• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II - Deskripsi Penyajian Kitab Ende-Enden Dalam Liturgi Kebaktian Gereja Batak Karo Protestan Jalan Jamin Ginting Km.7 Padang Bulan Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II - Deskripsi Penyajian Kitab Ende-Enden Dalam Liturgi Kebaktian Gereja Batak Karo Protestan Jalan Jamin Ginting Km.7 Padang Bulan Medan"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

SEJARAH SINGKAT DAN PERKEMBANGAN GEREJA BATAK KARO PROTESTAN JALAN JAMIN GINTING KM.7

PADANG BULAN MEDAN

Pada Bab II ini, penulis akan memaparkan sejarah singkat dan perkembangan jemaat Gereja Batak Karo Protestan (GBKP), khususnya GBKP Km.7 Padang Bulan Medan. Penulis juga akan menjelaskan tata ibadah GBKP secara umum. Sebagai pengantar penulis akan menjelaskan sedikit tentang sejarah berdirinya GBKP.

2.1 Sejarah Gereja Batak Karo Protestan (GBKP)

Pekabaran Injil pertama ke daerah Karo merupakan jamahan tangan Tuhan untuk menyampaikan berita Keselamatan kepada masyarakat Karo. Kehadiran Pekabar Injil pertama di daerah Karo, dibagi atas dua kurun waktu oleh Lembaga Penelitian dan Studi DGI. Kurun waktu yang pertama disebut masa-masa permulaan, mulai tahun 1890-1906. Kurun waktu yang kedua disebut masa-masa Penanaman dan Penggarapan, mulai tahun 1906-1940.

2.1.1 Masa-masa Permulaan (1890-1906)

(2)

tanah rakyat untuk ditanami tembakau. Orang Karo menunjukkan perlawanannya dengan membakar gudang-gudang tempat menyimpan tembakau pada malam hari, merusak tanaman tembakau dan bahkan mengancam jiwa para pengusaha.

Mr. J.T. Cremer, kepala administrasi Deli Mij, mengumpulkan dana sebanyak f. 30.000,- pertahun, sebagai biaya penjinakan orang Karo dengan cara kristenisasi. Cremer berpendapat bahwa jalan satu-satunya untuk mengamankan perkebunan mereka adalah dengan melembutkan hati orang Karo dengan cara pemberitaan Injil. Kemudian Cremer mengadakan perjanjian dengan Nederlandsche Zending Genoothchac (NZG), sebuah zending yang ada di Negara Belanda untuk mengirim tenaga-tenaga Pekabar Injil ke Deli.

Tanggal 18 April 1890, Pdt. H.C. Kruyt dan Nicolas Pontoh, dari Minahasa, tiba di Belawan untuk penginjilan orang Karo. Mereka memilih desa Buluh Awar menjadi pos pelayanan. Di Buluh Awar, mereka mulai mempelajari bahasa Karo dan adat istiadatnya. Mereka mengadakan pendekatan-pendekatan dengan perbuatan baik untuk menciptakan suasana yang akrab dengan masyarakat setempat dengan tidak jemu-jemu.

(3)

Pada masa permulaan penginjilan, para penginjil memberikan pelayanan pendidikan umum di lima desa, masing-masing didirikan satu pos pelayanan. Masing-masing sekolah dipimpin oleh Guru Injil dari Minahasa serta mengadakan kerja sama dengan Kepala Desa setempat. Mereka membagi pos-pos sebagai berikut:

1. Pdt H.C.Kruyt dan Nicolas Pontoh di desa Buluh Awar. 2. Gr. Injil Benyamin Wenas di desa Salabulan.

3. Gr. Injil Johan Pinontoan di desa Sibolangit.

4. Gr. Injil Ricardo Tampenawas di desa Pernengenen. 5. Gr. Injil Hendrik Pesik di desa Tanjung Baringin

Pendidikan yang dilakukan ini mendapat curiga dari masyarakat setempat. Masyarakat setempat menganggap ini adalah siasat Belanda untuk mencari simpati rakyat. Hambatan ini ditanggulangi dengan cara pendekatan melalui Kepala Desa setempat. Mereka secara bersama-sama mengadakan penyuluhan serta pertemuan-pertemuan dengan masyarakat desa. Setelah empat tahun pendidikan di lima desa itu, maka merekapun sudah mempunyai 39 orang murid.

(4)

mempelajari pengobatan tradisional Karo. Para penginjil ini pergi melayani, kapan dan dimana saja orang membutuhkan pelayanan kesehatan. Pekabar injil menggunakan kesempatan di mana saja dan kapan saja, untuk mengabarkan kabar kesukaan. Setelah tiga tahun kemudian, terjadi suatu kabar yang menggembirakan dan memang ditunggu-tunggu, yaitu pembabtisan pertama yang dilakukan kepada orang Karo sebagai buah Injil yang telah mereka beritakan. 22 Agustus 1893, dilakukan babtisan yang pertama terhadap enam orang suku Karo di desa Buluh Awar.

Tanggal 24 desember 1899 ditahbiskan Gereja Batak Karo yang pertama di Buluh Awar. Semua nyanyian yang dinyanyikan pada saat pentahbisan ini adalah nyanyian dalam bahasa Karo yang sudah duterjemahkan oleh para penginjil. Saat itu jumlah anggota jemaat 56 orang, sementara yang sudah dibabtis sebanyak 17 orang dan disidi 4 orang. Sekolah yang didirikan NZG 4 buah dengan murid 93 orang.

2.1.2

Kurun waktu kedua dinamakan masa penanaman dan penggarapan, ini meliputi tahun 1906 sampai 1940. Dapat dikatakan bahwa yang berperan pada masa sebelumnya adalah seluruhnya di luar orang Karo. Tetapi, pada masa penanaman dan penggarapan ini orang Karo sudah ikut terlibat.

Masa-masa Penanaman dan Penggarapan (1906-1940)

(5)

rupa antara penyakit, kekuasaan alam gaib, dan roh-roh leluhur serta sistem pengobatan yang pada dasarnya adalah tanpa pembayaran materi, tetapi di dalam kaitan kekeluargaan. Merupakan suatu penghinaan terhadap seorang Guru Mbelin, yang dianggap masyarakat sebagai manusia keramat, mau ditantang oleh para pekabar injil pertama dengan penyuluhan-penyuluhan kesehatan. Penyuluhan kesehatan ini pada umumnya menolak hal yang tahayul. Tidak jarang pada zaman itu, pelayan harus menanggung berbagai penderitaan di dalam penyampaian kasih melalui pelayanan kesehatan ini.

Untuk pengembangan pendidikan masyarakat dibangun rumah-rumah sekolah dan sarana belajar lainnya. Lulusan sekolah ini akan menjadi pelopor di tengah-tengah masyarakat. Pengembangan prekonomian masyarakat Karo dilakukan dengan pengadaan sarana pertanian. Pembangunan irigasi dan pemanfaatan tanah dikembangkan bersama masyarakat. Pembukaan jalan sampai ke dataran tinggi Karo memberikan peluang yang besar kepada masyarakat untuk memasarkan hasil produksinya. Pembangunan yang dimotori oleh para penginjil membawa hasil yang cukup memuaskan, oleh karena tumbuh kesediaan dan kesadaran masyarakat Karo sendiri.

(6)

disamping mendidik para pembaharu, juga memberlakukan pembaharuan itu sendiri.

Semenjak itu Gereja Kristen Karo yang kemudian dikenal dengan Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) berkembang sekalipun sangat lambat. Dari Buluh Awar penginjilan berkembang ke wilayah sekitarnya. Selanjutnya ke Kabanjahe, dan wilayah lain di dataran tinggi Karo. Seterusnya ke daerah Pancur Batu tahun 1927. Daerah Langkat dimulai penginjilan tahun 1921 dan gereja pertama ditakbiskan tahun 1929. Di Medan sudah ada kebaktian tahun 1937 dan di Jakarta tahun 1939 sudah ada perkumpulan masyarakat Karo Sada Kata dan di Bandung perkumpulan masyarakat Karo Sada Perarih.

2.2 Sejarah dan Perkembangan Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Km.7 Padang Bulan Medan

2.2.1 Kronologi Berdirinya Gereja Batak Karo Protestan Km.7 Padang Bulan Medan

(7)

Berhubung karena jarak untuk beribadah bagi orang Kristen yang bertempat tinggal di Jalan Jamin Ginting terlalu jauh ke Sei Batang Serangan dan ke arah Pancur Batu, maka muncullah inisiatif dari beberapa suku Karo yang bertempat tinggal di Simpang Pos/Simpang Kwala Padang Bulan, untuk membuka Kebaktian dan sekaligus belajar Agama Kristen. Sebagai pemrakarsa pada saat itu diantaranya adalah :

1. Bp. Rusia Sembiring 2. Bp. Ngarang Sembiring 3. Bp. Lukas Sembiring 4. Bp. Murni Ginting Manik 5. Kiras Tarigan Sahing Dengan tugas antara lain yaitu :

- Melakukan sensus dan pendataan bagi orang Kristen yang berada di Sumber Nongko, daerah Kaveleri, Simpang Kwala hingga Simalingkar. - Mengusahakan secepatnya membuka Kebaktian Minggu di sekitar

Simpang Kwala, mengingat jarak tempuh ke Batang Serangan dan Pancur Batu cukup jauh.

Untuk merealisasikan niat tersebut, maka pada akhir bulan Agustus 1955, dimulailah kebaktian pertama yang dilaksanakan di rumah Bp. Rusia Sembiring, dengan pelayanan pada saat itu adalah Pdt. Palem Sitepu (Alm).

(8)

dicarilah jalan keluar yang terbaik. Maka dijejakilaj sebuah Sekolah Rakyat, yang dipimpin oleh Bapak N. Kembaren pada waktu itu. Seiring dengan perjalanan waktu ditambah pula dengan jumlah anggota yang semakin besar, maka dirasa perlu untuk mencari tempat lain yang lebih mempu menampung jumlah anggota jemaat, sehingga dibentuklah Panitia Pembangunan Gereja yang terdiri dari :

Ketua ( I ) : Mabai Bangun Ketua ( II ) : E. K. Ginting Sekretaris : Mulia Sembiring Bendahara : Bapa Lukas Sembiring Anggota 1 : Bapa Ruben Sinuhaji

2 : Bapa Albert Tarigan

Sebagai hasil kerja dari Panitia Pembangunan tersebut, ditambah pula dengan berakhirnya masa pakai Rumah Sekolah Rakyat sebagai tempat beribadah, maka pada tahun 1960 Gereja secara darurat dibangundidirikan di Km.8 Padang Bulan. Mulai saat itu Kebaktian Jemaat dipindahkan dari Sekolah Rakyat ke Km.8 Padang Bulan. Sebagai pemilik dari tanah tersebut adalah Bapa Jendamuli Tarigan, dan tanah tersebut dibeli dengan cara diangsur oleh jemaat. Beberapa orang yang sangat berjasa dalam hal pendanaan pembangunannya adalah :

1.6.1 Kol. Nelang Sembiring 1.6.2 Nahud Bangun

(9)

Walaupun Kebaktian bagi orang dewasa telah dipindahkan ke Km.8 Padang bulan, akan tetapi Kebaktian untuk Anak Sekolah Minggu (KA-KR) tetap dilanjutkan/diteruskan di Sekolah Rakyat Simpang Kwala. Dan sebagai pengajar KA-KR pada waktu itu adalah :

1) Dame Br. Sembiring (+) 2) Muliana Br. Barus 3) Else Br. Sembiring 4) Siam Srubakti (+) 5) Ngatur Tarigan

6) Tammat Br. Sinulingga. Dll

Animo masyarakat Karo untuk belajar Firman Tuhan tetap terus meningkat seperti:

(10)

2) Tahun 1964, ada lagi dibuka Pelajaran Agama di kediaman Pt. E.K. Ginting (Alm), dimana Pertua ini turut secara langsung sebagai Pengajar Firman Tuhan. Yang ikut belajar pada waktu itu tidak hanya berdomisili di sekitar Simpang Kwala, akan tetapi juga berasal dari Simpang Gabungan, seperti Sri Bima Depari (sekarang sudah menjadi Pertua di Gereja lain), Sukacita Sembiring Kembaren, Esther Br. Sembiring Kembaren. Waty Br. Bangun, Dasar Purba (dari Km.10), dll. Dan tepatnya pada tanggal 11 Juli 1965, mereka dibaptis (ada Baptisan Besar dan ada Baptisan Kecil) di GBKP Padang Bulan Medan. Dan sebagai Pelayan Tuhan yang melayani pada saat itu adalah Pendeta Sibero Tua (+). Termasuk yang dibaptis pada waktu itu adalah (baptisan kecil) adalah Kandirta Purba yang sekarang sudah menjadi Pertua.

(11)

mengambuk keputusan-keputusan yang sistematis dan fragmatis. Keputusan-keputusan dari Pusat, secara perlahan-lahan mulai dijalankan dan disosialisasikan kepada jemaat, untuk meningkatkan mutu pelayanan bagi Pejabat-Pejabat Gereja, contohnya : mensosialisasikan mengenai Kerja Rani, Sehna Berita Simeriah man Kalak Karo, Minggu Zeding, Minggu Penjayon dan lain-lain.

Salah satu kegiatan Panitia Pembangunan Gereja pada masa ini yaitu pada Bulan Januari 1972, melaksanakan Pengecetan Gereja untuk pertama kali bekerjasama dengan Perguruan Yayasan SMP Masehi. Kerja sama ini dilakukan dengan pembiayaan 2:1, antara Panitia Pembangunan Gereja dengan Yayasan SMP Masehi.

(12)

yang mengakibatkan tempat beribadah umat GBKP Km.7 Padang Bulan Medan tidak ada lagi.

Untuk itu dalam Sidang Majelis Gereja pada tanggal 22 Januari 1978, dibentuklah 2 (dua) ke-Panitiaan Pembangunan Gereja Majenis GBKP Km.7 Padang Bulan Medan yaitu:

A. Panitia Pembangunan yang lama, yaitu: 1. Pt. Drs. Siam Surbakti

2. Dk. Bengkel Ginting 3. Dk. Nomon Sitepu

Mereka tetap bertuga untuk meneruskan perawatan bangunan Gereja serta segala peralatan alat-alat yang ada.

B. Panitia Pembangunan Gereja yang baru, yaitu: 1. Ketua (I) : Bapa Luther Sembiring 2. Ketua (II) : Bapa Edy Surya Ginting 3. Sekretaris (I) : Drs. Benyamin Tarigan 4. Sekretaris (II) : Salim Sembiring 5. Bendahara : Negeri Surbakti Dan sebagai Pembantu Umum adalah 1. Nande Ravenna Br.Sembiring 2. Jam Surbakti

(13)

6. K. Sembiring 7. Bapa Edison Purba 8. Bapa Mai Tarigan

9. Bapa Nggulung Sinulingga 10.Bapa Petrus Sembiring

Panitia Pembangunan Gereja yang baru ini, diberi tugas untuk mencari Pertapakan untuk Gereja, bilamana Gudang bekas PNP IX ditarik kembali oleh Perkebunan. Pertapakan yang diprioritaskan adalah sekitar daerah Pasar VI. Panitia diberi tugas selama 2(dua) tahun untuk mendapatkan pertapakan tersebut. Pertapakan yang dicari benar ada tetapi ticak sesuai dengan cara pembayarannya. Para pemilik tanah meminta dengan kontan, sementara pihak Gereja hanya sanggup membayar secara mencicil (angsur). Dan akhirnya pertapakan tersebut batal dibeli dan dicari tempat lain. Panitia Pembangunan yang baru dibentuk tersebut berakhir masa tugasnya setelah tahun 1980 tanpa ada penarikan kembali dari pihak perkebunan tentang gudang yang dipakai sebagai tempat beribadah jemaat GBKP Km.7.

(14)

Simpang Gudang dapat dipakai sebagai tempat beribadah. Demikian pula, diperoleh informasi bahwa pada pertengahan tahun 60-an ada beberapa tokoh masyarakat Karo datang menghadap Mr. Roga Ginting, SH untuk bersilaturahmi mendapatkan masukan bagaimana agar Gudang PNP IX dapat menjadi tempat beribadah bagi Masyarakat Karo di sekitarnya.

Beberapa tokoh masyarakat Karo tersebut yaitu : 1. Pt. Djaga Depari

2. Pt. Mayor Eka Ginting 3. Pt. Drs Siam Surbakti

4. Diaken bengkel Ginting Suka

Mereka ini meminta petunjuk kepada keluarga Mr. Roga Ginting,SH yang pada saat itu memiliki kedudukan sebagai salah seorang Direksi PNP IX.

Untuk meluruskan itu, mereka juga memohon kepada ibu Roga Ginting (Rugun Br. Purba,SH) agar dapat menghubungi Gubernur Sumatera Utara yang pada waktu itu dijabat oleh Roos Telaumbenua, karena pada waktu itu, ibu Rugun Br.Purba,SH adalah salah satu anggota DPRD tingkat I Sumatera Utara.

Untuk melaksanakan maksud dan tujuan pemakaian Gudang tersebut, maka pihak jemaat Majelis GBKP Km.7 yang diwakili oleh panitia Pembangunan Gereja yaitu Pt. Siam Surbakti dan Dk. Bengkel Ginting Suka mencoba melakukan secara prosedur melalui keluarga Roga Ginting,SH.

(15)

Utara. Surat panitia dibuat tanggal 24 Semptember 1966 dan tidak beberapa lama keluarlah izin tersebut dari PNP IX. Maka pada bulan Desember 1966, dilaksanakan Natal pertama Daerah I di gudang tersebut.

Sementara untuk Kebaktian Umum mulai dilaksanakan mulai 1 Januari 1967. Dengan demikian, jemaat yang ada di sekitar Simpang Kwala hingga Kaveleri mulai beribadah di Gereja Majelis Km.7 walaupun masih dalam bentuk perpulungen belum menjadi runggu.

Selain tempat ibadah, Gudang tersebut juga dipakai sebagai tempat pendidikan SMP dan SMA Masehi yang pada waktu itu dipelopori oleh :

1. Drs. Romanus Sibero 2. Drs. Siam Surbakti 3. Drs. Kabar Sitepu 4. M.N. Depari 5. K. Keliat 6. B. Ginting 7. M. Tarigan 8. A. Sinulingga

(16)

pejabat Gereja pun dibangun melalui swadaya jemaat/ lelang-lelang, dan pada 31 Maret 1991, rumah pejabat tersebut diresmikan secara liturgi Gereja.

(17)

belakang Gereja juga diperjualbelikan sehingga Panitia melakukan negosiasi bersama pemilik tanah dan secara perkiraan luasnya ±200 meter dengan harga Rp. 58.400.00,-. Dengan pertambahan ±200 meter, hal tersebut sudah sangat mengembirakan sehingga pembangunan secara sekala besar sudah dapat dimulai dengan terlebih dahulu merencanakan pengumpulan dana.

Dalam perjalanan/ kisah yang dilalui tentang aset tanah Gereja tersebut sunggu banyak lika-liku yang dijalani sampai kepada kepemilikan yang sah menjadi milik Gereja. Tanah pertapakan tersebut, telah dituangkan dalam suatu Surat SK Camat No. 593.21 / 003 / SKT / KB / 2008, demikian pula mengenai tanah Rumah Dinas Pendeta yang terletak di Jalan Beringin telah diterbitkan surat yaitu SK Camat No.28 / 594 / APH / MB / 1989 tanggal 6 Februari 1989.

2.2.2 Perkembangan Gereja Batak Karo Protestan Km.7 Padang Bulan Medan

(18)

Panitia Pembangunan Gereja yang pernah ditetapkan oleh Majelis 2(dua) tim yaitu Panitia Pembangunan yang Lama dan Baru, pada waktu itu dibubarkan, sekaligus dibentuk Panitia Pembangunan Gereja yang diangkat pada Agustus 1978.

Panitia yang baru diangkat masa periode 1978-1981 tersebut adalah sebagai berikut:

1. Ketua : Drs. Nomon Sitepu 2. Sekretaris : Drs. Siam Surbakti 3. Bendahara : Negeri Surbakti

Seksi Pengumpulan Dana yaitu: 1. Ketua : Rajin Ginting 2. Sekretaris : Drs. B. Tarigan

3. Pembantu : 1) Bapa Luther Sembiring 2) Salim Sembiring 3) Bengkel Ginting 4) Benteng Pelawi

5) Nd.Rarenna br Sembiring

Mengenai tugas Panitia Pembangunan Gereja ini yaitu: A. Jangka Pendek, meliputi:

1. Memasukkan Listrik ke Gereja diusahakan selambatnya September 1978.

(19)

3. Memperbaiki Gereja termasuk merehab jendela-jendela, memperbaiki pintu-pintu untuk disesuaikan dengan gambar.

B. Sebagai Program jangka panjang, yaitu : memperjuangkan Gereja tersebut menjadi milik GBKP Km.7 Padang Bulan Medan.

Dalam Sidang Majelis GBKP Km.7 Padang Bulan Medan pada tanggal 2 September 1978, Panitia Pembangunan Gereja menyampaikan beberapa usul kehadapan Sidang Majelis, yaitu sebagai berikut:

1. Melaksanakan permutasian keuangan dan administrasi dari Bendahara Majelis Gereja ke Bendahara Panitia Pembangunan Gereja.

2. Persembahan disetiap Perpulungen jabu-jabu tetap dilaksanakan untuk dana Pembangunan Gereja.

3. Sumbangan jemaat secara pribadi perlu ditingkatkan.

4. Membentuk Donatur-donatur dari setiap Perpulungen jabu-jabu. 5. Sedapat mungkin sebulan sekali dilaksanakan lelang-lelang.

6. Melakukan Sidang Panitia sekali dalam sebulan, dan bilamana ada anggota Panitia Pembangunan tidak hadir 3(tiga) kali berturut-turut, maka sudah perlu dilaporkan ke Sidang Majelis, untuk diproses lebih lanjut.

Masih dalam sidang waktu yang sama Diakonia juga mengusulkan kepada Pimpinan Majelis Gereja agar Keuangan serta administrasi Diakonia diserahkan saja pelaksanaannya kepada Bendahara Diakonia Majenis GBKP Km.7 Padang Bulan Medan.

(20)

1. Mempersiapkan dan menjual Kalender 1979 kepada Jemaat GBKP Km.7 Padang Bulan Medan. Hal ini disetujui oleh Sidang Majelis dengan catatan Kalender tersebut mencerminkan ke-Kristenan dengan harga tidak lebih dari Rp.500,- per buah.

2. Setiap Kegiatan PA Permata Bethlehem yang dilaksanakan secara bergiliran di rumah-rumah, hendaknya dihadiri oleh Majelis Gereja. Usul ini diterima dengan baik dengan catatan dihadiri secara bergiliran dengan adanya roster.

3. Hendaknya bahab PA Permata Bethlehem senantiasa disediakan oleh Majelis Gereja. Untuk tugas ini diserahkan sepenuhnya kepada Pendeta Selamat Karosekali, yang merupakan Ketua BP. Majelis Km.7 pada waktu itu.

4. Bagaimana cara mengajak/mengaktifkan Permata untuk datang ke PA yang dilarang oleh orang tuanya.

Dalam hal ini Pimpinan Majelis memberikan jawaban agar Pertua dan Permata yang telah ditunjuk, sama-sama mengunjungi permata tersebut sekaligus memberikan gambaran permata kepada orang tua yang bersangkutan.

(21)

Dalam perjalanannya dari tahun ke tahun, tidak mungkin semua dicatat mendetail tentang sejarah perjalanan umat Majelis GBKP Km.7 Padang Bulan Medan, akan tetapi satu hal yang sudah pasti bahwa dalam hal partisipasinya. Peranan umat Majelis GBKP Km.7 telah banyak membantu Gereja-Gereja GBKP diluar GBKP Km.7, baik dari segi pembangunan fisiknya maupun dari segi Pengumpulan Dana berupa Lelang-Lelang, Pengedaran Struk Undangan, berupa urupa undangan/sumbangan yang diperuntukkan bagi kemajuan suatu Gereja. Keadaan ini dapat diketahui dari beberapa gambaran secara nyata yang telah berwujud seperti ikut serta dalam pengumpulan dana dan Pembangunan Gereja:

1. Gereja Tanjung Berampu, telah berdiri di Biru-Biru 2. Gereja Benameriah

3. Gereja Tanjung Selamat 4. Gereja Simalingkar B 5. Gereja Pintu Besi 6. Gereja Bunga Rampai 7. Gereja Pasar IV Koserna 8. Gereja Pasar VII Selayang 2 9. Gereja Timba Lau

10.Sayum (Sembahe) 11.Gereja Biru-Biru

(22)

Mengenai masalah persembahen tidak ada diterapkan dalam pengusulan tersebut. Dan diusulkan juga agar nantinya ditempatkan seorang Guru Agama untuk Majelis Benameriah/T.Selamat.

Dalam hal Perpulungen yang terdapat di Simalingkar, Pembangunan Gereja telah dirintis/ dimulai pada bulan Juni tahun 1971, sekaligus acara lelang-lenang untuk dana awal. Sumber-sumber dana yang dikutip untuk Pembangunan Gereja tersebut antara lain :

1. Dari Perpulungen Km.7, Benameriah, Tanjung Selamat. 2. Dari Kolekte ekstra setiap minggu yang telah disetujui.

3. Dari para Pertua/ Diaken yang ada di setiap Perpulungen ditetapkan Rp.200,- per orang.

4. Bantuan dari Klasis Medan berupa seng 286 lembar. 5. Donatur/ Dermawan serta kwitansi berhadiah, dll.

(23)

Tentang kelanjutan dari Panitia Pembangunan Gereja, maka pada hari Kamis tanggal 2-7-1982 oleh team Formatur, dipilihlah beberapa orang yang memegang jabatan di Panitia Pembangunan Gereja untuk masa bakti 1982-1983.

Sebagai Program Kerja Panitia Pembangunan Gereja ke depan telah dirumuskan secara skala prioritas yaitu:

1. Perbaikan atap yang bocor, asbes yang rusak serta lesplank kayu.

2. Penambahan durung-durung (tempat kolekte) dan penggantian papan tulis kecil.

3. Pembangunan tanah belakang Gereja untuk: a. Kamar Persiapan bagi pejabat Gereja b. Kamar Mandi/ WC

c. Inventaris/ Ruang Persiapan d. Perbaikan Mimbar

4. Penambahan bangku-bangku Secukupnya 5. Perawatan kereta sorong jenazah

6. Membangun pagar Gereja (pagar beton) yang mengelilingi Gereja dengan ukuran yang memiliki batas-batas yang pas.

7. Membuat Menara di depan Gereja serta loncengnya. 8. Pembelian Organ/ alat musik Gereja

9. Penataan pintu-pintu/ jendela-jendela serta pemasangan kipas angin. 10. Membangun tempat Parkir untuk sepeda motor

(24)

Jumlah biaya yang diprediksi untuk nomor 1 sampai dengan nomor 10 sekitar Rp. 4.500.000 (Empat Juta Lima Ratus Ribu Rupiah), yang direncanakan diperoleh dengan cara pinjaman sementara kepada jemaat, sumbanga sukarela, sumbangan wajib, dan dari Kas yang masih tersedia.

Sementara itu di tengah-tengah Pembangunan Gereja Majelis GBKP Km.7 Padang Bulan Medan terus melakukan pembenahan, demikian pula terhadap struktur Kepanitiaan telah banyak terjadi pergantian dan terus berubah sebagaimana tuntuntan kemajuan yang ada.

Dalam perjalanannya pada tahun 1990 hingga sekarang banyak terjadi perubahan-perubahan yang dialami, seperti munculnya wajah-wajah baru di dalam jabatan Pertua dan Diaken termasuk di dalam Badan Pekerja Harian Majelis Gereja, juga di dalam semangat kegotongroyongan mendirikan Rumah Ibadah, pembagian kerja berdasarkan Tata Gereja sudah lebih difokuskan yakni tentang Tri Tugas Gereja (Koinonia, Marturia dan Diakonia) termasuk Hierarki dari Pimpinan Majelis sampai ke bawah, telah terlihat semakin realistis.

Walaupun generasi baru telah terlihat banyak yang muncul dalam era ini akan tetapi bukan berarti bahwa peran generasi pendahulu telah lenyap, akan tetapi dalam hal inilah terjadi perpaduan antara ide-ide yang dibawa oleh wajah baru disatukan dengan pendapat yang lenih berpengalaman sehingga terciptalah gagasan yang dapat diterima oleh kedua pihak.

(25)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pelayanan di bidang Pemerintahan Umum berdasarkan peraturan perundangan yang menjadi acuan bagi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Pemerintah Kecamatan

Tahap Desain, yaitu tahap siswa membuat proyek investigasi dimana siswa melakukan kegiatan sebagai berikut: (1) siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data

Multiplier tenaga kerja menunjukkan perubahan tenaga kerja yang disebabkan oleh perubahan awal dari sisi output. Multiplier tenaga kerja tidak diperoleh dari elemen-elemen dalam

Neraca Rest of the World mencatat transaksi antara domestik dan luar negeri, dengan adanya injeksi sektor pertanian dan industri pengolahan hasil pertanian dampaknya terhadap sisi

Tujuannya untuk mengetahui tingkat keuntungan usahatani kedelai pada tingkat tarif saat ini, tingkat tarif optimal dengan tingkat keuntungan usahatani 25 persen, dan

Untuk pasar dunia, konsumen minyak sawit yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Cina sebagai negara pengimpor minyak sawit terbesar di dunia dengan pangsa impor sekitar 20

Rataan bobot badan dan pertambahan bobot badan dari 3 jenis ayam lokal hasil persilangan menunjukkan perbedaan yang nyata dengan bobot badan lebih tinggi pada ayam Sentul

Proses pendidikan bermutu apabila menciptakan suasana yang PAKEMB (pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan, dan bermakna), output dinyatakan bermutu jika hasil