• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN DAN PENEGAKKAN HAK ASASI M (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERLINDUNGAN DAN PENEGAKKAN HAK ASASI M (1)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

“PERLINDUNGAN DAN PENEGAKKAN HAK ASASI MANUSIA”

Disusun Guna Memenuhi Tugas Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Dosen Pengampu : Budi Mulyono, S.H.

Disusun Oleh :

Daniel Eka B (12804241040)

Martini (12804241041)

Indah Sri Utami (12804241042 )

PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan limpahan Rahmat dan Ridho-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Perlindungan dan Penegakkan Hak Asasi Manusia” ini dengan baik dan selesai tepat pada waktunya.

Dalam kesempatan ini tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah mendorong kami untuk menyelesaikan makalah ini baik secara langsung ataupun tidak langsung. Pihak-pihak tersebut antara lain :

1. Bapak Budi Mulyono selaku pengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan.

2. Orang tua kami yang senantiasa memberi dukungan serta doa.

3. Rekan-rekan sejurusan Pendidikan Ekonomi yang telah banyak memberi saran dan masukan.

Selanjutnya, perlu kami sampaikan bahwa dalam penyusunan makalah ini mungkin terdapat kesalahan atau kekurangan yang datangnya dari kami sendiri sebagai manusia, untuk itu kritik dan juga saran senantiasa akan kami terima demi tercapainya makalah yang lebih baik lagi.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca ataupun bagi kami sendiri selaku penulis.

Yogyakarta, 17 September 2013

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...1

KATA PENGANTAR... 2

DAFTAR ISI... 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 4

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penulisan... 4

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian dari hak asasi manusia... 5

B. Konsep dan prinsip hak asasi manusia... 7

C. Dasar hukum yang melandasi ditegakkannya hak asasi manusia... 9

D. Landasan hukum penegakkan hak asasi manusia dalam UUD’45... 10

E. Bentuk-bentuk penindasan terhadap hak asasi manusia... 12

F. kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di Indonesia pada masa orde lama, orde baru, dan reformasi... 13

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan... 17

B. Daftar pustaka... 19

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak juga merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini. HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita sendiri. Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk membuat makalah tentang HAM. Maka dengan ini penulis mengambil judul “Perlindungan dan penegakkan Hak Asasi Manusia”.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari hak asasi manusia?

2. Apa saja konsep dan prinsip hak asasi manusia?

3. Apa dasar hukum yang melandasi ditegakkannya hak asasi manusia? 4. Apa landasan hukum penegakkan hak asasi manusia dalam UUD’45? 5. Apa saja bentuk-bentuk penindasan terhadap hak asasi manusia?

6. Apa saja kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di Indonesia pada masa orde lama, orde baru, dan reformasi?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari hak asasi manusia 2. Mengetahui konsep dan prinsip hak asasi manusia

3. Mengetahui dasar hukum yang melandasi ditegakkannya hak asasi manusia 4. Mengetahui landasan hukum penegakkan hak asasi manusia dalam UUD’45 5. Mengetahui bentuk-bentuk penindasan terhadap hak asasi manusia

(5)

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian dari Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang tidak dapat diganggu gugat keberadaannya. Hak-hak tersebut telah dibawa sejak lahir dan melekat pada diri manusia sebagai makhluk Tuhan. Setiap manusia memiliki derajat dan martabat yang sama. Pada masa yang lalu, manusia belum mengakui akan adanya derajat manusia yang lain sehingga mengakibatkan terjadinya penindasan antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Contoh yang paling kongkret dapat dilihat pada penjajahan dari satu bangsa ke bangsa yang lain. Indonesia yang dijajah dengan sangat tidak berperikemanusiaan oleh kaum kolonialisme dengan menindas, dan menyengsarakan bangsa ini. Sehingga, dilakukan perjuangan terus menerus untuk tetap mempertahankan hak asasi manusia yang dimilikinya.

Istilah hak asasi manusia itu sendiri bermula dari Barat yang dikenal dengan right of man untuk menggantikan natural right. Karena istilah right of man tidak mencakup right of women maka oleh Eleanor Roosevelt diganti dengan istilah human right yang lebih universal dan netral. Istilah natural right berasal dari konsep John Locke mengenai hak-hak alamiah manusia. John Locke mengambarkan bahwa kehidupan manusia yang asli sebelum manusia bernegara (state of nature) memiliki hak-hak dasar perorangan yang alami. Hak-hak alami tersebut meliputi hak untuk hidup, hak kemerdekaan dan hak milik.

(6)

8. Hak kesejahteraan, 9. Hak perlindungan.

Berdasarkan pengertian hak asasi manusia, ciri pokok dari hakikat hak asasi manusia adalah:

1. Hak asasi manusia tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. Hak asasi manusia adalah bagian dari manusia secara otomatis

2. Hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, asal usul, ras, agama, etnik, dan pandangan politik.

3. Hak asasi manusia tidak boleh dilanggar. Tidak seorang pun mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap memiliki hak asasi manusia meskipun sebuah negara membuat hukum yang tidak melindungi bahkan melanggar hak asasi manusia.

Hak asasi manusia merupakan sebuah hal yang menjadi keharusan dari sebuah negara untuk menjaminnya dalam konstitusinya. Melalui Deklarasi Universal HAM 10 Desember 1948 merupakan tonggak bersejarah berlakunya penjaminan hak mengenai manusia sebagai manusia. Naskah tersebut merupakan pernyataan sedunia tentang hak-hak asasi manusia, sehingga tanggal 10 Desember sering diperingati sebagai hari hak asasi manusia. Isi pokok deklarasi tersebut tertuang pada Pasal 1 yang menyatakan bahwa “Sekalian orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan budi, hendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan”. Hak-hak yang diatur menurut Piagam PBB tentang deklarasi Universal of Human Rights 1948 itu adalah ( Sunarso: 2008):

1. Hak berpikir dan mengeluarkan pendapat, 2. Hak memiliki sesuatu,

3. Hak mendapat pendidikan dan pengajaran,

4. Hak mendapatkan aliran kepercayaan atau agama, 5. Hak untuk hidup,

6. Hak untuk kemerdekaan hidup,uk 7. Hak untuk memperoleh nama baik, 8. Hak untuk memperoleh pekerjaan,

9. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum.

Sedangkan hak asasi manusia meliputi berbagai bidang, sebagai berikut:

(7)

2. Hak asasi politik (Political Rights), yaitu hak untuk diakui sebagai warga negara. Misalnya, memilih, dipilih, hak berserikat dan hak berkumpul.

3. Hak asasi ekonomi (Property Rights), missal, hak memiliki sesuatu, hak mengadakan perjanjian, hak bekerja dan hak mendapat hidup layak.

4. Hak asasi social dan kebudayaan (Social and Cultural Rights), misal, mendapat pendidikan, hak mendapat santunan, hak mengembangkan kebudayaan, hak berekspresi.

5. Hak untuk mendapatkan pengakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan (Rights of Legal Equality).

6. Hak untuk mendapat perlakuan yang sama dalam tata cara peradilan dan perlindungan (Procedural Rights).

Pengakuan terhadap HAM memiliki dua landasan, sebagai berikut.

1. Landasan yang langsung dan pertama, yakni kodrat manusia. Kodrat manusia adalah sama derajat dan martabatnya. Semua manusia adalah sederajat tanpa membedakan ras, agama, suku, bangsa dan sebagainya.

2. Landasan yang kedua dan lebih mendalam: Tuhan menciptakan manusia. Semua manusia adalah makhluk dari pencipta yang sama yaitu Tuhan Yang Maha Esa sehingga di hadapan Tuhan manusia adalah sama.

Dengan demikian, kesadaran manusia akan hak asasi manusia itu ada, karena pengakuan atas harkat dan martabat yang sama. Selama manusia belum mengkui adanya persamaan harkat dan martabat manusia maka hak asasi manusia belum bisa ditegakkan. Bila hak asasi belum bisa ditegakkan maka akan terus terjadi pelanggaran dan penindasan akan HAM, baik oleh masyarakat bangsa maupun pemerintah suatu negara.

B. Prinsip Hak Asasi Manusia

Prinsip-Prinsip Hak Asasi Manusia, sebagai berikut: 1. Bersifat Universal (universality)

Beberapa moral dan nilai-nilai etik tersebar di seluruh dunia. Negara dan masyarakat di seluruh dunia seharusnya memahami dan menjunjung tinggi hal ini. Universalitas hak berarti bahwa hak tidak dapat berubah atau hak tidak dialami dengan cara yang sama oleh semua orang

2. Martabat Manusia (human dignity)

(8)

keyakinan, etnis, ras, jender, orienasi seksual, bahasa, kemampuan atau kelas sosial. setiap manusia, oleh karenanya, harus dihormati dan dihargai hak asasinya. Konsekuensinya, semua orang memiliki status hak yang sama dan sederajat dan tidak bisa digolong-golongkan berdasarkan tingkatan hirarkis

3. Kesetaraan (equality)

Konsep kesetaraan mengekspresikan gagasan menghormati martabat yang melekat pada setiap manusia. Secara spesifik pasal 1 DUHAM menyatakan bahwa : setiap umat manusia dilahirkan merdeka dan sederajat dalam harkat dan martabatnya.

4. Non diskriminasi (non-discrimination)

Non diskriminasi terintegrasi dalam kesetaraan. Prinsip ini memastikan bahwa tidak seorangpun dapat meniadakan hak asasi orang lain karena faktor-faktor luar, seperti misalnya ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pandangan lainnya, kebangsaan, kepemilikan, status kelahiran atau lainnya

5. Tidak dapat dicabut (inalienability)

Hak-hak individu tidak dapat direnggut, dilepaskan dan dipindahkan. 6. Tak bisa dibagi (indivisibility)

HAM-baik hak sipil, politik, sosial, budaya, ekonomi-semuanya bersifat inheren, yaitu menyatu dalam harkat martabat manusia. Pengabaian pada satu hak akan menyebabkan pengabaian terhadap hak-hak lainnya. Hak setiap orang untuk bisa memperoleh penghidupan yang layak adalah hak yang tidak bisa ditawar-tawar lagi: hak tersebut merupakan modal dasar bagi setiap orang agar mereka bisa menikmati hak-hak lainnya seperti hak atas kesehatan atau hak atas pendidikan.

7. Saling berkaitan dan bergantung (interrelated and interdependence)

Pemenuhan dari satu hak seringkali bergantung kepada pemenuhan hak lainnya, baik secara keseluruhan maupun sebagian. Contohnya, dalam situasi tertentu, hak atas pendidikan atau hak atas informasi adalah saling bergantung satu sama lain. Oleh karena itu pelanggaran HAM saling bertalian; hilangnya satu hak mengurangi hak lainnya.

8. Tanggung jawab negara (state responsibility)

(9)

pengadilan yang kompeten atau adjudikator (penuntu) lain yang sesuai dengan aturan dan prosedur hukum yang berlaku.

C. Dasar Hukum yang Melandasi Ditegakkannya Hak Asasi Manusia

Latar belakang sejarah hak asasi manusia, pada hakikatnya, muncul karena inisiatif manusia terhadap harga diri dan martabatnya, sebagai akibat tindakan sewenang-wenang dari penguasa, penjajahan, perbudakan, ketidakadilan, dan kezaliman (tirani). Selanjutnya perkembangan upaya penegakan hak asasi manusia mulai bermunculan di negara-negara eropa dan amerika sampai dikeluarkannya Atlantic Charter pada masa Perang Dunia II oleh F.D. Roosevelt dengan istilah The Four Freedom-nya.

Penegakan HAM di dunia internasional semakin banyak dan diperkuat dengan dirumuskannya naskah Universal Declaration Of Human Right pada tanggal 10 Desember 1948, yang berisi tentang hak-hak asasi manusia, sehingga pada tanggal 10 Desember sering diperingati sebagai hari hak asasi manusia.

Isi pokok dari deklarasi tersebut tertuang dalam Pasal 1 yang menyatakan “Sekalian orang dilahirkan merdeka dan mempunyai marabat dan hakhak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan budi, dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan.”

(dalam Sunarso: 2008).

Berbagai deklarasi tentang penegakan HAM di berbagai bidang muncul sebagai hasil Sidang Majelis Umum PBB tahun 1966 yang kemudian dijadikan landasan penegakan hokum secara internasional yang kemudian diratifikasi ke dalam undang-undang sebagian besar negara anggota PBB. Deklarasi-deklarasai tersebut antara lain sebagai berikut (Kusumaatmadja: 2003):

1. Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women)

2. Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik (International Covenant on Civil and Political Rights)

3. Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (International Covenant on Economic, Social dan Cultural Rights)

4. Konvensi Genosida (Convention on the Prevention and Punishment of the Crime of Genocide)

(10)

6. Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminsasi Rasial (International Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination)

7. Konvensi Hak Anak (Convention on the Rights of the Child)

8. Konvensi Mengenai Status Pengungsi (Convention relating to the Status of Refugees)

9. Pedoman Berperilaku bagi Penegak Hukum (Code of Conduct for Law Enforcement Officials).

Terdapat pula beberapa instrumen hukum yang tidak mengikat seperti:

1. Prinsip-Prinsip Dasar Mengenai Penggunaan Kekerasan dan Senjata Api (Basic Principles on the Use of Force and Firearms by Law Enforcement Officials)

2. Deklarasi Mengenai Penghilangan Paksa (Declaration on the Protection of All Persons from Enforced Disappearance)

3. Deklarasi Penghapusan Diskriminasi terhadap Perempuan (Declaration on the Elimination of Violence against Women)

4. Deklarasi Mengenai Pembela HAM (Declarationon Human Rights Defender)

5. Prinsip-prinsip tentang Hukuman Mati yang Tidak Sah, Sewenang-sewenang dan Sumir (Principles on the Effective Prevention and Investigation of Extra-legal, Arbitrary and Summary Executions )

D. Landasan Hukum Penegakkan Hak Asasi Manusia Dalam UUD’45

Pengakuan HAM di Indonesia sebagai hak dasar manusia sebagai makhluk Tuhan telah lebih dulu ada dibandingkan dengan Deklarasi Universal PBB yang lahir pada tanggal 10 Desember 1948. Pengakuan tersebut tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya adalah sebagai berikut (Winarno: 2008): 1. Pembukaan UUD45 Alinea Pertama

Dalam alinea pertama yang berbunyi “…Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa…” maka dapat disimpulkan bahwa bangsa Indonesia telah mengakui adanya hak untuk merdeka dan mendapatkan kebebasan.

2. Pembukaan UUD’45 Alinea Keempat

Dalam alinea keempat memuat lima sila Pancasila, salah satunya yaitu sila kedua yang berbunyi “Kemanusian yang adil dan beradab”. Sila kedua Pancasila tersebut merupakan landasan idiil akan pengakuan dan jaminan hak asasi manusia di Indonesia. 3. Batang Tubuh UUD’45

(11)

pada masa orde hanya disusun secara garis besar saja, setelah terjadi amandemen pertama UUD’45, pasal yang mengatur tentang HAM tertuang pada beberapa Pasal sebagai berikut:

Pasal 27 tentang hak kesamaan derajat di mata hokum, hak atas pekerjan dan

penghidupan yang layak, serta hak bela negara

Pasal 28 tentang hak berserikat dan berkumpul serta mengeluarkan pendapat

Pasal 28 A tentang hak untuk hidup dan mempertahankan hidup dan kehidupannya

Pasal 28 B tentang hak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan

Pasal 28 C tentang hak mengembangkan diri

Pasal 28 D tentang hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum,

berkerja, memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan, dan status kewarganegaraan.

Pasal 28 E tentang hak memeluk dan beribadah menurut agamanya, memilih pendidikan, pekerjaan, kewarganegaraan, tempat tinggal, meninggalkan dan kembali ke wilayah negara.

Pasal 28 F tentang hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi.

Pasal 28 G tentang hak atas perlindung pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, harta benda, rasa aman, ancaman ketakutan, penyiksaan atau perlakuan merendahkan, dan suaka politik dari negara lain.

Pasal 28 H tentang hak hidup sejahtera lahir dan batin, tempat tinggal, mendapat

lingkungan hidup, layanan kesehatan, kemudahan dan perlakuan khusus untuk memdapat kesempatan dan manfaat yang sama, imbalan jaminan social, dan hak milik pribadi.

Pasal 28 I tentang pengukuhan kesolid-an hak asasi manusia, bebas dari perlakuan

diskriminatif, perlindungan dari tindakan diskriminatif, penghormatan identitas budaya dan masyarakat tradisional, tanggung jawab pemerintah atas HAM, dan penguatan jaminan HAM dalam peraturan perundang-undangan.

Pasal 28 J tentang menghormati HAM orang lain, dan setiap warga negara tunduk pada undang-undang yang menjamin terlaksananya hak orang lain.

Pasal 29 tentang jaminan memeluk agamanya masing-masing dan beribadat.

(12)

Pasal 31 tentang hak dan kewajiban mendapatkan pendidikan, serta pemerintah wajib

membiayainya.

Pasal 32 ayat 1 tentang pemajuan kebudayaan nasional dan jaminan kebebasan memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budaya.

Pasal 33 tentang perekonomian berdasarkan asas kekeluargaan; cabang produksi

yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara; bumi, air, dan kekayaan alam yang ada dalam wilyah negara dikuasai oleh negara dan digunakan sepenuhnya untuk kemakmuran rakyat.

Pasal 34 tentang fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.

4. Peraturan perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia

Adapun hak-hak asasi manusia yang tertuang antara lain sebagai berikut:

- Hak untuk hidup (Pasal 4)

- Hak untuk berkeluarga (Pasal 10)

- Hak untuk mengembangkan diri (Pasal 11-16) - Hak untuk memperoleh keadilan (Pasal 17-19) - Hak atas kebebasan pribadi (Pasal 20-27) - Hak atas rasa aman (Pasal 28-35)

- Hak atas kesejahteraan (Pasal 36-42)

- Hak turut serta dalam pemerintahan (Pasal 43-44) - Hak wanita (Pasal 45-51)

- Hak anak (Pasal 52-66)

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM

E. Bentuk-Bentuk Penindasan terhadap Hak Asasi Manusia

Pelanggaran HAM dikategorikan dalam dua jenis, yaitu (UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM):

1. Kasus pelangaran HAM berat Pembunuhan genosida

Setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama dengan cara:

(13)

- Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap

anggota-anggota kelompok

- Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan

kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya

- Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan untuk mencegah kelahiran

didalam kelompok

- Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain

Kejahatan kemanusiaan

Salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa:

- Pembunuhan - Pemusnahan - Perbudakan

- Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa

- Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang yang melanggar ketentuan hukum internasional

- Penyiksaan

- Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa tau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang setara

- Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lai yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional

- Penghilangan orang secara paksa - Kejahatan apartheid

2. Kasus Pelanggaran HAM ringan/ biasa

Kasus pelanggaran HAM yang biasa, meliputi:

- Pemukulan - Penganiayaan

- Pencemaran nama baik

(14)

F. Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang Terjadi Di Indonesia pada Masa Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi

1. Kasus pelanggaran hak asasi manusia pada masa orde lama  Diskriminasi Etnis Tionghoa pada era 1959-1960

Pengejaran terhadap orang-orang Tionghoa ketika itu merupakan bagian dari pelaksanaan serta pengembangan politik anti-Tionghoa pada 1956. Konsep pemikiran dari pemerintah mengenai nasionalisasi perusahaan telah sangat meminggirkan usaha milik orang-orang etnis Tionghoa.

Pada 14 Mei 1959 pemerintah mengeluarkan PP No. 10/1959 yang isinya menetapkan bahwa semua usaha dagang kecil milik orang asing di tingkat desa tidak diberi izin lagi setelah 31 desember 1959. Sebagai akibat dari PP No. 10/1959 itu, selama tahun 1960-1961 tercatat lebih dari 100.000 orang Tionghoa meninggalkan Indonesia ( Ananta Toer: 1998 dalam Nur’aini: 2006).

 Pembantaian Rawa Gede

Peristiwa ini merupakan pelanggaran HAM berupa penembakan beserta pembunuhan terhadap penduduk kampung Rawagede (sekarang Desa Balongsari, Rawamerta, Karawang, Jawa Barat) oleh tentara Belanda pada tanggal 9 Desember 1947 diiringi dengan dilakukannya Agresi Militer Belanda I. Puluhan warga sipil terbunuh oleh tentara Belanda yang kebanyakan dibunuh tanpa alasan yang jelas. Pada 14 September 2011, Pengadilan Den Haag menyatakan bahwa pemerintah Belanda bersalah dan harus bertanggung jawab. Pemerintah Belanda harus membayar ganti rugi kepada para keluarga korban pembantaian Rawagede.

2. Kasus pelanggaran hak asasi manusia pada masa orde baru Pelanggaran ham berat pada Peristiwa G30S-PKI

Peritiwa G30S PKI adalah peristiwa dimana beberapa jenderal dan perwira TNI menjadi sasaran penculikan dan pembunuhan secara sadis pada malam 30 September sampai 1 Oktober tahun 1965. Dalam catatan sejarah, pelaku dari peritiwa G 30 S PKI adalah para anggota PKI (Partai Komunis Indonesia).

(15)

 Penculikan Aktivis 1997/1998

Salah satu kasus pelanggaran HAM di Indonesia yaitu kasus penculikan aktivis 1997/1998. Kasus penculikan dan penghilangan secara paksa para aktivis pro-demokrasi, sekitar 23 aktivis pro-demokrasi diculik. Peristiwa ini terjadi menjelang pelaksanaan PEMILU 1997 dan Sidang Umum MPR 1998. Kebanyakan aktivis yang diculik, disiksa dan menghilang, meskipun ada satu yang terbunuh. Sembilan aktivis dilepaskan dan 13 aktivis lainnya masih belum diketahui keberadaannya sampai kini. Banyak orang berpendapat bahwa mereka diculik dan disiksa oleh para anggota militer/TNI.

 Peristiwa Santa Cruz

Kasus ini merupakan pembantaian yang dilakukan oleh militer atau anggota TNI dengan menembak warga sipil di Pemakaman Santa Cruz, Dili, Timor-Timur pada tanggal 12 November 1991. Kebanyakan warga sipil yang sedang menghadiri pemakaman rekannya di Pemakaman Santa Cruz ditembak oleh anggota militer Indonesia. Puluhan demonstran yang kebanyakkan mahasiswa dan warga sipil mengalami luka-luka dan bahkan ada yang meninggal. Banyak orang menilai bahwa kasus ini murni pembunuhan yang dilakukan oleh anggota TNI dengan melakukan agresi ke Dili, dan merupakan aksi untuk menyatakan Timor-Timur ingin keluar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan membentuk negara sendiri.

3. Kasus pelanggaran hak asasi manusia pada masa reformasi

 Penggusuran lingkungan penduduk urban secara paksa di Jakarta

Di wilayah DKI Jakarta, kasus penggusuran telah menjadi agenda tahunan seperti yang tercantum dalam table data penggusuran pemukiman penduduk menengah ke bawah di wilayah Jakarta dari tahun 2001 sampai 2005. Pemerintah DKI Jakarta memberikan alasan dari upaya penggusuran tersebut bahwa penggusuran terpaksa dilakukan karena rakyat menempati tanah pihak lain secara tidak sah menurut hokum, mengganggu ketertiban kebersihan dan keindahan kota. Berikut beberapa kasus penggusuran di DKI Jakarta antara tahun2001-2005 (Nur’aini: 2006).

No

. Tahun Kasus dan Korban

1. 2001 Penggarukan becak. Tercatat 6.00 jiwa kehilangan pekerjaan dan 3.000 becak dirampas.

(16)

pemukiman kumuh, 168 kasus pembakaran tempat usaha dan fasilitas public, di antaranya 18 pasar tradisional, 12 fasilitas umum, 6 fasilitas social.

3. 2003

Lima belas kasus penggusuran pemukiman. Tercatat 7.280 kepala keluarga (KK) kehilangan tempat tinggal, satu orang mati, satu gadis berusia 13 tahun diperkosa aparat, 20 orang terluka, 26 orang ditangkap.

4. 2004

Sekitar 50 ribu keluarga di wilayah DKI Jakarta tergusur. Sebagian besar di Jakarta Utara dan Jakarta Timur dengan menggunakan kekerasan dan pembakaran yang melibatkan pemda, preman, banpol, dan polisi.

5. 2005 Penggusuran di Cilincing dan tempat lain di Jakarta. Ribuan orang kehilangan tempat tinggal dengan tidak ada ganti rugi. Sumber: www.liputan6.com, www.infid.be, www.urbanpoor.or.id, dan lain-lain

 Maraknya transaksi perdagangan manusia (anak)

Kepolisian Resort Kota Bogor telah mengamankan setidaknya empat orang tersangka terkait kasus perdagangan manusia dan eksploitasi seksual di Jalan Kebun Jeruk 17, Gang Pinang 36 Tamansari, Jakarta Barat (Tempo.co:2/09/2013).  Kasus Pembunuhan Munir

(17)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

1. Pengertian dari hak asasi manusia

Hak Asasi Manusia adalah hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang tidak dapat diganggu gugat keberadaannya 2. Prinsip hak asasi manusia

Bersifat Universal (universality) Martabat Manusia (human dignity) Kesetaraan (equality)

Non diskriminasi (non-discrimination) Tidak dapat dicabut (inalienability) Tak bisa dibagi (indivisibility)

Saling berkaitan dan bergantung (interrelated and interdependence) Tanggung jawab negara (state responsibility)

3. Dasar hukum yang melandasi ditegakkannya hak asasi manusia

Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan

Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik

Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya

Konvensi Genosida

Konvensi Menentang Penyiksaan

Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminsasi Rasial

Konvensi Hak Anak

Konvensi Mengenai Status Pengungsi

Pedoman Berperilaku bagi Penegak Hukum

Instrumen hokum yang tidak mengikat:

Prinsip-Prinsip Dasar Mengenai Penggunaan Kekerasan dan Senjata Api

Deklarasi Mengenai Penghilangan Paksa

Deklarasi Penghapusan Diskriminasi terhadap Perempuan

Deklarasi Mengenai Pembela HAM

Prinsip-prinsip tentang Hukuman Mati yang Tidak Sah, Sewenang-sewenang

(18)

4. Landasan hukum penegakkan hak asasi manusia dalam UUD’45 Pembukaan UUD45 Alinea Pertama

Pembukaan UUD’45 Alinea Keempat

Batang Tubuh UUD’45

Pasal 27, Pasal 28A-J, Pasal 29, Pasal 30, Pasal 31, Pasal 32, Pasal 33, Pasal 34 Peraturan perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM 5. Bentuk-bentuk penindasan terhadap hak asasi manusia

Kasus pelangaran HAM berat

Pembunuhan genosida Kejahatan kemanusiaan

Kasus Pelanggaran HAM ringan/ biasa

Pemukulan Penganiayaan

Pencemaran nama baik

Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya Menghilangkan nyawa orang lain

6. Kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di Indonesia pada masa orde lama, orde baru, dan reformasi

Kasus pelanggaran hak asasi manusia pada masa orde lama

Diskriminasi Etnis Tionghoa pada era 1959-1960 Pembantaian Rawa Gede

Kasus pelanggaran hak asasi manusia pada masa orde baru

Pelanggaran Ham berat pada Peristiwa G30S-PKI Penculikan Aktivis 1997/1998

Peristiwa Tajung Priok

Kasus pelanggaran hak asasi manusia pada masa reformasi

Penggusuran lingkungan penduduk urban secara paksa di Jakarta Maraknya transaksi perdagangan manusia (anak)

(19)

B. Daftar Pustaka

Ananta Toer, Pramoedya. 1998. Hoakiau Di Indonesia. Jakarta: Garba Budaya

http://www.voaindonesia.com. Diakses pada tanggal 17 September 2013

http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_39_99.html. Diakses pada tanggal 17 September 2013

http://www.komnasperempuan.or.id/wp-content/uploads/2009/07/UU-No.26-Th.2000-Pengadilan-HAM.pdf. Diakses pada tanggal 17 September 2013

Kusumaatmadja, Mochtar. 2003. Pengantar Hukum Internasional. Bandung: Alumi Nur’aini, Atikah, dkk. 2006. Potret Buram HAM Indonesia. Jakarta: Pusdokinfo Komnas HAM

(20)

Referensi

Dokumen terkait

pertama , memungkinkan terjadinya pergantian pemerintah secara damai dan tertib; kedua , kemungkinan lembaga negara berfungsi sesuai dengan maksud UUD 1945; dan

Prototip reaktor VK-300 jenis BWR daya 250 MW(e) merupakan unit kogenerasi yang dapat memasok uap panas bersuhu 285 o C ke turbin ekstraksi untuk menghasilkan tenaga listrik sebesar

10 Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran, Jogjakarta: Ar-Ruszz Media, 2014, h.. menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata keterampilan proses

Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions.. Start

Padat, Penampang ,Susun, Kerja Mock- Up dan Diorama Buku Pelajaran, Surat Kabar & Majalah, Ensiklopedi, Buku Suplemen, Pengajaran Berprogram Televisi/ Video Pendidikan/

Ringan dan mudah untuk ditangani, belt conveyor Siegling Transilon dan belt modular Siegling Prolink mengganti belt karet berat konvensional dalam semua jenis belt pekerja dan

Dengan demikian hipotesis pertama sampai ketiga penelitian yang menduga rasio profitabilitas (ROI dan ROE) dan leverage dapat digunakan untuk memprediksi tindakan perataan laba

Pelatihan pencatatan dan pelaporan keuangan merupakan salah satu yang ditawarkan dari tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Universitas Muhammadiyah Profesor