• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Analisa Komponen Kimia Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Cakar Harimau (Citrus Medica L. var. Sarcodactylus) Dengan GC-MS Dan Uji Antioksidan Menggunakan Metode DPPH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Analisa Komponen Kimia Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Cakar Harimau (Citrus Medica L. var. Sarcodactylus) Dengan GC-MS Dan Uji Antioksidan Menggunakan Metode DPPH"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tumbuhan Jeruk Cakar harimau (Citrus medica L. var.sarcodactylis)

Tumbuhan Jeruk Cakar harimau (Citrus medica L.var.sarcodactylis)

secara morfologi memiliki tinggi batang mencapai 2 m, Daun var Citrus medica

L.. sarcodactylis berbentuk lonjong, cabang tidak teratur dan

memiliki duri tajam. Panjang daun 4 hingga 6-inci, berwarna hijau pucat,

berbentuk bulat panjang, bergerigi daun sangat aromatik bila diremas. Bunganya

berwarna putih dengan ujung bunga berwarna sedikit merah keunguan

dan beraroma wangi. Masa berbunga tanaman ini berlangsung sepanjang tahun,

waktu berbunga terbanyak adalah pada musim semi dan musim gugur.

Buah Jeruk Cakar harimau adalah termasuk jenis sitrun yang memiliki

bentuk menyerupai "jari". Pada saat masih kecil buah berwarna hijau muda

setelah besar dan matang akan berubah menjadi warna kuning.

Tumbuhan ini memiliki jenis pertumbuhan pohon lambat dan harus terkena

paparan matahari penuh. Daerah asalnya diyakini dari daerah cina dan pinggiran

Myanmar, dan dikenal dengan nama Jeruk Sukade. Sedangkan di Indonesia

tumbuh di daerah Nanggroe Aceh Darusallam, yang dikenal dengan nama Jeruk

Cakar harimau (Saunt, James, 2000).

Klasifikasi kulit buah jeruk cakar harimau hasil identifikasi tumbuhn

Laboratorium Herbarium Medanense (MEDA) Universitas Sumatera Utara

sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Rutales

Famili : Rutaceae

(2)

Species : Citrus medica L.var. sarcodactylus

Nama Lokal : Jeruk Cakar Harimau

(Citrus medica L.var. sarcodactylus)

Gambar. 2.1 Tanaman Jeruk Cakar Harimau (Citrus medica L.var.

sarcodactylus)

2.1.1. Manfaat tumbuhan Jeruk Cakar harimau

Pemanfaatan Jeruk Cakar harimau digunakan sebagai bahan masakan dan

bahan obat tradisional. Dalam masakan, Tumbuhan jeruk cakar harimau banyak

dimanfaatkan orang-orang sebagai campuran dalam salad atau bahan yang

dipakai untuk melumuri ikan supaya tidak amis. Selain itu juga digunakan

(3)

memberikan sentuhan asam. Di daerah asalnya di Cina, jeruk ini sering

digunakan sebagai bahaSedangkan dalam dunia pengobatan, Buah jeruk Cakar

harimau yang telah matang (jatuh pohon) memiliki kandungan senyawa antara

lain hesperidin, esscense oil, herperedin oil, dan asam kalak. Buah dalam kondisi

seperti inilah yang dimanfaatkan oleh para sinse sebagai bahan obat tradisonal.

Buah yang betul-betul matang atau matang pohon diiris tipis-tipis ,kemudian

dikeringkan tanpa cahaya matahari. Air rebusan bahan kering ini dapat

menyembuhkan maag, memperbaiki pencernaan makanan, dan menghilangkan

masuk angin. Rebusan kuncup daunnya juga dapat untuk menyembuhkan perut

cacingan (Trevor, 1995).

2.2. Minyak Atsiri

Minyak atsiri adalah salah satu kandungan tanaman yang sering disebut

minyak terbang. Minyak atsiri dinamakan demikian karena minyak tersebut

mudah menguap. Selain itu, minyak atsiri juga disebut essential oil (dari kata

essence) karena minyak tersebut memberikan bau pada tanaman

(Koensoemardiyah, 2010).

Minyak atsiri, minyak mudah menguap, atau minyak terbang merupakan

campuran senyawa yang berwujud cairan atau padatan yang memiliki komposisi

maupun titik didih yang beragam, penyulingan dapat didefinisikan sebagai

proses pemisahan komponen-komponen suatu campuran yang terdiri atas dua

cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap atau berdasarkan perbedaan

titik didih komponen-komponen senyawa tersebut (Sastrohamidjojo, 2004).

Minyak atsiri memiliki kandungan komponen aktif yang disebut

terpenoid atau terpena. Jika tanaman memiliki kandungan senyawa ini, berarti

tanaman tersebut memiliki potensi untuk dijadikan minyak atsiri. Zat inilah yang

mengeluarkan aroma atau bau khas yang terdapat pada banyak tanaman (Yuliani

dan Satuhu, 2012). Minyak atsiri bukan merupakan senyawa tunggal, tetapi

tersusun dari berbagai komponen kimia, seperti alkohol, fenol, keton, ester,

aldehida, dan terpena. Bau khas yang ditimbulkan nya sangat tergantung dari

(4)

Sebagai contoh, minyak atsiri yang banyak mengandung fenol (misalnya minyak

sirih, Piper betle)berkhasiat sebagai antiseptik. Minyak sirih ini mampu

membunuh kuman seperti halnya karbol atau lisol sehingga minyak atsiri ini

sering digunakan sebagai obat cuci hama (Gunawan, 2007).

Pada dasarnya semua minyak atsiri mengandung campuran senyawa kimia dan

biasanya campuran tersebut sangat kompleks. Beberapa tipe senyawa organik

mungkin terkandung dalam minyak atsiri, seperti hidrokarbon, alcohol, oksida,

ester, aldehida dan eter. Sangat sedikit sekali yang mengandung satu jenis

komponen kimia yang persentasenya sangat tinggi. Yang menentukan aroma

minyak atsiri biasanya komponen yang persentasenya tinggi. Walaupun begitu,

kehilangan satu komponen yang persentasenya kecil pun dapat memungkinkan

terjadinya perubahan aroma minyak atsiri tersebut (Agusta, 2000).

Berdasarkan jumlah atom karbon atau unit isopren yang membentuk senyawa

terpen/terpenoid dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Fessenden &

Fessenden,1992):

Tabel 2.1. Klasifikasi Senyawa Terpenoid

No. Kelompok Jumlah Atom Karbon (C)

1.

Monoterpen merupakan kandungan utama minyak atsiri yang banyak

terdapat dalam tanaman dan berfungsi memberikan aroma. Kelompok senyawa

ini memiliki aroma dan rasa yang sangat khas dan banyak digunakan dalam

industri makanan dan kosmetik sebagai citarasa dan parfum. Monoterpen

terdapat dalam kelenjar daun tanaman serta di kulit dan kupasan buah. Minyak

(5)

Gas (KG) dapat membuktikan adanya ratusan komponen tunggal, banyak

diantaranya berupa monoterpenoid. Monoterpen dapat berupa senyawa alifatik

(asiklik atau rantai lurus) atau siklik (jenuh, sebagian tak jenuh atau sepenuhnya

aromatik) (Heinrich,2009). Beberapa struktur kimia monoterpen dapat dilihat

pada gambar 2.2.

Gambar 2.2. Struktur Monoterpen

Seskuiterpen memiliki sifat-sifat yang mirip dengan monoterpen dan merupakan

kandungan dalam banyak minyak atsiri (Heinrich, 2009). Beberapa struktur

seskuiterpen dapat dilihat pada gambar 2.3.

(6)

Gambar 2.3. Struktur Seskuiterpen

2.3. Sumber Minyak Atsiri

Minyak atsiri terdapat pada tumbuhan dan biasanya diperoleh dari bagian

tertentu dari tumbuhan seperti bunga, buah, akar, daun, kulit kayu, dan rimpang.

Kandungan minyak atsiri tidak akan selalu sama antara bagian satu dengan

bagian lainnya. Misalnya kandungan minyak atsiri yang terdapat pada kuntum

bunga cengkih berbeda dengan pada bagian tangkai bunga maupun daun.

Berikut ini beberapa contoh tanaman sumber minyak atsiri dan bagian tanaman

yang mengandung minyak atsiri:

• Akar : akar wangi, kemuning.

• Biji : alpukat, kasturi, lada, pala,seledri, wortel, nagasari.

• Buah : adas, jeruk, jintan, kemukus, ketumbar.

• Bunga : cempaka kuning, cengkih, daun seribu, kenanga, melati, sedap malam,

srikanta, srigading.

• Daun : cemara gimbul, cemara kipas, cengkih, sereh wangi, kaki kuda,

kemuning,kunyit, selasihan, semanggi, sirih.

• Kulit kayu: kayu manis, akasia, kayu teja, selasihan.

(7)

• Rimpang : jahe, jeringau, kencur, lengkuas, lempuyang sari, temu hitam, temu

lawak

• Seluruh bagian : akar kucing, bandotan, inggu, selasih, sudamala, trawas

(Tony,1994).

Ditinjau dari sumber alami minyak atsiri, substansi mudah menguap ini

dapat dijadikan sebagai sidik jari atau ciri khas dari suatu jenis tumbuhan karena

setiap tumbuhan menghasilkan minyak atsiri dengan aroma yang berbeda.

Dengan kata lain, setiap jenis tumbuhan menghasilkan minyak atsiri dengan

aroma yang spesifik (Agusta,2000).

Minyak atsiri dihasilkan di dalam tubuh tanaman dan kemudian disimpan

dalam berbagai organ. Penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri dibuat

dalam kelenjar minyak atsiri. Kelenjar minyak atsiri ada yang terdapat di dalam

tanaman (disebut kelenjar internal) dan di luar tanaman (disebut kelenjar

eksternal). Kelenjar internal terbentuk oleh masuknya minyak atsiri yang semula

ada di luar sel, yang kemudian merusak sel-sel disekitarnya sehingga

terbentuklah saluran semacam organ dengan minyak atsiri di dalamnya. Ada

kemungkinan sel-sel di sekitarnya kemudian larut dan membentuk kelompok sel

yang disebut kelenjar dan kemungkinan suatu deretan sel terlarut sehingga

membentuk saluran yang didalamnya berisi minyak atsiri. Kelenjar eksternal

berupa sel-sel permukaan (lazim disebut sel epidermis). Produk dari kelenjar

(minyak atsiri) biasanya tertimbun di antara kutikula (lapisan sel terluar) dan

dinding sel antara suatu sel dengan sel yang lain. Kutikula berupa lapisan tipis,

bila kutikula pecah minyak atsiri akan keluar sehingga bau minyak atsiri akan

menyebar (Koensoemardiyah, 2010).

2.4. Khasiat dan Manfaat Minyak Atsiri

Kegunaan minyak atsiri sangat luas dan spesifik, khususnya dalam

berbagai bidang industri. Banyak contoh kegunaan minyak atsiri, antara lain

dalam industri kosmetik (sabun, pasta gigi, sampo, lotion), dalam industri

makanan digunakan sebagai bahan penyedap atau penambah cita rasa, dalam

(8)

industri farmasi atau obat-obatan (antinyeri, antiinfeksi, pembunuh bakteri),

dalam industri bahan pengawet bahkan digunakan pula sebagai insektisida

(Tony, 1994).

Minyak atsiri merupakan preparat antimikroba alami yang dapat bekerja

terhadap bakteri, virus, dan jamur yang telah dibuktikan secara ilmiah oleh

banyak peneliti (Yuliani dan Satuhu, 2012). Minyak daun sirih (Piper betle)

adalah salah satu minyak atsiri yang bersifat sebagai antibakteri. Minyak ini

dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri merugikan seperti

Escherichia coli, Salmonella sp, Staphylococcus aureus dan Pasteurella.

Minyak adas, lavender (Lavandula officinalis), dan eukaliptus (Eucalyptus

globulus)dapat digunakan sebagai antiseptik (Agusta, 2000).

Minyak gandapura, chamomil, cengkih, lavender, dan permen termasuk

jenis-jenis minyak atsiri yang mempunyai efek sebagai analgesik sehingga

minyak tersebut sering digunakan untuk menghilangkan rasa sakit karena

pegal-pegal atau sakit gigi. Sementara itu, minyak yang mengandung senyawa

citronella seperti minyak serai wangi, Cinnamomum camphora dan eucalyptus

memiliki aktivitas sebagai insektisida. Minyak atsiri yang berkhasiat sebagai

antiinflamasi (menghilangkan peradangan) adalah minyak lavender. Minyak ini

biasanya hanya digunakan untuk mengatasi inflamasi ringan, seperti luka bakar.

Senyawa lain dalam minyak yang direkomendasikan efektif untuk

menghilangkan bau badan/ deodoran adalah geraniol, patchoulol, dan linalool.

Senyawa-senyawa tersebut terdapat pada minyak nilam, jahe, pala, dan serai

wangi (Yuliani dan Satuhu, 2012). Beberapa khasiat minyak atsiri yang sering

(9)

Tabel 2.2. Aktivitas biologis minyak atsiri yang sering digunakan untuk

terapi-aroma

Nama

Tumbuhan Nama Daerah Khasiat

Abies alba

2.5. Isolasi Minyak Atsiri

Isolasi minyak atsiri adalah usaha memisahkan minyak atsiri dari tanaman atau

bagian tanaman asal. Minyak atsiri dalam tanaman terdapat pada bagian dalam

rambut kelenjar dan sel kelenjar. Bila tanaman itu tetap utuh, minyak atsiri tetap

berada dalam kelenjar pada batang tanaman sehingga sukar untuk dipisahkan.

(10)

pelarut lain yang sampai ke tempat minyak tersebut, yang selanjutnya akan

membawa butir-butir minyak menguap secara bersamaan. Agar minyak atsiri itu

lebih cepat kontak dengan penyari maka bagian-bagian tanaman harus

dipotong-potong (Koensoemardiyah, 2010). Pada dasarnya pemotongan merupakan upaya

menjadikan bahan tanaman menjadi lebih kecil hingga mempermudah lepasnya

minyak atsiri setelah bahan tersebut ditembus uap (Sastrohamidjojo, 2004).

2.5.1. Penyulingan

Penyulingan adalah proses pemisahan antara komponen cair atau padat dari dua

macam campuran atau lebih berdasarkan perbedaan titik uapnya dan dilakukan

untuk minyak atsiri yang tidak larut dalam air (Yuliani dan Satuhu, 2012).

Dalam industri minyak atsiri dikenal tiga metode penyulingan (hidrodestilasi)

yaitu :

1. Penyulingan dengan air (water distillation)

Pada metode ini, bahan tanaman yang akan disuling mengalami kontak

langsung dengan air mendidih. Ciri khas model ini yaitu adanya kontak langsung

antara bahan dan air mendidih. Oleh karena itu, sering disebut penyulingan

langsung (Tony, 1994). Perbandingan jumlah air perebus dan bahan baku dibuat

seimbang, sesuai dengan kapasitas ketel. Bahan yang telah mengalami proses

pendahuluan seperti perajangan dan pelayuan dimasukkan dan dipadatkan.

Selanjutnya ketel ditutup rapat agar tidak terdapat celah yang mengakibatkan

uap keluar (Armando, 2009).

2. Penyulingan uap dan air (water and steam distillation)

Bahan tanaman yang akan diproses secara penyulingan uap dan air

ditempatkan dalam suatu tempat yang bagian bawah dan tengah

berlobang-lobang yang ditopang di atas dasar alat penyulingan. Bagian bawah alat

penyulingan diisi air sedikit di bawah dimana bahan ditempatkan. Air

dipanaskan dengan api seperti pada penyulingan air di atas. Bahan tanaman yang

akan disuling hanya terkena uap dan tidak terkena air yang mendidih

(11)

prinsipnya, metode penyulingan ini menggunakan uap bertekanan rendah.

Keuntungan dari metode ini yaitu penetrasi uap terjadi secara merata ke dalam

jaringan bahan dan suhu dapat dipertahankan sampai 1000 C. Lama penyulingan

relatif lebih singkat, randemen minyak lebih besar dan mutunya lebih baik jika

dibandingkan dengan minyak hasil dari system penyulingan dengan air

(Armando, 2009).

3. Penyulingan dengan uap (steam distillation)

Cara ketiga dikenal sebagai penyulingan uap dan perangkatnya mirip

dengan kedua alat penyuling sebelumnya hanya saja tidak ada air di bagian

bawah alat. Uap yang digunakan lazim memiliki tekanan yang lebih besar

daripada tekanan atmosfer dan dihasilkan dari hasil penguapan air yang berasal

dari suatu pembangkit uap air. Uap air yang dihasilkan kemudian dimasukkan ke

dalam alat penyulingan (Sastrohamidjojo, 2004).

2.5.2. Ekstraksi Minyak atsiri

Ekstraksi adalah proses penarikan komponen aktif (minyak atsiri) yang

terkandung dalam tanaman menggunakan bahan pelarut yang sesuai dengan

kelarutan komponen aktifnya. Ekstraksi minyak atsiri dapat dilakukan dengan

tiga cara yaitu :

1. Ekstraksi dengan pelarut menguap (solvent extraction)

Prinsipnya sederhana yaitu minyak atsiri yang terkandung di dalam

bahan dilarutkan dalam pelarut organik yang mudah menguap. Cara kerja

ekstraksi menggunakan pelarut menguap yaitu dengan memasukkan bunga yang

akan diekstraksi ke dalam alat ekstraktor khusus, kemudian ekstraksi

berlangsung pada suhu kamar dengan menggunakan pelarut. Pelarut akan

berpenetrasi ke dalam bunga sehingga melarutkan minyak bunga beserta lilin,

albumin, dan zat warna. Hal itu mengakibatkan warna minyak yang diproses

dengan cara ini akan menghasilkan minyak dengan warna kuning kecoklatan

(12)

2. Ekstraksi dengan lemak dingin (enfluorasi)

Enfluorasi merupakan cara terbaik untuk menarik minyak atsiri yang

terdapat dalam bunga. Hal itu karena prosesnya dilakukan dalam suasana dingin

sehingga kandungan minyak atsirinya tidak cepat menguap. Untuk proses

enfluorasi dibutuhkan lemak dingin yang berfungsi sebagai adsorban atau

penyerap minyak atsiri dari bunga.

3. Ekstraksi dengan lemak panas (maserasi)

Maserasi merupakan salah satu proses ekstraksi yang dilakukan melalui

perendaman bahan baku dengan pelarut organik (Yuliani dan Satuhu, 2012).

Cara maserasi dapat digunakan untuk bahan yang lunak dan untuk bahan yang

keras (telah dirajang). Selama perendaman minyak atsiri yang keluar dari bahan

(sampel) akan berinteraksi dengan lemak, minyak atsiri kemudian dipisahkan.

Untuk memisahkan minyak atsiri dari lemak, diekstraksi dengan alkohol

(Guenther, 1997).

2.5.3. Pengepresan

Sistem pengepresan pada umumnya dilakukan untuk bahan berbentuk

biji.. Alat ini bekerja dengan menekan atau mengepres bahan baku sehingga

sel-sel di dalam bahan akan pecah dan mengeluarkan minyak atsiri (Yuliani dan

Satuhu, 2012).

2.6. Kromatografi Gas – Spektrometer Massa

Minyak atsiri yang mudah menguap dapat dianalisis dengan GC-MS. GC

(Gas Cromatografi berfungsi untuk memisahkan komponen-komponen minyak

atsiri dan MS (Mass Spektra) berfungsi untuk menentukan berat molekul tiap

komponen berdasarkan fragmentasi. Ketika suatu uap senyawa organik

dilewatkan pada ruang ionisasi spektrometer massa, senyawa ini akan ditembak

dengan elektron berenergi tinggi dan melemparkan elektron berenergi tinggi dan

melemparkan elektron dari senyawa tersebut. Senyawa yang kehilangan

(13)

(Dachriyanus, 2004). Pada sistem GC – MS yang berfungsi sebagai detektor

adalah spektrometer massa yang terdiri dari sistem analisis dan sistem ionisasi,

dimana Electron Impact (EI) adalah metode yang umum digunakan (Agusta,

2000).

2.6.1. Kromatografi Gas (KG)

Kromatografi gas merupakan proses pemisahan dimana fase geraknya

berupa gas dan fase diam umumnya suatu cairan, tetapi dapat berupa zat padat

dan zat cair (Depkes RI, 1995). Prinsip dasar kromatografi gas melibatkan

volatilisasi atau penguapan sampel dalam injektor, pemisahan

komponen-komponen dalam campuran, dan deteksi tiap komponen-komponen dengan detektor.

Kromatografi gas digunakan untuk memisahkan komponen campuran kimia

dalam suatu bahan berdasarkan polaritas campuran (Eaton,1989).

Komponen-komponen utama pada Kromatografi Gas :

1. Fase gerak

Fase gerak pada KG juga disebut dengan gas pembawa karena tujuan

awalnya adalah untuk membawa solut ke kolom (Rohman, 2009). Fase gerak

akan membawa campuran sampel menuju kolom. Campuran dalam fase gerak

akan berintegrasi dengan fase diam (Eaton, 1989). Faktor yang menyebabkan

suatu senyawa bergerak melalui kolom kromatografi gas adalah sifat mudah

menguap dari cuplikan, aliran gas pembawa melalui kolom dapat terjadi karena

perbedaan tekanan pada ujung masuk dan ujung keluar dari kolom tersebut. Gas

pembawa yang sering dipakai adalah Helium (He), Argon (Ar), Nitrogen (N2),

dan Karbondioksida (CO2). Gas pembawa yang dipakai harus disesuaikan

dengan jenis detektornya (Adnan Mochamad, 1997).

2. Ruang suntik sampel

(14)

3. Kolom

Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena di

dalamnya terdapat fase diam. Oleh karena itu, kolom merupakan komponen

sentral pada KG (Rohman, 2009). Keberhasilan suatu proses pemisahan

terutama ditentukan oleh pemisahan kolom (Agusta, 2000). Kolom dapat dibuat

dari tembaga, kuningan, aluminium, zat sintetik atau gelas, berbentuk lurus,

melengkung, ataupun gulungan spiral sehingga lebih menghemat ruang

(Herman, Goofried, 1988).

4. Detektor

Komponen utama selanjutnya dalam kromatografi gas adalah detektor.

Detektor merupakan perangkat yang diletakkan pada ujung kolom tempat keluar

fase gerak (gas pembawa yang membawa komponen hasil pemisahan. Detektor

pada kromatografi adalah suatu sensor elektronik yang berfungsi mengubah

sinyal gas pembawa dan komponen-komponen di dalamnya menjadi sinyal

elektronik (Rohman, 2009). Fungsi detektor (terletak pada ujung kolom

pemisah) untuk mengukur kuantitas dari komponen yang telah dipisahkan yang

ada dalam aliran gas pembawa yang meninggalkan kolom. Kolom dari detektor

diumpan ke sebuah perekam yang menghasilkan suatu kurva yang disebut

kromatogram (Griter,J.Roy, 1991).

5. Komputer

Kromatografi Gas modern menggunakan komputer yang dilengkapi

dengan perangkat lunaknya (software) untuk digitalisasi sinyal detektor

(Rohman, 2009).

2.6.2. Spektrometer Massa

Spektrometer massa adalah suatu alat berfungsi untuk mendeteksi

masing-masing molekul komponen yang telah dipisahkan pada sistem

kromatografi gas (Agusta,2000). Spektrometer massa adalah suatu instrument

(15)

spektrum sesuai dengan perbandingan massa terhadap muatan (m/z) dan

merekam kelimpahan relatif tiap jenis ion yang ada. Spektrometer massa dapat

digunakan untuk mengukur perbandingan massa ion terhadap muatan, untuk

menetapkan kelimpahan ion dan untuk mempelajari proses ionisasi (Depkes

RI,1995). Spektrometri massa pada umumnya digunakan untuk : menentukan

massa molekul, menentukan rumus molekul dengan menggunakan spektrum

Massa Beresolusi Tinggi (High Resolution Mass Spectra) dan untuk mengetahui

informasi dari struktur dengan melihat pola fragmentasinya (Silverstein, 1986).

Spektrometer massa bekerja melalui 4 tahap yaitu :

1. Ionisasi

Ada beberapa metode ionisasi untuk analisis spektrometer massa.

Electron Impact ionization (EI) adalah metode ionisasi yang umum digunakan.

Sampel diuapkan pada kondisi hampa udara pada tekanan 10-4 sampai 10-6

mmHg pada suhu tertentu. Sampel yang berupa uap akan diteruskan ke dalam

ruang pengion. Di dalam ruang pengion ini, sampel dibombardir dengan arus

electron sekitar 70 eV sehingga terbentuk ion molekul. Kemudian ion molekul

tersebut terpecah lagi menjadi ion-ion yang lebih kecil (Agusta, 2000).

2. Akselerasi

Ion yang terbentuk akan diakselerasi sehingga seluruhnya akan

mempunyai energi kinetik yang sama. Ion positif akan ditolak dari ruang ionisasi

dan seluruh ion diakselerasikan menjadi sinar ion yang terfokus dan tajam.

3. Defleksi

Ion didefleksikan (dibelokkan) oleh medan magnet sesuai dengan

massanya. Besarnya defleksi tergantung pada : massa ion yaitu ion yang

memiliki massa kecil akan lebih terdefleksi dari yang berat dan muatan ion yaitu

ion yang mempunyai 2 atau lebih muatan positif akan lebih terdefleksi dari yang

hanya mempunyai satu muatan positif. Kedua faktor ini digabung menjadi rasio

(16)

(atau kadang-kadang dengan m/e). Sebagai contoh : jika suatu ion memiliki

massa 56 dan muatannya adalah 2+ , maka ion ini akan mempunyai rasio m/z

28.

4. Deteksi

Ion yang melewati mesin akan dideteksi secara elektrik (Dachriyanus,

2004). Dari analisis GC-MS akan diperoleh dua informasi dasar, yaitu hasil

analisis kromatografi gas yang ditampilkan dalam bentuk kromatogram dan hasil

analisis spektrometri massa yang ditampilkan dalam bentuk spektrum massa.

Dari kromatogram dapat diperoleh informasi mengenai jumlah komponen kimia

yang terdapat dalam campuran yang dianalisis yang ditunjukkan oleh jumlah

puncak yang terbentuk pada kromatogram dengan kuantitasnya masing-masing.

Spektrum massa hasil analisis sistem spektroskopi massa merupakan gambaran

mengenai jenis dan jumlah fragmen molekul yang terbentuk dari suatu

komponen kimia. Setiap fragmen yang terbentuk dari pemecahan suatu

komponen kimia memiliki berat molekul yang berbeda m/z (m/e,

massa/muatan). Selanjutnya, spektrum massa komponen kimia yang diperoleh

dari hasil analisis diidentifikasi dengan cara dibandingkan dengan spektrum

Gambar

Gambar. 2.1  Tanaman Jeruk Cakar Harimau (Citrus medica L.var.
Tabel 2.1. Klasifikasi Senyawa Terpenoid
Tabel 2.2. Aktivitas biologis minyak atsiri yang sering digunakan untuk

Referensi

Dokumen terkait

RKPD Kota Payakumbuh tahun 2014 disusun dengan mempedomani Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008

Kemudian, metode klasifikasi yang digunakan adalah metode Support Vector Machine (SVM). Berdasarkan uraian di atas maka, peneliti melakukan pengembangan suatu sistem

Addendum ( Bila ada ) Selasa 12 Pebruari 2013 16:00 Didownload Melalui

Animals have developed many strategies for seasonal breeding that ensure that their offspring is born at the appropriate time of the year. In the horse, as in many other species,

Setelah mempelajari pokok bahasan ini diharapkan mahasiswa dapat memahami cara-cara menentukan selesaian umum persamaan diferensial tingkat satu derajat

The graph shown in Figure 11 shows two types of 3D spatial data sets used in the single object search: CityGML data and 3D spa- tial data with space-filling curve implementation..

SOP ini mencakup seluruh semua surat-surat yang masuk ke Grup Riset Computer Vision baik dari eskternal, misalnya instansi lain ataupun internal, misalnya di lingkungan

We claim that such a coarse model of the scene is sufficient for immersive naviga- tion when using a view-dependent projective multi-texturing of the scene from a set of