• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sulistiani, Subroto, Chandranin, 2014, SNA17, Accounting Based Covenant)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Sulistiani, Subroto, Chandranin, 2014, SNA17, Accounting Based Covenant)"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perjanjian Utang Berbasis Akuntansi (Accounting - Based Covenant) Pada Obligasi Yang Diterbitkan Oleh Perusahaan

Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

DWI SULISTIANI

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

BAMBANG SUBROTO

Universitas Brawijaya

GRAHITA CHANDRARIN

Universitas Merdeka

Abstract

The existence of third-party debt can reduce agency costs caused by agency conflicts, whereas the establishment of covenants in a public debt contract could reduce the monitoring cost that should be issued by the principal. This study aims to examine the effect of bonds materiality, bonds maturity, collateral, company size, profitability, firm growth, leverage, spreads, firm reputation, and bond quality to the accounting based covenants, the next destination to find out the results of the three different panels. It can be observed through the covenants contained in the notes to the financial statements of companies that issued bonds. Tests conducted on 124 bonds issued by public companies listed in Indonesia Stock Exchange in the period 2005-2009, where 43 bonds issued by non-finance companies and 81 bonds issued by finance companies. This study examines three different panels: 1) Panel A for the entire bond, 2) Panel B for non-finance corporate bonds, and 3) Panel C for finance corporate bonds.

The results of this study indicate that the bonds maturity, collateral, profitability, and bond quality affect the formation of bond covenants. This research proved that in the whole sample only collateral that affect the formation of covenant. In the non-finance corporate bond covenants formation is determined by the bonds maturity and collateral, while the corporate bond finance is determined by the bonds maturity, collateral, profitability, and bond quality. These results indicate that finance companies are considered more risky than non-finance companies so that more factors to be considered in the establishment of covenants in a public debt contract.

Key words: Public debt contract, bond materiality, bond maturity, collateral, firm size, profitability, firm growth, leverage, spread, firm reputation, bond quality and accounting based covenant.

Abstrak

Keberadaan utang pada pihak ketiga bisa mengurangi biaya agensi yang ditimbulkan oleh konflik keagenan, sedangkan pembentukan covenant dalam suatu kontrak utang publik bisa mengurangi biaya monitoring yang seharusnya dikeluarkan oleh principal. Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh materialitas obligasi, jangka waktu obligasi, jaminan, ukuran perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, leverage, spread, reputasi perusahaan, dan kualitas obligasi terhadap accounting based covenant, tujuan berikutnya untuk mengetahui hasil dari ketiga Panel yang berbeda. Hal tersebut dapat diamati melalui covenant yang tercantum dalam catatan atas laporan keuangan perusahaan yang mengeluarkan obligasi. Pengujian dilakukan pada 124 obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2005-2009, dimana 43 obligasi diterbitkan oleh perusahaan non finance dan 81 obligasi diterbitkan oleh perusahaan finance. Penelitian ini meneliti 3 Panel berbeda: 1) Panel A untuk keseluruhan obligasi, 2) Panel B untuk obligasi perusahaan non finance, dan 3) Panel C untuk obligasi perusahaan finance.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jangka waktu obligasi, jaminan, profitabilitas, dan kualitas obligasi berpengaruh pada pembentukan covenant. Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa pada keseluruhan sampel hanya jaminan yang berpengaruh pada pembentukan covenant. Pada obligasi perusahaan non finance pembentukan covenant ditentukan oleh jangka waktu obligasi dan jaminan, sedangkan pada obligasi perusahaan finance ditentukan oleh jangka waktu obligasi, jaminan, profitabilitas, dan kualitas obligasi. Hasil ini menunjukkan bahwa perusahaan finance dianggap lebih berisiko dibandingkan dengan perusahaan non finance sehingga lebih banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam pembentukan covenant dalam suatu kontrak utang publik.

(2)

1. PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG MASALAH

Sepanjang tahun 2009, instrumen pasar modal yang bernama obligasi menjadi

salah satu pilihan menarik bagi para pemodal ataupun pencari modal. Bagi pencari

modal (korporasi), obligasi menjadi pilihan yang cukup tepat untuk ditengah sulitnya

mendapat pinjaman dari perbankan, masih suramnya outlook pasar modal, dan sulitnya

untuk mendapatkan direct investment. Bagi pemodal, trend turunnya suku bunga,

anjloknya pasar modal, dan rendahnya harga komoditas pastilah cukup menyulitkan,

maka tidak heran jika obligasi korporasi yang memberikan pendapatan tetap dengan

risiko terbatas menjadi salah satu pilihan menarik bagi pemodal. Sepanjang tahun 2009

lalu, ada sekitar Rp 27 triliun obligasi korporasi yang digelontorkan kepasaran. Jumlah

tersebut naik cukup tajam dibandingkan penerbitan obligasi korporasi tahun 2008 yang

hanya sekitar Rp 14,1 triliun (www.wibiznews.com)

Menurut Jensen (1986) salah satu cara untuk memperkecil biaya pengawasan yang

ditanggung oleh pemegang saham adalah dengan melibatkan pihak ketiga dalam

pengawasan tersebut. Gagasan utama Teori Agensi khususnya dalam hal utang (debt

agency theory) adalah konflik kepentingan yang ada antara pemegang saham dan

pemegang obligasi. Jensen dan Meckling (1976), Myers (1977) serta Smith dan Warner

(1979) dalam Frankel dan Litov (2007) mengembangkan Teori Agensi, yang

memberikan alasan bagi adanya covenant pada kontrak utang. Sebuah covenant adalah

ketentuan, seperti keterbatasan pada pembayaran dividen, yang membatasi perusahaan

agar tidak terlibat dalam tindakan tertentu setelah obligasi diterbitkan (Smith dan

Warner, 1979 dalam Frankel dan Litov, 2007).

Menurut Watts dan Zimmerman (1978) yang dikutip oleh Scott (1997) ada 3

hipotesis yang secara umum dihubungkan dengan perilaku oportunistik manajer, yaitu:

bonus plan hypothesis, debt covenant hypothesis dan political cost hypothesis.

Penelitian ini akan lebih memperdalam mengenai hipotesis kedua yaitu debt covenant

hypothesis. Debt covenant hypothesis berkaitan dengan syarat-syarat yang harus

dipenuhi perusahaan dalam perjanjian utang (debt covenant). Tujuan suatu perjanjian

yang menggunakan angka-angka akuntansi (dalam kontrak utang) adalah untuk

membatasi tipe-tipe keputusan investasi dan keputusan pendanaan yang dapat

mengurangi nilai perusahaan (value reducing).

Terdapat 2 macam covenant menurut Inamura (2009) yaitu: covenant berbasis

(3)

based covenant). Dibandingkan dengan collateral based covenant, accounting based

covenant memiliki pengaruh lebih besar terhadap aktivitas perusahaan dengan cara

secara langsung membatasi angka-angka akuntansi. Alasan tersebut memotivasi

peneliti untuk lebih fokus pada bagaimana accounting based covenant dibuat.

Penelitian ini terinspirasi dari penelitian Inamura (2009), perbedaannya adalah

pada negara objek penelitian, tahun penelitian, penambahan variabel penelitian yaitu

reputasi dan kualitas obligasi (Beatty et.al., 2002; Asquith et.al., 2005; Begley dan

Chamberlain, 2005; Frankel et.al., 2006; Barath et.al., 2007; Alcock et.al., 2008).

Perubahan model penelitian, Inamura (2009) menggunakan path analysis dengan

program E-views, sedangkan penelitian ini menggunakan logistic regression dengan

program SPSS versi 17.00 (Frankel et. al., 2006; Mazumdar dan Sengupta, 2005;

Begley dan Chamberlain, 2005). Keinginan untuk membandingkan hasil penelitian

terdahulu yang banyak dilakukan diluar negeri dengan hasil penelitian pada perusahaan

publik di Indonesia, ketidakkonsistenan hasil penelitian-penelitian terdahulu dan masih

terbatasnya penelitian mengenai hal ini terutama di Indonesia menjadi motivasi untuk

melakukan penelitian ini.

1.2.RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat

disusun rumusan masalah yang mendasari penelitian ini, yaitu:

Apakah variabel-variabel independen yang terdiri dari: (1) materialitas obligasi; (2)

jangka waktu obligasi; (3) jaminan/agunan; (4) ukuran perusahaan; (5) profitabilitas

perusahaan; (6) pertumbuhan perusahaan; (7) leverage; (8) spread; (9) reputasi

perusahaan dan (10) kualitas obligasi berpengaruh terhadap pembentukan accounting

based covenant ? Apakah hasil penelitian akan berbeda jika sampel dibedakan antara

obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan finance dan non finance?

1.3.TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menguji faktor-faktor

yang mempengaruhi pembentukan accounting based covenant. Faktor-faktor yang diuji

meliputi: (1) materialitas obligasi; (2) jangka waktu obligasi; (3) jaminan/agunan; (4)

ukuran perusahaan; (5) profitabilitas perusahaan; (6) pertumbuhan perusahaan; (7)

(4)

adalah untuk mengetahui apakah hasil penelitian akan berbeda jika sampel dibedakan

antara obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan finance dan non finance

2. TELAAH TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Accounting based covenant merupakan hal yang khusus dilakukan bagi

perusahaan yang mengeluarkan utang. Accounting based covenant akan mempengaruhi

metode pencatatan akuntansi yang akan diambil oleh perusahaan agar jangan sampai

melanggar covenant yang telah disepakati.

2.1. PERJANJIAN UTANG BERBASIS AKUNTANSI (ACCOUNTING BASED

COVENANT)

Accounting based covenant merupakan metode akuntansi yang didasarkan pada

covenant yang telah disepakati bersama antara borrower dan lender (Schmidt, 2006).

Penelitian-penelitian sebelumnya meneliti bahwa accounting based covenant efektif

dalam membatasi konflik kepentingan antara bondholder dan stockholder (Henry dan

Palepu, 1990 dalam Hall dan Swinney, 2004 serta Billet et.al., 2006). Karakteristik

accounting based covenant konsisten dengan pertimbangan kontrak yang efisien

(Letwich, 1983 dalam Hall dan Swinney, 2004 dan Asquith et.al., 2005). Karakteristik

laporan keuangan berhubungan dengan debt pricing (Morhman, 1996 dalam Hall dan

Swinney, 2004 serta Barath et.al., 2004).

Menurut Inamura (2009) terdapat empat tipe convenant berbasis jaminan

(collateral based covenant) sebagai berikut : 1. batasan jaminan (the collateral

restriction), 2. ketentuan persyaratan jaminan (the collateral requirement provision), 3.

batasan asset (the retained asset restriction) dan 4. Kktentuan asset yang disimpan (the

retained asset requirement provision). Menurut Inamura (2009) dan Malitz (1986) ada

tiga tipe covenant berbasis akuntansi (accounting based covenant) sebagai berikut: 1.

ketentuan nilai kekayaan bersih (the net worth requirement provision), 2. ketentuan

persyaratan pendapatan bersih (the net income requirement provision) dan 3. batasan

deviden (the dividend restriction)

2.2.MATERIALITAS OBLIGASI (BOND MATERIALITY)

Materialitas adalah ukuran resiko kegagalan tambahan yang dihasilkan dari

pengeluaran surat berharga baru (Inamura, 2009). Materialitas obligasi mengukur

(5)

perusahaan yang bisa menjadi jaminan bagi utang perusahaan tersebut. Pada penelitian

ini materialitas obligasi dihitung dari nilai face value obligasi dibagi dengan nilai buku

tangibel asset. Nilai nominal (face value) adalah nilai pokok dari suatu obligasi yang

akan diterima oleh pemegang obligasi pada saat obligasi tersebut jatuh tempo. Investor

akan dapat bertransaksi obligasi dan mendapatkan keuntungan bila investor dapat

menilai harga obligasi tersebut wajar atau tidak.

Penelitian yang dilakukan oleh Begley dan Chamberlain (2005), Billet et.al.

(2007), Graham et.al. (2008), serta Mazumdar dan Sengupta (2005) menemukan

pengaruh negatif antara materialitas utang dengan pembuatan covenant. Penelitian lain

yang dilakukan oleh Barath et.al. (2007), El Gazzar dan Pastena (1991) serta Begley

dan Feltman (1999) menemukan pengaruh dengan arah kebalikannya yaitu pengaruh

positif, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Inamura (2009) dan Chatterge (2006)

tidak menemukan adanya pengaruh antara kedua variabel tersebut. Terdapat biaya yang

berhubungan dengan negosiasi dan pengawasan batasan kontrak, pemegang obligasi

kurang mungkin untuk merundingkan batasan manajerial yang luas bagi pinjaman yang

tidak material (El-Gazzar dan Pastena, 1991). Berdasarkan hasil dari

penelitian-penelitian tersebut diatas, maka peneliti memformulasikan hipotesis sebagai berikut:

H1: Materialitas obligasi berpengaruh pada pembuatan covenant.

2.3.JANGKA WAKTU OBLIGASI (BOND MATURITY)

Maturity adalah tahun jatuh tempo obligasi dikurangi dengan tahun penerbitan

(Inamura, 2009). Jatuh tempo (maturity) merupakan tanggal dimana pemegang obligasi

akan mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nilai nominal obligasi yang

dimilikinya (www.idx.co.id). Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365

hari sampai dengan diatas 5 tahun.

Penelitian yang dilakukan oleh Inamura (2009), Billet et.al. (2007), El Gazzar dan

Pastena (1991), serta Frankel et.al. (2006), menemukan pengaruh negatif antara

maturity utang dengan pembuatan covenant. Penelitian lain yang dilakukan oleh

Mazumdar dan Sengupta (2005), Graham et.al. (2008), Beatty et.al. (2002), serta

Alcock et.al. (2008) menemukan pengaruh dengan arah kebalikannya yaitu pengaruh

positif. Kesepakatan dengan maturity yang panjang memberikan risiko kegagalan yang

lebih besar, dan pemegang obligasi dapat mengurangi risiko ini dengan membuat lebih

banyak covenant. Namun, batasan yang sangat ketat menghasilkan opportunity cost

(6)

perusahaan (Billett et al., 2007; El-Gazzar dan Pastena, 1991). Berdasarkan hasil dari

penelitian-penelitian tersebut, maka peneliti memformulasikan hipotesis sebagai

berikut:

H2: Jangka waktu obligasi (maturity) berpengaruh pada pembuatan covenant

2.4.JAMINAN/AGUNAN (COLLATERAL)

Collateral yang dimaksud disini adalah asset collateral yaitu rasio total asset tetap

terhadap total asset (Begley dan Chamberlain, 2005 ; Siddiqi, 2007). Jaminan

merupakan hal yang penting dalam suatu utan-piutang. Dalam penjanjian utang-piutang,

jaminan atau agunan adalah aset pihak peminjam yang dijanjikan kepada pemberi

pinjaman jika peminjam tidak dapat mengembalikan pinjaman tersebut. Jika peminjam

gagal bayar, pihak pemberi pinjaman dapat memiliki agunan tersebut. Dalam

pemeringkatan kredit, jaminan sering menjadi faktor penting untuk meningkatkan nilai

kredit perseorangan ataupun perusahaan.

El-Gazzar dan Pastena (1991) menganalisa kontrak pinjaman pribadi perusahaan

yang menemukan bahwa keberadaan jaminan mempengaruhi pembentukan covenant.

Begley dan Chamberlain (2005) juga menggunakan variabel collateral dimana

diasumsikan bahwa perusahaan dengan tingkat collateral yang tinggi akan memperkecil

risiko debt default dan corporate failure. Hal senada juga diungkapkan oleh Hoshi, et.

al. (1993) dalam Siddiqi (2007). Para peneliti tersebut menemukan pengaruh positif

antara jaminan/agunan (collateral) dengan pembentukan covenant. Berdasarkan hasil

dari penelitian-penelitian tersebut, maka peneliti memformulasikan hipotesis sebagai

berikut:

H3: Jaminan/agunan berpengaruh pada pembuatan covenant.

2.5.UKURAN PERUSAHAAN (FIRM SIZE)

Ukuran perusahaan adalah besar kecilnya perusahaan yang menerbitkan obligasi

yang diproxykan dengan logaritma natural total aset (Billet et.al., 2007; Barath et.al.,

2007; Inamura, 2009). Menurut Sawir (2008), ukuran perusahaan dinyatakan sebagai

determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi dan untuk sejumlah alasan

berbeda: dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana dari pasar

modal, menentukan kekuatan tawar-menawar dalam kontrak keuangan dan ada

kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat perusahaan yang lebih

(7)

Penelitian yang dilakukan oleh Inamura (2009), Mazumdar dan Sengupta (2005),

El Gazzar dan Pastena (1991), Graham et.al. (2008), Beatty et.al. (2002),

Gopalakrishnan (1994) serta Moir dan Sudarsanam (2007) menemukan pengaruh

negatif antara ukuran perusahaan dengan pembuatan covenant. Penelitian lain yang

dilakukan oleh Billet et.al. (2007), Frankel et.al. (2006), Barath et.al. (2007), Siddiqi

(2007), serta Alcock et.al (2008) menemukan pengaruh dengan arah kebalikannya yaitu

pengaruh positif, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Dichev dan Skinner (2001)

tidak menemukan adanya pengaruh antara kedua variabel. Perusahaan besar lebih

mungkin untuk terlibat dalam berbagai jenis bisnis yang kurang mungkin untuk gagal

pada saat bersamaan dan perusahaan besar mungkin memiliki aset cukup yang dapat

dijual untuk memenuhi kewajiban (El-Gazzar dan Pastena, 1991). Graham et al. (2007)

dan Inamura (2009) menunjukkan hasil yang konsisten dengan gagasan ini. Berdasarkan

hasil dari penelitian-penelitian tersebut, maka peneliti memformulasikan hipotesis

sebagai berikut:

H4: Ukuran perusahaan berpengaruh pada pembuatan covenant.

2.6.PROFITABILITAS PERUSAHAAN (FIRM PROFITABILITY)

Tingkat profitabilitas perusahaan merupakan suatu indikator kesehatan suatu

perusahaan (Moh’d, et. al., 1998 dalam Haryono, 2005). Profitabilitas adalah

kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profit). Semakin tinggi profitabilitas

perusahaan akan menyebabkan ketertarikan para investor untuk membeli obligasi

perusahaan tersebut. Profitabilitas perusahaan merupakan hasil dari serangkaian proses

dengan mengorbankan berbagai sumber daya. Profitabilitas dapat diukur melalui jumlah

laba operasi, laba bersih, tingkat pengembalian investasi/ aktiva, dan tingkat

pengembalian ekuitas pemilik. Profitabilitas diukur salah satunya menggunakan rasio

Return on Investment (ROI). ROI merupakan tingkat pengembalian investasi atas

investasi perusahaan pada aktiva.

Penelitian yang dilakukan oleh Frankel et.al. (2006) dan Graham et.al. (2008)

menemukan pengaruh negatif antara ukuran perusahaan dengan pembuatan covenant.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Gopalakrishnan (1994) menemukan pengaruh

dengan arah kebalikannya yaitu pengaruh positif, sedangkan penelitian yang dilakukan

oleh Inamura (2009) dan Billet et.al. (2007) tidak menemukan adanya pengaruh antara

kedua variabel tersebut. Graham et al. (2008), Suda (2004) dan Inamura (2009)

(8)

pembuatan covenant. Berdasarkan hasil dari penelitian-penelitian tersebut, maka

peneliti memformulasikan hipotesis sebagai berikut :

H5: Profitabilitas perusahaan berpengaruh pada pembuatan covenant.

2.7.PERTUMBUHAN PERUSAHAAN (GROWTH OPPORTUNITIES)

Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan

size (Kallapur dan Trombley, 2001 dalam Sriwardany 2006). Tingkat pertumbuhan

suatu perusahaan akan menunjukkan seberapa jauh perusahaan akan menggunakan

utang sebagai sumber pembiayaan. Pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari growth

opportunities yang diukur dari market to book value of equity yang mengkaitkan harga

saham perusahaan dengan labanya dan nilai bukunya per saham (Weston dan Bringham,

2005 dalam Kumalawati, 2009). Variabel kesempatan bertumbuh dalam penelitian ini

diprediksi dengan menggunakan rasio pertumbuhan penjualan yaitu mengukur

kemampuan perusahaan dalam pertumbuhan tingkat penjualan seperti yang digunakan

Haskins dan Williams (1990), DeFond (1992), Weston dan Copeland (1992), Woo dan

Koh (2001) dalam Kumalawati (2009) serta Inamura (2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Frankel et.al. (2006) dan Billet et.al (2007)

menemukan pengaruh negatif antara ukuran perusahaan dengan pembuatan covenant.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Begley dan Chamberlain (2005) serta Siddiqi (2007)

menemukan pengaruh dengan arah kebalikannya yaitu pengaruh positif, sedangkan

penelitian yang dilakukan oleh Inamura (2009) serta Mariano dan Tribo. (2005) tidak

menemukan adanya pengaruh antara kedua variabel tersebut.

Billet et al. (2007) menyatakan bahwa perusahaan dengan growth opportunities

lebih mungkin untuk menghadapi konflik pemegang saham-pemegang obligasi dan

lebih mungkin untuk mengambil keuntungan dari pembentukan covenant. Namun,

sebagian perusahaan akan berusaha untuk mempertahankan pendanaan jangka panjang

dan fleksibilitas investasi dengan memiliki batasan covenant yang lebih sedikit. Billett

et al. (2007) menyatakan bahwa tingkat perlindungan covenant secara positif atau

negatif terkait dengan growth opportunities. Berdasarkan hasil dari penelitian-penelitian

tersebut, maka peneliti memformulasikan hipotesis sebagai berikut:

(9)

2.8.LEVERAGE

Leverage adalah ukuran rasio leverage issuer, yang diukur dengan rasio total

utang/ total asset (Inamura, 2009; Begley dan Chamberlain, 2005 serta Graham et.al.,

2008). Perusahaan tidak memiliki kewajiban pelaporan keuangan tertentu terkait

kondisi keuangan ini kecuali jika telah dipertimbangkan sebagai tanda kebangkrutan.

Namun demikian, karena rasio utang terhadap total aset mencerminkan kesehatan

perusahaan, maka perusahaan cenderung menahan bad news ini untuk dipublikasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Frankel et.al. (2006) dan Bharath et.al (2007)

menemukan pengaruh negatif antara ukuran perusahaan dengan pembuatan covenant.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Begley dan Chamberlain (2005), Inamura (2009),

Billet et.al. (2007), Begley dan Feltman (1999), Mazumdar dan Sengupta (2005),

Alcock et.al. (2008), Dichev dan Skinner (2001), Graham et.al. (2008) dan

Gopalakrishnan (1994) menemukan pengaruh dengan arah kebalikannya yaitu pengaruh

positif, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh serta Siddiqi (2007) tidak menemukan

adanya pengaruh antara kedua variabel tersebut. Myers (1977) dalam Frankel dan Litov

(2007), pemegang saham pada perusahaan yang berutang memiliki insentif untuk

mentransfer kekayaan dari pemegang obligasi, bahkan dengan menolak proyek investasi

dengan nilai sekarang yang positif. Dugaan yang berlaku adalah bahwa efek yang

dinyatakan oleh Myers (1977) dalam Frankel dan Litov (2007) serta Black dan Scholes

(1973) menjadi lebih kuat saat rasio leverage perusahaan meningkat (Gavish dan Kalay,

1983). Berdasarkan hasil dari penelitian-penelitian tersebut, maka peneliti

memformulasikan hipotesis sebagai berikut :

H7 : Leverage berpegaruh pada pembuatan covenant.

2.9.TINGKAT BUNGA (SPREAD)

Tingkat bunga, yaitu tingkat bunga yang umum berlaku dalam masyarakat sebagai

pembanding kupon (bunga) obligasi. Menurut BES (2001) ada dua perhitungan yield

obligasi: current yield dan yield to maturity. Di pasar obligasi, credit spread biasanya

dihitung melihat selisih antara yield obligasi korporasi dengan yield obligasi pemerintah

yang berjangka waktu sama (Susanto, 2010). Variabel yield spread dihitung dengan

mengurangi YTM (Yield to Maturity) obligasi perusahaan sampel dengan YTM obligasi

negara (pemerintah) yang berkesesuaian umur (Wijayanti, 2008).

Ketika kita mempelajari determinan pemakaian covenant utang, kita harusnya

(10)

menyatakan bahwa lender memakai covenant dan suku bunga sebagai alternatif untuk

melindungi diri mereka sendiri. Bradley dan Roberts (2004) serta Inamura (2009)

menemukan pengaruh negatif antara suku bunga dan covenant setelah mengontrol untuk

pengaruh simultan. Penelitian yang dilakukan oleh Inamura (2009), Bharath et.al

(2007), Asquith et.al. (2005), Graham et.al. (2008) dan Alcock et.al. (2008),

menemukan pengaruh positif antara spread dengan pembuatan covenant. Penelitian lain

yang dilakukan oleh Beatty et.al. (2002), Mazumdar dan Sengupta (2005) serta Dichev

dan Skinner (2001) tidak menemukan adanya pengaruh antara kedua variabel tersebut.

Berdasarkan hasil dari penelitian-penelitian tersebut, maka peneliti memformulasikan

hipotesis sebagai berikut:

H8: Spread berpengaruh pada pembuatan covenant.

2.10.REPUTASI PERUSAHAAN (FIRM REPUTATION)

Fombrun (1996) dalam Rachman (2006) berpendapat bahwa reputasi perusahaan

adalah pandangan atau persepsi atas perusahaan oleh orang-orang baik yang berada

didalam maupun diluar perusahaan. Miles dan Covin (2000) serta Weiss et. al. (1999)

dalam Rachman (2006) menyatakan bahwa reputasi perusahaan adalah pandangan

publik atas suatu perusahaan yang dinilai baik atau tidak yang dipandang secara global

atas hal-hal seperti keterbukaan, kualitas dan lainnya sehingga dapat dikatakan sebagai

pandangan atas gerak langkah perusahaan. Perusahaan yang mempunyai reputasi baik

mampu menimbulkan kepercayaan, keyakinan dan dukungan daripada perusahaan yang

mempunyai reputasi buruk (Dowling, 2004; Herbig, Milewicz dan Golden, 1994 dalam

Rachman, 2006).

Begley dan Chamberlain (2005) menarik hipotesis bahwa perusahaan yang secara

teratur menerbitkan utang publik kemungkinan kecil menggunakan covenant dalam

kontrak utangnya. Hasilnya bahwa reputasi perusahaan tidak berpengaruh pada

pembentukan covenant pada periode pertama dan berpengaruh negatif pada dua periode

terakhir. Jika perusahaan mempunyai reputasi yang baik tentunya pemegang obligasi

akan lebih mempercayainya sehingga menetapkan covenant yang tidak terlalu ketat atau

bahkan tidak sama sekali. Berdasarkan hasil dari penelitian-penelitian tersebut, maka

peneliti memformulasikan hipotesis sebagai berikut:

(11)

2.11.KUALITAS OBLIGASI (BOND QUALITY)

Rating di Indonesia berkisar antara A, B, C dan D di mana masing-masing nilai

memiliki 3 sub nilai kecuali D, yaitu AAA, AA, A, BBB, BB, B, CCC, CC, C, D

(www.idx.co.id). Peringkat obligasi adalah salah satu indikator penting mengenai

kualitas kredit perusahaan (Baker dan Mansi, 2001). Sedangkan menurut Galil (2003)

peringkat adalah pendapat mengenai creditworthiness dari obligor mengenai sekuritas

utang tertentu.

Siddiqi (2007) meneliti determinan dari sumber utang perusahaan dan menemukan

bahwa perusahaan dengan kualitas yang baik terbukti dengan rating yang tinggi lebih

cocok menggunakan kontrak utang publik sedangkan perusahaan dengan kualitas

rendah lebih memilih untuk utang ke bank. Mariano dan Tribo (2009) menemukan

bahwa perusahaan dengan kualitas yang baik berpengaruh pada pembentukan

covenants. Penelitian yang dilakukan oleh Frankel et.al. (2006) dan Alcock et.al. (2008)

menemukan pengaruh negatif antara kualitas obligasi dengan pembuatan covenant.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Bharath et.al (2007), Beatty et.al. (2002) dan

Asquith et.al. (2005) menemukan pengaruh dengan arah kebalikannya yaitu pengaruh

positif, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh serta Billet et.al. (2007), Mariano dan

Tribo (2009), Siddiqi (2007) dan Chatterge (2006) tidak menemukan adanya pengaruh

antara kedua variabel tersebut. Berdasarkan hasil dari penelitian-penelitian tersebut,

maka peneliti memformulasikan hipotesis sebagai berikut:

H10: Kualitas obligasi berpengaruh pada pembuatan covenant.

3. METODE PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang, teori, dan hipotesis kerja yang telah dijelaskan dalam

bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini akan diuraikan metode penelitian yang

dilakukan untuk mendapatkan kesimpulan dari hipotesis yang telah dibuat.

3.1.POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh obligasi yang

diterbitkan oleh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan masih beredar

per 31 Desember 2009. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah obligasi

yang diterbitkan oleh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun

(12)

Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan metode purposive sampling karena

peneliti ingin meneliti semua obligasi yang masuk dalam kriteria yang telah ditetapkan

sehingga mendapatkan sampel sejumlah 124 obligasi. Sampel dipilih dengan kriteria

sebagai berikut:

1. Perusahaan publik yang menerbitkan obligasi telah terdaftar di Bursa Efek

Indonesia berdasarkan situs resmi BEI (www.idx.co.id) mulai tahun 2003, karena

penelitian ini memerlukan data 1 dan 2 tahun sebelum obligasi diterbitkan.

2. Obligasi diterbitkan pada periode 2005-2009.

3. Data obligasi dan laporan keuangan tersaji lengkap mulai 2 tahun sebelum periode

penelitian (tahun 2003-2009).

4. Obligasi bukan merupakan obligasi syariah (sukuk ijarah).

5. Obligasi bukan merupakan obligasi subordinasi.

6. Obligasi memiliki suku bunga tetap.

7. Laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah.

3.2.OPERASIONALISASI VARIABEL

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah AB (accounting

based covenant). Variabel-variabel independen yang digunakan untuk menjelaskan AB

adalah variabel Mt (materialitas obligasi), M (jangka waktu obligasi), Cl

(jaminan/agunan), FS (ukuran perusahaan), Pr (rasio profitabilitas), GO (pertumbuhan

perusahaan), Lev (leverage), Sp (spread), Rep (reputasi perusahaan), dan Q (kualitas

obligasi). Selain itu juga terdapat 1 variabel kontrol yaitu jenis industri (JI). Berikut ini

akan dijelaskan mengenai pengukuran dari tiap-tiap variabel yang diteliti.

AB AB adalah variabel dependen accounting based covenant yang

merupakan variabel dummy, 1= jika kontrak utang menggunakan batasan-batasan akuntansi (accounting based covenant), 0= jika tidak.

Mt Mt adalah materialitas obligasi diukur dengan menghitung Face value

obligasi/ nilai buku tangible asset (aktiva berwujud) perusahaan.

M M adalah maturity diukur dengan periode tahun penerbitan obligasi

sampai dengan waktu pelunasan pokok pinjaman.

Cl Cl adalah collateral diukur dengan aktiva tetap bersih dibagi dengan total asset.

FS FS adalah firm size diukur dengan log natural total aset perusahaan.

Pr Pr merupakan rasio profitabilitas yang diukur dengan laba bersih dibagi dengan total penjualan.

GO GO adalah growth opportunities diukur dengan rumus: {S(t) – S(t – 1)}/S(t – 1), dimana S(t) adalah penjualan perusahaan pada tahun t (t adalah tahun fiskal sebelum obligasi diterbitkan) dan S(t–1) adalah penjualan perusahaan dalam tahun t–1.

(13)

Sp Sp adalah spread diukur dengan menghitung suku bunga obligasi – suku bunga obligasi pemerintah (dalam hal ini suku bunga IGBX).

Rep Rep adalah reputasi merupakan variabel dummy, 1= jika perusahaan

menerbitkan lebih dari satu obligasi selama periode pengamatan, 0= jika tidak.

Q Q adalah quality (kualitas obligasi) diukur dengan menggunakan skala

ordinal 1 sampai dengan 10 dari rating obligasi tertinggi AAA sampai

dengan D untuk rating terakhir obligasi sebelum obligasi yang diteliti

diterbitkan, sedangkan untuk obligasi perdana menggunakan

pengumuman rating yang pertama kali sebelum pengumuman

penerbitan obligasi.

3.3.MODEL PENELITIAN

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Model

yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis regresi logit yang

digunakan untuk menguji pengaruh antar variabel-variabel independen terhadap

variabel dependen yang berupa variabel dummy. Adapun persamaan untuk menguji

hipotesis secara keseluruhan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Keterangan :

: Accounting based covenant yang diproksikan dengan variabel dummy,

1= jika kontrak utang menggunakan batasan-batasan akuntansi (accounting

based covenant), 0= jika tidak.

β0 : konstanta

β1-β11 : Koefisien regresi

Mt : materialitas obligasi

M : jatuh tempo obligasi

Cl : collateral (jaminan/agunan)

FS : ukuran perusahaan

Pr : rasio profitabilitas

GO : sales growth opportunity (pertumbuhan penjualan)

Lev : leverage

Sp : selisih suku bunga obligasi dengan suku bunga IGBX

Rep : reputasi perusahaan (dummy)

Q : kualitas obligasi

JI : jenis industri (dummy)

Ε : error term (kesalahan residual)

(14)

1. Panel A: data merupakan keseluruhan obligasi baik yang diterbitkan oleh perusahaan

non finance ataupun perusahaan finance.

2. Panel B: data merupakan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan non finance saja.

3. Panel C: data merupakan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan finance saja.

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan permasalahan, hipotesis dan metode penelitian yang telah dijelaskan

dalam bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian untuk

mendapatkan kesimpulan dari hipotesis yang telah dibuat.

4.1.ANALISIS STATISTIK DESKRIPTIF

Hasil statistik deskriptif untuk keseluruhan obligasi yang terbit tahun 2005-2009

dan masih beredar per 31 desember 2009 sejumlah 124 obligasi. Hasil pengujian

statistik deskriptif menunjukkan bahwa rata-rata accounting based covenant yang

terjadi pada peride penelitian adalah 0.41 yang berarti proporsi covenant yang berbasis

akuntansi sebesar 41% sedangkan yang berbasis jaminan (collateral based covenant)

sebesar 59%. Hal ini berbeda dengan penelitian Inamura (2009) yang menemukan

97,07% dari sampel yang diteliti merupakan obligasi dengan jenis collateral based

covenant, sedangkan sisanya berbasis akuntansi. Dari hasil tersebut menunjukkan

bahwa di Indonesia angka-angka akuntansi masih dijadikan acuan dalam suatu kontrak

utang terbukti dengan prosentase covenant yang berbasis akuntansi sebesar 41% yang

jauh lebih tinggi dibanding dengan penelitian Inamura (2009) yang dilakukan di Jepang

yaitu sebesar 2,93%. Berarti penentuan covenant sangat dipengaruhi oleh budaya

masing-masing negara.

Berdasarkan hasil statistik deskriptif diatas nilai rata-rata jenis industri sebagai

variabel kontrol adalah 0,35 yang berarti 35% obligasi diterbitkan oleh perusahaan non

finance sedangkan 65% diterbitkan oleh perusahaan finance. Berarti sebagian besar

obligasi yang beredar diterbitkan oleh perusahaan finance. Sedangkan untuk jangka

waktu obligasi (maturity) rata-ratanya adalah 4,38 tahun berarti tidak terlalu panjang

karena masih dibawah 5 tahun. Variabel reputasi rata-ratanya sebesar 0,90 yang berarti

90% obligasi mempunyai reputasi baik dengan menerbitkan lebih dari 1 obligasi selama

(15)

rata-rata rating obligasi adalah A. Sedangkan untuk nilai rata-rata lainnya menunjukkan

rata-rata rasio dari tiap-tiap variabel.

Sampel keseluruhan pada penelitian ini berjumlah 124 obligasi yang terdiri dari 81

obligasi perusahaan finance dan 43 obligasi yang dikeluarkan oleh perusahaan non

finance. Statistik deskriptif yang membedakan kontrol variabel dari jenis industri

perusahaan issuer. Pada perusahaan non finance 55,81% (24 obligasi) diantaranya

menetapkan covenant berbasis akuntansi 44,19% (19 obligasi) sisanya menetapkan

covenant berbasis jaminan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

non finance lebih banyak menggunakan covenant yang berbasis akuntansi. Hal tersebut

merupakan fakta bahwa angka-angka akuntansi masih dipercaya dalam pembentukan

covenant pada perusahaan non finance.

Rating obligasi sesuai dengan hasil statistik deskriptif menunjukkan bahwa

rata-rata rating perusahaan non finance adalah 3,19 (dibulatkan 3) yang berarti rata-rata

rating obligasi perusahaan finance adalah A. Reputasi perusahaan non finance sebesar

0,77 (lebih mendekati 1) yang berarti perusahaan non finance rata-ratanya menerbitkan

olbigasi lebih dari 1 kali dalam periode pengamatan. Rata-rata jangka waktu obligasi

perusahaan non finance adalah 5,74 (dibulatkan 6) yang berarti rata-rata maturity

obligasi perusahaan non finance adalah 6 tahun. Rasio materialitas, asset collateral,

firm size, growth opportunity, spread dan leverage perusahaan bisa dilihat dari hasil

tabel diatas.

Pada perusahaan finance 33,33% (27 obligasi) diantaranya menetapkan covenant

berbasis akuntansi dan 66,67% (54 obligasi) sisanya menetapkan covenant berbasis

jaminan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perusahaan finance lebih banyak

menggunakan covenant yang berbasis jaminan. Hal tersebut merupakan fakta bahwa

jaminan lebih diperlukan daripada angka-angka akuntansi dalam pembentukan covenant

pada perusahaan finance. Rating obligasi sesuai dengan hasil statistik deskriptif

menunjukkan bahwa rata-rata rating perusahaan finance adalah 2,36 (dibulatkan 2) yang

artinya rata-rata obligasi perusahaan finance mempunyai rating AA Reputasi

perusahaan finance yaitu 0,96 (lebih mendekati 1) yang berarti perusahaan finance

mayoritas menerbitkan obligasi lebih dari satu selama periode pengamatan. Rata-rata

jangka waktu obligasi perusahaan finance adalah 3,65 (dibulatkan 4) yang berarti

rata-rata maturity obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan finance adalah 4 tahun. Rasio

materialitas, asset collateral, firm size, growth opportunity, spread dan leverage

(16)

4.2.ANALISIS UJI ASUMSI KLASIK (UJI MULTIKOLINEARITAS)

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel independen. Hasil uji multikolonieritas pada ketiga Panel

menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai toleransi kurang dari

0,10. Hasil perhitungan VIF juga menunjukkan hal yang sama yaitu tidak ada satu

variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan

bahwa tidak terjadi multikolonieritas antar variabel dalam model regresi.

4.3.HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS

Pengujian terhadap hipotesis untuk membuktikan pengaruh materiality, maturity,

collateral, firm size, profitability, sales growth opportunities, leverage, spread,

reputation, dan Quality terhadap accounting based covenant. Variabel dependen pada

penelitian ini berbentuk nominal, maka pengujian terhadap hipotesis dilakukan

menggunakan uji regresi logistik dengan α = 1% untuk keseluruhan sampel dan α =

10% untuk obligasi perusahaan non finance dan finance.

Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s

Goodness of Fit Test. Nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih

besar daripada α (0,01 dan 0,1) maka model dapat disimpulkan mampu memprediksi

nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena sesuai dengan data

observasinya (Ghozali, 2005). Hasil pengujian dengan menggunakan Hosmer and

Lemeshow’s Test menunjukkan nilai Chi-square sebesar 16,921, 6,743, dan 7,073

dengan signifikansi (p) sebesar 0,031, 0,565 dan 0,529. Berdasarkan hasil tersebut,

karena nilai signifikansi untuk keseluruhan sampel lebih besar dari 0,01 dan untuk

obligasi non finance dan finance lebih besar dari 0,10 maka model regresi disimpulkan

mampu memprediksi nilai obsevasinya dan layak untuk digunakan dalam analisis

selanjutnya.

Langkah selanjutnya adalah menguji keseluruhan model (overall model fit).

Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood (-2LL)

pada awal (block number= 0) dengan nilai -2 Log Likelihood pada akhir (block number=

1). Adanya pengurangan antara -2LL awal (initial -2LL function) dengan nilai -2LL

pada langkah berikutnya (-2LL akhir) menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan

fit dengan data (Ghozali, 2005). Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai -2LL awal

(block number= 0) adalah sebesar 167,977, 59,028 dan 103,115 sedangkan nilai -2LL

(17)

kesepuluh variabel independen dan 1 variabel kontrol nilai -2LL akhir mengalami

penurunan dari nilai awalnya. Penurunan likelihood (-2LL) ini menunjukkan model

regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesisikan telah memiliki

kesesuaian dengan data.

Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik ditunjukkan oleh

nilai Negelkerke R Square. Nilai Negelkerke R Square dapat diintepretasikan seperti

nilai R Square pada regresi berganda. Hasil perhitungan besarnya nilai Negelkerke R

Square untuk keseluruhan sampel (Panel A) menunjukkan nilai sebesar 0,237 yang

berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen

adalah sebesar 23,7%, sedangkan sisanya sebesar 76,3% dijelaskan oleh

variabel-variabel lain diluar model penelitian.

Hasil perhitungan besarnya nilai Negelkerke R Square untuk obligasi non finance

(Panel B) menunjukkan nilai sebesar 0,456 yang berarti variabilitas variabel dependen

yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 45,6%, sedangkan

sisanya sebesar 54,4% dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar model penelitian.

Hasil perhitungan besarnya nilai Negelkerke R Square untuk obligasi finance (Panel C)

menunjukkan nilai sebesar 0,532 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat

dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 53,2%, sedangkan sisanya sebesar

46,8% dijelaskan oleh variable-variabel lain diluar model penelitian.

Hasil pengujian hipotesis pada Panel A dari variabel-variabel yang diteliti terhadap

pembentukan covenant menunjukkan variabel dengan nilai p lebih besar dari α= 1%

(0,01) adalah variabel agunan/jamian. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

agunan/jaminanberpengaruh pada pembentukan covenant sedangkan variabel yang lain

tidak berpengaruh. Hasil penelitian ini mendukung hipotesis bahwa agunan/jaminan

berpengaruh terhadap pembentukan covenant.

Hasil pengujian hipotesis pada Panel B dari variabel-variabel yang diteliti terhadap

pembentukan covenant menunjukkan variabel dengan nilai p lebih besar dari α= 10%

(0,10) adalah variabel jangka waktu obligasi dan agunan/jaminan. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa jangka waktu obligasi dan agunan/jaminan berpengaruh pada

pembentukan covenant sedangkan variabel yang lain tidak berpengaruh. Hasil

penelitian ini mendukung hipotesis bahwa jangka waktu obligasi dan agunan/jaminan

berpengaruh terhadap pembentukan covenant.

Hasil pengujian hipotesis pada Panel C dari variabel-variabel yang diteliti terhadap

(18)

(0,10) adalah variabel ajngka waktu, agunan/jaminan, profitabilitas dan kualitas

obligasi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa jangka waktu obligasi, agunan/jaminan,

profitabilitas dan kualitas obligasi berpengaruh pada pembentukan covenant yang

berbasis akuntansi sedangkan variabel yang lain tidak berpengaruh. Hasil penelitian ini

mendukung hipotesis bahwa jangka waktu obligasi, agunan/jaminan, profitabilitas dan

kualitas obligasi berpengaruh terhadap pembentukan covenant.

Hasil pengujian hipotesis tersebut diatas menunjukkan perbedaan hasil pada ketiga

Panel yang berbeda, jadi dalam pembentukan covenant perlu mempertimbangkan jenis

industrinya. Pada perusahaan dalam industri finance terdapat 4 hal yang perlu

dipertimbangkan yaitu: jangka waktu obligasi, agunan/jaminan, profitabilitas dan

kualitas obligasi, sedangkan pada perusahaan dalam industri non finance hanya 2 hal

yang perlu dipertimbangkan yaitu: jangka waktu obligasi, agunan/jaminan. Hal tersebut

menunjukkan bahwa perusahaan finance dianggap lebih berisiko dibandingkan dengan

perusahaan non finance sehingga lebih banyak faktor yang harus dipertimbangkan.

4.4.PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil pengujian pengaruh materialitas terhadap pembentukan

covenant, penelitian ini tidak berhasil menemukan adanya pengaruh variabel

materialitas terhadap pembentukan covenant. Hasil pengujian yang berhasil menemukan

adanya pengaruh signifikan positif pada obligasi perusahaan finance dari variabel

jangka waktu obligasi menunjukkan bahwa semakin panjang jangka waktu obligasi

perusahaan finance debitur akan memilih covenant yang berbasis akuntansi. Semakin

panjang jangka waktu obligasi perusahaan non finance debitur akan memilih covenant

yang berbasis jaminan. Ini menunjukkan bahwa di Indonesia mempunyai kriteria yang

berbeda dalam pembentukan covenant berdasarkan pada jenis industrinya. Hasil ini

senada dengan hasil dari penelitian Inamura (2009) yang dilakukan di Jepang, ini

kemungkinan kemiripan budaya sebagai sesama negara di benua Asia.

Berdasarkan hasil pengujian pengaruh jangka waktu obligasi (maturity)

terhadap pembentukan covenant, penelitian ini berhasil menemukan adanya pengaruh

variabel maturity terhadap pembentukan covenant. Akan tetapi pengaruhnya tidak sama

antara perusahaan finance yang berpengaruh positif dan perusahaan non finance yang

berpengaruh negatif. Hasil pengujian yang berhasil menemukan adanya pengaruh

positif dari variabel agunan/jaminan menunjukkan bahwa jaminan merupakan hal yang

(19)

diproxykan dengan rasio asset collateral (total aset tetap dibagi dengan total aset).

Jumlah proporsi aset tetap dalam keseluruhan total aset akan menunjukkan seberapa

besar jumlah aset tetap terhadap total aset. Semakin besar proporsi aset tetap terhadap

total aset debitur akan memilih covenant yang berbasis akuntansi karena sudah

mendapatkan kepastian akan jaminan perusahaan issuer.

Berdasarkan hasil pengujian pengaruh collateral terhadap pembentukan

covenant, penelitian ini berhasil menemukan adanya pengaruh positif variabel

agunan/jaminan terhadap pembentukan covenant pada keseluruhan obligasi, obligasi

perusahaan finance ataupun non finance. Hasil pengujian yang berhasil menemukan

adanya pengaruh positif dari variabel agunan/jaminan menunjukkan bahwa jaminan

merupakan hal yang penting dan patut untuk dipertimbangkan dalam pembentukan

covenant. Jaminan disini diproxykan dengan rasio asset collateral (total aset tetap

dibagi dengan total aset). Jumlah proporsi aset tetap dalam keseluruhan total aset akan

menunjukkan seberapa besar jumlah aset tetap terhadap total aset. Semakin besar

proporsi aset tetap terhadap total aset debitur akan memilih covenant yang berbasis

akuntansi karena sudah mendapatkan kepastian akan jaminan perusahaan issuer.

Berdasarkan hasil pengujian pengaruh ukuran perusahaan terhadap

pembentukan covenant, penelitian ini tidak berhasil menemukan adanya pengaruh

variabel ukuran perusahaan terhadap pembentukan covenant. Ukuran perusahaan yang

diukur dengan log natural total aset menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan. Bagi

investor berinvestasi dalam obligasi yang diterbitkan perusahaan besar lebih aman

dibandingkan perusahaan kecil, karena apabila terjadi default maka perusahaan besar

mempunyai aset yang lebih besar untuk membayar utangnya dibandingkan dengan

perusahaan kecil. Akan tetapi penelitian ini membuktikan bahwa investor tidak

terpengaruh pada besar kecilnya perusahaan dalam pembentukan covenant. Hal ini

menunjukkan bahwa total aset bukan suatu hal yang bisa menentukan perusahaan itu

besar atau kecil, selain itu investor menganggap informasi asset collateral suatu

perusahaan sudah secara implisit menunjukkan tingkat keamanan dari suatu obligasi

perusahaan dan dianggap lebih bisa menjamin kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajibannya. Hasil pengujian mungkin akan berbeda jika diproxykan

dengan proxy yang lain misalnya total pegawai atau keberadaan auditor intern dalam

suatu perusahaan issuer.

Berdasarkan hasil pengujian pengaruh profitabilitas terhadap pembentukan

(20)

profitabilitas terhadap pembentukan covenant pada obligasi perusahaan finance. Hasil

pengujian yang berhasil menemukan adanya pengaruh signifikan negatif dari variabel

profitabilitas menunjukkan bahwa jika rasio profitabilitas berkurang pembentukan

covenant akan didasarkan pada akuntansi (accounting based covenant) dan sebaliknya.

Hal tersebut menunjukkan bahwa debitur menganggap bahwa perusahaan yang

profitable akan mempunyai angka-angka akuntansi yang bagus sehingga tidak akan

mendasarkan pembentukan covenant-nya berbasis akuntansi tapi berbasis jaminan.

Berdasarkan hasil pengujian pengaruh kesempatan bertumbuh (growth

opportunity) terhadap pembentukan covenant, penelitian ini tidak berhasil menemukan

adanya pengaruh variabel growth opportunity terhadap pembentukan covenant.

Pertumbuhan perusahaan dari kacamata investor merupakan tanda bahwa perusahaan

memiliki aspek yang menguntungkan dan mereka mengharapkan rate of return (tingkat

pengembalian) yang lebih baik bagi investasi mereka. Perusahaan yang memiliki

peluang untuk tumbuh mempunyai keuntungan dan aliran kas masa depan yang lebih

besar daripada perusahaan yang tidak bertumbuh. Bagi investor berinvestasi dalam

obligasi perusahan yang bertumbuh lebih aman dibandingkan dengan perusahaan yang

tidak bertumbuh karena hal tersebut mengindikasikan aliran kas yang lebih baik dalam

memenuhi kewajibannya. Seharusya hal tersebut menjadi petimbangan dalam

pembentukan covenant, akan tetapi penelitian ini membuktikan bahwa investor tidak

merespon secara berbeda perusahaan yang bertumbuh dan tidak bertumbuh. Hal ini

menunjukkan bahwa investor menganggap bahwa pertumbuhan perusahan yang

diproxykan dengan sales growth hanya mempertimbangkan kenaikan penjualannya saja

tanpa diimbangi dengan kenaikan laba, jadi bagi mereka bukan merupakan suatu hal

yang perlu dipertimbangkan dalam pembentukan covenant.

Berdasarkan hasil pengujian pengaruh leverage terhadap pembentukan

covenant, penelitian ini tidak berhasil menemukan adanya pengaruh variabel leverage

terhadap pembentukan covenant. Tingkat leverage memberikan sinyal kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajibannya, seharusnya hal ini berpengaruh pada

penetapan covenant tetapi hasil penelitian ini menunjukkan bahwa leverage tidak

berpengaruh pada pembentukan covenant, hal ini menunjukkan bahwa pemegang

obligasi menganggap bahwa tingkat leverage bukan merupakan hal yang meyakinkan

akan bisa menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya, selain

itu investor menganggap informasi agunan/jaminan (asset colalteral) sudah secara

(21)

Berdasarkan hasil pengujian pengaruh spread terhadap pembentukan covenant,

penelitian ini tidak berhasil menemukan adanya pengaruh variabel spread terhadap

pembentukan covenant. Spread menunjukkan risiko dari suatu obligasi dibandingkan

dengan utang yang bebas risiko (obligasi pemerintah) seharusnya variabel tersebut akan

mempengaruhi pembentukan covenant, tapi hasilnya berbeda pada penelitian ini. Hal ini

menunjukkan bahwa spread bukan dipandang sebagai risiko yang dihadapai oleh

pemegang saham tapi merupakan suatu keuntungan yang diterima dibandingkan jika

menanamkan dana ke obligasi pemerintah yang bebas risiko, selain itu investor

menganggap informasi peringkat sudah secara implisit menunjukkan tingkat keamanan

dari suatu obligasi perusahaan.

Berdasarkan hasil pengujian pengaruh reputasi terhadap pembentukan covenant,

penelitian ini tidak berhasil menemukan adanya pengaruh variabel reputasi terhadap

pembentukan covenant. Reputasi perusahaan merupakan pandangan baik oleh orang

yang didalam ataupun diluar perusahaan. Investor seharusnya mempertimbagkan hal

tersebut dalam pengambilan keputusan mengenai pembentukan covenant, tetapi hasil

penelitian ini menunjukkan sebaliknya. Investor tidak mempertimbangkan reputasi,

yang diproxykan dengan sering tidaknya penerbitan obligasi oleh suatu perusahaan

dalam periode pengamatan, dalam pembentukan covenant. Hal ini menunjukkan bahwa

intensitas yang tinggi dalam penerbitan obligasi tidak menunjukkan suatu reputasi yang

baik bagi investor tapi mungkin malah mengurangi nilai perusahaan tersebut karena

mempunyai banyak utang dan berarti mempunyai risiko yang besar jika menanamkan

dana pada obligasi yang diterbitkannya. Hasil ini mungkin bisa berbeda jika variabel

reputasi diproxykan dengan proxy lainnya misalnya total aktiva tidak berwujud yang

berupa goodwill pada perusahaan issuer.

Berdasarkan hasil pengujian pengaruh kualitas obligasi terhadap pembentukan

covenant, penelitian ini berhasil menemukan adanya pengaruh positif variabel kualitas

obligasi terhadap pembentukan covenant. Hasil pengujian yang berhasil menemukan

adanya pengaruh signifikan positif dari variabel kualitas obligasi menunjukkan bahwa

rating obligasi yang tinggi akan mempengaruhi pembentukan covenant berbasis

akuntansi. Ini berarti bahwa perusahaan yang menerbitkan obligasi dengan rating yang

tinggi lebih dipercaya karena debitur tidak mementingkan jaminan untuk utang yang

diterbitkan melainkan percaya akan angka-angka akuntansi yang ada dalam laporan

(22)

5. SIMPULAN DAN SARAN

5.1.SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

menentukan pembentukan accounting based covenant adalah: 1. jangka waktu, 2.

agunan/jaminan, 3. kualitas obligasi dan 4. profitabilitas. Efek samping dari utang dapat

dikontrol oleh berbagai macam mekanisme kontrak termasuk memilih jangka waktu

yang pendek (Jensen dan Meckling, 1976). Perusahaan dengan tingkat collateral yang

tinggi akan memperkecil risiko debt default dan corporate failure sehingga menjadi

salah satu faktor penentu dalam pembentukan covenant. Peringkat obligasi adalah salah

satu indikator penting mengenai kualitas kredit perusahaan oleh karenanya dijadikan

salah satu bahan pertimbangan dalam penerbitan obligasi (Baker dan Mansi, 2001

dalam Zahrotun dan Baridwan, 2005). Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi

akan lebih cenderung menggunakan accounting based covenant karena bisa

menunjukkan kemampuannya dalam menghasilkan laba (Graham et al., 2008)

Penelitian ini tidak bisa membuktikan adanya pengaruh variabel: 1. materialitas

obligasi, 2. ukuran perusahaan, 3. pertumbuhan perusahaan, 4. leverage, 5. spread dan

6. reputasi perusahaan. Hal tersebut memberikan bukti secara empiris bahwa jangka

waktu obligasi, jaminan, profitabilitas perusahaan dan rating obligasi sudah cukup

mengindikasikan keamanan suatu obligasi dan dianggap lebih bisa menjamin

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya, sehingga mengabaikan

faktor-faktor lain diluar hal tersebut dalam keputusan pembentukan covenant dalam suatu

kontrak utang publik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil antara sampel

keseluruhan obligasi dengan sampel yang dibedakan antara obligasi perusahaan finance

dan non finance. Pada sampel keseluruhan obligasi accounting based covenant hanya

ditentukan oleh nilai jaminan saja. Pada sampel obligasi perusahaan finance terdapat 4

faktor yang menentukan pembentukan accounting based covenant yaitu: jangka waktu

obligasi, jaminan, profitabilitas, dan kualitas obligasi, sedangkan pada sampel obligasi

perusahaan non finance ada 2 faktor yang menentukan pembentukan accounting based

covenant yaitu: jangka waktu obligasi dan agunan/jaminan. Hal tersebut menunjukkan

bahwa perusahaan finance dianggap lebih berisiko dibandingkan dengan perusahaan

non finance sehingga lebih banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam

(23)

5.2.IMPLIKASI PENELITIAN

Sesuai dengan kontribusi penelitian, hasil penelitian ini memiliki beberapa

implikasi, baik untuk pengembangan teori, kepentingan praktisi serta untuk kepentingan

badan regulasi. Berdasarkan hasil penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi

dalam pembentukan covenant di Indonesia adalah jangka waktu obligasi,

agunan/jaminan, profitabilitas dan kualitas obligasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa

angka-angka akuntansi masih dijadikan sebagai pertimbangan dalam pengambilan

keputusan pembentukan covenant. Sesuai dengan teori kontrak bahwa ketika

perusahaan mendekati pelanggaran kontrak, manajemen akan melakukan pengaturan

laba dan hal itu juga bisa digunakan agar covenant dalam suatu kontrak utang yang

mereka terbitkan tidak terlalu ketat. Penelitian ini bisa dijadikan dasar acuan dalam

memilih variabel yang sesuai dalam pembentukan covenant khususnya di Indonesia.

5.3.KETERBATASAN PENELITIAN

Data yang digunakan oleh peneliti adalah data obligasi yang masih beredar per

31 Oktober 2010 pada saat penelitian ini dilakukan, sedangkan penelitian ini mengambil

sampel obligasi yang masih beredar per 31 Desember 2009, ada kemungkinan obligasi

yang masih beredar per 31 Desember 2009 yang tidak terambil dalam sampel penelitian

dikarenakan perusahaan yang menerbitkan tidak ada dalam daftar obligasi yang beredar

per 31 Oktober 2010. Penentuan rating pada penelitian ini juga terdiri dari 2 cara yaitu :

1. rating obligasi yang terbit sebelum obligasi yang diteliti (untuk obligasi yang bukan

pertama kali diterbitkan oleh perusahaan), 2. rating obligasi perdana yang diumumkan

oleh badan pemeringkatan obligasi Indonesia yang diterbitkan sebelum pengumuman

penerbitan obligasi dilakukan (untuk obligasi yang pertama kali diterbitkan oleh

perusahaan). Hal tersebut diambil dikarenakan rating obligasi selalu diperbarui tiap 3-6

bulan sekali, dan pertama kali diumumkan pada saat sebelum pengumuman penerbitan

obligasi. Rating terakhir obligasi untuk lebih mudahnya bisa dilihat di daftar obligasi

yang terbit pada situs BEI atau bisa juga dilihat pada catatan atas laporan keuangan

tiap-tiap perusahaan issuer. Penelitian ini dilakukan pada obligasi yang diterbitkan oleh

perusahaan publik di Indonesia sehingga hasil penelitiannya kemungkinan tidak sama

dengan negara-negara lainnya karena pembentukan covenant juga dipengaruhi oleh

budaya masing-masing negara. Penelitian ini menggunakan alat bantu statistik yatiu

(24)

5.4.SARAN

Penelitian selanjutnya lebih baik menggunakan data historis dari situs BEI

mengenai daftar penerbitan obligasi per 31 Desember 2009 sesuai dengan data yang

diperlukan. Rating obligasi lebih baik menggunakan rating terakhir yang tercatat di situs

BEI dengan mengeluarkan obligasi perdana dari daftar sampel, karena pada obligasi

perdana pengumuman rating dilakukan sebelum pengumuman penerbitan obligasi.

Penelitian selanjutnya bisa meneliti lebih dari satu negara dari beberapa benua sehingga

akan bisa mengelompokkan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan covenant

sesuai dengan budaya masing-masing negara. Penelitian selanjutnya bisa menggunakan

(25)

Referensi

Alcock, J., Finn, F. dan Tan, JK. 2008. Debt covenant, agency cost and debt maturity,

Working Paper of University of Quinnisland, 1-33

Ashton, R.H, John J. Willingham, dan Robert K. Elliott. 1987. An Empirical Analysis of Audit Delay . Journal of Accounting Research (Autumn). pp. 275-292.

Ashton, Robert H, Paul G. Graul, dan James D. Newton. 1989. Audit Delay and the Timeliness of Corporate Reporting. Contemporary Accounting Reseach. Vol. 5. No.2 pp. 657-673.

Asquith, P., Beatty dan J. Weber. 2005. Performance pricing in bank debt contracts,

Journal of Accounting & Economics, 40 (1-3):101-128.

Beatty, A.K. Ramesh dan J. Weber. 2002. The Importance of accounting choice in debt contracts : the cost of flexibility in covenant calculations, Journal of Accounting and Economics, 33(2), 205-227.

Begley, J. dan G.A. Feltham. 1999. An empirical examination of the relationship

between debt contracts and management incentives, Journal of Accounting and

Economics, 27(2), 229-259.

Begley, J. dan S. Chamberlain. 2005. The use of debt covenant in pulbic debt : the role

of accounting quality and reputation, Working Paper University of British

Columbia, 20 februari.

Bharath, ST., Sunder, J. dan Sunder, SV. 2008. Accounting quality and debt contracting, The Accounting Review, 83(1), 1-28.

Billet, M.T., T.D. King, dan D.C. Mauer. 2007. Growth opportunities and the coice of leverage, debt maturity and covenants, The Journal of Finance, 62(2), 697-730. Black, F. dan M. Scholes. 1973. The Pricing of options and corporate liabilities. Journal

of Political Economy, 81(3), 637-654.

Bradley, M. dan M.R. Roberts. 2004. The srtucture and pricing of corporate debt covenant, 6th Annual Texas Finance Festifal, The Fuqua School of Business, Duke University, diunduh dari http://ssm.com/abstract=585882

Carslaw, Charles A. P. N dan Steven E. Kaplan. 1991. An Examination of Audit Delay: Further Evidence from New Zealand. Accounting and Business Research. 22 (85): 21-32.

Chatterge, R.A. 2006. Performance pricing and covenants in debt contracts in the UK,

European Accoutning Assosiation Congress, Juli, 1-24

Dichev, I.D. dan D.J. Skinner. 2001. Large sample evidence on the debt covenant hypothesis, Working Paper of University of Michigan Business School, Juni, 1-54. El Gazzar, S. dan V. Patena. 1991. Factors effecting the scope and initial tighness of

covenant restrictions in private lending agreements, Contemporary Accounting Research, 8(1), 132-151.

Frankel, R., Seethamraju, C. dan Zach T. 2006. GAAP Goodwill dan debt contrating efficiency: evidence from net worth covenants, Olin School of Business Working Paper, 1-36

Frankel, R. dan L. Litov. 2007. Financial accounting characteristics and debt covenants,

Washington University Working Paper Series, 1-44

Gavish, B. dan A. Kalay. 1983. On the asset substitution problem, Journal of Financial and Quantitative Analysis, 18(1), 21-30.

Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan

(26)

Gopalakrishnan, V. 1994. Accounting choice decisions and unlevered firms: further evidence on debt/equity hypothesis, Journal of Financial and Strategic Decisions, 7(3), 33-47.

Graham, J.R., S. Li dan J. Qiu. 2008. Corporate misreporting and bank loan contracting , Journal of Financial Economics, 89(1), 44-61.

Gujarati, D. 2003. BasicEconometrics, 5th ed. Mc-Grawhill, New York.

Hall S.C. dan L.S. Swinney. 2004. Accounting policy change and debt contracts,

Management Research Views, Vol. 27 No. 7, 34-48

Haryono, Slamet. 2005. Struktur kepemilikan dalam bingkai teori keagenan, Jurnal

Akuntansi & Bisnis, Vol 5, No. 1, 63-71. IAI. 2010. PSAK

Inamura, Y. 2009. The determinants of accounting-based covenants in public debt contracts, Journal of international Business Research, 8(2), 1-15.

Indriantoro, N. dan B. Supomo. 1999. Metodologi penelitian bisnis untuk akuntansi dan manajemen, edisi pertama, BPFE, Yogyakarta.

Jaggi, Bikki dan Judi Tsui. 1999. Determinants of Audit report Lag: Further Evidence From Hongkong. Accounting and Business Reseach. Vol.30. No.1. pp 17-28. Jensen, M.C. dan W.H. Meckling 1976. The theory of the firm : managerial behaviour,

agency costs and ownership structure, Journal of Financial Economics, 3(4), 305-360.

Kumalawati, Lely. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi opini going concern: studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia, Tesis, Pasca Sarjana Universitas Brawijaya, Malang.

Malitz, I. 1986. Evidence on bond issue provisions-on financial contracting: the determinants of bond covenants, Financial Management, 15(2), 18-25

Mariano, B. dan J.A. Tribo. 2009. Debt covenant and corporate investment, University Carlos III of Madrid Working Paper Series.

Mazumdar S.C. dan P. Sengupta. 2005. Disclosure and the loan spread on private debt,

Financial Analysis Journal, 61(3), 83-95

Moir, L. dan S. Sudarsanam. 2007. Determinants of financial covenants and pricing of

debt in private debt contracts : the UK evidence, Accounting and Business

Research, 37(2), 151-166.

Rachaman. 2006. Skripsi Universitas Kristen Petra, www.wikipedia.org, diunduh 27 september 2010.

Sawir, Agnes. 2008. Ukuran Perusahaan. http://www.google.com. September 2010. Schimdt, K.M. 2006. The economics of covenants as a means of efficient creditor

protection, European Business Organization Law Review, 7:89-94.

Siddiqi, N.A. 2007. The determinants of private debt source, Research in Finance, ISSN, vol 23, 245-278.

Sriwardany. 2006. Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap kebijaksanaan struktur

modal dan dampaknya terhadap perubahan harga saham pada perusahaan manufaktur Tbk, Tesis, repository.usu.ac.id.

Sudayat, R.I. 2009. Pengertian penjualan, www.wordpress.com, diunduh 27 september 2010.

Susanto, Budi. 2007. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi credit spread obligasi korporasi pada pasar obligasi di Indonesia, www.ui.ac.id.

Undang, Undang RI No. 8, 1995, Pasar Modal.

Wibowo, Buddi. 2009. www.pascafe.ui.ac.id.

Wijayanti, Arum. 2008. Faktor-faktor yang mempengaruhi yield spread obligasi yang tercatat di Bursa Efek Surabaya periode 2001-2005, www.lib.unair.ac.id.

(27)

Scott, R. 2009. Financial accounting theory, London, Prentice Hall Inc. www.idx.co.id, diunduh 30 September 2010

www.okezone.com, Perdagangan Pasar Obligasi Capai Rp90,01 Triliun, 30 Desember 2010.

www.wibiznews.com, Obligasi Korporasi 2010: Mengulang Sukses 2009, 25 Januari 2010

www.wordpres.com, diunduh 30 September 2010.

Zuhrotun dan Baridwan, Z. 2005. Pengaruh pengumuman peringkat terhadap kinerja

Referensi

Dokumen terkait

Penulis menjadikan pengalaman pribadi dalam menciptakan karya seni kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data – data yang dijadikan acuan pembuatan motif untuk

Menurut orang Jawa dikenal perkawinan yang ideal, yaitu: pertama, seorang perempuan kawin dengan anak laki-laki dari saudara perempuan ayah; kedua, kawin dengan seseorang yang

daerah perkotaan yang berfungsi sebagai pelayan nasional, pusat kegiatan. wilayah, pusat kegitan lokal atau daerah perkotaan yang

Dari hasil survei di atas dapat disimpul- kan bahwa desain bangunan kontemporer di Kota Pekanbaru yang menggunakan langgam arsitektur melayu hanya sebagai identitas, bu- kan

Hal ini sama dengan pendapat para ahli yaitu Banyak orang- orang yang merasa belum puas di masa tua mereka karena kehidupan mereka di masa lalu dan kehidupan masa

Sutomo Surabaya tahun 2009, dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara usia ibu dan paritas terhadap kejadian pre eklampsia dengan nilai

Salah satu model yang dapat digunakan untuk mengestimasi nilai return yang diharapkan atau ekspektasi return beserta risiko dari suatu investasi adalah Capital Asset Pricing

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keadaan dan hubungan antara kualitas perencanaan pembelajaran dengan kinerja dalam pelaksanaan pembelajaran guru fisika