• Tidak ada hasil yang ditemukan

trauma tumpul dan tajam dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "trauma tumpul dan tajam dan"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

Luka merupakan salah satu kasus tersering dalam Ilmu Kedokteran Forensik. Luka bisa terjadi pada korban hidup maupun korban mati. Luka merupakan kerusakan atau hilangnya hubungan antara jaringan (discontinuous tissue) seperti jaringan kulit, jaringan lunak, jaringan otot, jaringan pembuluh darah, jaringan saraf dan tulang. Dalam ilmu perlukaan dikenal trauma tumpul dan trauma tajam. (Traumatologi, Program Studi Pendidikan DokterFakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013)

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dikenal luka kelalaian atau karena yang disengaja. Luka yang terjadi ini disebut “Kejahatan Terhadap Tubuh atau Misdrijven Tegen Het Lijf”. Kejahatan terhadap jiwa ini diperinci menjadi dua yaitu kejahatan doleuse (yang dilakukan dengan sengaja) dan kejahatan culpose (yang dilakukan karena kelalaian atau kejahatan). Jenis kejahatan yang dilakukan dengan sengaja diatur dalam BAB XX, pasal-pasal 351-358. Jenis kejahatan yang disebabkan karena kelalaian diatur dalam pasal 359,360 dan 361 KUHP. Dalam pasal-pasal tersebut dijumpai kata-kata, “mati, menjadi sakit sementara atau tidak dapat menjalankan pekerjaan sementara”.

(2)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Luka

Luka merupakan gangguan dari kontinuitas jaringan yang disebabkan oleh suatu energi mekanik eksterna. Terminologi cedera digunakan sebagai sinonim dari kata luka, bahkan dapat memberikan maksud yang lebih luas dan tidak hanya membahas kerusakan yang diakibatkan oleh energi fisik tapi juga kerusakan lain yang diakibatkan oleh panas, dingin, bahan kimiawi, listrik dan radiasi. Sedangkan terminology lesi awalnya bermaksud cedera namun digunakan untuk mendeskripsikan suatu cedera, penyakit maupun degenerasi lokal pada jaringan yang dapat mengakibatkan perubahan fungsi atau struktur. Oleh karena itu, penggunaan kata cedera atau luka merujuk kepada kerusakan akibat dari penyebab bukan alami, sementara kata lesi merujuk kepada suatu yang tidak dapat dipastikan apakah disebabkan oleh penyebab alami atau tidak (Idries, 2008).

Traumatologi berasal dari bahasa Yunani, yang berarti luka, adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang trauma, perlukaan, cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (ruda paksa), yang kelainannya terjadi pada tubuh karena adanya diskontinuitas jaringan akibat kekerasan yang menimbulkan jejas. Di dalam melakukan pemeriksaan terhadap seseorang yang menderita luka akibat kekerasan, pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat memberikan kejelasan dari permasalahan jenis luka yang terjadi, jenis kekerasan yang menyebabkan luka, dan kualifikasi luka (Shkrum dan Ramsay, 2007).

2.2 Deskripsi Luka

(3)

lokasi, bentuk, ukuran tidak harus urut tetapi penulisan harus selalu ditulis diakhir kalimat.

Deskripsi luka meliputi: (Idries, 2008) 1. Jumlah luka

2. Lokasi luka, meliputi:

a. Lokasi berdasarkan region anatomi nya

b. Lokasi berdasarkan garis koordinat atau berdasarkan bagian-bagian tertentu dari tubuh

c. Menentukan lokasi berdasarkan garis koordinat dilakukan untuk luka pada regio yang luas seperti di dada, perut, punggung. Koordinat tubuh dibagi dengan menggunakan garis khayal yang membagi tubuh menjadi dua yaitu kanan dan kiri, garis khayal mendatar yang melewati puting susu, garis khayal mendatar yang melewati pusat, dan garis khayal mendatar yang melewati ujung tumit. Pada kasus luka tembak harus selalu diukur jarak luka dari garis khayal mendatar yang melewati kedua ujung tumit untuk kepentingan rekonstruksi. Untuk luka di bagian punggung dapat dideskripsikan lokasinya berdasarkan garis khayal yang menghubungkan ujung bawah tulang belikat kanan dan kiri. 3. Bentuk luka, meliputi :

a. Bentuk sebelum dirapatkan b. Bentuk setelah dirapatkan

4. Ukuran luka, meliputi sebelum dan sesudah dirapatkan ditulis dalam bentuk panjang x lebar x tinggi dalam satuan sentimeter atau milimeter.

5. Sifat-sifat luka, meliputi :

a. Daerah pada garis batas luka, meliputi : - Batas (tegas atau tidak tegas)

- Tepi (rata atau tidak rata)

- Sudut luka (runcing atau tumpul) b. Daerah di dalam garis batas luka, meliputi:

(4)

- Tebing (ada atau tidak ada, jika ada terdiri dari apa) - Dasar luka

c. Daerah di sekitar garis batas luka, meliputi : - Memar (ada atau tidak)

d. Lecet (ada atau tidak) e. Tatoase (ada atau tidak)

2.3 Klasifikasi Luka

Secara umum, luka atau cedera dibagi kepada beberapa klasifikasi menurut penyebabnya yaitu, trauma benda tumpul, trauma benda tajam, luka tembak, Jenis luka akibat suhu / temperature, dan luka akibat trauma listrik (Vincent dan Dominick, 2001). Pembagian jenis luka dibagi berdasarkan jenis benda yang menyebabkan kekerasan:

1. Jenis luka akibat kekerasan benda tumpul (blunt force injury), yaitu: a. Luka lecet (abrassion): tekan, geser, dan regang :

b. Luka memar (contusion) c. Luka robek (laceration)

2. Jenis luka akibat benda tajam, y aitu: a. Luka iris / luka sayat (incised wound) b. Luka tusuk (stab wound)

c. Luka bacok (chop wound).

A. Trauma Benda Tumpul

(5)

Jenis luka yang ditimbulkan akibat trauma benda tumpul yang sering dijumpai dalam kasus kecelakaan lalu lintas antara lain luka memar, luka babras, luka robek dengan tepi tidak rata, serta patah tulang. Bagian tubuh yang paling banyak terkena adalah kepala dan anggota gerak atas dan bawah. Luka-luka tersebut dapat menyebabkan dampak kerusakan jaringan maupun organ bervariasi mulai dari ringan hingga berat, bahkan lebih parah yaitu kematian. Sebab kematian terjadi karena kerusakan organ vital atau perdarahan yang banyak (Vincent dan Dominick, 2001).

Luka akibat trauma benda tumpul dapat berupa salah satu atau kombinasi dari luka memar, luka lecet, luka robek, patah tulang atau luka tekan.

Derajat luka, perluasan luka, serta penampakan dari luka yang disebabkan oleh trauma benda tumpul bergantung kepada:

- Kekuatan dari benda yang mengenai tubuh - Waktu dari benda yang mengenai tubuh - Bagian tubuh yang terkena

- Perluasan terhadap bagian tubuh yang terkena - Jenis benda yang mengenai tubuh

Luka lecet adalah luka yang superfisial, kerusakan tubuh terbatas hanya pada lapisan kulit epidermis. Jika abrasi terjadi lebih dalam dari lapisan epidermis pembuluh darah dapat terkena sehingga terjadi perdarahan. Arah dari pengelupasan dapat ditentukan dengan pemeriksaan luka. Dua tanda yang dapat digunakan. Tanda yang pertama adalah arah dimana epidermis bergulung, tanda yang kedua adalah hubungan kedalaman pada luka yang menandakan ketidakteraturan benda yang mengenainya (Vincent dan Dominick, 2001).

(6)

- Sebagian/seluruh epitel hilang terbatas pada lapisan epidermis

- Disebabkan oleh pergeseran dengan benda keras dengan permukaan kasar dan tumpul

- Permukaan tertutup exudasi yang akan mengering (krusta) - Timbul reaksi radang (Sel PMN) digunakan untuk menentukan usia luka adalah saat ini (beberapa jam sebelum), baru terjadi (beberapa jam sebelum sampai beberapa hari), beberapa hari lau, lebih dari benerapa hari. Efek lanjut dari abrasi sangat jarang terjadi. Infeksi dapat terjadi pada abrasi yang luas (Idries, 2008).

Memperkirakan umur luka lecet:

- Hari ke 1 – 3 : warna coklat kemerahan

- Hari ke 4 – 6 : warna pelan-pelan menjadi gelap dan lebih suram - Hari ke 7 – 14 : pembentukan epidermis baru

- Beberapa minggu : terjadi penyembuhan lengkap

Luka lecet juga harus dibedakan terjadinya, apakah ante mortem atau post mortem. Berikut ini tabel yang menunjukkan perbedaan dari keduanya:

(7)

Sesuai dengan mekanisme terjadinya, luka lecet dapat diklasifikasikan sebagai luka lecet gores (scratch), luka lecet serut (scrape), luka lecet tekan (impact abrasion) dan luka lecet berbekas (patterned abrasion).

- Luka lecet gores(Scratch)

Diakibatkan oleh benda runcing (misalnya kuku jari yang menggores kulit) yang menggeser lapisan permukaan kulit (epidermis) di depannya dan mengakibatkan lapisan tersebut terangkat, sehingga dapat menunjukan arah kekerasan yang terjadi.

- Luka lecet serut (Scraping)

Adalah variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya dengan permukaan kulit lebih lebar. Arah kekerasan di tentukan dengan melihat letak tumpukan epitel.

Gambar 2.1 Bentuk dari abrasi dapat menandakan jenis permukaan yang kontak dengan kulit. (Dikutip dari forensic pathology 2nd edition)

- Luka lecet tekan (Impact abrasion)

(8)

mobil, jejas gigitan dan sebagainya. Gambaran luka lecet tekan yang di temukan pada mayat adalah daerah kulit yang kaku dengan warna yang lebih gelap dari sekitarnya akibat menjadi lebih padatnya jaringan yang tertekan serta terjadinya pengeringan yang berlangsung pasca kematian.

Gambar 2.2 Impact abrasion pada sisi kanan wajah. (Dikutip dari kepustakaan forensic pathology 2nd edition)

b. Kontusio (Luka Memar)

Kontusio terjadi karena tekanan yang besar dalam waktu yang singkat. Penekanan ini menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah kecil dan dapat menimbulkan perdarahan pada jaringan bawah kulit atau organ dibawahnya. Kontusio adalah suatu keadaan dimana terjadi pengumpulan darah dalam jaringan yang terjadi sewaktu orang masih hidup, dikarenakan pecahnya pembuluh darah kapiler akibat kekerasan benda tumpul (Vincent dan Dominick, 2001).

(9)

memungkinkan berpindahnya “memar” ke daerah yang lebih rendah, berdasarkan gravitasi.

Salah satu bentuk luka memar yang dapat memberikan informasi mengenai bentuk dari benda tumpul, ialah apa yang dikenal dengan istilah “perdarahan tepi” (marginal haemorrhages), misalnya bila tubuh korban terlindas ban kendaraan, dimana pada tempat yang terdapat tekanan justru tidak menunjukkan kelainan, kendaraan akan menepi sehingga terbentuk perdarahan tepi yang bentuknya sesuai dengan bentuk celah antara kedua kembang ban yang berdekatan.Perubahan warna pada memar berhubungan dengan waktu lamanya luka, namun waktu tersebut bervariasi tergantung jenis luka dan individu yang terkena. Tidak ada standar pasti untuk menentukan lamanya luka dari warna yang terlihat secara pemeriksaan fisik.

Luka memar dapat diklasifikasikan sebagai luka memar superficial

Luka memar dalam menandakan adanya akumulasi pendarahan lebih dalam dari lapisan kulit subkutan. Biasanya jenis luka ini memerlukan 1 sampai 2 hari untuk dapat terlihat di permukaan kulit.

c. Luka memar berbekas

(10)

luka sebelum kematian. Namun sulit menentukan secara pasti karena hal tersebut pun bergantung pada keahlian pemeriksa.

Gambar 2.3 Luka memar pada bagian dada kiri (Dikutip dari kepustakaan forensic pathology 2nd edition)

Terjadinya luka memar biasanya diawali oleh adanya suatu benturan /kekerasan dengan energi y ang cukup untuk mengganggu permeabilitas sel-selpembuluh darah sehingga terjadi pembengkakan di sekitar daerah tubuh yangterkena benturan. Pembengkakan ini ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan selsel sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstisial.

(11)

Proses perubahan struktur jaringan diatas yang sering disebut sebagai proses peradangan (inflamasi) memiliki beberapa variasi tergantung lokasi dan struktur jaringan disekitar luka memar. Apabila terjadi pada daerah jaringan ikatlonggar (mata, leher, atau pada lansia) maka luka memar y ang tampak seringkali

tidak sebanding dengan kekerasan, dalam arti lebih luas. Ada beberapa faktor yangmempermudah terjadinya luka memar (contusion), yaitu:

1. Jaringan lemak yang berada dibawah jaringan subkutan. 2. Kulit (epidermis) yang tipis.

3. Penyakit, seperti defisiensi vitamin K, penyakit kronis, hemophilia, sirosis, dan lain-lain.

(12)

kuman tersering adalah golongan clostridium yang dapat memproduksi gas gangrene (Idries, 2006)

Memperkirakan umur luka memar :

- Hari ke 1 : terjadi pembengkakan warna merah kebiruan - Hari ke 2 – 3 : warna biru kehitaman

- Hari ke 4 – 6 : biru kehijauan–coklat

- > 1 minggu-4 minggu : menghilang / sembuh

Lebam mayat atau livor mortis sering salah diinterpretasikan dengan luka memar. Livor mortis merupakan perubahan warna ungu kemerahan pada area mengikuti posisi tubuh disebabkan oleh akumulasi darah oleh pembuluh darah kecil secara gravitasi. Berikut ini perbedaan luka memar dengan lebam mayat: (Vincent dan Dominick, 2001).

Tabel 2. Perbedaan Luka Memar dan Lebam Mayat

LUKA MEMAR (Contusion, Bruise,) LEBAM MAYAT (Livor Mortis)

Intravital Post mortem

- Karena terjadi ekstravasasi darah maka dalam jangka waktu kurang 7 jam, warna memar tidak hilang pada penekanan.

- Jika lebih 7 jam darah sudah berpindah ke jaringan sehingga batasnya menjadi jelas.

Karena letaknya intravaskuler maka dalam jangka waktu kurang 7 jam, warna memar akan hilang. Batas tidak tegas karena hemoglobin yang berpindah ke jaringan.

Daerah sekitarnya terbentuk edema Daerah sekitarnya tidak terbentuk edema.

Tidak menghilang jika irisannya dibersihkan

Menghilang jika dicuci

Sel PMN ada Sel PMN tidak ada

Lokasinya tidak menentu Lokasinya pada bagian tubuh yang terendah

(13)

Kontusio pada otak, dengan perdarahan pada otak, dapat menyebabkan terjadi peradangan dengan akumulasi bertahap produk asam yang dapat menyebabkan reaksi peradangan bertambah hebat. Peradangan ini dapat menyebabkan penurunan kesadaran, koma dan kematian. Kontusio dan perdangan yang kecil pada otak dapat menyebabkan gangguan fungsi organ lain yang luas dan kematian jika terkena pada bagian vital yang mengontrol pernapasan dan peredaran darah.

Kontusio serebri adalah kerusakan jaringan otak tanpa disertai robeknya piamater. Istilah kontusio digunakan untuk menyatakan adanya cedera atau gangguan pada jaringan otak yang lebih berat dari konkusi (concussion), dengan memiliki karakteristik adanya kerusakan sel saraf dan aksonal, dengan titik-titik perdarahan kapiler dan edema jaringan otak. Terutama melibatkan puncak-puncak gyrus karena bagian ini akan bergesekan dengan penonjolan dan lekukan tulang saat terjadi benturan.7,8

Hampir seluruh kontusio otak superfisial, hanya mengenai daerah abu-abu. Beberapa dapat lebih dalam, mengenai daerah putih otak. Kontusio pada bagian superfisial atau daerah abu-abu sangat penting dalam ilmu forensik. Rupturnya pembuluh darah dengan terhambatnya aliran darah menuju otak menyebabkan adanya pembengkakan dan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, lingkaran kekerasan dapat terbentuk apabila kontusio yang terbentuk cukup besar, edema otak dapat menghambat sirkulasi darah yang menyebabkan kematian otak, koma, dan kematian total. Poin kedua terpenting dalam hal medikolegal adalah penyembuhan kontusio tersebut yang dapat menyebabkan jaringan parut yang akan menyebabkan adanya fokus epilepsi.

(14)

Perlu dipertimbangkan lokasi kontusio tipe superfisial yang berhubungan dengan arah kekerasan yang terjadi. Hal ini bermakna jika pola luka ditemukan dalam pemeriksaan kepala dan komponen yang terkena pada trauma sepeti pada kulit kepala, kranium, dan otak. Ketika bagian kepala terkena benda yang keras dan berat seperti palu atau botol bir, hasilnya dapat berupa, kurang lebihnya, yaitu abrasi, kontusio, dan laserasi dari kulit kepala. Kranium dapat patah atau tidak.

Gambar 9. Kontusio pada dasar lobus temporal dan frontal, disebut juga

burst lobe’ (Dikutip dari kepustakaan No.7)

(15)

Gambar 10. Lesi coup dan countrecoup sehubungan dengan mekanisme Cedera kepala (Dikutip dari kepustakaan No.7)

Pada pemeriksaan kepala penting untuk mengetahui pola trauma. Karena foto dari semua komponen trauma kepala dari berbagai tipe kadang tidak tepat sesuai dengan demontrasi yang ada, diagram dapat menjelaskan hubungan trauma yang terjadi. Kadang-kadang dapat terjadi hal yang membingungkan, dapat saja kepala yang diam dan terkena benda yang bergerak pada akhirnya akan jatuh atau mengenai benda keras lainnya, sehingga gambaran yang ada akan tercampur, membingungkan, yang tidak memerlukan penjelasan mendetail.

Tipe lain kontusio adalah penetrasi yang lebih dalam, biasanya mengenai daerah putih atau abu-abu, diliputi oleh lapisan normal otak, dengan perdarahan kecil atau besar. Perdarahan kecil dinamakan “ball haemorrhages” sesuai dengan bentuknya yang bulat. Hal tersebut dapat serupa dengan perdarahan fokal yang disebabkan hipertensi. Perdarahan yang lebih besar dan dalam biasanya berbentuk ireguler dan hampir serupa dengan perdarahan apopletik atau stroke. Anamnesis yang cukup mengenai keadaan saat kematian, ada atau tiadanya tanda trauma kepala, serta adanya penyakit penyerta dapat membedakan trauma dengan kasus lain yang menyebabkan perdarahan.

(16)

mempunyai riwayat hipertensi. Edema paru tipe neurogenik biasanya menyertai trauma kepala. Manifestasi eksternal yang dapat ditemui adalah “ foam cone” busa berwarna putih atau merah muda pada mulut dan hidung. Hal tersebut dapat ditemui pada kematian akibat tenggelam, overdosis, penyakit jantung yang didahului dekompensasio kordis. Keberadaan gelembung tidak membuktikan adanya trauma kepala.

c. Laserasi (Luka robek)

Suatu pukulan yang mengenai bagian kecil area kulit dapat menyebabkan kontusio dari jaringan subkutan, seperti pinggiran balok kayu, ujung dari pipa, permukaan benda tersebut cukup lancip untuk menyebabkan sobekan pada kulit yang menyebabkan laserasi. Laserasi disebabkan oleh benda yang permukaannya runcing tetapi tidak begitu tajam sehingga merobek kulit dan jaringan bawah kulit dan menyebabkan kerusakan jaringan kulit dan bawah kulit. Tepi dari laserasi ireguler dan kasar, disekitarnya terdapat luka lecet yang diakibatkan oleh bagian yang lebih rata dari benda tersebut yang mengalami indentasi (Vincent dan Dominick, 2001).

(17)

Gambar . Luka robek dengan terdapatnya jembatan jaringan (Dikutip dari kepustakaan forensic pathology 2nd edition)

Tepi dari laserasi dapat menunjukkan arah terjadinya kekerasan. Tepi yang paling rusak dan tepi laserasi yang landai menunjukkan arah awal kekerasan. Sisi laserasi yang terdapat memar juga menunjukkan arah awal kekerasan.

Bentuk dari laserasi dapat menggambarkan bahan dari benda penyebab kekerasan tersebut. Karena daya kekenyalan jaringan regangan jaringan yang berlebihan terjadi sebelum robeknya jaringan terjadi. Sehingga pukulan yang terjadi karena palu tidak harus berbentuk permukaan palu atau laserasi yang berbentuk semisirkuler. Sering terjadi sobekan dari ujung laserasi yang sudutnya berbeda dengan laserasi itu sendiri yang disebut dengan “swallow tails”. Beberapa benda dapat menghasilkan pola laserasi yang mirip.

(18)

tersebut tidak mengandung apendises meliputi kelenjar keringat, rambut dan struktur lain.

Perkiraan kejadian saat kejadian pada luka laserasi sulit ditentukan tidak seperti luka atau memar. Pembagiannya adalah sangat segera segera, beberapa hari, dan lebih dari beberapa hari. Laserasi yang terjadi setelah mati dapat dibedakan ddengan yang terjadi saat korban hidup yaitu tidak adanya perdarahan.

Laserasi dapat menyebabkan perdarahan hebat. Sebuah laserasi kecil tanpa adanya robekan arteri dapat menyebabkan akibat yang fatal bila perdarahan terjadi terus menerus. Laserasi yang multipel yang mengenai jaringan kutis dan sub kutis dapat menyebabkan perdarahan yang hebat sehingga menyebabkan sampai dengan kematian. Adanya diskontinuitas kulit atau membran mukosa dapat menyebabkan kuman yang berasal dari permukaan luka maupun dari sekitar kulit yang luka masuk ke dalam jaringan. Port d entree tersebut tetap ada sampai dengan terjadinya penyembuhan luka yang sempurna.

Bila luka terjadi dekat persendian maka akan terasa nyeri, khususnya pada saat sendi tersebut di gerakkan ke arah laserasi tersebut sehingga dapat menyebabkan disfungsi dari sendi tersebut. Benturan yang terjadi pada jaringan bawah kulit yang memiliki jaringan lemak dapat menyebabkan emboli lemak pada paru atau sirkulasi sistemik. Laserasi juga dapat terjadi pada organ akibat dari tekanan yang kuat dari suatu pukulan seperi pada organ jantung, aorta, hati dan limpa. Hal yang harus diwaspadai dari laserasi organ yaitu robekan yang komplit yang dapat terjadi dalam jangka waktu lama setelah trauma yang dapat menyebabkan perdarahan hebat (Idries, 2008).

B. Trauma Benda Tajam

(19)

peristiwa pembunuhan atau peristiwa bunuh diri.Luka yang disebabkan oleh benda yang berujung runcing dan bermata tajam dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu luka tusuk (stab wound), luka Iris (incised wound), luka bacok (chop wound).

Tabel 1. Perbedaan luka akibat benda tumpul dan benda tajam

Trauma Tumpul Tajam

Bentuk luka Tidak teratur Teratur

Tepi luka Tidak rata Rata

Jembatan jaringan Ada Tidak ada

Rambut Tidak ikut terpotong Ikut terpotong

Dasar luka Tidak teratur Berupa garis atau titik

Sekitar luka Ada luka lecet atau memar Tidak ada luka lain

Di dalam Ilmu Kedokteran Kehakiman luka akibat benda tajam yang dapat dijumpai terdapat dalam dua bentuk, yaitu luka iris dan luka tusuk, dan di dalam dunia kriminal luka-luka tersebut biasanya disebabkan oleh pisau. Bentuk luka yang disebabkan oleh pisau yang mengenai tubuh korban, dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:

1) Sifat-sifat dari pisau: bentuk, ketajaman dari ujung dan ketajaman dari kedua tepinya, bermata satu atau bermata dua

2) Bagaimana pisau itu mengenai dan masuk ke dalam tubuh. Jarang pisau masuk ke dalam tubuh dan keluar lagi dengan sudut serta arah yang sama, dengan demikian setiap luka tusuk merupakan perpaduan antara tusukan dengan irisan. Oleh karena itu, ukuran luka dimana pisau itu masuk ke dalam tubuh akan lebih besar dari ukuran lebar dari pisau itu sendiri.

(20)

Tabel 2.Ciri-ciri luka akibat kekerasan benda tajam pada kasus pembunuhan,

Luka tangkis Ada Tidak ada Tidak ada

Luka percobaan Tidak ada ada Tidak ada

Cedera sekunder Mungkin ada Tidak ada Mungkin ada

Ciri-ciri pembunuhan diatas dapat dijumpai pada kasus pembunuhan yang disertai perkelahian. Tetapi bila tanpa perkelahian maka lokasi luka biasanya pada daerah fatal dan dapat tunggal. Luka tangkis merupakan luka yang terjadi akibat perlawanan korban dan umumnya ditemukan pada telapak dan punggung tangan, jari-jari tangan, punggung lengan bawah dan tungkai. Pemeriksaan pada baju yang terkena pisau bertujuan untuk melihat interaksi antara pisau-kain-tubuh, yaitu melihat letak atau lokasi kelainan, bentuk robekan, adanya partikel besi (reaksi biru berlin dilanjutkan dengan pemeriksaan spektroskopi), serat kain dan pemeriksaan terhadap bercak darahnya.

Bunuh diri yang menggunakan benda tajam biasanya diarahkan pada tempat yang cepat mematikan, misalnya leher, dada kiri, pergelangan tangan, perut, dan lipat paha. Bunuh diri dengan senjata tajam tentu saja akan menghasilkan luka-luka pada tempat yang terjangkau oleh tangan korban serta biasanya tidak menembus pakaian karena umumnya korban menyingkap pakaian terlebih dahulu. Luka percobaan khas ditemukan pada kasus bunuh diri yang menggunakan senjata tajam, sehubungan dengan kondisi kejiwaan korban. Luka percobaan tersebut dapat berupa luka sayat atau luka tusuk yang dilakukan berulang dan biasanya sejajar.

Yang dimaksud kecelakaan pada tabel diatas adalah kekerasana tajam yang terjadi tanpa unsur kesengajaan misalnya kecelakaan industri dan kecelakaan pada kegiatan sehari-hari.

(21)

a. Luka tusuk

Luka tusuk disebabkan oleh benda tajam dengan posisi menusuk atau korban yang terjatuh di atas benda tajam. Bila pisau yang digunakan bermata satu, maka salah satu sudut akan tajam, sedangkan sisi lainnya tumpul atau hancur. Jika pisau bermata dua, maka kedua sudutnya tajam.

Penampakan luar luka tusuk tidak sepenuhnya tergantung dari bentuk senjata. Jaringan elastis dermis, bagian kulit yang lebih dalam, mempunyai efek yang sesuai dengan bentuk senjata. Harus dipahami bahwa jaringan elastis terbentuk dari garis lengkung pada seluruh area tubuh. Jika tusukan terjadi tegak lurus garis tersebut, maka lukanya akan lebar dan pendek. Sedangkan bila tusukan terjadi paralel dengan garis tersebut, luka yang terjadi sempit dan panjang.

Menikam atau menusuk biasanya dengan pisau, sering terjadi pada kasus pembunuhan dan pembantaian.6,7 Karakteristik dari alat tusuk:

1) Panjang, lebar dan ketebalan pisau 2) Satu atau dua sisi

3) Derajat dari ujung yang lancip

4) Bentuk belakang pada pisau satu sudut (bergerigi atau kotak) 5) Bentuk dari pelindung pangkal yang berdekatan dengan mata pisau 6) Adanya alur, bergerigi atau cabang dari mata pisau

7) Ketajaman dari sudut dan khususnya ujung dari mata pisau Karakteristik luka tusuk, dapat menerangkan tentang: 6,7

(22)

6) Arah luka

7) Banyaknya tenaga yang digunakan

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk luka tusuk, salah satunya adalah reaksi korban saat ditusuk atau saat pisau keluar, hal tersebut dapat menyebabkan lukanya menjadi tidak begitu khas. Atau manipulasi yang dilakukan pada saat penusukan juga akan mempengaruhi. Beberapa pola luka yang dapat ditemukan :

1) Tusukan masuk, yang kemudian dikeluarkan sebagian, dan kemudian ditusukkan kembali melalui saluran yang berbeda. Pada keadaan tersebut luka tidak sesuai dengan gambaran biasanya dan lebih dari satu saluran dapat ditemui pada jaringan yang lebih dalam maupun pada organ.

2) Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan mengarahkan ke salah satu sudut, sehingga luka yang terbentuk lebih lebar dan memberikan luka pada permukaan kulit seperti ekor.

3) Tusukan masuk kemuadian saat masih di dalam ditusukkan ke arah lain, sehingga saluran luka menjadi lebih luas. Luka luar yang terlihat juga lebih luas dibandingkan dengan lebar senjata yang digunakan.

4) Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan dengan mengggunakan titik terdalam sebagai landasan, sehingga saluran luka sempit pada titik terdalam dan terlebar pada bagian superfisial. Sehingga luka luar lebih besar dibandingkan lebar senjata yang digunakan.

5) Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya. Sudut luka berbentuk ireguler dan besar.

(23)

disebabkan oleh senjata yang lebih pendek dibandingkan apa yang didapatkan pada saat autopsi. Manipulasi tubuh untuk memperlihatkan posisi saat ditusuk sulit atau bahkan tidak mungkin mengingat berat dan adanya kaku mayat. Poin lain yang perlu dipertimbangkan adalah adanya kompresi dari beberapa anggota tubuh pada saat penusukan. Pemeriksa yang sudah berpengalaman biasanya ragu-ragu untuk menentukan jenis senjata yang digunakan.

Pisau yang ditusukkan pada dinding dada dengan kekuatan tertentu akan mengenai tulang rawan dada, tulang iga, dan bahkan sternum. Karakteristik senjata paling baik dilihat melalui trauma pada tulang. Biasanya senjata yang tidak begitu kuat dapat rusak atau patah pada ujungnya yang akan tertancap pada tulang. Sehingga dapat dicocokkan, ujung pisau yang tertancap pada tulang dengan pasangannya.

Petunjuk dari luka tusuk sering dianggap sebagai suatu masalah pembunuhan terutama sebagai persidangan, yang mengarah pada saat rekontruksi kejadian. Kejadian-kejadian penusukan sering bergerak dan dinamis sehingga korban jarang dalam keadaan statis. Penjelasan mengenai petunjuk berdasarkan gambaran luka dan jejak benda. Saat pisau dengan mata pisau kurang cukup besar, maka luka sering tampak terpotong bagian bawahnya mengenai jaringan subkutan. Pada otopsi, menjelaskan seperti pada luka tusuk didada, kadang saat di otopsi luka terletak dibawah puting. Pembedahan dari jaringan dan otot bisa mengungkapkan bahwa kerusakan dinding dada terletak di ICS berapa. Informasi ini menjadi petunjuk luka, mengambarkan jejak luka.2,3,6

(24)

1. Bagian dari tulang atau pengerasan tulang rawan 2. Ketajaman dari ujung pisau

3. Kecepatan datangnya pisau

4. Kulit yang elastis lebih mudah ditembus

5. Variasi ketebalan kulit terhadap pisau, kulit telapak kaki lebih tebal dari bagian tubuh lain.

6. Luka tembus yang disebabkan tusukan.

Pada kasus pembunuhan sering ditemukan adanya luka tusuk dengan jumlah yang banyak, karena dalam membunuh seseorang tidak hanya dengan satu tusukan saja, kecuali bila korbannya sedang tidur atau dalam keadaan yang sangat lemah atau bila korban diserang secara mendadak dan yang terkena adalah organ tubuh yang vital.7 Luka-luka tusuk pada kasus pembunuhan yang dilakukan dengan menggunakan pisau, lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan wanita.6

(25)

punggung lengan bawah dan tungkai. Pemeriksaan pada kain (baju) yang terkena pisau bertujuan untuk melihat interaksi antara pisau-kain-tubuh, yaitu melihat letak/lokasi kelainan, bentuk robekan, adanya partikel besi (reaksi biru berlin dilanjutkan dengan pemeriksaan spektroskopi), serat kain, dan pemeriksaan bercak darah.

Luka-luka pada tubuh korban dalam kasus bunuh diri dapat ditemukan pada daerah leher, daerah dada (letak jantung) dan daerah perut (letak lambung), dan biasanya luka yang didapatkan adalah luka tusuk. Selain luka tusuk tersebut, akan ditemukan pula luka-luka percobaan. Pada kasus bunuh diri, tidak akan dijumpai luka-luka yang menunjukkan adanya tanda-tanda perlawanan.7Pada tangan korban tidak jarang ditemukan pisau yang tergenggam dengan sangat kuat, ini disebabkan oleh kekakuan yang seketika (cadaveric spasm) pada otot-otot tangan korban yang menggenggam pisau. Kekakuan yang seketika ini, mencerminkan adanya faktor stress emosional dan intravitalitas. Dengan pisau yang ditemukan pada genggaman erat tangan korban dapat hampir dipastikan bahwa korban telah melakukan bunuh diri.7

Ciri luka tusuk (misalnya senjata pisau / bayonet) : Tepi luka rata

(26)

Sudut luka tajam

Sisi tumpul pisau menyebabkan sudut luka kurang tajam

 Sering ada memar / echymosis di sekitarnya

b. Luka Sayat (Cuts or incised wound)

Luka sayat ialah luka karena alat yang tepinya tajam dan timbulnya luka oleh karena alat ditekan pada kulit dengan kekuatan relativ ringan kemudian digeserkan sepanjang kulit sehingga syok traumatic tidak terjadi kecuali ditimbulkan oleh faktor–faktor yang lain seperti perdarahan. Komplikasi fatal dari luka iris yang paling sering terjadi adalah perdarahan sepsis.

Luka iris pada kasus bunuh diri paling sering terjadi di kerongkongan dan pergelangan tangan dan lengan bawah sisi fleksor. Seseorang biasanya memegang senjata dengan tangan kanannya dan memulai irisan dari sisi kiri ke sisi kanan, atau mungkin dia mengiris dari sisi kanan leher ke depan dan ke bawah. Seseorang yang kidal akan mengiris dirinya dengan cara yang sama, pada umumnya memulai irisan dari sisi kanan leher.

Ciri luka sayat : a) Pinggir luka rata b) Sudut luka tajam c) Rambut ikut terpotong d) Jembatan jaringan ( - )

(27)

c. Luka bacok (chop wound)

Luka bacok ialah luka akibat benda atau alat yang berat dengan mata tajam atau agak tumpul yang terjadi dengan suatu ayunan disertai tenaga yang cukup besar. Contoh : pedang, clurit, kapak, baling-baling kapal.

Ciri luka bacok : Luka biasanya besar

Pinggir luka rata

(28)

Hampir selalu menimbulkan kerusakan pada tulang, dapat memutuskan bagian

tubuh yang terkena bacokan

Kadang-kadang pada tepi luka terdapatmemar, aberasi

2.4 Aspek Hukum dengan cedera

1. Luka ringan

Pasal 352 KUHP: MAKS 3 BULAN 2. Luka sedang

a. PS 351 (2) KUHP: MAKS 2 TAHUN 8 BULAN

Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.

b. PS 353 (1) KUHP: MAKS 4 TAHUN

Penganiayaan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

3. Luka berat

a. PS 351 (3) KUHP: MAKS 5 TAHUN

Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

b. PS 353 (2) KUHP: MAKS 7 TAHUN

Jika perbuatan itu mengakibatka luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

c. PS 354 (1) KUHP: MAKS 8 TAHUN

Barang siapa sengaja melukai berat orang lain, diancam karena melakukan penganiayaan berat dengan pidana penjara paling lama delapan tahun.

d. PS 355 (1) KUHP: MAKS 12 TAHUN

(29)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Luka pada Ilmu Kedokteran Forensik merupakan salah satu bagian terpenting. Luka bisa terjadi pada korban hidup maupun korban mati. Luka bisa terjadi akibat kekerasan mekanik, kekerasan fisik, & kekerasan kimiawi. Luka dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis benda, yaitu akibat kekerasan benda tumpul, akibat benda tajam, akibat tembakan senjata api, akibat benda yang muda pecah, akibat suhu/temperatur, akibat trauma listrik, akibat petir, dan akibat zat kimia korosif.

Selain itu luka bisa diketahui waktu terjadinya kekerasan, apakah luka terjadi antemortem atau postmortem. Terkadang dari luka kita bisa mengetahui umur luka. Walaupun belum ada satupun metode yang digunakan untuk menilai dengan tepat kapan suatu kekerasan dilakukan mengingat adanya berbagai macam faktor yang mempengaruhinya; seperti faktor infeksi, kelainan darah, atau penyakit defisiensi.

(30)

3.2 Saran

1. Seorang dokter atau calon dokter harus belajar mendiskripsikan luka sehingga mampu membuat Visum et Repertum yang baik dan benar.

Gambar

Tabel 1. Perbedaan Luka Lecet Ante Motem dan Post Mortem
Gambar 2.1 Bentuk dari abrasi dapat menandakan jenis permukaan yang
Gambar 2.2 Impact abrasion pada sisi kanan wajah.
Gambar 2.3 Luka memar pada bagian dada kiri
+6

Referensi

Dokumen terkait

Bila kekerasan benda tumpul yang mengakibatkan luka memar terjadi pada jaringan longgar, seperti didaerah mata, leher, atau pada orang lanjut usia, maka luas

Trauma tumpul dapat terjadi dengan sebab yang bermacam-macam. Trauma adrenal kanan mendominasi kasus dan perdarahan adrenal bilateral luas terjadi pada individu

Trauma tumpul toraks biasanya disebabkan oleh karena kecelakaan lalu lintas, sedangkan trauma tembus toraks disebabkan oleh karena trauma tajam (tusukan benda tajam),

Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dari 66 sampel penelitian dalam variabel kombinasi trauma benda tumpul terdapat kelompok gabungan luka memar-luka lecet yang paling

Bila kekerasan benda tumpul yang mengakibatkan luka memar terjadi pada daerah dimana jaringan longgar, seperti didaerah mata, leher, atau pada orang yang lanjut

Luka karena irisan senjata tajam yang menyebabkan luka terbuka dengan pinggir rata, menimbulkan perdarahan banyak, jarang disertai memar di pinggir luka, semua.  jaringan otot,

Bila kekerasan benda tumpul yang mengakibatkan luka memar terjadi pada daerah dimana jaringan longgar, seperti didaerah mata, leher atau pada orang

 Sama seperti trauma tajam, trauma tumpul juga dikaitkan dengan bentuk dan ukuran benda yang mengenai mata, dimana benda tumpul memiliki ujung yang tumpul dan berukuran lebih besar