• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Penentuan Bobot Jenis Dan Indeks Bias Pada Minyak Akar Wangi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Penentuan Bobot Jenis Dan Indeks Bias Pada Minyak Akar Wangi"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Akar wangi

Nama ilmiah : Vetiveria zizanoides Stapt

Tumbuhan ini termasuk suku rumput-rumputan (Gramineae), berasal dari India, Birma dan Sri Langka. Akar wangi dibudidayakan untuk diambil

minyaknya. Selain itu digunakan untuk tanaman pencegah longsor serta untuk

membuat tikar.

2.1.1 Klasifikasi Akar Wangi

Kerajaan

Divisi

Kelas

Ordo : Poales

Famili : Poaceae

Genus : Vetiveria

Species : Vetiveria zizanoides

(Wikipedia, 2011).

2.1.2 Morfologi Akar Wangi

Tanaman akar wangi (Vetiveria zizanoides Stapt) termasuk dalam famili

Graminea atau poaceae alias rumput-rumputan. Akar tanaman ini memiliki bau sangat wangi. Tumbuh merumpun, lebat, akar tinggalnya bercabang banyak

(2)

dapat mencapai 200 cm. Tidak seperti akarnya, daun tanaman akar wangi ternyata

tidak mengandung minyak sehingga tidak dapat disuling untuk diambil minyak

atsirinya. Daun tampak kaku, berwarna kelabu, panjangnya mencapai 100 cm.

bunganya berwarna hijau atau ungu. Cara memperbanyaknya dilakukan melalui

biji, memisahkan anak rumpun, atau memecah akar tuggalnya yang telah bertunas

(Lutony dan Rahmayati, 2002).

2.1.3 Manfaat dan Kegunaan Akar Wangi

Daun, batang, dan akar tanaman akar wangi sangat banyak manfaatnya.

Batang akar wangi dapat digunakan sebagai bahan baku kerajinan. Batang dan

akar dapat diolah menjadi minyak. Minyak akar wangi digunakan sebagai bahan

pembuatan parfum, kosmetik, dan sabun. Pada zaman dahulu, akar wangi yang

sudah kering digunakan sebagai pewangi pakaian terutama batik dan benda-benda

pusaka seperti keris. Aroma harum akar wangi dihasilkan dari minyak asitri yang

terkandung dalam tumbuhan ini.

Selain dari manfaat yang disebutkan di atas. Tanaman akar wangi juga

memiliki khasiat untuk pengobatan, antara lain:

a. Menghilangkan bau mulut dan mengobati sakit gigi b. Mengobati rematik, pegal linu dan encok

c. Mengobati luka

(3)

2.2 Minyak Atsiri

Minyak atsiri merupakan salah satu hasil sisa proses metabolisme dalam

tanaman, yang terbentuk karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia

dengan air. Minyak tersebut disintesis dalam sel kelenjar jaringan tanaman dan

ada juga yang terbentuk dalam pembuluh resin, misalnya minyak terpentin dari

pohon pinus. Minyak atsiri selain dihasilkan oleh tanaman dapat juga terbentuk

dari hasil degradasi trigliserida oleh enzim atau dapat dibuat secara sintesis

(Lutony dan Rahmayati, 2002).

Pada mulanya istilah minyak atsiri atau minyak eteris adalah istilah yang

digunakan untuk minyak mudah menguap dan diperoleh dari tanaman dengan cara

penyulingan uap. Definisi ini, dimaksudkan untuk membedakan minyak atau

lemak dengan minyak atsiri yang berbeda tanaman penghasilnya. Definisi ini akan

lebih lengkap jika ke dalam kelompok ini dicantumkan pula minyak yang mudah

menguap dengan metode ekstraksi yaitu dengan cara menggunakan penyulingan

uap (Guenther, 1987).

Minyak atsiri umumnya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan

kimia yang terbentuk dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O) serta

beberapa persenyawaan kimia yang mengandung unsur Nitrogen (N) dan

Belerang (S). Umumnya komponen kimia minyak atsiri terdiri dari campuran

hidrogen dan turunannya yang mengandung oksigen yang disebut dengan Terpen

atau terpenoid. Terpen merupakan persenyawaan hidrogen tidak jenuh dan satuan

(4)

Dari 70 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan di pasaran internasional,

sekitar 9-12 macam atau jenis minyak atsiri di suplai dari Indonesia. Oleh sebab

itu, Indonesia termasuk negara produsen besar yang cukup diandalkan dan

menjadi negara pengekspor minyak atsiri dengan kualitas terbaik. Kondisi

tersebut disebabkan faktor dan kondisi iklim serta jenis dan tingkat kesuburan

tanah yang dimiliki Indonesia, yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman nilam

(patchouli), akar wangi (vetyver), kenanga (cananga), kayu putih (cajeput), serta

melati (yasmin) (Lutony dan Rahmayati, 2002). 2.2.1 Penggolongan Minyak Atsiri

Komponen minyak atsiri adalah senyawa yang bersifat kimia, fisika serta

mempunyai bau dan aroma yang khas, demikian pula peranannya sangat besar

sebagai obat. Komponen penyusun minyak atsiri dibagi menjadi beberapa

golongan sebagai berikut:

a. Minyak Atsiri Hidrokarbon

Minyak atsiri kelompok ini komponen penyusunnya sebagian besar terdiri

dari senyawa-senyawa hidrokarbon, misalnya minyak terpentin diperoleh dari

tanaman-tanaman golongan pinus (famili Pinaceae). Terpentin larut dalam

alkohol, eter, kloroform, dan asam asetat glasial dan bersifat optis aktif.

Kegunaannya dalam farmasi adalah sebagai obat luar, melebarkan pembuluh

darah kapiler dan merangsang keluarnya keringat. Terpentin jarang digunakan

(5)

b. Minyak Atsiri Alkohol

Minyak pipermin dihasilkan dari daun tananaman Mentha piperita Linn,

yang penyusun utamanya adalah mentol. Pada bidang farmasi digunakan sebagai

antigatal, bahan pewangi dan pelega hidung tersumbat. Sementara pada industri

digunakan sebagai pewangi pasta gigi (Gunawan dan Mulyani, 2004).

c. Minyak Atsiri Fenol

Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri fenol. Minyak ini diperoleh dari

tanaman cengkeh yang memiliki nama latin yaitu Eugenia caryophyllata atau

Syzigium caryophyllum (famili Myrtaceae). Bagian yang dimanfaatkan adalah bunga dan daun. Minyak cengkeh tersusun dari eugenol yaitu sampai 95% dari

jumlah minyak atsiri keseluruhan. Selain eugenol, juga mengandung

aseton-eugenol, beberapa senyawa dari kelompok seskuiterpen, serta bahan-bahan yang

tidak mudah menguap seperti tanin, lilin, dan bahan seperti damar. Kegunaan

minyak cengkeh antara lain mengobati masuk angin serta menghilangkan rasa

mual dan muntah (Gunawan dan Mulyani, 2004).

d. Minyak Atsiri Eter Fenol

Minyak adas merupakan minyak atsiri eter fenol. Minyak adas berasal dari

hasil penyulingan buah Pimpinella anisum atau dari Foeniculum vulgare (famili

Apiaceae atau Umbelliferae). Minyak yang dihasilkan, terutama tersusun dari komponen-komponen terpenoid seperti anetol, sineol, pinena dan felandrena.

Minyak adas digunakan sebagai pelengkap sediaan obat batuk, sebagai korigen

odoris untuk menutup bau tidak enak pada sediaan farmasi dan bahan parfum

(6)

e. Minyak Atsiri Oksida

Minyak kayu putih merupakan minyak atsiri oksida. Diperoleh dari isolasi

daun Melaleuca leucadendon L (famili Myrtaceae). Komponen penyusun minyak atsiri kayu putih palig utama adalah sineol (85%) (Gunawan dan Mulyani, 2004).

f. Minyak Atsiri Ester

Minyak gandapura merupakan atsiri ester. Minyak atsiri ini diperoleh dari

isolasi daun dan batang Gaultheria procumbens L (famili Erycaceae). Komponen

penyusun minyak ini adalah metil salisilat yang merupakan bentuk ester. Minyak

ini digunakan sebagai korigen odoris, bahan parfum, industri permen dan

minuman tidak beralkohol (Gunawan dan Mulyani, 2004).

2.2.2 Keberadaan Minyak Atsiri dalam Tanaman

Minyak atsiri terkandung dalam berbagai organ tanaman, seperti di dalam

rambut kelenjar (famili Labiatae), di dalam sel-sel parenkim (famili Piperaceae), di dalam saluran minyak seperti vittae (family Umbelliferae), di dalam rongga-rongga skizogen dan lisigen (famili Pinaceae dan Rutaceae), terkadang dalam

semua jaringan (famili Conaferae). Minyak atsiri dapat terbentuk secara langsung oleh protoplasma akibat adanya peruraian lapisan resin dari dinding sel atau oleh

hidrolisis dari glikosida tertentu (Gunawan dan Mulyani, 2004).

2.2.3 Kandungan Minyak Atsiri

Dengan pesatnya kemajuan instrumentasi analitik, telah dapat dilakukan

identifikasi yang tepat atas penyusun minyak atsiri, termasuk konstituen

runutannya. Minyak atsiri sebagian besar terdiri dari senyawa terpen, yaitu suatu

(7)

isopren. Satuan-satuan isopren (C5H8) ini membentuk asetat melalui jalur

biosintesis asam mevalonat dan merupakan rantai bercabang lima dari satuan

atom karbon yang mengandung dua ikatan rangkap (Gunawan dan Mulyani,

2004).

Terpen yang paling sering terdapat dalam komponen penyusun minyak

atsiri adalah monoterpen. Monoterpen banyak ditemukan dalam bentuk asiklis,

monosiklis, serta bisiklis sebagai hidrokarbon dan turunan yang teroksidasi seperti

alkohol, aldehid, keton, fenol, oksidasi dan ester. Terpen lain di bawah

monoterpen yang berperan penting sebagai penyusun minyak atsiri adalah

seskuiterpen dan diterpen (Gunawan dan Mulyani, 2004).

Kelompok besar lain dari komponen penyusun minyak atsiri adalah

senyawa golongan fenil propan. Senyawa ini mengandung cincin fenil C6 dengan

rantai samping berupa propana C3 (Gunawan dan Mulyani, 2004).

2.2.4 Sifat-Sifat Minyak Atsiri

Sebagian besar minyak atsiri mempunyai sifat fisika kimia sebagai

berikut:

a. bau khas

b. tidak larut dalam pelarut air, larut dalam eter, kloroform dan pelarut

organik lain

c. sebagian komponen kandungan minyak mudah menguap

d. yang mengandung fenol dapat membentuk garam

(8)

Kandungan kimia semua minyak atsiri merupakan senyawa campuran dan

tidak pernah dalam bentuk tunggal, misalnya minyak kapulaga mengandung 5

komponen besar seperti cineol, borneol, limonen, alfa-terpinilasetat dan alfa

terpinen. Jika diuraikan, cineol berbau sedap tapi pedas seperti minyak kayu putih.

Borneol berbau kamper seperti kapur barus, limonen harum seperti jeruk keprok,

alfa-terpinilasetat berbau jeruk purut, sedang alfa terpinen berbau jeruk citrun.

Campuran dari kelima komponen itulah yang membuat aroma khas kapulaga.

Dari semua jenis minyak atsiri, sebenarnya tersusun dari jalur biosintesis

metabolit sekunder:

a. Asetat- mevalonat untuk golongan terpenoid

b. Jalur sikimat-fenil propan untuk golongan aromatik

Contoh kerangka minyak atsiri:

a. Monoterpen yaitu:

i. Asiklis

ii. Siklis

b. Seskuiterpen

c. Senyawa fenil propanoid (Gunawan dan Mulyani, 2004).

2.3 Parameter Minyak Atsiri

Beberapa parameter yang biasanya dijadikan standar untuk mengenali

(9)

2.3.1 Berat Jenis

Berat jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu

dan kemurnian minyak atsiri. Nilai berat jenis minyak atsiri didefinisikan sebagai

perbandingan antara berat minyak dengan berat air pada volume air yang sama

dengan volume minyak yang sama. Berat jenis sering dihubungkan dengan fraksi

berat komponen-komponen yang terkandung didalamnya. Semakin besar fraksi

berat yang terkandung dalam minyak, maka semakin besar pula nilai densitasnya.

Biasanya berat jenis komponen terpen teroksigenasi lebih besar dibandingkan

dengan terpen tidak teroksigenasi (Sastrohamidjojo, 2004).

2.3.2 Indeks Bias

Indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya di dalam

udara dengan kecepatan cahaya didalam zat tersebut pada suhu tertentu. Indeks

bias minyak atsiri berhubungan erat dengan komponen-komponen yang tersusun

dalam minyak atsiri yang dihasilkan. Sama halnya dengan berat jenis, komponen

penyusun minyak atsiri dapat mempengaruhi nilai indeks biasnya. Semakin

banyak komponen berantai panjang seperti sesquiterpen atau komponen bergugus

oksigen yang ikut tersuling, maka kerapatan medium minyak atsiri akan

bertambah sehingga cahaya yang datang akan lebih sukar untuk dibiaskan. Hal ini

menyebabkan indeks bias minyak lebih besar. Menurut Guenther, nilai indeks bias juga dipengaruhi oleh adanya air dalam kandungan minyak atsiri tersebut.

Semakin banyak kandungan airnya, maka semakin kecil nilai indek biasnya. Ini

(10)

minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang besar lebih bagus dibandingkan

dengan minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil (Sastrohamidjojo, 2004).

2.3.3 Putaran optik

Sifat optik dari minyak atsiri ditentukan menggunakan alat polarimeter

yang nilainya dinyatakan dengan derajat rotasi. Sebagian besar minyak atsiri jika

ditempatkan dalam cahaya yang dipolarisasikan maka memiliki sifat memutar

bidang polarisasi ke arah kanan (dextrorotary) atau ke arah kiri (laevorotary).

Pengukuran parameter ini sangat menentukan kriteria kemurnian suatu minyak

atsiri (Sastrohamidjojo, 2004) .

2.3.4 Bilangan Asam

Bilangan asam menunjukkan kadar asam bebas dalam minyak atsiri.

Bilangan asam yang semakin besar dapat mempengaruhi kualitas minyak atsiri,

yaitu senyawa-senyawa asam tersebut dapat merubah bau khas dari minyak atsiri.

Hal ini dapat disebabkan oleh lamanya penyimpanan minyak dan adanya kontak

antara minyak atsiri yang dihasilkan dengan cahaya dan udara sekitar ketika

berada dalam botol atau wadah pada saat penyimpanan. Karena sebagian

komposisi minyak atsiri apabila terkontaminasi dengan udara atau berada pada

kondisi yang lembab akan mengalami reaksi oksidasi dengan udara (oksigen)

yang dikatalisis oleh cahaya sehingga akan membentuk suatu senyawa asam. Jika

penyimpanan minyak tidak diperhatikan atau terkontaminasi langsung dengan

udara sekitar, maka akan semakin banyak juga senyawa-senyawa asam yang

terbentuk. Oksidasi komponen-komponen minyak atsiri terutama golongan

(11)

bilangan asam suatu minyak atsiri. Hal ini juga dapat disebabkan oleh

penyulingan pada tekanan tinggi (temperatur tinggi), karena pada kondisi tersebut

kemungkinan terjadinya proses oksidasi sangat besar. Bilangan asam adalah

ukuran dari asam lemak bebas, serta dihitung berdasarkan berat molekul dari asam

lemak atau campuran asam lemak. Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah

milligram KOH 0,1N yang digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas yang

terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak (Sastrohamidjojo, 2004).

2.3.5 Kelarutan dalam Alkohol

Telah diketahui bahwa alkohol merupakan gugus OH. Karena alkohol

dapat larut dengan minyak atsiri maka pada komposisi minyak atsiri yang

dihasilkan tersebut terdapat komponen-komponen terpen teroksigenasi. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Guenther bahwa kelarutan minyak dalam alkohol

ditentukan oleh jenis komponen kimia yang terkandung dalam minyak. Pada

umumnya minyak atsiri yang mengandung persenyawaan terpen teroksigenasi

lebih mudah larut daripada yang mengandung terpen tidak teroksigenasi. Semakin

tinggi kandungan terpen maka semakin rendah daya larutnya (sukar larut), karena

senyawa terpen tidak teroksigenasi merupakan senyawa nonpolar yang tidak

mempunyai gugus fungsional. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa semakin

kecil kelarutan minyak atsiri pada alkohol (biasanya alkohol 90%) maka kualitas

(12)

2.4 Metode Penyulingan Minyak Atsiri

Penyulingan adalah proses pemisahan antara komponen cair atau padat

dari dua macam campuran atau lebih berdasarkan perbedaan titik uapnya dan

dilakukan untuk minyak atsiri yang tidak larut dalam air. Dalam industri minyak

atsiri dikenal tiga metode penyulingan, yaitu:

2.4.1 Penyulingan dengan Air

Metode ini merupakan metode paling sederhana dibandingakan dengan

metode yang lainnya. Proses penyulingan dengan cara ini hampir sama dengan

perebusan. Bahan baku yang sudah kering/layu dimasukkan kedalam ketel suling

yang telah terisi air. Perbandingan berat air dengan bahan baku pada umumnya

1:3. Selanjutnya ketel ditutup rapat agar tidak ada uap yang keluar, kemudian

ketel dipanaskan sampai uap air dan minyaknya mengalir melalui pipa didalam

kondensor. Air dan minyak yang keluar ditampung didalam tangki pemisah.

Pemisahan minyak dengan air berdasarkan pada berat jenisnya.

Namun metode penyulingan dengan air mempunyai beberapa kelemahan,

yaitu hanya cocok untuk bahan baku dalam jumlah sedikit dan tidak cocok untuk

bahan baku yang larut dalam air. Metode ini diterapkan untuk penyulingan

minyak jahe, palmarosa dan kemangi (Yuliani dan Suyanti, 2012)..

2.4.2 Penyulingan dengan Uap

Pada metode ini, ketel suling dan tangki air berisi sumber uap panas

(boiler) diletakan secara terpisah. Di dalam boiler terdapat pipa yang berhubungan

dengan ketel suling. Penyulingan dengan uap sebaiknya dimulai dengan tekanan

(13)

di boiler ditingkatkan sampai suhu uap mencapai 150°C dan tekanan mencapai 5

bar. Air dari boiler akan mendidih lalu uapnya mengalir kedalam ketel suling

yang sudah ada bahan di dalamnya. Uap air akan menembus sel-sel bahan dan

membawa uap minyak atsiri yang selanjutnya akan mengalir melalui kondensor,

uap minyak akan mengembun menjadi cairan yang kemudian ditampung ditangki

pemisah.

Hal yang perlu diperhatikan dalam metode ini adalah tekanan pada boiler

yang harus dikontrol. Suhu di ketel penyulingan harus diatur sekitar 110-120°C,

sedangkan tekanan pada ketel suling disesuaikan dengan ketebalan ketelnya.

Metode ini cocok untuk menyuling minyak atsiri yang diambil dari bagian

tanaman yang keras, seperti kulit batang, kayu dan biji-biji yang keras (Yuliani

dan Suyanti, 2012)..

2.4.3 Penyulingan dengan Uap dan Air

Metode ini disebut dengan sistem kukus atau sistem uap tidak langsung.

Alat yang digunakan pada metode ini menyerupai dandang nasi. Proses

penyulingan diawali dengan memasukkan air ke bagian dasar ketel sampai 1/3

bagian. Bahan baku diletakan di bagian atas lempeng penyekat. Bahan baku

sebaiknya jangan terlalu padat karena akan mempersulit jalannya uap air untuk

menembus bahan baku. Setelah itu ketel ditutup rapat lalu dipanaskan. Pada saat

air mendidih uap air akan melewati lubang-lubang pada lempeng penyekat dan

celah-celah bahan. Minyak atsiri yang ada di dalam bahan akan terbawa uap panas

menuju ke pipa kondensor. Selanjutnya uap air dan minyak atsiri akan

(14)

Keuntungan dari metode ini adalah adanya penetrasi uap yang terjadi

secara merata kedalam jaringan bahan. Selain itu, suhu dapat dipertahankan

sampai 100°C, harga alat lebih murah, dan rendemen minyak yang dihasilkan

lebih besar dibandingkan dengan minyak yang dihasilkan dengan metode

penyulingan air (Yuliani dan Suyanti, 2012).

2.5 Minyak Akar Wangi

Minyak akar wangi dalam dunia perdagangannya dikenal dengan nama

vetiver oil, yang merupakan cairan kental yang berasal dari hasil ekstraksi atau penyulingan akar wangi dengan warna coklat kemerahan, berbau khas dan

aromatis kuat. Umumnya minyak akar wangi yang baik ditandai oleh berat jenis

dan putaran optiknya yang tinggi, komposisi bau lebih sempurna, dan ketahanan

bau lebih lama (Lutony dan Rahmayati, 2002).

.

Syarat mutu vetiver oil yang di tetapkan berdasar kan SNI 06-2386-2006

sebagai berikut:

No PARAMETER ZAT/UKURAN

1 Warna Bau Kuning muda – coklat kemerahan Khas akar wangi

2 Berat jenis pada 20oC 0,980 – 1,003

3 Indeks bias 1,520 – 1,530

4 Kelarutan dalam Etanol 95% 1: 1 jernih, seterusnya jernih

5 Bilangan asam 10 – 35

6 Bilangan ester 5-26

7 Bilangan ester setelah asetilasi 100 – 150

(15)

2.5.1 Kandungan Mutu Minyak Akar Wangi

. Senyawa lainnya meliputi senyawa keton, aldehida, alkohol dan

ester-ester yang memberi bau khas. Senyawa tersebut misalnya vetivenil, vetivenat,

asam palmitat dan asam benzoat. Umumnya minyak akar wangi yang baik

ditandai dengan bobot jenis yang tinggi, komposisi bau yang lebih sempurna dan

ketahanan bau yang lebih lama.

Faktor-faktor yang mempen;; garuhi mutu minyak akar wangi antara lain

waktu panen, kondisi bahan baku, cara penanganan dan pengolahan bahan baku,

bahan konstruksi alat penyulingan, metode ekstraksi, metode penyulingan, lama

penyulingan dan penanganan minyak hasil ekstraksi.

Standar mutu minyak akar wangi dalam perdagangan Internasional belum

seragam karena negara penghasil dan pengimpor menentukan standar mutu

minyak akar wangi sesuai dengan kebutuhan sendiri (Annonim, 2011).

2.5.2 Parameter Mutu Minyak Akar Wangi

Beberapa parameter yang digunakan untuk mengetahui standar mutu dari

minyak akar wangi, antara lain:

a. Bobot Jenis Minyak Akar Wangi

Prinsip Bobot jenis minyak akar wangi berdasarkan perbandingan antara

berat minyak dengan berat air pada volume dan suhu yang sama (Dewan

Standarisasi Nasional, 2006).

Cara penentuan bobot jenis minyak akar wangi yaitu dengan

menggunakan alat piknometer. Piknometer dicuci dan dibersihkan, kemudian

(16)

tutupnya dikeringkan dengan arus udara kering. Didiamkan pinometer di dalam

lemari timbangan selama 30 menit dan ditimbang (m). Piknometer diisi dengan air

suling yang telah dididihkan pada suhu 20°C. sambil menghindari adanya

gelembung gelembung udara. Piknometer dicelupkan ke dalam penangas air pada

suhu 20°C ± 0,2°C selama 30 menit sisipkan penutupnya kemudian dikeringkan

piknometernya. Piknometer didiamkan dalam lemari timbangan selama 30 menit,

kemudian ditimbang dengan isinya (m1). Piknometer tersebut dikosongkan, dan

dicuci dengan etanol dan dietil eter. Kemudian dikeringkan dengan arus udara

kering. Piknometer diisi dengan contoh minyak dan hindari adanya

gelembung-gelembung udara. Piknometer dan penutupnya dimasukkan kembali dalam

penangas air pada suhu 20°C ± 0,2°C selama 30 menit dan dikeringkan

piknometer tersebut. Piknometer dibiarkan di dalam lemari timbangan selama 30

menit kemudian ditimbang dengan isinya (m2) (Dewan Standarisasi Nasional,

2006).

b. Indeks Bias Minyak Akar Wangi

Prinsip penentuan indeks bias minyak akar wangi menurut Standar

Nasional Indonesia (SNI) No. 06-2386-2006, yaitu metode penetapan indeks bias

didasarkan pada pengukuran langsung sudut bias minyak yang dipertahankan

pada kondisi suhu yang tetap (Dewan Standarisasi Nasional, 2006).

Nilai indeks juga dipengaruhi salah satunya dengan adanya air dalam

kandungan minyak atsiri tersebut. Semakin banyak kandungan airnya, maka

semakin kecil nilai indek biasnya. Ini karena sifat dari air yang mudah untuk

(17)

besar lebih bagus dibandingkan dengan minyak atsiri dengan nilai indeks bias

Referensi

Dokumen terkait

Prinsip greedy bisa diterapkan pada permainan 2048. Prinsip ‘take what you can get now’ tersebut diterapkan pada keputusan pengambilan langkah yang diambil. Nilai

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh peneliti langsung dari lapangan terdapat pengaruh langsung rekrutmen seleksi dan pelatihan terhadap kinerja karyawan yang lebih

Program yang sedang dijalankan dari satu atau lebih chase, satu atau lebih scene ditambah tampilan manual dari pengaturan fader dan scanner bisa membentuk suatu tata lighting yang

Ini memungkinkan para siswa untuk merevisi bahasa lisan dari topik yang ada dan pada saat yang sama juga mereka mulai mengenal bentuk tertulis. Ketika teks selesai, para

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Return On Assets tidak berpengaruh signifikan terhadap Tax Avoidance dengan nilai signifikansi sebesar

Menurut Budi Setiyawan dan Waridin (2006) kinerja karyawan merupakan hasil atau prestasi kerja karyawan yang dinilai dari segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan

Pengaruh Kepuasan Kerja tehadap Turnover Intentions Auditor dengan Hedonic Utility Sebagai Variabel Moderasi Pada Kantor Akuntan Publik di

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dapat diketahui bahwa metode pemotongan harga yang dilakukan kepada produk yang sudah melebihi waktu season yang