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 22.1 Tahun

2010 tentang Verifikasi, Klasifikasi dan Penilaian Barang Milik Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010 Nomor 22.1);

17)Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 22.2 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Barang Persediaan (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010 Nomor 22.2);

18)Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 37 Tahun 2011 tentang Pedoman Kapitalisasi Barang Milik Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011 Nomor 37).

1.3. Sistematika Penulisan Catatan atas Laporan Keuangan

Sistematika Penulisan Catatan atas Laporan Keuangan adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

1.1.Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan 1.2.Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan 1.3.Sistematika Penulisan Catatan atas Laporan Keuangan

Bab II Ekonomi Makro, Kebijakan Keuangan dan Pencapaian Target Kinerja APBD

2.1.Ekonomi Makro 2.2.Kebijakan Keuangan

2.3.Indikator Pencapaian Target Kinerja APBD Bab III Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan

3.1.Ikhtisar Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan Bab IV Kebijakan Akuntansi

4.1.Entitas Pelaporan Keuangan Daerah

4.2.Basis Akuntansi yang mendasari Penyusunan Laporan Keuangan

4.3.Basis Pengukuran yang mendasari Penyusunan Laporan Keuangan

Bab V Penjelasan Pos-Pos Laporan Keuangan

5.1.Rincian dan Penjelasan masing-masing Pos-Pos Pelaporan Keuangan

5.1.1. Pendapatan 5.1.2. Belanja 5.1.3. Pembiayaan 5.1.4. Aset

5.1.5. Kewajiban 5.1.6. Ekuitas Dana

5.1.7. Komponen-Komponen Arus Kas

(4)
(5)

BAB II

EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD

2.1.Ekonomi Makro

Perekonomian adalah salah satu unsur penting dalam kesejahteraan penduduk. Perekonomian yang baik dan mengalami pertumbuhan memberikan sumbangan penting bagi pertumbuhan ekonomi dan akan berdampak positif pada peningkatan penghasilan. Artinya bila ekonomi semakin berkembang maka terbuka peluang bagi masyarakat untuk memperoleh penghasilan melalui peran sertanya dalam aktivitas ekonomi.

Namun demikian perekonomian regional memiliki kaitan erat dengan perkembangan ekonomi nasional bahkan situasi perkembangan ekonomi dunia. Perubahan atau gangguan yang cukup drastis yang terjadi di negara tertentu dapat berpengaruh bahkan pada ekonomi regional. Dalam perspektif ini, maka pendapatan masyarakat di tingkat regional dapat dipengaruhi ekonomi nasional atau negara lainnya.

Perkembangan kondisi umum ekonomi di Provinsi DIY yang merupakan gambaran kinerja makro dari penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan menunjukkan perkembangan yang positif, meskipun pada kenyataannya perkembangan kondisi nasional tetap memberikan warna dalam menyertai dinamika perkembangan kondisi ekonomi pada daerah - daerah di seluruh Indonesia, termasuk DIY.

Selama tahun 2005-2008 perkembangan pertumbuhan ekonomi di Provinsi DIY cenderung fluktuatif. Pada tahun 2005 dan 2008 tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi DIY masing-masing adalah 4,47% dan 5,01%. Tingkat pertumbuhan ekonomi terendah terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 3,71%. Pertumbuhan ekonomi Provinsi DIY tahun 2009 sebesar 4,39%. Kondisi perekonomian Provinsi DIY tahun 2011 masih mengindikasikan arah yang relatif baik. Meskipun, secara umum perekonomian daerah maupun nasional belum terlepas dari pengaruh krisis keuangan global.

Sesuai dengan tema pembangunan Tahun 2011 yaitu “Peningkatan Ketahanan Ekonomi Lokal dan Sinergi Provinsi dengan Kabupaten/Kota untuk Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat”, maka kebijakan ekonomi makro Provinsi DIY diarahkan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat melalui perkuatan ekonomi daerah, penanganan kemiskinan dan pengangguran serta sinergitas antara provinsi dengan kabupaten/kota. Kebijakan ini ditempuh dengan prioritas pembangunan sebagai berikut: 1. Peningkatan Mutu Pelayanan Dasar melalui peningkatan kualitas

layanan pendidikan, kesehatan, peningkatan partisipasi dan apresiasi budaya, kreatifitas, inovasi teknologi, serta penanggulangan kemiskinan dan penanganan daerah tertinggal.

2. Peningkatan Produktivitas dan Stabilitas Ekonomi melalui peningkatan ketahanan pangan serta peningkatan iklim investasi dan usaha.

(6)

4. Peningkatan Sarana Prasarana Pelayanan Publik melalui pemantapan infrastruktur, pemenuhan energi, pelestarian lingkungan hidup dan penanggulangan bencana.

Melalui kebijakan yang diarahkan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat melalui perkuatan ekonomi daerah, penanganan kemiskinan dan pengangguran serta sinergitas antara provinsi dengan kabupaten/kota, maka asumsi yang digunakan dalam Tahun 2011 adalah:

1. Pertumbuhan ekonomi berkisar antara 4,5 -5,3%. 2. Tingkat inflasi berkisar pada angka 4,2 – 5,4%. 3. Tingkat pengangguran terbuka berkisar 5,5 – 6,3%. 4. Jumlah penduduk miskin berkisar 548.525 -585.800 jiwa.

5. Investasi (PMA dan PMDN) mempunyai kecenderungan meningkat sebesar 5,87 – 13,12% atau menjadi Rp4,8 – 5,7 trilyun.

Dalam rangka mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan dengan prinsip persaingan sehat dan memperhatikan pertumbuhan ekonomi, nilai-nilai keadilan, kepentingan sosial, kualitas hidup, pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan sehingga terjamin kesempatan yang sama dalam berusaha dan bekerja, perlindungan hak-hak konsumen, serta perlakuan yang adil bagi seluruh masyarakat, maka arah pengembangan perekonomian daerah adalah:

1. Memperkuat koordinasi perencanaan program pembangunan lintas dinas dan lintas kabupaten/kota, sehingga dapat fokus pada orientasi program yang dapatmempertahankan pertumbuhan ekonomi serta perbaikan tingkat kesenjanganantar kabupaten/kota se-DIY.

2. Mempertajam fokus program pembangunan yang bersumber dari danaAPBD/APBN pada daerah yang potensial selain di Kota Yogyakarta dan KabupatenSleman. Perbaikan indeks ketimpangan (disparitas antar daerah) dapatdisinergikan dengan penguatan pada sektor prima dan sektor potensial.

3. Mendorong produktivitas sektor prima serta sektor potensial, khususnya industri manufaktur dan industri kreatif.

4. Mengintensifkan koordinasi dinas/badan/lembaga eksekutif dengan kelembagaanswasta (asosiasi bisnis), termasuk perbankan guna membangun kesepahaman tentang kondisi dan kebutuhan masing-masing sektor (sektor riil, sektor keuangan/perbankan, dan regulator/Pemerintah Daerah).

5. Mendorong bank milik daerah (BPD) dan bank umum lain, khususnya BUMD, serta lembaga keuangan lokal untuk melonggarkan pembiayaan pada sektorunggulan.

(7)

2.1.1.Potensi Unggulan Daerah

Secara spesifik, arah kebijakan ekonomi makro daerah difokuskan pada bidang/sektor-sektor sebagai berikut:

1. Pertanian

a. Penguatan sektor pertanian melalui pendampingan teknis pertanian (dalam arti luas, termasuk perkebunan, peternakan dan perikanan) dan peningkatan kapasitas non teknis sehingga meningkatkan nilai tukar pertanian yang secara langsung mengindikasikan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

b. Intensifikasi lahan pertanian dan pemanfaatan lahan kosong (yang masih produktif).

c. Diversifikasi produk-produk pangan, peningkatan produktivitas produk-produk pertanian dan pemanfaatan teknologi tepat guna terutama pada pasca panen.

d. Penguatan kelembagaan sektor pertanian termasuk peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM) di bidang pertanian.

e. Peningkatan pembangunan perkebunan yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan industri dan ekspor.

f. Peningkatan pembangunan peternakan yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani.

g.

Mengembangkan agribisnis/sektor pertanian yang terintegrasi (

integrated farming

).

2. Perikanan dan Kelautan

a. Pembangunan perikanan dan kelautan yang terintegrasi meliputi benih ikan, ikan konsumsi, ikan hias, penanganan pasca panen dan diversifikasi produkproduk perikanan dan kelautan.

b. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM) di bidang perikanan dan kelautan.

c. Memperluas jaringan pemasaran produk-produk perikanan dan kelautaterutama untuk tujuan ekspor.

3. Industri (Dunia Usaha)

a. Pengembangan secara intensif industri kreatif di Provinsi DIY yang mampu menjadi leading sektor ekonomi daerah.

b. Kebijakan insentif dan dis-insentif pada industri dan sektor lain yang mampu meningkatkan kapasitas produk lokal serta penyerapan tenaga kerja.

c. Meningkatkan pembangunan industri di kawasan-kawasan sentra/klaster dengan mengoptimalkan pemanfaatan bahan baku lokal.

d. Pengembangan dan pendampingan industri supaya lebih

bankable

dan ramah lingkungan.

(8)

f. Gerakan budaya hidup cukup (sederhana) dan menggunakan produk lokal sebagai upaya meredam inflasi dan meningkatkan nilai tambah pada pelaku ekonomi lokal. Program ini akan efektif jika dengan pendekatan ketauladanan (pemimpin dan birokrasi menjadi pelopor gerakan ini).

4. Perdagangan

a. Mewujudkan sistem perdagangan yang efisien dan efektif dengan mengoptimalkan ketersediaan barang dan jasa serta kelancaran arus distribusi.

b. Memelihara dan meningkatkan pangsa pasar produk-produk lokal terutama yang berorientasi ekspor.

c. Meningkatkan profesionalisme pelaku dan daya saing industri lokal. d. Memberikan peluang usaha yang cukup besar pada pelaku usaha

informal dan tradisional.

5. Hotel dan Restoran

a. Pencitraan positif bahwa Yogyakarta adalah tempat tujuan yang memberikan kenyamanan, kemanan dan mempunyai karakteristik unik.

b. Promosi produk-produk lokal dan keanekaragaman produk-produk nasional (terutama kuliner) sebagai keunggulan Industri Hotel dan Restoran di DIY.

c. Pencitraan Industri Hotel dan Restoran yang ramah lingkungan.

6. Pariwisata

a. Promosi pariwisata yang diimbangi dengan pengembangan produk wisata untuk wisatawan domestik, seperti pembangunan arena hiburan alternatif. Untuk wisatawan asing didorong pada pencitraan produk wisata minat khusus dan budaya.

b. Pengembangan pariwisata yang terintegrasi terutama mengoptimalkan potensi sumberdaya alam dan lingkungan.

c. Meningkatkan kualitas dan profesionalitas sumberdaya manusia (SDM) di bidang kepariwisataan.

7. Investasi

a. Mendorong kreativitas birokrasi untuk mendapatkan berbagai pembiayaan pembangunan ekonomi dan infrastruktur yang bersumber dari dana pusat maupun grant internasional.

b. Menjalin kerjasama yang mengikat dan saling menguntungkan dengan lembaga keuangan domestik.

c. Mengalokasikan anggaran pemerintah daerah dalam jumlah yang signifikan terutama untuk infrastruktur.

8. Ketenagakerjaan

(9)

b. Mengoptimalkan peran Balai Latihan Kerja (BLK) untuk meningkatkan kualitas dan keterampilan sumberdaya tenaga kerja.

c. Mengembangkan sistem ketenagakerjaan yang terintegrasi mulai dari informasi lowongan kerja, penyaluran sampai advokasi/pendampingan termasuk jaminan sosial tenaga kerja.

9. Pendidikan

a. Memfasilitasi jasa pendidikan, khususnya pendidikan tinggi untuk melaksanakan berbagai kegiatan-kegiatan ilmiah bertaraf internasional.

b. Menjaga dan meningkatkan citra DIY sebagai salah satu Kota Pendidikan terkemuka baik di tingkat nasional maupun internasional. c. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam bidang pendidikan

terutama dalam mewujudkan wajib belajar 12 tahun.

2.1.2.Pertumbuhan Ekonomi

Kondisi ekonomi suatu daerah dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan suatu daerah. Adanya pertumbuhan ekonomi menunjukkan adanya peningkatan produksi di suatu daerah pada periode waktu tertentu. Adanya peningkatan produksi diharapkan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga juga terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Dalam perekonomian terbuka, pertumbuhan ekonomi tidak hanya dipengaruhi oleh aktivitas perekonomian di wilayah tersebut namun juga dipengaruhi oleh perekonomian global. Demikian halnya dengan perekonomian di Provinsi DIY, tidak hanya dipengaruhi oleh aktivitas ekonomi penduduk DIY namun juga dipengaruhi oleh faktor-faktor luar seperti kondisi ekonomi nasional dan bahkan ekonomi global.

Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi dengan melihat indikator Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan sektor/lapangan usaha Tahun 2006-2011 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1

Nilai PDRB Provinsi DIY Berdasarkan Lapangan Usaha (Harga Konstan 2000)

Tahun 2006-2011 (Rp juta)

No Sektor/Subsektor 2006 2007 2008 2009 2010 2011

1 Pertanian 3.306.92

126.137 138.358 138.328 138.748 139.967 156.710

3 Industri Pengolahan 2.481.16 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 152.862 165.772 174.933 185.599 193.027 201.240

(10)

Restoran 2 5 2 6 1 0 sektor tersier pada PDRB DIY Tahun 2011 tetap mengalami pertumbuhan yang tinggi. Sektor perdagangan, hotel dan restoran pertumbuhannya 5,19%. Sektor Keuangan, real estate dan jasa perusahaan pertumbuhannya sebesar 7,95% dan sektor jasa-jasa mengalami pertumbuhan sebesar 6,4%. Selain itu, sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan 8% selanjutnya diikuti kelompok sektor sekunder (sektor pengolahan sebesar 6,79%). Sementara itu, sektor pertanian yang merupakan kelompok sektor primer mengalami penurunan -2,12% sedangkan sektor pertambangan dan penggalian mengalami peningkatan sebesar 11,96%.

Tabel 2

Nilai dan Laju PDRB Provinsi DIY menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan

Tahun 2010-2011 (Juta Rupiah) N

o Lapangan Usaha 2010 2011 PertumbuLaju

han 2011 (%)

1 Konsumsi Rumah Tangga 9.881.63

0 10.568.420 6,95 Konsumsi Pemerintah 4.215.31

0 4.437.720 5,28

3 Pembentukan Modal Tetap

Bruto (PMTB) 5.561.440 5.815.810 4,57

4 Lainnya 1.385.66

*termasuk ekspor, impor, konsumsi lembaga nirlaba, perubahan inventori dan diskrepansi statistik (residual)

(11)

turunnya laju inflasi utamanya pada komponen bahan makanan yang menurun cukup tajam dibandingkan tahun lalu. Pada Tahun 2011, laju inflasi kelompok bahan makanan dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga termasuk rendah. Sementara itu, kelompok sandang menunjukkan laju inflasi yang cukup tinggi dan mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Laju inflasi kelompok sandang pada Tahun 2011 mencapai 9,40%. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau juga menyumbang laju inflasi yang cukup tinggi selain kelompok sandang, dengan laju inflasi sebesar 7,07%.

2.2.Kebijakan Umum Pengelolaan Keuangan Daerah

Keuangan daerah meliputi penerimaan atau pendapatan daerah, pengeluaran daerah atau belanja daerah dan pembiayaan daerah. Keuangan daerah dikelola dengan menganut azas-azas: tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat.

Kemampuan keuangan daerah dapat dilihat dari anggaran pendapatan dan belanja daerah. Ditinjau dari sisi APBD, APBD Provinsi DIY yang dipergunakan untuk membiayai program/kegiatan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dari tahun ke tahun terus meningkat. Peningkatan ini menyesuaikan dengan perkembangan kebutuhan pembangunan. Pendapatan daerah yang meliputi pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah juga menunjukkan kecenderungan yang selalu meningkat dari tahun ke tahun.

2.2.1.Pengelolaan Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah yang menambah ekuitas dana, sebagai hak pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Seluruh pendapatan daerah dianggarkan dalam APBD secara bruto yang mempunyai makna bahwa jumlah pendapatan yang dianggarkan tidak boleh dikurangi dengan belanja yangdigunakan dalam rangka menghasilkan pendapatan tersebut dan/atau dikurangdengan bagian pemerintah pusat/daerah lain dalam rangka bagi hasil. Pendapatadaerah merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapaiuntuk setiap sumber pendapatan.

a. Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan Daerah

Strategi yang ditempuh dalam meningkatkan pendapatan daerah adalah dengan melalui:

(12)

teknologi pendukung yang mutakhir guna perbaikan kinerja dan pelayanan.

2) Peningkatan investasi dengan membangun iklim usaha yang kondusif melalui penciptaan kondisi keamanan, ketertiban sosial masyarakat yang kondusif, perbaikan pelayanan informasi investasi dan deregulasi untuk kemudahan prosedur investasi.

Peningkatan pendapatan daerah ditempuh dengan kebijakan sebagai berikut :

1) Peningkatan Pendapatan Daerah dengan menggali dan mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan yang sesuai dengan kewenangan daerah melaluintensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah.

2) Peningkatkan kualitas sumberdaya manusia pengelola pendapatan daerah.

3) Peningkatan koordinasi dalam pengelolaan pendapatan daerah. 4) Peningkatan sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan

pendapatan daerah.

5) Peningkatan pelayanan pajak dan non pajak kepada masyarakat 6) Peningkatan pendayagunaan kekayaan daerah sebagai sumber

pendapatan daerah.

Upaya yang dilakukan dalam pemenuhan target pendapatan dilakukan antara lain dengan:

1) Intensifikasi berupa operasionalisasi penagihan pajak daerah door to door, pelayanan pajak kendaraan bermotor dengan mobil samsat kelililing, pelayanan pada event tertentu di kabupaten/kota seperti pameran pembangunan, pasar malam sekaten dan lain-lain.

2) Entensifikasi antara lain berupa penelitian proposal potensi pendapatan daerah, pembebasan dan penyederhanaan prosedur pajak dan non pajak, pembebasan sanksi administrasi berupa denda dan bunga dan sebagainya.

b. Target dan Realisasi Pendapatan Daerah 1) Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah terdiri atas Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan Lain - lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Pendapatan Asli Daerah direncanakan sebesar Rp775.117.447.989,00 dengan realisasi sebesar Rp867.112.885.352,87 sehingga lebih dari rencana Rp91.995.437.363,87 atau 11,87%.

a) Pajak Daerah

(13)

b) Retribusi Daerah

Berdasarkan Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah, disebutkan bahwa obyek retribusi terdiri atas:

 Retribusi Jasa Umum.  Retribusi Jasa Usaha.

 Retribusi Perizinan Tertentu.

Secara keseluruhan, pendapatan dari retribusi daerah direncanakan sebesar Rp33.575.099.081,00 sedangkan realisasinya sebesar Rp35.985.658.458,15. Dengan demikian, realisasinya lebih dari anggaran sebesar Rp2.410.559.377,15 dari rencana atau 7,18%.

c) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan terdiri atas:  Bank Pembangunan Daerah.

Realisasi pendapatan Bank Pembangunan Daerah Provinsi DIY tahun 2011 sebesar 100% yaitu sebesar Rp25.642.976.275,97 dari target yang dianggarkan.

 PD Taru Martani.

Realisasi pendapatan PD Taru Martani Tahun 2011 Rp0,00 dari yang direncanakan sebesar Rp877.684.885,00.

 PT Anindya Mitra Internasional.

Pada tahun 2011, Bagian Laba dari PT Anindya Mitra Internasional direncanakan sebesar Rp100.000.000,00, sedangkan realisasinya sebesar Rp0,00.

 PT Yogya Indah Sejahtera (YIS).

Pada Tahun anggaran 2011 realisasi pendapatan PT Yogya Indah Sejahtera (YIS) sebesar 100% yaitu Rp335.000.000,00 dari target yang ditetapkan.

 PT Asuransi Bangun Askrida.

Realisasi pendapatan dari Bagian Laba PT Asuransi Bangun Askrida tahun 20111 sebesar Rp92.665.162,00 dari target sebesar Rp29.979.901,00.

 Badan Usaha Kredit Perdesaan (BUKP)

Badan Usaha Kredit Perdesaan didirikan oleh Pemerintah Provinsi DIY berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 1 tahun 1989 tentang Badan Usaha Kredit Perdesaan yang bertujuan untuk ikut serta mengembangkan perekonomian masyarakat dengan cara mendekatkan permodalan kepada masyarakat. Pada Tahun 2011, BUKP mampu memberikan kontribusi PAD sebesar Rp2.890.742.034,79, naik sebesar Rp676.016.141,79 atau 30,52% dari target yang ditetapkan sebesar Rp2.214.725.893,00.

d) Lain - lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

(14)

Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan. Penerimaan Lain - lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah terdiri atas antara lain:  Hasil Penjualan Aset Daerah yang Tidak Dipisahkan;

 Jasa Giro;

 Penerimaan Bunga Deposito;

 Pendapatan dari Kerjasama Penyelenggaraan Diklat;  Pendapatan Usaha BLUD Rumah Sakit Grhasia dan BLPT;  Pendapat Denda Kelebihan Muatan ;

 Pendapatan dari Denda maupun Pemanfaatan Asset Pemda yang

Belum Dianggarkan pada Tahun 2011;

 Penerimaan Lain-lain yang tidak dianggarkan.

Secara keseluruhan Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah direncanakan sebesar Rp57.035.064.000,00 dan realisasinya sebesar Rp66.939.737.505,76, sehingga lebih dari anggaran sebesar Rp9.904.673.505,76 atau 17,37% dari anggaran.

2) Pendapatan Transfer

Dana Perimbangan adalah penerimaan yang berasal dari Pemerintah Pusat, dianggarkan sebesar Rp724.309.246.806,00 dengan realisasi sebesar Rp731.481.974.053,00, sehingga lebih dari anggaran sebesar Rp7.172.727.247,00 atau 0,99%. Dana Perimbangan antara lain bersumber dari:

a) Dana Bagi Hasil Pajak dianggarkan sebesar Rp69.720.877.327,00, dan realisasi sebesar Rp75.967.201.558,00, sehingga lebih dari anggaran sebesar Rp6.246.324.231,00 atau 8,96%.

b) Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) dianggarkan sebesar Rp5.144.120.479,00 dan realisasi sebesar Rp6.070.523.495,00, sehingga lebih dari anggaran sebesar Rp926.403.016,00 atau 18,01%.

c) Dana Alokasi Umum, secara keseluruhan direncanakan sebesar Rp620.812.328.000,00, dan terealisasi 100%.

d) Dana Alokasi Khusus, secara keseluruhan direncanakan sebesar Rp19.489.600.000,00, dan terealisasi 100%.

e) Dana Penyesuaian dianggarkan sebesar Rp9.142.321.000,00 dan realisasi sebesar 100% dari anggaran yang ditetapkan.

3) Lain - lain Pendapatan Daerah yang Sah

Lain - lain Pendapatan Daerah yang Sah berasal dari sumbangan dari Badan/Lembaga/Organisasi Swasta Dalam Negeri dan dari Pendapatan Lain - lain, secara keseluruhan direncanakan sebesar Rp5.037.565.500,00, dengan realisasi sebesar Rp6.315.972.000,00, sehingga lebih dari yang direncanakan sebesar Rp1.278.406.500,00 atau 25,38%.

(15)

Peningkatan PAD dapat ditempuh dengan melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi sumber - sumber pendapatan. Intensifikasi dikaitkan dengan usaha untuk melakukan pemungutan yang intensif, yaitu secara ketat, giat, dan teliti, sedangkan ekstensifikasi berhubungan dengan usaha untuk menggali sumber - sumber pendapatan baru.

Akan tetapi, dalam usaha peningkatan pendapatan daerah tersebut masih ditemui beberapa permasalahan. Permasalahan yang paling utama antara lain:

1) Pendapatan Asli Daerah yang masih bertumpu pada pajak daerah; 2) Belum optimalnya pemanfaatan aset daerah sebagai sumber

penerimaan retribusi;

3) Dana Perimbangan yang lebih bersifat

given

(terberikan) dari Pemerintah Pusat;

4) Ekstensifikasi pendapatan daerah terkendala oleh kewenangan dan kebijakan Pemerintah Pusat.

d. Solusi

Untuk mengatasi hal - hal tersebut, telah dilakukan berbagai upaya, antara lain:

1) Peningkatan kualitas pelayanan kepada wajib pajak dengan

system

online

, pelayanan dengan bus Samsat Keliling, partisipasi pada kegiatan-kegiatan yang diadakan di kabupaten/kota (perayaan pasar malam Sekaten, hari jadi kabupaten),

pelayanan “drive thru”

, pelayanan di

outlet

BPD dan perlindungan masyarakat;

2) Optimalisasi/pemanfaatan aset Pemerintah Daerah sebagai sumber PAD;

3) Meningkatkan koordinasi secara sinergis di bidang Pendapatan Daerah dengan pemerintah pusat, kabupaten/kota, POLRI, dan instansi penghasil;

4) Kegiatan Pembebanan BBN-KB II dan Pembebasan sanksi administrasi berupa denda dan bunga;

5) Peningkatan kemampuan aparatur pajak daerah dan retribusi daerah melalui kegiatan bimbingan;

6) Koordinasi dalam rangka optimalisasi pendapatan untuk memecahkan pengelolaan pendapatan di masing-masing SKPD; 7) Forum komunikasi antara Pemerintah Provinsi DIY dengan para

pengusaha dalam upaya peningkatan sumbangan fihak ketiga;

8) Fasilitasi dana perimbangan dan koordinasi dangan kementrian Keuangan Republik Indonesia, Cq: Dirjen Perimbangan Keuangan, Kanwil Direktorat Jenderal Pajak, Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Pemerintah Kabupaten/Kota, Bank Persepsi, Bank Operasional III dan Kas Daerah.

2.2.2.Pengelolaan Belanja Daerah

(16)

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, belanja daerah terdiri dari belanja tidak langsung dan belanja langsung. Belanja tidak langsung merupakan belanja yang tidak terkait dengan kegiatan, sedangkan Belanja Langsung merupakan belanja yang terkait langsung dengan program/kegiatan.

Kebijakan Belanja Daerah ditempuh sebagai berikut :

a. Belanja daerah diprioritaskan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan.

b. Belanja dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib digunakan untumelindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upayamemenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatapelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umumyang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial.

c. Belanja daerah disusun berdasarkan pendekatan prestasi kerja yangberorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan. Hal tersebutbertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran sertmemperjelas efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran.

d. Penyusunan belanja daerah diprioritaskan untuk menunjang efektivitaspelaksanaan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam rangkamelaksanakan urusan pemerintah daerah yang menjadi tanggung jawabnyPeningkatan alokasi anggaran belanja yang direncanakan oleh setiap SKPharus terukur yang diikuti dengan peningkatan kinerja pelayanan dapeningkatan kesejahteraan masyarakat.

Sebagaimana yang telah dituangkan dalam dokumen Kebijakan Umum APBD (KUA) Perubahan Tahun 2011 dan dokumen Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Perubahan Tahun 2011, belanja daerah diprioritaskan untuk mendukung pelaksanaan urusan pemerintahan dan pelayanan dasar yang sesuai dengan kewenangan, baik urusan wajib maupun urusan pilihan. Mengingat kondisi kemampuan keuangan daerah yang sangat terbatas, Belanja Daerah Tahun 2011 diusulkan sebesar Rp1.708.874.569.772,00 terdiri atas Belanja Tidak Langsung sebesar Rp1.028.144.706.158,00 dan Belanja Langsung sebesar Rp680.729.863.614,00.

Belanja Tidak Langsung terdiri atas Belanja Pegawai Rp431.785.979.061,00, Belanja Bunga Rp0,00, Belanja Hibah Rp17.943.134.000,00, Belanja Bantuan Sosial Rp148.359.261.200,00, Belanja Bagi Hasil kepada Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa Rp268.047.340.000,00, Belanja Bantuan Keuangan kepada Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa Rp150.394.530.362,00, dan Belanja Tidak Terduga Rp11.614.461.535,00. Adapun Belanja Langsung terdiri atas Belanja Pegawai Rp93.575.509.381,00, Belanja Barang dan Jasa Rp426.372.440.757,00, dan Belanja Modal Rp160.781.913.476,00.

(17)

untuk Belanja Tidak Langsung sebesar Rp961.364.910.688,00 atau sebesar 93,50%, dan untuk Belanja Langsung sebesar Rp600.903.823.957,00 atau sebesar 88,27%.

a. Permasalahan

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2011, belanja daerah disusun dengan pendekatan prestasi kerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan. Oleh karena itu, penyusunan APBD Tahun Anggaran 2011 mengutamakan pencapaian hasil melalui program dan kegiatan (belanja langsung) daripada belanja tidak langsung. Belanja daerah digunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang sesuai dengan kewenangan, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Belanja dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib digunakan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak, serta mengembangkan sistem jaminan sosial.

Permasalahan lain adalah orientasi sebagian program dan kegiatan masih jangka pendek sehingga kurang memperhatikan keberlanjutan dan dampak yang dapat ditimbulkan. Belum optimalnya koordinasi antar SKPD provinsi dengan SKPD kabupaten/kota dikaitkan dengan kewenangan masing-masing. Antisipasi yang kurang akurat terhadap permasalahan masyarakat sebagai akibat dari penafsiran kewenangan dan produk-produk hukum yang belum mantap. Sedangkan dlam proses APBD, dengan menggunakan sistem aplikasi masih banyak SKPD yang belum memahami penempatan kode rekening pendapatan maupun belanja. Hal ini dapat memperpanjang waktu proses penyusunan RAPBD.

b. Solusi

Pelaksanaan APBD untuk menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan urusan pemerintahan yang terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan memerlukan dana yang besar. Keterbatasan anggaran yang tersedia merupakan masalah utama belanja daerah di dalam menyelesaikan permasalahan urusan wajib dan urusan pilihan tersebut. Di samping itu, belanja untuk memenuhi permasalahan kebutuhan dasar serta memenuhi standar pelayanan minimal masih sangat membutuhkan dukungan Pemerintah Pusat, sehingga dalam hal ini diperlukan sumber pembiayaan selain APBD, misalnya dari APBN dan sebagainya.

(18)

penatausahaan keuangan, barang milik daerah dan pelaporan keuangan daerah.

2.2.3.Pengelolaan Asset Yang Dipisahkan

a. Bank Pembangunan Daerah DIY

Untuk kajian perubahan status Bank BPD dari perusahaan Daerah (PD) menjadi Perusahaan Terbatas (PT) dari sisi pelayanan kepada masyarakat sudah siap untuk dilaksanakan dengan bukti sudah dipersiapkan penambahan SDM maupun sarana penunjang lainnya antara lain sebagai berikut:

1) Adanya tambahan SDM dari 724 karyawan menjadi 824 orang untuk tahun 2011.

2) Penambahan 2 kantor cabang (konvensional & syariah). 3) Penambahan 19 kantor kas (konvensional).

4) Penambahan ATM bersama dari 47 unit menjadi 48 unit.

5) Peningkatan status 2 kantor

payment point

menjadi kantor kas. 6) Peningkatan status 5 kantor kas menjadi kantor cabang pembantu. 7) Pembangunan 2 gedung kantor cabang pembantu Godean dan

Semin serta 1 gedung kantor kas Sanden Bantul.

Hal ini dimaksudkan sebagai upaya untuk peningkatan pelayanan dan kualitas SDM dalam rangka perubahan status dan kinerja BPD.

b. PT Anindya Mitra Internasional (AMI)

PT AMI masih dalam masa perbaikan manajemen dari keterpurukan di tahun-tahun sebelumnya, serta perbaikan status legal atas aset-aset yang dimilikinya.

PT AMI Tahun 2008 mengalami kerugian sebesar Rp3.547.710.308,00. Seiring dengan perbaikan manajemen yang dilaksanakan pada tahun berikutnya, maka sampai dengan tahun anggaran 2009 PT AMI telah mampu menyelesaikan tunggakan kewajiban perusahaan (manajemen lama) sebesar Rp6.229.789.993,00 dan mampu membukukan laba pada anggaran 2009 sebesar Rp344.785.526,00.

PT AMI sedang melakukan pengembangan usaha-usaha baru, seperti usaha bidang telekomunikasi, pupuk organic, packaging dengan melibatkan berbagai investor.

c. PT Tarumartani

Setoran PAD PT Tarumartani dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena regulasi pemerintah terkait cukai tembakau dan produk cerutu sampai saat ini mengalami kelesuan serta pasarnya terbatas pada negara atau wilayah tertentu.

Sesuai pasal 9 Perda Provinsi Nomor 8 Tahun 1985 disebutkan bahwa Perusahaan Daerah Tarumartani bergerak dalam bidang usaha

(19)

pautnya dengan usaha tersebut, sehingga untuk pengembangan usaha dari rokok cerutu ke jenis usaha lain menjadi sulit karena terkendala regulasi.

Terhadap permasalahan tenaga kerja yang sampai saat ini tenaga tetap berjumlah 268 orang yang rata - rata sudah mendekati masa pensiun sehingga kemungkinan sudah tidak efektif lagi untuk bekerja secara optimal, sedangkan di satu sisi terbebani biaya tenaga kerja yang cukup berat, apalagi tahun 2011 ada 11 karyawan yang sudah pensiun dengan pembayaran pensiun sebesar Rp565.000.000,00, hal ini yang menjadi kendala di bidang SDM dan tingkat likuiditas juga berpengaruh sekali.

Solusi yang harus dicapai adalah dengan percepatan pensiun bagi karyawan yang sudah mendekati pensiun, untuk itu perlu disediakan dana dari pemerintah untuk memberikan pesangon bagi karyawan tersebut.

d. Badan Usaha Kredit Perdesaan (BUKP)

Sesuai Peraturan Daerah Provinsi DIY Nomor 1 tahun 1989 tentang Badan Usaha Kredit Perdesaan Provinsi DIY, lembaga ini mempunyai maksud dan tujuan untuk mengembangkan perekonomian perdesaan dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat perdesaan, dengan menyediakan dana pembangunan dengan prosedur sederhana, cepat, dan murah.

Penyertaan modal Pemerintah Provinsi DIY kepada BUKP sampai dengan Tahun 2011 adalah sebesar Rp13.586.959.724,00 sedangkan realisasi penyetoran PAD sebesar Rp2.890.742.034,79. Hal ini melebihi rencana sebesar Rp676.016.141,79 dari target yang direncanakan sebesar Rp2.214.725.893,00.

2.2.4.Pengelolaan Barang Milik Daerah

a. Pensertifikatan Tanah Hak Pakai Pemerintah Provinsi DIY

Pada Tahun Anggaran 2011, Pemerintah Provinsi DIY telah selesai mensertifikatkan sebanyak 20 bidang tanah dan masih dalam proses sebanyak 5 bidang, yaitu :

NO. LOKASI LUAS(M2) KETERANGAN

1 2 3 4

1 Jl.Tompeyan TR III/201 Yogyakarta 954 Sudah Hak Pakai An.Pemerintah Provinsi DIY

Nomor : 113

2 Jl.Tompeyan TR III/201 Yogyakarta 923 Sudah Hak Pakai An.Pemerintah Provinsi DIY

Nomor : 114

3 Jl.Tompeyan TR III/201 Yogyakarta 1.919 Sudah Hak Pakai An.Pemerintah Provinsi DIY

Nomor : 115 4 Jl.HOS Cokroaminoto No.160,Tegalrejo

Yogyakarta 585 Sudah Hak Pakai An.PemerintahProvinsi DIY Nomor : 116

5 Jl.HOS Cokroaminoto No.160,Tegalrejo

(20)

6 Jl.HOS. Cokroaminoto No 12 Yk

(Kuncen IA Wirobrajan Yogakarta) 724 Sudah Hak Pakai An.PemerintahProvinsi DIY Nomor : 20

7 Bangunharjo, Sewon, Bantul

(eks Gedung Serbaguna Diklat PMD) 1.500 Sudah Hak Pakai An.PemerintahProvinsi DIY 8 Barongan, Sumberagung, Jetis, Bantul 55.711 Sudah Hak Pakai An.Pemerintah

Provinsi DIY Nomor : 3

9 Barongan, Sumberagung, Jetis, Bantul 12.672 Sudah Hak Pakai Pemerintah Provinsi DIY

Nomor : 2

10 Barongan, Sumberagung, Jetis, Bantul 1.056 Sudah Hak Pakai An.Pemerintah Provinsi DIY

Nomor : 1 11 Gesikan,Wijirejo,Pandak, Bantul.

(Dusun kauman) 47.597 Sudah Hak Pakai An.PemerintahProvinsi DIY Nomor : 1

12 Banguntapan, Banguntapan,Bantul 15.269 Sudah Hak Pakai An.Pemerintah Provinsi DIY

Nomor : 2

13 Banguntapan, Banguntapan,Bantul 18.948 Sudah Hak Pakai An.Pemerintah Provinsi DIY

Nomor : 3 14 Bangunharjo, Sewon, Bantul

(Jl.Parangtritis) 5.552 Sudah Hak Pakai An.PemerintahProvinsi DIY Nomor : 2

15 Bantul, Bantul, Bantul (Jl.Badegan

Bantul) 2.037 Sudah Hak Pakai An.PemerintahProvinsi DIY Nomor : 5

16 Pandak, Wijirejo, Bantul 16.348 Sudah Hak Pakai An.Pemerintah Provinsi DIY

Nomor : 2

17 Srigading, Sanden, Bantul 200 Sudah Hak Pakai An.Pemerintah Provinsi DIY

Nomor : 2

18 Srigading, Sanden, Bantul 6.502 Sudah Hak Pakai An.Pemerintah Provinsi DIY

Nomor : 1

19 Srimulyo , Piyungan, Bantul 2.411 Sudah Hak Pakai Pemerintah Provinsi DIY

Nomor : 1

20 Srigading, Sanden, Bantul 45.842 Sudah Hak Pakai An.Pemerintah Provinsi DIY

Nomor : 3 21 Jl.Kyai Mojo No.9 Jetis Yogyakarta 12.042 Dalam proses 22 Pendowo,Pendowoharjo,Sewon, 60.300 Dalam proses 23 Salakan Randubelang Sewon Btl,YK

Jl.Sisingamangaraja gg.Cemara 40 RT02/RW8

350 Dalam proses

24 Panggungharjo, Sewon,Bantul 2.070 Dalam proses 25 Bokoharjo,Prambanan, Sleman 6.801 Dalam proses

b. Verifikasi, Klasifikasi, Penilaian Barang Daerah

(21)

Verifikasi adalah suatu proses kegiatan pencermatan terhadap data/fakta yang obyektif dengan dukungan dokumen yang falid dan akurat untuk meyakini sebagai barang yang benar-benar ada dan merupakan barang milik daerah. Klasifikasi adalah suatu proses kegiatan pengelompokan terhadap data barang milik daerah sesuai dengan kode barang milik daerah kedalam Golongan, Bidang, Kelompok, Sub Kelompok dan Sub-sub Kelompok Aset Tetap, dan Penilaian adalah suatu proses kegiatan penelitian yang selektif didasarkan pada data/fakta yang objektif dan relevan dengan menggunakan metode/teknis tertentu untuk memperoleh nilai barang milik daerah.

c. Pengamanan Aset Daerah

Dalam rangka pengamanan asset kendaraan operasional roda 2, 4 dan 6 , Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah memasang stiker kendaraan milik Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak :

 Kendaraan roda dua 869 unit

 Kendaraan roda empat & enam 477 unit

Pemasangan stiker kendaraan milik Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah dituangkan dalam Surat Edaran Gubernur DIY Nomor 024/3335, Tanggal 2 Nopember 2011.

d. Pemanfaatan

Terlaksananya pemanfaatan Barang Milik Daerah, terdiri dari:

(22)

No. LOKASI

1. Tanah dan Bangunan Eks Pabrik sabut Pengasih Kulonprogo 2. Gedung Eks DIPARDA Lantai I Bagian Selatan

3. Tanah di Desa Sentolo Kulon Progo

4. Tanah dan bangunan Eks Diklat Perindustrian, Malangan, Ring Road Selatan

5. Tanah dan bangunan Eks Rumah Dinas Jl AM Sangaji 6. Bangunan Eks Gd pangan Jl Abubakar Ali

7. Tanah bekas OG no:16 di Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul 8. Tanah di pantai Glagah, Kulon Progo

9. Tanah dan bangunan Eks rumah Dinas Jl Munggur 32 Yogyakarta 10. Tanah di Jl Wisata, Babarsari, Sleman

11. Tanah & Bangunan di Jl Jenggotan 12. Tanah Srimulya, Piyungan, Bantul

13. Tanah dan bangunan Eks PPK Kulonprogo

14. Tanah dan bangunan Eks Jembatan Timbang, Jl Bantul, Dongkelan 15. Tanah di Jl. D I Panjaitan 66 Yogyakarta

16. Tanah dan bangunan di Jl Perwakilan, Wates, Kulonprogo

17. Tanah dan bangunan di Glugo, Panggungharjo, Krapyak, Yogyakarta 18. Tanah dan Bangunan di Kedongkiron, Dongkelan, Yogyakarta

19. Tanah di Ambarketawang, Jl. Jogja - Wates, Sleman 20. Tanah di Hargotirto, Kokap, Kulon

21. Tanah dan Bangunan JEC

22. Lahan Parkir Basement Malioboro Mall

23. Tanah di Jangkang, Widodomartani, Ngemplak, Sleman 24. Tanah di Komplek Dishutbun, Baciro

25. Tanah di Jl. Beskalan, Ngupasan, Gondomanan, Yogyakarta 26. Tanah dan Bangunan di Jl. Jenggotan, Pingit, Jetis, Yogyakarta 27. Tanah di Jalan Kenari Yogyakarta (eks Gudang BLPT)

28. Tanah di Jalan Kenari Nomor 4 Yogyakarta (eduhotel) 29. Tanah dan bangunan di Gading, Playen, Gunungkidul 30. Tanah di Patehan Tengah No 25 Kraton Yogyakarta 31. Tanah dan bangunan di Karangjati, Mlati, Sleman

32. Tanah dan bangunan di Mrican Baru, Caturtunggal, Depok, Sleman

(23)

No LOKASI 1. Tanah dan Bangunan di Kabupaten Gunungkidul

a. Tanah di Jl Brigjen Katamso Nomor 8 Wonosari Gunungkidul

b. Tanah dan bangunan di desa Semin, Kecamatan Semin, Kabupaten Gunungkidul. 2. Balai Benih Induk (BBI) Perikanan Krapyak dan Balai Benih (BBI) Perikanan Gesikan,

Kabupaten Bantul beserta daftar barang inventaris lainnya.

3. Tanah dan bangunan eks UPT Kanwil Departemen Perindustrian dan Perdagangan Provinsi DIY

a. Tanah dan bangunan eks UPT kanwil Departemen Perindustrian dan Perdagangan Provinsi DIY yang terletak di Kasongan, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul

b. Tanah dan bangunan eks UPT kanwil Departemen Perindustrian dan Perdagangan Provinsi DIY yang terletak di Manding, Sabdodadi, Bantul

c. Tanah dan bangunan eks UPT kanwil Departemen Perindustrian dan Perdagangan Provinsi DIY yang terletak di Gunungsempu, Tamantirto, Kasihan, Bantul

4. Tanah di Jalan Kusumanegara Nomor 9 Yogyakarta

5. Bangunan lantai atas sebelah selatan eks Dinas Pariwisata Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di Jalan Malioboro Nomor 14 Yogyakarta.

6. Tanah dan bangunan gedung yang terletak di Jalan Damai Nomor 1 Yogyakarta. 7. Tanah dan bnagunan di Jalan Wiyoro Lor Nomor 21 Baturetno, Banguntapan, Bantul. 8. Tanah di Kabupaten Bantul :

a. Tanah di desa Argorejo, Kecamatan Sedayu untuk kantor Kecamatan Sedayu.

b. Tanah di Murtigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul seluas 4.204 m2 sesuai dengan sertifikat Nomor P.0003 seri AN.372362 untuk Kecamatan Sanden.

c. Tanah di Murtigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul seluas 4.824 m2 sesuai sertifikat Nomor P.0006 seri AN.370599 untuk Puskesmas Sanden

d. Tanah di Murtigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul seluas 2.159 m2 sesuai dengan sertifikat Nomor P.0005 seri AN 372361 untuk Sekolah Dasar Negeri I Sanden. 9. Tanah-tanah di Kabupaten Kulonprogo

a. Tanah yang terletak di Hargorejo, Kokap, Kulonprogo

b. Tanah yang terletak di Bantar Kulon, Banguncipto, Sentolo, Kulonprogo c. Tanah yang terletak di Karangsewy, Galur, Kulonprogo seluas 1.555 m2 d. Tanah yang terletak di Karangsewy, Galur, Kulonprogo seluas 2.590 m2 e. Tanah yang terletak di Kulwaru, Wates, Kulonprogo

10. Tanah di Dusun Gatak, Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman 11. Tanah yang terletak di Jalan Brigjen Katamso, Keparakan, Mergangsan, Kota Yogyakarta. 12. Tanah yang terletak di Jalan Suryodiningratan Nomor 8 Yogyakarta.

13. Tanah yang terletak di Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman 14. Tanah di Gesikan, Wijirejo, Pandak, Bantul

15. Tanah-tanah di Kabupaten Gunungkidul

a. Tanah yang terletak di Giricahyo, Purwosari, Gunungkidul seluas 1.663 m2 sesuai dengan Sertifikat Nomor P.00001 seri AB.538626 tanggal 08/07/1991

b. Tanah yang terletak di Giricahyo, Purwosari, Gunungkidul seluas 593 m2 sesuai dengan Sertifikat Nomor P.00002 seri AB.538627 tanggal 08/07/1991

c. Tanah yang terletak di Giricahyo, Purwosari, Gunungkidul seluas 102 m2 sesuai dengan Sertifikat Nomor P.00004 seri AB.740783 tanggal 17/04/1993

d. Tanah yang terletak di Giricahyo, Purwosari, Gunungkidul seluas 65 m2 sesuai dengan Sertifikat Nomor P.00003 seri AD.740785 tanggal 17/04/1993

e. Tanah yang terletak di Ngestirejo, Tanjungsari, Gunungkidul seluas 637 m2 sesuai dengan sertifikat Nomor P.00002 seri AD.728434 tanggal 18/01/1993

f. Tanah yang terletak di Ngestirejo, Tanjungsari, Gunungkidul seluas 146 m2 sesuai dengan sertifikat Nomor P.0003 seri AD.7284354 tanggal 18/01/1993

g. Tanah yang terletak di Ngestirejo, Tanjungsari, Gunungkidul seluas 468 m2 sesuai dengan Sertifikat Nomor P.00001 Seri AD.728433 Tanggal 18/01/1993

h. Tanah yang terletak di Sidoharjo, Tepus, Gunungkidul seluas 22.502 m2 sesuai dengan Sertifikat Nomor P.00005 Seri AH.457048 Tanggal 01/08/1996

i. Tanah yang terletak di Kemadang, Tanjungsari, Gunungkidul seluas 21.151m2 sesuai dengan Sertifikat Nomor P.00003 Seri AH.457559 Tanggal 03/09/1996

j. Tanah yang terletak di Kemadang, Tanjungsari, Gunungkidul seluas 9.696 m2 sesuai dengan Sertifikat Nomor P.00002 Seri AH.457049 Tanggal 31/08/1996

(24)

3) Barang Milik Daerah (Tanah dan/atau bangunan) yang dioptimalkan melalui bentuk Bangun Guna Serah sebanyak 1 (satu) bidang, yaitu Tanah di Jl. Maloboro dengan PT YIS.

e. Penghapusan

1) Pelaksanaan Penatausahaan dan Penghapusan Barang Milik Daerah

Barang Milik Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang hilang, rusak berat dan tidak efisien lagi penggunanya untuk kepentingan dinas, layak dihapuskan dari Daftar Buku Inventaris Barang Milik Daerah Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam rangka pelaksanaan penatausahaan dan penghapusan Barang Milik Daerah Tahapan-tahapan kegiatan yang telah dilaksanakan :

a) Pembentukan Panitia Penghapusan Barang Milik Daerah Provinsi DIY dengan Keputusan Gubernur Nomor 2/PAN/2011 tanggal 27 Januari 2011 dan ditindak lanjuti dengan Keputusan Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Provinsi DIY Nomor 188/1414/PBD tanggal 31 Januari 2011 tentang Penunjukan Personalia Panitia Penghapusan Barang Milik Daerah Tahun Anggaran 2011.

b) Menghimpun dan merekap data usulan penghapusan bangunan, kendaraan bermotor maupun inventaris lainnya dari SKPD di lingkungan Pemerintah Provinsi DIY.

c) Melaksanakan Klarifikasi dan koordinasi usulan penghapusan kepada SKPD yang mengusulkan.

d) Melaksankan peninjauan lokasi barang dalam rangka pengecekan dan penelitian barang usulan penghapusan.

e) Melaksanakan penarikan/pengangkutan barang-barang usulan penghapusan dari lokasi SKPD ke Gudang Penyimpanan barang penghapusan.

f) Permohonan Persetujuan penghapusan barang inventaris telah ditandatangani oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta dengan rincian sebagai berikut:

 Persetujuan Gubernur Nomor : 933/0308 tanggal 31 Januari 2011 Perihal Persetujuan Penghapusan Barang Inventaris Berupa Bangunan Gedung (gedung Dinas Kebudayaan Prov. DIY di Jl. Cendana Nomor 11 Yogyakarta).  Keputusan Gubernur Nomor : 78.1/KEP/2011 tanggal 4

(25)

 Keputusan Gubernur Nomor : 183/KEP/2011 tanggal 12 Agustus 2011 tentang Penghapusan Barang Milik Daerah Berupa Bangunan Gedung Kelas SMA N 1 Wonosari yang Terletak Di Jalan Brigjen Katamso Nomor 4 Wonosari , Gunungkidul.

 Keputusan Gubernur Nomor : 191/KEP/2011 tanggal 22 Agustus 2011 tentang Penghapusan Barang Milik Daerah (Rencana Hibah kepada Kabupaten/Kota dari DPUP-ESDM Prov. DIY)

 Keputusan Gubernur Nomor : 234/KEP/2011 tanggal 29 September 2011 tentang Persetujuan Penghapusan Barang Dari Daftar Barang Pengguna dan/atau Kuasa Pengguna Tahuhn Anggaran 2011. (Barang Inventaris lainnya)

 Keputusan Gubernur Nomor : 249/KEP/2011 tanggal 13 Oktober 2011 tentang Penghapusan Bangunan Gedung Milik Daerah yang Terletak di Jl. HOS Cokroaminoto 160 Yogyakarta  Keputusan Gubernur Nomor 258/KEP/2011 tanggal 25 Oktober

2011 tentang Persetujuan Penghapusan Bangunan Gedung di Panggang, Gunungkidul dari daftar Pengguna Barang.

 Keputusan Gubernur Nomor : 268 /KEP/2011 tanggal 11 November 2011 tentang Persetujuan Penghapusan Bangunan Gedung di Jalan Solo KM. 7 Yogyakarta Dari Daftar Pengguna Barang

 Keputusan Gubernur Nomor : 272/KEP/2011 tanggal 11 November 2011 tentang Penghapusan Barang Milik Daerah (Hibah ke Kab./Kota).

 Keputusan Gubernur Nomor : 307/KEP/2011 tanggal 6 Desember 2011 tentang Persetujuan Penghapusan Kendaraan Dinas Operasional Dari Daftar Barang Pengguna dan/atau Kuasa Pengguna Tahun Anggaran 2011.

2) Pelaksanaan Pemindahtanganan Barang Milik Daerah

Pemindahtangan barang milik daerah adalah pengalihan kepemilikan sebagai tindak lanjut dari penghapusan, sedangkan bentuk-bentuk pemindahtanganan antara lain dengan cara Penjualan, Hibah, Tukar Menukar dan Penyertaan Modal.

a) Penjualan

Tahapan– tahapan yang telah dilaksanakan pada kegiatan penjualan antara lain :

(26)

 Melaksanakan penilaian dan penaksiran harga barang penghapusan yang akan dilakukan penjualan.

Penjualan dilaksanakan dengan mendasarkan :

 Keputusan Gubernur Nomor : 78/KEP/2011 Tanggal 4 April 2011 tentang Penghapusan Bangunan Gedung Milik Daerah TA 2011. (Gedung Dinas Kebudayaan Provinsi DIY di Jl. Cendana Nom 11 Yogyakarta).

 Keputusan Gubernur Nomor : 78.1/KEP/2011 tanggal 4 April 2011 tentang Penghapusan Bangunan Gedung Milik Daerah Tahun Anggaran 2011 yang meliputi Rumah Dinas Direktur Grhasia di Jl. Kaliurang Km. 17, Pagar Halaman Jl. Gondosuli No. 6 Yogyakarta, Gedung Asrama II Jaranan, Sewon, Bantul, Gedung Kantor Dinas Pertanian Prov. DIY di Kedung Poh, Nglipar, Gunungkidul.

 Keputusan Gubernur Nomor : 254/KEP/2011 tanggal 21 Oktober 2011 tentang Penetapan Penghapusan Barang Dari Daftar Barang Pengguna dan/atau Kuasa Pengguna Seta Cara Penjualannya Tahun Anggaran 2011.

 Keputusan Gubernur Nomor : 249/KEP/2011 tanggal 13 Oktober 2011 tentang Penghapusan Bangunan Gedung Milik Daerah yang Terletak di Jl. HOS Cokroaminoto 160 Yogyakarta tentang Persetujuan Penghapusan Bangunan Gedung di Panggang, Gunungkidul dari daftar Pengguna Barang.

 Keputusan Gubernur Nomor : 310/KEP/2011 tanggal 12 Desember 2011 tentang Penetapan Penghapusan Serta Cara Penjualan Kendaraan Dinas Operasional Dari Daftar barang pengguna dan/atau Kuasa Pengguna Tahun Anggaran 2011

b) Hibah

Adalah salah satu bentuk dari Pemindahtangan dengan cara pengalihan kepemilikan dengan tanpa adanya kontra prestasi dengan tahapan sebagai berikut :

 Membentuk Tim dengan Keputusan Sekretaris Daerah Nomor : 11 SEKDA/III/ 2011 tanggal 22 Maret 2011 tentang Pembentukan Tim Monitoring dan Investigasi Pengelolaan Barang Milik Daerah dan ditindaklanjuti dengan Keputusan Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuanagn dan Aset Provinsi DIY Nomor : 188/6011/PBD tanggal 24 Mei 2011 tentang Penunjukan Nama-Nama Personil Tim Monitoring dan Investigasi Pengelolaan Barang Milik Daerah Tahun Anggaran 2011.

 Menghimpun dan menyusun permohonan hibah atau laporan Hasil Pengadaan Barang Milik Daerah dari Satuan Kerja Perangkat Daerah sesuai rencana pengadaan yang akan dihibahkan.

(27)

 Mengkoordinasikan dengan instansi/lembaga/masyarakat yang akan menerima hibah barang milik daerah.

Dalam pelaksanaan hibah barang Milik Daerah dengan mendasarkan :

 Keputusan Gubernur Nomor : 183/KEP/2011 tanggal 12 Agustus 2011 tentang Penghapusan Barang Milik Daerah Berupa Bangunan Gedung Kelas SMA N 1 Wonosari yang Terletak Di Jalan Brigjen Katamso Nomor 4 Wonosari , Gunungkidul.

 Keputusan Gubernur Nomor 192/KEP/2011 tanggal 23 Agustus 2011 tentang Hibah Barang Milik Daerah (Hibah kepada Kab./Kota dari DPUP-ESDM Prov. DIY)

 Keputusan Gubernur Nomor : 263.1/KEP/2011 tanggal 9 September 2011 tentang Hibah Barang Milik daerah Kepada Pemerintah Kota Yogyakarta Pemerintah Kabupaten Bantul, Pemerintah Kabupaten Kulonprogo, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, Pemerintah kabupaten Sleman dan Kelompok Masyarakat.

f. Pelaksanaan Pembinaan dan Pengelolaan Barang Milik Daerah

Agar pelaksanaan pengelolaan barang milik Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dapat berjalan lancar, tertib dan teratur baik dalam penerimaan, penyimpanan, pengeluaran barang telah ditunjuk Penyimpan dan Pengurus Barang dengan

1) Keputusan Sekda Nomor : 1.2/SEKDA/I/2011 tanggal 7 Januari 2011 tentang Pejabat Pengurus Barang dan Penyimpan Barang Tahun Anggaran 2011

2) Jo. Keputusan Sekretaris Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 14/SEKDA/IV/2011 tanggal 25 April 2011 tentang Perubahan Atas Keputusan Sekretaris Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 1.2/SEKDA//IV/2011 tentang Pejabat Pengurus Barang dan Penyimpan Barang Tahun Anggaran 2011

3) Jis. Keputusan Sekda Nomor : 20.1/SEKDA/IX /2011 tanggal 1 September Perubahan Atas Keputusan Sekretaris Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 14/SEKDA//IV/2011 tentang Pejabat Pengurus Barang dan Penyimpan Barang Tahun Anggaran 2011

4) Jis. Keputusan Sekretaris Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 23/SEKDA/XI/2011 tanggal 16 November 2011 tentang Perubahan Ketiga Atas Keputusan Keputusan Sekretaris Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 1.2/SEKDA/IV/2011 tanggal 2011 tentang Pejabat Pengurus Barang dan Penyimpan Barang Tahun Anggaran 2011 dan dirubah kembali dengan

(28)

1.2/SEKDA//IV/2011 tentang Pejabat Pengurus Barang dan Penyimpan Barang Tahun Anggaran 2011.

Barang Daerah sebagai salah satu unsur penting dalam rangka penyelengaraan pemerintah, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat, harus dikelola dengan baik, benar serta akuntabel, sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal dalam rangka mendukung penyelengaraan tugas pokok fungsi pemerintahan. Sedangkan untuk melaksanakan pengelolaan barang milik daerah pada saat ini diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah yang disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.

Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam meningkatkan pelaksanaan penatausahaan barang milik daerah berupaya untuk meningkatkan tertib administrasi dan tertib pengelolaan barang milik daerah kepada Penyimpan/Pengurus Barang serta Kepala SKPD/UPTD/Sekretaris/Kepala Tata Usaha yang membawahi Pengurus/Penyimpan Barang melalui Bimbingan Teknis Implementasi Peraturan Perundang-undangan tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah.

Sebagai Tahapan-tahapan kegiatan yang telah dilakukan dalam pelaksanaan Bimtek, antara lain sebagai berikut:

1) Melaksanakan koordinasi, konsolidasi dan sinkronisasi dengan instansi terkait dan pihak lainnya yang dipandang perlu (dari Kementerian Dalam Negeri, Inspektorat Provinsi DIY, Biro Hukum Setda Provinsi DIY, dsb. ) sebagai Nara Sumber dalam rangka persiapan pelaksanaan Bimtek Implementasi Peraturan Perundang-undangan.

2) Penyusunan bahan/materi dan tempat maupun waktu dalam rangka persiapan pelaksanaan Bimtek dan Penetapan.

3) Rapat koordinasi untuk penjelasan ketugasan dari personil dalam rangka untuk memperlancara pelaksanaan Bimtek.

4) Pelaksanaan Bimtek Implementasi Peraturan Perundang-undangan tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah, sebagai berikut :

a) Tanggal 20 April 2011 di Gedung UC UGM Jl. Pancasila No. 2 Bulaksumur (komplek Kampus UGM) Sleman dengan peserta Kepala SKPD/UPTD /Sekretaris/Kepala Tata Usaha.

(29)

g. Penyiapan Bahan dan Pelaksanaan Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi (TP-TGR).

Dalam rangka pengamanan dan penyelamatan terhadap barang/keuangan milik daerah, dan apabila Pengelola, Pembantu Pengelola, Pengguna/Kuasa Pengguna, Penyimpan dan atau Pengurus Barang yang karena perbuatannya sehingga mengakibatkan adanya kerugian daerah maka kepadanya dapat dikenakan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) begitu juga kepada Bendaharawan atau Pegawai bukan Bendaharawan yang merugikan keuangan dan barang daerah dapat dikenakan Tuntutan Perbendaharaan (TP) .

Untuk mendukung kegiatan sebagaimana tersebut diatas telah dilaksanakan kegiatan sebagai berikut.:

1) Membentuk Majelis Pertimbangan dan Sekretariat Majelis Pertimbangan Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi Keuangan dan barang Daerah Provinsi DIY dengan Keputusan Gubernur Nomor : 9/KEP/2011 tanggal 15 Januari 2011 tentang Pembentukan Majelis Pertimbangan dan Sekretariat Majelis Pertimbangan Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi Keuangan dan Barang Daerah dan telah ditindaklanjuti dengan Keputusan Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan keuangan dan Aset Prov. DIY Nomor 188/0746/PBD tanggal 18 Januari 2011 tentang Penunjukan Majelis Pertimbangan dan Sekretariat Majelis Pertimbangan Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi Keuangan dan arang Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

2) Memberikan saran, pendapat dan pertimbanagn kepada Gubernur pada setiap kasus yang menyangkut Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi Keuangan dan Barang Daerah termasuk pembebanan, banding, pencatatan pembebasan penghapusan, hukuman disiplin, penyerahan penyelesaian melalui Badan Peradilan serta penyelesaian kerugian Daerah apabila terjadi hambatan dalam penagihan melalui instansi terkait

3) Menindaklanjuti Hasil Pemeriksaaan Khusus dari Inspektorat Provinsi DIY untuk pelaksanaan penyelesaian TP-TGR .

a) Kepada Mantan Anggota DPRD, PIAD dan Pensiunan PNS Provinsi DIY selama tahun 2011.

 Masih perlu melakukan penyelesaian sebanyak 41 (empatpuluh satu) orang

 Telah melakukan pelunasan sebanyak 10 (sepuluh) orang  egawai Negeri Sipil yang melaksanakan pembayaran atas

pengembalian kerugian daerah dalam Tahun 2011  Masih dalam angsuran sebanyak 5 (lima) orang  Telah melakukan pelunasan sebanyak 3 (tiga) orang

b) Membuat Laporan Gubernur mengenai perkembangan penyelesaian kasus kerugian Daerah kepada Menteri Dalam Negeri Cq. Direktorat Jenderal Keuangan Daerah.

(30)

Sejalan dengan semakin meningkatnya tugas pemerintahan Daerah di Bidang Pelayanan Umum khususnya yang berkaitan dengan Pengelolaan Barang daerah Perlu dilakukan penertiban terhadap Barang pemerintah Daerah yang merupakan salah satu unsur penting dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat untuk dikelola dengan baik dan benar untuk mendukung hal tersebut perlu adanya pedoman sebagai dasar dalam penyeragaman kegiatan penatausahaan. Dalam rangka menyeragamkan langkah dan tindakan pengelolaan barang milik daerah di Provinsi DIY dengan mendasar pada Pasal 81 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah disebutkan bahwa lebih lanjut mengenai pengelolaan barang milik daerah diatur dalam Peraturan Daerah, sebagai tindak lanjut hal tersebut Pemerintah Provinsi DIY menyusun Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun 2011 adalah sebagai berikut:

1) Membentuk Tim Penyusun Rancangan Peraturan daerah dan Tenaga Ahli Penyusun Akademik Rancangan Peraturan Daerah Tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah dengan Keputusan Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Prov. DIY Nomor 188/2245/PBD tanggal 23 Februari 2011.

2) Mengumpulkan dan menyiapkan bahan/materi sebagai referensi atau dasar-dasar dalam penyusunan draft Raperda Pengelolaan Barang Daerah.

3) Penyusunan draft Raperda Pengelolaan Barang.

4) Kajian terhadap draft Raperda Pengelolaan Barang Daerah dari Tenaga Ahli Penyusun Akademik dari UGM.

5) Melakukan Study Banding ke Provinsi lain di wilayah Indonesia untuk menambah referensi sebagai penyusunan draft raperda Pengelolaan Barang Daerah.

6) Melakukan pendampingan dalam pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah

7) Penerbitan Peraturan Daerah No. 15 TAHUN 2011 tanggal 30 Desember 2011 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah.

2.3. Indikator Pencapaian Target Kinerja APBD 1) Dinas Pendidikan Pemuda, dan Olahraga.

(1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran. Realisasi Keuangan 85,73%.

(2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. Realisasi Keuangan 89,31%.

(3) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. Realisasi Keuangan 95,02%.

(4) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Keuangan. Realisasi Keuangan 95,57%.

(31)

(6) Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. Realisasi Keuangan 85,55%.

(7) Program Pendidikan Menengah. Realisasi Keuangan 93,46%. (8) Program Pendidikan Non Formal. Realisasi Keuangan 87,54%. (9) Program Pendidikan Luar Biasa. Realisasi Keuangan 92,35%.

(10) Program Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Realisasi Keuangan 77,31%.

(11) Program Peningkatan Manajemen Pelayanan Pendidikan. Realisasi Keuangan 78,07%.

(12) Program Pendidikan Tinggi. Realisasi Keuangan 86,92%.

(13) Program Akselerasi Pengembangan Pendidikan Terkemuka. Realisasi Keuangan 93,51%.

(14) Program Peningkatan Pelayanan Pendidikan Pada BLUD. Realisasi Keuangan 90,87%

(15) Program Peningkatan Peran Serta Kepemudaan. Realisasi Keuangan 97,99%.

(16) Proram Peningkatan Upaya Penumbuhan Kewirausahaan dan Kecakapan Hidup Pemuda. Realisasi Keuangan 91,22%.

(17) Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olah Raga. Realisasi Keuangan 87,06%.

(18) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olah Raga. Realisasi Keuangan 94,70%.

(19) Program Pemberdayaan dan Pengembangan Pemuda. Realisasi Keuangan 98,03%.

2) Dinas Kesehatan.

(1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran. Realisasi Program 87,95%.

(2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. Realisasi Program 94,46%.

(3) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. Realisasi Program 98,48%.

(4) Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja Keuangan. Realisasi Program 72,41%

(5) Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. Realisasi Program 95,90%.

(6) Program Perbaikan Gizi Masyarakat. Realisasi Program 98,56% (7) Program Pengembangan Lingkungan Sehat. Realisasi Program

95,74%.

(8) Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular. Realisasi Program 97,26%.

(9) Program Pengadaan, Peningkatan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit/Rumah Sakit Jiwa/Rumah Sakit Paru. Realisasi Program 74,28%.

(10) Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit/Rumah Sakit Jiwa/Rumah Sakit Paru. Realisasi Program 95,41%.

(32)

(12) Program Penanganan Pembiayaan Kesehatan Penduduk Miskin. Realisasi Program 96,28%.

(13) Program Pelayanan Kesehatan. Realisasi Program 88,16%. (14) Program Kesehatan Keluarga. Realisasi Program 98,87%.

(15) Program Sistem Informasi Kesehatan. Realisasi Program 98,97%. (16) Program Pendidikan Kesehatan dan Sumber Daya Kesehatan

91,04%.

(17) Program Pelatihan dan Pengembangan Kesehatan. Realisasi Program 98,69%

(18) Program Pengembangan Manajemen Kesehatan. Realisasi Program 89,99%.

3) Rumah Sakit Grhasia

(1) Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Pada BLUD. Target Capaian 89,31%.

4) Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan ESDM

(1) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran. Target Capaian 91,63%.

(2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. Target Capaian 85,83%.

(3) Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur. Target Capaian 98,77%.

(4) Program Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan.Target Capaian 95,44%.

(5) Program Pembangunan Saluran Drainage/Gorong-gorong. Target Capaian 86,84%

(6) Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan. Target Capaian 94,65%

(7) Program Inspeksi Kondisi Jalan dan Jembatan. Target Capaian 97,73%.

(8) Program Tanggap Darurat Jalan dan Jembatan. Target Capaian 93,06%.

(9) Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya. Target Capaian 69,98%.

(10) Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku. Target Capaian 87,11%.

(11) Program Pengembangan, Pengelolaan dan Konservasi Sungai, Danau dan Sumber Daya Air Lainnya. Target Capaian 75,92%. (12) Program Pengendalian Banjir. Target Capaian 73,34%.

(13) Program Pelayanan Jasa Pengujian. Target Capaian 99,30%. (14) Program Pengaturan Jasa Konstruksi. Target Capaian 98,59%. (15) Program Pemberdayaan Jasa Konstruksi. Target Capaian 99,03%. (16) Program Pengawasan Jasa Konstruksi. Target Capaian 99,74%. (17) Program Pengelolaan Persampahan. Target Capaian 97,80%.

Gambar

Tabel 1Nilai PDRB Provinsi DIY Berdasarkan Lapangan Usaha (Harga Konstan
Tabel 2

Referensi

Dokumen terkait

Pada menjalankan kuasa yang diberikan oleh seksyen 168 Kanun Tanah Negara, notis adalah dengan ini diberi bahawa adalah dicadangkan hendak mengeluarkan hakmilik

GPON dan MSAN adalah adalah teknologi jaringan menggunakan fiber optic yang dapat mendukung layanan triple play dimana bandwidth dan bit rate yang ditawarkan lebih

Adalah perdagangan elektrik dimana perdagangan ini dilakukan dengan memanfaatkan jaringan telekomunikasi terutama internet. Internet memungkinkan orang atau organisasi

Terdapat penulis / pengendali yang membangkitkan isu sensitif yang berbau perkauman atau menghina agama-agama tertentu. Komen dan sesi menjawab semula menyediakan saluran

Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah melaksanakan tugas pokok penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang pengelolaan keuangan dan Aset Daerah sesuai dengan

Banyaknya aktivitas yang dilakukan pengguna sistem akan menyulitkan proses pencarian data-data tertentu yang terdapat pada log terutama data yang terkait dengan

Hasil dari analisa peta tutupan lahan didapatkan kurang dari 50 % wilayah di kabupaten pacitan yang termasuk dalam kelas kerawanan Tinggi dan agak tinggi terdapat di

Pada sub bagian ini dengan menggunakan simulator Xilinx dapat di ketahui kebenaren hasil penyederhanaan rangkaian dengan mensimulasikan rangkaian sebelum disederhanakan dan