• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mistakes Errors dan Learner Languages da

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Mistakes Errors dan Learner Languages da"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

TAPIS Vol. 08 No. 01 Januari 2008 136

Mistakes, Errors, dan Learner Languages dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

(Sebuah Studi Kasus pada Mahasiswa Program Studi Bahasa Inggris Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Jurai Siwo Metro)

Dedi Irwansyah

Abstract

Foreign language learners have to learn through making mistakes, errors, and learner languages as they are inseparable ingredients of the learning itself. Those three phenomena absolutely play important role in language learning and need to be analyzed as they can be the authentic sources in determining suitable materials and orientation of the teaching and learning process.

(3)

TAPIS Vol. 08 No. 01 Januari 2008 137 A. PENDAHULUAN

Kesalahan (mistakes or errors) dan fenomena learner languages dalam pembelajaran bahasa, terutama bahasa asing, merupakan bagian atau proses yang tidak terpisahkan dari pembelajaran itu sendiri. Hal tersebut sepatutnya tidak dipandang sebagai kegagalan dalam proses belajar, melainkan sebagai masukan (input) guna mengkaji dan memformulasi metode atau strategi pembelajaran yang lebih sesuai dengan kondisi yang dihadapi. Menurut Corder, kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar bahasa merupakan suatu hal yang sangat signifikan karena dapat menjadi sumber informasi tentang cara suatu bahasa dipelajari dan prosedur atau strategi yang digunakan pembelajar dalam mempelajari bahasa tersebut.1

Analisis dan implikasi yang cermat tentang kesalahan berbahasa dan fenomena learner languages, kemudian, patut mendapat perhatian terutama bila dikaitkan dengan upaya peningkatan mutu lulusan mahasiswa Jurusan Bahasa. Hal ini untuk tidak menempatkan kesalahan berbahasa dan fenomena learner languages hanya sebagai suatu kewajaran tanpa umpan balik (appropriate feedback) yang berarti bagi perkembangan kompetensi berbahasa pembelajar. Menurut Alip, penanganan yang bijak dan cermat terhadap kesalahan berbahasa dapat mengurangi fenomena

‘fosilisasi’,2 mengingat bahwa pada tataran tertentu, kompetensi berbahasa merupakan produk dari kebiasaan berbahasa. Dengan kata lain, kesalahan yang telah memfosil dapat dianggap sebagai

‘kebenaran’ hingga adanya umpan balik yang tepat.

Bertolak dari asumsi-asumsi di atas, penelitian ini mencoba mengkaji fenomena mistakes, errors, dan learner languages bahasa Inggris yang terjadi pada mahasiswa Diploma 3 Jurusan Bahasa Inggris di STAIN Jurai Siwo Metro. Dalam status peralihan dari Diploma 3 menjadi Strata 1 dan dalam upaya simultan untuk meningkatkan mutu lulusan di STAIN Jurai Siwo Metro, penelitian semacam ini kiranya menjadi relevan.

1 Brown, H. Douglas, Principles of Language Learning and Teaching (4th.Ed.), New York: Addison Wesley Longman, Inc., 2000, h. 217.

(4)

TAPIS Vol. 08 No. 01 Januari 2008 138 Besarnya animo masyarakat terhadap Jurusan Bahasa Inggris di STAIN Jurai Siwo Metro dapat dilihat dari Laporan Perkembangan (Progress Report) seperti yang dirilis oleh Program Studi Bahasa Inggris D3 STAIN Jurai Siwo Metro Tahun Akademik 2006/2007. Meningkatnya jumlah mahasiswa setiap tahunnya dan hasil dialog dengan mahasiswa, wali mahasiswa, dan beberapa lembaga pendidikan di Metro dan sekitarnya yang berharap agar STAIN Jurai Siwo Metro segera menyelenggarakan program Bahasa Inggris Strata 1, merupakan indikator dari tingginya minat terhadap Jurusan Bahasa Inggris. Hal tersebut menjadi tantangan sekaligus media refleksi untuk lebih serius mengkaji segala permasalahan yang dapat mengurangi mutu lulusan Jurusan Bahasa Inggris di STAIN Jurai Siwo Metro, salah satunya adalah fenomena mistakes, errors, dan learner languages dalam berbahasa Inggris.

Terkait dengan itu, beberapa masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Bagaimana deskripsi mistakes, errors, dan learner languages dilakukan pada mahasiswa Program Studi Bahasa Inggris di STAIN Jurai Siwo Metro?

2. Bagaimanakah alternatif upaya untuk menanggulangi mistakes, errors, dan learner languages tersebut?

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena mistakes, errors, dan learner languages dalam tulisan berbahasa Inggris oleh pembelajar bahasa Inggris. Kesalahan-kesalahan tersebut dikaitkan dengan konsep-konsep teoretis yang terdapat dalam pengkajian bahasa Inggris sebagai bahasa asing (foreign language).

Hasil penelitian ini, secara umum, diharap dapat memberikan kontribusi teoretis tentang ketiga fenomena tersebut di atas. Kecuali itu, secara khusus dan praktis, dapat dijadikan inspirasi dan bahan refleksi untuk menemukan alternatif penanggulangannya di STAIN Jurai Siwo Metro.

Penelitian ini bertolak dari pendekatan kualitatif karena bersifat interpretatif dan peneliti terlibat secara intensif dengan partisipan penelitian.3 Peran peneliti (researcher’s role) dalam hal ini

(5)

TAPIS Vol. 08 No. 01 Januari 2008 139 adalah calon dosen dan dosen luar biasa di STAIN Jurai Siwo Metro yang telah terlibat langsung dalam kegiatan pengajaran di Program Studi Bahasa Inggris setempat.

Strategi penelitian yang digunakan adalah studi kasus (case studies) yang menurut Stake (via Creswell) merupakan strategi yang mensyaratkan peneliti untuk mengkaji sebuah program, kejadian, kegiatan, atau proses yang terjadi pada seseorang atau sekelompok orang secara mendalam.4

Partisipan dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi semester IV dan VI Jurusan Bahasa Inggris di STAIN Jurai Siwo Metro yang mengikuti perkuliahan Analisis Wacana Tahun Akademik 2006/2007. Data penelitian diambil dari tulisan-tulisan berbahasa Inggris yang terdapat di dalam kumpulan tugas partisipan. Selain itu, untuk memberikan deskripsi rinci tentang lokasi dan partisipan penelitian, sebagai ciri dari studi kasus5, peneliti juga mengkaji Progress Report Jurusan Bahasa Inggris STAIN Jurai Siwo Metro sebagai dokumen yang dipandang relevan untuk penelitian.

Untuk validasi dan akurasi hasil penelitian, digunakan strategi peer debriefing dan member-checkhing.6 Peneliti melibatkan rekan sejawat (peer debriefer) untuk mengulas dan membahas tentang penelitian kualitatif yang dilakukan. Selain itu, temuan penelitian juga dibahas dengan partisipan penelitian.

B. KAJIAN TEORI

Fenomena mistakes, errors, dan learner languages merupakan bagian integral dari suatu proses pembelajaran dan bermanfaat dalam konteks pemberian umpan balik bagi perbaikan proses belajar itu sendiri. Di dalam konteks bahasa Inggris sebagai bahasa asing, terdapat perbedaan-perbedaan, seperti gramatika dan pelafalan, dari bahasa Indonesia. Perbedaan-perbedaan yang dimaksud paling tidak turut mempengaruhi ketiga fenomena tersebut di atas.

(6)

TAPIS Vol. 08 No. 01 Januari 2008 140 Mistakes dan Errors

Di dalam terminologi linguistik, utamanya dalam kajian analisis kesalahan (error analysis), kesalahan berbahasa dibagi menjadi dua, yaitu: mistakes dan errors. Mistakes berkenaan dengan performansi pembelajar, bersifat insidental dan acak seperti kesalahan pengetikan, penulisan, pengucapan yang disebabkan oleh kelelahan atau kurang teliti. Artinya, pembelajar sebenarnya menyadari kesalahan yang dilakukan dan mengetahui bentuk yang benar dari kesalahan tersebut (can be self-corrected). Sebaliknya, errors berkaitan dengan kompetensi pembelajar, bersifat sistematis dan ajeg sehingga pembelajar tidak menyadari telah berbuat kesalahan dan tidak mengetahui koreksi dari kesalahan tersebut (cannot be self-corrected).7

Selanjutnya, errors dapat diklasifikasikan berdasarkan hirarki kebahasaannya seperti: kesalahan fonologis (phonological errors), kesalahan leksikal (vocabulary or lexical errors), kesalahan sintaksis (syntactic errors) dan lain sebagainya. Sedang dari sudut pandang interferensi komunikasi, errors digolongkan menjadi global errors dan local errors.8 Dikatakan global errors jika sebuah ungkapan terlalu sukar dipahami, sebaliknya akan menjadi local errors jika sebuah ungkapan, meskipun mengandung kesalahan sintaksis atau semantik, masih dapat difahami maksud atau pesan yang terkandung di dalamnya.

Terdapat beragam faktor yang terkait dengan fenomena kesalahan berbahasa Inggris sebagai bahasa asing (EFL), salah satunya adalah minimnya kesempatan bagi pembelajar untuk mempraktekkan bahasa Inggris di luar kelas.9 Konsekuensi logis dari pendapat ini adalah menyediakan kesempatan yang lebih banyak lagi bagi pembelajar bahasa Inggris untuk mempraktekkan kemampuan

berbahasanya. Kata ‘menyediakan’ di sini lebih mengarah pada pengertian ‘mengkondisikan’ pembelajar untuk terus meningkatkan

7Brown, H. Douglas, Op.cit, h.217

(7)

TAPIS Vol. 08 No. 01 Januari 2008 141 kemampuan berbahasanya, salah satunya dengan meminimalisir kesalahan-kesalahan dalam menggunakan bahasa Inggris.

Learner Languages

Istilah learner languages berangkat dari perspektif interlanguage yang berorientasi pada pengkajian bahasa yang digunakan pembelajar bahasa asing. Objek kajiannya mencakup perbandingan antara karakteristik bahasa yang digunakan oleh pembelajar dan bahasa target atau bahasa yang dipelajarinya.10 Dengan kata lain, konsep learner languages mengacu pada karkateristik-karakteristik khusus yang terdapat di dalam bahasa pembelajar yang tidak atau kurang sejalan dengan konsep bahasa asing yang dipelajarinya.

Telah dipahami bahwa bahasa sumber pembelajar di Indonesia (bahasa Indonesia dan/atau bahasa daerah) berpengaruh terhadap proses pembelajaran bahasa asing. Pengaruh yang positif dipandang sebagai transfer bahasa, sedang pengaruh negatif sering disebut sebagai interferensi. Di balik pengaruh bahasa sumber terhadap bahasa target, dikenal juga fenomena learner languages yang menyatakan bahwa pembelajaran bahasa merupakan konstruksi kreatif dari sebuah sistem dimana pembelajar secara sadar menguji hipotesisnya tentang bahasa atau ungkapan yang sedang dipelajari atau dipraktekkan.10 Dalam tahapan ini pembelajar mengkonstruksi ucapan atau tulisan dalam bahasa target berdasarkan pengetahuan kebahasaan yang didapatkannya dari bahasa sumber dan bahasa target (bahasa Inggris). Apabila ucapan atau tulisan tersebut benar adanya, maka hipotesis atau konstruk yang dibangun si pembelajar adalah benar. Namun sebaliknya, jika hipotesis atau konstruk tersebut salah dan tidak mendapatkan umpan balik (appropriate feed back) yang benar, fenomena fosilisasi dapat terjadi.

Perlakuan terhadap Kesalahan Berbahasa

Strategi perlakuan, jika tidak koreksi, terhadap kesalahan berbahasa merupakan sesuatu yang kompleks. Beragam penelitian tentang kesalahan berbahasa tidak bermuara pada penemuan suatu

10 http://en.wikipedia.org/wiki/Second_language_acquisition (10 Juni 2007)

(8)

TAPIS Vol. 08 No. 01 Januari 2008 142 strategi yang paling aplikatif. Namun demikian, Kathleen Bailey (via

Brown) mengajukan ‘tujuh pilihan’ (basic options) terhadap kesalahan berbahasa dengan delapan jenis fitur, (eight “possible features”)

7. Menguji hasil dari perlakuan yang diberikan dikombinasikan untuk memberikan perlakuan yang dipandang paling sesuai terhadap kesalahan berbahasa di dalam kelas. Namun demikian,

(9)

TAPIS Vol. 08 No. 01 Januari 2008 143 dalam hal pengajar tetap diharapkan dapat mengembangkan intuisinya, didasarkan pada pengalaman dan landasan teoretis yang dimilikinya, guna mengkombinasikan pilihan dan fitur yang kondusif. Dengan kata lain, refleksi pengajar terhadap kajian teoretis dan pengalaman empiris patut diutamakan dalam menentukan strategi perlakuan terhadap kesalahan berbahasa.

Fenomena Persyaratan minimum (The Minimum Requirements)

Perlakuan terhadap kesalahan berbahasa dapat diimplementasikan secara individual maupun secara kolektif. Secara individual, pengajar dapat memilih atau mengkombinasikan konsep yang diajukan oleh Bailey di atas. Secara kolektif, perlakuan dapat dilakukan melalui penetapan kebijakan internal, misalnya penerapan The Minimum Requirements. R.L. Fountain (via Bram) menyusun daftar kesalahan gramatika yang harus dihindari oleh semua pembelajar. Daftar kesalahan tersebut kemudian dirangkum menjadi Persyaratan minimum yang diberlakukan kepada mahasiswa tahun pertama di salah satu Jurusan Bahasa Inggris di Indonesia.12 Salah satu konsekuensi dari pemberlakuan Persyaratan minimum adalah bahwa jika pembelajar membuat kesalahan (baik dalam tulisan maupun percakapan) yang terdapat di dalam Persyaratan minimum, nilainya akan dikurangi. Sebaliknya, jika tidak membuat kesalahan yang dimaksud, nilainya akan ditambah.

Lebih lanjut, diketengahkan bahwa poin-poin yang dijadikan acuan penyusunan Peryaratan Minimum adalah kaidah-kaidah dasar atau pokok dalam bahasa Inggris seperti: keselarasan antarunsur pembentuk kalimat (concord), kata kerja (verb), tenses, kelompok kata kerja (verb groups), articles, tanda baca (punctuation), dan spelling.

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Program Studi Bahasa Inggris STAIN Jurai Siwo dibuka pertama kali pada Tahun Akademik 2000/2001 untuk program D3. Tujuannya adalah untuk memenuhi permintaan masyarakat akan guru bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama atau Madrasah Tsanawiyah di Metro dan sekitarnya.

(10)

TAPIS Vol. 08 No. 01 Januari 2008 144 Berdasarkan Progress Report yang dikeluarkan oleh Program Studi D3 Bahasa Inggris STAIN Jurai Siwo Metro diketahui bahwa keberadaan D3 Bahasa Inggris semakin diminati oleh masyarakat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah mahasiswa setiap tahunnya, sebagai berikut:

Sumber: Progress Report D3 Bahasa Inggris STAIN Jurai Siwo Metro Tahun Akademik 2006/2007

Hasil penelitian dan pembahasan berikut ini, mencakup deskripsi tentang mistakes, errors, dan learner languages serta upaya penanggulangannya, dapat dilihat sebagai refleksi dari sudut pandang kompetensi bahasa Inggris terhadap kemajuan yang telah dicapai oleh STAIN Jurai Siwo Metro melalui program D3 bahasa Inggris.

1. Deskripsi mistakes, errors, dan learner languages dilakukan pada mahasiswa Program Studi Bahasa Inggris di STAIN Jurai Siwo Metro

Meskipun secara teoretis telah ada batasan yang jelas antara mistakes dan errors, dalam tataran praktis keduanya tidak selalu mudah diklasifikasikan mengingat partisipan penelitian berada di dalam suatu konteks dan proses pembelajaran dimana errors dapat saja dipandang sebagai mistakes. Hal ini karena belum terdapat ketetapan yang baku tentang berapa kali (perbandingan) suatu kesalahan harus terjadi sehingga dapat diklasifikasikan sebagai errors atau mistakes. Sementara itu, fenomena learner languages tidak

(11)

TAPIS Vol. 08 No. 01 Januari 2008 145 terlalu sukar diidentifikasi apabila menggunakan acuan keterpahaman/keberterimaan ungkapan yang dipraktekkan oleh pembelajar. Namun demikian, secara kolektif, errors dan mistakes diklasifikasikan berdasar tingkat frekuensi kejadiannya. Artinya, semakin tinggi frekuensi kejadian, semakin berpeluang dipandang sebagai errors, dan semakin rendah frekuensi kejadian, semakin berpeluang dipandang sebagai mistakes. Berikut adalah deskripsi data studi yang diperoleh:

Dari tiga puluh delapan kumpulan tugas mahasiswa yang dilibatkan dalam studi ini, didapatkan bahwa frekuensi kesalahan untuk penggunaan Articles adalah 20; Concord sebanyak 159; Verbs sebanyak 114; Modals sebanyak 57; Spelling sebanyak 115, dan learner languages sebanyak 91. Berdasarkan frekuensi kejadiannya, kiranya dapat dikatakan di sini bahwa kesalahan dalam penggunaan Articles merupakan mistakes, sedang untuk Concord, Verbs, Modals, dan Spelling, dapat dipandang sebagai errors. Deskripsi berikut ini mengetengahkan cuplikan pola dari contoh-contoh kesalahan (mistakes dan errors) berbahasa dan fenomena learner languages:

a. Articles

Binti is a beautiful *women Being *a English teacher

(12)

TAPIS Vol. 08 No. 01 Januari 2008 146 Data di atas menegaskan pentingnya pemahaman dasar tentang articles atau kata sandang (a, an, the) yang memiliki aturan

penggunaan tersendiri. ‘a dan an’ digunakan untuk nomina yang dapat

dihitung tunggal (singular countable noun). Kecuali itu, ‘a’ umumnya digunakan untuk nomina yang pelafalan huruf awalnya konsonan,

sedang ‘an’ untuk yang pelafalan huruf awalnya adalah huruf vokal.

b. Concord

TV program often *show… …all *man

…there are four *season

…social rules and social value

…the princess who *intimate

Minah is one of *daughter from Sisy's attendant …everyone….*do not go shopping

Not only was he a smart boy but he *is also.. …political and *culture problems

Data studi di atas mengungkapkan masih adanya permasalahan dengan konsep pronoun (3rd person), quantity word (all, many), number (four), preposition (one of), dan parallel structure (was dan is; political dan culture).

c. Verbs

…life *is needs some struggle It (*is) very important for … Last week,…I *am very tired

By *watch a film or *hear the music They *didn't learn about English tonight …to get someone to *builded

I *given explanation

(13)

TAPIS Vol. 08 No. 01 Januari 2008 147 d. Modals

I will *my life always together I will *been do….

I would *knew… I would *to try…

…it will not (*be) eternal. We can *sharing…

People could *communicated

Dari data studi tentang modals (terutama will, would, can, dan could) diketahui masih belum mantapnya pemahaman terhadap karakteristik atau sifat modals itu sendiri, salah satunya adalah: modal mengambil kedudukan pertama dalam frasa verba13 dan selalu diikuti oleh verb bentuk pertama (bare infinitive) untuk semua subjek.14 Contoh penggunaan kaidah ini adalah: We can share joy with others.

e. Spellings

…especially for *childrens …is very *pital

…seasons in *europe …*ekonomi

…*politik

…she *colect many insects …you can buy *mie soup …suffer from *obesitas

Berdasarkan data studi seperti disebut di atas diketahui bahwa kesalahan spelling terjadi pada tataran leksikon (lexical errors) yang sebagian besar merupakan pengaruh dari bahasa Indonesia seperti pada kata-kata: ekonomi, politik, mie, dan obesitas. Di atas segalanya, lexical errors lebih disebabkan oleh keengganan pembelajar untuk mengecek leksikon tersebut di dalam kamus sebelum digunakan.

13 Leech, Geoffrey, Kamus Lengkap Tata Bahasa Inggris, Jakarta: Kesaint Blanc, 1992, h.286.

(14)

TAPIS Vol. 08 No. 01 Januari 2008 148 f. Learner languages

…my parents that was born me

…supported with to experience has we got or has we take …three ways efective to study English

…makes me feel fun and gives usage is well something do it …people can't live self

…he always story to me about his experience …there is still someone is like this

…the name same with Ronaldo

…when I new arrive at my home

…Sakira's family are smile cheap

…the people more choose delay them travel

Kesalahan (errors dan mistakes) untuk tataran Article, Concord, Verbs, Modals, dan Spelling di atas bersifat deskriptif tanpa eksplorasi mendalam tentang faktor-faktor yang melatarbelakanginya, seperti faktor-faktor afektif pembelajar. Namun demikian, dapat dikatakan bahwa deskripsi di atas tidak dapat dipisahkan dari faktor keseriusan sinergis antara pengajar dan pembelajar dalam mengaplikasikan kaidah-kaidah dasar bahasa Inggris baik dalam tulisan maupun ucapan.

Terkait dengan fenomena learner languages, terdapat tiga hal yang dapat disimpulkan berdasarkan data studi di atas, yaitu: (1) terdapat interferensi dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris seperti pada: my parents that was born me (untuk mengatakan, “orang

tua yang telah melahirkan saya”); when I new arrive at my home

(untuk mengatakan, “ketika saya baru sampai di rumah”); dan he always story to me about his experience (untuk mengatakan, “dia

selalu menceritakan padaku tentang pengalamannya”) . Interferensi tersebut terjadi pada tataran sintaktik dan berpengaruh pada sisi pemaknaan atau semantik; (2) beberapa contoh learner languages, sampai pada tataran tertentu, masih dapat dipahami meskipun secara gramatikal belum benar, seperti pada: the name same with Ronaldo

(untuk mengatakan, “namanya sama seperti Ronaldo”); three ways efective to study English (untuk mengatakan, “tiga cara efektif untuk

(15)

TAPIS Vol. 08 No. 01 Januari 2008 149 menyeluruh untuk menghasilkan ungkapan yang berterima baik secara gramatika maupun semantik. Hal ini dikarenakan learner languages semacam ini dapat dikategorikan sebagai global errors seperti pada: supported with to experience has we got or has we take; the people more choose delay them travel; dan makes me feel fun and gives usage is well something do it.

2. Alternatif upaya penaggulangan mistakes, errors, dan learner languages

Tidak dapat dikatakan bahwa ketiga fenomena di atas menunjukkan kegagalan pembelajaran bahasa Iggris dalam konteksnya sebagai bahasa asing di Indonesia. Sebaliknya, hal

tersebut menunjukkan adanya ‘proses’ belajar itu sendiri dengan

catatan bahwa selalu ada upaya simultan untuk mengurangi tingkat

kesalahan dan memperbaiki fenomena ‘negatif’ dari learner languages.

Sejauh ini, ketiga fenomena tersebut di atas umumnya dikoreksi oleh dosen pengampu, baik secara langsung maupun tidak langsung. Metode ini bisa menjadi sangat efektif jika dilandasi oleh kesadaran dan penguasaan pedagogis yang relevan serta kesungguhan pembelajar dalam merespon umpan balik. Metode alternatif lainnya adalah dengan menyusun regulasi khusus yang dikeluarkan oleh pihak Jurusan terkait dengan kesalahan berbahasa, misalnya penerapan Persyaratan minimum (The Minimum Requirements), sehingga terbuka peluang untuk mengurangi kesalahan-kesalahan tersebut secara lebih sistematis atau terorganisir. Persyaratan Minimum secara umum berisikan kaidah-kaidah dasar bahasa Inggris seperti penggunaan kata kerja, tenses, spelling, modal, articles, concord dan lain sebagainya. Mahasiswa yang melakukan kesalahan seperti yang termuat dalam Persyaratan Minimum, dikenakan sanksi berupa teguran keras hingga pengurangan nilai.

D. KESIMPULAN

(16)

TAPIS Vol. 08 No. 01 Januari 2008 150 berturut-turut dari atas ke bawah tercermin melalui grafik berikut ini:

Articles

Concord

Verbs

Modals

Spelling

Learner Language

Sementara itu, fenomena learner languages yang terjadi pada partisipan penelitian menunjukkan adanya interferensi dari bahasa sumber (terutama bahasa Indonesia) terhadap bahasa target (bahasa Inggris). Fenomena learner languages, kemudian dapat diklasifikan ke dalam global errors dan local errors berdasarkan tingkat keberterimaan atau keterpahaman pesan yang disampaikan.

Sebagai implikasi dari penelitian ini adalah melakukan perlakuan terhadap kesalahan-kesalahan tersebut baik secara individual maupun kolektif. Perlakuan individual dari pengajar idealnya didasarkan pada landasan pedagogis sedangkan perlakuan kolektif dapat dilakukan melalui pemberlakuan The Minimum Requirements oleh pihak jurusan atau institusi. Alternatif kedua (kolektif) bertujuan agar perlakuan yang dimaksud menjadi lebih sistematis dan terorganisir.

DAFTAR PUSTAKA

Alip, Francis Borgias. Historical Perspective in Learning English. Phenomena: Journal of Language and Literature, Vol.6-No.3, 118. 2003.

(17)

TAPIS Vol. 08 No. 01 Januari 2008 151 Brown, H. Douglas. Principles of Language Learning and Teaching

(4th.Ed.), New York: Addison Wesley Longman, Inc. 2000.

__________________. Teaching by Principles: An Interactive Approach to Language Pedagogy (2nd Ed.), New York: Addison Wesley Longman, Inc. 2003.

Creswell, John W. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches (2nd.Ed.), California: Sage Publications, Inc. 2003.

Gebhard, Jerry, G. Teaching English as A Foreign or Second Language: A Teacher Self-development and Methodology Guide, Michigan: The University of Michigan Press. 1996.

http://en.wikipedia.org/wiki/Second_language_acquisition (10 Juni 2007)

Lado, M.J. Common Errors in English: Kesalahan-kesalahan Umum dalam Berbahasa Inggris, Jakarta: C.V. Tulus Jaya. 2005.

Leech, Geoffrey. Kamus Lengkap Tata Bahasa Inggris, Jakarta: Kesaint Blanc. 1992.

Progress Report D3 Bahasa Inggris STAIN Jurai Siwo Metro Tahun Akademik 2006/2007

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas bisa disimpulkan bahwa kegiatan pengayaan kosakata dengan dengan pendekatan kontekstual dengan memanfaatkan kebiasaan jual beli online peserta didik

Demikian surat pernyataan ini saya buat dan apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik..

Sesuai dengan gambar 30, Halaman Mail Queue digunakan untuk mengatur email akan dikirim melalui sebuah antrian yang akan dieksekusi melalui cron schedule5. Gambar

Satuan Kerja/SKPD : Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nama Paket : Pembangunan Pagar Keliling Rusunawa Kota Mara Tahap II Kategori Pekerjaan : Pekerjaan Jasa Konstruksi..

dengan seksio sesarea yang dirawat di Ruang Nifas Melati I Rumah Sakit.. Sariningsih Bandung sebanyak 26 partisipan yang diambil pada tanggal

It is clear that Vanessa performs Bald on record politeness strategy since there is no minimization of the face threat in her utterance. Furthemore, she shows

Mengingat bahwa biaya yang akan digunakan untuk investasi pengembangan sangat besar serta kondisi yang akan datang dipenuhi dengan kemungkinkan terjadinya

Krismawatri, Ima. Efektivitas Penggunaan Media Spiel tabu untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Berbicara. Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman. Fakultas Pendidikan