BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Undang-Undang nomor 20 tahun 2003).
Melalui pendidikan itulah manusia dapat mengembangkan kemampuan dan
kecakapan dalam menjalankan kehidupannya.
Pendidikan merupakan sebuah bagian terpenting dari proses pembangunan
nasional. Pendidikan juga merupakan suatu upaya pengembangan kecakapan dan
keunggulan sumber daya manusia dimana peningkatan kecakapan dan
ketrampilan diyakini sebagai faktor pendukung manusia dalam menjalani
kehidupannya. Pendidikan sangat berpengaruh dalam upaya peningkatan
kecakapan dan ketrampilan sumber daya manusia agar menjadi manusia yang
unggul. Menurut Encyclopedia Americana 1978 , Pendidikan adalah proses yang
digunakan setiap individu untuk mendapatkan pengetahuan, wawasan serta
mengembangkan sikap dan keterampilan. Sehingga melalui pendidikan dapat
diperoleh manusia-manusia yang memiliki ketrampilan dan berwawasan unggul.
Mencapai manusia yang memiliki ketrampilan dan wawasan unggul maka
dibutuhkan kurikulum yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya. Menurut Undang-Undang Tahun 2003 , Kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pembelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional. Melalui kurikulum itulah pendidikan dapat
terlaksana dengan baik sehingga tujuan pendidikan nasional dapat tercapai.
Perkembangan kurikulum saat ini memiliki tahapan khusus dalam setiap
aspek perkembangannya. Kurikulum 2013 menggunakan konsep pendekatan
mengkomunikasikan. Kurikulum 2013 memiliki tahapan-tahapan tertentu dalam
setiap proses pembelajarannya sehingga peserta didik terlibat secara aktif dan
kreatif dalam setiap pembelajaran. Kurikulum 2013 memiliki banyak metode dan
model pembelajaran. Hamid Darmadi (2010: 42) berpendapat bahwa “metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan”.
Sedangkan model pembelajaran menurut Menurut Slavin (2010), model
pembelajaran adalah suatu acuan kepada suatu pendekatan pembelajaran termasuk
tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaanya. Pemilihan
metode pembelajaran yang baik dan sesuai dengan materi yang diajarkan serta
karakteristik peserta didik akan sangat berpengaruh pada hasil yang akan dicapai
peserta didik nantinya.
Penerapan pemilihan model pembelajaran yang baru dianggap dapat
menunjang dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik dan pada
akhirnya akan memberikan pengaruh yang baik terhadap hasil belajar peserta
didik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional (ceramah). Akan
tetapi, tingkat keefektivitasan dari penerapan model pembelajaran akan
memberikan hasil yang berbeda-beda dan tidak semua penerapan model dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik secara keseluruhan karena tingkat
pemahaman dari setiap peserta didik berbeda-beda. Oleh karena itu guru harus
memilih model yang dianggap cocok untuk diterapkan pada peserta didik. Perlu
adanya perbandingan antara pendekatan atau model yang sudah ada dengan model
yang baru yang dianggap lebih mampu dalam meningkatkan hasil belajar peserta
didik.
Berdasarkan wawancara peneliti dengan guru dari observasi di dua SD
yang menerapkan kurikulum 2013 di gugus Kartini Kecamatan Pabelan
pembelajaran di kelas sudah berlangsung dua arah yaitu dari guru ke siswa
maupun siswa ke guru. Namun guru masih mendominasi kegiatan pembelajaran
dan peserta didik belum terlibat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Umpan balik selama proses pembelajaran sudah dilakukan, tetapi belum
dilakukan oleh semua peserta didik, hanya oleh sebagian kecil peserta didik.
diselingi tanya jawab untuk memancing keaktifan peserta didik, meskipun ada
satu SD yang pada saat observasi pembelajaran berlangsung menggunakan diskusi
kelompok.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, selama proses
pembelajaran berlangsung peserta didik duduk diam mendengarkan materi yang
disampaikan guru tanpa mencatat walaupun ada sebagian kecil peserta didik yang
terlihat mencatat di barisan depan. Beberapa peserta didik yang kurang antusias
dalam pembelajaran ditunjukkan dengan menyandarkan kepala di meja sambil
bermain dengan mainan milik peserta didik. Malah ada sebagian peserta didik
yang asyik membuka buka halaman buku melihat gambar-gambar yang ada
dibuku. Setelah selesai proses pembelajaran, peneliti melihat beberapa buku
catatan peserta didik. Diketahui bahwa selama proses pembelajaran berlangsung,
peserta didik mencatat persis seperti yang dituliskan guru di papan tulis. Syaiful
Sagala (2010: 38), menyatakan bahwa: (1) belajar tidak hanya sekedar
menghafal,siswa harus mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri; (2)
siswa belajar dari mengalami, peserta didik mencatat sendiri pola-pola bermakna
dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru. Menerima
pengetahuan secara utuh tanpa melibatkan peserta didik mengkonstruksi sendiri
pengetahuan yang diperoleh akan menyebabkan peserta didik kesulitan
memahami materi.
Dari berbagai permasalahan tersebut diatas, pembelajaran yang berlangsung
kurang memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengeksplor
pengetahuan mereka. Guru belum mengembangkan model pembelajaran yang
sesuai dengan materi ajar. Materi yang disampaikan guru diterima secara utuh dan
dicatat sama persis oleh peserta didik sehingga pengetahuan yang diperoleh tidak
berkembang banyak. Mencatat sama persis dengan apa yang disampaikan guru
memiliki beberapa kelemahan. Menurut Tony Buzan (2003: 97-98) kelemahan ini
antara lain waktu lebih banyak terbuang untuk mencatat, mencari kata kunci,
membaca kembali kalimat yang tidak perlu dan tidak berhubungan dengan
ingatan. Kegiatan mencatat peserta didik yang sama persis seperti yang diberikan
Pembelajaran yang menyenangkan dan melibatkan peran peserta didik
menjadikan peserta didik dengan senang hati mengikuti kegiatan belajar
mengajar. Pembelajaran yang berlangsung seperti ini perlu segera mendapatkan
perhatian agar tidak menghambat penguasaan materi tematik pada peserta didik.
Guru dituntut memiliki siasat dalam melaksanakan pembelajaran agar peserta
didik terlibat aktif belajar (Mulyani danJohar, 1999: 39). Variasi penggunaan
metode maupun strategi sangat diperlukan. Dengan demikian, pembelajaran yang
berlangsung menjadi menyenangkan dan peserta didik lebih aktif.
Model pembelajaran yang dapat membuat peserta didik terlibat aktif dalam
setiap kegiatan adalah model pembelajaran dengan cooperative learning. Model
pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
mengutamakan adanya kelompok kelompok, yang secara sadar dan sistematis
mengembangkan interaksi yang saling asah, saling asih, dan saling asuh.
Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis. Pembelajaran ini
muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami
konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Peserta didik
secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan
masalah masalah yang kompleks (Ibrahim. 2000: 29). Taniredja (2013: 55)
pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberi
kesempatan pada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama peserta didik
dalam tugas tugas yang berstruktur, berkelompok, sehingga terjadinya interaksi
secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdependensi efektif di antara
anggota kelompok.
Model pembelajaran kooperatif sangat efektif untuk diterapkan dalam
pembelajaran tematik karena model kooperatif ini mengajak peserta didik untuk
saling berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Pembelajaran tematik
adalah pembelajaran terpadu yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran
kedalam satu tema. Oleh karena itu dibutuhkan model pembelajaran yang
menyenangkan agar siswa dapa berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran
sehingga peserta didik dituntut untuk saling bekerjasama dalam menyelesaikan
beberapa macam pembelajaran kooperatif seperti, Student Teams Achievement
Division (STAD), Jigsaw, Group Investigation (GI), Think Pair Share (TPS),
Numbered Head Together (NHT), Make A Match (Membuat Pasangan), Teams
Games Tournaments (TGT), Pairs Check, Picture and Picture dan lain
sebagainya.
Salah satu tipe dari model pembeljaran coopeative learning adalah make a
match. Teknik pembelajaran Make a Match adalah suatu model belajar yang
menggunakan kartu kartu dimana masing-masing kartu ada yang berisi soal dan
yang lainnya berisi jawaban. Kartu-kartu tersebut dibagi secara acak kepada
peserta didik dan peserta didik akan mencari pasangan kartu yang sesuai atau
cocok. Setelah peserta didik menemukan pasangannya kemudian peserta didik
bersama pasangannya berdiskusi tentang materi yang ada didalam kartu yang
peserta didik pegang. Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan
Menyenangkan. Model Pembelajaran ini mengandalkan kartu-kartu sebagai media
dalam proses pembelajaran. Kartu-kartu ini menjadi faktor utama dalam proses
pembelajaran.
Model pembelajaran cooperative learning lainnya adalah teknik picture
and picture. Teknik picture and picture ini hampir sama dengan teknik make a
match yaitu peserta didik sama-sama belajar dalam sebuah kelompok. Salah satu
perbedaanya adalah tipe make a match menggunakan kartu sebagai faktor
utamanya sementara picture and picture menggunakan gambar sebagai faktor
utamanya. Picture and picture adalah salah satu tipe pebelajaran cooperative
learning dimana dalam kegiatan pembelajarannya peserta didik bekerjasama
dengan kelompoknya untuk mengurutkan gambar acak yang disajikan oleh guru.
Dalam pembelajaran tematik tema 6 subtema 2 pembelajaran 1 metode
cooperatif learning dapat diterapkan oleh guru pada saat kegiatan belajar
mengajar. Peserta didik dapat bekerja sama dalam setiap pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran make a match. Teknik model pembelajaran
kooperatif tipe Make a Match (mencari pasangan) yang dikembangkan oleh Lorna
Curran dalam (Miftahul Huda 2011: 135). Dalam teknik ini, peserta didik
suasana yang menyenangkan. Teknik ini dapat diterapkan untuk Tema 6 Sub
Tema 2 Pembelajaran 1. Dalam teknik Make a Match peserta didik diharapkan
saling bekerja sama. Keunggulan teknik ini yaitu peseta didik akan belajar
mengenai suatu konsep dalam suasana yang menyenangkan, melalui bermain
sambil belajar memasangkan kartu jawaban dan pertanyaan. Penerapan teknik ini
akan lebih mengaktifkan peserta didik dalam pembelajaran sehingga membuat
pembelajaran lebih bermakna karena adanya keterlibatan peserta didik secara aktif
selama proses pembelajaran berlangsung. Melalui teknik ini , peserta didik juga
akan terlatih untuk mengungkapkan gagasan, pendapat dan kritikan terhadap
orang lain. Melalui penerapan model Cooperative Learning teknik Make a Match,
maka pembelajaran Tematik di sekolah akan lebih disukai peserta didik.
Anak usia SD yang berumur antara 7-12 tahun adalah anak yang gemar
membentuk kelompok sebaya,selain teknik cooperatvie learning tipe make a
match biasanya anak SD juga dapat belajar melalui model Cooperative Learning
teknik picture and picture. Peserta didik dapat bekerja sama menyelesaikan suatu
materi pelajaran. Peserta didik dapat membangun sendiri pengetahuanya, sehingga
konsep-konsep yang ada dalam pembelajaran Tema 6 Sub Tema 2 Pembelajaran 1
dapat mudah dipahami dan lebih bermakna. Hal ini terjadi karena picture and
picture merupakan model pembelajaran kooperatif yang membagi peserta didik
menjadi beberapa kelompok dan proses pembelajaranya peserta didik
dikondisikan seperti melakukan permainan, sehingga peserta didik akan lebih
termotivasi dalam belajar sehingga hasil belajar akan meningkat.
Penelitian yang dilakukan oleh Fetty Riantika (2016) menyatakan bahwa
terdapat pengaruh yang positif dan signifikan menggunakan model cooperative
learning tipe make a match terhadap hasil belajar siswa kelas IV pada mata
pelajaran tematik. Terbukti dengan perolehan nilai rata-rata posttest sebesar 74,25
pada kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Make a Match dan pada kelompok kontrol nilai rata-ratanya sebesar 71,14
dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada pembelajaran
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sih Santo (2012) menyatakan
bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan menggunakan metode
cooperative learning tipe picture and picture. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa rata-rata nilai posttest kelompok kontrol sebesar 7,67 dengan rata-rata nilai
pretest sebesar 6,75. Sementara untuk kelas kontrol rata-rata nilai pretest sebesar
7,54 dengan rata-rata nilai pretest sebesar 6,35. Hal ini menunjukkan bahwa
cooperative learning tipe picture and picture lebih efektif daripada menggunakan
model pembelajaran konvensional.
Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian dengan judul
“Perbedaan Hasil Belajar Tematik Menggunakan Model Pembelajaran
Cooperative Learning Tipe Make a Match dengan Model Picture and Picture
Pada Tema 6 Sub Tema 2 Pembelajaran 1 Siswa Kelas IV SD Di Gugus Kartini
Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran
2016/2017".
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dirumuskan
masalah sebagai berikut: Adakah perbedaan hasil belajar tematik yang signifikan
antara penggunaan model pembelajaran Cooperative Learning tipe make a match
dengan Model Picture and Picture pada Tema 6 Sub Tema 2 Pembelajaran 1
peserta didik kelas IV SD di Gugus Kartini Kecamatan Pabelan Kabupaten
Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2016/2017?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar
tematik yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran Cooperative
Learning tipe make a match dengan model Picture and Picture pada Tema 6 Sub
Tema 2 Pembelajaran 1 peserta didik kelas IV SD di gugus Kartini Kecamatan
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan para pengembang ilmu pendidikan mengenai model
pembelajaran Cooperative Learning tipe Make a Match dan
Picture and Picture dalam kegiatan pembelajaran.
b. Penelitian ini juga dapat dijadikan referensi penelitian yang
sejenis untuk orang-orang yang ingin meneliti kedua model
pembelajaran tersebut.
1.4.2 Manfaat Praktis a. Bagi peserta didik
Memberikan informasi kepada peserta didik agar dapat meningkatkan
semangat dan motivasi belajar dalam pembelajaran Tematik dengan
menggunakan metode cooperatife learning. Selain itu, dengan model
cooperatife learning ini peserta didik diharapkan senang dalam
mengikuti pembelajaran Tematik sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar.
b. Bagi guru
Dapat memberikan manfaat untuk meningkatkan dan mengembangkan
kemampuan mengajar Tematik dikelas dengan menggunakan model
cooperatife learning
c. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh sekolah untuk memberikan
saran kepada guru dalam menggunakan model pembelajaran
cooperatife learning untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan
dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk meningkatkan hasil
belajar.