• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INDONESIA KEKUASAAN TERHADAP PERANCANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH INDONESIA KEKUASAAN TERHADAP PERANCANGAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEKUASAAN TERHADAP PERANCANGAN KOTA Fairuz Alfira // 1506671695

Merancang sebuah kota berarti merancang untuk memenuhi kebutuhan berbagai subjek, dengan lebih banyak lagi aspek yang harus dipertimbangkan. Dulu, sebuah kota dikatakan ‘urban’ ketika sudah memenuhi batas-batas administratif, lalu berkembang lagi menjadi pemenuhan batasan-batasan fungsional, dan akhirnya kota dikatakan ‘urban’ setelah didefinisikan dalam faktor ekologikal seperti kepadatan dan jumlah populasi1. Namun, ‘kota’

dapat disebut sebagai kota yang urban karena adanya subsistem-subsistem yang saling mempengaruhi, salah satunya adalah faktor sosial dan kekuasaan dari subjek-subjek yang mendiaminya.

Kata power berasal dari bahasa Latin potere yang berarti kemampuan. Dalam hubungan manusia, power biasanya diartikan kontrol seorang individu terhadap individu lain2. Power

dalam urbanisasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk merancang, membangun, dan menghuni lingkung bangun yang lebih baik oleh para penghuninya (empowerment). Empowerment terbagi menjadi dua, yaitu ‘power to’ untuk meningkatkan kemampuan dan ‘power over’ untuk mengekang kapasitas orang lain.

Po wer

1William H. Frey dan Zachary Zimmer, Handbook of Urban Studies: Defining the Cities, London: Sage

Publications, hlm. 14.

2Kim Dovey, Frames of Theorization: Power, London: Routledge, 1999, hlm. 9.

(2)

over’ memiliki beragam bentuk yang dapat diwujudkan ke dalam lingkung bangun. Force atau paksaan adalah kekuasaan yang mengharuskan subjek lainnya untuk patuh. Coersion atau ancaman adalah bentuk kekuasaan yang dianggap lebih efektif dibandingkan dengan paksaan, karena hal ini membuat subjek merasa di bawah tekanan tanpa ada kekuasaan untuk melawan. Kedua hal ini adalah bentuk dominansi atau intimidasi, contohnya seperti monumen yang menunjukkan adanya suatu kelompok yang dulu pernah berkuasa.

Manipulation atau manipulasi adalah bentuk kekuasaan yang tidak bersifat keras seperti dominansi, namun lebih kepada membuat subjek kekuasaan menjadi tidak tahu yang sebenarnya. Kekuasaan seakan-akan tidak ditunjukkan, sehingga resiko penolakan menjadi lebih kecil. Seduction mirip dengan manipulasi, namun subjek dibuat supaya menuruti tanpa terkesan memaksa. Authority adalah bentuk dari ‘power over’ yang terintegrasi dengan struktur institusi. Authority merupakan suatu kekuasaan yang dianggap stabil dan dianggap sah untuk dipatuhi masyarakat umum.3 Bentuk-bentuk dari ‘power over’ ini dapat diwujudkan dalam arsitektur atau

desain-desain urban, tidak terkecuali dalam kota. Contohnya adalah orientasi, privasi, akses, pemisahan, identitas, dan lain-lain.

Beberapa kota sangat memperlihatkan karakteristik-karakteristik dari kekuasaan dan dominansinya, salah satunya adalah ibukota Amerika Serikat, Washington D. C. Washingotn adalah sebuah kota yang direncanakan setelah tercapainya kemerdekaan Amerika Serikat dan menjadi kota pertama yang dibangun setelah masa kolonial. Amerika Serikat membangun Washington sebagai kota baru untuk menempatkan pemerintahannya dengan pertimbangan konteks lokasi dari Washington yang berada cukup jauh dari pusat-pusat kekuasaan yang ada pada saat itu.4

Washington dirancang oleh L’Enfant, seorang insinyur militer. Ia menempatkan bangunan tiap-tiap kekuasaan seperti The White House untuk Presiden Amerika Serikat, The Capitol Building untuk Kongres dan pemerintahan legislatif, dan The Supreme Court untuk Mahkamah Agung di Amerika di dalam satu area.

3Idem, hlm. 12.

(3)

Dari gambar, dapat dilihat bahwa White House dibuat menghadap ke arah Monumen Washington dan adanya as dari Lincoln Memorial hingga Library of Congress menunjukkan adanya segregasi antara area White House dengan area pemerintahan legislatif. Sepanjang as tersebut, terdapat museum-museum yang menunjukkan beragam sejarah dari Amerika. Jika dikaitkan dengan ‘power over’, terlihat adanya privasi dari bangunan-bangunan ini. Privasi ini diperlukan untuk alasan keamanan, supaya tidak sembarang orang dapat mengakses area-area ini terutama di kavling-kavling kantor pemerintahan, namun tetap bisa dikunjungi orang-orang di area halaman Plaza ini. Bentuk-bentuk bangunan yang sangat masif bila dibandingkan dengan skala manusia juga memperkuat representasi kekuasaan dan dominansi dari Amerika Serikat. Identitas Washington juga terlihat sangat kuat sebagai pusat pemerintahan dan ibukota.

Gbr 2. Area pemerintahan di Washington D.C.

(4)

Parlemen t

Lain halnya dengan Canberra, ibukota Australia. Canberra dirancang untuk tempat pemerintahan federasi baru Australia dengan keadaan sosial yang cenderung homogen dan tidak berada daam tekanan. Dengan pemindahan Suku Aborigin, isu-isu yang terjadi di Canberra adalah isu ekonomi dan politik dibandingkan dengan isu tentang suku dan ras.5 Canberra

dirancang pada tahun 1913 oleh Walter Burley Griffin dan Marion Mahony Griffin. Mereka merancang Canberra dengan memanfaatkan topografi yang ada di daerah tersebut.

Dapat dilihat bahwa master plan area pemerintahan di Canberra memertahankan danau dan basin yang ada di sana. Untuk kavling-kavling kantor pemerintahannya sendiri, membentuk segitiga yang

Griffin merancang Canberra seperti ini supaya ada ‘meeting place’ – dalam hal ini, di City centre – yang dapat dengan mudah diakses siapapun, baik masyarakat umum, karyawan perkantoran, atau pun anggota parlemen. Hal ini adalah manifestasi dari tujuan Canberra sebagai kota yang demokratis, sehingga jika dilihat dari segi akses yang cukup terbuka, saling berkaitan, dan segregasi yang ditimbulkan di ketiga titik ini, tidak terlihat adanya kekuasaan yang memishkan diri dari masyarakatnya. Justru, Canberra ingin masyarakatnya juga menjadi demokratis dengan membuat ‘transparansi’ pada area pusat ini.

(5)

City centre ini memiliki akses ke area-area sekitar, yang memungkinkan masyarakat untuk mencapainya dengan mudah. Tidak terlihat adanya bentuk ‘power over’ di master plan kota Canberra. Di dalam area city ini juga terdapat beberapa gedung pemerintahan, namun hal ini juga penting sebagai fungsi pengawasan dan untuk mempertahankan identitas Canberra sebagai kota yang demokratis. Selain itu, ada pula nstitusi-institusi kebudayaan yang memperkuat nilai Canberra sebagai tempat bagi komunitas yang beragam.6

6Act Government, Discussion 1: The Role of the City, diunduh dari

(6)

Lain halnya dengan New Delhi, India. Ibukota india ini dibangun pada masa penjajahan Ingris, sehingga rancangan kota

Delhi sebenarnya masih

menunjukkan adanya kekuasaan Inggris secara diam-diam, atau mendekati bentuk manipulation di dalam ‘power over’. Inggris sebagai bangsa yang masih berkuasa pada saat itu memindahkan kekuasaannya dari dominansi atas akses perdagangan yaitu di Calcutta menjadi ke tempat yang lebih memiliki nilai historis bagi masyarakat lokal yaitu di New Delhi.7 New Delhi dipilih karena

beberapa alasan, yaitu lokasinya yang berada di pusat jaringan jalur kereta api, berada cukup di tengah negara sehingga memiliki jarak yang serupa ke seluruh bagian di India, dan telah menjadi pusat pemerintahan politik dari kerajaan-kerajaan sebelumnya.

7Lawrence J. Vale, Architecture, Power, and National Identity, London: Routledge, 1992, hlm. 104.

U

(7)

Orientasi area ini mengarah kepada Government House. Sebelum India merdeka, Government House ini ditempati oleh Viceroy, atau perwakilan penguasa Inggris di India. Viceroy’s House ini menunjukkan dominansinya terhadap area-area lain, baik dari skala bangunan dan tamannya yang sangat besar maupun letaknya yang seolah-oleh lebih dominan terhadap India. Namun, karena letaknya di tempat yang secara historis selalu digunakan untuk kerajaan, masyarakat India mau tidak mau dimanipulasi oleh pemerintahan Viceroy ini, bahwa mereka adalah pemilik dari India.

Sehingga, dulu ada ‘negosiasi’ antara pemerintah Inggris yang tetap ingin menunjukkan kekuasaannya, namun di sisi lain, karena tempat ini penting bagi masyarakat lokal, Inggris memanipulasinya dengan seolah-olah mendengarkan pendapat masyarakat, tapi tetap melakukan bentuk ‘power over’ dalam rancangan kota.

Tujuan awal Inggris adalah adanya manifestasi dari dominansinya di India dalam bentuk rancangan kota Delhi, namun ada pengaruh society untuk mengikutsertakan karakteristik dari India. Akhirnya, mereka memberikan sentiment atau gagasan yang tidak bertentangan baik dengan tujuan mereka maupun dengan tuntutan masyarakat lokal, yaitu dengan menyambungkan gedung-gedung penting antara gedung pemerintahan kolonial Inggris dengan gedung over’ tetap ada, contohnya dari segi akses yang meletakkan Government yang masih memungkinkan

pengunjung untuk melihat-lihat gedung dari jarak yang cukup dekat.

Di New York, bentuk ‘power over’ yang terjadi adalah bukan dari institusi pemerintahan yang menunjukkan kekuasaannya terhadap kota tersebut, namun lebih kepada perbedaan kesenjangan sosial antar masyarakat menengah atas dan masyarakat menengah ke bawah yang menimbulkan mind-set bahwa masyarakat menengah ke atas-lah yang mempunyai kekuasaan terhadap kota.

8Ibid.

India’s gate

(8)

Dinamisnya pertumbuhan ekonomi di dalam kota dan budaya yang tumbuh dari pengaruh ekonomi tersebut dianggap menghilangkan lingkungan alam, institusi sosial, dan nilai-nilai moral untuk membuat hal-hal yang lebih baru. Hal ini akhirnya menarik orang-orang untuk mencari kehidupan yang mereka anggap akan lebih baik. New York adalah salah satu kota yang dirancang untuk mewadahi hal tersebut. Menurut Berman (1982:288), konstruksi dan pengembangan yang dilakukan di New York dapat dilihat sebagai simbolisasi dari kegiatan untuk mewadahi kebutuhan ekonomi dan sosial, namun juga mendemonstrasikan bagaimana kehidupan modern digambarkan dan direalisasikan9.

Banyak dari bangunan-bangunan di New York merupakan simbolisasi dari modernitas: Central Park, Jembatan Brooklyn, Patung Liberty, dan lain-lain. Berman beranggapan bahwa bangunan-bangunan ini menyimbolkan identitas dari kota New York yang sangat dinamis dan modern, membuat New York menjadi kota yang kaya dan beragam.

Salah satu penggagas konstruksi simbolik di New York adalah Robert Moses. Robert Moses adalah seorang perancang kota yang banyak mengerjakan rancangan di area metropolitan di kota New York. Moses banyak membuat jalan layang yang ia anggap sebagai infrastruktur untuk

memudahkan akses, namun banyak yang mengkritisi beliau karena tidak memedulikan nilai-nilai sosial yang ada.

9Marshall Berman, All That Is Solid Melts Into Air: In the Forest of Symbols: Some Notes on Modernism in New

York, United States of America: Simon & Schuster, 1982, hlm. 288-289.

(9)

Berman menulis kritik tentang konsep modernitas yang dibawa oleh Robert Moses, salah satunya pada pembangunan jalan raya Bronx yang dianggap membawa kemunduran bagi masyarakatnya dari segi nilai moral.

“The Bronx, where I grew up, has even become an international code word for our epoch's accumulated urban nightmares: drugs, gangs, arson, murder, terror, thousands of buildings abandoned, neighbourhoods transformed into garbage and brick-strewn wilderness.”

(Berman, 1982)

Pada kutipan tersebut, Berman menyatakan

kekecewaannya kepada Moses yang membuat Bronx, tempat ia tumbuh besar, menjadi salah satu tempat yang dianggap sebagai sisi gelap New York. Adanya Cross

Bronx-Expressway membagi dua area Bronx, sehingga pengguna pun tidak bisa mengakses semua sisi Bronx dengan mudah

karena dipisahkan oleh jalan raya. Jalan raya ini selalu ramai, namun seolah-olah pengguna jalan ingin cepat-cepat keluar dari Bronx, tidak ada pengalaman yang didapatkan dari para pengguna jalan ini.

Begitu pun dengan masyarakat Bronx. Awalnya, kehidupan masyarakat di Bronx cukup beragam, banyak interaksi sosial antar pengguna kota yang membuat Bronx menjadi hidup. Namun, setelah adanya pembangunan Expressway, pembangunan

gedung-Gbr 7. Cross Bronx-Expressway, salah satu karya Robert Moses yang banyak dikritik.

(10)

gedung yang masif, hilangnya short blocks, dan pembangunan-pembangunan modern lainnya membuat kehidupan ini hilang. Masyarakat menengah ke atas pindah ke Bronx Utara, menyebabkan Bronx Selatan menjadi daerah kumuh dan masyarakat menengah ke bawah yang menjadi faktor meningkatnya kriminalitas. Hal ini juga diakibatkan karena masyarakat Bronx juga banyak yang tidak menggunakan kendaraan, tetapi pembangunan dengan konsep modern ini sangat terlihat bahwa infrastruktur diperuntukkan bagi orang-orang dengan moda kendaraan bermotor10.

Konsep ini sangat bertentangan dengan opini dari Jane Jacobs tentang kehidupan urban. Jane Jacobs, seorang jurnalis dan teoris urban, menulis dalam bukunya “The Death and Life of Great American Cities” pentingnya interaksi dan pengalaman yang didapatkan di kota, supaya seluruh pengguna kota dapat merasakan kota yang ‘hidup’ dan diverse. Menurutnya, keamanan di dalam kota dapat tercipta dari system sosial, bukan dari kekuasaan polisi. Lingkungan ini yang dibutuhkan supaya tercipta area yang beragam. Jacobs beranggapan bahwa area-area yang menunjukkan segregasi antar tingkatan masyarakatnya akan memproduksi karakteristik homogen yang membosankan.

Sehingga, konsep modern bukanlah merupakan solusi mutlak dalam pembangunan suatu kota. Hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah penghuni kota tersebut, budaya dan kebiasaan mereka, dan karakteristik apa yang menyebabkan kota tersebut hidup. “Design is people,” karena subjek utama yang memengaruhi keberhasilan perkembangan sebuah kota adalah orang-orang yang bertinggal di dalamnya.

Kota-kota di Israel contohnya, adalah kota-kota yang tidak terlalu mengaitkan konsep modernity dalam membangun infrastrukturnya. Kota-kota tersebut banyak yang memanfaatkan keadaan topografis yang sudah ada karena beberapa faktor, seperti kondisi alam yang sulit untuk diubah, keadaan ekonomi yang tidak terlalu berkembang pesat, dan konteks sosial yang terjadi antara Israel dengan Palestina.

Dalam wawancara dengan arsitek Thomas M. Leitersdorf, Tamir-Tawil (2003) menulis tentang perkembangan permukiman di Israel, khususnya di West Bank, yaitu perbatasan antara Israel dengan Palestina. Saat itu, Leitersdorf merancang beberapa permukiman yang mempertimbangkan biaya per rumah, kondisi alam, dan akses, sementara West Bank adalah tempat yang cukup jauh dari pusat Israel. Leitersdorf menerapkan parallel design11, yaitu

membagi arsitek dan perencana ke dalam beberapa tim yang bekerja secara bersamaan untuk mempercepat pengerjaan. Sebenarnya, Amerika Serikat menekan Israel untuk tidak membangun permukiman baru, namun Israel tetap menginginkan sebuah kota, sehingga proses pengerjaan sempat terhenti.

10Idem, hlm. 290-293.

11Tamir-Tawil, To Start a City from Scratch: An Interview with Architect Thomas M. Leitersdorf, in “A Civilian

(11)

Leitersdorf membawa konsep untuk memusatkan populasi urban di kota Ma’ale Edummin, West Bank, untuk menyediakan fasilitas sosial atau fasilitas umum yang lebih banyak. Namun, rute menuju Edummin yang melewati Azaria dan Abu-Dis adalah rute yang tidak stabil karena sering ada insiden pelemparan batu oleh masyarakat Palestina yang menyerukan protes terhadap pembangunan kota-kota di Israel.

Konsep kota yang dibawa oleh Leitersdorf untuk Ma’ale Edummin adalah saling terkoneksi. Setiap jalan

terkoneksi secara langsung ke pusat kota. Sementara untuk jalur pejalan kaki, dibuat supaya tidak ada yang memotong jalan raya untuk alasan keselamatan. Jika dikaitkan terhadap bentuk dari ‘power over’, dalam merancang kota-kota di Israel, kebanyakan difokuskan untuk permukiman saja, sehingga tidak terlihat adanya bentuk kekuasaan yang sangat signifikan. Lain halnya dengan yang terjadi di Jerusalem. Area ini sangat lama terlibat konflik kekuasaan antara Israel dan Palestina karena kedua negara mengklaim Jerusalem sebagai ibukotanya, sehingga adanya segregasi antara area Israel dengan Palestina sangat terlihat jelas. Israel yang didukung oleh Amerika Serikat juga semakin menunjukkan dominansinya terhadap Palestina, salah satunya dengan terus membangun permukiman di sekitarnya, khususnya di West Bank.

Gbr 9. Rute dari Jerusalem ke Ma’ale Edummin

Gbr 10. Zonasi di Jerusalem

(12)

http://poica.org/2003/05/the-segregation-wall-a-new-DAFTAR PUSTAKA

Act Government. Discussion 1: The Role of the City, diunduh dari

https://www.cityplan.act.gov.au/community-engagement/discussion-papers/the-role-of-the-city/discussion-paper-1-the-role-of-the-city pada 2 Mei 2018.

Berman, Marshall. 1982. All That Is Solid Melts Into Air: In the Forest of Symbols: Some Notes on Modernism in New York. United States of America: Simon & Schuster.

Dovey, Kim. 1999. Frames of Theorization: Power. London: Routledge.

Frey, William H. dan Zachary Zimmer. Handbook of Urban Studies: Defining the Cities. London: Sage Publications.

Tamir-Tawil, E. 2003. To Start a City from Scratch: An Interview with Architect Thomas M. Leitersdorf in “A Civilian Occupation: The Politics of Israeli Architecture”, R. Segal dan Weizman. London: E Babel and Verso Press.

Referensi

Dokumen terkait

Perjanjian ini dianggap tidak adil kala itu karena merupakan perdamaian yang didikte oleh para pemenang dan secara keseluruhan menyalahkan perang kepada Jerman, dan

Teknik pembiusan dengan penyuntikkan obat yang dapat menyebabkan pasien mengantuk, tetapi masih memiliki respon normal terhadap rangsangan verbal dan tetap dapat mempertahankan

Ng babaeng hindi tibok ng puso kong iisa lang. Napilitan man ang dilag sa akin ay

Modal merupakan faktor yang mempengaruhi besar kecilnya kredit yang diberikan oleh pihak bank kepada calon debitur.penilaian pihak Lembaga keuangan terhadap

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan terdapat pengaruh positif secara tidak signifikan jumlah wajib pajak terhadap penerimaan PBB P2 Kota Medan, terdapat pengaruh

Akuntan publik memberikan banyak jasa atestasi lainnya, yang kebanyakan merupakan perluasan alami dari audit atas laporan keuangan historis, karena... pemakai menginginkan

11/2006 menentukan bahwa setiap kegiatan pengerukan pemeliharaan di kota metropolitan akan memerlukan AMDAL apabila volume kerukan melampaui 500.000 m 3 , persyaratan ini

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat diketahui bahwa penerapan media pembelajaran Articulate Studio secara dengan baik dimana dapat dilihat pada rata-rata