• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA SURAKARTA"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM

DI KOTA SURAKARTA

SKRIPSI

Oleh :

Viarka Kresnawati

H 0305088

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM

DI KOTA SURAKARTA

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi

Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh :

Viarka Kresnawati

H0305088

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(3)

ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM

DI KOTA SURAKARTA

yang dipersiapkan dan disusun oleh VIARKA KRESNAWATI

H 0305088

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal: Februari 2010

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Ketua Anggota I Anggota II

Erlyna Wida Riptanti, SP, MP NIP. 132 305 155

Setyowati, SP, MP NIP. 19710322 199601 2 001

Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS NIP. 19570104 198003 2 001

Surakarta, Februari 2010 Mengetahui

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian

Dekan

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT atas limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA SURAKARTA”. Skripsi ini sebagai syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan laporan penelitian ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya bantuan dari semua pihak, baik instansi maupun perorangan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian UNS. 2. Ir. Agustono, M.Si selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi

Pertanian/Agribisnis.

3. Ir. Sugiharti Mulya H, MP selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan / Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian / Agrobisnis.

4. Ibu Erlyna Wida Riptanti, SP. MP selaku Dosen Pembimbing Utama skripsi sekaligus Pembimbing Akademis yang telah mendampingi dan memberikan ilmu, saran dan masukan selama penyusunan skripsi ini dan selama masa perkuliahan.

5. Ibu Setyowati, SP. MP, selaku Dosen Pembimbing Pendamping, terima kasih atas nasehat, saran, kritik dan masukan-masukan, serta bimbingannya.

6. Ibu Prof. Dr. Ir. Hj. Endang Siti Rahayu, MS selaku dosen penguji yang memberikan masukan-masukan yang sangat berguna dalam memperbaiki skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta terutama Jurusan Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya selama masa perkuliahan penulis di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

(5)

9. Kesbanglinmas serta Bappeda Kota Surakarta yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.

10. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Surakarta, Dinas Pertanian Kota Surakarta, BPS Kota Surakarta , dan instansi-instansi lain yang terkait dengan penelitian ini yang telah memberikan banyak informasi penting serta bantuan kepada penulis.

11. Orang tuaku tercinta Bapak Drs. Pramono, SU dan Ibu Sunarhayati terima kasih atas doa, dukungan, motivasi, kesabaran, kasih sayang, dan semua yang selama ini telah diberikan kepada penulis.

12. Kakak dan adik-adikku yang tersayang (Mbak Andryati Rika Puspitasari, SE, Sahasika Prabaswara, dan Parithustha Mahayati) terima kasih atas motivasi, doa, dan semangat yang telah diberikan.

13. Sahabatku dekatku Nia terima kasih atas motivasi, semangat, doa, dan persahabatan terindah yang telah diberikan selama ini.

14. Mas Ryan terima kasih atas semangat, motivasi, dan dorongan yang sudah diberikan selama ini.

15. Teman-temanku tersayang: Devi, Siti, Diana, Tria, Ana, Anis, Nurul, Nelly, Pandan, Niken, Pitri, dan Windarti terimakasih banyak untuk semua bantuan, motivasi, serta doanya.

16. Teman-temanku Agrobisnis 2005 yang terkasih yang telah memberikan pengalaman dan kebersamaan.

17. Semua pihak yang telah membantu kelancaran proses penelitian dan penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang mendukung dari semua pihak untuk kesempurnaan penelitian ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Surakarta,

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

RINGKASAN ... xi

SUMMARY ... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Kegunaan Penelitian ... 5

II. LANDASAN TEORI ... 6

A. Penelitian Terdahulu ... 6

B. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Telur Ayam ... 7

2. Teori Permintaan ... 9

3. Kurva Permintaan ... 11

4. Utilitas (Teori Nilai Guna) ... 13

5. Elastisitas Permintaan ... 15

C. Kerangka Berpikir ... 19

D. Hipotesis... 22

E. Asumsi-asumsi ... 23

F. Pembatasan Masalah ... 23

(7)

III. METODE PENELITIAN ... 27

A. Metode Dasar Penelitian ... 27

B. Metode Penentuan Lokasi Penelitian ... 28

C. Jenis dan Sumber Data ... 28

D. Teknik Pengumpulan Data ... 28

E. Metode Analisis Data ... 29

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 34

A. Keadaan Alam ... 34

B. Keadaan Penduduk ... 36

C. Keadaan Sarana Perekonomian ... 40

D. Keadaan Umum Peternakan ... 41

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Hasil Penelitian ... 44

B. Hasil Analisis dan Pembahasan Penelitian ... 58

1. Estimasi Fungsi Permintaan ... 58

2. Pengujian Model ... 59

3. Pengujian Asumsi Klasik ... 72

4. Elastisitas Permintaan ... 73

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

A. Kesimpulan ... 78

B. Saran... 78 DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Toko Roti di Kota Surakarta Tahun 2004-2007 ... 2 Tabel 2. Tingkat Konsumsi Telur Ayam di Kota Surakarta Tahun

2005-2008 ... 3 Tabel 3. Jumlah Penduduk di Kota Surakarta Tahun 2004-2007 ... 3 Tabel 4. Permintaan Telur Ayam di Kota Surakarta Tahun 2003-2007 ... 4 Tabel 5. Pendapatan Perkapita di Kota Surakarta Tahun 2004-2007 ... 27 Tabel 6. Luas Wilayah Tiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2007.. 34 Tabel 7. Luas Penggunaan Tanah di Kota Surakarta Tahun 2007 ... 35 Tabel 8. Perkembangan Penduduk Kota Surakarta Tahun 2003 – 2007 ... 36 Tabel 9. Jumlah Penduduk di Kota Surakarta Menurut Umur dan Jenis

Kelamin pada Tahun 2007 ... 37 Tabel 10. Keadaan Penduduk Kota Surakarta Menurut Tingkat

Pendidikan Tahun 2007 ... 38 Tabel 11. Keadaan Penduduk Kota Surakarta Menurut Mata Pencaharian

Tahun 2007 ... 39 Tabel 12. Banyaknya Pasar Menurut Jenis di Kota Surakarta Tahun

2007 ... 40 Tabel 13. Banyaknya Kendaraan Angkutan Umum yang Berdomisili di

Kota Surakarta Tahun 2007 ... 41 Tabel 14. Banyaknya Usaha Peternakan Ayam di Kota Surakarta Tahun

2007 ... 42 Tabel 15. Banyaknya Produksi Telur Ayam Ras Menurut Kecamatan di

Kota Surakarta Tahun 2007 ... 42 Tabel 16. Permintaan Telur Ayam Ras di Kota Surakarta Tahun

1992-2007 ... 44 Tabel 17. Perkembangan Harga Telur Ayam Ras di Kota Surakarta Tahun

1992-2007 ... 46 Tabel 18. Perkembangan Harga Telur Itik di Kota Surakarta Tahun 1992-2007 ... 48 Tabel 19. Perkembangan Harga Daging Ayam Ras di Kota Surakarta

(9)

Tabel 20. Perkembangan Harga Beras di Kota Surakarta Tahun 1992-2007 ... 51 Tabel 21. Perkembangan Jumlah Penduduk di Kota Surakarta Tahun

1993-2007 ... 53 Tabel 22. Perkembangan Pendapatan Perkapita di Kota Surakarta Tahun

1992-2007 ... 55 Tabel 23. Perkembangan Jumlah Toko Roti di Kota Surakarta Tahun

1992-2007 ... 57 Tabel 24. Hasil Analisis Varian Variabel-Variabel yang Berpengaruh

Terhadap Permintaan Telur Ayam di Kota Surakarta ... 60 Tabel 25. Hasil Analisis Uji t Masing-Masing Variabel Bebas ... 60 Tabel 26. Nilai Standar Koefisien Regresi Variabel-Variabel yang

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1. Kurva Permintaan ... 12 Gambar 2. Efek Substitusi dan Efek Pendapatan dengan Metode

Hicks ... 14 Gambar 3. Efek Substitusi dan Efek Pendapatan dengan Metode

Slutsky ... 15 Gambar 4. Kerangka Berpikir ... 22 Gambar 5. Grafik Perkembangan Permintaan Telur Ayam Di Kota

Surakarta Tahun 1992-2007 ... 45 Gambar 6. Grafik Perkembangan Harga Telur Ayam Ras Di Kota

Surakarta Tahun 1992-2007 ... 47 Gambar 7. Grafik Perkembangan Harga Telur Itik Di Kota Surakarta

Tahun 1992-2007 ... 49 Gambar 8. Grafik Perkembangan Harga Daging Ayam Ras Di Kota

Surakarta Tahun 1992-2007 ... 51 Gambar 9. Grafik Perkembangan Harga Beras Di Kota Surakarta

Tahun 1992-2007 ... 52 Gambar10. Grafik Perkembangan Jumlah Penduduk Di Kota

Surakarta Tahun 1992-2007 ... 54 Gambar 11. Grafik Perkembangan Pendapatan Per kapita Di Kota

Surakarta Tahun 1992-2007 ... 56 Gambar 12. Grafik Perkembangan Jumlah Toko Roti Di Kota

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga beras, jumlah penduduk, pendapatan perkapita, dan jumlah toko roti.

Lampiran 2. Data harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga beras, jumlah penduduk, pendapatan perkapita, dan jumlah toko roti setelah ditransformasi ke bentuk Ln.

Lampiran 3. Perhitungan Angka Beban Tanggungan dan Sex Ratio Lampiran 4. Regression Permintaan Telur Ayam di Kota Surakarta Lampiran 5. Perhitungan Standar Koefisien Regresi

(12)

ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM

DI KOTA SURAKARTA

Viarka Kresnawati H 0305088

RINGKASAN

Viarka Kresnawati. H 0305088. 2010. “Analisis Permintaan Telur Ayam di Kota Surakarta”. Skripsi dengan pembimbing Erlyna Wida Riptanti, SP, MP dan Setyowati, SP, MP. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menidentifikasi dan menganalisis variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan telur ayam di Kota Surakarta serta menganalisis elastisitas permintaan telur ayam di Kota Surakarta.

Metode dasar yang digunakan adalah metode diskriptif. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) di Kota Surakarta. Data yang digunakan adalah data sekunder time series selama 16 tahun. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dalam bentuk double logarithmic.

(13)

DEMAND ANALYSIS OF CHICKEN EGGS

IN SURAKARTA

Viarka Kresnawati H 0305088

SUMMARY

Viarka Kresnawati. H 0305088. 2010. “Demand Analysis of Chicken Eggs in Surakarta”. By guidance of Erlyna Wida Riptanti, SP, MP and Setyowati, SP, MP. Agriculture Faculty. Sebelas Maret University. Surakarta.

The research aims are to identify and to analyze the variables that effect the demand for chicken eggs in Surakarta and to analyze the elasticity of demand for chicken eggs.

The basic method applied in this research is deskriptive. Research location is determined purposively in Surakarta. The data used secondary data time series for 16 years. Method of data analysis used in this study is a multiple linear regression in double logarithmic form.

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris sehingga pertanian menjadi sektor yang utama bagi perekonomian negara Indonesia. Hal ini dikarenakan kondisi alam Indonesia yang sesuai untuk pertanian serta tanahnya yang subur. Selain itu negara Indonesia juga memiliki sumber daya alam yang sangat beragam. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila Indonesia disebut sebagai negara agraris. Sebagai negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia bermatapencaharian sebagai petani. Pertanian dalam arti luas terdiri dari lima subsektor yaitu tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan (Soekartawi, 1999).

Salah satu subsektor pertanian yang mempunyai peranan cukup penting adalah subsektor peternakan, dimana komoditi peternakan sangat berperan dalam pemenuhan gizi nasional khususnya protein hewani. Kecenderungan peningkatan konsumsi bahan pangan sumber protein hewani yang berasal dari ternak telah mendorong subsektor peternakan menjadi salah satu sumber pertumbuhan baru bagi sektor pertanian (Soedjana, 1997).

Banyak jenis usaha peternakan yang diusahakan masyarakat, salah satunya adalah peternakan ayam. Hasil dari peternakan ayam berupa daging dan telur. Telur ayam merupakan salah satu hasil dari peternakan ayam dan menjadi bahan makanan yang akrab dalam kehidupan sehari-hari karena hampir tiap orang mengkonsumsinya sebagai bahan pangan.

(15)

butir telur ayam berukuran besar mengandung sekitar 7 gram protein (Santoso, 2007).

Berdasarkan informasi mengenai gizi-gizi yang terkandung di dalam telur ayam, maka dapat diketahui bahwa telur ayam sangat bermanfaat bagi tubuh karena kandungan protein yang tinggi, khususnya protein hewani. Telur ayam digunakan sebagai bahan masakan, lauk pauk, bahan dasar pembuatan kue maupun makanan, dan menjadi salah satu bahan baku industri (mie telur). Kebutuhan akan telur ayam tidak hanya berasal dari rumah tangga, tetapi juga berasal dari warung-warung makan di pinggir jalan, rumah makan, hotel, catering, toko kue, perusahaan roti, dan industri mie.

Kota Surakarta merupakan kota kuliner karena hampir di setiap sudut kota banyak dijumpai pedagang makanan yang menjual berbagai macam makanan dan jajanan khas sehingga kuliner merupakan salah satu objek wisata yang menarik di Kota Surakarta. Salah satu jenis kuliner yang dijual di Kota Surakarta adalah kue/roti. Selain itu berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta jumlah toko roti dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Sedangkan dalam pembuatan roti, telur ayam dibutuhkan sebagai bahan baku dalam pengolahannya. Perkembangan jumlah toko roti dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Toko Roti di Kota Surakarta Tahun 2004-2007

Tahun Jumlah Toko Roti (unit)

2004 2005 2006 2007

158 171 202 230

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta

(16)

Tabel 2. Tingkat Konsumsi Telur Ayam di Kota Surakarta Tahun 2005-2008 Tahun Tingkat Konsumsi Telur Ayam di Kota

Surakarta (kg/ kap/ tahun) 2005

2006 2007 2008

6,3 6,6 6,9 7,2 Sumber : Kantor Ketahanan Pangan Kota Surakarta, 2008

Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa tingkat konsumsi perkapita telur ayam di Kota Surakarta dari tahun 2005-2008 menunjukkan peningkatan. Selain itu, jumlah penduduk dari tahun 2005-2007 juga cenderung menunjukkan peningkatan. Jumlah penduduk di Kota Surakarta dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3. Jumlah Penduduk di Kota Surakarta Tahun 2004-2007

Tahun Jumlah Penduduk (jiwa)

2004 2005 2006 2007

510.711 534.540 512.898 515.372 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta

Sedangkan berdasarkan Laporan Akhir Departemen Pertanian (2005), permintaan telur ayam secara nasional meningkat sebesar 10,3% per tahun. Pertumbuhan permintaan tersebut berasal dari pertumbuhan penduduk sebesar 1,8% per tahun dan pertumbuhan konsumsi per kapita sebesar 8,1%. Sementara produksi telur ayam meningkat 9,95% per tahun selama periode 1969-1997 dan selanjutnya menurun menjadi 7,73% per tahun selama tahun 1997-2003. Sedangkan permintaan telur ayam secara nasional berdasarkan data Pusat Informasi Pasar (Pinsar) Unggas Nasional pada tahun 2008 adalah mencapai 920 ribu ton (Departemen Pertanian, 2009).

(17)

Perumusan Masalah

Telur ayam merupakan salah satu hasil peternakan yang mempunyai kandungan gizi berupa protein hewani yang bermanfaat bagi tubuh. Selain itu, harga telur ayam relatif lebih murah dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya. Akan tetapi permintaan telur ayam di Kota Surakarta sendiri berfluktuasi. Permintaan telur ayam di Kota Surakarta dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4. Perkembangan Permintaan Telur Ayam di Kota Surakarta Tahun 2003-2007

Tahun Permintaan Telur Ayam (kg)

2003 2004 2005 2006 2007

3.572.794,59 2.790.019,85 2.409.120,06 2.591.665,23 2.695.806,03 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta

Berfluktuasinya permintaan telur ayam di Kota Surakarta diduga dipengaruhi oleh variabel harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga beras, jumlah penduduk, pendapatan perkapita, dan jumlah toko roti. Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah variabel-variabel tersebut berpengaruh terhadap permintaan telur ayam di Kota Surakarta, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Selain itu, juga perlu diketahui bagaimana elastisitas permintaan dari telur ayam itu sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Variabel-variabel apakah yang berpengaruh terhadap permintaan telur ayam di Kota Surakarta ?

2. Bagaimanakah elastisitas permintaan telur ayam di Kota Surakarta ? Tujuan Penelitian

Penelitian Permintaan Telur Ayam di Kota Surakarta bertujuan untuk : 1. Mengidentifikasi dan menganalisis variabel-variabel yang mempengaruhi

permintaan telur ayam di Kota Surakarta.

(18)

Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Selain itu, penelitian ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan yang berkenaan dengan pemenuhan permintaan khususnya permintaan telur ayam.

3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi dan pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut.

II. LANDASAN TEORI

Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian Suslinawati dan Masyhuri (2001) yang berjudul “Analisis Permintaan Telur Berdasarkan Jenis dan Strata Pendapatan di Kalimantan Selatan”, dapat diketahui bahwa permintaan telur ayam ras bersifat inelastis dan kurang responsif terhadap perubahan harga. Untuk permintaan yang inelastis, terjadinya perubahan harga telur ayam ras akan menyebabkan perubahan yang lebih kecil dalam jumlah telur ayam ras yang diminta. Elastisitas silang menunjukkan telur itik bersubstitusi dengan telur ayam ras secara signifikan. Elastisitas pendapatan untuk permintaan telur ayam ras menunjukkan bahwa telur ayam ras merupakan barang normal.

(19)

akan senantiasa meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat dengan asumsi faktor-faktor lain tidak berubah. Faktor harga berpengaruh negatif dan signifikasi terhadap konsumsi pangan hewani, berarti meningkatnya suatu harga komoditi akan menurunkan permintaan.

Berdasarkan hasil penelitian Mubyarto, dkk pada tahun 1974 yang berjudul “Elatisitas Permintaan dan Penawaran Telur, Daging, dan Susu di Indonesia”, dari data Susenas II (1964/65), Susenas III (1967) dan Susenas IV ( 1969/70) diperoleh hasil perhitungan elastisitas pengeluaran daging dan telur dengan memisahkan antara penduduk kota dan penduduk pedesaan yang menunjukkan hasil yang elastis. Ini berarti bahwa untuk setiap kenaikan pendapatan (atau pengeluaran), maka permintaan akan daging dan telur naik juga akan mengalami kenaikan (Mubyarto, 1989).

Menurut penelitian Rismarini (2005) yang berjudul “Proyeksi Permintaan Telur Ayam Ras di Surakarta”, dalam menganalisis permintaan menggunakan fungsi double logarithmic. Dari hasil penelitian diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras di Surakarta adalah : harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga beras, jumlah penduduk, dan pendapatan perkapita. Dari hasil analisis uji F menunjukkan bahwa variabel yang diamati secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan telur ayam ras di Surakarta. Sedangkan pada uji t diketahui bahwa variabel harga telur ayam ras, harga telur itik, dan jumlah pernduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan telur ayam ras di Kota Surakarta pada tingkat kepercayaan 99%. Sedangkan variabel harga daging ayam ras, harga beras, dan pendapatan perkapita berpengaruh nyata terhadap permintaan telur ayam ras di Kota Surakarta pada tingkat kepercayaan 95%.

Pada penelitian terdahulu memberikan sumbangan pemikiran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam di Kota Surakarta yaitu harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita. Selain itu, pada penelitian

(20)

Rismarini (2005) model analisis yang digunakan untuk menganalisis permintaan adalah sama yaitu menggunakan fungsi double logarithmic. Tinjauan Pustaka

Telur Ayam

Telur merupakan bahan makanan yang sangat akrab dengan kehidupan kita sehari-hari. Telur sebagai sumber protein mempunyai banyak keunggulan antara lain, kandungan asam amino paling lengkap dibandingkan bahan makanan lain seperti ikan, daging, ayam, tahu, tempe, dll. Telur mempunyai citarasa yang enak sehingga digemari oleh banyak orang. Telur juga berfungsi dalam aneka ragam pengolahan bahan makanan. Selain itu, telur termasuk bahan makanan sumber protein yang relatif murah dan mudah ditemukan (Anonim, 2008).

Menurut catatan Pelita ke tiga, penduduk Indonesia masih kekurangan protein hewani. Kekurangan ini dapat dicukupi dengan memperbanyak konsumsi daging, susu, dan telur. Tetapi jalan yang paling mudah dan cepat untuk mencukupi kekurangan protein hewani di negara kita adalah dengan meningkatkan produksi dan konsumsi telur. Peningkatan produksi telur sangat mudah dikerjakan dengan menggalakkan peternakan ayam jenis unggul (ayam ras) atau jenis unggas petelur lainnya misalnya itik alabio dan burung puyuh, pada masyarakat. Unggas relatif mempunyai siklus hidup yang pendek, jauh lebih pendek daripada siklus hidup ternak besar seperti misalnya lembu, domba ataupun ternak-ternak lainnya. Dalam waktu singkat, 5-6 bulan ayam sudah bertelur. Sementara sesudah produksi telurnya menurun, dagingnya masih dapat digunakan sebagai bahan makanan sumber protein dan lemak (Hadiwiyoto, S. 1983).

(21)

banyak memegang peranan di dalam membantu mencukupi kebutuhan gizi, terutama protein. Telur kaya dengan protein yang sangat mudah dicerna. Dalam berbagai hal baik sekali untuk menolong penderita sakit, untuk substitusi makanan anak-anak, disenangi oleh semua orang sebagai pelengkap pemenuhan kebutuhan protein (Hadiwiyoto, S. 1983).

Telur ayam merupakan yang paling umum dikonsumsi dan sangat bernutrisi tinggi. Telur ayam banyak mengandung berbagai jenis protein berkualitas tinggi termasuk mengandung semua jenis asam amino esensial bagi kebutuhan manusia. Juga mengandung berbagai vitamin dan mineral, termasuk vitamin A, riboflacin, asam folat, vitamin B6, vitamin B12, choline, besi, kalsium, fosfor dan potasium. Telur ayam juga merupakan makanan termurah sumber protein yang lengkap. Satu butir telur ayam berukuran besar mengandung sekitar 7 gram protein. Kandungan vitamin A, D dan E terdapat dalam kuning telur. Telur memang dikenal menjadi salah satu dari sedikit makanan yang mengandung vitamin D. Satu kuning telur besar mengandung sekitar 60 kalori dan putih telur mengandung sekitar 15 kalori. Satu kuning telur besar mengandung dua per tiga jumlah kolesterol harian yang dianjurkan yaitu 300 mg. Lemak dalam telur juga terdapat dalam bagian kuning telur. Satu kuning telur juga mengandung separuh jumlah choline harian yang dianjurkan. Choline merupakan nutrisi yang penting untuk perkembangan otak dan juga sangat penting untuk wanita hamil dan menyusui untuk memastikan perkembangan otak janin yang sehat (Santoso, 2007).

Teori Permintaan

(22)

Permintaan adalah jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga pada periode tertentu dan pasar tertentu pula. Atau dalam pengertian sehari-hari, permintaan dapat diartikan sebagai jumlah barang dan jasa yang diminta atau dibutuhkan. Atas dasar kebutuhan ini individu tersebut mempunyai permintaan akan barang, dimana makin banyak jumlah penduduk maka semakin besar permintaan masyarakat akan sesuatu jenis barang. Akan tetapi kenyataannya barang di pasar mempunyai nilai atau harga. Jadi permintaan baru mempunyai arti apabila didukung oleh “daya beli” permintaan barang sehingga merupakan permintaan efektif (effeective demand). Sedangkan permintaan yang hanya didasarkan atas kebutuhan saja disebut sebagai permintaan absolut/potensial (absolut/potensial demand) (Sudarsono, 1985).

Konsep permintaan digunakan untuk mengukur keinginan pembeli dalam suatu pasar. Fungsi permintaan mengukur hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan semua faktor yang mempengaruhinya

(Arsyad, 1995).

Menurut Sudarman (2000), ada empat faktor yang mempengaruhi permintaan terhadap komoditi tertentu pada suatu daerah. Empat faktor tersebut adalah :

a. Harga barang itu sendiri

Sesuai dengan hukum permintaan, maka jumlah barang yang diminta akan berubah secara berlawanan dengan perubahan harga. b. Harga barang-barang lain yang ada kaitannya dalam penggunaan

(23)

yang saling melengkapi apabila naiknya harga salah satu barang mengakibatkan turunnya permintaan terhadap barang yang lain. c. Penghasilan (dalam arti uang) konsumen

Faktor ini merupakan faktor penentu yang penting dalam permintaan suatu barang. Pada umumnya semakin besar penghasilan seseorang maka semakin besar pula permintaan seseorang terhadap suatu barang, demikian sebaliknya.

d. Jumlah konsumen

Pada umumnya, jumlah konsumen sangat mempengaruhi jumlah permintaan terhadap suatu barang, semakin banyak jumlah konsumen, maka semakin banyak pula permintaan konsumen terhadap suatu barang, demikian pula sebaliknya.

Permintaan terbentuk atas faktor-faktor yang mempengaruhinya. Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi permintaan sekaligus merumuskan hubungan antara permintaan dengan variabel yang diduga mempengaruhinya adalah metode regresi non linear berganda dalam bentuk log ganda, disebut juga dengan model elastisitas konstan. Disebut dengan elastisitas konstan karena koefisiennya secara langsung dapat menunjukkan elastisitasnya. Bentuk fungsinya dituliskan sebagai berikut

Y = β0X1β1 X2β2 eUt

Fungsi tersebut berbentuk non linear sehingga agar dapat diestimasi harus ditransformasikan terlebih dahulu ke dalam bentuk double logarithmic, sehingga bentuknya menjadi sebagai berikut:

Ln Y = ln α + β1ln X1 + β2ln X2 + Ut

(Sumodiningrat, 1994).

(24)

bahwa koefisien b1 mengukur elastisitas Q terhadap X. Misalnya, jika Q

adalah permintaan dan X adalah pendapatan, b1 akan mengukur elastisitas

pendapatan sedangkan dalam model asli b1 hanya mengukur tingkat

rata-rata perubahan konsumen untuk satu unit perubahan dalam pendapatan (Gujarati, 1997).

Kurva Permintaan

Kurva permintaan dapat didefinisikan sebagai suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan antara harga sesuatu barang tertentu

dengan jumlah barang tersebut yang diminta para pembeli (Sukirno, 2003).

Permintaan pasar (market demand) untuk suatu barang adalah kuantitas total suatu barang tersebut oleh seluruh pembeli potensial. Kurva permintaan pasar (market demand curve) menunjukkan hubungan antara kuantitas total yang diminta dengan harga pasar dari barang tersebut, ketika semua faktor lain dianggap konstan. Bentuk kurva permintaan pasar dan posisinya ditentukan oleh bentuk kurva permintaan setiap individu untuk produk yang diminta. Permintaan pasar tidak lebih merupakan efek kombinasi dari berbagai pilihan ekonomi konsumen (Nicholson, 2002).

Perubahan dalam jumlah yang diminta adalah pergerakan di sepanjang kurva permintaan tertentu yang mencerminkan perubahan dalam harga dan jumlah. Pergeseran dalam permintaan atau pergeseran dari satu kurva permintaan ke kurva lainnya, mencerminkan perubahan dalam satu atau beberapa variabel non harga dalam fungsi permintaan produk. Ketika permintaan berbanding terbalik dengan salah satu faktor seperti suku bunga, pengurangan faktor tersebut mengarah pada peningkatan permintaan dan kenaikan dalam faktor tersebut mengarah pada penurunan permintaan (Pappas dan Mark H, 1995).

(25)

P P1

P2

D1 D2

0 Q1 Q2 Q3 Q

Gambar 1. Kurva Permintaan

Dari gambar tersebut dapat diamati bahwa turunnya harga dari P1 ke

P2 mempunyai pengaruh yang tidak sama terhadap jumlah barang yang

diminta untuk kurva permintaan D1 dan D2. Untuk kurva yang lebih

curam, yaitu D1, jumlah barang yang diminta bertambah sebanyak Q1Q2,

sedangkan untuk kurva permintaan yang lebih landai, yaitu D2 bertambah

sebanyak Q1Q3. jadi dapat disimpulkan bahwa semakin landai kurva

permintaan semakin besar respon permintaan terhadap perubahan harga (Burhan, 2006).

Utililitas (Teori Nilai Guna)

(26)

tersebut ditambah satu unit lagi, maka nilai guna total akan menjadi semakin sedikit (Sukirno, 2003).

Secara teoritis derivasi permintaan (yang menunjukkan pengaruh perubahan tingkat harga terhadap jumlah yang diminta) dapat dipecah menjadi dua bagian yang dikenal dengan efek substitusi dan efek pendapatan. Pemecahan dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu Metode Hicks dan Metode Slutsky. Metode pertama adalah metode Hicks.

Gambar 2. Efek Substitusi dan Efek Pendapatan dengan Metode Hicks

Dari gambar 1 terlihat keseimbangan awal pada titik 1 (pada BL1

dan IC1). Misalkan tingkat harga X mengalami penurunan dan BL1

berubah menjadi BL2. Keseimbangan akhir ada pada titik 3 dengan kurva

indiferen yang lebih tinggi (disini keseimbangan konsumen meningkat, walaupun tingkat pendapatan nominal tetap karena pendapatan riil konsumen terhadap komoditas X naik).

Sebelum keseimbangan bergeser ke tititk 3, sebenarnya secara teoritis terlebih dahulu keseimbangan bergeser ke titik 2. Titik 2 menunjukkan persinggungan IC1 dengan BL2”. Pada keadaan tersebut

(27)

Y dengan barang X karena barang X lebih murah untuk satu tingkat kepuasan yang sama. Inilah yang dinamakan efek substitusi (es).

Selanjutnya perhatikan antara BL2 dan BL2” dimana kedua garis

anggaran tersebut pararel, yang menunjukkan perubahan pendapatan. Perubahan pendapatan diperoleh karena perubahan harga komoditas X yang turun, jadi seolah-olah terjadi kenaikan pendapatan. Jadi perubahan keseimbangan dari titik 2 ke titik 3 disebabkan karena perubahan pendapatan, dan inilah yang dinamakan efek pendapatan (ed).

Selanjutnya metode kedua adalah Metode Slutsky.

Gambar 3. Efek Substitusi dan Efek Pendapatan dengan Metode Slutsky

Keseimbangan awal adalah pada titik 1. Jika harga X turun maka garis anggaran BL bergerak dari BL1 menjadi BL2. Perbedaan metode

Slutsky dengan metode Hicks terletak pada analisis efek substitusi. Titik 1 (titik keseimbangan awal) setelah harga barang X turun, tetap dapat dikonsumsi tetapi dengan mempergunakan garis anggaran yang lebih rendah yakni BL3. keseimbangan konsumen ada pada titik 4 dengan IC4.

disini IC4 lebih tinggi dari IC1 pergeseran dari titik 1 ke titik 4 inilah yang

merupakan efek substitusi menurut Slutsky. Jadi karena harga barang X turun, konsumen mengubah komposisi barang dengan memperbanyak barang X (X1 ke X4) dan meningkatkan kepuasan IC naik walaupun

(28)

pendapatan (perhatikan kedua garis anggaran yang pararel, seolah-olah menunjukkan terjadinya kenaikan pendapatan) (Sugiarto, 2005).

Elastisitas Permintaan

Secara teori maupun dalam praktek sehari-hari analisis ekonomi adalah sangat berguna untuk mengetahui sampai sejauh mana responsifnya permintaan terhadap perubahan harga. Oleh sebab itu perlu dikembangkan satu pengukuran kuantitatif yang menunjukkan sampai dimana besarnya pengaruh perubahan harga terhadap perubahan permintaan. Ukuran ini dinamakan elastisitas permintaan (Sukirno, 2003).

Elastisitas dapat diukur dengan dua cara yang berbeda, yang disebut elastisitas titik dan elastisitas busur. Elastisitas titik mengukur elastisitas di titik tertentu di sebuah fungsi. Konsep elastisitas titik dipergunakan untuk mengukur pengaruh terhadap variabel dependen Y dari sebuah perubahan yang sangat kecil atau marginal dalam variabel independen X. Walaupun konsep elastisitas titik dapat sering kali memberikan perkiraan yang akurat dari pengaruh terhadap Y dari perubahan kecil (kurang dari 5 persen) dalam X, konsep ini tidak dipergunakan untuk mengukur pengaruh perubahan berskala besar terhadap Y, karena elastisitas umumnya bervariasi di titik-titik yang berbeda di sepanjang sebuah fungsi. Untuk menilai pengaruh perubahan berskala besar dalam X, konsep elastisitas busur dipergunakan. Elastisitas busur mengukur elastisitas rata-rata di sepanjang kisaran tertentu dari sebuah fungsi (Pappas dan Mark H, 1995).

Ukuran yang dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara permintaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya ialah elastisitas permintaan. Elastisitas permintaan dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :

(29)

Menurut Sudarman (2000), elastisitas harga adalah tingkat kepekaan relatif dari jumlah yang diminta konsumen, akibat adanya perubahan harga barang. Dengan kata lain elastisitas harga adalah perubahan proporsional dari sejumlah barang yang diminta dibagi dengan perubahan proporsional dari harga.

Angka elastisitas harga selalu bernilai negatif sehingga tanda di depan koefisien sering tidak ditulis. Elatisitas harga selalu bernilai negatif karena sifat variabel harga dan jumlah barang yang diminta bersifat terbalik. Kenaikan harga selalu diikuti dengan penurunan permintaan, dan sebaliknya (Firdaus, 2008).

Ukuran elastisitas yang paling luas dipergunakan adalah elastisitas harga dari permintaan, yang mengukur daya tanggap jumlah yang diminta terhadap perubahan dalam harga produk, dengan mempertahankan nilai semua variabel lainnya dalam fungsi permintaan konstan. Dengan menggunakan rumus elastisitas titik, elastisitas harga dari permintaan ditemukan sebagai berikut :

εp =

(P) harga dalam persentase perubahan

(Q) jumlah dalam

persentase perubahan

(Pappas dan Mark H, 1995). Elastisitas Pendapatan

(30)

dibeli bergerak ke arah yang berkebalikan, dengan demikian elastisitasnya negatif. Barang seperti ini dinamakan barang inferior (Sukirno, 2003).

Sesuatu barang dinamakan normal apabila ia mengalami kenaikan dalam permintaan sebagai akibat dari kenaikan pendapatan. Kebanyakan barang yang ada dalam masyarakat termasuk dalam golongan ini. Beberapa contohnya adalah pakaian, sepatu, berbagai jenis kendaraan, dan berbagai jenis makanan (Sukirno, 2000).

Elastisitas pendapatan dari permintaan mengukur daya tanggap permintaan terhadap perubahan dalam pendapatan, dengan mempertahankan pengaruh semua variabel lainnya tetap konstan. Membiarkan I untuk mewakili pendapatan, elastisitas titik dalam pendapatan didefinisikan sebagai berikut :

εI =

(I) Pendapatan dalam

Perubahan Persentase

(Q) Jumlah dalam

Perubahan Persentase

Pendapatan dan jumlah yang dibeli umumnya bergerak dalam arah yang sama, yaitu pendapatan dan penjualan berkaitan secara langsung dan bukan secara terbalik (Pappas dan Mark H, 1995).

Elastisitas Silang

Koefisien yang menunjukkan sampai dimana besarnya perubahan permintaan terhadap sesuatu barang apabila terjadi perubahan terhadap harga barang lain dinamakan elastisitas permintaan silang atau dengan ringkas elastisitas silang. Apabila perubahan harga barang Y menyebabkan permintaan barang X berubah, maka sifat perhubungan diantara keduanya digambarkan oleh elastisitas silang (Sukirno, 2003).

(31)

mempengaruhi jumlah beras yang diminta tetapi juga mempengaruhi jumlah jagung yang diminta. Dengan pengertian bahwa perubahan jumlah barang X yang diminta tersebut adalah semata-mata diakibatkan oleh perubahan harga barang Y. Dalam arti ekonomi maka selain besar kecilnya angka elastisitas silang yang lebih penting lagi artinya adalah tandanya. Tanda positif berarti barang X dan barang Y merupakan barang pengganti, sedangkan tanda negatif berarti barang X dan barang Y adalah komplementer (Mubyarto, 1989).

Konsep elastisitas harga silang dipergunakan untuk meneliti daya tanggap permintaan akan satu produk terhadap perubahan dalam harga produk lainnya. Elastisitas harga silang diketahui dengan permintaan berikut ini :

εpx =

X Harga dalam Perubahan Persentase

Y Jumlah dalam

Perubahan Persentase

dimana Y dan X adalah dua produk yang berbeda. Elastisitas harga silang untuk pengganti selalu positif, harga satu barang dan permintaan akan barang lainnya selalu bergerak dalam arah yang sama. Elastisitas harga silang adalah negatif untuk pelengkap, harga dan jumlah bergerak dalam arah yang berlawanan. Yang terakhir, elastisitas harga silang nol, atau dekat dengan nol, untuk barang-barang yang tidak berkaitan, variasi dalam harga satu barang tidak berpengaruh terhadap permintaan akan barang kedua (Pappas dan Mark H, 1995).

Kerangka Berpikir

(32)

Permintaan merupakan jumlah barang atau komoditi yang diminta pada kurun waktu tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan suatu barang atau komoditi adalah harga barang itu sendiri, harga barang substitusi, harga barang komplementer, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita.

Perubahan permintaan telur ayam dianggap dipengaruhi oleh beberapa variabel yaitu harga telur ayam ras, harga telur itik dan harga daging ayam ras sebagai barang substitusi, harga beras sebagai barang komplementer, jumlah penduduk, pendapatan per kapita, dan jumlah toko roti. Berikut merupakan penjelasan mengenai variabel-variabel yang dipilih dan dianggap mempengaruhi permintaan telur ayam di Kota Surakarta.

a. Harga telur ayam ras : Permintaan suatu barang dipengaruhi oleh harga dari barang itu sendiri. Sesuai dengan hukum permintaan yaitu semakin tinggi harga, maka jumlah barang yang diminta akan menurun dan sebaliknya. Oleh karena itu, variabel harga telur ayam dimasukkan sebagai variabel yang mempengaruhi permintaan telur ayam.

b. Harga telur itik : Telur itik dipilih sebagai variabel yang mempengaruhi permintaan telur ayam karena kandungan gizi dari telur itik yang sama dengan telur ayam dan mempunyai manfaat yang sama dengan telur ayam yaitu dapat digunakan sebagai lauk pauk, bahan campuran masakan dan bahan baku pembuatan kue sehingga dimasukkan ke dalam variabel harga barang sustitusi.

c. Harga daging ayam ras : Daging ayam ras dipilih sebagai variabel yang mempengaruhi permintaan telur ayam karena daging ayam digunakan sebagai pelengkap (lauk pauk) dan harganya lebih murah dibandingkan harga daging yang lain sehingga dimasukkan ke dalam variabel harga barang substitusi.

(33)

e. Pendapatan perkapita : Pendapatan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan permintaan telur ayam karena perubahan pendapatan akan mempengaruhi permintaan telur ayam.

f. Jumlah penduduk : Peningkatan jumlah penduduk pada umumnya menyebabkan peningkatan permintaan karena kebutuhan akan pangan juga meningkat, sehingga jumlah penduduk dimasukkan sebagai salah satu variabel yang mempengaruhi permintaan telur ayam.

g. Jumlah toko roti : Jumlah toko roti yang terdapat di Kota Surakarta dimasukkan sebagai variabel yang mempengaruhi permintaan telur ayam karena telur digunakan dalam campuran bahan baku pembuatan kue dan dibutuhkan dalam jumlah besar.

Hubungan antara permintaan telur ayam di Kota Surakarta dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat dianalisis dengan menggunakan analisis regresi non linier berganda dengan model perpangkatan. Secara matematis persamaan model yang digunakan dapat ditulis sebagai berikut:

Qd = b0. X1b1. X2b2. X3b3. X4b4. X5b5. X6b6. X7b7. e

Fungsi tersebut berbentuk non linier sehingga untuk memudahkan dalam perhitungan, maka persamaan ditransformasikan ke dalam bentuk double logaritmik, sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut:

Ln Qd = Ln b0 + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln X3 + b4 Ln X4+ b5 Ln X5+

b6 Ln X6 + b7 Ln X7 + e

Keterangan :

Ln Qd : Permintaan telur ayam (Kg/Tahun) Ln bo : Konstanta

b1, b2,…b4 : Koefisien regresi

Ln X1 : Harga telur ayam ras (Rp/Kg)

Ln X2 : Harga telur itik (Rp/Kg)

Ln X3 : Harga daging ayam ras (Rp/Kg)

Ln X4 : Harga beras (Rp/Kg)

Ln X5 : Jumlah penduduk (Jiwa/ Tahun)

(34)

Ln X7 : Jumlah toko roti (Unit/ Tahun)

e : Kesalahan pengganggu

Kemudian untuk mengetahui besar kecilnya perubahan volume permintaan telur ayam di Kota Surakarta sebagai akibat dari perubahan faktor-faktor yang mempengaruhinya maka digunakan konsep elstisitas. Elastisitas merupakan besarnya perubahan relatif dari suatu variabel yang dijelaskan (Y) yang disebabkan oleh perubahan relatif dari suatu variabel penjelas (X). Elastisitas permintaan dibedakan menjadi tiga, yaitu elastisitas harga, leastisitas silang, dan elastisitas pendapatan. Elastisitas permintaan telur ayam dapat diketahui dari nilai koefisien regresi masing-masing variabel bebasnya karena nilai koefisien regresi tersebut merupakan nilai elastisitasnya.

(35)

Gambar 4. Kerangka Berpikir Hipotesis

Diduga bahwa harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga beras, pendapatan per kapita masyarakat, jumlah penduduk, dan jumlah toko roti berpengaruh terhadap permintaan telur ayam di Kota Surakarta.

Diduga bahwa harga telur ayam ras mempunyai elastisitas harga negatif, harga telur itik dan harga daging ayam ras mempunyai elastisitas silang positif, harga beras mempunyai elastisitas silang negatif, dan pendapatan perkapita mempunyai elastisitas pendapatan positif.

Asumsi-asumsi

Selera konsumen selama penelitian adalah konstan atau tidak mengalami perubahan.

Elastisitas permintaan Permintaan telur ayam ras

Kebutuhan sehari-hari masyarakat Surakarta

Harga

Telur ayam ras Variabel penduga: 1. Harga telur ayam ras 2. Harga telur itik

3. Harga daging ayam ras 4. Harga beras

5. Jumlah penduduk 6. Pendapatan perkapita 7. Jumlah toko roti Estimasi fungsi

permintaan

(36)

Variabel-variabel lain diluar penelitian yang tidak dimasukkan dalam model tercakup dalam error.

Konsumen bertindak dan bersikap secara rasional dalam membelanjakan uang yang dimilikinya dan mempunyai pengetahuan yang lengkap tentang harga.

Di daerah penelitian dalam keadaan stabil, artinya tidak ada wabah penyakit atau bencana yang dapat mempengaruhi permintaan telur ayam dalam skala besar.

Pembatasan Masalah

1. Data yang digunakan adalah data time series mulai dari tahun 1992 – 2007.

2. Jenis telur ayam yang diteliti adalah telur ayam ras.

3. Jenis beras yang diteliti untuk variabel harga barang-barang lain adalah beras IR 64.

4. Permintaan yang dimaksud adalah jumlah keseluruhan telur ayam ras yang ada di Kota Surakarta secara agregat.

5. Penelitian ini hanya terbatas pada variabel-variabel, yaitu : harga telur ayam ras, harga telur itik, harga daging ayam ras, harga beras, jumlah penduduk, pendapatan perkapita, dan jumlah toko roti.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Telur ayam yang dimaksud adalah jenis telur ayam ras yang masih mentah. Permintaan telur ayam adalah jumlah telur ayam ras yang dikonsumsi oleh

konsumen di Kota Surakarta, dinyatakan dalam satuan kg/tahun.

Harga yang dimaksud adalah harga riil, dimana harga riil adalah harga absolut yang dideflasi dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) tahun dasar (2002 = 100) untuk menghilangkan pengaruh inflasi. Harga terdeflasi dapat dicari dengan rumus :

Px = Ht

IHKt IHKd

(37)

Keterangan :

Px = Harga yang terdeflasi

IHKd = Indeks Harga Konsumen tahun dasar

IHKt = Indeks Harga Konsumen tahun t

Ht = Harga sebelum terdeflasi

(Sukirno, 2000)

Harga telur ayam ras adalah harga riil telur ayam ras pada setiap tahunnya yang berlaku di Kota Surakarta, dinyatakan dalam satuan Rp/kg.

Harga telur itik adalah harga riil telur itik pada setiap tahunnya yang berlaku di Kota Surakarta, dinyatakan dalam satuan Rp/kg.

Harga daging ayam ras adalah harga riil daging ayam ras pada setiap tahunnya yang berlaku di Kota Surakrta, dinyatakan dalam satuan Rp/kg. Harga beras adalah harga riil beras pada setiap tahunnya yang berlaku di Kota

Surakrta, dinyatakan dalam satuan Rp/kg.

Pendapatan per kapita yang dimaksud adalah pendapatan riil per kapita yang dinyatakan dalam rupiah. Pendapatan riil per kapita didapatkan dengan melakukan pendeflasian terhadap pendapatan per kapita tahun yang bersangkutan dengan indeks implisit tahun dasar (2002 = 100). Pendapatan riil per kapita dihitung dengan rumus :

Yt = Yabt IHt IRd

´

Keterangan :

Yt = Pendapatan per kapita pada tahun t yang terdeflasi

IRd = Indeks Implisit PDRB tahun dasar

IHt = Indeks Implisit PDRB tahun t

Yabt = Pendapatanp per kapita tahun t sebelum terdeflasi

Jumlah penduduk adalah jumlah total penduduk di Kota Surakarta dan dinyatakan dalam satuan jiwa/tahun.

(38)

Elastisitas adalah besarnya perubahan relatif dari suatu variabel yang dijelaskan (Y) yang disebabkan oleh perubahan relatif dari suatu variabel penjelas (X).

Elastisitas harga adalah tingkat kepekaan relatif dari jumlah telur ayam yang diminta oleh konsumen, akibat adanya perubahan harga barang.

Elastisitas pendapatan adalah koefisien yang menunjukkan besarnya perubahan permintaan terhadap telur ayam akibat perubahan pendapatan. Elastisitas silang adalah koefisien yang menunjukkan besarnya perubahan

permintaan terhadap telur ayam akibat terjadi perubahan terhadap harga barang lain.

Uji koefisien determinasi (R2) adalah untuk menunjukkan seberapa besar proporsi sumbangan variabel bebas secara bersama-sama terhadap permintaan telur ayam di Kota Surakarta.

Uji F adalah untuk menguji seluruh variabel bebas yang diteliti secara bersama-sama terhadap permintaan telur ayam di Kota Surakarta.

Uji t adalah untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas secara individu terhadap permintaan telur ayam di Kota Surakarta.

Multikolinieritas adalah untuk menguji apakah dalam regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas.

Autokorelasi adalah suatu keadaan adanya korelasi antara kesalahan pengganggu periode tertentu (t) dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (t-1).

(39)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Menurut Surakhmad (1994), metode deskriptif analitis adalah metode yang mempunyai ciri memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang (actual) dimana data-data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. B. Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian diambil secara sengaja atau purposive yaitu pengambilan sampel dengan sengaja karena alasan yang diketahui dari sifat-sifat sampel tersebut (Singarimbun dan Effendi, 1995). Daerah penelitian yang dipilih adalah Kota Surakarta dengan pertimbangan:

1. Konsumsi telur ayam perkapita di Kota Surakarta dari tahun ke tahun semakin meningkat (dapat dilihat pada Tabel 2.).

2. Pendapatan perkapita penduduk di Kota Surakarta meningkat dari tahun ke tahun. Pendapatan perkapita dijadikan pertimbangan pemilihan lokasi karena dengan semakin menigkatnya pendapatan, maka daya beli masyarakat akan meningkat. Perkembangan pendapatan perkapita dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Pendapatan Perkapita di Kota Surakarta Tahun 2004-2007 Tahun Pendapatan Perkapita (Rp/tahun)

2004 2005 2006 2007

7.676.402,25 8.223.741,60 8.635.848,61 9.240.005,78 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta

(40)

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah pihak lain, biasanya dalam bentuk publikasi (Supranto, 1984).

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini data time series kurun waktu 16 tahun (1992 – 2007) meliputi data permintaan telur ayam, data perkembangan harga telur ayam, data perkembangan harga telur itik, data perkembangan harga beras, data jumlah penduduk, data pendapatan per kapita penduduk, dan data jumlah toko roti yang ada di Kota Surakarta serta data pendukung lainnya.

2. Sumber Data

Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, dan Dinas Pertanian Kota Surakarta serta instansi-instansi lain yang terkait.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi tambahan mengenai data-data yang diperoleh dengan mencari informasi pada petugas instansi atau lembaga pemerintahan yang terkait dengan penelitian.

2. Pencatatan

Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data sekunder, yaitu dilakukan dengan pencatatan data yang ada pada instansi atau lembaga pemerintahan. Data sekunder diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta, Dinas Pertanian Kota Surakarta, BPS Kota Surakarta.

3. Observasi

(41)

E. Metode Analisis Data

1. Estimasi Fungsi Permintaan

Hubungan antara permintaan telur ayam di Kota Surakarta dengan variabel-variabel yang mempengaruhinya dapat dianalisis dengan menggunakan analisis regresi non linier berganda dengan model perpangkatan. Secara matematis persamaan model yang digunakan dapat ditulis sebagai berikut:

Qd = b0. X1b1. X2b2. X3b3. X4b4. X5b5. X6b6. X7b7 . e

Fungsi tersebut berbentuk non linier sehingga untuk memudahkan dalam perhitungan, maka persamaan ditransformasikan ke dalam bentuk double logaritmik, sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut:

Ln Qd = Ln b0 + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln X3 + b4 Ln X4+ b5 Ln X5+

b6 Ln X6 + b7 Ln X7 + e

Keterangan :

Ln Qd : Permintaan telur ayam (Kg/Tahun) Ln bo : Konstanta

b1, b2,…b4 : Koefisien regresi

Ln X1 : Harga telur ayam ras (Rp/Kg)

Ln X2 : Harga telur itik (Rp/Kg)

Ln X3 : Harga daging ayam ras (Rp/Kg)

Ln X4 : Harga beras (Rp/Kg)

Ln X5 : Jumlah penduduk (Jiwa)

Ln X6 : Pendapatan per kapita per tahun (Rp/Tahun)

Ln X7 : Jumlah toko roti (Unit/ Tahun)

e : Kesalahan pengganggu 2. Pengujian Model

a. Uji Koefisien Determinasi (R2)

(42)

dapat naik turun apabila satu variabel independen ditambahkan dalam model. Secara matematis jika nilai R2= 1, maka adjusted R2 = R2 = 1, sedangkan jika nilai R2 = 0 maka adjusted R2 = (1-k)/(n-k). Jika nilai k > 1, maka nilai adjusted R2 akan bernilai negatif.

b. Uji F

Untuk menguji seluruh variabel bebas yang diteliti berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel tak bebas dilakukan uji F, hipotesis yang akan di uji yaitu:

Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = b6 = 0

Ha : b1 ≠ b2≠ b3≠ b4≠ b5 ≠ b6 ≠ 0 (minimal ada satu yang ≠ 0)

Kriteria pengambilan keputusan :

1) Jika tingkat signifikasi > 0,05 berarti Ho diterima dan Ha ditolak, maka variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas.

2) Jika tingkat signifikasi < 0,05 berarti Ho ditolak dan Ha diterima, maka variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas.

c. Uji - t

Untuk mengetahui apakah variabel bebas yang digunakan secara parsial atau individu berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas, maka dilakukan uji t.

Hipotesis yang digunakan yaitu: Ho : bi = 0

Ha : bi ≠ 0

Kriteria pengambilan keputusan :

(43)

2) Jika tingkat signifikasi < 0,05 berarti Ho ditolak dan Ha diterima, berarti variabel bebas yang digunakan sebagai penduga secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas.

d. Variabel yang paling berpengaruh

Untuk mengetahui variabel bebas yang paling berpengaruh terhadap permintaan telur ayam, digunakan standard koefisien regresi, yang dapat diperoleh dengan rumus :

βi = β x i d d

y

Keterangan :

βi = Standar koefisien regresi variable bebas ke-i

β = Koefisien regresi variable bebas ke-i dy = Standar deviasi variable tak bebas

di = Standar deviasi variable bebas ke-i

Nilai standar koefisien regresi yang terbesar merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap permintaan.

3. Pengujian Asumsi Klasik

Untuk menguji apakah terjadi kesalahan dalam model yang digunakan dalam penelitian, maka perlu dilakukan pengujian asumsi klasik. Adapun uji yang dilakukan yaitu :

a. Multikolinearitas

(44)

b. Autokorelasi

Autokorelasi adalah suatu keadaan adanya korelasi antara kesalahan pengganggu periode tertentu (t) dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (t-1).

Menurut Santoso (2002), untuk mendeteksi adanya autokorelasi adalah dengan panduan angka D-W (Durbin-Watson), dengan patokan: 1. Angka D-W dibawah angka -2 berarti terdapat autokorelasi positif, 2. Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak terdapat

autokorelasi

3. Angka D-W diatas angka +2 berarti terdapat autokorelasi negatif. c. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Dalam penelitian ini digunakan metode grafik dengan melihat diagram pencar (scatterplot) untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas. Menurut Santoso (2002), jika ada pola tertentu dimana setiap titik-titik yang ada membentuk suatu pola teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka telah terjadi heterokedastisitas.

4. Elastisitas Permintaan

Untuk mengetahui nilai elastisitas dari masing-masing variabel yang mempengaruhi permintaan telur ayam di Kota Surakarta dapat diketahui dari nilai koefisien regresi masing-masing variabel penduganya. Elastisitas permintaan mengukur perubahan relatif dalam jumlah unit barang yang dibeli sebagai akibat adanya perubahan salah satu variabel yang mempengaruhinya. Elastisitas permintaan dibagi menjadi tiga, yaitu: a. Elastisitas harga (Price Elasticity of Demand)

Kriteria dari elastisitas harga yaitu: 1. Inelastis ( Ep < 1)

(45)

Permintaan terhadap suatu barang dikatakan elastis apabila perubahan harga suatu barang menyebabkan perubahan permintaan yang besar.

3. Elastis uniter (Ep = 1) 4. Inelastis sempurna (Ep = 0)

Berapapun harga suatu barang, orang akan tetap membeli sejumlah yang dibutuhkan.

5. Elastis sempurna (Ep = ~)

Perubahan harga sedikit saja menyebabkan perubahan permintaan tidak terbilang besarnya.

(Firdaus, 2008).

b. Elastisitas silang (Cross Elasticity) Kriteria dari elastisitas silang yaitu: 1. Ec > 0 : barang substitusi 2. Ec < 0 : barang komplementer

3. Ec = 0 : berarti dua macam barang tersebut tidak berkaitan (Firdaus, 2008).

c. Elastisitas pendapatan (Income Elasticity) Kriteria dari elastisitas pendapatan yaitu: 1. Ei + : barang normal 2. Ei = 0 : barang netral 3. Ei - : barang inferior (Sudiyono, 2002).

BAB IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Alam

1. Lokasi dan Luas Wilayah

(46)

lima kecamatan yaitu Kecamatan Laweyan, Kecamatan Serengan, Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Jebres, dan Kecamatan Banjarsari. Luas wilayah masing-masing kecamatan yang ada di Kota Surakarta adalah sebagai berikut :

Tabel 6. Luas Wilayah Tiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2007

No. Kecamatan Luas Wilayah

(km2)

Persentase (%)

1. Laweyan 8,64 19,62

2. Serengan 3,19 7,24

3. Pasar Kliwon 4,82 10,95

4. Jebres 12,58 28,56

5. Banjarsari 14,81 33,63

Jumlah 44,04 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kecamatan yang mempunyai wilayah terluas adalah Kecamatan Banjarsari dengan presentase 33,63%, sedangkan kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Serengan dengan presentase 7,24%.

2. Kondisi Geografis

Berdasarkan letak geografis Kota Surakarta terletak antara 1100 45’ 15” - 1100 45’ 35” Bujur Timur, dan antara 70 36’- 70 56’ Lintang Selatan. Wilayah Kota Surakarta merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian tempat ± 92 m dari permukaan laut dengan kemiringan tanah 0–15% . Batas-batas wilayah Kota Surakarta adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo Sebelah Barat : Kabupaten Sukoharjo 3. Penggunaan Tanah

Kota Surakarta mempunyai luas wilayah 44,04 km2 dan Kota Surakarta sendiri terbagi menjadi lima kecamatan. Penggunaan tanah di Kota Surakarta dapat dilihat pada tabel berikut ini :

(47)

No Penggunaan Tanah Luas Wilayah (ha) Persentase (%)

1. Perumahan/ Pemukiman 2.731,02 62,01

2. Jasa 427,13 9,70

3. Perusahaan 287,48 6,53

4. Industri 101,42 2,30

5. Tanah Kosong 53,38 1,21

6. Tegalan 85,27 1,94

7. Sawah 149,32 3,39

8. Kuburan 72,86 1,65

9. Lapangan Olahraga 65,14 1,48

10. Taman Kota 31,60 0,72

11. Lain-lain 399,44 9,07

Jumlah 4.404,06 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar penggunaan tanah di Kota Surakarta adalah untuk perumahan/ pemukiman sebesar 62,01%. Sedangkan hampir 20% dari total luas tanah dipergunakan untuk kegiatan perekonomian, meliputi jasa, perusahaan, dan industri. Hal ini tidak mengherankan karena Kota Surakarta selain sebagai kota wisata dan kuliner, Kota Surakarta juga dikenal sebagai kota dagang sehingga kegiatan perekonomian menjadi yang utama di Kota Surakarta. Penggunaan tanah untuk pertanian sangat sedikit hanya sekitar 5% dari total luas tanah. Oleh karena itu, kegiatan pertanian di Kota Surakarta bukan yang utama dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan produk-produk pertanian, Kota Surakarta mendatangkan dari daerah-daerah di sekitar Kota Surakarta termasuk hasil produksi ternak.

B. Keadaan Penduduk

1. Pertumbuhan Penduduk

(48)

kesehatan, pendidikan, dan lain-lain. Pertumbuhan penduduk di Kota Surakarta tahun 2003-2007 ditampilkan pada tabel berikut :

Tabel 8. Perkembangan Penduduk Kota Surakarta Tahun 2003 – 2007 Tahun Jumlah Penduduk

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta

Dari tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa jumlahpenduduk di Kota Surakarta tahun 2004–2007 2.073.521 jiwa. Sedangkan untuk pertumbuhan penduduk Kota Surakarta dari tahun 2004 sampai tahun 2007 menunjukkan peningkatan sebesar 0,19%. Peningkatan penduduk tersebut juga akan berpengaruh terhadap peningkatan kebutuhan-kebutuhan hidup, khususnya kebutuhan pangan.

2. Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

(49)

Jumlah 246.132 269.240 515.372 100,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta

Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa prosentase penduduk usia produktif adalah 69,85% lebih banyak daripada prosentase penduduk usia belum produktif dan usia tidak produktif yaitu sebesar 30,15%. Dari jumlah penduduk usia produktif dan jumlah penduduk usia tidak produktif dapat diketahui Angka Beban Tanggungan (Burden Dependency Ratio). Angka Beban Tanggungan merupakan angka yang menunjukkan banyaknya penduduk usia tidak produktif yang harus ditanggung oleh tiap penduduk usia produktif. Berdasarkan perhitungan nilai Angka Beban Tanggungan (Lampiran 3), dapat diketahui besarnya Angka Beban Tanggungan di Kota Surakarta yaitu sebesar 43,17% yang berarti setiap 100 penduduk usia produktif di Kota Surakarta harus menanggung 43 penduduk usia tidak produktif.

Sex ratio atau perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan. Berdasarkan perhitungan nilai sex ratio (Lampiran 3) dapat diketahui nilai sex ratio di Kota Surakarta yaitu sebesar 91,42%, yang artinya setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 91 orang penduduk laki-laki.

Keadaan penduduk di Kota Surakarta yang sebagian besar merupakan penduduk usia produktif dapat memberikan gambaran akan kebutuhan pangan yang tinggi karena pada usia-usia produktif umumnya banyak melakukan kegiatan-kegiatan sehingga diperlukan adanya tenaga untuk menunjang aktivitas yang dapat diperoleh dari berbagai bahan pangan. Oleh karena itu, dengan banyaknya penduduk usia produktif makan akan berpengaruh terhadap peningkatan kebutuhan akan pangan.

3. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

(50)

pendidikan di suatu daerah dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan, keadaan sosial ekonomi masyarakat, dan ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan. Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan dapat diamati pada tabel beriikut :

Tabel 10. Keadaan Penduduk Kota Surakarta Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2007

Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%) Tidak sekolah

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan penduduk di Kota Surakarta cukup baik karena sebagian besar penduduk mengenyam pendidikan sampai 9 tahun, sesuai dengan program pemerintah wajib belajar 9 tahun. Penduduk yang tidak sekolah dan tidak tamat SD sedikit sekali hanya 11,31% saja dan sisanya sudah tamat SD hingga Tamat Akademi/ PT. Dengan tingkat pendidikan yang cukup baik tersebut, maka akan berpengaruh terhadap pola pikir masyarakat khususnya dalam hal gizi dan kesehatan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka keinginan untuk perbaikan gizi dan peningkatan kesehatan akan meningkat. Apabila keinginan akan perbaikan gizi meningkat, maka kebutuhan akan bahan pangan dan bahan makanan yang mempunyai kandungan zat-zat gizi tinggi juga akan meningkat, misalnya telur ayam yang banyak mengandung zat gizi yang diperlukan oleh tubuh.

4. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

(51)

kesempatan. Keadaan penduduk Kota Surakarta menurut mata pencaharian yaitu :

Tabel 11. Keadaan Penduduk Kota Surakarta Menurut Mata Pencaharian Tahun 2007

Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%) Petani sendiri

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta

(52)

mengandung banyak zat gizi yang diperlukan oleh tubuh, misalnya telur ayam.

C. Keadaan Sarana Perekonomian

Perkembangan perekonomian di suatu wilayah dapat dilihat dari ketersediaan sarana perekonomian yang terdapat di wilayah tersebut apah sudah memadai atau belum. Sarana-sarana perekonomian tersebut dapat berupa lembaga-lembaga perekonomian baik yang disediakan pemerintah atau pihak swasta serta dari swadaya masyarakat setempat. Salah satu sarana yang dapat menunjang jalannya perekonomian di suatu daerah adalah pasar, sebab di pasar inilah terjadi transaksi jual beli barang dan atau jasa. Banyaknya pasar di Kota Surakarta sebagai berikut :

Tabel 12. Banyaknya Pasar Menurut Jenis di Kota Surakarta Tahun 2007

No. Jenis Pasar Jumlah (unit)

(mebel, bunga, elektronik, cinderamata dll)

1

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Surakarta

(53)

umum. Dengan semakin mudahnya konsumen untuk mendapatkan kebutuhan bahan pangan dengan harga yang terjangkau, maka dapat meningkatkan permintaan telur ayam di Kota Surakarta.

Selain sarana perekonomian berupa pasar yang ada di Kota Surakarta, terdapat juga sarana perhubungan sebagai penunjang kegiatan perekonomian berupa angkutan umum yang dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 13. Banyaknya Kendaraan Angkutan Umum yang Berdomisili di Kota Surakarta Tahun 2007

No. Jenis Kendaraan Jumlah (unit)

1. Taksi 423

2. Angkutan 443

3. Bus perkotaan 281

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sarana pengangkutan yang ada di Kota Surakarta cukup memadai. Oleh karena itu dengan memadainya sarana transportasi yang ada di Kota Surakarta maka akan memudahkan masyarakat untuk menjangkau tempat atau lokasi-lokasi seperti pasar untuk membeli berbagai kebutuhan khususnya kebutuhan akan bahan pangan.

D. Keadaan Umum Peternakan

Pertanian merupakan kegiatan usaha yang meliputi budidaya tanaman pangan dan hortikultura, perikanan, peternakan, dan perkebunan. Kota Surakarta bukan merupakan sentra produksi dari hasil-hasil pertanian maupun peternakan. Akan tetapi ada peternakan-peternakan yang diusahakan di Kota Surakarta diantaranya peternakan ayam ras (pedaging dan petelur), ayam sayur, itik, burung puyuh, sapi (potong dan perah), kambing, dan domba. Akan tetapi lokasi dari peternakan-peternakan tersebut berada di pinggiran Kota Surakarta/berada di daerah lain misalnya, Sukoharjo, Karanganyar, Sragen. Hal ini dikarenakan lahan untuk peternakan sudah tidak ada.

Gambar

Tabel 2. Tingkat Konsumsi Telur Ayam di Kota Surakarta Tahun 2005-2008
Tabel 4. Perkembangan Permintaan Telur Ayam di Kota Surakarta Tahun 2003-2007
Gambar 2. Efek Substitusi dan Efek Pendapatan dengan Metode
Gambar 3. Efek Substitusi dan Efek Pendapatan dengan Metode Slutsky
+7

Referensi

Dokumen terkait

meliputi 3 aspek yaitu : sikap, pengetahuan dan keterampilan. Pemahaman guru terhadap perbedaan yang signifikan dari penilaian KTSP dengan penilaian kurikulum 2013

Berdasarkan hasil penelitian dapat dipahami bahwa orang tua yang memiliki perilaku cukup dalam pemilihan makanan bergizi pada anak usia pra sekolah seperti

MODIS Enhance Vegetation Index (EVI) and Land Surface Temperature (LST) products in late august from 2000 to 2014 were employed to explore vegetation index and land

Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pada setiap pertemuan di siklus I, yaitu pertemuan 1, dan 2. Observasi untuk mengamati guru dan siswa. Hasil observasi

Ia membuat lintasan tertutup yang melingkupi kawat berarus listrik dan searah medan magnet, kemudian ia menghitung panjang lintasan tertutup tersebut dan menyatakan

Cara kerja hidrometer merupakan realisasi bunyi hukum archimede, dimana suatu benda yang dimasukan kedalam zat cair sebagian atau keseluruhan akan mengalami gaya keatas

Jika Solat Qada’ dan Solat Tunai berturut-turut maka sunat Azan bagi solat pertama sahaja samada dimulai dengan Tunai atau Qada’ kecuali jika dimulai dengan Qada’ dan selepas

Variabel independen pada penelitian sebelumnya menggunakan variabel struktur kepemilikan dan ukuran perusahaan sebagai variabel independen, sedangkan pada penelitian