Analisis Perkembangan
E-commerce
Dalam Mendorong
Pertumbuhan Ekonomi Wilayah di Indonesia
Prasetyo Budi Widagdo1 prasetyo.budi.w@mail.ugm.ac.id
ABSTRACT
The aim of writing this paper is to analyse the impact of the growth of e-commerce for businesses, consumers and society as well as the extent to which the growth of the e-commerce pushes the growth of regional economic in Indonesia. The methods used in the writing of this paper is literature study using literature from experts both from Indonesia and overseas country as well as in establishing the framework of thought is supported with interviews against the businessman of the e-commerce i.e. clothing online as well as consumers who bought goods online. In developing a framework also supported by the data from the survey institution which published in the credible mass media as well as data from institutions that are related to e-commerce . In brief, the concept of e-commerce is trade transactions using electronic devices that connected each other in a virtual space. E-commerce has significant positive impact both for businesses, consumers or society. These impacts will push the regional economic growth either directly or indirectly, but it potentially caused the economical lag due to the some region which has no electricity
INTISARI
Tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk me1nganalisis dampak dari perkembangan
e-commerce bagi pebisnis, konsumen dan masyarakat serta sejauh mana perkembangan
e-commerce tersebut mendorong ekonomi wilayah di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penulisan paper ini adalah studi literatur dengan menggunakan literatur dari para ahli baik dari dalam maupun luar negeri serta dalam membangun kerangka pemikiran didukung dengan wawancara terhadap pelaku e-commerce yaitu penjual pakaian online serta konsumen yang pernah membeli barang secara online. Dalam membangun kerangka pemikiran juga didukung data dari lembaga survei yang dimuat dalam media massa kredibel serta data dari instansi yang terkait dengan aktivitas e-commerce. Secara singkat, konsep dari e-commerce adalah perdagangan yang transaksinya menggunakan perantara perangkat elektronik yang terhubung satu sama lain dalam ruang virtual. E-commerce memiliki dampak positif yang signifikan baik bagi pebisnis, konsumen maupun masyarakat. Dampak-dampak tersebut pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah baik secara langsung maupun tidak langsung, akan tetapi juga dapat menyebabkan kesenjangan ekonomi terutama ketertinggalan karena belum adanya listrik di suatu wilayah.
Kata Kunci : e-commerce, pertumbuhan, ekonomi wilayah, Indonesia
Pendahuluan
Perkembangan teknologi informasi dewasa ini semakin intensif didukung dengan infrastruktur penunjang yang telah dibangun oleh pemerintah maupun pihak swasta. Seiring dengan penetrasi teknologi ke segala bidang kehidupan, penetrasi teknologi informasi saat ini telah mengakibatkan perkembangan perdagangan elektronik atau e-commerce. Teknologi informasi merupakan bentuk teknologi yang digunakan untuk menciptakan, menyimpan, mengubah, dan menggunakan informasi dalam segala bentuknya. Melalui pemanfaatan teknologi informasi ini, perusahaan mikro, kecil maupun menengah dapat memasuki pasar global. Perusahaan yang awalnya kecil seperti toko buku Amazon, portal Yahoo, dan perusahaan lelang sederhana Ebay, ketiganya saat ini menjadi perusahaan raksasa hanya dalam waktu singkat karena memanfaatkan teknologi informasi dalam mengembangkan usahanya (Suyanto2, 2003).
Secara singkat, sejarah dari e-commerce bermula di awal tahun 1970an, dengan adanya inovasi semacam electronic fund transfer
(EFT). Saat itu tingkat aplikasinya masih terbatas pada besar, lembaga keuangan, dan segelintir perusahaan kecil yang nekat lalu muncullah
Electronic Data Interchange (EDI), yang berkembang dari transaksi keuangan ke pemrosesan transaksi lain serta memperbesar jumlah perusahaan yang berperan serta, mulai lembaga-lembaga keuangan hingga perusahaan manufaktur, ritel, layanan dan sebagainya. Aplikasi-aplikasi lain
kemudian menyusul, yang memiliki jangkauan dari perdagangan saham hingga sistem reservasi perjalanan. Pada saat itu sistem tersebut disebut sebagai aplikasi telekomunikasi yang nilai strategisnya sudah dikenal secara umum. Dengan adanya komersialisasi internet di awal tahun 1990-an, serta pesatnya pertumbuhan yang mencapai hingga jutaan pelanggan potensial, maka muncullah istilah electronic commerce (e-commerce), yang aplikasinya segera berkembang pesat. Pusat Riset e-commerce di Universitas Texas yang mempelajari perusahaan internet, sektor yang tumbuh paling cepat adalah e-commerce, yang naik sampai 72 % dari $99,8 milyar menjadi $171,5 milyar. Pada tahun 2002, diatas satu triliun dolar pendapatan dihasilkan dari Internet. Satu alasan bagi pesatnya perkembangan teknologi tersebut adalah adanya perkembangan jaringan, protokol, perangkat lunak, dan spesifikasi. Alasan lain adalah meningkatnya persaingan dan berbagai tekanan bisnis lain. (Suyanto2, 2003).
virtual dan menggantikan ruang fisik yang membentang di permukaan bumi.
Melalui ruang virtual inilah kegiatan e-commerce terjadi, meskipun dalam beberapa bagian sistemnya tetap menggunakan ruang fisik di permukaan bumi. Penetrasi smartphone kepada seluruh lapisan masyarakat dan sudah dilengkapi dengan akses internet membuat perkembangan e-commerce semakin pesat.
Perkembangan e-commerce
tersebut sangat menarik untuk dibahas karena seiring dengan berjalannya waktu, industri telekomunikasi akan semakin berkembang baik dari segi jangkauan layanan maupun kecepatan koneksi internet. Dukungan sistem pembayaran yang semakin mudah, maka transaksi elektronik atau kegiatan e-commerce akan semakin berkembang. Meningkatnya intensitas kegiatan e-commerce ini akan berdampak pada semakin meningkatnya nilai tambah ekonomi wilayah yang tergambar melalui nilai Produk Domestik Regional Bruto (Regional Gross Domestic Product) karena intensitas aktivitas ekonomi akan berbanding lurus dengan nilai tambah ekonomi di wilayah tersebut. (Galindo et al, 2009).
Rumusan Masalah
1. Menganalisis dampak
perkembangan e-commece bagi dunia bisnis maupun masyarakat. 2. Mengidentifikasi sejauhmana
e-commerce mendorong
pertumbuhan ekonomi wilayah di Indonesia.
Metode
Metode penulisan paper ini adalah dengan studi literatur dengan menghubungkan satu literatur dengan literatur yang lain sebagai dasar berargumen. Lebih jauh lagi, kerangka pemikiran yang dibangun didukung dengan wawancara terhadap pelaku e-commerce yaitu penjual pakaian
online serta konsumen yang pernah membeli barang secara online. Dalam membangun kerangka pemikiran juga disukung dengan data yang berasal dari lembaga survei yang dimuat dalam media massa serta data dari instansi yang terkait dengan pembahasan dalam paper ini tentang
-e-commerce yang mendorong
pertumbuhan ekonomi wilayah di Indonesia
Pembahasan
Electronic commerce (
e-commerce) merupakan konsep yang bisa digambarkan sebagai proses jual beli barang pada internet atau proses jual beli atau pertukaran produk, jasa, dan informasi melalui jaringan informasi termasuk internet (Turban, Lee, King, Chung, 200 dalam M. Suyanto1 2003:11). E-commerce
mengharuskan terjadinya tatap muka antara penjual dan pembeli. Dalam paper ini akan dibahas sejauh mana dampak-dampak kegiatan e-commerce
terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah.
Dampak berkembangnya e-commerce bagi organisasi yang mengimplementasikan e-commerce
bagi usahanya menurut Suyanto (20032) antara lain memperluas
market place hingga ke pasar nasional dan international; menurunkan biaya
pembuatan, pemrosesan,
pendistribusian, penyimpanan dan pencarian informasi yang menggunakan kertas; memungkinkan pengurangan inventory dan overhead dengan menyederhanakan supply chain dan management tipe “pull”;
mengurangi waktu antara outlay modal dan penerimaan produk dan jasa; mendukung upaya-upaya
business process, reengineering;
memperkecil biaya telekomunikasi. Setiap pelayanan baik pelayanan publik maupun privat yang di dalamnya termasuk aktivitas perdagangan memiliki rentang jarak pengaruh tertentu dimana seorang konsumen akan mengaksesnya, serta terdapat treshold (jumlah populasi tertentu) agar pelayanan tersebut dapat berjalan dengan normal (Christaller, 1939 dalan Nagle, 2000). Dalam teori
central place tersebut mengisyaratkan adanya jarak tertentu serta jumlah penduduk tertentu agar pelayanan tersebut dapat berjalan dengan normal. Jarak yang dimaksud dalam teori tersebut merupakan jarak fisik (distance decay) karena pada masa
dibuatnya teori tersebut oleh Walter Christaller masih belum ada internet, sehingga jarak hanya mengacu pada bentangan fisik, akan tetapi dengan adanya internet dan berkembangnya e-commerce, jarak fisik tersebut tidak berarti karena informasi mengenai produk yang dijajakan oleh penjual dapat diakses oleh semua orang yang terhubung dengan internet. Hal tersebut memberikan konsekuensi pada luasnya jangkauan pasar yang dapat dicapai oleh suatu pelayanan.
Menurut hasil wawancara yang dilakukan terhadap beberapa pelaku e-commerce atau yang saat ini lebih sering disebut sebagai online shopping
dibelanjankan di warung-warung kecil di lingkungan sekitar kampus UGM.
Perluasan pasar tidak hanya mendorong perekonomian wilayah sutu kota, bahkan apabila promosi yang dilakukan melalui media internet dapat menjangkau pasar internasional, bahkan dapat meningkatkan nilai tambah perekonomian nasional dan meningkatkan perekonomian nasional. Menurut data Kementrian Komunikasi dan Informasi, pada tahun 2014, nilai transaksi online di Indonesia mencapai 150 triliun rupiah termasuk transaksi internasional, sehingga hal ini juga mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Contoh situs yang menjadi perantara e-commerce dalam skala internasional yaitu “eBay” dan “Amazon”.
Implementasi e-commerce bagi pengusaha memberikan dampak berupa pengehematan biaya operasional dalam menjalankan bisnisnya. Salah satu keuntungan dari adanya e-commerce adalah tidak membutuhkan ruang fisik yang luas untuk memajang produknya karena langsung ditampilkan secara online, sehingga orang dari manapun dapat melihat produk yang dijual lengkap dengan spesifikasinya. Dengan ditampilkannya produk secara online, penjual tidak perlu membangun galeri atau showroom di pinggir jalan raya yang memiliki aksesibilitas yang rendah, tapi cukup membangun galeri di tempat yang agak jauh dari jalan raya karena transaksi sebagian besar dilakukan secara online dengan pembayaran melalui jaringan
Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yang tersedia di manapun. Letak galeri yang berada tidak di tempat yang strategis atau cenderung ke arah pedalaman ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah yang lebih merata (Rachmawati, 2014).
Pemilik usaha yang melakukan e-commerce tidak perlu membeli lahan di tepi jalan raya yang memilki harga lahan sangat mahal dimana konsekuensi dari tingginya Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) juga akan berbanding lurus dengan tingginya nilai pajak yang harus dibayar setiap tahun. Penghematan biaya operasional. Ketika biaya operasional bisa ditekan oleh penjual maka usahanya akan semakin cepat berkembang dengan perputaran
capital yang juga akan semakin tinggi, dengan tingginya perputaran capital di suatu wilayah maka akan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah. Selain itu, modal/capital yang dihemat dari iklan/marketing dapat digunakan untuk belanja modal yang lain sehingga usahanya akan semakin berkembang.
Sebagai contoh di Kota Jakarta adalah kota dengan nilai e-commerce
Statistik DKI Jakarta, 2013), meskipun tidak semuanya berasal dari
e-commerce. Apabila nilai transaksi e-commerce pada tahun 2013 mencapai 140 triliun rupiah (Kemenkominfo), maka nilai transaksi yang terjadi di Jakarta mencapai 77 triliun rupiah.
Distribusi dalam suatu kegiatan bisnis merupakan hal yang vital karena menghubungkan antara penjual dan pembeli. Dalam kegiatan e-commerce, penjual dapat menghemat biaya distribusi karena ditanggung
sebagian besar oleh
pembeli/konsumen. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada pembeli yang pernah bertransaksi melalui e-commerce yang merupakan mahasiswa Fakultas Geografi UGM menyatakan bahwa dia tidak berkeberatan untuk menanggung biaya pengiriman dari lokasi penjual ke alamatnya. Hal ini karena pembeli tersebut tidak perlu pergi ke lokasi penjual yang cukup jauh dan hanya perlu menunggu pada alamat yang telah diberikan. Meskipun biaya pengiriman yang cukup mahal, akan tetapi sepadan dengan kelengkapan produk (di toko sekitar tempat tinggal tidak tersedia) serta barang tiba di alamat tersebut dengan baik.
Penghematan biaya distribusi tersebut terjadi karena selain pelanggan yang bersedia membayar biaya pengiriman, juga terjadi karena menjamurnya jasa-jasa pengiriman barang/ekspedisi yang menyediakan jasa dengan harga yang relatif murah sehingga harga output juga dapat bersaing. Pengehematan biaya
distribusi dan meningkatnya daya saing produk ini jelas akan mempercepat perkembangan usaha yang juga akan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah. Dampak-dampak lain dari e-commerce menurut Suyanto2 (2003) seperti memungkinkan pengurangan
inventory dan overhead dengan
menyederhanakan supply chain dan management tipe “pull”; mengurangi waktu antara outlay modal dan penerimaan produk dan jasa; mendukung upaya-upaya business process reengineering; memperkecil biaya telekomunikasi, dapat diartikan sebagai pengurangan biaya operasional.
Keunggulan e-commerce dilihat dari sisi konsumen lebih menekankan pada sisi preferensi masyarakat pengguna e-commerce yang lebih memiliki berbelanja secara online daripada belanja secara konvensional disebabkan karena konsumen dapat mengakses produk tersebut selama 24 jam, efisien waktu serta lebih fleksibel (Zheng, 2009) dan (Suyanto2, 2003).
maupun bertransaksi. Pada e-commerce pelangga dapat melihat barang yang dijual serta bertransaksi selama 24 jam, meskipun nantinya pengiriman barang akan diproses di hari kerja selanjutnya.
Fleksibilitas itulah yang menyebabkan e-commerce menjadi cepat berkembang. Perilaku (behavior) kebanyakan orang adalah sibuk ketika jam kerja, kebanyakan pukul 08.00—16.00, termasuk di dalamnya pedagang konvensional. Jika semua orang berperilaku sama, maka orang yang bekerja di kantor tidak akan sempat untuk membel secara konvensional, akan tetapi dengan adanya e-commerce, orang yang sibuk pada jam tersebut akan dapat bertransaksi di jam ketika orang tersebut selesai bekerja karena transaksi pada e-commerce dapat dilakukan selama 24 jam. Fleksibilitas juga terjadi dalam hal akses, dengan perdagangan konvensional orang harus datang ke gallery untuk dapat melihat produk yang di jajakan oleh penjual, sedangkan dengan e-commerce, pembeli dapat melihat barang yang dijajakan dari manapun dan kapanpun selama tempat tersebut masih terhubung dengan internet.
E-commerce, selain memiliki dampak langsung pada penjual dan konsumen juga memiliki dampak tidak langsung pada masyarakat yang tidak menggunakan e-commerce, akan tetapi juga berdampak pada terdorongnya pertumbuhan ekonomi wilayah yaitu menurunnya kepadatan di jalan raya, harga barang bersaing sehingga lebih murah, serta
tumbuhnya ekonomi di perdesaan atau pemerataan pertumbuhan ekonomi (Cao, 2012).
Perkembangan e-comerce serta internat pada umumnya akan merubah struktur ruang wilayah dimana mobilitas manusia dalam menempuh jarak fisik akan berkurang karena banyak orang lebih memilih mengakses informasi melalui jaringan internet (Rachmawati, 2014). Berkurangnya mobilitas fisik manusia akan berdampak pada berkurangnya kepadatan lalu lintas di jalan sehingga dari segi lingkungan polusi akan berkurang. Berkurangnya kepadatan di jalan juga akan mempercepat mobilitas kegiatan yang memang membutuhkan ruang fisik untuk bermobilitas. Efisiensi mobilitas inilah yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah karena ketika waktu tempuh lebih cepat, maka bahan bakar yang harus dikeluarkan di jalan akan lebih sedikit serta waktu perjalanan akan lebih hemat, sisa waktu tersebut dapat dimaksimalkan untuk aktivitas selanjutnya yang berpotensi meningkatkan nilai tambah perekonomian.
juga akan menjadi katalisator pemerataan pertumbuhan ekonomi hingga ke perdesaan asalkan wilayah tersebut harus tersedia infrastruktur yang dapat menunjang akses internet.
Kegiatan perdagangan secara konvensional secara sadar maupun tidak sadar akan membentuk aglomerasi di wilayah perkotaan sehingga mengakibatkan kesenjangan antara wilayah perkotaan dengan wilayah perdesaan (Kuznet, 1955 dalan Casco, 2009). E-commerce
tidak terpengaruh pada jarak fisik asalkan suatu wilayah tersambung dengan koneksi internet. Penetrasi internet menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bekerja sama dengan Pusat Kajian dan Komunikasi Universitas Indonesia (Puskakom UI) yang dimuat dalam portal berita beritasatu.com menyetakan bahwa tingkat penetrasi internet memang baru 34,9% pada tahun 2014, akan tetapi penetrasi internet yang saat ini sudah diakses hingga ke desa-desa seluruh Indonesia memberikan angin segar bagi pertumbuhan ekonomi wilayah perdesaan. Dengan adanya internet di desa-desa, masyarakat desa saat ini sudah bisa melakukan e-commerce
sendiri dan tidak perlu bergantung pada kota-kota dalam memasarkan produk-produk yang dihasilkan di desa. Cukup melalui e-commerce, pembeli akan datang ke desa untuk mengambil produk dalam jumlah besar sehingga jarak fisik tidak akan mempengaruhi pemasaran. Dengan berkembangnya pemasaran komoditas di perdesaaan akan mendorong
pertumbuhan ekonomi di wilayah perdesaan hingga pada akhirnya akan terjadi pemerataan pertumbuhan ekonomi hingga wilayah perdesaan.
Meskipun e-commerce dapat mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah secara lebih merata, akan tetapi terdapat satu hal yang harus diwaspadai karena justru dapat memperlebar kesenjangan ekonomi seiring dengan berkembangnya e-commerce di Indonesia yaitu distribusi listrik yang belum merata. Menurut data Dewan Energi Nasional 2013 yang dilansir oleh slideshare.net, rasio elektrifikasi Indonesia pada tahun 2013 masih sekitar 80%, hal ini berarti masih terdapat 20% rumah tangga yang belum dialiri listrik, bahkan di Provinsi Papua, rasio elektrifikasi baru sekitar 32%. Selain Provinsi Papua, masih terdapat beberapa provinsi yang memiliki rasio elektrifikasi yang rendah seperti Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT)
Dalam kegiatan e-commerce
mutlak memerlukan listrik karena berbasis pada teknologi, sehingga wilayah-wilayah yang belum teraliri listrik otomatis tidak akan bisa menerapkan e-commerce dan kegiatan ekonomi berjalan dengan lambat. Di Provinsi Papua mengalami kesulitan kegiatan ekonomi karena kesulitan geografis sedangkan di NTB dan NTT terjajadi kesulitan akibat konfigurasi berupa kepulauan. Ketiadaan tenaga listrik tersebut menyebabkan kegiatan
e-commerce maupun pengiriman
semakin tertinggal daripada yang lain terutama di wilayah Indonesia bagian barat.
Kesimpulan
Perkembangan e-commerce di Indonesia semakin pesat memiliki dampak positif baik bagi pebisnis, konsumen maupun masyarakat. Bagi pebisnis, e-commerce memiliki dampak positif berupa pengurangan biaya operasional dan dapat memperlebar pangsa pasar, sehingga keuntungan dapat dimaksimalkan dan lebih mudah dalam hal pengembangan bisnis.
Berkembangnya e-commerce akan memberi dorongan pada
perekonomian wilayah yang lebih merata karena dengan semakin besarnya perputaran capital di suatu wilayah akan menyebabkan semakin pesatnya pertumbuhan ekonomi, serta transaksi yang lebih mudah selama 24 jam dan kemudahan proses pembayaran menyebabkan perputaran
capital semakin cepat.
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dan Pusat Kajian dan
Komunikasi Universitas Indonesia (Puskakom UI). 2015. “Mayoritas
Netizen di Indonesia Berusia 18-25 Tahun”. (online)
http://www.beritasatu.com/iptek/261297-mayoritas-netizen-di-indonesia-berusia-1825-tahun.html (diakses pada 17 September 2016 pukul 14.53)
Badan Pusat Statistik DKI Jakarta. 2013. “PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000
Menurut Lapangan Usaha di DKI Jakarta ( Juta Rupiah), 2007-2013”.
(online) http://jakarta.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/18 (diakses pada 17 September 2016 pukul 13.13)
Cao, Jian et.al.2012. “Analysis on Agricultural E-commerce Platform
Construction in Developed Areas Based on Rural Residents’ Needs – Take
the Case of Beijing”. Computer and Computing Technologies in
Agriculture VI: 6th IFIP WG 5.14 International Conference, CCTA 2012, Zhangjiajie, China, October 19-21, 2012
Casco. 2009. A Comprehensive Study Guide Geography. Singapore : Casco Publication Pte. Ltd.
Dewan Energi Nasional. 2013. “Kondisi Ke-energian Nasional dan Tantangan
yang Dihadapi. (online)
http://www.slideshare.net/Syamsir06/den-syamsir-abduh-07082014unhas (diakses pada 18 September 2016 pukul
09.00)
Galindo, Miguel Angel et al. 2009. Enterpreneurship and Business : A Regional Prespective. Berlin : Springer Berlin Heidelberg. ISBN=978-3-540-70902-2.
Kementrian Komunikasi dan Informaatika. 2014. “Pemerintah Akan Tingkat
Transaksi E-commerce”. (online)
https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/4540/Pemerintah+Akan+Ti ngkat+Transaksi+E-commerce/0/berita_satker (diakses pada 17 September 2016 pukul 12.33)
Nagle, Garreth. 2000. Advanced Geography. Oxford : Oxford University Press Rachmawati, Rini. 2014. Pengembangan Perkotaan Dalam Era Teknologi
Informasi Dan Komunikasi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Rakuten, 2012. Peta Pasar e-commerce Mulai Merata di Indonesia. (online). http://inet.detik.com/read/2012/08/30/174654/2003661/398/peta-pasar- e-commerce-mulai-merata-di-indonesia (diakses pada 17 September 2016 pukul 13.17)
Sholekan. 2009. E-commerce dan E-business Telkom PDC. Bandung
Suyanto1, Muhammad. 2003.Multimedia Alat untuk Meningkatkan Kemampuan
Bersaing. Yogyakarta : Penerbit Andi
Suyanto2, Muhammad. 2003. Strategi Periklanan pada E-commerce Perusahaan Top Dunia. Yogyakarta : Penerbit Andi