• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah_edit trakhir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bab 2 Gambaran Umum Kondisi Daerah_edit trakhir"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1. ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI 2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah

a. Luas, Batas Wilayah, Letak dan Kondisi Geografis

Secara geografis Kabupaten Kutai Kartanegara terletak antara 115o26’28” Bujur Timur sampai dengan 117o36’43” Bujur Timur dan

1o28’21” Lintang Utara sampai dengan 1o08’06” Lintang Selatan.

Kabupaten Kutai Kartanegara adalah salah satu kabupaten di Kalimantan Timur diantara 9 Kabupaten dan 4 Kota. Berdasarkan UU nomor 20 Tahun 2012, bagian dari Kalimantan Timur yang terdiri dari 1 kota dan 3 Kabupaten akan terpisah secara resmi pada tahun 2015 menjadi Kalimantan Utara.

Luas wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara adalah 27.263,10 km2 dan

luas perairan yaitu ± 4.097 km2. Wilayah administrasi di Kabupaten Kutai

Kartanegara dibagi menjadi 18 kecamatan dan 227 desa/keluarahan. Ditampilkan pada tabel dibawah ini pembagian luas wilayah per kecamatan dan jumlah desa/kelurahan.

Tabel 2.1 Luas wilayah Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan

di Kabupaten Kutai Kartanegara

No Kecamatan Luas Wilayah Jumlah Desa Km2 Persen

1. Samboja 1045,9 3,51 21

2. Muara Jawa 754,5 2,53 8

3. Sanga-sanga 233,4 0,78 5

4. Loa Janan 644,2 2,16 8

5. Loa Kulu 1405,7 4,71 12

6. Muara Muntai 928,6 3,11 13

7. Muara Wis 1108,2 3,71 7

8. Kota Bangun 1143,7 3,83 20

9. Tenggarong 398,1 1,33 13

10. Sebulu 859,5 2,88 13

11. Tenggarong Seberang 437 1,46 18

12. Anggana 1798,8 6,03 8

13. Muara Badak 939,09 3,15 13

14. Marang Kayu 1165,7 3,91 11

(2)

No Kecamatan Luas Wilayah Jumlah Desa Km2 Persen

15. Muara Kaman 3410,1 11,43 19

16. Kenohan 1302,2 4,36 8

17. Kembang Janggut 1923,9 6,45 11

18. Tabang 7764,50 34,64 19

Kabupaten 27.263,10 100,00 227

Sumber: Kutai Kartanegara Dalam Angka Tahun 2012 Gambar 2.1 Peta Kabupaten Kutai Kartanegara

(3)

Batas wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara secara administrasi adalah sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Malinau.

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kutai Timur dan Selat Makasar.

(4)

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kota Balikpapan.

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat. b. Topografi

Topografi wilayah sebagian besar terletak di daerah aliran sungai (DAS), seperti Sungai Mahakam dan Sungai Belayan apabila dibandingkan dengan daerah lereng/punggung bukit dan daerah dataran. Gambaran topografi per wilayah kecamatan disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.2 Topografi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara

Kecamatan Lembah/ DAS PunggungLereng/

Bukit Dataran Jumlah

[1] [2] [3] [4] [5]

1 Semboja - 12 1 13

2 Muara Jawa 2 - - 2

3 Sanga sanga 1 - 2 3

4 Loa Janan 2 1 5 8

5 Loa Kulu - - 12 12

6 Muara Muntai 9 - 4 13

7 Muara Wis 7 - - 7

8 Kota Bangun 9 9 2 20

9 Tenggarong 2 2 9 13

1

0 Sebulu 4 7 2 13

1

1 TenggarongSeberang 10 3 5 18

1

2 Anggana 4 - 1 5

1

3 Muara Badak - 1 7 8

1

4 Marang Kayu - 5 2 7

1

5 Muara Kaman 15 2 2 19

1

6 Kenohan 7 - 1 8

1

7 Kembang Janggut 11 - - 11

1

8 Tabang 19 - - 19

Jumlah 102 42 55 199

Sumber: Kutai Kartanegara Dalam Angka Tahun 2012

Berdasarkan karakteristik topografi wilayah kecamatan tersebut, Kabupaten Kutai Kartanegara sebagian besar bergelombang sampai berbukit dengan kelerengan landai sampai curam. Daerah dengan kemiringan datar sampai landai terdapat dibeberapa bagian, yaitu

(5)

beberapa kawasan pantai dan di sebagian besar daerah aliran Sungai Mahakam. Pada wilayah pedalaman dan perbatasan umumnya merupakan pegunungan dengan ketinggian 500-2000 meter dari permulaan laut (dpl).

Ketinggian tanah dari permukaan laut berpengaruh terhadap pemanfaatan tanah di suatu wilayah. Semakin tinggi suatu wilayah dari permukaan laut, maka jenis komoditi yang dapat diusahakan dan diproduksi semakin terbatas. Ketinggian tanah dari permukaan laut bervariasi dari kelas 0 hingga lebih dari 1000 meter.

Tabel 2.3 Kabupaten Kutai Kartanegara Menurut Kelas Ketinggian

dari Permukaan Laut

No. Kelas Ketinggian(m) Luas (Ha) Persentase 1.

Sumber : Kantor Pertanahan Kabupaten Kutai Kartanegara , 2010

c. Geologi

Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Kutai Kartanegara menurut Soil Taxonomi USDA tergolong ke dalam jenis tanah: ultisol, entisol, histosol, inseptisol, dan mollisol, atau menurut Lembaga Penelitian Tanah Bogor terdiri dari jenis tanah: podsolik, alluvial, andosol, dan renzina. Dari hasil analisis data pokok Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2002 diperkirakan luas dan sebaran jenis tanah di Kabupaten Kutai Kartanegara didominasi oleh 4 (empat) jenis tanah yaitu organosol gley humus 3.492,35 hektar (12,81%); alluvial 759.507 hektar (27,86%); komplek podsolid merah kuning, latosol dan litosol 755.705 hektar (27,72 %) dan podsolik merah kuning 861.863 hektar (31,61 %).

d. Hidrologi

Karakteristik iklim di Kabupaten Kutai Kartanegara adalah iklim hutan tropika humida yang bercirikan curah hujan cukup tinggi dengan penyebaran yang merata sepanjang tahun, sehingga tidak terdapat pergantian musim yang jelas dengan curah hujan tahunan berkisar antara 2.000 – 4.000 mm.

Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki 4 (empat) jenis perairan yaitu sungai, danau, rawa dan laut. Sungai Mahakam merupakan sungai induk dan sungai yang terpanjang, dengan panjang sekitar 920 Kilometer. Sungai ini masih sangat berperan sebagai urat nadi transportasi

(6)

terutama untuk menuju Kecamatan Muara Wis dan Kecamatan Muara Muntai, serta sebagian besar kecamatan di wilayah Kabupaten Kutai Barat. Cabang-cabang Sungai Mahakam sangat banyak dan salah satu diantaranya adalah Sungai Belayan yang bermuara di Kecamatan Kota Bangun. Anak Sungai Mahakam ini merupakan sarana transportasi utama menuju Kecamatan Kenohan, Kecamatan Kembang Janggut dan Kecamatan Tabang. Jumlah sungai yang ada di Kabupaten Kutai Kartanegara sekitar 30 sungai.

Danau di Kabupaten Kutai Kartanegara berjumlah sekitar 26 buah. Danau-danau tersebut merupakan penghasil ikan yang paling utama, dimana luas keseluruhannya sekitar 29.000 hektar. Dua danau yang cukup terkenal sebagai penghasil ikan adalah Danau Semayang dengan luas 13.000 hektar dan Danau Melintang dengan luas 11.000 hektar. Perairan berupa rawa-rawa terdiri dari rawa pasang surut (tidal swamp) dengan luas 299.795 hektar tesebar di kecamatan wilayah pantai (sekitar delta mahakam) dan rawa (swamp) seluas 269.171 hektar yang tersebar di sekitar Kecamatan Muara Kaman, Kota Bangun, Muara Wis, Muara Muntai, Kahala, dan Kecamatan Kembang Janggut.

Perairan laut terdapat di Kecamatan Anggana, Sanga-sanga, Muara Jawa, Samboja, Muara Badak dan Marangkayu. Data mengenai kedalaman laut, luas laut dan kandungan potensinya, serta kecepatan arus laut sampai sekarang belum banyak diketahui.

e. Klimatologi

Iklim wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara sangat dipengaruhi oleh iklim tropis basah yang bercirikan curah hujan cukup tinggi dengan penyebaran merata sepanjang tahun, sehingga tidak terdapat pergantian musim yang jelas.

Iklim di Kabupaten Kutai Kartanegara dipengaruhi oleh letak geografinya yakni iklim hutan tropika dengan suhu udara rata-rata 26 0 C, dimana perbedaan antara suhu terendah dengan suhu tertinggi mencapai 50 – 70 C. Jumlah curah hujan wilayah ini berkisar 2.000-4.000 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata- rata 130-150 hari/tahun. Curah hujan terendah yaitu dari 0 – 2.000 mm/tahun tersebar di wilayah pantai dan semakin meningkat ke wilayah pedalaman atau kearah barat.

f. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Kabupaten Kutai Kartanegara dapat diklasifikasikan ke dalam kawasan lindung dan budidaya. Untuk kawasan lindung yang ada di Kabupaten Kutai Kartanegara, terdiri atas:

a) Hutan Lindung

b) Cagar Alam Sedulang di Kecamatan Muara Kaman;

(7)

c) Taman Nasional Kutai di Kecamatan Muara Kaman; dan d) Taman Hutan Raya Bukit Suharto.

Tabel 2.4 Penggunaan Lahan di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2011

N

O PEMANFAATAN RUANG LUAS (%) %

A Kawasan Lindung

A.1 Hutan Lindung 204,64 7,61

A.2 Cagar Alam 32,038 1,18

A.3 Taman Nasional 50,726 1,86

A.4 Taman Hutan Raya 52,603 1,93

Total Kawasan Lindung 340,007 12,47

B Kawasan Budidaya

B.1 Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK):

Hutan Produksi Tetap (termasuk kawasan

hutan bakau/fungsi lindung) 787.676 28,89

Hutan Produksi Terbatas 600 22,01

Hutan Produksi yang dapat Dikonversi 56.453 2,07

Total KBK 1.444.128 52,97

B.2 Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK):

Pertanian 81.558 2,99

Perkebunan 397.404 14,58

Pertambangan 378.655 13,89

Permukiman 19.591 0,72

Tubuh Air (perikanan) 64.957 2,38

Total KBNK 942.165 34,56

Total Kawasan Budidaya 2.386.293 87,53 Total (Kawasan Lindung+Kawasan

Budidaya) 2.726.300 100

Sumber: RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara 2013-2033

Sedangkan untuk klasifikasi kawasan budidaya, terdiri atas Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK) dan Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK). KBK terbagi lagi menjadi kawasan Hutan Produksi tetap (HP), Hutan Produksi Terbatas (HPT), dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi. Sedangkan untuk KBNK meliputi pertanian, perkebunan, pertambangan permukiman, dan tubuh air (termasuk untuk budidaya perikanan).

2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2013-2033 Potensi Pengembangan Wilayah berdasarkan Jenis Kawasan, tujuan, dan Lokasi dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 2.5 Potensi Pengembangan Wilayah di Kabupaten Kutai Kartanegara

(8)

Jenis

Kawasan Tujuan Budidaya Rencana PengelolaanRuang Lokasi Kawasan Lindung

(9)

Jenis

Kawasan Tujuan Budidaya Rencana PengelolaanRuang Lokasi

potensi dan

kesesuaian lahan 3. berpindahPengembangan kawasan pertanian lahan kering

perikanan Mengembangkanproduksi perikanan dengan atau peninjauan kembali rencana tata ruang kota.

pertamba Memanfatkankawasan dengan 1. pengendalian kegiatanPemanfaatan dan

(10)

Jenis

Kawasan Tujuan Budidaya Rencana PengelolaanRuang Lokasi

ngan potensi bahan

lindung atau rehabilitasi tanah pada kawasan

Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kutai Kartanegara 2013-2033 2.1.3. Wilayah Rawan Bencana

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), disebutkan bahwa kawasan bencana alam dibedakan menjadi kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan gelombang pasang, dan kawasan rawan banjir. Salah satu klasifikasi kawasan rawan bencana alam yang teridentifikasi di Kabupaten Kutai Kartanegara adalah kawasan rawan banjir, dan kawasan gerakan tanah kecil atau tanah longsor.

1. Kawasan Rawan Banjir

Kawasan rawan banjir yang ada di Kabupaten Kutai Kartanegara adalah kawasan yang mempunyai tingkat banjir yang sangat tinggi, meliputi :

(11)

n) Kecamatan Tenggarong Seberang.

Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar wilayah di Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan daerah Rawan Banjir, sehingga perlu perhatian khusus dalam perencanaan pembangunannya.

2. Kawasan Rawan Longsor

Tipologi kawasan rawan bencana longsor, diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu:

1. daerah lereng perbukit dan pegunungan, 2. daerah kaki bukit/ gunung,

3. daerah tebing sungai.

Tingkat kerawanan ditetapkan berdasarkan kajian atau evaluasi terhadap:

1. Kondisi alam (dalam hal ini kemiringan lereng, lapisan tanah/batuan, struktur geologi, curah hujan, dan geohidrologi lereng),

2. Pemanfaatan lereng,

3. Kepadatan penduduk dalam suatu kawasan.

Overview dari sebaran wilayah rawan bencana longsor menunjukkan bahwa semua pemukiman padat tidak terletak pada zona dengan tingkat kerawanan tinggi. Namun demikian banyak terdapat kegiatan penambangan yang berada pada zona longsor, sehingga akan mempertinggi potensi terjadinya bencana. Kegiatan penambangan ini dapat memicu terjadinya gerakan tanah pada zona rawan longsor.

Daerah rawan bencana tanah longsor di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara terdapat di :

1. Kecamatan Kembang Janggut; 2. Kecamatan Kota Bangun; 3. Kecamatan Loa Kulu; 4. Kecamatan Muara Kaman; 5. Kecamatan Muara Wis; 6. Kecamatan Sanga-Sanga; 7. Kecamatan Sebulu; 8. Kecamatan Tabang; dan 9. Kecamatan Tenggarong.

2.1.4. Demografi

Penduduk Kutai Kartanegara sampai akhir tahun 2012 adalah 674.464 jiwa yang terdiri atas 353.309 laki-laki dan 321.155 perempuan. Hampir sepanjang tahun, jumlah penduduk di Kutai Kartanegara selalu mengalami peningkatan.

(12)

Tabel 2.6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan Tahun 2008-2012

N

O KECAMATAN 2008 2009 2010 2011 2012

1 Samboja 51.336 53.303 54.515 56.621 58.171

2 Muara jawa 28.359 29.100 33.923 35.236 36.839

3 Sanga-sanga 15.016 17.674 17.588 18.269 19.229

4 Loa janan 50.879 51.456 56.071 58.244 61.783

5 Loa kulu 38.201 40.072 39.938 41.484 43.383

6 Muara muntai 17.587 17.587 17.315 17.985 18.668

7 Muara wis 8.549 9.186 8.557 8.888 9.250

8 Kota bangun 29.240 30.167 31.292 32.503 33.966

9 Tenggarong 78.371 86.472 96.209 99.931 104.04

4

10 Sebulu 36.886 36.966 36.420 37.827 38.930

11 Tenggarong

seberang 52.583 54.020 61.441 63.812 65.014

12 Anggana 28.756 32.774 32.688 33.950 34.943

13 Muara badak 37.583 43.449 39.834 41.374 42.985

14 Marang kayu 25.637 25.349 23.394 24.299 25.256

15 Muara kaman 34.282 34.145 33.909 35.219 36.136

16 Kenohan 11.893 11.685 9.861 10.242 10.616

17 Kembang

janggut 21.728 21.728 23.817 24.734 24.834

18 Tabang 13.462 10.724 9.908 10.290 10.417

Jumlah 580.348 605.857 626.680 650.908 674.464

Sumber Data : Kutai Kartanegara Dalam Angka Tahun 2013

Selama lima tahun terakhir sejak tahun 2008 sampai dengan 2012, rata-rata laju pertumbuhan penduduk Kutai Kartanegara sebesar 3,83%. Kecenderungan pertumbuhan penduduk ini perlu diantisipasi pada tahun-tahun mendatang, baik dari pemenuhan hak-hak dasar maupun terkait dengan kesempatan kerja dan pemenuhan ekonomi keluarga.

Tabel 2.7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin, Jumlah Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk Tahun

2010-2012

KECAMATAN Laki laki PendudukPerempu Rumah Tangga(Penduduk/kmKepadatan 2

an Jumlah

1 Samboja 30.742 27.429 58.171 14.416 56

2 Muara

jawa 19.128 17.711 36.839 8.968 49

3

Sanga-sanga 9.914 9.315 19.229 4.856 82

4 Loa janan 31.594 30.189 61.783 15.858 96

5 Loa kulu 22.510 20.873 43.383 11.371 31

6 Muara 9.756 8.912 18.668 5.100 20

(13)

KECAMATAN

bangun 17.634 16.332 33.966 8.484 30

9 Tenggaron

g 54.246 49.798 104.044 25.402 261

1

0 Sebulu 20.529 18.401 38.930 9.868 45

1

1 Tenggarong seberang

34.653 30.361 65.014 16.853 149

1

2 Anggana 18.439 16.504 34.943 8.521 19

1

3 Muara badak 22.457 20.528 42.985 10.346 46

1

4 Marang kayu 13.181 12.075 25.256 5.915 22

1

5 Muara kaman 19.115 17.021 36.136 9.249 11

1

6 Kenohan 5.555 5.061 10.616 2.438 8

1

7 Kembang janggut 13.448 11.386 24.834 6.909 13

1

8 Tabang 5.586

4.831 10.417 2.269 1

2012 353.309 321.155 674.464 169.202 25

2011 343.224 307.684 650.908 163.990 24

2010 330.173 296.507 626.680 157.230 22,99

Sumber Data : Kutai Kartanegara Dalam Angka Tahun 2013

Pada tahun 2012 sebagian besar penduduk Kutai Kartanegara berada di ibukota Kabupaten Kutai Kartanegara yaitu Kecamatan Tenggarong (15,43%). Selanjutnya berada di Kecamatan Tenggarong Seberang (9,64%), Kecamatan Loa Janan (9,16%), dan di Kecamatan Samboja (8,62%). Selebihnya tersebar di empat belas kecamatan lainnya. Pola persebaran ini dari beberapa tahun tidak banyak berubah. Sedangkan kecamatan dengan persentase jumlah penduduk terkecil adalah Muara Wis sebesar 1,37%.

Persebaran penduduk di Kabupaten Kutai Kartanegara menurut luas wilayah tidak merata. Dengan luas wilayah seluas 398,10 Km2,

Kecamatan Tenggarong berpenduduk sebanyak 104.044 jiwa. Sehingga kepadatan penduduk di Tenggarong adalah 261 penduduk/Km2. Hal ini

jauh berbeda jika dibandingkan dengan Kecamatan Tabang yang merupakan wilayah terluas di Kutai Kartanegara (7.764,50 km2) dihuni

(14)

oleh 10.417 jiwa sehingga memiliki kepadatan penduduk hanya 1 penduduk/km2.

Berdasarkan data 4 (empat) tahun terakhir, struktur penduduk Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan penduduk tua dengan proporsi penduduk usia 65 tahun keatas rata-rata sebanyak 68,08%. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.8 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2008-2011

NO KELOMPOK

UMUR 2008 2009 2010 2011

1 0-4 64.004 64.710 65.317 67.784

2 5-9 64.643 66.088 67.385 69.883

3 10-14 60.041 63.031 65.929 68.282

4 15-19 52.956 54.870 56.760 58.909

5 20-24 51.982 52.634 53.144 55.346

6 25-29 53.734 54.958 56.061 58.412

7 30-34 51.609 53.527 55.358 57.652

8 35-39 45.845 48.044 50.174 52.232

9 40-44 38.728 40.727 42.687 44.436

10 45-49 31.559 33.457 35.212 36.551

11 50-54 24.263 26.026 27.699 28.730

12 55-59 17.236 18.667 20.017 20.708

13 60+ 26.861 28.936 30.937 31.983

JUMLAH 583.461 605.675 626.680 650.908

Sumber Data : Kutai Kartanegara Dalam Angka Tahun 2012 2.2. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Fokus kesejahteraan dan pemerataan Ekonomi adalah melihat kondisi ekonomi makro sebuah wilayah yang diukur dengan beberapa indikator, yaitu pertumbuhan PDRB, PDRB per kapita, Indeks Gini, persentase penduduk diatas garis kemiskinan dan angka kriminalitas yang tertangani.

a. Pertumbuhan PDRB

Di bidang pembangunan ekonomi, salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi perekonomian secara makro adalah data produk domestik regional bruto (PDRB). Terdapat 2 (dua) jenis penilaian produk domestik regional bruto (PDRB) yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan.

Salah satu indikator utama untuk mengukur kinerja pembangunan ekonomi daerah adalah dari tingkat pertumbuhannya. Pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya pendapatan per kapita riil yang berlangsung terus-menerus yang bersumber dari dalam daerah. Untuk kepentingan analisis ekonomi, dapat digunakan pertumbuhan PDRB riil

(15)

Secara umum, pertumbuhan ekonomi Kutai Kartanegara pada 2011 melemah sebesar 3,17 poin dibandingkan tahun 2010 yang sebesar 4,05 persen. Melambatnya pertumbuhan ini terutama disebabkan oleh menurunnya produksi migas Kutai Kartanegara sehingga Nilai Tambahnya atas dasar harga konstan mengalami penurunan sebesar 9,50%. Sedangkan jika minyak bumi dan gas alam (migas) dikeluarkan dari penghitungan PDRB, maka pertumbuhannya mengalami percepatan dari 12,72 persen pada tahun 2010 menjadi 19,32 tahun 2011. Percepatan pertumbuhan tanpa migas ini terutama disebabkan meningkatnya produksi Batubara Kutai Kartanegara sehingga Nilai Tambahnya atas dasar harga konstan mengalami peningkatan sebesar 51,89%.

Laju pertumbuhan ekonomi tahun 2012 dengan migas menunjukkan peningkatan sebesar 2,52 poin dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara laju pertumbuhan ekonomu tanpa migas cenderung mengakami penurunan ke angka 18,25.

Tabel 2.9 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kutai Kartanegara

Tahun 2009-2012 N

o Lapangan Usaha

Dengan Migas Tanpa Migas 200

9 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012

Primer 1,51 3,32 3,14 4,09 8,26 16,13 43,92 36,96

1 Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan

0,6

5 3,37 4,08 1,05 0,65 3,37 4,08 1,05

2 Pertambangan dan penggalian 1,6 3,32 0,9 -4

3,0

4 13,95 24,54 39,84 35,91

Sekunder 5,72 6,7 27,81 30,56 5,72 6,7 27,81 30,56

3 Industri Pengolahan 3,61 5,07 8,15 0,26 3,61 5,07 8,15 0,26

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 10,87 5,62 13,18 19,95 10,87 5,62 13,18 19,95

5 Bangunan 6,74 7,56 6,48 10,35 6,74 7,56 6,48 10,35

Tersier 5,3 9,93 36,12 32,71 5,3 9,93 36,12 32,71

6 Perdagangan, hotel dan restoran 4,88 11,6 11,81 3,13 4,88 11,6 11,81 3,13

7 Pengangkutan dan

Komunikasi 6,63 8,24 8,15 12,16 6,63 8,24 8,15 12,16

8 Keuangan, persewaan dan Jasa Perusahaan 4,29 6,02 10,74 10,83 4,29 6,02 10,74 10,83

9 Jasa-jasa 6,39 7,84 5,42 6,59 6,39 7,84 5,42 6,59

Laju Pertumbuhan

(16)

Sumber: PDRB Kabupaten Kutai Kartanegara Menurut Lapangan Usaha Tahun 2000-2011, Kutai Kartanegara Dalam Angka 2013

Berdasarkan tabel yang disajikan diatas, LPE 2012 dengan migas menunjukkan 3 (tiga) sektor mengalami pelambatan dibandingkan tahun sebelumya, yaitu sektor a. Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan (dari 4,08 menjadi 1,05), b. Industri Pengolahan (dari 8,15 menjadi 0,26), dan c. Perdagangan, hotel dan restoran (dari 11,81 menjadi 3,13). Sedangkan sektor yang mengalami percepatan pertumbuhan yaitu: a. Pertambangan dan penggalian (dari -0,94 menjadi 3,04), b. Listrik, Gas dan Air Bersih (dari 13,18 menjadi 19,95), c. Bangunan (dari 6,48 menjadi 10,35), d. Pengangkutan dan Komunikasi (dari 8,15 menjadi 12,16), e. Keuangan, persewaan dan Jasa Perusahaan (dari 10,74 menjadi 10,83), f. Jasa-jasa (5,42 menjadi 6,59).

b. Laju Inflasi

Inflasi adalah kenaikan harga-harga secara umum dan terus menerus. Tingkat keparahan inflasi terbagi atas: Inflasi ringan (<10% setahun); Inflasi sedang (10%-30% setahun); Inflasi berat (30%-100% setahun); dan Hiperinflasi ( >100% setahun).

Laju inflasi Kabupaten Kutai Kartanegara year on year (YOY) semenjak tahun 2009 hingga tahun 2012 dapat terkendali pada angka satu digit, kondisi ini menandakan tingkat kenaikan harga barang dan jasa di Kabupaten Kutai Kartanegara secara umum tidak memberikan beban berat bagi aktivitas perekonomian daerah, namun yang perlu menjadi perhatian adalah salah satu penyebab terjadinya inflasi adalah karena proses contractional agregat supply yang disebabkan oleh meningkatnya biaya produksi karena biaya mahal dalam distribusi barang, hal ini dimungkinkan terjadi di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara yang disebabkan karena sarana infrastruktur jalan yang belum tersedia dengan baik. Namun demikian inflasi Kabupaten Kutai Kartanegara menunjukkan kecenderungan bergerak positif, yang terlihat dari angka rata-rata pertumbuhan inflasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2008-2012 (end to end) selalu menurun yakni dengan rata-rata penurunan sebesar minus 16,1 persen.

Gambar 2.2 Perkembangan Inflasi

Kabupaten Kutai Kartanegara 2008 s/d 2012 (YOY)

(17)

2008 2009 2010 2011 2012 0

2 4 6 8 10

12 10.41

4.24

7.76

6.51

5.15

Inflasi Kabupaten Kutai Kartanegara 2008-2012 (YOY)

Inflasi Linear (Inflasi)

Sumber: BPS Kabupaten Kutai Kartanegara

Inflasi Kabupaten Kutai Kartanegara dihitung menggunakan metode perhitungan indeks harga konsumen (consumer price index, CPI) yang terdiri dari delapan kelompok komoditi, yakni bahan makanan; makanan jadi; minuman, rokok dan tembakau; perumahan; sandang; kesehatan; pendidikan; rekreasi dan olah raga; dan transpor dan komonikasi. Pada tahun 2012 seluruh kelompok komoditi memberikan andil positif terhadap pembentukan inflasi Kabupaten Kutai Kartanegara, inflasi tertinggi ada pada kelompok komoditi makanan, minuman, rokok dan tembakau dengan laju inflasi mencapai 7,37%, diikuti oleh komoditi kesehatan sebesar 6,28%, selanjutnya komoditi bahan makanan sebesar 6,19%, sedangkan inflasi terendah ada pada kelompok komoditi transpor dan komonikasi sebesar 1,33%.

Gambar 2.3 Perkembangan Inflasi Berdasarkan

KomoditiKabupaten Kutai Kartanegara 2008 s/d 2012 (YOY)

BAHAN MAKANAN PENDIDIKAN, REKR

EASI DAN

OLAH RAGA

0.00 2.00 4.00 6.00 8.00

6.197.37 4.48

3.77 6.28

2.90 1.33

(18)

c. PDRB Per Kapita

PDRB per kapita atas harga berlaku berguna untuk menunjukkan nilai PDRB per-kepala atau satuorang penduduk. Sedangkan PDRB per kapita atas harga konstan berguna untuk mengetahuipertumbuhan nyata ekonomi perkapita penduduk suatu daerah.PDRB per kapita dapat diukur menggunakan 2 macam pendekatan, yaitu PDRB atas harga berlaku dan atas harga konstan.

Data PDRB per kapita Kabupaten Kutai Kartanegara Menurut Lapangan Usaha Tahun 2000-2011 disajikan pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.10 PDRB Per Kapita Tahun 2005 dan 2010 Kabupaten Kutai Kartanegara

No. PDRB 2005 2010

1 PDRB atas dasar harga berlaku

- Dengan Migas Rp 113.636.663 Rp 189.665.067,07

- Tanpa Migas Rp 22.333.017 Rp 79.786.226,96

2 PDRB atas dasar harga Konstan

- Dengan Migas Rp 53.756.305 Rp 12.765.093,00

- Tanpa Migas Rp 44.857.355 Rp 18.915.988,97

* PDRB per kapita ADH berlaku Migas meningkat sebesar 11,15% * PDRB per kapita ADH berlaku Non Migas meningkat sebesar 42,88% Sumber: PDRB Kabupaten Kutai Kartanegara Menurut Lapangan Usaha 2000-2011

Selama enam tahun nilai PDRB per kapita ADHB di Kabupaten Kutai Kartanegara mengalami peningkatan cukup tinggi. Tahun 2005 nilainya sebesar Rp.113.636.663 per tahun dan di tahun 2011 meningkat menjadi Rp.189.665.067,07 per tahun atau rata-rata meningkat sebesar 11,15% setiap tahunnya. Jika komponen migas dikeluarkan dari penghitungan PDRB, maka besarnya PDRB per kapita ADH berlaku 2005 sebesar Rp.22.333.017 per tahun dan tahun 2011 sebesar Rp 79.786.226,96 per tahun atau terjadi peningkatan rata-rata sebesar 42,88% setiap tahunnya.

Peningkatan PDRB per kapita ADH berlaku belum menggambarkanpeningkatan secara riil, karena masih adanya pengaruh kenaikan harga atau tingkatinflasi yang terjadi di wilayah tersebut. Adapun PDRB per kapita atas dasar hargakonstan memberi gambaran pendapatan per kapita penduduk yang riil tanpa dipengaruhi oleh perubahan harga dan menunjukan perubahan tingkat kesejahteraan penduduk.

Pada tahun 2005 PDRB per kapita riil (jika migas dimasukkan dalam penghitungan PDRB) sebesar Rp 53.756.305 per tahun dan di tahun

(19)

tahun tersebut PDRB perkapita riil penduduk Kutai Kartanegara telah mengalami penurunan sebesar 16,55%. Hal tersebut memberi arti bahwa selama periode tahun 2011 secara riil daya beli masyarakat menurun dibandingkan daya belinya pada enam tahun yang lalu.

Jika migas dikeluarkan dari penghitungan PDRB, maka dalam kurun waktu enam tahun ini PDRB riil perkapita masyarakat Kutai Kartanegara masih mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 PDRB per kapita riil sebesar Rp.12.765.093per tahun dan di tahun 2011 naik menjadi Rp 18.915.988,97 per tahun atau selama enam tahun tersebut PDRB per kapita riil penduduk Kutai Kartanegara telah mengalami peningkatan sebesar 48,19%.

d. Indeks Gini

Tingkat pemerataan distribusi pendapatan sering diukur dengan koefisien gini. Menghitung koefisien gini dengan cara membagi penduduk menjadi beberapa kelompok sesuai dengan tingkat pendapatannya. Kemudian menetapkan proporsi yang diterima oleh masing-masing kelompok pendapatan. Koefisien gini adalah ukuran ketidakseimbangan atau ketimpangan yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga satu (ketimpangan sempurna). Berdasarkan data tahun 2008-2012 sebagaimana disajikan pada tabel di bawah, diketahui bahwa indeks gini Kutai Kartanegara mengalami fluktuasi. Pada tahun 2009 mengalami penurunan dari 0,24 tahun 2010 menjadi 0,22. Namun pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 0,30 yang tetap bertahan sampai tahun 2012. Kondisi meningkatnya indeks gini ini perlu diwaspadai sehingga tidak cenderung meningkat pada tahun-tahun selanjutnya.

Tabel 2.11 Indeks Gini Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2009-2012

No .

Distribusi Pembagian Pendapatan / Income

Distribution

2008 2009 2010 2011 2012

1 40% Rendah / Lower 19,59 23,32 20,62 21,17 21,45

2 40% Sedang / Middle 51,82 47,45 51,78 39,51 39,21

3 20% Tinggi / Highest 28,58 29,23 27,59 39,31 39,34

4

Rasio Pembagian Pendapatan Tinggi Ter-hadap Pendapatan Rendah / Ratio of Highest to Lowest

1,46 1,25 1,34 1,86 1,83

(20)

Sumber : Kutai Kartanegara Dalam Angka Tahun 2013

e. Indeks Ketimpangan Wiliamson (indeks ketimpangan regional)

Ketimpangan pembangunan antar kecamatan yang terjadi di Kabupaten Kutai Kartanegara, jika dianalisis menggunakan Indeks Ketimpangan Wiliamson pada tahun 2010, menunjukkan angka 0,756. Kondisi ini mengindikasikan bahwa ketimpangan pembangunan di Kabupaten Kutai Kartanegara cukup lebar, dimana jika angka mendekati nol maka ketimpangan semakian kecil atau merata, sedangkan mendekati angka 1 maka ketimpangan semakian lebar. Namun demikian perlu dipahami bahwa hanya menjelaskan distribusi PDRB per kapita antar kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara, tidak otomotis bahwa ketimpangan yang ditunjukkan oleh Indeks Wiliamson bahwa suatu kecamatan dengan PDRB per Kapita yang lebih tinggi akan lebih sejahtera dibanding dengan kecamatan lainnya, terlebih perhitungan yang dilakukan menggunakan PDRB dengan migas.

f. Persentase Penduduk Diatas Garis Kemiskinan

Penduduk miskin dihitung berdasarkan garis kemiskinan. Garis kemiskinanadalah nilai rupiah pengeluaran per kapita setiap bulan untuk memenuhi standar minimumkebutuhan-kebutuhan konsumsi pangan dan non pangan yang dibutuhkan oleh individu untuk hiduplayak.

Mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar(basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuandari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur darisisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Head Count Index (HCI), yaitu persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan.

Data persentase penduduk Kutai Kartanegara di bawah garis kemiskinan disajikan pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.12Persentase Penduduk Diatas Garis Kemiskinan

Tahun PendudukJumlah PendudukMiskin Diatas GarisPenduduk

Kemiskinan Persentase

2005 527.196 70.385 456.811 86,65

2006 542.233 59.087 483.146 89,10

2007 550.027 45.796 504.231 91,67

(21)

Tahun PendudukJumlah PendudukMiskin Diatas GarisPenduduk

Kemiskinan Persentase

2009 605 857 42.480 563.377 92,99

2010 626 680 54.700 571.980 91,27

2011 650.908 47.300 603.608 92,73

2012 674.464 47.100 627.364 93,02

Sumber: BPS Kabupaten Kutai Kartanegara

Dari Tabel diatas diketahui dari tahun ke tahun persentase penduduk diatas garis kemiskinan menunjukkan terus meningkat hingga ditahun 2010 persentase penduduk di atas garis kemiskinan menurun sebesar 1,72%. Sebelum Tahun 2010 mulai tahun 2005 hingga 2009 persentase penduduk diatas garis kemiskinan meningkat rata-rata 1,9%.Hal ini semakin menunjukkan kecenderungan yang baik sampai dengan tahun 2012, dimana pada tahun tersebut penduduk miskin menurun menjadi 6,98%

Kenaikan persentase jumlah penduduk diatas garis kemiskinan menunjukkan keberhasilan pemerintah menciptakan lingkungan usaha yang mendukung penciptaan lapangan kerja baru. Penyerapan tenaga kerja membuat penduduk yang semula berada pada kategori miskin “naik kelas” ke golongan penduduk diatas garis kemiskinan. Kenaikan persentase juga menggambarkan keberhasilan pemerintah membuat masyarakat berpenghasilan rendah lebih produktif melalui berbagai program yang dijalankan.

g. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Selama periode 5 (lima) tahun terakhir, pencapaian angka IPM Kabupaten Kutai Kartanegara relatif terus membaik. IPM Kutai Kartanegara Tahun 2008 sebesar 72,03 berada pada posisi ke 11 dari seluruh kabupaten/kota se-Kalimantan Timur. Pada tahun 2009, angka IPM Kabupaten Kutai Kartanegara telah mencapai 72,50 dan kemudian menunjukkan kemajuan yang cukup berarti di tahun 2010 menjadi 72,89 atau naik sekitar 0,39 poin. Pada tahun 2011, capaian IPM Kabupaten Kutai Kartanegara sekitar 73,51 dan terus mengalami peningkatan menjadi 74,24 pada tahun 2012. IPM sebesar 74,24 menempatkan Kutai Kartanegara pada posisi 10 se-Kalimantan Timur. Peningkatan tersebut kemungkinan disebabkan karena sudah semakin terwujudnya optimalisasi dan sinergitas pola dan sasaran pembangunan manusia yang dikembangkan pemerintah dan masyarakat di Kabupaten Kutai Kartanegara selama ini.

(22)

Tabel 2.13 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Kutai Kartanegara

Tahun 2008-2012

Komponen 200

8

2009 2010 2011 2012

Angka Harapan Hidup (tahun) n.a 67,85 67,93 68,05 68,17 Angka Melek Huruf (persen) n.a 96,87 96,87 97,31 98,33 Rata-rata Lama Sekolah

(tahun)

n.a 8,33 8,33 8,57 8,76 Pengeluaran Perkapita Riil yang

Disesuaikan (ribuan) n.a 632,64 637,10 640,73 644,56

IPM 72,0

3 72,50 72,89 73,51 74,24 Peringkat IPM Dalam Provinsi

Kalimantan Timur 11 11 11 11 10

Sumber: Kutai Kartanegara Dalam Angka 2013 h. Angka Kriminalitas yang Tertangani

Keamanan, ketertiban dan penanggulangan kriminalitas merupakan salah satu prioritas untuk mewujudkan stabilitas penyelenggaraan pemerintahan terutama di daerah. Pemerintahan daerahdapat terselenggara dengan baik apabila pemerintah dapat memberikan rasa aman kepada masyarakat, menjaga ketertiban dalam pergaulan masyarakat, serta menanggulangi kriminalitas sehingga kuantitas dan kualitas kriminalitas dapat diminimalisir. Angka kriminalitas yang tertangani adalah penanganan kriminal oleh aparat penegak hukum (polisi/kejaksaan). Angka kriminalitas yang ditangani merupakan jumlah tindak kriminal yangditangani selama 1 tahun terhadap 10.000 penduduk.

Berdasarkan data tahun 2012, tindakan kriminalitas paling banyak tertangani adalah tindakan pencurian dengan jumlah 118. Pencurian yang banyak dilakukan oleh masyarakat menunjukkan kurang sejahteranya masyarakat di Kabupaten Kutai Kartanegara. Penanganan tindak kriminalitas yang tertangani di Kabupaten Kutai Kartanegara per 10.000 penduduk dilihat kurang optimal karena nilainya yang kecil.Diperlukan peningkatan kinerja aparat kepolisian dalam menangani masalah yang diadukan oleh penduduknya, sehingga keadilan dan penegakan hukum dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat. Selain itu pemerintah perlu membuat kebijakan yang dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk sehingga kejahatan pencurian khususnya tidak

(23)

Tabel 2.14 Angka Kriminalitas yang tertangani

N

o Kriminalitas Ditangani Angka KriminalitasTertangani

1 Kejahatan Kesusilaan 12 0,02

2

Kejahatan Terhadap

Nyawa 6

0,01

3 Penganiayaan 36 0,06

4 Pembunuhan 54 0,08

5 Pencurian 118 0,18

6 Pemerasan dan Pengancaman 6 0,01

Total 232 0,36

Sumber: Kutai Kartanegara Dalam Angka 2012

2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial

Fokus kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari berbagai urusan pemerintahan yang terkait.Dari berbagai macam urusan penyelenggaraan pemerintahan daerah, urusan yang mempengaruhi kesejahteraan masyarakat adalah pendidikan, kesehatan, pertanahan dan ketenagakerjaan.

a. Pendidikan a.1. Angka Melek Huruf

Angka Melek Huruf (dewasa) adalah proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya. AMH dapat digunakan untuk:

(i) Mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf, terutama di daerahpedesaan di Indonesia dimana masih tinggi jumlah penduduk yang tidak pernah bersekolahatau tidak tamat SD.

(ii) Menunjukkan kemampuan penduduk di suatu wilayah dalam menyerap informasi dari berbagaimedia.

(iii) Menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis. Sehingga angka melek huruf dapat berdasarkan kabupaten mencerminkan potensi perkembangan intelektualsekaligus kontribusi terhadap pembangunan daerah.

Gambar 2.4 Angka Melek Huruf Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2009-2012

(24)

Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 96

96.5 97 97.5 98 98.5

96.87 96.87

97.31

98.33

Sumber : Kutai Kartanegara Dalam Angka Tahun 2013

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa angka melek huruf di Kabupaten Kutai Kartanegara dari tahun 2010 sampai 2012 mengalami peningkatan terus menerus. Angka melek huruf tahun 2002 sebesar 95,7 dan 8 tahun kemudian angka melek huruf meningkat menjadi 96,87 atau sebesar 1,17. Data tahun 2011 meningkat kembali menjadi 97,31 atau sebesar 0,44. Dan posisi terakhir pada tahun 2012 berada pada angka 98,33. a.2. Rata-Rata Lama Sekolah

Rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang telah dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun keatas diseluruh jenjang pendidikan formal yang dijalani. Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Kutai Kartanegara selama 3 (tiga) tahun terakhir menunjukkan peningkatan, berturut-turut sebagai berikut: 8,33 tahun 2010, 8,57 tahun 2011, 8,76 tahun 2012. Kondisi tahun 2012 menunjukkan penduduk di Kutai Kartanegara rata-rata memiliki tingkat pendidikan kelas 2 SLTP.

a.3. Angka Partisipasi Kasar (APK)

Angka Partisipasi Kasar (APK) merupakan proporsi anak yang sekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok umur yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. APK untuk tiap jenjang pendidikan disajikan beikut ini.

Tabel 2.15 Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Jenjang Pendidikan

Tahun 2009-2011 (%) Jenjang

Pendidikan 2009 2010 2011

SD/MI/Paket A 114,75 111,86 106,07 SMP/MTs/Paket B 82,35 89,54 98,42 SMA/SMK/MA/Paket

C 68,49 71,87 70,32

(25)

Angka partisipasi kasar untuk sekolah dasar (SD) pada tahun 2011 adalah 106,07 persen, artinya bahwa jumlah penduduk yang bersekolah dasar (SD) melebihi jumlah penduduk usia SD (7-12 tahun), sementara partisipasi kasar SLTP sebesar 98,42 persen dan SLTA sebesar 70,32 persen. Disini terlihat bahwa semakin tinggi usia anak, maka semakin kecil angka partisipasi sekolahnya.

Pada jenjang pendidikan menengah dan atas (SLTP atau SLTA) angka partisipasi kasar penduduk masih rendah. Hal ini berkaitan dengan kegiatan ekonomi penduduk pada usia tersebut yang sebagian membantu orang tua untuk berkerja atau bahkan pada usia tersebut sudah berstatus kawin sehingga mempunyai kewajiban mengurus rumah tangga.

a.4. Angka Pendidikan Yang Ditamatkan

Penduduk 10 tahun keatas yang menamatkan sekolah di Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2011, berdasarkan atas publikasi BPS pada tingkat SLTP yang mengalami peningkatan sedangkan tingkat SD dan SLTA cenderung menurun. Penduduk yang berumur 10 tahun ke yang hanya menamatkan SD tahun 2011 sebesar 18,90%, sedangkan pada tahun 2010 sebesar 20,56%. Menamatkan pada tingkat SLTA tahun 2011 sebesar 32,54 % sedangkan pada tahun 2010 sebesar 32,66%. Dengan demikian diindikasikan bahwa penduduk Kabupaten Kutai Kartanegara cenderung tidak melanjutkan pendidikan ke tingkat SLTA. Berikut grafik penduduk 10 tahun ke atas yang tamat sekolah.

Gambar 2.5 Penduduk 10+ Tahun Yang Tamat Sekolah Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2009-2011 (%)

2009 2010 2011

0 5 10 15 20 25 30 35

28.13 32.66 32.54

20.22 20.56 18.9

21.76

22.02 25.86

-          SD -          SLTP -          SLTA

Sumber : BPS Kutai Kartanegara

(26)

a.5. Angka Partisipasi Murni (APM)

Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama. APM menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu. Berdasarkan tabel di bawah, diketahui APM SD pada tahun 2011 sebesar 95,00 persen, APM SLTP sebesar 78,77 persen, dan APM SLTA sebesar 54,07 persen.

Tabel 2.16 Angka Partisipasi Murni Kabupaten Kutai Kartanegara

Tahun 2009-2011 (%) Jenjang

Pendidikan 2009 2010 2011

SD/MI/Paket A 97,20 97,04 95,00 SMP/MTs/Paket B 71,26 77,45 78,77 SMA/SMK/MA/Paket

C

47,37 51,18 54,07

Sumber: Profil Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2012 b. Kesehatan

b.1. Angka Kematian Bayi

Besarnya Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2000 sebesar 0,048 atau ada 48 kematian bayi per 1000 kelahiran hidup. Angka tersebut terus turun, sehingga pada tahun 2011 menjadi 0,0357 atau ada 357 kematian bayi per 10.000 kelahiran hidup. Angka ini mengalami penurunan dari tahun 2010 dimana ada 362 kematian bayi per 10.000 kelahiran hidup.

b.2. Angka Usia Harapan Hidup

Merupakan rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir pada suatu tahun tertentu. Angka harapan hidup bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka harapan hidup dapat diketahui dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. Mengetahui angka harapan hidup menggunakan asumsi angka perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur.

Angka harapan hidup Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2009-2012 disajikan pada gambar berikut.

(27)

Tahun 2009-2012

Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 67.6567.7

67.75 67.8 67.85 67.9 67.9568 68.0568.1 68.15 68.2

67.85

67.93

68.05

68.17

A

H

H

Sumber: Kutai Kartanegara Dalam Angka Tahun 2013

Angka usia harapan hidup dipengaruhi oleh berbagai faktor penentu seperti lingkungan, sarana dan prasarana umum termasuk kesehatan. Angka harapan hidup Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2002 adalah 66,2 tahun, meningkat menjadi 67,93 tahun pada tahun 2010 atau meningkat 1,73. Pada tahun 2011 angka harapan hidup meningkat lagi menjadi 68,05 tahun dan posisi terakhir pada tahun 2012 sebesar 68,17. Untuk mengukur angka harapan hidup suatu daerah perlu dibandingkan dengan angka harapan hidup di negaranya. Angka harapan hidup di Indonesia pada tahun 2011 adalah 70,76 tahun, sedangkan di Kabupaten Kutai Kartanegara sebesar 68,05. Guna mencapai AHH nasional, maka perlu adanya dukungan dari pemerinah dan berbagai pihak yang terkait untuk membuat program pembangunan kesehatan, program kesehatan lingkungan, gizi dan kalori serta program pemberantasan kemiskinan.

c. Ketenagakerjaan

Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk Kabupaten Kutai Kartanegara pada setiap tahunnya, berdampak pada perkembangan penduduk usia kerja. Semakin banyak penduduk usia kerja tentu saja berbanding lurus dengan kebutuhan lapangan kerja. Perkembangan kondisi ketenagakerjaan Kabupaten Kutai Kartanegara 2005–2010 dapat digambarkan sebagai berikut.

Tabel 2.17 Rasio Penduduk yang Bekerja Tahun 2005-2010 Kabupaten Kutai Kartanegara

Indikator

Ketenagakerjaan 2008 2009 2010 2011 2012

(28)

Angkatan Kerja (jiwa) 230.2

39 263.668 294.620 306.189 304.015

- Bekerja (jiwa) 222.2

70 233.667 260.640 282.659 280.038 - Mencari pekerjaan

(jiwa) 7.969 30.001 33.980 23.530 23.977

Rasio Penduduk

bekerja 0,97 0,89 0,88 0,92 0,92

Sumber: BPS Kabupaten Kutai Kartanegara

Seiring dengan perkembangan usia kerja maka angkatan kerja juga mengalami peningkatan. Jumlah penduduk yang masuk angkatan kerja tahun 2005 sebanyak 213.744 jiwa dengan jumlah penduduk yang bekerja sebanyak 187.885 jiwa, sedangkan pada tahun 2010 penduduk angkatan kerja sebanyak 294.620 dan yang bekerja sebanyak 260.640 jiwa. Dari data penduduk yang bekerja dan angkatan kerja dapat dihitung rasio penduduk yang bekerja. Pada tahun 2005 penduduk yang bekerja sebesar 88%, kemudian pada tahun 2006 hingga tahun 2008 penduduk yang bekerja terus meningkat dengan jumlah penduduk yang bekerja tinggi yaitu 97%. Kemudian tahun 2009 hingga 2010 berturut-turut turun menjadi 89% dan 88%.

Rasio penduduk yang berkerja di Kabupaten Kutai Kartanegara nilainya tinggi, jumlah yang bekerja telah melebihi 80% dari angkatan kerja di Kabupaten Kutai Kartanegara.Peningkatan penduduk yang telah bekerja harus terus dilaksanakan, dengan tujuan agar pengangguran di Kabupaten Kutai Kartanegara menjadi sedikit. Program ini perlu didukung oleh pemerintah dan para pihak terkait untuk membuka lapangan kerja baru.

2.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga a. Kebudayaan

Di Kabupaten Kutai Kartanegara terdapat banyak suku-suku yang tersebar dari wilayah pesisir hingga pedalaman dengan aneka ragam seni budaya daerah antara lain:

 Kesenian Keraton terdiri dari: Tari, Mulawarman, Ganjur Bini, Kenjar Laki, Tari Kanjal, Tari Topeng, Tari Dewa.

 Kesenian Penduduk asli terdiri dari: Patun, Ngelawai, Ngerangkau, Tari Leleng, Datun,Gong, Kelian Anak, Hudo’ dan Pepatai (tari perang), Belian.

 Kesenian Kutai Kartanegara Pedalaman terdiri dari: Kesenian Tingkilan, Tarsul, Pantun, Sair Jepen dan Hadrah.

(29)

b. Pemuda dan Olahraga

Pembangunan pemuda sebagai salah satu unsur sumber daya manusia dan tulang punggung serta penerus cita-cita bangsa, terus disiapkan dan dikembangkan kualitas kehidupannya melalui peningkatan aspek pendidikan, kesejahteraan hidup dan tingkat kesehatan pembangunan dan pembinaan olahraga disamping optimalisasi olahraga prestasi, dilakukan juga upaya membangun budaya olahraga dalam masyarakat. Untuk meningkatkan pembinaan olahraga dimaksud masih diperlukan dukungan sarana dan prasarana olahraga, baik olahraga masyarakat maupun sarana olahraga terpadu dengan standar internasional.

Sarana dan prasarana olahraga dan pemuda di Kabupaten Kutai Kartanegara, sebagai berikut:

Tabel 2.18 Gedung Sarana Olahraga Di Kabupaten Kutai Kartanegara

Sumber : Dinas Pemuda dan Olah Raga Kukar, 2010

Gambaran Umum Kondisi DaerahII-29

No Prasarana Fasilitas Lokasi

1 Stadion Olahraga

Rondong Demang  bolaLapangan Sepak

 Lapangan Tenis

2 Lapangan Pemuda  Lapangan Sepak bolaLapangan Tenis (outdoor)

Jl. Mawar Tenggarong

3. Gedung Olahraga DPRD  Lapangan Bulu Tangkis  Lapangan Tenis

(outdoor  & indoor)

Jl. Patin Tenggarong

4 Komplek OlahragaPerjiwa  Lapangan Sepak Bola dan Atletik

 Lapangan Panahan

5 Gedung KNPI  Ruang Pertemuan

dan Sekretariat

Jl. Mawar Tenggarong

6 Gedung KONI  Sekretariat Jln. Mulawarman

7 Gedung Bulu

(30)

2.3. ASPEK PELAYANAN UMUM

Merupakan aspek kedua dari tiga aspek pada indikator kinerja kunci yang tercantum pada Permendagri no 54 Tahun 2010. Aspek pelayanan umum memberikan gambaran kinerja pemerintah dalam melayani penduduknya. Aspek pelayanan umum dibagi menjadi dua yaitu urusan wajib dan urusan pilihan, keduanya akan dijabarkan dibawah ini.

2.3.1. Urusan Wajib

Urusan wajib adalah indikator kinerja yang menilai urusan pelayanan wajib di suatu daerah, penyelengaaraan urusan wajib ditangani oleh pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara berkaitan dengan pelayanan dasar. Bagian dari urusan wajib seperti: pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, perumahan, perhubungan, lingkungan hidup, pertanahan, dan lain sebagainya.

a. Pendidikan

a.1. Angka Partisipasi Sekolah

Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan proporsi anak sekolah pada suatu kelompok umur. APS tahun 2011 kelompok umur 7-12 tahun sebesar 98,46 persen, APS kelompok 13-15 tahun sebesar 93,53 persen, dan APS kelompok 16-18 sebesar 69,47 persen. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada 1,54 persen anak umur Sekolah Dasar di Kabupaten Kutai Kartanegara saat ini sedang tidak aktif bersekolah. Jumlah anak umur Sekolah Dasar yang tidak bersekolah tahun 2011 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang berjumlah 0,80 persen. Selanjutnya, anak umur Sekolah Lanjutan Pertama yan sedang tidak aktif bersekolah sebanyak 4,67 persen. Sehingga ini memberikan gambaran bahwa tugas pemerintah masih cukup berat untuk mensukseskan program wajib belajar 9 tahun dimasa datang.

Tabel 2.19 Angka Partisipasi Sekolah Kabupaten Kutai Kartanegara

Tahun 2009-2011 (%) Jenjang

Pendidikan 2009 2010 2011

7-12 tahun 99,12 99,20 98,46

13-15 tahun 88,50 92,32 93,53 16-18 tahun 56,64 59,80 69,47

Sumber: Profil Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2012

a.2. Rasio Ketersediaan Sekolah Terhadap Murid

Rasio Ketersediaan sekolah dengan murid, pada 2011 untk SD dan SLTP sedikit mengalami peningkatan dibanding dengan tahun 2010,

(31)

sedangkan untk SLTA mengalami penurunan. Tingkat SD rasio murid sekolah sebesar 174, SLTP sebesar 181, dan SLTA sebesar 222.

Gambar 2.7 Rasio Murid Sekolah Kabupaten Kutai Kartanegara 2009-2011

Rasio guru/murid bertujuan untuk menilai ketersedian pengajar, selain itu juga mengukur jumlah ideal murid untuk setiap guru.Rasio guru/murid dapat dilakukan perhitungan untuk mencapai standar kualitas pendidikan yang baik.

Data yang menggambarkan rasio guru/murid sekolah dasar dan menengah tidak tersedia, untuk menggambarkan data tersebut data disubstitusi dengan data rasio murid terhadap guru sekolah dasar dan sekolah menengah.Data rasio murid terhadap guru bersumber dari Kutai Kartanegara Dalam Angka Tahun 2012, data disajikan pada tabel berikut. Tabel 2.20 Rasio Murid Terhadap Guru Tahun 2011 Dibagi Per

Kecamatan

No

. Kecamatan

SD/MI SMP/MTs SMP/MA

Nege

ri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta

(32)

No

. Kecamatan

SD/MI SMP/MTs SMP/MA

Nege

ri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Seberang

12 Anggana 14 34 12 20 11 18

13 Muara Badak 13 8 12 15 12 4

14 Marang Kayu 11 13 7 11 9 13

15 Muara Kaman 14 24 12 11 13 10

16 Kenohan 10 - 10 10 9 6

17 Kembang Janggut 9 25 10 5 11 10

18 Tabang 7 - 14 - 9 3

2010/2011 22 20 24 16 20 14

2009/2010 24 18 25 15 32 11

Sumber : Kutai Kartanegara Dalam Angka Tahun 2012

Data sekolah dibagi menjadi sekolah negeri dan sekolah swasta dan dibagi per kecamatan. Sedangkan data rasio murid tehadap guru terdiri dari 2 tahun pendidikan yaitu 2009/2010 dan 2010/2011.Data rasio guru terhadap murid pada setiap jenjang pendidikan terutama pada sekolah negeri mengalami penurunan. Penurunan cukup drastis pada rasio murid terhadap guru pada sekolah menengah pada tahun ajaran 2009/2010 bernilai 32 sedangkan pada tahun 2010/2011 menjadi 20.Berbeda pada rasio murud terhadap guru sekolah negeri yang mengalami penurunan, pada sekolah swasta mengalami peningkatan rasio pada jenjang pendidikan menengah.

Rasio tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Kutai Kartanegara terjadi ketimpangan antara guru dan murid. Seperti pada jenjang pendidikan swasta tahun ajaran 2010/2011 pada sekolah negeri terdapat 20 guru dari 10.000 siswa dan 14 guru di sekolah swasta diantara 10.000 siswa. Ketimpangan guru dan murid tersebut seharusnya diimbangi dengan penambahan guru yang ada Di kabupaten Kutai Kartanegara.

a.4. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.

Perhitungan untuk memperoleh data pendidikan anak usia dini dapat diperoleh dari Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban Bupati Kutai Kartanegara. Pendidikan anak usia dini di Kabupaten Kutai Kartanegara 73,06%. Nilai yang cukup besar bahwa 73,06% anak usia 4-6 tahun,

(33)

telah menempuh pendidikan dini. Adanya pendidikan anak usia dini bertujuan untuk:

 Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan pada masa dewasa.

 Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.

Tujuan yang baik tersebut perlu didukung dengan berbagai fasilitas dan kebijakan yang dibantu oleh pemerintah daerah, untuk menciptakan Kutai Kartanegara yang memiliki sumberdaya yang unggul.

a.5. Angka Putus Sekolah

Angka Putus Sekolah mencerminkan anak-anak usia sekolah yang sudah tidakbersekolah lagi atau yang tidak menamatkan suatu jenjang pendidikan tertentu, hal ini sering digunakan sebagai salah satu indikator keberhasilan pembangunan dibidang pendidikan.

Data angka putus sekolah diperoleh dari Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban Bupati Kutai Kartanegara, yang disajikan pada tabel sebagai berikut.

Tabel 2.21 Angka Putus Sekolah Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2012

Pendidikan Persentase(%)

SD/MI 0,07

SMP/MTs 0,23

SMA/SMK/MA 0,31

Sumber : Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban Tahun Anggaran 2012

Angka putus sekolah pada jenjang pendidikan SD/MI persentasenya kecil, yaitu 0,7%, pada jenjang pendidikan SMP/MTs angka putus sekolah lebih banyak dari pada SD/MI yaitu sekitar 0,23%. Semakin tinggi jenjang pendidikan angka putus sekolah semakin tinggi begitu juga di Kabupaten Kutai Kartanegara, pada jenjang SMA/SMK/MA angka putus sekolah meningkat menjadi 0,31%. Secara keseluruhan angka putus sekolah di Kutai Kartanegara termasuk rendah karena tidak kurang dari 1%.

Penyebab utama putus sekolah antara lain karena kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan anak sebagai investasi masa

(34)

depannya; kondisi ekonomi orang tua yang miskin; dan keadaan geografis yangkurang menguntungkan. Nilai angka putus sekolah yang rendah di Kabupaten Kutai Kartanegara dapat menggambarkan keberhasilan pemerintah daerah dalam melaksanakan program-program dibidang pendidikan. Oleh karena itu keberhasilan ini perlu dipertahankan dan di tingkatkan.

a.6. Angka Kelulusan

Angka kelulusan adalah persentase kelulusan yang dicapai setiap tahunnya pada setiap jenjang pendidikan. Angka kelulusan dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di sekolah serta kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan daerah.

Data angka kelulusan di Kabupaten Kutai Kartanegara diperoleh dari Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban Bupati Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2012. Data disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut.

Tabel 2.22 Angka Kelulusan Tahun 2012 Per Jenjang Pendidikan

Kabupaten Kutai Kartanegara

Jenjang Pendidikan %

SD/MI 90,16

SMP/MTs 99,37

SMA/SMK/MA 98,88

Sumber : Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban Tahun Anggaran 2012

Angka kelulusan pada jenjang SD/MI sebanyak 90,16%, pada jenjang SMP/MTs angka kelulusan sebesar 99,37% angka kelulusan SMP/MTs merupakan yang paling tinggi dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya. Sedangkan pada jenjang pendidikan SMA/SMK/MA angka kelulusannya 98,88%.

Angka kelulusan pada jenjang SD/MI yang merupakan angka kelulusan yang paling rendah dibandingkan dengan yang lain. Hal ini dapat disebabkan karena perubahan kurikulum dan standar kelulusan yang berubah setiap tahunnya. Pemerintah dan Dinas Pendidikan Kabupaten Daerah perlu melakukan koordinasi untuk melaksanakan program peningkatan angka kelulusan khususnya pada jenjang SD.

a.7. Angka Melanjutkan Sekolah

Angka melanjutkan sekolah adalah persentase siswa yang melanjutkan

(35)

sekolah dilakukan dengan menghitung setiap jenjang pendidikan. Angka melanjutkan sekolah di Kabupaten Kutai Kartanegara disajikan pada tabel berikut:

Tabel 2.23 Angka Melanjutkan Sekolah Tahun 2012 Kabupaten Kutai Kartanegara

Jenjang Pendidikan %

SD/MI – SMP/MTs 102,57

SMP/MTs –

SMA/SMK/MA 105,57

Sumber : Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban TA 2012

Angka melanjutkan sekolah dari SD/MI – SMP/MTS bernilai 102,57%, sedangkan dari SMP/MTs – SMK/SMK/MA 105,57%. Nilai angka melanjutkan sekolah di Kutai Kartanegara telah melebihi 100% hal ini menunjukkan bahwa semua siswa yang lulus melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Semakin tinggi angka melanjutkan sekolah akan semakin baik, karena sumber daya manusia akan semakin tinggi. Dengan sumberdaya manusia yang berkualitas akan mendukung pembangunan daerah.

a.8. Guru yang Memenuhi Kualifikasi

Standar kualitas pendidik yang tinggi tentu saja akan mempengaruhi murid didiknya. Standar pendidik atau guru saat ini adalah Sarjana atau Diploma IV. Pemerintah pusat saat ini melakukan sertifikasi terhadap guru, program tersebut merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas pengajar.

Dari jumlah Guru SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA. Diketahui Guru yang memenuhi kualifikasi pendidikan S1/D-IV di Kabupaten Kutai Kartanegara sebesar 61,79%. Dari data tersebut diketahui bahwa jumlah guru yang memenuhi kualifikasi masih perlu ditingkatkan. Guru yang berkualitas akan mengajarkan pendidikan yang berkualitas kepada siswanya, dengan siswa yang berkualitas nantinya akan mencitakan sumberdaya yang berkualitas juga.

b. Kesehatan

Pada dasarnya pembangunan dibidang kesehatan bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan secara mudah, merata, dan murah. Dengan meningkatnya pelayanan kesehatan, pemerintah berupaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang kemudian akan menciptakan masyarakat yang sehat dan produktif.

(36)

b.1. Rasio posyandu per satuan balita

Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga berencana yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini.

Pembentukan Posyandu sebaiknya tidak terlalu dekat dengan Puskesmas agar pendekatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat lebih tercapai dan idealnya satu Posyandu melayani 100 balita. Oleh karena itu perlu dihitung rasio ketersediaan posyandu per balita. Kegunaannya untuk mengetahui berapa selayaknya jumlah posyandu yang efektif tersedia sesuai dengan tingkat penyebarannya serta sebagai dasar untuk merevitalisasi fungsi dan peranannya dalam pembangunan daerah.

Data jumlah posyandu yang diperoleh pada Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2010 dan data jumlah balita yang diperoleh dari BPS Kabupaten Kutai Kartanegara, sehingga daoat dilakukan perhitungan rasio posyandu per satuan balita. Rasio posyandu per satuan penduduk disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.24 Rasio Posyandu Per Satuan Balita di Kutai Kartanegara

Tahun 2008-2010 Tahu

n Posyandu JumlahBalita PosyanduRasio

2008 617 64.004 9,64

2009 646 64.710 9,98

2010 660 65.317 10,11

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Kartanegara, 2010

Rasio posyandu per satuan balita di Kabupaten Kutai Kartanegara dari Tahun 2008-2010 setiap tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 nilai rasio posyandu per satuan balita sebesar 9,64 dan tahun 2009 dan 2010 nilai rasio posyandu per satuan penduduk berturut-turut bernilai 9,98 dan 10,11.

Posyandu merupakan wadah peran serta masyarakat untuk menyampaikan dan memperoleh pelayanan kesehatan dasarnya, maka diharapkan pula strategi operasional pemeliharaan dan perawatan kesejahteraan ibu dan anak secara dini, dapat dilakukan di setiap posyandu.

(37)

b.2. Rasio Puskesmas, Poliklinik Dan Pustu Per Satuan Penduduk Rasio puskesmas, poliklinik dan pustu bermanfaat untuk mengetahui cakupan pelayanan kesehatan tersebut dalam memenuhi pelayannya kepada penduduk, dengan demikian pelayanan kesehatan dapat terpenuhi sesuai dengan standar pelayanan.

Rasio puskesmas, poliklinik dan pustu per satuan penduduk di Kabupaten Kutai Kartanegara ditampilkan pada Tabel 2.25. Data yang disajikan merupakan data per kecamatan, dari data per kecamatan dapat dihitung data Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2012. Data yang tersedia adalah data puskesmas dan pustu sedangkan data poliklinik tidak tersedia untuk diolah. Jumlah puskesmas dan pustu di Kabupaten Kutai Kartanegara sebanyak 200 unit dengan jumlah penduduk di Kutai Kartanegara pada tahun 2012 sebanyak 650.908 jiwa maka diketahui rasio puskesmas dan pustu setiap 1.000 penduduk hanya sebesar 0,31.

Tabel 2.25 Rasio Puskesmas, Poliklinik dan Pustu Per Satuan Penduduk Tahun 2011 Kabupaten Kutai

Kartanegara No

. Kecamatan Puskesmas &Pustu PendudukJumlah Rasio Puskesmas &Pustu

1 Samboja 18 56.621 0,32

2 Muara Jawa 9 35.236 0,26

3 Sanga-Sanga 6 18.269 0,33

4 Loa Janan 8 58.244 0,14

5 Loa Kulu 14 41.484 0,34

6 Muara Muntai 8 17.985 0,44

7 Muara Wis 6 8.888 0,68

8 Kota Bangun 11 32.503 0,34

9 Tenggarong 15 99.931 0,15

10 Sebulu 12 37.827 0,32

11 Tenggarong Seberang 15 63.812 0,24

12 Anggana 11 33.950 0,32

13 Muara Badak 16 41.374 0,39

14 Marang Kayu 10 24.299 0,41

15 Muara Kaman 19 35.219 0,54

16 Kenohan 7 10.242 0,68

17 Kembang Janggut 11 24.734 0,44

18 Tabang 4 10.290 0,39

(38)

No

. Kecamatan Puskesmas &Pustu PendudukJumlah Rasio Puskesmas &Pustu Kutai

Kartanegara 200 650.908 0,31

Sumber : DDA Kukar Full = Kutai Kartanegara Dalam Angka Tahun 2012

Semakin tinggi nilai rasio fasilitas kesehatan maka semakin banyak penduduk yang dilayani oleh puskesmas ataupun pustu. Sedangkan semakin rendah nilai rasio fasilitas kesehatan maka semakin sedikit penduduk yang dilayani oleh puskesmas ataupun pustu. Penambahan jumlah fasilitas kesehatan seperti pustu dan dan puskesmas perlu ditingkatkan seiiring dengan perkembangan jumlah penduduk yang terus terjadi, sehingga penduduk di Kutai Kartanegara memperoleh pelayanan kesehatan yang optimal.

b.3. Rasio Rumah Sakit Per Satuan Penduduk

Rasio rumah sakit per satuan penduduk adalah jumlah rumah sakit per 10.000 penduduk. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisasi serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kesehatan, asuhan keperawatan yang bekesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien.

Rasio rumah sakit di Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2012 bernilai 0,028, yang artinya dari 1.000 penduduk di Kabuaten Kutai Kartanegara rumah sakit hanya mampu memfasilitasi sebesar 0,028. Nilai rasio rumah sakit tersebut terlalu kecil, sehingga diperlukan peningkatan jumlah rumah sakit dalam rangka pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Kurangnya jumlah rumah sakit ini dapat diimbangi dengan jumlah puskesmas dan jaringannya dalam memberikan pelayanan dasar kesehatan.

(39)
(40)

Tabel 2.26 Rasio Rumah Sakit Per Satuan Penduduk Tahun 2010-2012

Sumber : Kutai Kartanegara Dalam Angka Tahun 2013

No

1 Samboja 1 53.303 0,019 1 54.515 0,018 1 56.621 0,018 1 58.171 0,018 2 Muara Jawa - 29.100 - 33.923 - 35.236 - - 36.839 -9 Tenggarong 1 86.472 0,012 1 96.209 0,010 1 99.931 0,01 1 104.044 0,010 10 Sebulu - 36.966 - 36.420 - 37.827 - - 38.930

Gambar

Tabel 2.1 Luas wilayah Kecamatan dan JumlahDesa/Kelurahan
Tabel 2.6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan Tahun2008-2012
Tabel 2.9 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten KutaiKartanegara
Tabel 2.11Indeks Gini Kabupaten Kutai KartanegaraTahun 2009-2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, sesungguhnya Mahkamah Pelayaran tidak memiliki yurisdiksi untuk memutus perkara yang berkaitan dengan aspek keperdataan (seperti tanggung jawab pengangkut,

Unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen kompetensi dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja dengan

Sehubungan dengan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut Bagaimana mekanisme penerapan

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret sampai dengan Juli 2009 ini ialah habitat larva nyamuk, dengan judul Karakteristik Habitat

Hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak badan keuangan daerah Provinsi Jambi didapatkan keterangan bahwa metode penetapan target penerimaan PKB dan BBNKB baik

Setelah itu adalah penentuan ukuran (mesh size), semakin besar ukuran mesh akan semakin besar pula permeabilitas yang dibuat olehnya. Ukuran mesh berpengaruh pada

kegiatan pembuatan business sistem option dan mempresentasikan kepada pengguna/user. BSO yang dipilih user akan diadaptasi dan dikembangkan lebih lanjut pada tahapan