Pengelolaan Sumber Daya Agraria yang Berkelanjutan di Bumi
Sakti Alam Kerinci
Oleh : Dovel Pirmanto
Indonesia dikenal sebagai Negara yang kaya akan sumber daya alam,
memiliki beribu-ribu pulau dan lahat pertanian yang begitu berlimpah. Kekayaan
yang begitu berlimbah tersebar di seluruh penjuru nusantara mulai dari Sabang
samapai Merauke yang memiliki keanekaragaman yang berbeda-beda. Seperti
daerah aliran sungai, danau, kawasan hutan lindung, pesisir dan lain-lain, atau
dalam bentuk komoditas seperti kayu, rotan, mineral dan gas bumi, hasil laut yang
hampir merata di seluruh penjuru wilayah Indonesia.
Hutan tropis (tropical rain forest) Indonesia adalah terluas kedua di dunia. Hutan yang diperkirakan luasnya mencapai 144 juta hektar, atau sekitar 74 % dari
luas daratan Indonesia menurut Nurjana dalam (Kantor MENLH, 1990; Nurjaya,
1993). Hutan tropis Indonesia menyimpan keanekaragaman hayati (biodiversity)
terkaya di dunia, yang melipufi 1500 jenis burung, 500 jenis mamalia, 21 jenis
repril, 65 jenis ikan air tawar, dan 10 ribu jenis tumbuhan tropis menurut Nurjana
dalam (More, 1994). Garis pantai Indonesia sepanjang 81 ribu kilometer
menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki garis pantai terpanjang di
dunia. Pemerintah dan masyarakat menyadari bahwa kekayaan sumber daya alam
Indonesia sebagai modal penting dalam penyelenggaraaan pembangunan nasional
yang berkeadilan.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 Ayat (3) menyebutkan bahwa “ Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Perlu
direnungkan kembali bahwa segala sumber daya alam yang ada di Indonesia
digunakan semata-mata untuk kemakmuran rakyat yang perlu dilestarikan dan perlu
dijaga serta ditingkatkan dalam pelestariannya. Kekayaan sumber daya alam dan
agraria di Indonesia memang tidak bias diragukan lagi untuk kemajuan bangsa
Indonesia. Pembangunan ini harus selalu berkelanjutan dan selalu dikaji lagi
keberhasilan dan kekurangannya untuk dapat dinikmati bagi para penerus bangsa
Kabupaten Kerinci terletak diantara 1°40’ Lintang Selatan sampai dengan 2°26’ Lintang Selatan dan diantara 101°08’ Bujur Timur sampai dengan 101° 50’ Bujur Timur. Daerah ini beriklim tropis dengan suhu rata-rata sekitar 22° C.
Kabupaten Kerinci mempunyai luas ± 3.328,42 Km2 yang terletak di sepanjang
Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung Kerinci
yang tingginya 3.805 m dan merupakan gunung yang tertinggi di Pulau Sumatra,
serta danau-danau seperti Danau Kerinci dan Danau Gunung Tujuh, yang
merupakan danau tertinggi di Asia Tenggara. Ketinggian Kabupaten Kerinci berada
diantara 500 m sampai 1.500 m dari permukaan laut.
Diagram 1. Persentase Luas Daerah Menurut Kecamatan di Kabupaten
Kerinci Tahun 2014
Sumber : Kerinci Dalam Angka 2015, BPS Kabupaten Kerinci
Berdasarkan diagram diatas menggambarkan bahwa di Kabupaten Kerinci
memiliki luas daerah ± 3.328,42 Km2. Luas daerah sebagian besar merupakan lahan
pertanian, perkebunan dan kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).
Kabupaten Kerinci tidak tertingal dengan Kabupaten lain yang ada diseluruh
Indonesia dalam hal kekayaan sumber daya alam dan agraria. Kekayaan sumber
daya alam dan agraria menarik minat para peneliti. Hal ini terbukti dengan
banyaknya peneliti dari mancanegara yang datang ke Kabupaten Kerinci untuk
Kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan agraria yang baik dan
berkelanjutan supaya hasilnya dapat dirasakan pemerintah dan kemakmuran rakyat
dapat menerapkan beberapa prinsip berikut ini :
1. Dimanfaatkan dan dikelola dengan tujuan untuk kemakmuran dan
kesejahteraan rayat secara berkelanjutan dari masa ke masa dan dari
generasi ke generasi berikutnya.
2. Sumber daya alam hasur dialokasikan secara adil dan merata serta
demokratis .
3. Pengelolaan sumber daya alam dan agraria harus mampu melindungi
dan mempertahankan eksistensi budaya lokal serta hukum yang hidup
dan berkembang di masyarakat adat/ lokal.
4. Pengelolaan sumber daya alam harus terkoordinasi dengan baik atau
pengelolaan sumber daya alam harus dilakukan dengan pedekatan
sistem untuk mencegah terjadinya praktik – praktik pengelolaan yang
bersifat parsial.
5. Kebijakan dan praktik-praktik pengelolaan sumber daya alam harus
bersifat lokal dan disesuikan dengan kondisi ekosistem dan masyrakat
setempat.
Pengelolaan sumber daya alam dan agraria di Kabupaten Kerinci sebagian
besar sudah menggunakan prinsip – prinsip diatas. Seperti yang terlihat dari
pengelolaan sumber daya alam yang sebagian dikelola masyarakat itu sendiri,
dalam hal ini pemerintah memberi masukan-masukan dan pelatihan-pelatihan
pengelolaan sumber daya alam. Sehingga, masyarakat dapat merasakan secara
langsung hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan agraria yang baik dan untuk
kemakmuran mereka itu sendiri.
Sebagian pengelolaan sumber daya alam dan agraria di Kabupaten Kerinci
juga memegang teguh dan menggunakan hukum agraria adat yaitu keseluruhan dan
kaidah-kaidah hukum yang bersumber pada hukum adat dan berlaku terhadap
tanah-tanah yang dipunyai dengan hak-hak tanah yang diatur oleh hokum adat.
Penggunaan hokum agraria adat memberikan dampat positif terhadap pengelolaan
memanfaatkan sumber daya agraria sebelum mendapat arahan dan masukkan dari
para pengurus adat yang berumber pada hukum agraria adat.
Pengelolaan sumber daya agraria di Kabupaten Kerinci tetap di jaga dengan
baik, sehingga tidak menghilangkan eksistensi budaya lokal dan kearifan
masyarakat setempat. Sebab keterkaitan antara agraria dengan budaya lokal dan
kearifan lokal sangat erat hubungannya. Dimana masyrakat dari setiap kecamatan
memiliki cara dan budaya pengolahan sumber daya agraria yang berbeda-bedan. Ini
memberikan gambaran bahwa masyarakat Indonesia pada umumnya dan
masyarakat Kerinci pada khususnya memiliki kepedulian terhadap sumber daya
agraria dan ini harus tetap berlanjut dari masa ke masa agar sumber daya agraria
tetap terkelola secara berkelanjutan.
Pemerintah sangat berperan penting dalam mengelola sumber daya alam dan
agraria di Kabupaten Kerinci dengan memberikan masukkan dan mengarahkan
masyarakat ke tata kelola sumber daya alam dan agrarian yang baik. Masyarakat
sangat memerlukan masukkan terhadap pengelolaan sumber daya agraria. Sebab,
sebagaian masyarakat tidak dapat menentukan langkah-langkah yang tepat dalam
pengelolaannya. Seperti, bagaimana menentukan langkah-langkah dan
tahapan-tahapan apa yang harus dilakukan dalam pengelolaan agraria yang sesuai dengan
ekosistem yang berada di Kabupaten Kerinci.
Melihat kembali kepada UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah, bukan sekedar pengalihan wewenang urusan pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah, tetapi lebih dari itu. Penyerahan otonomi pengelolaan sumber
daya alam kepada masyrakat di daerah, terutama masyarakat adat atau lokal
sebagai manifestasi dari paradigma pengelolaan sumber daya yang berbasis
masyarakat. Dalam hal ini pemerintah pusat dan derah berperan sebagai
administrator dan fasilisator untuk:
1. Memberikan dorongan peningkatan kapasitas masyarakat atau
meningkatkan sumber daya manusia dalam pengelolaan sumber daya alam,
agraria dan lingkungan.
2. Menjamin adanya pengakuan dan perlindungan hak-hak masyarakat adat
3. Menghormati dan melindungi modal sosial, seperti etika sosial, kearifan
lingkungan.
4. Mengakui dan mengakomodasi adanya kemajemukan hukum yang tumbuh
dan berkembang dalam kehidupan masyarakat.
Pengelolaan sumber daya agraria dapat terlihat dari hasil pertanian
masyarakata Kerinci. Kabupaten Kerinci dengan lahan pertanian yang subur
merupakan salah satu daerah penyyangga pengan dan merupakan lumbung padi
bagi daerah lain di Provinsi Jambi dan sekitarnya. Tanaman padi, hortikultura dan
palawija menjadi andalan utama dalam kegiatan pertanian di Kabupaten Kerinci.
Diagram 2. Produktivitas Hasil Pertanian Kabupaten Kerinci (Kw/Ha) Tahun
2014
Sumber : Kerinci Dalam Angka 2015 , BPS Kabupaten Kerinci
Produktifitas hasil pertanian sangat bergantung kepada pengelolaan sumber
daya alam dan agraria yang baik dan benar. Pengelolaan lahan pertanian tidak baik
akan berdampak buruk terhadap sektor pertanian di Kabupaten Kerinci.
Pengelolaan yang baik terlihat dari diagram diatas produktifitas tanaman ubi jalar
mencapai 325.0 Kw/Ha. Produktifitas ubi jalar menjadi tanaman atau hasil
pertanian yang sangat produktif tahun 2014 dibandingankan dengan tanaman atau
hasil pertanian yang lain. Tetapi sebaliknya tanaman padi menjadi tanaman yang
memiliki produktifitas terendah dibandingkan dengan tanaman lain pada tahun
2014. Meski produktifitasnya rendah tanaman padi memiliki poduksi terbesar di
Statistik Pertanian Kabupaten Kerinci
Sumber : Kerinci Dalam Angka 2015 , BPS Kabupaten Kerinci
Luas panen tanaman padi pada tahun 2014 sebesar 28.727 ha dengan
produksi sebesar 160.222 ton, dan produktivitas per hektar 55,77 kw/ha. Produksi
tersebut menigkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Begitu juga dengan
produksi ubi jalar, kentang, dan kubis yang meningkat dibanding tahun
sebelumnya. Masing – masing produksi pada tahun 2014 yaitu 71.309 ton, 156.997
ton, dan 51.593 ton.
Pengelolaan sumber daya alam dan agraria yang berkelaanjutan harus
adanaya kerja sama yang saling bersinergi antara pemerintah pusat dan daerah,
pemerintah daerah dengan masyarakat. Selalu mengkaji ulang terhadap
langkah-langkah dan kenijakan-kebijakan agraria yang telah di terapkan supaya dapat
melakukan perbaikan terhadap langkah yang kurang tepat terhadap keberlanjutan
sektor agraria. Pemerintah Kabupaten telah malaksanakan kebijakan agraria yang
baik namun belum mencapai hasil yang maksimal dan perlu di tingkatkan.
Masyarakat akan merasakan manfaat dari pengelolaan sumber daya alam
dan agraria apabila pengelolaannya memegang teguh prinsip-prinsip dan
hukum-hukum agraria yang ada di Indonesia. Untuk mencapai agraria yang demokratis
Referensi
Badan Pusat Statistik . http://kerincikab.bps.go.id/index.php/Publikasi di akses
pada tanggal 26 Maret 2016.
Kerinci Dalam Angka 2015.
Kuncorowati, Puji Wulandari dan Supripno. 2010. Diktat Hukum Agraria. Universitas Negeri Yogyakarta.
Nurjana, I Nyoman. Menuju Pengelolaan Suber Daya Agraria yang Adil, Demokjiatis, dan Berkelanjutan : Perspektif Hukum Dan Kebijakan.
Palahi, Ziyad. 2014. Property Boom atau Kelengkapan Tanah? Meneropong Relasi
Antara Casinocapitalism dan Rezim Internasional. Jurnal Landreform. 2(2) : 12-23.
Pratiwi, Baiq Lisa Mayasari. 2013. Penguasaan hak atas tanah yang belum di bagi
waris ditinjau dari perspektif hukum agrarian nasional. Skripsi. Universitas Mataram, Mataram.
Statistik Daerah Kabupaten Kerinci 2015.
Undang – Undang Dasar Tahun 1945.
Zaid, Muhammad Adib dan Linda Y.S. 2014. Tanah dan Hukum Adat di Indonesia