• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Sosial Edukatif Upaya Peningkata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Program Sosial Edukatif Upaya Peningkata"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam peranannya di masa yang akan datang (Hasbullah, 2012: 4). Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan sebuah negara yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas sebuah bangsa. Kurangnya tenaga pengajar, masalah ekonomi, dan pemerataan alokasi dana yang belum merata tidak henti-hentinya menjadi faktor penyebab yang membuat kualitas pendidikan di Indonesia tidak meningkat. Di negara maju, seperti Finlandia, sistem pendidikan kini sudah mulai menggunakan inovasi-inovasi baru dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di negaranya. Menurut evaluasi PISA (Programme for International Student Assessment), lembaga yang mengukur kemampuan siswa di seluruh dunia, pada tahun 2013, menempatkan Finlandia sebagai peringkat pertama sedangkan Indonesia masih berada di peringkat ke-60. 1

Indonesia akhir-akhir ini sedang berupaya meningkatkan kualitas pendidikan dalam negeri. Data dari Kementrian Keuangan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) setiap tahunnya dialokasikan hingga 20% untuk meningkatkan kualitas pendidikan.2 Hal tersebut belum efektif dan belum berhasil dalam upaya pemerataan alokasi dana pendidikan terhadap daerah-daerah terpencil yang sangat jauh dan sulit dijangkau, baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Selain itu, fasilitas sekolah, kualitas dan kuantitas tenaga pengajar juga merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Masalah tersebut menjadi dampak yang sangat besar bagi sebagian masyarakat terutama mereka yang tinggal di daerah yang sulit untuk dijangkau.

(2)

Mereka belum bisa merasakan bagaimana rasanya mengenyam pendidikan yang layak dan nyaman. Dengan demikian, perekonomian masyarakat tersebut terhambat karena mobilitas yang rendah dan pertumbuhan ekonomi yang sangat lambat. Pada akhirnya, masalah tersebut juga berdampak pada masalah pendidikan. Kesadaran siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi menjadi menurun. Inilah yang menyebabkan mengapa kebanyakan dari mereka lebih memilih untuk bekerja atau menikah di usia muda setelah mereka lulus dari SMP dan jarang yang melanjutkan ke SMA. Masalah ini akan terus-menerus terjadi dan menjadi sebuah masalah yang sangat besar dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Sebagai mahasiswa, kita seharusnya peka dan peduli terhadap masalah yang terjadi di sekitar kita untuk melakukan perubahan.

Kondisi seperti ini telah terjadi di Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Indramayu pada tahun 2010, menunjukkan bahwa Kabupaten Indramayu menduduki peringkat ketiga dalam hal Angka Melek Huruf (AMH) dengan angka 93,97% dan peringkat ketiga juga dalam Angka Partisipasi Sekolah (APS) yaitu 98,07% di bawah Kabupaten Bogor yang menempati peringkat pertama dan Kabupaten Cianjur peringkat kedua.3 Selain itu, data dari Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), tahun 2011-2012, Kabupaten Indramayu juga tercatat sebagai salah satu wilayah pemasok TKI terbesar di Jawa Barat, bahkan se-Indonesia.4

Hal tersebut merupakan masalah yang sangat besar dan harus segera dibenahi. Fenomena seperti ini akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan yang semakin meningkat. Masalah ini juga akan menghambat laju pertumbuhan ekonomi dan perkembangan

3 Badan Pusat Statiski Jawa Barat, 2011. Angka Melek Huruf http://jabar.bps.go.id/subyek/angka-melek-huruf-amh-dan-angka-partisipasi-sekolah-aps-jawa-barat-tahun-2008-2011 Diakses pada 07 April 2014

4 Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI, 2012.

(3)

pembangunan Kabupaten Indramayu. Peningkatan kualitas pendidikan pun juga akan terganggu. Pada akhirnya, masyarakat Indramayu akan menghadapi sebuah masalah dilematik terhadap dunia pendidikan. Mereka akan berada pada situasi untuk memilih diantara dua pilihan, pendidikan atau pemenuhan kebutuhan. Inilah yang terjadi di Kabupaten Indramayu yang pada kenyataanya di lapangan, mereka lebih memilih pilihan untuk memenuhi kebutuhan mereka terlebih dahulu dibandingkan pendidikan sesuai dengan teori piramida kebutuhan Abraham Maslow (Robert Poston, 2009)

Oleh karena itu, mereka harus segera mendapatkan sebuah program pemberdayaan sumber daya manusia yang bisa meningkatkan kesadaran mereka terhadap pentingnya dunia pendidikan. Program Sosial Edukatif (Prosektif) ini dirancang untuk melakukan pencerdasan dan perubahan pola pikir masyarakat Indramayu terhadap pentingnya dunia pendidikan. Program ini akan dilakukan dengan cara penyuluhan, pelatihan, permainan, pendongengan, penontonan film kartun, dan hal lainnya yang di dalamnya terdapat nilai-nilai edukasi terhadap masyarakat Indramayu khususnya orang tua dan siswa-siswi SD.

Program ini tentunya harus berjalan secara terus menerus karena membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengubah perilaku seseorang dari kehidupan biasanya (AG. Lunadi,1989: 3). Pada akhirnya, program ini diharapkan dapat membantu mereka untuk menyadarkan dan mengutamakan pendidikan sehingga mereka dapat melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi, paling tidak mereka melaksanakan wajib belajar 12 tahun seperti apa yang telah dicanangkan oleh pemerintah daerah Jawa Barat.

1.2 Rumusan Masalah

(4)

masyarakat yang tidak mampu menyekolahkan anaknya hingga ke tingkat yang lebih tinggi. Pendidikan bukan prioritas utama lagi bagi mereka. Mereka akan lebih memilih untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka terlebih dahulu. Mereka tidak sadar bahwa pendidikan itu sangat penting bagi masa depan dan pembangunan wilayah mereka sendiri.

Melihat masalah tersebut, penulis ingin memperkenalkan prosektif kepada masyarakat Kabupaten Indramayu terhadap pentingnya pendidikan. Hasilnya bisa dilihat dari seberapa banyak anak yang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Selain itu, penulis juga ingin melihat efektivitas dari prosektif ini ketika nanti dijalankan pada waktunya.

1.3 Uraian Singkat Gagasan Kreatif

Akhir-akhir ini sudah banyak sekali program yang menawarkan kepada seluruh anak muda terutama mahasiswa untuk melakukan pengabdian masyarakat. Kegiatan tersebut biasanya terfokus pada program pengajaran yaitu untuk menjadi seorang guru atau tenaga pengajar bantuan untuk beberapa bulan dan tinggal di daerah terpencil dan sulit dijangkau. Beberapa program tersebut seperti Indonesia Mengajar, Indonesia Berkibar, Sekolah Guru Indonesia, Voulenteer Teaching Indonesian Children, 1000 guru, dan masih banyak lagi program-program serupa lainnya yang intinya memanggil mahasiswa untuk menjadi relawan sebagai pengajar bantuan.

(5)

sehingga mereka bisa sadar bahwa pendidikan itu penting bagi masa depan mereka.

Begitu juga dengan para orang tua. Mengubah mind-set seseorang memang tidak mudah begitu saja dan membutuhkan waktu yang cukup lama, apalagi ketika kebutuhan primer mereka belum terpenuhi. Mereka biasanya mengesampingkan dunia pendidikan bagi anak-anaknya. Orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak-anaknya dan berperan sebagai pendukung dana sekolah bagi anak-anaknya. Oleh karena itu, prosektif juga akan didukung dengan kegiatan penyuluhan dan pelatihan socialpreneurship

untuk masyarakat di sana sebagai program pendukung prosektif. Prosektif akan memberikan semacam keterampilan dan pelatihan wirausaha untuk orang tua agar masalah ekonomi mereka bukan menjadi penghalang untuk melanjutkan anak-anaknya bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Prosektif ini diharapkan bisa menyadarkan orang tua dan anak-anaknya bahwa pendidikan itu penting bagi masa depan mereka dan untuk pembangunan wilayah mereka sendiri.

1.4 Tujuan Penulisan

Program Sosial-Edukatif ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Indramayu baik orang tua maupun anak-anaknya terhadap pentingnya pendidikan. Prosektif ini juga diharapkan bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi keluarga mereka dan mengurangi jumlah anak yang menikah di usia muda serta mengurangi pengiriman TKI dan TKW yang berlebihan dari Indramayu.

1.5 Manfaat Penelitian

 Mengetahui kondisi sosial dan pendidikan yang ada di Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu.

 Memetakan dan mendeskripsikan fenomena dan gejala sosial yang terjadi di Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu.

(6)

 Melihat perubahan apa yang akan terjadi setelah adanya kegiatan prosektif ini.

1.6 Metode Penulisan

(7)

BAB II

PENDIDIKAN DI KABUPATEN INDRAMAYU

2.1 Perkembangan Pendidikan di Kabupaten Indramayu

Kabupaten Indramayu merupakan kabupaten yang mendapat cukup banyak perhatian dalam masalah pendidikan. Indramayu tercatat di Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat (Disdik Jabar) sebagai kabupaten yang harus mendapatkan perhatian khusus dalam peningkatan kualitas pendidikan terutama mengurangi jumlah anak putus sekolah tingkat SD. Data dari Disdik Jawa Barat tercatat bahwa pada tahun 2012-2014, sekitar 189.858 anak SD yang putus sekolah.5 Selain itu, sampai saat ini Indramayu baru memiliki ruang kelas sekitar 5.251 ruangan dengan kondisi yang masih rusak ringan dan berat berjumlah 1.862 kelas. Sedangkan jumlah siswa SD hingga saat ini tercatat sekitar 207.486 siswa.6

Indramayu juga terkenal sebagai pemasok TKI terbesar di Jawa Barat dan kasus perdagangan manusia (human trafficking). Data dari BNP2TKI mencatat bahwa pada tahun 2011-2012, Indramayu menempati peringkat pertama dengan jumlah TKI 40.592 orang.7 Data pada tahun 2011, BPS Jawa Barat juga mencatat bahwa Indramayu termasuk 5 kota termiskin di Jawa Barat dengan persentasi kemiskinannya 16,01%. Pada tahun yang sama juga Indramayu menduduki peringkat ketiga Angka Partisipasi Sekolah (APS) dengan nilai 93,37%.8 Melihat kondisi seperti ini, pemerintah daerah harus segera melakukan pembenahan secara serius agar dapat meningkatkan kualitas pendidikan di daerahnya. Masih banyak daerah yang belum merasakan pendidikan yang layak dan nyaman dan salah satunya Dusun Ciselang, Kecamatan Terisi.

5 Dinas Pendidikan Jawa Barat, 2013. http://www.disdik.jabarprov.go.id/?naon=statistik Diakses pada 08 April 2014

6 Ibid, Dinas Pendidikan Jawa Barat

7 http://www.bnp2tki.go.id/statistik/statistik-penempatan/6779-penempatan-berdasar-daerah-asal-kotakabupaten-2011-2012.html ( Diakses pada 08 April 2014)

8 Data Sosial Ekonomi Masyarakat provinsi Jawa Barat Hasil SUSENAS, 2011. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Hlm. 7

(8)

Berdasarkan data-data di atas, kita bisa melihat bahwa jumlah sarana penunjang untuk sekolah dasar di Indramayu masih sangat kurang. Selain itu, pendidikan di Indramayu juga masih kekurangan tenaga pengajar profesional. Data dari Dinas Pendidikan Jawa Barat tahun 2013 memcatatkan bahwa di Indramayu kini baru memiliki jumlah guru SD sekitar 8.395 guru.9 Sedangkan rasio guru dan siswa pada tahun 2013 adalah 1:21.10 Menurut survei yang dilakukan oleh PISA, rasio yang ideal itu adalah 1:14, seperti yang telah diterapkan di Finlandia. Ini merupakan kondisi yang sangat memprihatinkan apalagi masih banyak daerah yang belum bisa terjangkau, baik oleh pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Hal ini menyebabkan tidak adilnya pemerataan pendistribusian dana untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Kabupaten Indramayu khususnya Kecamatan Terisi, sudah beberapa kali masuk dalam media massa yang membahas tentang buruknya fasilitas pendidikan dan kurangnya tenaga pengajar. Hal ini benar karena daerah tersebut masih sulit dijangkau oleh pemerintah daerah. Selain itu, fasilitas yang kurang memadai membuat masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut belum bisa menikmati pendidikan yang layak dan bermutu. Pada akhirnya, masyarakat tidak dapat menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Mereka akan lebih memilih bekerja sebagai buruh atau meneruskan pekerjaan orang tua sebagai petani. Wilayah tersebut masih banyak terdapat lahan yang kosong dan tiga perempatnya dikelilingi oleh ladang sawah dan perkebunan. Mereka bertahan hidup dengan bertani, bercocok tanam dan tidak sedikit dari mereka yang menggarap sawah milik orang lain.

Pemerintah daerah sebenarnya sudah melakukan survei dan berencana melakukan pembangunan sarana pendidikan di wilayah tersebut. Hanya saja hal tersebut belum terealisasikan mengingat pendistribusian alokasi dana terhambat oleh akses yang cukup jauh. Pada tahun 1990 pemerintah pusat sebenarnya juga sudah membuat Program Kawasan Terpadu (PKT) untuk menangani masyarakat

9 Dinas Pendidikan Jawa Barat , 2013. http://www.disdik.jabarprov.go.id/?naon=statistik Diakses pada 08 April 2014

10 Kementrian Keuangan RI, 2010

(9)

yang belum sepenuhnya berpartisipasi dalam pembangunan.11 Selain itu, sampai saat ini belum ada lagi pihak yang ikut serta dalam menanggulangi dan menangani masalah ini. Contohnya saja di dusun Ciselang, Kecamatan Terisi, hanya ada 3 sekolah dasar dan 2 sekolah SMP, sedangkan SMA mereka harus menempuh jarak yang cukup jauh dan itu pun sangat jarang bagi mereka untuk bisa melanjutkan pendidikan ke SMA.

Hal ini terjadi karena beberapa hal, yang pertama adalah akses yang sangat sulit, kurangnya informasi, dan faktor utamanya adalah pemenuhan kebutuhan mereka yang belum terpenuhi sehingga mereka jarang melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang harus putus sekolah dari SMP demi menyambung hidup untuk membantu orang tuanya bekerja baik itu di ladang atau di sawah.

2.2. Landasan Teori Pendukung Prosektif

2.2.1 Teori Piramida Kebutuhan

Dr. Abraham Maslow, mantan ketua American Psychological Association,

mengungkapkan bahwa ada piramida kebutuhan manusia sebagai pemenuhan kebutuhan dalam kehidupan sebagai individu (A.G Lunadi, 1989:4). Ada 5 tingkatan dalam piramida tersebut. Pertama adalah kebutuhan yang paling dasar yaitu kebutuhan psikologis (psychological needs). Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang paling penting dalam pemenuhan kebutuhan fisik seperti sandang, pangan, dan papan. Kebutuhan ini sangat fundamental bagi keberlangsungan hidup sebuah kelompok.

Kebutuhan psikologis itu sangat penting sekali, bahkan tidak sedikit dari mereka yang melakukan bermacam cara untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut. Maslow menilai bahwa kebutuhan ini merupakan kebutuhan untuk bertahan hidup sebuah individu atau kelompok dalam menjaga eksistensinya dalam kehidupan sehari-hari (Robert Poston, 2009: 348).

(10)

Dalam perkembangannya, teori ini selalu dikaitkan dengan kebutuhan primer dalam pemenuhan sehari-hari. Seseorang tidak akan memikirkan kebutuhan lainnya terlebih dahulu sebelum kebutuhan dasarnya ini terpenuhi.

Kebutuhan-kebutuhan lainnya adalah kebutuhan keamananan (safety needs), kebutuhan pengakuan dan kebutuhan cinta kasih sayang (love and belongingness needs), kebutuhan penghargaan/pengakuan dari orang lain (esteem needs), dan yang paling atas adalah kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization needs).12 Semua kebutuhan ini merupakan suatu kesatuan dalam pemenuhan manusia. Maslow melihat piramida kebutuhan ini fenomena yang bisa kita lihat di kalangan masyarakat, terutama masyarakat kelas menengah ke bawah. Tidak hanya itu, kebutuhan dasar ini menjadi sangat berbahaya apabila tidak terpenuhi karena mereka tidak akan pernah peduli dengan cara yang dapat mereka lakukan untuk mencapai kebutuhan tersebut dan mereka juga tidak akan memperhatikan kebutuhan lainnya sebelum kebutuhan dasar ini terpenuhi terlebih dahulu.

2.2.2 Teori Program Pemberdayaan Manusia

Menurut America’s Career Resource Network (ACRN), seorang individu sebaiknya mulai mengenal dunia karir sejak masih duduk di bangku SD. Inilah alasan mengapa prosektif hadir untuk meningkatkan kesadaran mereka terhadap pendidikan sehingga mereka bisa mewujudkan cita-cita mereka di masa yang akan datang. Prosektif hadir untuk menumbuhkan rasa semangat untuk belajar dan mereka berani bermimpi untuk menggapai cita-cita mereka. Sehingga mereka bisa tersadarkan bahwa proses menuju jalan seperti itu harus menempuh pendidikan yang cukup panjang.

Erikson (Santrock, 2011) menjelaskan tahapan perkembangan anak remaja (12-18 tahun) berada di tahap identity versus identity confusion. Dalam tahap ini remaja mencoba mencari tahu siapa diri mereka, seperti apa mereka, dan ingin ke mana arah hidup mereka. Selain di Amerika Serikat, program pengenalan terhadap dunia karir juga dikembangkan oleh Kementrian Pendidikan dan Pelatihan Kanada. Pemerintah Kanada mendidik siswanya harus bisa hidup lebih mandiri

(11)

dan bertanggung jawab, serta mampu bekerja kelompok dengan efektif dan efisien.

Menurut Jean Piaget, pada dasarnya struktur mental seorang individu akan berubah sesuai dengan tahap perkembangannya (Miller, 2011). Dalam memaparkan teorinya, Piaget sangat menekankan pentingnya tahapan atau stages

dalam perkembangan kognitif seseorang. Salah satu tahap perkembangan kognitif yang memiliki kisaran usia 7-12 tahun adalah tahap operasional konkret atau

concrete operational period.13 Teori konstruktivis menurut Vygotsky juga

menambahkan bahwa ia menekankan individu membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan sosial dan orang yang lebih mampu (more knowledgeable others) (Santrock, 2011).

Abraham Marslow, lebih jelas mengatakan bahwa mengubah perilaku seseorang itu tidak mudah dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Demikian pula dengan orang tua murid. Prosektif akan hadir dengan memberikan pengetahuan baru, keterampilan baru, sikap yang baru, dan material yang baru. Maslow yakin bahwa mengubah mind-set dan perilaku orang tua bukan dengan apa yang telah disampaikan oleh pengajar atau pelatih, tetapi apa yang mereka dapatkan setelah mengikuti pelatihan dan mendapatkan hal-hal yang baru seperti yang telah disebutkan di atas. Maka dari itu, prosektif juga akan membekali kepada masyarakat agar mereka peka dan peduli terhadapa penididikan anak-anaknya untuk masa depan yang lebih baik.

2.3 Masalah Pemerataan Alokasi Dana Pendidikan

Menurut sejarah, pemerintah Hindia-Belanda memusatkan pembangunan pendidikan di Jawa barat.14 Hal ini berdampak terhadap pemusatan pembangunan di Pulau Jawa (Jawa Sentris) pada masa kini. Pada waktu itu, Jawa Barat terdiri atas 5 keresidenan yaitu Banten, Batavia (Jakarta), Karawang, Priangan (Bandung), dan Cirebon. Pada waktu itu pula di Jawa Barat terdapat 5 sekolah

13 Miller, P. H. 2011. Theories of Developmental Psychology. New York: Worth Publisher.

(12)

dasar negeri, yaitu di Serang, Jakarta, Karawang, Bandung, dan Cirebon. Hingga saat ini, isu pemerataan menjadi masalah dalam pembangunan negeri ini. Pemerataan pembangunan di berbagai bidang menjadi sorotan terutama di sektor pendidikan. Meskipun Kabupaten Indramayu berada di Jawa Barat, tetapi masalah tersebut belum terselesaikan.

Rancangan APBN Tahun 1990/1991 dalam sidang DPR, Presiden menekankan tujuan pokok pembangunan dalam Revelita V yaitu untuk meningkatkan taraf hidup, kecerdasan, dan kesejahteraan seluruh rakyat yang makin merata dan adil; sedangkan prioritas dana digunakan untuk (a) pembangunan prasarana dasara ekonomi, (b) pengembangan sumber daya manusia, dan (c) penyediaan pelayanan pelayanan dasar bagi rakyat.15 Kementrian Pendidikan Nasional juga menilai bahwa adanya masalah ketimpangan antara kualitas sekolah dan stratifikasi sosial dalam masyarakat Indonesia. Ini masalah yang membuat mengapa pemerataan pembangunan pendidikan di Indonesia tidak merata. Wilayah yang mayoritas masyarakatnya orang kaya, akan jauh lebih maju dibandingkan dengan wilayah yang mayoritas warga miskin. Padahal dalam dunia pendidikan seharunya tidak melihat ras, gender, keturunan, atau kekayaan seseorang. Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan nyaman sebagaimana yang dinyatakan dalam pasal 31 UUD 1945.

Pembangunan pendidikan nasional diarahkan untuk meningkatkan harkat dan martabat sumber daya manusia Indonesia. Selain itu juga memperluas dan meningkatkan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan termasuk di daerah-daerah terpencil. Masalah pemerataan dan peningkatan kualitas berkaitan langsung dengan dana yang disediakan oleh keluarga, masyarakat, pemerintah, dan bahkan badan-badan donor internasional. Komersialisasi dan ketidakmerataan pendistribusian dana pendidikan berakibat semakin kecilnya kesempatan bagi masyarakat yang sulit dijangkau untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu.

(13)

BAB III

ANALISIS DAN SINTESIS

3.1 Prosektif Sebagai Solusi

Melihat dari masalah-masalah yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, prosektif hadir sebagai langkah awal dan solusi untuk berupaya menyelesaikan masalah tersebut. Tantangannya adalah bagaimana prosektif ini masuk ke lapisan masyarakat yang notabene mereka adalah masyarakat yang memiliki kultur partisipatif terhadap dunia pendidikan masih rendah. Mereka akan memenuhi kebutuhan primer terlebih dahulu dibandingkan kebutuhan lain. Ini akan menjadi sebuah tantangan besar terhadap berjalannya prosektif pada waktunya.

Prosektif akan terfokus terhadap siswa-siswi SD untuk menumbuhkan semangat belajar dan meningkatkan kesadaran mereka terhadap pentingnya dunia pendidikan bagi masa depan. Dipilih siswa SD karena pada usia itu mereka telah memahami konsep abstrak dan sedang dalam masa penjajagan serta persiapan karir. Adapun perubahan tingkah laku yang diharapkan setelah adanya prosektif ini adalah peserta dapat menyusun dan merancang untuk menggapai cita-citanya. Dengan demikian, peserta akan termotivasi untuk terus belajar dan mereka sadar bahwa pendidikan itu penting bagi masa depan mereka.

Setelah itu, prosektif ini akan didukung dengan adanya program penyuluhan, pelatihan, dan pembekalan keterampilan baru tentang

(14)

Setelah semuanya terkendali dan perekonomian mereka sudah stabil, kini bagian pemerintah daerah untuk membantu meningkatkan kualitas sarana dan rasaran pendidikan, mulai dari penambahan tenaga pengajar, ruang kelas, perpustakaan, alat peraga, dan lain sebagainya. Minimal pemerintah Kabupaten Indramayu bisa membangun Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMA/SMK) negeri yang letaknya tidak jauh dari dusun-dusun yang masih sulit dijangkau di Kecamatan Terisi dengan akses yang sangat mudah. Hal tersebut akan semakin membantu dan mempermudah kegiatan prosektif ini dalam jangka waktu yang panjang.

Setelah itu, saatnya sekarang kita fokus kepada siswa-siswi SD. Mereka adalah target utama kita dimana mereka yang akan meneruskan perjuangan bangsa ini, baik untuk Indonesia umumnya dan untuk daerah mereka sendiri khususnya. Prosektif ini akan masuk dengan cara menginspirasi dan mendorong agar anak-anak bisa mewujudkan cita-citanya. Prosektif ini akan hadir dengan cara bermain, mendongeng, menonton film dan penanaman nilai-nilai pendidikan. Dengan cara seperti itu, anak-anak secara tidak sadar bahwa mereka telah ditanamkan nilai-nilai pentingnya pendidikan bagi masa depan mereka.

Menurut teori discovery learning yang dikemukakan oleh Jerome Bruner, seorang anak akan membentuk pengetahuan baru dari pengetahuan lama yang ia dapatkan sebelumnya melalui beragam aktivitas yang dilakukan anak itu sendiri, sehingga ia bisa mempelajari asosiasi dari dua konsep dan membentuk pengalaman sendiri. Maka dari itu, prosektif hadir untuk mendorong dan menginspirasi mereka untuk mewujudkan cita-citanya. Prosektif juga didukung dengan pembekalan kewirausahaan untuk orang tua mereka agar pemenuhan dasar mereka terpenuhi.

(15)

dalam mengkonstruksi pengetahuan bersama. Dalam teori ini, Vygotsky menekankan individu membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan sosial dan orang yang lebih mampu. Dalam pembelajaran, anak melibatkan kemampuan yang menunjang (psychological tools) dan peralatan atau perlengkapan yang menunjang (physical tools). Teknik lain dari Vygotsky yang digunakan adalah scaffolding, yaitu teknik perubahan dukungan pada anak dengan memberikan sejumlah bantuan besar pada awal lalu mengurangi bantuan bertahap sedikit demi sedikit sampai akhirnya mereka melakukan sendiri secara mandiri (Santrock, 2011).

3.2 Kendala Prosektif

Prosektif merupakan program yang pertama kali dibuat. Sebelumnya mungkin ada program seperti ini, hanya saja biasanya program tersebut lebih terfokus ada pengajaran dan penyuluhan. Kendala yang akan dihadapi dalam program ini adalah masalah pendanaan, waktu, dan keberlanjutan program yang akan dibuat. Prosektif hadir dengan berbagai macam cara, mulai dari penyuluhan, pelatihan, dan lain sebagainya. Selain itu, untuk memberikan keterampilan baru kepada warga kita harus siap menyiapkan modal awal untuk memudahkan segala keperluan yang harus dipersiapkan.

Waktu juga salah satu yang menjadi kendala dalam program ini. Prosektif harus berjalan secara terus-menerus dan berkelanjutan. Tujuan utama dari prosektif ini adalah menyadarkan dan mengubah mind-set dari masyarakat tentang pentingnya pendidikan. Dalam hal mengubah pola pikir seseorang, itu membutuhkan waktu yang cukup lama dan harus tetap berkelanjutan. Selain itu, sumber daya manusia untuk menjalankan program ini harus siap mengorbankan waktunya demi mencapai kesuksesan program ini.

(16)

Sebuah program yang berkualitas adalah program yang dapat menghasilkan sebuah karya baru yang berguna bagi masyarakat itu sendiri.

3.3 Program Sosial-Edukatif

3.3.1 Tareget Audiens

Menurut program pembelajaran yang sudah dipraktekkan di Amerika dan Kanada, program seperti prosektif ini sebaiknya diterap untuk jenjang pendidikan dasar. Program edukatifnya akan terfokus pada siswa SD. Apabila program ini berhasil, prosektif ini akan berlanjut ke jenjang SMP dengan formula dan rancangan yang berbeda tentunya. Untuk program socialpreneurship, akan terfokus kepada pemberdayaan masyarakat yang ada di Indramayu. Target utamanya masyarakat yang tinggal di Dusun Ciselang, Kecamatan Terisi. Apabila program ini berhasil, maka akan diperluas jaringannya sehingga bisa menjangkau daerah-daerah Indramayu yang masih sulit untuk di jangkau.

3.3.2 Target Tingkah Laku

Kemampuan yang diharapkan dari prosektif ini adalah anak-anak bisa bermimpi dan bercita-cita sehingga mereka terus semangat untuk belajar dan pada akhirnya mereka akan sadar bahwa pendidikan itu penting. Sedangkan untuk orang tua, mereka harus sadar bahwa mempekerjakan atau menikahkan anaknya di usia muda itu sungguh kurang baik. Dengan mendapatnya keterampilan

socialpreneurship, mereka bisa sadar bagaimana memanfaatkan peluang dan mengolah sumber daya alam yang berlimpah sehingga alasan ekonomi bukan lagi menjadi masalah untuk menyekolahkan anak-anaknya minimal mereka melaksanakan wajib belajar 12 tahun.

(17)

Indikator perubahan tingkah laku didasarkan pada evaluasi yang akan dilakukan di akhir berdasarkan Bloom’s taxonomy dengan tiga aspek dari domain kognitif (dalam Santrock, 2011), yaitu sebagai berikut :

Knowledge, yaitu kemampuan anak untuk mengingat informasi yang didapatkan dan diberikan ketika mereka mendapatkan kegiatan prosektif.

Comprehension, yaitu kemampuan anak mengerti dan menjelaskan dalam bahasa dan kata-kata mereka sendiri mengenai informasi yang didapatkan dan diberikan.

Application, yaitu kemampuan anak untuk menggunakan pengetahuan dalam menyelesaikan permasalahan di dunia nyata. Dalam hal ini, anak diharapkan bisa melihat relevansi antara ketika mereka memilih bekerja dibandingkan mereka sekolah hingga SMA atau ke Perguruan Tinggi.

Menurut teori Piaget, pemilihan ketiga aspek dari domain kognitif ini dikarenakan ketiga aspek selanjutnya cukup kompleks bila diaplikasikan pada siswa SD yang tahap berpikirnya masih berada di tahap operasional konkret. Jadi, aspek application dilihat paling tepat diaplikasikan pada target audiens karena aspek ini masih berkaitan dengan objek dan hal-hal yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.

3.3.4 Prosedur Pelaksanaan Program

Sesuai dengan rancangan kurikulum 2013, kemungkinan besar program ini bisa diintegrasikan dalam pelajaran Bahasa Indonesia, Penjaskes, Budi Pekerti, dan Muatan Lokal. Program ini akan dilakukan dalam waktu satu tahun dan setiap bulan ada 4 pertemuan, 2 pertemuan untuk anak SD, 2 pertemuan untuk orang tua.

(18)

BAB IV

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1 Simpulan

Dari pemaparan bab-bab sebelumnya, dapat kita simpulkan bahwa perkembangan pendidikan di Kabupaten Indramayu masih perlu dalam perbaikan. Kurangnya fasilitas pendidikan, jumlah dan kualitas guru yang masih sangat kurang, dan permasalahan perekonomian yang menjadi faktor penghambat kemajuan pendidikan di wilayah tersebut. Mereka sudah seharusnya mendapatkan pendidikan yang layak dan nyaman sehingga mereka merasa terfasilitasi. Masalah-masalah tersebut seharusnya bukan lagi menjadi alasan untuk mereka mengenyam pendidikan yang seharusnya mereka dapatkan. Dana yang dialokasikan 20% dari APBN setiap tahunnya seharunya bisa menanggulangi masalah tersebut. Perlu diketahui bahwa pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan jati diri bangsa. Kesadaran terhadap pentingnya pendidikan di Kabupaten Indramayu merukan hal utama yang harus diselesaikan terlebih dahulu.

(19)

mereka dan pelatihan socialpreneurship. Sedangkan untuk siswa, prosektif akan hadir ke sekolah-sekolah SD untuk melakukan kegiatan seperti bermain, mendongeng, menonton film, dan lain sebagainya yang mengandung nilai-nilai edukasi.

4.2 Rekomendasi

Berdasarkan permasalahan yang teridentifikasi, penulis memberikan beberapa rekomendasi bagi:

1. Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu khususnya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk segera membangun fasilitas sekolah terutama gedung-gedung sekolah yang sudah tidak layak pakai. Selain itu peningkatan kualitas dan jumlah guru juga harus diperhatikan karena guru sangat memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas pendidikan. Penambahan sekolah SD, SMP, dan SMA negeri juga harus diperhatikan mengingat jumlah sekolah di daerah yang sangat sulit dijangkau masih kurang. Pemberian beasiswa bagi anak berprestasi tetapi tidak mampu juga harus terus dilaksanakan.

2. Guru-guru SD memiliki peranan yang sangat penting dalam hal ini. Guru seharunya tidak lagi membuat anak-anaknya jenuh ketika sekolah. Kreativitas seorang guru harus sangat diperhatikan. Selain itu, dalam muatan lokal atau dalam pelajaran budi pekerti dianjurkan untuk memasukan nilai-nilai pentingnya pendidikan seperti bagaimana cara mereka untuk menggapai cita-cita mereka.

(20)

bisa mendapatkan penghasilan tambahan dan tetap bisa menyekolahkan anak-anaknya.

4. Orang tua murid seharusnya tetap memberikan arahan dan masukan terhadap anak-anaknya. Orang tua tidak harus mengirim anaknya untuk bekerja menjadi TKI/TKW di luar negeri untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Selain itu, menikahkan anaknya yang masih muda juga bukan pilihan yang tepat karena pertumbuhan penduduk di Indramayu akan semakin meningkat dan kebutuhan keluarga juga akan meningkat.

5. Program ini harus dilakukan secara terus menerus sampai adanya perubahan yang signifikan. Oleh karena itu, keberlanjutan program ini diharapkan bisa di lanjutkan oleh dukungan berbagai pihak, baik itu pemberi bantuan dana selaku pendukung terlaksananya program ini dan

(21)

SUMBER REFERNSI

Prof. Dr. Tilaar, H.A.R, 1992. Manjemen Pendidikan Nasional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Universitas Kristen Indonesia, 1995. Kebijakan Pendidikan Berorentasi Kerakyatan, Jakarta: UKI Press

Depatemen Pendidikan dan Kebudauaan RI, 1998. Sejarah Pendidikan Jawa Barat, Jakarta: CV Pialamas Permai

Prof. Sanjaya, Wina, 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: PT Fajar Interpratama

Habullah, 2012. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Prof. Riyanto, Yatim, 2012. Paradigma Baru dalam Pembelajaran, Jakarta: Prenada Media

Miller, P. H. 2011. Theories of developmental psychology. New York: Worth publisher

Lunadi, A.G, 1989. Pendidikan Orang Dewasa, Jakarta: PT Gramedia

Santrock, J. W. (2011). Educational psychology. 5th ed. New york: McGraw-Hill.

SUMBER INTERNET

Programme for International Student Assessment, Database 2013.

(22)

Diunduh dari www.anggaran.kemenkeu.go.id/Content/RAPBN.pdf Diakses pada 07 April 2014

America’s Career Resource Network. (n.d.). Career Awareness in Elementary School. http://acrn.ovae.org/parents/documents/careerawarness-doe.pdf Diakses pada 08 April 2014

Badan Pusat Statiski Jawa Barat, 2011. Angka Melek Huruf

http://jabar.bps.go.id/subyek/angka-melek-huruf-amh-dan-angka-partisipasi-sekolah-aps-jawa-barat-tahun-2008-2011 Diakses pada 07 April 2014

Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI, 2012.

http://www.bnp2tki.go.id/statistik/statistik-penempatan/6779-penempatan-berdasar-daerah-asal-kotakabupaten-2011-2012.html Diakses pada 07 April 2014

Dinas Pendidikan Jawa Barat, 2013.

http://www.disdik.jabarprov.go.id/?naon=statistik Diakses pada 08 April 2014

Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI, 2012

http://www.bnp2tki.go.id/statistik/statistik-penempatan/6779-penempatan-berdasar-daerah-asal-kotakabupaten-2011-2012.html ( Diakses pada 08 April 2014)

Data Sosial Ekonomi Masyarakat provinsi Jawa Barat Hasil SUSENAS, 2011. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Hlm. 7

(23)

Referensi

Dokumen terkait

juga mencakup seleksi atas tenaga konsultan baik konsultan perorangan (individual consultant) maupun perusahaan konsultan (firm consultant) sesuai dengan prosedur

Pemberian Nomor Cara Seri Unit (Serial Unit Numbering System) Pemberian nomor cara seri unit atau dikenal dengan Serial Unit Numbering System (SUNS) adalah suatu

Kinerja biosensor didasarkan pada reaksi hidrolisis senyawa organofosfat yang dikatalisis oleh organofosfat hidrolase (OPH) menghasilkan ion H + dan spesi ionik

Hipotesis dalam variabel ini adalah H1 : Kegunaan yang dirasakan berpengaruh positif signifikan terhadap Sikap menggunakan M- banking pada Bank CIMB Niaga di

Teknik tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tes Hasil Belajar dalam Mata Pelajaran, tes jenis ini dibuat oleh guru sesuai dengan kurikulum sekolah,

Oleh karena itu, yang menjadi syarat dapat ditempuhnya upaya hukum luar biasa adalah sangat materiil atau substansial dan syarat yang sangat mendasar adalah

Untuk tanaman koro tipe tegak, biji ditanam secara berbaris dengan jarak tanam 80 cm -100 cm antara baris dan 40 cm-50 cm didalam baris Tanaman akan tumbuh cepat, 6

- Pertimbangan dari propelan yang digunakan meliputi faktor ekonomi dan penyimpanan, faktor energetik, dan faktor yang berhubungan dengan penggunaan dalam motor roket,. -