• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

DISUSUN OLEH TIM

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO TAHUN 2013

KONSELING

(2)

DAFTAR ISI

Daftar Isi... 2

Pelajaran 1. Bimbingan dan Pelayanan Konseling ... 3

Pelajaran 2. Komunikasi Interpersonal ... 16

Pelajaran 3. Konseling Feminis ... 25

(3)

Pelajaran 1

Bimbingan dan Pelayanan

(4)

Tujuan Khusus

Mahasiswa diharapkan mampu:

1. Mengetahui definisi, tujuan dan maksud konseling;

2. Membedakan konseling dengan pemberian informasi dan nasihat;

3. Menjelaskan apa yang sebaiknya dilakukan dan tidak dilakukan dan tidak dilakukan dalam memberikan pelayanan konseling;

4. Menjelaskan bagaimana menangani saat-saat sulit ( misal: klien menangis, klien diam, dsb);

5. Menjabarkan tempat yang tepat untuk memberikan pelayanan konseling; 6. Mengetahui hak-hak klien; dan mengetahui kapan, kemana dan bagaimana

merujuk klien Konsep Inti

(5)

A. Definisi Konseling

Beberapa definisi konseling, yaitu:

 Proses di mana konselor berusaha membantu dan memecahkan

permasalahan yang di hadapi klien (Peter Keer, 1992).

 Interaksi dua arah antara klien dan konselor di mana konselor menggali

kebutuhan, pengetahuan, dan permasalahan seksulitas dan kesehatan reproduksi (SKR) klien, tanpa melihat jenis pelayanan kesehatan yang di tekuni petugas dan jenis pelayanan yang di minta klien (Engender Health,2003).

 (Khusus aborsi aman ); konseling adalah komunikasi tatap muka di mana

konselor membantu perempuan membuat keputusan terhadap hal-hal yang terkait dengan keseluruhan pelayanan aborsi. Idealnya, pelayanan konseling di berikan oleh konselor yang sama sebelum, saat dan setelah pelayanan aborsi (WHO,1995).

Walaupun ada banyak definisi konseling, tetapi memiliki kesamaan dalam hal:  Proses: konseling biasanya di selenggarakan lebih dari satu kali pertemuan; klien harus di perkenankan dan dipancing menyatakan perasaan dan pendapatnya melalui interaksi dua arah antara klien dan petugas/konselor;

Peran konselor: Peran konselor bukan untuk mencari atau memberikan solusi, tetapi memberikan informasi,pengetahuan,dukungan, dan semangat, kepada klien agar mampu membuat keputusannya sendiri; jadi keputusan akhir selalu dibuat oleh klien dan bukan oleh konselor/petugas.

Karena itu konseling dibedakan maknanya dengan pemberian informasi dan nasihat. Pemberian informasi dan nasihat merupakan komunikasi satu arah antara petugas dan klien (EngenderHealth, 2003). Bila dalam memberikan informasi, klien diberikan penjelasan mengenai data atau fakta yang ada untuk membantu klien memahami pentingnya isu-isu kesehatan reproduksi; pada pemberian nasihat, klien didorong untuk melakukansesuatu dalam menanggapi situasi tertentu.

(6)

B. Tujuan Dan Maksud Konseling

Konseling dapat dilakukan pada setiap tahapan dari perjalanan suatu prosesdengan informasi dan pendekatan yang selalu disesuaikan. Demikian pula halnya pada proses reproduksi; konseling dapat dilakukan pada tahapan remaja, pra-nikah, merencanakan keluarga, kehamilan, antenatal, masalah dan risiko reproduksi, persalinan dan berbagai tahapan dalam penatalaksanaan pengobatan atau tindakan.

Berkaitan dengan pelayanan kesehatan reproduksi yang komprehensif, konseling memiliki tujuan dan maksud sebagai berikut:

Perubahan perilaku. Banyak klien yang tidak menyadari bahwa mereka memiliki perilaku yang beresiko. Konseling diharapkan bisa membantu klien untuk merubah perilaku rentan mereka sehingga dapat mengurangi mereka dari keterpaparan terhadap risiko.

Meningkatkan ras percaya diri. Klien yang mengalami permasalahan kesehatan reproduksi biasanya cenderung menutup diri ari masyarakat dan keluarga. Konseling dapat membantu/menguatkan klien agar bisa lebih menerima kondisi tubuhnya secara positif.

Pemecahan masalah. Klien perlu bantuan, dukungan dan semangat untuk menjaga kesehatannya. Konseling tidak hanya membantu klien keluar dari masalah yang melingkupinya, juga melindunginya dari permasalahan yang lebih kompleks. Sebagai contoh, saat klien dihadapkan pada permasalahan kehamilan tak diinginkan, konseling membantu klien memutuskan yang terbaik untuk tubuhnya.

(7)

menjangkau masyarakat mengajarkan mereka mengenai akar masalah, keterbatasan dan konsekuensi berkaitan dengan pengobtan.

C. Karakteristik Bidan Sebagai Konselor

Sebagai seorang konselor , bidan sekurangnya harus memenuhi persyaratan berikut, yaiu memiliki:

Kepribadian : rumah, hormat,bersahabat, tidak menghakimi, memiliki motivasi yang kuat untuk membntu sesama, empati, pemikiran yang luas dan terbuka, serta keinginan untuk belajar.

Pengetahuan tentang: 1) fungsi proses dan isu seksual dan kesehatan reproduksi, termasuk proses kehamilan, metode kontrasepsi, infeksi menular seksual (IMS), HIV/AIDS,dan Aborsi (aman dan tidak aman); dan 2) aspek hukum terhadap praktik/pelayanan SKR serta nilai/norma sosial yang mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang.

Keterampilan: keterampilan dalam membina hubungan dengan klien dan menyampaikan informasi tepat guna dan benar. Informasi yang disampaikan secara tidak benar dapat berakibat serius terhadap keseluruhan pelayanan. Studi yang diselenggarakan oleh population council (1994) menunjukan bahwa pelayanan berkualitasmenurut persepsi klien adalah bila:

 Klien diperlukan dengan layak;

 Informasi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan, harapan dan

menjawab pertanyaannya; dan

 Pelayanan medis yang memadai dan aman.

D. Sebaiknya Dilakukan Dan Tidak Dilakukan Konselor Konselor harus melakukan hal-hal berikut :

 Ramah, terbuka dan simpatik

 Mampu mengontrol perasaan, khususnya yang bersifat negative  Menyampaikan informasi yang tidak bias kepada klien

(8)

 Mampu berkomunikasi dengan sejawat dan melakukan upaya-upaya untuk

meningkatkan pengetahuan dan kompetensi professional

 Mampu menerima ide-ide dan pendapat klien tanpa menghakimi  Mampu membangun empati pada klien

 Mampu menemukan solusi ynag baik

Konselor sebaiknya jangan melakukan hal-hal berikut :  Memaksakan pendapat kepada klien

 Menyampaikan informasi yang tidak dibutuhkan dan diharapkan klien  Menggunakan kata-kata dan istilah-istilah yang sulit dimengerti  Menyela, meremehkan dan mengkritik klien

 Mengomentari atau memberikan saran kepada klien yang masalahnya

belum dipahami benar, atau menyutujui pendapat klien yang dibuat secara terburu-buru

 Memaksa klien menjawab pertanyaan  Menghakimi

E. Saat Saat Sulit Dalam Konseling

Dibawah ini beebrapa masalah yang sering dihadapi seorang konselor dilengkapi dengan beberapa saran bagaimana cara menghadapinya.

1. Klien yang diam

 Jika klien berdiam diri diawal pertemuan, pancinglah perhatiannya dengan cara

yang halus. Konselor bisa mengatakan “ Saya bisa melihat bahwa anda sulit

untuk berbicara. Hal ini sering dialami oleh klien yang baru. Apakah anda

merasa sedikit gelisah?” Tetap klien dan gunakan bahasa tubuh yang

memperlihatkan simpati dan perhatian. Tunggulah tanggapan dari klien.  Selama pembicaraan berlangsung, sikap diam klien merupakan sesuatu yang

(9)

2. Klien yang menangis

 Klien menangis karena berbagai alasan, untuk mengekspresikan kesedihan,

mendapatkan simpati, menumpahkan segala emosi atau kegelisahan, atau menghentikan pembicaraan. Jangan membuat dugaan mengapa klien anda menangis.

 Tunggu beberapa saat dan bila klien terus menangis, katakana tidak apa-apa

menangis adalah reaksi wajar. Hal ini membuat klien merasa bebas mengekspresikan alasannya menangis. Anda dapat menanyakan alasan klien dengan lembut.

3. Klien menanyakan hal yang bersifat pribadi

 Secara umum, usahakan untuk tidak membicarakan hal pribadi anda karena

akan mengalihkan perhatian klien.

 Anda tidak perlu menjawab pertanyaan yang bersifat pribadi. Hubungan antara

klien dan konselor adalah professional, bukan hubungan yang bersifat social.  Dapat membantu klien jika anda ingin membicarakan pengalaman keluarga

sendiri atau anda dapat menceritakan pengalaman orang lain, tanpa memberitahu nama atau mengidentifikasi orang tersebut sebagai klien.

 Kadang-kadang klien bertanya apakah konselor pernah menghadapi masalah

yang sama. Sebaiknya jangan menjawab ya atau tidak, anda bisa mengatakan

hal lain seperti “saya tahu kondisi seperti itu, tolong jelaskan kepada saya lebih lanjut”.

4. Klien ingin konselor yang mengambil keputusan

 Klien sebenarnya membutuhkan bantuan, dan anda dapat membantunya dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti, “anda kelihatannya mengambil kesulitan dalam mengambil keputusan, mungkin anda kurang siap? Apakah anda ingin mendiskusikan hal ini lebih lanjut? Anda butuh informasi lebih banyak? Butuh waktu yang lebih lama untuk berfikir? Anda ingin membicarakan hal ini dengan orang lain, mungkin pasangan anda atau orang

(10)

 Anda dapat berkata, “saya dapat menjawab pertanyaan anda dan membantu

anda memberikan beberapa alternative pilihan, tetapi andalah yang lebih tahu apa yang terbaik untuk kehidupan anda.

 Jika klien dapat memutuskan metode KB yang dipakai, berikan kondom atau

spermisid untuk digunakan sewaktu-waktu.

5. Konselor tidak menemukan jalan keluar bagi masalah yang dihadapi klien  Seorang konselor akan merasa cemas bila mereka yakin dengn apa yang harus

disarankan. Walaupun konselor tersebut ahli dalam hal kesehatan reproduksi namun tidak selamanya dapat menemukan jalan keluar bagi masalah yang dihadapi klien.

 Ekspresikan rasa simpati

 Kadang-kadang hal tersebutlah yang diinginkan klien, saran kepada klien

seseorang yang dapat membantunya.

6. Konselor tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan klien

 Katakan secara jujur dan terbuka bahwa anda tidak tau pemecahannya, namun

dapat mencari jalan keluarnya bersama-sama. Diskusikan dengan supervisor, teman sejawat, atau cari referensi lain, lalu berikan pemecahan masalahnya dengan tepat.

7. Konselor membuat kesalahan

 Perbaiki kesalahan dan minta maaf. Hal terpenting adalah ketepatan bukan

kesempurnaan; mengakui kesaahan, berarti konselor menunjukan penghargaan terhadap klien.

 Bersikaplah jujur. Semakin anda jujur, menunjukan perasaan disaat yang tepat

(Tanpa harus menceritakan kehidupan pribadi anda) semakin mudah bagi klien untuk melakukan hal yang sama.

8. Konselor dan klien sudah saling kenal

 Tekankan soal kerahasiaan klien dan privasinya

(11)

F. Hak-Hak Klien

1. HARGA DIRI –hak untuk diperlakukan dengan sopan dan layak ;

2. INFORMASI –hak untuk mandapatkan informasi yang benar,termasuk: mengetahui nama pemberi pelayanan,pilihan pelayanan yang tersedia,mendapatkan jawaban yang jujur dan akurat atas pertanyaan yang diajukan;

3. AKSES – hak untuk mendapatkan pelayaanan tanpa dibedakan menurut jenis kelamin,kepercayaan,status pernikahan,suku atau usia;

4. PILIHAN –hak secara bebas untuk menentukan apakah ingin punya anak atau tidak,ingin menjadi akseptor KB atau tidak,dan memilih salah satu metode KB; termasuk hak untuk menerima atau menolak pengobatan serta hak untuk berubah pikiran dan membuat pilihan baru bila diinginkan; 5. KEAMANAN –hak untuk mendapatkan jaminan kerahasiaan atas

informasi pribadi yang disampaikan klien kepada konselor;

6. PRIVACY –hak untuk tidak didengar atau diketahui orang lain selama proses konseling;

7. KERAHASIAAN hak untuk mendapatkan jaminan kerahasiaan ats informasi pribadi yang disampaikan klien kepada konselor;

8. KENYAMANAN –hak untuk mendapatkan kenyamanan;

9. KEBERLANGSUNGAN –hak untuk menerima pelayanan dan metode selama dibutuhkan; dan

10. OPINI –hak untuk mengutarakan pandangan dan perasaan mengenai pelayanan.

G. Langkah-Langkah/Tahapan Konseling

1. Membina hubungan melalui membangun rappor t – tahap awal Membina hubungan yang ramah,yang dapat dipercaya dan menjamin kerahasiaan:  Mengucapkan salam.

 Mempersilahkan klien duduk.

(12)

2. Identifikasi masalah

Beberapa klien mungkin akan menyampaikan secara langsung permasalahannya saat konselor menanyakan maksud dan tujuan klien mendatangi konselor. Namun tidak jarang,konselor harus menggunakan keterampilannya untuk mampu menangkap permasalahan yang dihadapi dari cerita/penjelasan klien. Selama identifikasi masalah,konselor harus menjadi pendengar yang baik dan mengamati dari tanda-tanda non-verbal.

3. Penjelasan masalah

Berikan informasi setepat dan sejelas mungkin sesuai dengan persoalan yang diajukan,termasuk berbagai alternatif jalan keluar.Hindari memberikan informasi yang tidak butuhkan klien.

4. Pengambilan keputusan

Mendorong dan membantu klien untuk menentukan jalan keluar atas persoalan yang dihadapinya.

5. Menutup/menunda konseling

Bila klien terlihat puas,ucapkan salam penutup.Bila diskusi dengan klien belum selesai dan klien belum mampu mengambil keputusan,tawarkan klien untuk mengatur pertemuan selanjutnya.

H. Tempat Konseling

(13)
(14)

I. Merujuk klien

(15)

Kegiatan Pembelajaran

Diskusikan perasaanmu kepada salah seorang teman sekelas mengenai isu-isu

dibawah ini, dan minta dosenmu untuk memberikan komentar!

1. Istri yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga(KDRT), dan ingin

meninggalkan suaminya.

2. Remaja yang mencari pertolongan aborsi ke dukun.

3. Perempuan tidak menikah yang terkena infeksi menular seksual (IMS).

4. Laki-laki menikah yang terinfeksi HIV positif.

5. Remaja usia 16 tahun yang menghamili pacarnya.

Catat hasil diskusi pada tabel dibawah ini:

Perasaanmu Sumber dari perasaanmu

Perasaan temanmu

Pendapat dosen Istri korban

KDRT Aborsi remaja Perempuan dengan IMS

Laki-laki dengan HIV+

Remaja 16 tahun

Tuliskan essay (2 halaman) yang menjelaskan bagaimana perasaanmu dapat

membantu atau menghalangi efektifitas pemberian konseling kepada klien yang

mengalami permasalahan SKR

Kunjungi dan perhatikan tempat pelayanan kesehatan disekitar tempat

tinggalmu dan jelaskan bagaimana konseling diselenggarakan.

Uji kemampuan diri

Instruksi: Jawablah pertanyaan berikut

(16)

Pelajaran 2

(17)

Tujuan Khusus

Mahasiswi diharapkan mampu:

1. Mendefinisikan komunikasi interpersonal ; dan

2. Menjelaskan lima aspek penting dari komunikasi interpersonal:  Komunikasi satu arah dan komunikasi dua arah

 Komunikasi verbal dan non-verbal  Pertanyaan tertutup dan terbuka  Keterampilan mendengarkan efektif  Paraphrasing

3. Menggunakan alat bantu

Konsep Inti

Komunikasi interpersonal adalah hubungan timbale balik untuk berbagi informasi, opini dan perasaan yang dilakukan sekurangnya antara dua orang

Ada lima aspek penting dari komunikasi interpersonal 1) Komunikasi satu arah versus dua arah;

2) Komunikasi verbal dan non-verbal ; 3) Pertanyaan tertutup dan terbuka ;

(18)

A. Definisi Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal adalah proses penyebaran dan berbagi informasi,opini dan perasaan antara dua orang yang dilakukan secara langsung atau tatap muka antara sekurangnya dua orang.

Konseling yang baik membutuhkan keterampilan berkomunikasiyang baik.kemampuan membina rapport, memancing informasi, serta menyampaikaninformasi secara efektif,penting untuk mendukung terpenuhinya kebutuhan informasi klien dan pengambilan keputusan. Pertanyaan terbuka dapat memotivasi klien untuk bercerita mengenai dirinya ; keterampilan mendengarkan efekif dan paraphrasing dapat membantu meningkatkan pemahaman klien. Untuk memberikan informasi yang tepat,konselor harus mampu menyampaikan peengetahuannya tentang isu-isu SKR secara efektif. Kemampuan menjelaskan dengan menggunakan bahasa dan istilah yang mudah dimengerti (dengan atau tanpa bantuan gambar), akan membuat klien merasa nyaman.

B. Lima Aspek Penting Dari Komunikasi Interpersonal 1. Komunikasi Satu Arah Vs. Komunikasi Dua Arah

Petugas biasanya memberikan informasi dan nasihat kepada klien tanpa memberikan kesempatan klien menyampaikan kebutuhan dan keperluannya.petugas cenderung menyampaikan informasi searah dengan asumsi bahwa mereka lebih tau apa yang terbaik untuk diketahui klien. Padahal,seharusnya klienlah yang membuat keputusan.keputusan yang terbiaik hanya tercapai bila klien mampu bercerita dan mengekspresikan keperluan dan perasaannya informasi yang tepat dan benar dari konselor membuat klien percaya diri untuk mengambil kepuyusan yang terbik untuk dirinya.

2. Komunikasi satu arah :

 Hanya satu pihak yang aktif berbicara , tidak memberikan kesempatan

(19)

 Petugas/konselor tidak mengetahui apakah klien memahami informasi

yan di berikan , sehingga terjadi salah pengertian .

 Bisa disampaikan dalam waktu yang singkat , seperti tiak efesien dalam

membangun pemahaman . 3. Komunikasi dua arah :

 Memungkinkan kedua pihak sama sama berkesempatan untuk berbagi

informasi dengan pendapat dan klarifikasi informasi dengan pertanyaan .

 Memancing diskusi dan interaksi aktif antara klien dan petugas ,

meningkatkan pemahaman kedua belah pihak , dan memungkinkan petugas mengetahui apakah komunikasi telah memenuhi kebutuhan klien .

 Membutuhkan waktu yang lebih lama , tetapi lebih efesien karena bisa

meyakinkan bahwa masing masing pihak memiliki pengertian yang akurat.

4. Komunikasi Verbal dan Non Verbal

Komunikasi verbal : komunikasi dengan menggunakan kata kata atau kalimat . pemilihan kata kata yang harus dilakukan secara hati hati agar lawan bicara tidak tersinggung. Gunakan kata kata atau kalimat yang mudah dimengerti, hindari istilah istilah teknis atau medis yang membutuhkan penjelasan lebih lanjut .

5. Komunikasi non verbal : komunikasi tanpa menggunakan kata kata, melainkan ekspresi wajah atau bahasa tubuh . contoh :

 Menganggukkan kepala;  Menggenggam tangan klien;  Mempertahankan kontak mata.

Factor factor yang mempengaruhi komunikasi verbal adalah :  Kontak mata ;

(20)

6. Cara Bertanya

Konselor harus menguasai teknik bertanya untuk mengukur kebutuhan dan pengetahuan klien secara akurat. Ada 2 jenis pertanyaan , tertutup dan terbuka. Pertanyaan tertutup biasanya memerlukan jawaban yang singkat, seringkali hanya satu kata. Pertanyaan terbuka memungkinkan jawaban yang panjang dan sering melibatkan pendapat dan perasaan klien.

Kedua jenis pertanyaan tersebut memiliki peran penting dalam pelayanan konseling SKR yang terintegrasi. Sebaiknya konselor tidak hanya tergantung pada pertanyaan tertutup saja karena akan membatasi interaksi klien dan konselor. Konselor yang terampil dalam menggunakan kedua jenis pertanyaan memudahkanya dalam membantu klien mengemukakan permasalahan dan perasaannya.

Mengapa kita perlu bertanya selama proses konseling ?

 Untuk mengetahui kebutuhan dan pengetahuan klien tentang SKR ;  Untuk melibatkan klien sebagai patner aktif dan memancing kebutuhan,

perhatian dan pilihannya ;

 Untuk membina hubungan baik dengan cara menunjukan perhatian dan

minat ;

 Agar bisa memprioritasakan isu inti pada konseling yang biasanya

dilakukan dalam waktu yang singkat ;

 Untuk mengetahui tingkat pendidikan dan bahasa yang mudah

dimengerti klien ;

 Untuk menghindari pengulangan informasi yang sudah di ketahui klien

; dan

 Untuk memperbaiki salah pengertian terhadap isu tertentu.

7. Pertanyaan tertutup  Berapa usiamu ?

 Berapa jumlah anakmu ?

(21)

 Apakah kamu telah menupayakan cara tertentu sebelum datang ke klinik

ini ?

8. Pertanyaan terbuka berguna memerlukan jawaban yang panjang. Jenis pertanyaan ini juga dapat digunakan untuk mengetahui pikiran dan perasaan klien. Karena itu pertanyaan terbuka biasa digunakan di awal pengobatan medis atau konseling untuk mengetahui kondisi dan riwayat medis klien. Contoh :

 Bagaimana perasaanmu ketika tahu dirimu hamil ?  Bagaimana perasaanmu sekarang ?

 Apa yang menurutmu akan terjadi jika diketahui kamu ada disini ? apa

yang menjadi keberatan/perhatianmu mengenai hal tersebut ?

 Apa pertanyaan atau perhatian suami/pasanganmu mengenai

kehamilanmu ?

 Apa rencanamu untuk melindungi diri dari kemungkinan terjadi

kehamilan lagi ?

 Apa yang membuatmu memutuskan untuk menggunakan metode KB

yang sama dengan kakakmu ? 9. Mendengarkan Efektif

Mendengarkan efektif merupakan cara menunjukan perhatian dan membangun rapport dengan klien. Konselor yang tidak menunjukan perhatian akan menimbulkan asumsi bahwa klien dianggap tidak penting atau diremehkan. Jika hal tersebut terjadi, maka akan sulit untuk membangun kepercayaan klien.

Mendengarkan efektif juga merupaka “kunci” dari konseling. Cara ini

efisien untuk mengungkap kebutuhan dan keperluan klien. Mendengarkan efektif dapat dilakukan dengan berperilaku positif dengan cara cara :  Menjaga kontak mata (sesuaikan dengan budaya setempat);  Menunjukan minat mendengar;

 Menunjukan perhatian dengan cara tidak melakukan kegiatan lain atau

memotong pembicaraan;

(22)

 Mengajukan pertanyaan yang relevan;  Menunujukan empati;

Refleksi dengan cara menulang kata kata klien dengan kata kata sendiri;  Mengutip kata kata klien ke dalam diskusi berikutnya;

 Membayangkan misalnya berada di situasi klien saat mendengarkan;

dan

 Sekali kali biarka klien dalam keadan terdiam, berikan klien waktu

untuk berpikir, ajukan pertanyaan dan bicara. 10. Membuat Kesimpulan (PARAPHRASING)

Membuat kesimpulan (paraphrasing) berarti menucapkan kembali pesan pesan yang disampaikan klien secara sederhana dengan menuggunakan kata kata sendiri.

Tujuan dari membuat kesimpulan adalah:

 Meyakinkan diri bahwa kita telah memahami kondisi klien sepenuhnya;  Membiarkan klien tahu bahwa kita sedang berusaha memahami pesan

pesan dasar klien; dan

 Menyimpulkan atau mengklarifikasi apa yang klien katakan.

11. Menggunakan Bahasa Sederhana dan Alat Bantu

 Agar komunikasi efektif, konselor menjelaskan isu SKR dengan cara yang

mudah dimengerti oleh kilen. Tidak mudah menemukan cara sederhana untuk menjelaskan isu SKR kepada klien, hanya mungkin bila sering dipraktikan.

 Mencari tahu hal hal yang sudah diketahui klien dan istilah yang mudah

dimengerti klien (misalnya bahasa pergaulan, bahsa standar, atau istilah istilah medis) untuk menghindari dua kesalahan : 1) menjelaskan sesuatu diluar kemampuan daya tangkap klien ; atau 2) buang waktu menjelaskan hal yang sudah diketahui klien (bisa menyinggung perasaan klien).

 Pilih kata kata yang tepat. Seringkali kata kata yang muncul dalam pikiran

(23)

 Konselor juga harus mampu mengidentifikasi kata/istilah yang digunakan

klien untuk menyebutkan bagian tubuh atau kegiatan tertentu, sehingga ketika menggunakan istilah medisnya, penjelasannya bisa merujuk pada istilah tersebut.

 Bahasa daerah bisa dipertimbangkan untuk digunakan bila dapat

menjembatani terbentuknya pengertian karena bisa membantu klien mengatasi rasa malu dalam mendiskusikan topic sensitive.

 Penggunaan bahasa yang sederhana dengan menjelaskan anatomi dan

(24)

Kegiatan pembelajaran Kasus:

Anda adalah seorang klien perempuan menikah yang mengetahui bahwa suami berselingkuh dengan perempuan lain. Akhir akhir ini anda mengalami keputihan. Suatu haru anda datang ke klinik untuk konseling KB dan ingin bertanya tentang keputihan. Ketika bertemu engan konselor, anda kaget karena orang lalu lalang di sekitar ruang konseling sehingga orang lain bisa mendengar pembicaraan dan pada saat konseling, pandangan konselor tidak terfokus kepada anda. Konselor bercerita tentang staf petugas kesehatan lainnya dan terlihat tidak mendengar apa yang anda katakana. Ketika anda katakan bahwa ingin konseling KB, konselor hanya menanyakan usia dan jumlah anak. Dia sama sekali tidak menanyakan hal lainnya bahkan tidak mendengarkan ketika anda menjelaskan bahwa mengalami keputihan. Anda merasa bahwa konselor harusnya lebih tahu. Anada jadi merasa bahwa masalah yang anda alami tidak penting, sehingga anda berhenti menjelaskan. Konselor mengakhiri konseling sambil mengatakn bahwa pil KB yang terbaik untuk ada. Anda sebagai klien dihadapkan pertanyaan berikut :

1. Apa yang anda rasakan selama konseling?

2. Apa yang membuatmu berpikir konselor tidak mendengarkanmu?

3. Apa yang anda rasakan ketika konselor tidak mendengarkan penjelasanmu? 4. Apa yang dapat konselor lakukan agar bisa lebih memahami kebutuhanmu?

Uji kemampuan diri

Instruksi: jawab pertanyaan dengan hati hati

(25)

Pelajaran 3

(26)

Tujuan khusus

Mahasiswa diharapkan mampu:

1. Mendiskusikan prinsip-prinsip konseling feminis 2. Mendiskusikan strategi feminis

3. Menjelaskan tanggung jawab dan etika konseling feminis; dan

4. Mendiskusikan apa yang dimaksud dengan perempuan bermental menurut perspektif konselor.

Konsep inti

 Peremuan yang sehat mental , sangat percaya pada kemampuan dirinya dan

tidak melakukan hal-hal tertentu yang tidak sesuai dengan keinginannya; tidak mengorbankan dirinya atau menjadi korban perbuatan orang lain.

 Perempuan merupakan tenaga ahli untuk dirinya sendiri, ia memiliki

kemampuan diri untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

 Terapi feminis tidak memutuskan , melainkan membantu klien mencari solusi

yang terbaik untuk dirinya.

 Klien berhak mendapat informasi apapun yang menyangkut tubuhnya, dan

(27)

A. Prinsip-Prinsip Konsling Feminis

Akar dari setiap permasalahan memilikikomponen sosial dan pribadi. Dalam hal ini, masyarakat tidak dapat untuk diminta menyesuaikan diri sengan sisuasi yang tidak adil/ penuh dengan kekerasan. Tetapi, perhatian pada penyebab sosial dari tekanan mental dan emosional tidak dapat digunakan sebagai alasan untuk minta pertanggungjawaban seseorang. Setiap orang harus dapat menerima kesalahan dan mengambil langkah yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut guna merubah situasi yang ada.

Perempuan harus berusaha untuk mencapai status kebebasan secara ekonomi dan psikologis dan dapat membina hubungan yang setara dengan kaum laki-laki dan perempuan yang lain. Kekuatan dari sebuah hubungan haruslah bersifat setara. Ahli terapi (therapist) dapat mengurangi adanya perbedaan kekuasaan yang dimiliki dengan para klien melalui sebuah proses keterbukaan diri yang sesuai.

Setiap orang memiliki cara sendiri untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan. Mereka merupakan pakar untuk diri mereka sendiri. Para konselor bukanlah ahlinya. Konselor membantu kliennya dalam kelompok maupun individual untuk menemukan solusi bagi permasalahan mereka. Konselor tidak pernah berusaha memberikan jalan keluar terhadap masalah orang lain. Tidak ada formula tertentu dalam melakukan konsling. Perempuan lain bukanlah musuh. Demikian pula kaum laki-laki, sekalipun mereka bersikap kasar dan menekan.

B. Strategi Feminis

Para ahli terapi memiliki kewajiban terhadap klien mereka menurut nilai-nilai tertentu mereka. Komunikasi yang jelas dan terbuka sangatlah diutamakan, tidak disarankan untuk menunjukan tingkah laku yang bersifat tertutup dan manipulatif. Kaum perempuan diajarkan saat yang tepat menggunakan komunikasi yang bersifat terbuka.

Ahli terapi haruslah memulai sesi mereka dengan posisi mempercayai apa yang disampaikan oleh klien mereka. Akan tetapi, ahli terapi haruslah mampu untuk menghadapi tingkah laku yang bertentangan. Sang ahli terapi dapat memberikan

(28)

sebenarnya akan terjadi”. Klien tetap yang menjadi penentu. Bila klien tidak

sependapat dengan ahli terapi, ia bisa menyatakan ketidaksetujuannya. Proses konsling bisa dilakukan dengan menggunakan pendekatan individu atau kelompok bila diperlukan. Terkadang permasalahan dibahas dengan menggunakan teknik analisa sexim/elit/rasism/heteroseksual (analisa peran seks, dekonstruksi, pencapaian pemahaman).

C. Tanggung Jawab Dan Etika  Menjaga kerahasiaan

 Jelaskan berbagai nilai yang dianut secara jelas

 Dalam melakukan terapi, klien harus belajar mengenai filosofi dan prinsip

perawatan terapeutik

 Memastikan keelamatan dan kesejahteraan dari pasien terutama dalam

konseling

 Di larang untuk membina hubungan emosional (Misalnya menjalin

hubungan seksual) dengan sang klien

 Ahli terapi haruslah memberi pelayanan penuh kepada klien. Prinsip

kesetaraan dalam sebuah

 hubungan tidak bearti bahwa anda akan mendapatkan konselin atau sikap

peduli

 Uji diagnostik di lakukan dengan teliti. jika seorang klien harus menjalani

sebuah pemeriksaan atau/terapi, maka yang bersangkutan berhak untuk mendapatkan hasil dari uji tersebut serta mengajukan keberatan terhadap hasil yang di berikan

 Klien berhak terhadap akses informasi yang ada dalam arsipnya, terutama

atas informasi yang diberikan kepada badan atau ahli lainnya

 Menjunjung tingggi hak asasi manusia terutama hak kesehatan reprodukusi

(29)

 Menciptakan susana yang memberikan ruang bagi klien untuk mengajukan

keberatan atas jawaban yang diberikan,mencari pendapat lain atau meninggalkan konselor tanpa mendapatkan hambatan apapun.

 Karena pemasalahan perempuan memiliki sebab-sebab sosial,konselor wajib

untuk melakukan aksi sosial

D. Perempuan Sehat Secara Mental: Pandangan Terapi Feminis

 Memberikan nilai yang tinggi terhadap dirinya sendiri sebagai seorang

individu dan sebagai perempuan, tidak merendahkan diri.

 Bersikap sesuai dengan kenyamanan dengan dirinya dan situasi yang

dihadapi, secara sadar menolak untuk menyesuaikan diri dengan sterotipe dari gender yang secara umum berlaku kecuali jika yang bersangkutan melakukannya secara sadar dan sebagai hasil dari sebuah perenungan.  Secara konsisiten berusaha mencapai pemenuhan emosi, sosial dan

ekonomi. Berusaha keras untuk mencapai otonomi sebelum mencapai situasi yang saling membutuhkan dengan pihak lain.

 Menggabungkan otonomi dan saling ketergantungan dalam bentuk

membina hubungan baik dengan orang lain baik secara pribadi maupun dalam berbagai kegiatan sosial.

 Menghargai adanya perbedaan dan persamaan, dan lebih menyukai adanya

perbedaan dalam dirinya dengan orang lain dibandingkan mengikuti sereotipe.

 Tidak mengorbankan dirinya sendiri, tidak membiarakan dirinya menjadi

korban perbuatan orang lain, tidak menunjukkan dirinya sebagai seorang korban dan tidak menjadikan orang lain sebagai korban.

 Menikmati kekuatan atas keinginan dan emosi dirinya sendiri.

Menunjukkan kekuatan ini dengan penuh semangat, dan bertanggung jawab.

 Berani mengambil resiko mengambil tindakan tanpa mementingkan aspek

(30)

 Menjaga dirinya sendiri tanpa disertai dengan perasaan bersalah, serta

menerima kenyataan bahwa sangat penting umtuk merawat orang lain.

Kegiatan pembelajaran

Lakukan simulasi konseling feminis di kelasmu

Uji kemampuan diri

Instuksi: jawablah pertanyaan berikut ini!

(31)

Pelajaran 4

(32)

Tujuan Khusus

Mahasiswi diharapkan mampu:

1. Memahami proses dalam menyiapkan sesi konseling;

2. Mendemostrasikan pendekatan GATHER dan REDI dalam konseling;

3. Mendiskusikan berbagai isu kesehatan reproduksi seperti keluarga Berencana (KB), keterlibatan laki-laki, kesehatan reproduksi remaja, kehamilan tak diinginkan, Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) atau Infeksi Menular Seksual (IMS) (termasuk HIV/AIDS), Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT); 4. Mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan informasi penting dari klien; dan 5. Menerapkan keterampilan melakukan konseling dalam bentuk simulasi.

Konsep Inti

1. Kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi merupakan konsep yang tumpah tindih dan saling terkait. Istilah seksualitas dan kesehatan reproduksi (SKR) ditujukan kepada seluruh aspek terkait dengan seksualitas dan reproduksi. 2. Konseling SKR terpadu adalah interaksi dua arah antara klien dan petugas

dengan tujuan untuk menilai dan mengetahui seluruh kebutuhan, pengetahuan dan perhatian klien terhadap SKR, terlepas dari pelayanan kesehatan yang disediakan petugas maupun jenis pelayanan yang diminta oleh klien.

(33)

A. Persiapan Konseling

Terdiri dari 4 langkah, yaitu : 1. Persiapan diri;

2. Persiapan tempat;

3. Persiapan materi-materi informasi; dan

4. Pencatatan sesi konseling (termasuk isu-isu yang rahasia).

B. Persiapan Diri

Konseling yang baik memerlukan konselor yang:

 Memiliki motivasi mendengarkan dan menolong orang lain. Idealnya,

seorang konselor harus siap mental dalam memberikan bantuan;

 Memfokuskan konsentari pada saat konseling untuk mendengarkan klien;  Memiliki informasi dari pemikiran kreatif yang berguna bagi klien; dan  Mampu bekerja sama dengan klien dengan tujuan memberdayakan klien

dalam membuat keputusan mengenai kesehatan reproduksi dan seksualnya.

C. Persiapan tempat

Konseling bisa dilakukan dimana saja, asalkan nyaman bagi klien maupun konselor. Walaupun demikian, konselor tetap harus menyiapkan tempat khusus untuk konseling. Berikut adalah beberapa kiat mempersiapkan tempat konseling yang nyaman:

 Tempat tidak perlu luas asal bersih;

Furniture tidak perlu lengkap; cukup meja kecil; 3 kursi dan lemari kecil untuk meletakkan alat-alat konseling dan materi informasi;

 Perhatikan penerangan dan saluran udara;

 Warna dinding sebaiknya warna pastel (tidak putih) agar menimbulkan efek

(34)

 Bunga atau tanaman kecil, gambar atau poster akan menambahkan aura

selamat datang; dan

 Tisu dan minuman disediakan untuk mengantisipasi klien menangis.

D. Persiapan Materi-Materi Informasi

Information kids, seperti flipchart yang berisi informasi-informasi praktis mengenai SKR yang disajikan menarik dan dilengkapi gambar-gambar dan grafik; berguna saat konselor memberikan informasi SKR kepada klien, mengingatkan konselor agar tidak lupa memberikan informasi yang dibutuhkan klien, serta membantu meningkatkan pemahaman dan pengetahuan yang benar sehingga klien bisa membuat keputusannya sendiri.

Materi Informasi, seperti brosur, leaflet, dan booklet mengenai isu-isu SKR akan membantu meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien. Bila memungkinkan klien diberikan materi informasi yang bisa dibawa pulang. Hal ini dapat membantu klien mengingat beberapa hal penting dan dapat digunakan untuk meyampaikan informasi yang sama kepada orang lain (keluarga, kerabat, teman).

Pencatatan Sesi Konseling

Merupakan hal penting dalam konseling. Mengingat klien mungkin berkunjung beberapa kali, sehingga perlu untuk menyimpan riwayat latar belakang klien berikut masalah yang dihadapinya. Pencatatan harus standar dan sistematis, dilakukan sesegera mungkin untuk menghindari hal-hal yang terlupakan. No. Rekam Medis :

Nama Klien :

(35)

Tanggal Alasan Kunjungan

Keluhan/Informasi Klien

Respon Konselor

Keputusan Klien/Rencana

Table 1. Catatan Konseling

E. Kerahasiaan

Beberapa hal yang harus dilakukan konselor untuk menjaga kerahasiaan klien : 1. Tidak menyebarkan data diri klien kepada orang lain. Termasuk rekan

sejawak dan keluarga (klien atau konselor) tanpa sepengetahuan klien; 2. Melakukan konseling dengan suara yang pelan, atau di ruangan terpisah

agar klien yakin bahwa percakapannya tidak akan terdengar oleh orang lain; 3. Menyimpan catatan konseling di tempat khusus. Beberapa hal bisa menjadi

bahan pertimbangan konselor:

Catatan klien di klinik atau rumah sakit: catatan klien yang disimpan di rekam medis klinik/rumah sakit memungkinkan bahwa lebih dari satu orang konselor/petugas bisa memiliki akses terhadap catatan tersebut.

Catatan konseling terpisah: beberapa fasilitas kesehatam menyimpan catatan klien dalam rekam medis secara terpisah sehingga cerita-cerita pribadi, masalah klien tidak diketahui petugas lainnya.

(36)

F. Pendekatan GATHER dan REDI

Pendekatan GATHER dan REDI merupakan kerangka kerja yang umumnya digunakan dalam memeberikan konseling mengenai isu–isu kesehatan reproduksi. Pendekatan GATHER biasanya digunakan untuk konseling layanan KB untuk membantu klien memilih metode KB yang baik dan cocok. Langkah-langkah GATHER tidak mudah untuk diterapkan dalam konseling isu-isu kesehatan reproduksi lainya (selain yang disebutkan diatas) karena itu diperkenalkan REDI sebagai langkah baru.

1. Pendekatan Gather

GATHER merupakan singkatan dari:

Greet/Salam - berikan salam dengan sikap bersahabat kepada klien segera ketika bertemu. Buatlah klien merasa nyaman dengan bertanya mengenai hal-hal yang kecil.

Ask/Tanya - apa dan bagaimana konselor dapat membantu klien. Tanyakan masalah mereka; gunakan intonasi suara yang mengisyaratkan ketertarikan, perhatian dan keakraban.  Tell/Tanggapan - jangan lupa menanggapi/merespon klien. Help/Bantu - bantu klien dalam membuat keputusannya

sendiri.  Explain/Terangkan

Return/Kembali - ingatkan klien

(37)

G = GREET/Berikan Salam kepada klien dengan sopan dan hangat. Hargai kedatangan klien, dan jelaskan bahwa diskusi tersebut bersifat rahasia. Kedua hal tersebut merupakan bagian sangat penting dalam membangun

“kepercayaan” dan rasa aman klien dalam berbagai perasaan dan masalahnya, khususnya isu yang berhubungan dengan HIV dan ISR, seksualitas dan pencegahan HIV – IMS dan Kehamilan).

A = ASK/Tanyakan klien hal-hal umum menyangkut dirinya, seperti nama, usia, anggota keluarga, dan lain-lain. Tanyakan alasan kedatangan klien (yakinkan klien bahwa hal yang sama juga diajukan kepada klien lainnya agar dapat memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya). Tanyakan mengenai kehidupan seksual dan riwayat seksual klien; apa yang mereka ketahui mengenai perilaku seks pasangannya, HIV, dan IMS, KB, dan kondom; apakah mereka beresiko terinfeksi HIV dan IMS, kehamilah tidak diingankan, atau kekerasan, atau mereka mempunyai masalah kesehatan seksual lainnya.

T = TELL/Informasikan kepada klien berbagai jenis pelayanan yang tersedia, pilih kontrasepsi (termasuk cara kerja, keampuhan dalam mencegah HIV-IMS serta kehamilan, dan pengaruhnya terhadap seksualitas), cara-cara mencegah HIV-IMS (dengan menekankan pada penggunan kondom), serta penyebaran HIV dan IMS dan resikonya. Ruang lingkup dan kapasitas pemberian informasi diberikan menurut kasus per kasus.

(38)

memungkinkan, diskusikan strategi lain (misalnya pengunaan kondom perempuan atau melibatkan pasangan dalam konseling).

E = EXPLAIN/Terangkan mengenai kerja dari fasilitas kesehatan, cara kerja metode KB dan pengaruhnya terhadap seksualitas, proteksi ganda kondom, pencegahan IMS, pengobatan lain yang harus dilkukan klien dan pasangannya, atau tidak melakukan aktifitas seksual sampai dinyatakan sembuh dari infeksi. Peragakan pemakaian kondom dengan menggunakan model penis dan minta klien untuk mencobanya. Cari tahu rencana klien untuk mengurangi resiko HIV dan IMS atau kehamilan tidak diinginkan. Cari tahu juga bagaimana klien menangani menghadapi rintangan. Jika memungkinkan, mainkanlah peranan untuk bernegosiasi terhadap penggunaan kondom atau memperkenalkan diskusi mengenai seksualitas, penggunaan kondom atau penurunan resiko IMS.

R = RETURN/Kunjungan ulang. Apabila memungkinkan, jadwalkan kunjungan ulang dengan klien untuk mengetahui perkembangan klien. Sediakan informasi tambahan, sumber-sumber, atau rekomendasi sebanyak yang dibutuhkan (untuk konseling dan tes sukarela, pelayanan dan dukungan HIV, pemeriksaan IMS atau pengobatan ISR). (Engender Health,2002)

Pendekatan Redi

Ada 4 tahap pendekatan REDI, yaitu :

Tahap 1 : Membangun Hubungan  Menyambut klien

 Membuat pendahuluan

 Memperkenalkan topik seksualitas

 Menjanjikan kerahasiaan

Tahap 2 : Eksplorasi

(39)

Tahap 3 : Pengambilan Keputusan  Identifikasi keputusan yang

diperlukan klien

 Identifikasi pilihan-pilihan klien dalam mengambil keputusan

 Jabarkan keuntungan, kekurangan, dan konsekuensi dari tiap pilihan

 Bantulah klien untuk membuat keputusan yang nyata

Tahap 4 : Menjalankan Keputusan  Buatlah rencana yang konkrit

dan spesifik untuk menjalankan keputusan

 Identifikasi keterampilan yang diperlukan klien dalam menjalankan keputusan

 Keterampilan praktis, bila diperlukan, dengan bantuan petugas

 Buat rencana tindak lanjut

Beberapa hal yang menyebabkan pendekatan REDI tepat digunakan untuk konseling kesehatan reproduksi terpadu, yaitu : 1) menekankan pada tanggung jawab klien untuk membuat keputusan dan menjalankannya; 2) memberikan panduan yang mempertimbangkan hubungan seksual klien dn konteks sosial; dan 3) tantangan yang mungkin dihadapi klien dalam menjalankan keputusannya serta menawarkan pengembangan keterampilan untuk membantu klien mengahadapi segala tantangan.

G. Isu-Isu Khusus Kesehatan Reproduksi Keluarga Berencana

Beberapa pengetahuan kunci

Metode Kontrasepsi dapat dikelompokkan menjadi 5: 1) Metode Alami (kalender, senggama terputus); 2) Metode Hormonal (pil, suntik, implant); 3) Metode Perintang (kondom, spermicide diafragma); 4) Metode Operasi (vasektomi, tubektomi); 5) Intra Uterine Device (IUD/Spiral). Kondom mempunyai fungsi ganda: mencegah kehamilan tidak

diinginkan dan mencegah Infeksi Menular Seksual (IMS).

(40)

untuk mengganti atau menghentikan penggunaan. Klien tidak memerlukan petugas untuk menghentikan penggunaan pil atau kondom saat merasa tidak nyaman, atau menggunakannya kembali. Demikian pula bagi klien yang punya keluhan dengan metode suntik, juga dapat menghentikan penggunaan.

Akses terhadap logistik: metode operasi, implant dan IUD dapat digunakan untuk jangka waktu yang lama tanpa membutuhkan peralatan tambahan. Pil, suntik dan kondom membutuhkan kepatuhan klien untuk menjamin pencegahan KTD.

INGATLAH bahwa !

Klien berhak untuk menerima informasi yang benar dan lengkap mengenai berbagai metode kontrasepsi, termasuk cara kerja, keuntungan, kekurangan, kemungkinan efek samping dan kontra indikasi.

Klien berhak memilih dan memutuskan secara sukarela metode kontrasepsi yang tepat bagi kondisi dan situasinya.

Klien berhak menerima pelayanan yang aman dari suatu prosedur medis. Klien berhak mendapatkan suplai kontrasepsi berkelanjutan untuk perlindungan jangka panjang, ketika klien memilih pil, suntik, dan kondom. Pertanyaan yang harus dijawab saat klien memerlukan bantuan:

 Apakah metode menarik, serta sesuai dengan kebutuhan dan falsafah hidup

klien?

 Apakah klien memilih metode efektif untuk menghindari kegagalan?  Apakah klien memiliki kondisi medis tertentu yang membuat pilihan lain

(41)

Tabel 2. Panduan Pemilihan Kontrasepsi Menurut Metode setiap kali hubungan seksual;

 Butuh motivasi berkelanjutan;

 Harus selalu tersedia;

 Bisa mengganggu setiap kali hubungan seksual;

 Butuh motivasi berkelanjutan;

 Harus selalu tersedia;

 Beberapa pengguna segera bahkan ketika masih infeksi ;

 Bisa diperoleh dari petugas non medis ;

 Butuh motivasi berkelanjutan ;

 Harus selalu bersedia ;

 Efektifvitas

(42)

obat- Tidak segera bahkan ketika masih infeksi ;

 Bisa diperoleh dari petugas non medis ;

 Tidak menganggu

 Disarankan pengguna kondom bila klien

 Perlindungan jangka panjang

 Butuh petugas terlatih untuk pemasangan dan pencabutan ;

 Murah bila digunakan jangka panjang ;

(43)

infeksi sembuh (3

 Meningkatkan resiko pada rahim selama pemasangan ;

 Meningkatkan resiko penyakit radang

 Butuh petugas terlatih untuk pemasangan lain setelah selesai dilakukan ;

 Tidak menganggu hubungan seksual ;

 Tidak ada efek jangka panjang ;

 Efektif segera setelah dilakukan.

 Sedikit kemungkinan terjadi komplikasi

(44)

menstruasi teratur Vaksetomi Vaksektomi biasa

dilakukan kapan saja

 Metode permanen ;

 Metode paling efektif untuk laki-laki ;

 Tidak perlu upaya lain setelah selesai dilakukan ;

 Sedikit kemungkinan terjadi komplikasi

H. Membangun Kesan yang Baik Dengan Klien Laki-Laki Ide-Ide Inti

 Saat memberikan konseling SKR, konselor harus mengetahui seluruh

kebutuhan individu. Kebanyakan petugas terbiasa hanya dengan klien menikah atau perempuan; dan mengalami kesulitan bila ada klien laki-laki atau remaja belum menikah. Kendalanya budaya menambah tingkat kesulitan dalam mendiskusikan isu-isu seksualitas kepada lawan jenis dan remaja belum menikah.

 Kendala komunikasi ini meningkatkan permasalahan kaum laki-laki dan

(45)

a. Memahami Kebutuhan dan Peran Laki-Laki

Menghadapi klien laki-laki dalam konseling berbeda dengan menghadapi klien perempuan. Terutama pada saat membicarakan isu seksualitas. Konselor harus memahami kebutuhan dan peran laki-laki agar bisa membantu klien laki-laki. Dibawah ini beberapa karakteristik laki-laki mengenai kebutuhan dan perannya. Karakteristik ini bisa menjadi bahan pertimbangan saat menangani klien laki-laki.

b. Laki-laki adalah Pengambil Keputusan

Laki-laki disosialisasikan sabagai pemegang kendali. Datang ke fasilitas kesehatan bagi laki-laki sering menimbulkan konflik, karena biasanya ia diminta melakukan sesuat. Laki-laki merasa lebih nyaman bila mereka dapat membuat keputusan sendiri. Konselor harus meyakinkan klien bahwa kedatangan klien di klinik sudah tepat. Jika klien tidak yakin, konselor dapat meyakinkan kemampuan klien dengan menanyakan bagaimana mereka menangani masalah-masalah dalam kehidupannya. Jika klien masih tidak yakin, konselor menyarankan beberapa keputusan yang bisa diambil, jangan memilihkan salah satu keputusan pada klien.

c. Laki-laki Tidak ingin Diremehkan

Laki-laki seringkali disosialisasikan mengerti banyak mengenai seks. Mengakui bahwa meraka tidak tahu apa-apa hanya akan membuat mereka

merasa tidak “Nyaman”. Pada saat konseling, konselor sebaiknya jangan menanyakan “Apakah ada pertanyaan mengenai hal tersebut?” atau “Anda mengerti apa yang saya katakan?”

d. Laki-laki Lebih Menggunakan Pikiran bukan Emosi

(46)

e. Laki-laki Ingin Tahu apakah Laki-laki Lain juga Memiliki Rasa Takut dan Bersifat Perhatian

Laki-laki bersedia berdiskusi tentang rasa takut dan perhatiannya hanya bila konselor berhasil meyakinkan hal tersebut juga dilakukan kilen laki-laki lainnya. Bila konselor mengidentifikasikan adanya keengganan klien untuk berbagi masalah tertentu yang dihadapi klien, konselor dapat menceritakan bagaimana klien lain menceritakan hal tersebut. Biasanya, klien laki-laki akan lebih terbuka untuk berdiskusi mengenai kebingungan, rasa takut, atau perasaan lainnya bila diketahui bahwa orang lain juga melakukan hal yang sama. dan ingin memecahkan masalahnya sendiri

“Keputusan Anda sudah tepat dengan dating ke sini .”

“Anda membuat keputusan yang benar dengan memakai kondom saat ini.”

“Keputusan yang sangat baik untuk berbicara

dengan pasangan Anda tentang kontrasepsi.”

“Bagaimana anda memberitahukan pasangan

seks anda agar dating ke sini untuk

mendapatkan tes infeksi ini?”

“Apa rencana untuk memberitahukan pasangan anda tentang masalah ini?”

Laki-laki lebih banyak tahu tentang hal-hal yang berkaitan dengan seks

“Anda mungkin sudah tahu, tapi..”

“Anda mungkin sudah pernah dengar

sebelumnya, tapi saya harus menjelaskan

kepada seluruh klien bahwa..”

“Saya yakin anda sudah tahu bagaimana

memakai kondom yang benar, tapi ada baiknya

kita ulangi beberapa poin penting yaitu..” “Saya mencoba memberi beberapa kiat untuk anda.”

“Saya ingin menegaskan bahwa anda telah

mengerti bagaimana anda mendapatkan

(47)

Laki-laki tidak akan bertanya tentang seks

“Ada laki-laki yang datang beberapa hari yang lalu, dan ia bertanya kepada saya tentang

kesulitan ereksi.”

“Walau kita sudah memiliki cara efektif untuk

mengatasi masalah, kadang-kadang kita memiliki keraguan sesudahnya. Apakah ada

yang ingin anada diskusikan dengan saya?” “Anda kelihatan mengerti secara umum

bagaimana menggunakan kondom, tapi adakah

hal lain yang anda ingin tahu lebih lanjut?” “Karena anda telah hadir di sini, apakah ada

hal-hal yang anda ingin tanyakan atau beritahu

kepada saya?”

“Banyak laki-laki mempunyai masalah yang

sama.”

“Itu adalah pertanyaan yang bagus.”

“Saya senang anda bertanya tentang hal itu.” “Anda sangat berani bertanya tentang hal itu.” “Ini merupakan hal yang baik anda datang ke

sini untuk mendapatkan informasi yang lebih

tentang hal itu.”

Tabel 3. Contoh-contoh Pernyataan yang Dapat Digunakan untuk Klien Laki-laki, Berdasarkan kebutuhan dan Peran

Remaja

Ada dua alasan mengapa program konseling dan pelayanan klinik SKR untuk remaja perlu diselenggarakan :

 Remaja berhak mendapatkan pelayanan SKR yang berkualitas.  Remaja membutuhkan pelayanan SKR.

(48)

 Terbatas akses terhadap pelayanan dan program.

 Kendala psikologi dan sosial untuk mengakses pelayanan.

Pelayanan dan konseling SKR dapat membantu remaja dalam hal :  Melindungi dan meningkatkan kesehatan mereka.

 Memahami kebutuhan-kebutuhan SKR.

 Belajar bertanggung jawab terhadap kesehatan reproduksi mereka.  Mencegah kehamilan tak diinginkan.

 Mencegah masalah kesehatan yang serius dan kematian dini akibat

komplikasi aborsi yang tidak aman.  Menghindari ISR.

 Memberikan informed choice tentang SKR.  Menjamin kesehatannya di masa depan.

Saat memberikan konseling kepada remaja, konselor sebaiknya :

 Dapat dipercaya , menguasai informasi SKR yang factual, termasuk

kehamilan dan pencegahan ISR.

 Menciptakan privacy, rasa hormat dan rasa percaya, agar remaja bisa bebas bertanya dan terbuka dalam berdiskusi tentang seksualitas.  Terlibat dalam dialog atau diskusi terbuka.

 Menawarkan pilihan-pilihan, tidak menghakimi keputusan remaja, dan

menerima hak mereka dalam memilih dan membuat.

I. Klien Dengan Kehamilan Tak Diinginkan

Ada 3 tahap konseling klien dengan kehamilan tak diinginkan (KTD):

Sebelum Tindakan. Menggali perasaan dan kebutuhab klien. Mendukung segala keputusan klien untuk meneruskan kehamilan, menghentikan kehamilan, ataupun mencari peluang untuki adopsi. Merujuk ke klinik/fasilitas lain bila perlu, serta diskusikan rencana ke depan klien untuk melindungi diri dari kemungkinan terjadi KTD berulang.

(49)

berlangsung. Tidak harus mendukung dengan percakapan, terkadang cukup dengan memegang tangan klien dan membisikkan kata-kata yang dapat membangkitkan semangat klien. Tindakan konselor ini bisa membantu klien mengatasi rasa sakit saat prosedur. Selain itu, kehadiran konselor membantu dokter berkonsentrasi terhadap pekerjaannya.

Setelah Tindakan. Ketika tindakan selesai dilakukan:

 Hampiri klien yang kelihatan sudah tenang. Hati-hatilah dengan kondisi

fisik dan emosi klien; jangan memaksa klien untuk mendengarkan karena hanya akan membuang waktu saja.

 Bersikap fleksibel dalam menentukan tempat konseling. Kadangkala

klien merasa cukup kuat untuk bangun dan berbicara di ruangan terpisah; yang lainnya mungkin lebih memilih konseling dilakukan di ruang penyembuhan.

 Perhatikan bahwa hal yang penting adalah memberikan klien informasi

yang berguna dan sesuai dengan kebutuhannya.

 Jika ada kerabat/teman yang menemani klien, tanyakan apakah ia juga ingin ditemani saat konseling.

 Mulailah dengan menggali perasaan, pertanyaan, dan kekhawatirannya

setelah melakukan aborsi yang aman.

 Ikuti diagram konseling pada aborsi yang aman untuk mengetahui

(50)

J. Konseling pada Klien Aborsi yang Aman

Sebelum Tindakan

 Mengukur kemampuan atau kapasitas klien untuk menerima informasi.  Menggali alasan mengapa klien mengalami kehamilan tak diinginkan.  Menggali kebutuhan dan perasaan klien.

 Menggali nilai-nilai dan rencana masa depan klien.

 Berdasarkan kondisi klien, berikan informasi tentang hal berikut:  Pemeriksaan dan hasilnya;

 Prosedur pengobatan/pembiusan (anesthesia);

 Kemungkinana efek samping, komplikasi dan risiko-risiko;  prosedur reproduksi manusia;

 metode-metode kontrasepsi yang tersedia.

Saat Tindakan

Memberikan dukungan emosi dengan cara :

 Menunjukkan sikap positif dan empati secara verbal dan nonverbal;  Kelembutan saat prosedur dilakukan.

Saat Tindakan

 Menggali perasaan klien, tunjukan pengertian dan dukungan.

 Ingatkan klien kemungkinan efek samping, resiko, komplikasi dan tanda-tanda bahaya, klien harus kembali jika hal tersebut terjadi.

 Jelaskan agar klien mampu merawat dirinya di rumah.  Berikan informasi tertulis pasca prosedur.

 Ingatkan klien pentingnya kunjungan ulang.

 Diskusikan tentang metode kontarsepsi yang tersedia bila memungkinkan.  Diskusikan tentang ISR dan PMS.

(51)

K. Klien Dengan ISR Dan IMS/AIDS

 Komplikasi serius ISR/IMS : jutaan laki-laki,perempuan dan anak-anak di

seluruh dunia terkena komplikasi dari ISR dan PMS. Akibat dari infeksi ini bisa beragam komplikasi, jangka panjang, dan serng kali mematikan, terutama pada perempuan. Beberapa ISR/IMS juga berhubungan dengan komplikasi kehamilan atau infeksi kongenital. Sayangnya, gejala dan tanda-tandanya bisa tidak terlihat hingga akhirnya terlambat untuk mencegah terjadinya kerusakan serius pada organ-organ reproduksi. ISR yang sesungguhnya bisa disembuhkan, juga dapat menimbulkan komplikasi serius bila tidak diobati. Jika diagnosa dan pengbatan tidak dilakukan sedini mungkin, beberapa dari infeksi ini bisa menyebabkan kemandulan, sakit pinggang kronis, persalinan premature, aborsi spontan, kehamilan ektopik, peradangan pada testis, kardiovaskular, atau kmplikasi neurologis, bahkan kematian. Beberapa infeksi juga dapat menyebabkan phneumonia, infeksi pernapasan, dan infeksi mata pada bayi baru lahir. komplikasi ISR dan IMS tidak hanya mempengaruhi kesehatan idividu, tetapi juga kualitas hidup dan produktivitas ekonomi perempuan dan laki-laki, keluarga dan masyarakat.

 Kenapa pelayanan kesehatan reproduksi fokus pada ISR dan IMS ? ISR dan

IMS adalah masalah yang berkembang dan menyebar diseluruh dunia. Meskipun ISR berdampak serius baik bagi negara maju maupun negara berkembang, namun negara berkembang atau negara miskin seperti indonesia, dampaknya lebih besar lagi.

 Setiap tahun diperkirakan ada 400 juta orang dewasa di dunia terinfeksi ISR.  Pada tahun 2000, diperkirakan 5,3 juta orang (termasuk 600.000 anak-anak

usia dibawah 15 tahun) terinfeksi HIV.

 Hingga November 2000,diperkirakan 36,1 juta orang dewasa dan anak-anak

(52)

 Di beberapa negara berkembang, prevalensi ISR rata-rata antara 5% sampai

52%ditemukan pada perempuan yang datang ke klinik bersalin dan KB.

L. Klien Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) bisa terjadi dimana saja, tanpa membedakan culture,agama,ras,latar belakang pendidikan,dan sebagainya.walaupun KDRT banyak ditemukan, tetapi masyarakat banyak yang tidak mahu tahu bahkan menola untuk bersama-sama mengatasi hal ini. Berbagai jenis kekerasan yang kerap dialami oleh perempuan, terutama berada dekat dengan lingkup rumah tangganya antara lain :

1. Perkawian di bawah Umur

Perkawinan di bawah umur, apalagi tanpa persetujuan, adalah bentuk pelanggaran hak asasi manusia. Perkawinan usia dini cenderung diikuti dengan munculnya berbagai persoalan kesehatan.kehamilan di usia dini ditambah dengan rendahnya tigkat pengetahuan reproduksi dapat mengakibatkan penderitaan seumur hidup bagi perempuan dan mungkin juga anak-anaknya.

2. Perkosaan

Perkosaan dapat terjadi dimana saja,termasuk di dalam keluarga.seorang istri jika menolak keinginan suaminya dianggap bukan istri yang baik, bahkan ada pendapat bahwa perempuan wajib melayani kebutuhan seks suaminya.

3. Pelecehan seksual

(53)

4. Pelacuran dan Perdagangan Perempuan

Banyak perempuan terperangkap dalam dunia pelacuran karena “dipaksa” orang tua, suami bahkan pacar. Banyak juga terjadi akibat himpitan ekonomi. Dalam perdagangan perempuan biasanya si perempuan tidak mengerti apa yang terjadi dengan dirinya dan lebih menyedihkan lagi, sekali mereka masih dalam jaringan perdagangan perempuan kemungkinan keluar sangatlah kecil.

5. KDRT dan Dukungan Pemerintah

Negara belum dapat mengakomodasi dengan baik persoalan yang banyak dihadapi masyarakat. berikut ini adalah beberapa perangkat hukum dan kebijakan-kebijakan yang menempatkan oerempuan sebagai warga kelas dua.

 UU perkawinan no 1 tahun 1974 pasal 31 ayat 1 dan 2 berbunyi, “suami

wajib melindungi istrinya dan wajib memberikan segala sesuatu keperluan hidup rumah tangga sesuai dengan kemampuannya dan istri wajib mengatur urusan rumah tangga dengan sebaik-baiknya”.

UU perkawinan No. 1 tahun 1974 Pasal 31 Ayat 3 yang berbunyi “suami

adalah kepala rumah tangga dan istri adalah ibu rumah tangga”.

 SK Menaker No. 7 tahun 1990 tentang upah. Perempuan tidak

memperoleh tunjangan keluarga karena didasarkan pada asumsi bahwa pekerja adalah laki-laki sehingga tunjangan hanya diberikan kepada istri dan anak-anak. Pekerja perempuan dianggap lajang meskipun secara real dia menikah dan mempunyai anak.

 Dalam hukum positif di indonesia tidak ada pengaturan secara explisit

(54)

Mitos dan Kenyataan Tentang Penganiayaan

No Mitos Kenyataan

1 Kekerasan dalam rumah tangga bukan hal yang serius, hanya dialami oleh sebagian kecil perempuan di muka bumi.

Tidak ada angka yang pasti berapa banyaknya korban karena sangat jarang dilaporkan. Angka rata-rata menunjukkan 20%-50% perempuan dalam ikatan perkawinan atau hubungan erat lain menjadi korban kekerasan. 2 KDRT hal yang biasa, karena itu

tak perlu dipermasalahkan.

Akibat sering terjadi pertengkaran dalam rumah tangga, pihak yang dirugikan biasanya istri, seperti diceraikan sepihak, tidak diberi nafkah, diusir dari rumah dan sebagainya. 3 KDRT hanya terjadi pada kalangan

yang tidak berpendidikan dan berpenghasilan rendah

Penganiayaan tidak mengenal tingkat ekonomi, sosial, batas kedudukan, pendidikan, ras, agama, dan keadaan lain dan bisa terjadi pada siapa saja.

5 Perempuan senang diperlakukan kasar oleh pasangannya, kalau tidak tentunya ia sudah pergi dulu.

Tidak mudah bagi perempuan untuk meninggalkan rumah tangganya. Faktor-faktor penghalangnya adalah: rasa malu, takut kepada si pelaku, tidak mampu menghidupi diri dan anak, hukum agama dan hukum adat yang mengikat. Meninggalkan rumah tidak menjamin bahwa ia akan bebas dari si penagniaya. Beberapa klien memutuskan untuk tetap tinggal meski tahu resikonya. 6 Penganiaya adalah orang yang

kasar.

(55)

Kegiatan Pembelajaran

1. buatlah laporan hasil wawancara dengan anggota masyarakat mengenai masalah-masalah SKR.

2. Buatlah satu factsheet mengenai mengapa, kapan dan dimana konseling SKR terpadu bisa diberikan dilingkungan tempat tinggalmu.

3. Lakukan kelompok diskusi kecil dengan teman-temanmu mengenai topik-topik SKR tertentu.

Uji Kemampuan Diri

Instruksi : jawab pertanyaan ini dengan baik !

1. Buatlah daftar tempat dimana kamu bisa menyelenggarakan konseling yang menjaga privacy dan rahasia.

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Bernett and Schuller. Meeting The Needs of Young Clients : A Guide to Proceeding Reproductive Health Service to Adolescents Research Triangle Park. New York : FHI, 2000

Engender Health. Comprehensive the Post Abortion Client : A Training Curriculum. New York: Ender Health, 2003.

Engender Health. Integration of HIV / STI Prevention, Sexuality, and Dual Protection in Family Planning Counseling: Arranging Manual Working Draft Vo. 2 Handout. New York : Engender Health, 2002.

Family Care International (FCI). Sexual and Reproductive Health: Briefing Cards.

New York : FCI, 2000.

IWHC. Comprehensive Counseling for Reproductive Health : An Integrated Curriculum. Participant’s Handbook. New York : IWHC, 2003.

Joseph A Devito. Komunikasi Terapeutik Antar Manusia : Edisi V. Harper Collins Publisher Inc., 1996.

Keer, Peter. Prevention HIV / AIDS Counseling Module. 1992

Modul Pelatihan Keterampilan Komunikasi Interpersonal / Konseling (KIP / K). Bandung 2002.

Population Council. Improving Reproductive Health : International Shared Experience. Jakarta : Population Council, 1998.

Rimehart, W., Rudy, S., and Drennan M. GATHER Guide to Counseling Population Reports. Baltimore : JHU, Population Program, 1998.

Stuart & Sundeen, Principles & Practice of Psychiatric Nursing. CV Mosby Company, 1998.

United Nation (UN). Report of The International Conference of Population and Development. New York : UN, 1994.

World Heakth Organization (WHO). Information and Counseliing for Patient in Complication Abortion : Technical and Managerial Guidelines for Prevention and Treatment. Geneva : WHO, 1995.

WHO. Violence Against Women : Fact Sheets. Geneva : WHO, 2000.

Gambar

Table 1. Catatan Konseling
Tabel 3. Contoh-contoh Pernyataan yang Dapat Digunakan untuk

Referensi

Dokumen terkait

17 Sumadi Suryabrata, 1998, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.. 25 mengkonsepsikan hukum sebagai institusi sosial yang riil dan fungsional

62A (samping es Teler 29 Depan Stadion Lakidende) Kota

Penelitian ini menggunakan metode literature review yang bertujuan untuk mengetahui efek samping yang ditimbulkan pada penggunaan obat NSAID pada pasien yang menderita

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui harapan advertisers terhadap kinerja pelayanan bisnis radio Ardan Group, atribut apa saja yang perlu ditingkatkan dan

Selain daripada itu juga, kajian ini turut mengkaji sama ada terdapat hubungan antara setiap fasa (analisis, reka bentuk, pembangunan, pelaksanaan, dan penilaian) dengan

masih dapat dipindahkan akan tetapi pada kedalaman 75 cm dari permukaan dijumpai batu yang besar dan tidak memungkinkan lagi untuk melakukan penggalian sampai 100 cm. Hal

Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengunakan berdasarkan tujuan untuk mendapatkan pengaruh pijat oksitosin terhadap pengeluaran ASI

Dalam penelitian manajemen kurikulum membaca kitab kuning di MTs Nurul Islam Kriyan Kalinyamatan Jepara menarik diteliti dengan alasan rata-rata peserta didik di