BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian tinea
Tinea adalah salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur.Jamur yang berperan dalam penyakit tinea adalah dermatofita.Dermatopita merupakan sekelompok jamur miselium yang menginfeksi keratin stratum korneum, rambut, dan kuku (Chadrasoma,2006).
Tinea adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya lapisan teratas pada kulit pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan jamur dermatofita(jamur yang menyerang kulit) (Adhi Djuanda, 2000).
B. Macam-macam tinea
Menurut Robin Graham-Brown (2005), macam-macam tinea terbagi dalam beberapa macam yaitu:
1. Tinea Vesikolor
Tinea vesikolor infeksi yang sering dijumpai ini disebabkan oleh pityrosporum orbicularis, yang hanya menginfeksi stratum korneum, rambut, dan kuku jarang terkena.Tinea vesikolor merupakan macula asimtomatik (daerah diskolorasi, hiperpigmentasi pada ras kulit terang dan hipopigmentasi pada ras kulit gelap).Sering dijumpai lesi multiple.
2. Tinea Pedis (Athlete’s Food)
Penyakit ini merupakan infeksi dermatofit yang tersering, biasanya terdapat rasa gatal pada daerah di sela-sela jari kaki yang berskuma, terutama diantara jari ketiga dengan keempat, dan keempat dengan kelima, atau pada telapak kaki.
3. Tinea Kruris
Penyakit ini lebih sering terjadi pada laki-laki dan jarang terjadi pada perempuan.Tepi eritematosa yang berskuama pelan-pelan menjalar kebawah paha bagian dalam dan meluas kearah belakang kedaerah prinium dan bokong.
Tinea ini secara khas mempunyai bagian tepi yang meradang, sedangkan bagian tengahnya bersih, tetapi penampakan seperti ini relative jarang.
5. Tinea Manum
Gambaran dari tinea ini biasanya pada telapak tangan terdapat lesi eritematoma dengan sedikit skuama, sedangkan pada punggung tangan gaambaran peradangan lebih jelas.
6. Tinea Unguium
Penyakit ini biasanya menyerang bagian tepi-tepi kuku biasanya dari bagian distal berupa guratan-guratan kekuningan pada lempengan kuku. Kemudian semakin lama seluruh kuku menjadi makin tebal, berubah warna, dan rapuh
7. Tinea Kapatis
Tinea kapatis biasanya menyerang pada anak-anak, jarang pada orang dewasa.Hal ini kemungkinan dikarenakan perubahan kandungan asam lemak dalam sebum pada saat menjelang pubertas.
C. Etiologi
Penyebab tinea adalah jamur dermatofita yang merupakan kelompok jamur berfilamen, yang terbagi dalam tiga genus yaitu, Trychophyton, Mycrosporum, dan Epidermophyton.Jamur ini dapat menginfeksi jaringan kreatin manusia maupun binatang (Mansjoer Arief, 2000).
D. Patofisiologi
Infeksi dimulai dari kolonisasi hifa, dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya dalam jaringan keratin yang mati.Hifa ini menghasilkan enzim keratolitik yang berdifusi kedalam jaringan epidermis, dan menimbulkan reaksi peradangan.Pertumbuhan jamur dengan pola radial didalam stratum korneum menyebabkan timbulnya lesi kulit, dengan batas yang jelas dan meninggi yang disebut ring wrom. (Mansjoer Arief, 2000).
Menurut Mansjoer Arief (2000), pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan pada penderita penyakit tinea, bahan pemeriksaan berupa kerokan kulit, rambut dan kuku. terlebih dahulu tempat kelainan dibersihkan dengan alkohol 70% kemudian dilakukan :
1. Kulit berambut halus (glabrous skin). Kelainan dikerok dengan pisau tumpul steril. Sisik kulit dikumpulkan pada gelas obyek.
2. Kulit berambut. Spesimen yang harus diambil adalah skauma, tunggul rambut dan isi rambut folikel. Sampel rambut diambil dengan forsep dan skauma dikerok dengan skapel tumpul. Rambut yang diambil adalah rambut yang goyah (mudah dicabut) pada daerah lesi. Pemeriksaan dengan lampu Wood dilakukan sebelum pengumpulan bahan untuk melihat kemungkinan adanya flouresensi didaerah lesi pada kasus-kasus tinea kapitis tertentu.
3. Kuku, bahan diambil dari permukaan kuku yang sakit, dipotong lalu dikerok sedalam dalamnya hingga mengenai seluruh tebal kuku. bahan dibawah kuku diambil juga.Sediaan basah dibuat dengan meletakkan bahan diatas gelas obyek, kemudian ditambah 1-2 tetes larutan KOH 20%.Tunggu 15-20 menit untuk melarutkan jaringan. Pemanasan diatas api kecil mempercepat proses pelarutan. Pada saat mulai keluar uap, pemanasan cukup. Bila terjadi penguapan, akan terbentuk kristal KOH sehingga mengganggu pembacaan.
Sedangkan pemeriksaan laboratorium menurut Siregar (2005) diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Kerokan kulit + KOH 10%: hifa positif.
Gambar: Tampak hifa dan spora (mikrokonidia)
Gambar: Trichophyton rubrum; koloni Downy
3. Sinar wood: fluoresensi positif.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tinea menurut Mansjoer Arief (2000). 1. Penatalaksanaan medis
a. Diagnosis yang tepat
b. Penentuan obat dilakukan dengan mempertimbangkan efektivitas, keamanan, daerah yang terkena yakni lokasi dan luas lesi. Stadium penyakit (akut atau kronis), jamur penyebab, karena adanya perbedaan kepekaan terhadap obat, serta harga sehingga dapat ditentukan apakah akan diberikan obat oral, topikal, atau pun kombinasi.
c. Mengefektifkan cara penggunaan obat :
Obat-obat sistemik dan topikal yang digunakan antara lain sistemik, meliputi:
a) Griseofulvin
Bersifat pungistatik dan bekerja hanya terhadap dermatofit.Dosis 0,5 -1 gram untuk orang dewasa dan 0,25 -0,5 gram untuk anak-anak sehari atau 10-25 mg/ kg BB. Dosis tunggal atau terbagi dan absopsi meningkat bila diberikan bersama makanan berlemak. Sediaan mikrosize500 mg, setara dengan sediaan ultra mikrosize 333 mg. Lama pengobatan bergantung pada lokasi penyebab, dan keadaan komunitas.Obat diberikan sampai gejala klinis membaik. Biasanya lebih kurang 1 bulan. Efeksampingnya ringan,misalnya sakit kepala mual atau diare dan reakasi fotosensitifitas pada kulit.
Ketonasol efektif untuk dermatofitosis.Pada kasus-kasus resisten terhadap griseofulfin, obat tersebut dapat diberikan 200mg /hari selama 3-4 minggu pada pagi hari setelah makan.Ketokonasal merupakan kontra indikasi untuk pasien kelainan hati. Itrakonazole merupakan derivat triazol yang berspekterum aktifitas invitro luas dan bersifat fungistatik.Dosis 100 mg perhari selama 2 minggu atau 200 mg per hari selama 1 minggu, memberi hasil baik pada tinea. Pada tinea ungulium dengan dosis 400 mg perhari selama seminggu tiap bulan dalam 2-3 bulan
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Menghilangkan atau mencegah fakto predisposisi. Fakttor tersebut antara lain adalah kelembabapan karena keringat atau lingkungan yang panas, iritasi oleh baju, orang sakit yang berbaring lama, friksi lipatan kulit pada orang gemuk, imunitas rendah.
b. Manghilangkan sumber penularan baik dari manusia, hewan,tanah maupun benda disekeliling yang mengandung elemen jamur. Spora dermatofit dapat bertahan hidup dalam waktu yang lama.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS TINEA PEDIS
A. Pengkajian
Anemnesis dilakukan untuk mengklasifikasikan suatu pemahaman sehingga perlu ada kesepakatan antara pemeriksa dan pasien.Wawancara harus efektif dan harus memahami perasaan pasien sehingga pasien lebih terbuka.Dibawah ini adalah wawancara pada pasien gangguan sistem integumen, sebagai data fokus.
Keluhan utama pasien dengan tinea pedis adalah gatal diantara jari-jari kaki. Penderita umnya memiliki riwayat berenang pada kolam yang digunakan secara umum atau kurangnya higienis pada kaki. Selain itu, juga dapat ditemukan pada orang yang dalam kehidupan sehari-hari banyak bersepatu tertutup diserai pperawatan kaki yang buruk, serta para pekerja dengan kaki yang selalu atau sering basah.
Tinea pedis yang tersering dilihat adalah bentuk interdigitalis. Di antara jari IV dan V terlihat fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis. Kelainan ini dapat meluas ke bawah jari (subdigital) dan juga ke sela jari yang lain. Oleh karena daerah ini lembap, maka sering dilihat maserasi. Aspek klinis maserasi berupa kulit putih dan rapuh. Bila bagian kulit yang mati ini dibersihkan, maka akan terlihat kulit baru, yang pada umumnya juga telsh diserang oleh jamur. Bentuk klinis ini dapat berlangsung bertahun-tahun dengan menimbulkan sedikit keluhan atau tanpa keluhan sama sekali. Pada suatu saat kelainan ini dapat disertai infeksi sekunder oleh bakteri sehingga terjadi selulitis, limfagitis, limfadenitis, dan dapat pula terjadi erisipelas, yang disertai gejal-gejal umum. Pada bentuk subakut terlihat vesikel, vesiko-pustul dan kadang bula. Kelainan ini dapat dimulai pada daerah sela jari, kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Isi vesikel berupa cairan jernih yang kental. Setelah pecah, vesikel tersebut meninggalkan sisik yang berbentuk lingkaran.
B. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan pola tidur / istirahat b.d gatal/pruritus
2. Gangguan konsep diri (body image) b.d perubahan penampilan fisik 3. Kerusakan integritas kulit b.d lesi akibat efek dari garuk
C. Intervensi
Tujuan: klien dapat menjelaskan dan mampu menerapkan tehnik untuk mempermudah tidur dalam waktu 1x24 jam
Kriteria hasil:
a. Klien dapat menjelaskan faktor-faktor penghambat tidur. b. Dapat mengidentifikasi tehnik untuk mempermudah tidur.
Intervensi Rasional
Identifikasi faktor-faktor penyebab tidak bisa tidur dan penunjang keberhasilan tidur
Untuk mengetahui penyebab klien tidak bisa tidur.
Agar perkembangan jamur terhenti keperawatan untuk memberi sedikit mungkin gangguan selama periode tidur
Agar klien mengerti tentang tindakan yang diberikan selama priode tidur.
2. Gangguan konsep diri (body image) b.d perubahan penampilan fisik
Tujuan: klien mampu menunjukkan peningkatan konsep diri dalam waktu 3x24 jam Kriteria hasil:
a. Dapat menyatakan dan menunjukkan peningkatan konsep diri.
b. Dapat menunjukkan adaptasi yang baik dan menguasai kemampuan diri.
Intervensi Rasional
Dorong klien untuk menyatakan perasannya, terutama cara ia merasakan sesuatu, berpikir, atau memandang dirinya sendiri.
Agar klien dapat
mengekspresikan perasaan yang dirasakan
Dorong klien untuk mengajukan pertanyaan mengenai masalah kesehatan, pengobatan, dan kemajuan pengobatan dan kemungkinan hasilnya
Untuk mengevaluasi atas tindakan yang telah diberikan.
Beri informasi yang dapat dipercaya dan menguatkan informasi yang telah diberikan
Agar klien yakin dan percaya atas keadaannya
diri, gangguan citra tubuh, dan perubahan
3. Kerusakan integritas kulit b.d lesi akibat efek dari garuk
Tujuan: kondisi klien menunjukkan kemajuan dalam perbaikan integritas kulit dalam waktu 7x24 jam
Kriteria hasil:
a. Area terbebas dari infeksi lanjut. b. Kulit bersih, kering, dan lembab.
Intervensi Rasional
Kaji keadaan kulit Untuk mengetahui kondisi dan keadan umum klien.
Kaji perubahan warna kulit Untuk mengetahui perubahan kulit yang dialami klien.
Pertahankan agar area luka tetap bersih dan kering
Untuk mencegah terjadinya infeksi
Anjurkan klien untuk memakai pakaian ( baju, celana, dalam, kaus kaki) yang mudah menyerap keringat
Untuk memodifikasi lingkungan untuk mempercepat proses penyembuhan klien
Chadrasoma, Parakrama. 2006. Ringkasan Patologi Anatomi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC Djuanda, Adhi. 1993. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Edisi 2. Jakarta: Fakultas Kedokteran
UI
Nanda Internasional.(2009). Diagnosis Keperawatan NANDA 2009-2011. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.