BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tumbuhan Jeruk Cakar harimau (Citrus medica L. var.sarcodactylis)
Tumbuhan Jeruk Cakar harimau (Citrus medica L.var.sarcodactylis)
secara morfologi memiliki tinggi batang mencapai 2 m, Daun var Citrus medica
L.. sarcodactylis berbentuk lonjong, cabang tidak teratur dan
memiliki duri tajam. Panjang daun 4 hingga 6-inci, berwarna hijau pucat,
berbentuk bulat panjang, bergerigi daun sangat aromatik bila diremas. Bunganya
berwarna putih dengan ujung bunga berwarna sedikit merah keunguan
dan beraroma wangi. Masa berbunga tanaman ini berlangsung sepanjang tahun,
waktu berbunga terbanyak adalah pada musim semi dan musim gugur.
Buah Jeruk Cakar harimau adalah termasuk jenis sitrun yang memiliki
bentuk menyerupai "jari". Pada saat masih kecil buah berwarna hijau muda
setelah besar dan matang akan berubah menjadi warna kuning.
Tumbuhan ini memiliki jenis pertumbuhan pohon lambat dan harus terkena
paparan matahari penuh. Daerah asalnya diyakini dari daerah cina dan pinggiran
Myanmar, dan dikenal dengan nama Jeruk Sukade. Sedangkan di Indonesia
tumbuh di daerah Nanggroe Aceh Darusallam, yang dikenal dengan nama Jeruk
Cakar harimau (Saunt, James, 2000).
Klasifikasi kulit buah jeruk cakar harimau hasil identifikasi tumbuhn
Laboratorium Herbarium Medanense (MEDA) Universitas Sumatera Utara
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Rutales
Famili : Rutaceae
Species : Citrus medica L.var. sarcodactylus
Nama Lokal : Jeruk Cakar Harimau
(Citrus medica L.var. sarcodactylus)
Gambar. 2.1 Tanaman Jeruk Cakar Harimau (Citrus medica L.var.
sarcodactylus)
2.1.1. Manfaat tumbuhan Jeruk Cakar harimau
Pemanfaatan Jeruk Cakar harimau digunakan sebagai bahan masakan dan
bahan obat tradisional. Dalam masakan, Tumbuhan jeruk cakar harimau banyak
dimanfaatkan orang-orang sebagai campuran dalam salad atau bahan yang
dipakai untuk melumuri ikan supaya tidak amis. Selain itu juga digunakan
memberikan sentuhan asam. Di daerah asalnya di Cina, jeruk ini sering
digunakan sebagai bahaSedangkan dalam dunia pengobatan, Buah jeruk Cakar
harimau yang telah matang (jatuh pohon) memiliki kandungan senyawa antara
lain hesperidin, esscense oil, herperedin oil, dan asam kalak. Buah dalam kondisi
seperti inilah yang dimanfaatkan oleh para sinse sebagai bahan obat tradisonal.
Buah yang betul-betul matang atau matang pohon diiris tipis-tipis ,kemudian
dikeringkan tanpa cahaya matahari. Air rebusan bahan kering ini dapat
menyembuhkan maag, memperbaiki pencernaan makanan, dan menghilangkan
masuk angin. Rebusan kuncup daunnya juga dapat untuk menyembuhkan perut
cacingan (Trevor, 1995).
2.2. Minyak Atsiri
Minyak atsiri adalah salah satu kandungan tanaman yang sering disebut
minyak terbang. Minyak atsiri dinamakan demikian karena minyak tersebut
mudah menguap. Selain itu, minyak atsiri juga disebut essential oil (dari kata
essence) karena minyak tersebut memberikan bau pada tanaman
(Koensoemardiyah, 2010).
Minyak atsiri, minyak mudah menguap, atau minyak terbang merupakan
campuran senyawa yang berwujud cairan atau padatan yang memiliki komposisi
maupun titik didih yang beragam, penyulingan dapat didefinisikan sebagai
proses pemisahan komponen-komponen suatu campuran yang terdiri atas dua
cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap atau berdasarkan perbedaan
titik didih komponen-komponen senyawa tersebut (Sastrohamidjojo, 2004).
Minyak atsiri memiliki kandungan komponen aktif yang disebut
terpenoid atau terpena. Jika tanaman memiliki kandungan senyawa ini, berarti
tanaman tersebut memiliki potensi untuk dijadikan minyak atsiri. Zat inilah yang
mengeluarkan aroma atau bau khas yang terdapat pada banyak tanaman (Yuliani
dan Satuhu, 2012). Minyak atsiri bukan merupakan senyawa tunggal, tetapi
tersusun dari berbagai komponen kimia, seperti alkohol, fenol, keton, ester,
aldehida, dan terpena. Bau khas yang ditimbulkan nya sangat tergantung dari
Sebagai contoh, minyak atsiri yang banyak mengandung fenol (misalnya minyak
sirih, Piper betle)berkhasiat sebagai antiseptik. Minyak sirih ini mampu
membunuh kuman seperti halnya karbol atau lisol sehingga minyak atsiri ini
sering digunakan sebagai obat cuci hama (Gunawan, 2007).
Pada dasarnya semua minyak atsiri mengandung campuran senyawa kimia dan
biasanya campuran tersebut sangat kompleks. Beberapa tipe senyawa organik
mungkin terkandung dalam minyak atsiri, seperti hidrokarbon, alcohol, oksida,
ester, aldehida dan eter. Sangat sedikit sekali yang mengandung satu jenis
komponen kimia yang persentasenya sangat tinggi. Yang menentukan aroma
minyak atsiri biasanya komponen yang persentasenya tinggi. Walaupun begitu,
kehilangan satu komponen yang persentasenya kecil pun dapat memungkinkan
terjadinya perubahan aroma minyak atsiri tersebut (Agusta, 2000).
Berdasarkan jumlah atom karbon atau unit isopren yang membentuk senyawa
terpen/terpenoid dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Fessenden &
Fessenden,1992):
Tabel 2.1. Klasifikasi Senyawa Terpenoid
No. Kelompok Jumlah Atom Karbon (C)
1.
Monoterpen merupakan kandungan utama minyak atsiri yang banyak
terdapat dalam tanaman dan berfungsi memberikan aroma. Kelompok senyawa
ini memiliki aroma dan rasa yang sangat khas dan banyak digunakan dalam
industri makanan dan kosmetik sebagai citarasa dan parfum. Monoterpen
terdapat dalam kelenjar daun tanaman serta di kulit dan kupasan buah. Minyak
Gas (KG) dapat membuktikan adanya ratusan komponen tunggal, banyak
diantaranya berupa monoterpenoid. Monoterpen dapat berupa senyawa alifatik
(asiklik atau rantai lurus) atau siklik (jenuh, sebagian tak jenuh atau sepenuhnya
aromatik) (Heinrich,2009). Beberapa struktur kimia monoterpen dapat dilihat
pada gambar 2.2.
Gambar 2.2. Struktur Monoterpen
Seskuiterpen memiliki sifat-sifat yang mirip dengan monoterpen dan merupakan
kandungan dalam banyak minyak atsiri (Heinrich, 2009). Beberapa struktur
seskuiterpen dapat dilihat pada gambar 2.3.
Gambar 2.3. Struktur Seskuiterpen
2.3. Sumber Minyak Atsiri
Minyak atsiri terdapat pada tumbuhan dan biasanya diperoleh dari bagian
tertentu dari tumbuhan seperti bunga, buah, akar, daun, kulit kayu, dan rimpang.
Kandungan minyak atsiri tidak akan selalu sama antara bagian satu dengan
bagian lainnya. Misalnya kandungan minyak atsiri yang terdapat pada kuntum
bunga cengkih berbeda dengan pada bagian tangkai bunga maupun daun.
Berikut ini beberapa contoh tanaman sumber minyak atsiri dan bagian tanaman
yang mengandung minyak atsiri:
• Akar : akar wangi, kemuning.
• Biji : alpukat, kasturi, lada, pala,seledri, wortel, nagasari.
• Buah : adas, jeruk, jintan, kemukus, ketumbar.
• Bunga : cempaka kuning, cengkih, daun seribu, kenanga, melati, sedap malam,
srikanta, srigading.
• Daun : cemara gimbul, cemara kipas, cengkih, sereh wangi, kaki kuda,
kemuning,kunyit, selasihan, semanggi, sirih.
• Kulit kayu: kayu manis, akasia, kayu teja, selasihan.
• Rimpang : jahe, jeringau, kencur, lengkuas, lempuyang sari, temu hitam, temu
lawak
• Seluruh bagian : akar kucing, bandotan, inggu, selasih, sudamala, trawas
(Tony,1994).
Ditinjau dari sumber alami minyak atsiri, substansi mudah menguap ini
dapat dijadikan sebagai sidik jari atau ciri khas dari suatu jenis tumbuhan karena
setiap tumbuhan menghasilkan minyak atsiri dengan aroma yang berbeda.
Dengan kata lain, setiap jenis tumbuhan menghasilkan minyak atsiri dengan
aroma yang spesifik (Agusta,2000).
Minyak atsiri dihasilkan di dalam tubuh tanaman dan kemudian disimpan
dalam berbagai organ. Penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri dibuat
dalam kelenjar minyak atsiri. Kelenjar minyak atsiri ada yang terdapat di dalam
tanaman (disebut kelenjar internal) dan di luar tanaman (disebut kelenjar
eksternal). Kelenjar internal terbentuk oleh masuknya minyak atsiri yang semula
ada di luar sel, yang kemudian merusak sel-sel disekitarnya sehingga
terbentuklah saluran semacam organ dengan minyak atsiri di dalamnya. Ada
kemungkinan sel-sel di sekitarnya kemudian larut dan membentuk kelompok sel
yang disebut kelenjar dan kemungkinan suatu deretan sel terlarut sehingga
membentuk saluran yang didalamnya berisi minyak atsiri. Kelenjar eksternal
berupa sel-sel permukaan (lazim disebut sel epidermis). Produk dari kelenjar
(minyak atsiri) biasanya tertimbun di antara kutikula (lapisan sel terluar) dan
dinding sel antara suatu sel dengan sel yang lain. Kutikula berupa lapisan tipis,
bila kutikula pecah minyak atsiri akan keluar sehingga bau minyak atsiri akan
menyebar (Koensoemardiyah, 2010).
2.4. Khasiat dan Manfaat Minyak Atsiri
Kegunaan minyak atsiri sangat luas dan spesifik, khususnya dalam
berbagai bidang industri. Banyak contoh kegunaan minyak atsiri, antara lain
dalam industri kosmetik (sabun, pasta gigi, sampo, lotion), dalam industri
makanan digunakan sebagai bahan penyedap atau penambah cita rasa, dalam
industri farmasi atau obat-obatan (antinyeri, antiinfeksi, pembunuh bakteri),
dalam industri bahan pengawet bahkan digunakan pula sebagai insektisida
(Tony, 1994).
Minyak atsiri merupakan preparat antimikroba alami yang dapat bekerja
terhadap bakteri, virus, dan jamur yang telah dibuktikan secara ilmiah oleh
banyak peneliti (Yuliani dan Satuhu, 2012). Minyak daun sirih (Piper betle)
adalah salah satu minyak atsiri yang bersifat sebagai antibakteri. Minyak ini
dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri merugikan seperti
Escherichia coli, Salmonella sp, Staphylococcus aureus dan Pasteurella.
Minyak adas, lavender (Lavandula officinalis), dan eukaliptus (Eucalyptus
globulus)dapat digunakan sebagai antiseptik (Agusta, 2000).
Minyak gandapura, chamomil, cengkih, lavender, dan permen termasuk
jenis-jenis minyak atsiri yang mempunyai efek sebagai analgesik sehingga
minyak tersebut sering digunakan untuk menghilangkan rasa sakit karena
pegal-pegal atau sakit gigi. Sementara itu, minyak yang mengandung senyawa
citronella seperti minyak serai wangi, Cinnamomum camphora dan eucalyptus
memiliki aktivitas sebagai insektisida. Minyak atsiri yang berkhasiat sebagai
antiinflamasi (menghilangkan peradangan) adalah minyak lavender. Minyak ini
biasanya hanya digunakan untuk mengatasi inflamasi ringan, seperti luka bakar.
Senyawa lain dalam minyak yang direkomendasikan efektif untuk
menghilangkan bau badan/ deodoran adalah geraniol, patchoulol, dan linalool.
Senyawa-senyawa tersebut terdapat pada minyak nilam, jahe, pala, dan serai
wangi (Yuliani dan Satuhu, 2012). Beberapa khasiat minyak atsiri yang sering
Tabel 2.2. Aktivitas biologis minyak atsiri yang sering digunakan untuk
terapi-aroma
Nama
Tumbuhan Nama Daerah Khasiat
Abies alba
2.5. Isolasi Minyak Atsiri
Isolasi minyak atsiri adalah usaha memisahkan minyak atsiri dari tanaman atau
bagian tanaman asal. Minyak atsiri dalam tanaman terdapat pada bagian dalam
rambut kelenjar dan sel kelenjar. Bila tanaman itu tetap utuh, minyak atsiri tetap
berada dalam kelenjar pada batang tanaman sehingga sukar untuk dipisahkan.
pelarut lain yang sampai ke tempat minyak tersebut, yang selanjutnya akan
membawa butir-butir minyak menguap secara bersamaan. Agar minyak atsiri itu
lebih cepat kontak dengan penyari maka bagian-bagian tanaman harus
dipotong-potong (Koensoemardiyah, 2010). Pada dasarnya pemotongan merupakan upaya
menjadikan bahan tanaman menjadi lebih kecil hingga mempermudah lepasnya
minyak atsiri setelah bahan tersebut ditembus uap (Sastrohamidjojo, 2004).
2.5.1. Penyulingan
Penyulingan adalah proses pemisahan antara komponen cair atau padat dari dua
macam campuran atau lebih berdasarkan perbedaan titik uapnya dan dilakukan
untuk minyak atsiri yang tidak larut dalam air (Yuliani dan Satuhu, 2012).
Dalam industri minyak atsiri dikenal tiga metode penyulingan (hidrodestilasi)
yaitu :
1. Penyulingan dengan air (water distillation)
Pada metode ini, bahan tanaman yang akan disuling mengalami kontak
langsung dengan air mendidih. Ciri khas model ini yaitu adanya kontak langsung
antara bahan dan air mendidih. Oleh karena itu, sering disebut penyulingan
langsung (Tony, 1994). Perbandingan jumlah air perebus dan bahan baku dibuat
seimbang, sesuai dengan kapasitas ketel. Bahan yang telah mengalami proses
pendahuluan seperti perajangan dan pelayuan dimasukkan dan dipadatkan.
Selanjutnya ketel ditutup rapat agar tidak terdapat celah yang mengakibatkan
uap keluar (Armando, 2009).
2. Penyulingan uap dan air (water and steam distillation)
Bahan tanaman yang akan diproses secara penyulingan uap dan air
ditempatkan dalam suatu tempat yang bagian bawah dan tengah
berlobang-lobang yang ditopang di atas dasar alat penyulingan. Bagian bawah alat
penyulingan diisi air sedikit di bawah dimana bahan ditempatkan. Air
dipanaskan dengan api seperti pada penyulingan air di atas. Bahan tanaman yang
akan disuling hanya terkena uap dan tidak terkena air yang mendidih
prinsipnya, metode penyulingan ini menggunakan uap bertekanan rendah.
Keuntungan dari metode ini yaitu penetrasi uap terjadi secara merata ke dalam
jaringan bahan dan suhu dapat dipertahankan sampai 1000 C. Lama penyulingan
relatif lebih singkat, randemen minyak lebih besar dan mutunya lebih baik jika
dibandingkan dengan minyak hasil dari system penyulingan dengan air
(Armando, 2009).
3. Penyulingan dengan uap (steam distillation)
Cara ketiga dikenal sebagai penyulingan uap dan perangkatnya mirip
dengan kedua alat penyuling sebelumnya hanya saja tidak ada air di bagian
bawah alat. Uap yang digunakan lazim memiliki tekanan yang lebih besar
daripada tekanan atmosfer dan dihasilkan dari hasil penguapan air yang berasal
dari suatu pembangkit uap air. Uap air yang dihasilkan kemudian dimasukkan ke
dalam alat penyulingan (Sastrohamidjojo, 2004).
2.5.2. Ekstraksi Minyak atsiri
Ekstraksi adalah proses penarikan komponen aktif (minyak atsiri) yang
terkandung dalam tanaman menggunakan bahan pelarut yang sesuai dengan
kelarutan komponen aktifnya. Ekstraksi minyak atsiri dapat dilakukan dengan
tiga cara yaitu :
1. Ekstraksi dengan pelarut menguap (solvent extraction)
Prinsipnya sederhana yaitu minyak atsiri yang terkandung di dalam
bahan dilarutkan dalam pelarut organik yang mudah menguap. Cara kerja
ekstraksi menggunakan pelarut menguap yaitu dengan memasukkan bunga yang
akan diekstraksi ke dalam alat ekstraktor khusus, kemudian ekstraksi
berlangsung pada suhu kamar dengan menggunakan pelarut. Pelarut akan
berpenetrasi ke dalam bunga sehingga melarutkan minyak bunga beserta lilin,
albumin, dan zat warna. Hal itu mengakibatkan warna minyak yang diproses
dengan cara ini akan menghasilkan minyak dengan warna kuning kecoklatan
2. Ekstraksi dengan lemak dingin (enfluorasi)
Enfluorasi merupakan cara terbaik untuk menarik minyak atsiri yang
terdapat dalam bunga. Hal itu karena prosesnya dilakukan dalam suasana dingin
sehingga kandungan minyak atsirinya tidak cepat menguap. Untuk proses
enfluorasi dibutuhkan lemak dingin yang berfungsi sebagai adsorban atau
penyerap minyak atsiri dari bunga.
3. Ekstraksi dengan lemak panas (maserasi)
Maserasi merupakan salah satu proses ekstraksi yang dilakukan melalui
perendaman bahan baku dengan pelarut organik (Yuliani dan Satuhu, 2012).
Cara maserasi dapat digunakan untuk bahan yang lunak dan untuk bahan yang
keras (telah dirajang). Selama perendaman minyak atsiri yang keluar dari bahan
(sampel) akan berinteraksi dengan lemak, minyak atsiri kemudian dipisahkan.
Untuk memisahkan minyak atsiri dari lemak, diekstraksi dengan alkohol
(Guenther, 1997).
2.5.3. Pengepresan
Sistem pengepresan pada umumnya dilakukan untuk bahan berbentuk
biji.. Alat ini bekerja dengan menekan atau mengepres bahan baku sehingga
sel-sel di dalam bahan akan pecah dan mengeluarkan minyak atsiri (Yuliani dan
Satuhu, 2012).
2.6. Kromatografi Gas – Spektrometer Massa
Minyak atsiri yang mudah menguap dapat dianalisis dengan GC-MS. GC
(Gas Cromatografi berfungsi untuk memisahkan komponen-komponen minyak
atsiri dan MS (Mass Spektra) berfungsi untuk menentukan berat molekul tiap
komponen berdasarkan fragmentasi. Ketika suatu uap senyawa organik
dilewatkan pada ruang ionisasi spektrometer massa, senyawa ini akan ditembak
dengan elektron berenergi tinggi dan melemparkan elektron berenergi tinggi dan
melemparkan elektron dari senyawa tersebut. Senyawa yang kehilangan
(Dachriyanus, 2004). Pada sistem GC – MS yang berfungsi sebagai detektor
adalah spektrometer massa yang terdiri dari sistem analisis dan sistem ionisasi,
dimana Electron Impact (EI) adalah metode yang umum digunakan (Agusta,
2000).
2.6.1. Kromatografi Gas (KG)
Kromatografi gas merupakan proses pemisahan dimana fase geraknya
berupa gas dan fase diam umumnya suatu cairan, tetapi dapat berupa zat padat
dan zat cair (Depkes RI, 1995). Prinsip dasar kromatografi gas melibatkan
volatilisasi atau penguapan sampel dalam injektor, pemisahan
komponen-komponen dalam campuran, dan deteksi tiap komponen-komponen dengan detektor.
Kromatografi gas digunakan untuk memisahkan komponen campuran kimia
dalam suatu bahan berdasarkan polaritas campuran (Eaton,1989).
Komponen-komponen utama pada Kromatografi Gas :
1. Fase gerak
Fase gerak pada KG juga disebut dengan gas pembawa karena tujuan
awalnya adalah untuk membawa solut ke kolom (Rohman, 2009). Fase gerak
akan membawa campuran sampel menuju kolom. Campuran dalam fase gerak
akan berintegrasi dengan fase diam (Eaton, 1989). Faktor yang menyebabkan
suatu senyawa bergerak melalui kolom kromatografi gas adalah sifat mudah
menguap dari cuplikan, aliran gas pembawa melalui kolom dapat terjadi karena
perbedaan tekanan pada ujung masuk dan ujung keluar dari kolom tersebut. Gas
pembawa yang sering dipakai adalah Helium (He), Argon (Ar), Nitrogen (N2),
dan Karbondioksida (CO2). Gas pembawa yang dipakai harus disesuaikan
dengan jenis detektornya (Adnan Mochamad, 1997).
2. Ruang suntik sampel
3. Kolom
Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena di
dalamnya terdapat fase diam. Oleh karena itu, kolom merupakan komponen
sentral pada KG (Rohman, 2009). Keberhasilan suatu proses pemisahan
terutama ditentukan oleh pemisahan kolom (Agusta, 2000). Kolom dapat dibuat
dari tembaga, kuningan, aluminium, zat sintetik atau gelas, berbentuk lurus,
melengkung, ataupun gulungan spiral sehingga lebih menghemat ruang
(Herman, Goofried, 1988).
4. Detektor
Komponen utama selanjutnya dalam kromatografi gas adalah detektor.
Detektor merupakan perangkat yang diletakkan pada ujung kolom tempat keluar
fase gerak (gas pembawa yang membawa komponen hasil pemisahan. Detektor
pada kromatografi adalah suatu sensor elektronik yang berfungsi mengubah
sinyal gas pembawa dan komponen-komponen di dalamnya menjadi sinyal
elektronik (Rohman, 2009). Fungsi detektor (terletak pada ujung kolom
pemisah) untuk mengukur kuantitas dari komponen yang telah dipisahkan yang
ada dalam aliran gas pembawa yang meninggalkan kolom. Kolom dari detektor
diumpan ke sebuah perekam yang menghasilkan suatu kurva yang disebut
kromatogram (Griter,J.Roy, 1991).
5. Komputer
Kromatografi Gas modern menggunakan komputer yang dilengkapi
dengan perangkat lunaknya (software) untuk digitalisasi sinyal detektor
(Rohman, 2009).
2.6.2. Spektrometer Massa
Spektrometer massa adalah suatu alat berfungsi untuk mendeteksi
masing-masing molekul komponen yang telah dipisahkan pada sistem
kromatografi gas (Agusta,2000). Spektrometer massa adalah suatu instrument
spektrum sesuai dengan perbandingan massa terhadap muatan (m/z) dan
merekam kelimpahan relatif tiap jenis ion yang ada. Spektrometer massa dapat
digunakan untuk mengukur perbandingan massa ion terhadap muatan, untuk
menetapkan kelimpahan ion dan untuk mempelajari proses ionisasi (Depkes
RI,1995). Spektrometri massa pada umumnya digunakan untuk : menentukan
massa molekul, menentukan rumus molekul dengan menggunakan spektrum
Massa Beresolusi Tinggi (High Resolution Mass Spectra) dan untuk mengetahui
informasi dari struktur dengan melihat pola fragmentasinya (Silverstein, 1986).
Spektrometer massa bekerja melalui 4 tahap yaitu :
1. Ionisasi
Ada beberapa metode ionisasi untuk analisis spektrometer massa.
Electron Impact ionization (EI) adalah metode ionisasi yang umum digunakan.
Sampel diuapkan pada kondisi hampa udara pada tekanan 10-4 sampai 10-6
mmHg pada suhu tertentu. Sampel yang berupa uap akan diteruskan ke dalam
ruang pengion. Di dalam ruang pengion ini, sampel dibombardir dengan arus
electron sekitar 70 eV sehingga terbentuk ion molekul. Kemudian ion molekul
tersebut terpecah lagi menjadi ion-ion yang lebih kecil (Agusta, 2000).
2. Akselerasi
Ion yang terbentuk akan diakselerasi sehingga seluruhnya akan
mempunyai energi kinetik yang sama. Ion positif akan ditolak dari ruang ionisasi
dan seluruh ion diakselerasikan menjadi sinar ion yang terfokus dan tajam.
3. Defleksi
Ion didefleksikan (dibelokkan) oleh medan magnet sesuai dengan
massanya. Besarnya defleksi tergantung pada : massa ion yaitu ion yang
memiliki massa kecil akan lebih terdefleksi dari yang berat dan muatan ion yaitu
ion yang mempunyai 2 atau lebih muatan positif akan lebih terdefleksi dari yang
hanya mempunyai satu muatan positif. Kedua faktor ini digabung menjadi rasio
(atau kadang-kadang dengan m/e). Sebagai contoh : jika suatu ion memiliki
massa 56 dan muatannya adalah 2+ , maka ion ini akan mempunyai rasio m/z
28.
4. Deteksi
Ion yang melewati mesin akan dideteksi secara elektrik (Dachriyanus,
2004). Dari analisis GC-MS akan diperoleh dua informasi dasar, yaitu hasil
analisis kromatografi gas yang ditampilkan dalam bentuk kromatogram dan hasil
analisis spektrometri massa yang ditampilkan dalam bentuk spektrum massa.
Dari kromatogram dapat diperoleh informasi mengenai jumlah komponen kimia
yang terdapat dalam campuran yang dianalisis yang ditunjukkan oleh jumlah
puncak yang terbentuk pada kromatogram dengan kuantitasnya masing-masing.
Spektrum massa hasil analisis sistem spektroskopi massa merupakan gambaran
mengenai jenis dan jumlah fragmen molekul yang terbentuk dari suatu
komponen kimia. Setiap fragmen yang terbentuk dari pemecahan suatu
komponen kimia memiliki berat molekul yang berbeda m/z (m/e,
massa/muatan). Selanjutnya, spektrum massa komponen kimia yang diperoleh
dari hasil analisis diidentifikasi dengan cara dibandingkan dengan spektrum