• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAN KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL. 20 s.d. 26 April Highlight Minggu Ini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAN KEMENTERIAN KEUANGAN BADAN KEBIJAKAN FISKAL. 20 s.d. 26 April Highlight Minggu Ini"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report

1

DAN

20 s.d. 26 April 2020

I. Pasar Global

Pasar Saham.Bursa saham AS melemah pada perdagangan pekan lalu.

Dalam sepekan, indeks Dow Jones ditutup melemah 1,93 persen ke level 23.775,27, indeks S&P 500 melemah 1,32 persen ke level 2.874,56, dan indeks Nasdaq melemah 0,18 persen ke level 8.634,52. Pada pekan lalu, pergerakan bursa saham AS didorong oleh pergerakan harga minyak mentah dan sejumlah rilis data ekonomi.

Pada pekan lalu, harga minyak mentah AS jenis WTI mengalami guncangan luar biasa akibat melimpahnya pasokan. Pada perdagangan hari Senin, harga WTI sempat menyentuh minus US$40 per barel sebelum ditutup di harga minus US$37,63 per barel. Angka tersebut merupakan harga minyak terendah dalam sejarah. Jatuhnya permintaan minyak yang mengakibatkan sejumlah storage mengalami over capacity membuat harga minyak pengiriman bulan Mei turun

Indikator 24 April 2020 Perubahan (%)

WoW YoY Ytd

T1 Nilai Tukar/USD ----Euro 0.92 (0.48) (2.86) (3.59) Yen 107.51 0.03 3.69 1.01 GBP 0.81 (1.09) (4.32) (7.21) Real 5.58 (6.63) (41.32) (38.50) Rubel 74.57 (0.80) (15.31) (20.29) Rupiah 15,400.00 0.42 (8.55) (11.06) Rupee 76.45 (0.09) (8.81) (7.11) Yuan 7.08 (0.12) (5.02) (1.70) KRW 1,235.65 (1.45) (6.48) (6.87) SGD 1.42 (0.08) (4.48) (5.82) Ringgit 4.36 0.17 (5.46) (6.64) Baht 32.45 0.41 (1.06) (8.27) Peso 50.84 0.14 2.50 (0.37) T2 --- Pasar Modal ---DJIA 23,775.27 (1.93) (10.15) (16.69) S&P500 2,836.74 (1.32) (3.06) (12.20) FTSE 100 5,752.23 (0.60) (22.62) (23.74) DAX 10,336.09 (2.73) (15.85) (21.99) KOSPI 1,889.01 (1.33) (13.76) (14.04) Brazil IBrX 867.56 (4.57) (33.96) (34.58) Nikkei 19,262.00 (3.19) (13.65) (18.58) SENSEX 31,327.22 (0.83) (19.12) (24.06) JCI 4,496.06 (2.99) (29.45) (28.63) Hangseng 23,831.33 (2.25) (19.35) (15.46) Shanghai 2,808.53 (1.06) (10.09) (7.92) STI 2,518.16 (3.69) (24.84) (21.86) FTSE KLCI 1,369.85 (2.66) (16.25) (13.78) SET 1,258.78 1.58 (24.77) (20.32) PSEi 5,464.98 (5.61) (30.77) (30.07)

T3 --- Surat Berharga Negara ---

Yield 5 th, (FR 81) 7,30 7 n/a 92 Yield 10 th, (FR82) 7,86 0 n/a 83 T4 Komoditas ---Brent Oil 21.44 (23.65) (71.16) (67.52) CPO 2,121.00 (7.18) 3.46 (30.25) Gold 1,729.60 2.78 35.42 13.99 Coal 61.10 (1.45) (28.50) (9.75) Nickel 12,246.00 1.69 (0.64) (12.68) T5 Rilis Data

---Loan Prime Rate Tiongkok Apr : 3,85 Mar : 4,05

Claimant Count

Change Inggris Mar : 12,1 Rb Feb : 5,9 Rb

Retail Sales (MoM) Inggris Mar : (5,1) Feb : (0,3)

Core Durable Goods

Orders (MoM) AS Apr : (0,2) Mar : (0,7)

Initial Jobless Claim AS Apr : 4,43 Jt Apr : 5,28 Jt Ifo Business Climate

Index Jerman Apr : 74,3 Mar : 85,9

Highlight Minggu Ini

Bursa saham AS pada perdagangan pekan lalu melemah apabila dibandingkan dengan pekan sebelumnya. Pelemahan bursa saham AS dipengaruhi oleh melemahnya sejumlah data ekonomi AS dan jatuhnya harga minyak mentah ke level terendahnya.

Indeks dolar AS pada pekan lalu menguat sebesar 0,60 persen dari posisi 99,78 menjadi 100,38, sementara yield US Treasury tenor 10 tahun bergerak turun 4 bps di level 0,60 persen. Turunnya yield obligasi pemerintah AS didorong oleh meningkatnya permintaan terhadap safe haven asset karena kekhawatiran investor terhadap volatilitas harga minyak mentah.

Harga minyak Brent kontrak berjangka acuan global melemah 23,65 persen ke level US$21,44 per barel. Pelemahan harga minyak dipengaruhi oleh melimpahnya pasokan minyak akibat turunnya permintaan karena pandemi Covid-19.

Dari pasar keuangan domestik, IHSG melemah 2,99 persen kelevel 4.496,06 secara mingguandengan investor non residen mencatatkan

net sell sebesar Rp2,67 triliun dalam sepekan, yield SUN seri benchmark

tenor 15 dan 20 tahun bergerak turun, sedangkan tenor 5 tahun bergerak naik, dan tenor 10 tahun tetap. Sementara itu, nilai tukar rupiah menguat 0,42 persen terhadap dolar AS ke level Rp15.400. Secara

ytd, rata-rata penutupan harian Rupiah berada di level Rp14.560 per US$.

Harga minyak mentah jenis WTI pada pekan lalu melemah ke level terendah dalam sejarah. Bahkan, harganya berada pada level minus US$37,63 per barel. Pelemahan harga minyak tersebut sebagai dampak dari melimpahnya pasokan akibat permintaan yang jauh menurun karena adanya wabah Covid-19. Ke depannya, harga minyak mentah diprediksi akan kembali meningkat seiring dengan meredanya wabah Covid-19. Terakhir, pelemahan harga minyak berpotensi memberikan tekanan terhadap penerimaan negara, khususnya yang bersumber dari minyak.

(2)

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report

2

Gambar 4. Slope US Yield curve dan Resesi Gambar 2. Yield treasury AS tenor 10 tahun turun 4 bps

pada hari Jumat (24/4) sangat dalam. Hal tersebut meningkatkan kembali kekhawatiran para investor terhadap masa depan perekonomian.

Sentimen selanjutnya datang dari sejumlah rilis data ekonomi, seperti existing home sales dan initial jobless claim. Data existing home sales pada bulan Maret menunjukkan penurunan sebesar 8,5 persen. Dibandingkan dengan angka bulan sebelumnya yang masih tumbuh sebesar 6,3 persen, angka tersebut menunjukkan perekonomian domestik AS mulai menunjukkan penurunan yang cukup signifikan.

Selain itu, data initial jobless claim pada pekan lalu juga masih cukup tinggi di angka 4,4 juta, namun lebih rendah bila dibandingkan dengan pekan sebelumnya yang sebesar 5,2 juta. Terakhir, pada pekan ini pemerintah AS akan mengumumkan realisasi PDB Q1-2020. Sejumlah analis memperkirakan angka PDB AS pada Q1-2020 akan berada di level minus 4,0 persen.

Dari kawasan Eropa, bursa saham FTSE 100 Inggris dan DAX Jerman melemah. Melemahnya bursa saham di sejumlah negara-negara besar di kawasan Eropa utamanya disebabkan oleh shock yang terjadi di pasar minyak dan perkembangan Covid-19 yang masih menunjukkan angka yang cukup tinggi.

Harga minyak mentah yang melemah ke level terendah pada pekan lalu meningkatkan kekhawatiran investor di pasar modal. Investor memandang bahwa volatilitas di pasar minyak merupakan salah satu sinyal bahwa perekonomian akan memasuki masa resesi.

Sentimen-sentimen tersebut berpengaruh terhadap pergerakan bursa saham di Inggris dan Jerman pada pekan lalu. Bursa saham FTSE 100 di Inggris melemah sebesar 0,60 persen ke level 5.752,23, dan bursa saham DAX di Jerman melemah sebesar 2,73 persen ke level 10.336,09.

Dari kawasan Asia, mayoritas indeks saham di bursa saham utama negara-negara kawasan Asia ditutup melemah pada perdagangan saham pekan lalu. Setelah pada pekan sebelumnya menguat,investor mengambil aksi profit taking pada perdagangan saham pekan lalu. Oleh karena itu, bursa saham Kospi di Korea Selatan melemah 1,33 persen ke level 1.889,01, bursa saham Nikkei di Jepang melemah 3,19 persen ke level 19.262,00, bursa saham Hangseng di Hong Kong melemah 2,25 persen ke level 23.831,33, bursa saham Shanghai di Tiongkok melemah 1,06 persen ke level 2.808,53, bursa saham STI di Singapura melemah 3,69 persen ke level 2.518,16, dan bursa saham FTSEKLCI di Malaysia melemah 2,66 persen ke level 1.369,85.

Pasar Uang. Indeks dollar AS kembali menguat sebesar 0,60 persen dalam

sepekan terhadap enam mata uang utama dunia dari posisi 99,78 pada Jumat (17/4) menjadi 100,38 pada akhir perdagangan pekan lalu (24/4). Penguatan greenback pada minggu lalu terutama disebabkan oleh jatuhnya harga minyak dunia, terutama harga minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) ke level negatif untuk pertama kalinya. Dollar AS masih menjadi pilihan investor seiring memburuknya sentimen risiko di pasar global ketika rilis data ekonomi memperkuat kekhawatiran akan terjadinya resesi di seluruh dunia akibat pandemi virus corona. Kenaikan dolar AS juga mendapat sentimen positif dari data Core Durable Goods Orders AS yang secara tak terduga hanya turun 0,2 persen (mom) pada bulan Maret. Angka tersebut jauh lebih baik dari perkiraan analis yang turun sebesar 5,8 persen. Namun, penguatan dollar AS di akhir pekan tertahan oleh data Durable Goods Orders AS yang turun 14,4 persen (mom) pada Maret 2020 atau merupakan penurunan terbesar sejak tahun 2014. Penurunan tersebut terutama dipengaruhi oleh berkurangnya permintaan mobil dan penurunan pesanan pesawat Boeing.

Gambar 3. Fed Balance Sheet dan government bond yields

(3)

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report

3

Gambar 6. Selain minyak emas, harga hard

commodities yang diamati melemah secara mingguan

Gambar 5. Harga minyak mentah Brent, minyak mentah WTI, dan batubara ICE Newcastle melemah secara

mingguan

Pasar Obligasi. Yield US Treasury tenor 10 tahun pada akhir pekan lalu (24/4) ditutup di level 0,60 persen atau turun 4 bps bila dibandingkan penutupan pekan sebelumnya di angka 0,64 persen. Tingkat imbal hasil obligasi Pemerintah AS tenor 10 tahun kembali turun dua pekan berturut-turut didorong oleh naiknya permintaan US treasury bond akibat melemahnya sejumlah indikator ekonomi, seperti initial jobless claim, existing home sales, dan durable goods orders. Pelemahan tersebut mendorong investor beralih ke safe haven asset.

Pasar Komoditas.Harga minyak Brent kontrak berjangka acuan global turun tajam pada perdagangan pekan lalu. Harga minyak Brent acuan global melemah 23,65 persen ke level US$28,08 per barel. Sejumlah analis memandang bahwa melimpahnya persediaan minyak menjadi faktor utama pelemahan harga pada pekan lalu. Bahkan, sejumlah perusahaan minyak telah memanfaatkan kapal tanker di laut sebagai tempat penyimpanan sementara karena storage di daratan sudah over capacity. Jumlah persediaan minyak yang berada di atas kapal adalah sebesar 160 juta barel, atau merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah. Sepanjang tahun 2020 ini, sejumlah analis memperkirakan akan terjadi over supply yang cukup besar di pasar minyak karena turunnya permintaan akibat pandemi Covid-19 yang terjadi.

Harga komoditas batu bara ICE Newcastle pada pekan lalu (24/4) ditutup melemah 1,45 persen ke level US$61,10 per metriks ton dibandingkan dengan penutupan pekan sebelumnya di level US$62,00 per metriks ton. Dengan begitu, harga batu bara telah melemah selama empat pekan berturut-turut. Pelemahan harga batu bara pada pekan lalu dipengaruhi oleh lesunya permintaan akibat pandemi Covid-19. Perusahaan riset di sektor energi, Aurora Energy Research menilai harga komoditas energi belum akan pulih dalam waktu empat tahun ke depan. Hal itu akan terjadi dengan asumsi skenario terburuk, di mana lockdown di Eropa berlanjut hingga kuartal empat 2020. World Bank dalam laporan Commodity Markets Outlook edisi April 2020 memperkirakan rata-rata harga batu bara sepanjang tahun ini sebesar US$ 65/metrik ton atau turun 16,56 persen dibandingkan rata-rata 2019. Penurunan aktivitas industri membuat permintaan listrik industri dan komersial menurun, namun permintaan rumah tangga terdampak lebih kecil. Ke depan, World Bank menilai harga batu bara masih rawan terkoreksi. Risiko utamanya adalah seberapa lama langkah pencegahan penyebaran virus berlangsung dan seberapa dalam resesi global yang akan terjadi akibat Covid-19.

Dari komoditas CPO, harga CPO berjangka kontrak acuan di Bursa Malaysia Derivatives Exchange pekan lalu melemah sebesar 7,18 persen, melanjutkan pelemahan selama dua pekan berturut-turut. Harga CPO ditutup melemah ke level 2.121 Ringgit/ton pada Jumat (24/4) dari penutupan pekan sebelumnya di level 2.285 Ringgit/ton. Pelemahan harga CPO pada pekan lalu terjadi akibat pelemahan tajam pada harga minyak mentah dunia. Harga minyak yang murah membuat CPO menjadi kurang kompetitif, sehingga harga CPO pun ikut melemah. Selain itu, rendahnya permintaan juga menekan harga CPO. Refinitiv menyebutkan ekspor CPO Indonesia ke lima negara tujuan utama (India, Belanda, Pakistan, Tiongkok, dan Spanyol) berada dalam tren penurunan sejak awal tahun ini. Penundaan penggunaan B20 di Malaysia juga memberikan sentimen negatif bagi harga CPO. Penundaan tersebut mengakibatkan produksi biodiesel berkurang menyebabkan persediaan minyak sawit bertambah. Di sisi lain, The Malaysian Palm Oil Association (MPOA) memperkirakan produksi minyak sawit Malaysia dari tanggal 1-20 April naik sebesar 25.9 persen dibandingkan periode yang sama pada bulan lalu.

Gambar 7. Harga soft commodities bervariasi secara

(4)

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report

4

IHSG melemah 2,99 persen pada perdagangan minggu lalu ke level 4.496,06 dan diperdagangkan di kisaran 4.441,09 – 4.669,54. Investor non residen mencatatkan net sell pada perdagangan pekan lalu, dengan total mencapai Rp2,67 triliun dan tercatat jual bersih sebesar Rp7,20 triliun secara mtd dan Rp17,51 triliun secara ytd. Nilai rata-rata transaksi perdagangan harian selama sepekan terpantau naik dari level Rp6,48 triliun ke level Rp6,53 triliun pada pekan lalu.

Dari pasar SBN, yield SUN seri benchmark tenor 15 dan 20 tahun pada Jumat (24/4) bergerak turun antara 22 hingga 25 bps dibandingkan posisi Jumat (17/4), sedangkan tenor 5 tahun bergerak naik 7 bps, dan tenor 10 tahun tetap. Berdasarkan data setelmen BI tanggal 23 April 2020, kepemilikan investor non residen naik sebesar Rp0,26 triliun (0,03 persen) dibandingkan posisi Kamis (17/4), dari Rp921,88 triliun (32,12 persen) ke posisi Rp922,14 triliun (31,99 persen).

Nilai tukar Rupiah menguat sebesar 0,42 persen pada sepekan lalu ke level 15.400 per US$. Secara year to date Rupiah tercatat melemah sebesar 11,06 persen terhadap US$. Tekanan terhadap nilai tukar Rupiah relatif meningkat selama sepekan lalu, sebagaimana tercermin dari perkembangan spread harian antara nilai spot dan non deliverable forward 1 bulan yang bergerak naik dalam rentang Rp249 sampai Rp423 per US$, lebih tinggi dibanding spread Rp118 sampai Rp311 per US$ pada pekan sebelumnya. Pekan lalu, Rupiah diperdagangkan di kisaran 15.400 – 15.598 per US$. Secara ytd, rata-rata penutupan harian Rupiah berada di level Rp14.560 per US$.

III. Perekonomian Internasional

Dari kawasan AS, Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat pada Kamis (23/4) kembali melaporkan jumlah klaim tunjangan pengangguran (Initial Jobless Claims) pada pekan yang berakhir 18 April 2020 sebesar 4,43 juta, turun dibandingkan pekan sebelumnya yang sebanyak 5,24 juta. Sehingga dalam lima pekan, total sebanyak 26,5 juta AS telah mengisi klaim pengangguran. Angka ini mencerminkan 16,2 persen dari total angkatan kerja. Lonjakan klaim pengangguran ini terjadi menyusul penurunan harga minyak, penjualan ritel, produksi manufaktur, pembangunan rumah, dan penjualan rumah.

Core durable goods orders AS (tidak termasuk transportasi) turun 0,2 persen mom pada Maret 2020. Sementara itu, durable goods orders (termasuk transportasi) AS turun 14,4 persen mom pada bulan Maret 2020. Pelemahan tersebut, sebagian besar disebabkan oleh penurunan permintaan untuk barang-barang besar seperti mobil dan truk baru ketika Covid-19 menghantam AS. Penurunan pemesanan yang tajam pada bulan lalu merupakan pelemahan terbesar kedua sejak pemerintah mulai melakukan pencatatan pada awal 1990-an. Pesanan bahkan tidak pernah turun sebesar itu selama great recession 2007-2009.

Dari kawasan Eropa, Tingkat pengangguran di Inggris meningkat pada bulan Februari menjadi 4 persen dari 3 persen pada bulan Januari. Sementara itu, klaim pengangguran naik 12.100 pada Maret, lebih besar dibandingkan dengan kenaikan sebesar 5.900 pada Februari 2020. Tanda pelemahan lebih lanjut dari ekonomi Inggris juga tercermin dari indeks rata-rata pendapatan di luar bonus yang merosot menjadi 2,9 persen pada Februari. Sementara indeks rata-rata pendapatan+bonus juga turun menjadi 2,9 persen. Keduanya merupakan yang terendah sejak pertengahan 2018.

Penjualan ritel Inggris mencatat penurunan terbesar sepanjang sejarah pencatatannya, setelah langkah-langkah pembatasan untuk mengendalikan virus Covid-19 memaksa hampir semua toko tutup. Kantor Statistik Nasional Inggris melaporkan penjualan ritel keseluruhan termasuk bahan bakar mobil Gambar 9. Tekanan terhadap Rupiah lebih rendah

dibanding pekan sebelumnya

Gambar 8. Pasar Keuangan Indonesia sepekan: Rupiah

terapresiasi, IHSG melemah, dan yield SBN seri

benchmark naik

Gambar 10. Selain India dan Tiongkok, nilai tukar mata uang utama Asia yang diamati menguat terhadap dolar AS

(5)

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report

5

Gambar 12. Tingkat pengangguran di Inggris meningkat pada bulan Februari menjadi 4 persen

Gambar 13. PDB Korea Selatan (Korsel) turun 1,4 persen

qoq pada Q1-2020

mengalami penurunan sebesar 5,1 persen mom pada Maret 2020, yang merupakan penurunan terbesar sejak 1996. Sementara itu, penjualan ritel inti turun 3,7 persen mom pada Maret.

Dari kawasan Asia Pasifik, Bank Sentral Tiongkok (PBoC) kembali memangkas suku bunga pinjaman, Loan Prime Rate (LPR), untuk kedua kalinya di tahun ini. LPR tenor satu tahun diturunkan sebesar 20 bps menjadi 3,85 persen dari sebelumnya 4,05 persen. Sedangkan, LPR tenor lima tahun diturunkan 10 bps menjadi 4,65 persen dari 4,75 persen. Penurunan suku bunga tersebut sesuai dengan prediksi para analis yang disurvei Reuters dan dilakukan untuk mengurangi biaya pinjaman bagi perusahaan dan menopang ekonomi yang terdampak virus corona.

Bank Sentral Korea Selatan (BoK) mengumumkan produk domestik bruto (PDB) Korea Selatan (Korsel) turun 1,4 persen pada Q1-2020 dibanding kuartal sebelumnya. Angka ini merupakan kontraksi terburuk sejak krisis keuangan global 2008 karena penyebaran virus corona menekan belanja konsumen dan aktivitas bisnis. Dalam pernyataan terpisah, Kementerian Keuangan Korsel menyatakan guncangan terhadap ekonomi Korsel, yang sebagian besar bergantung pada perdagangan, dapat berlanjut pada Q2-2020 saat resesi global semakin dalam.

IV. Perekonomian Domestik

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi yang masuk ke Indonesia mencapai Rp210,7 triliun pada Q1-2020. Jumlah investasi pada Q1-2020 tersebut tumbuh 7,9 persen dibanding Rp195,1 triliun pada Q1-2019. Begitu juga dengan Q4-2019 yang hanya mencapai Rp208,3 triliun. Realisasi Q1-2020 mencapai 23,77 persen dari target investasi tahun ini yang sebesar Rp886,1 triliun. Kepala BKPM menjelaskan bahwa realisasi investasi tersebut terdiri dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp112,7 triliun atau 22,2 persen dari target Rp508,6 triliun dan Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp98 triliun atau 26 persen dari target Rp377,5 triliun.

Bank Indonesia (BI) dan Kementerian Keuangan menyepakati nota kesepahaman mekanisme pembelian surat utang di pasar perdana oleh bank sentral. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menegaskan bank sentral akan membeli secara terukur dan sesuai mekanisme pasar. Dalam lelang SBSN Rabu (22/4), dia menuturkan BI sebagai noncompetitive bidder telah membeli Rp1,7 triliun dari total Rp9,98 triliun yang dimenangkan. Lebih lanjut, Perry menyebut BI sebagai last resort hanya menyerap sebagian kecil. Berdasarkan aturan yang diterbitkan Menteri Keuangan, BI hanya boleh menyerap SBSN 30 persen dan SBN 25 persen.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru saja mengeluarkan lima Peraturan OJK (POJK) sebagai tindak lanjut pelaksanaan Perppu Nomor 1/2020. Peraturan tersebut merupakan upaya untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendorong berjalannya roda perekonomian nasional di tengah pandemi virus corona. Dari 5 POJK tersebut, diantaranya yaitu POJK Nomor 18/POJK.03/2020 tentang Perintah Tertulis Untuk Penanganan Permasalahan Bank. POJK ini mengamanatkan OJK untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan khususnya di sektor perbankan di tengah ancaman pelemahan ekonomi sebagai dampak penyebaran virus COVID-19. OJK berwenang memberikan Perintah Tertulis kepada Bank untuk melakukan penggabungan, peleburan, pengambilalihan, dan/atau integrasi; dan/atau menerima penggabungan, peleburan, pengambilalihan, dan/atau integrasi.

Gambar 11. Core durable goods orders AS turun 0,2

(6)

Laporan Ekonomi Keuangan Mingguan / Weekly Report

6

Pemangkasan produksi minyak yang terbesar dalam sejarah tersebut ternyata dianggap belum cukup besar untuk mengimbangi turunnya permintaan. Sejumlah analis memperkirakan masih terjadi oversupply antara 10 hingga 20 juta barel per hari. Oversupply yang terjadi tersebut membuat persediaan minyak mentah di tempat penampungan minyak melimpah. Dampaknya, banyak perusahaan minyak yang terpaksa memanfaatkan kapal tanker sebagai tempat penyimpanan karena kondisi storage di darat yang sudah penuh. Sejumlah data menunjukkan bahwa ada sekitar 160 juta barel minyak mentah yang disimpan di atas kapal tanker, atau merupakan jumlah tertinggi dalam sejarah.

Melimpahnya pasokan minyak tersebut membuat sejumlah analis memperkirakan harga minyak masih akan rendah ke depannya. Konsensus analis yang dihimpun oleh Bloomberg memperkirakan harga minyak mentah pada Q2-2020 berada di kisaran US$24,48. Sedangkan harga rata-rata tahun 2020 diperkirakan berada di kisaran US$32,73 per barel.

Terakhir, pelemahan harga minyak mentah juga akan mempengaruhi pelemahan harga komoditas lainnya. Dengan menggunakan data dari tahun 2010 hingga 2020, observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa harga minyak, khususnya Brent, mempengaruhi pergerakan harga komoditas lain seperti batu bara, CPO, gas alam, karet, dan tembaga. Hal tersebut tentu akan memberikan tekanan terhadap penerimaan negara yang bersumber dari sumber daya alam dan penerimaan perpajakan yang bersumber dari minyak dan gas apabila harga minyak mentah dunia berada di bawah level asumsi ICP yang digunakan dalam APBN 2020. (RF)

PenanggungJawab: Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan

Penyusun: Kindy Rinaldy Syahrir, Alfan Mansur, Pipin Prasetyono, Adya Asmara Muda, Nurul Fatimah, Indah Kurnia JE, Ari Nugroho

Tajuk: Kindy Rinaldy Syahrir

Sumber Data: Bloomberg, Reuters, CNBC, The Street, Investing, WSJ, CNN Money, Channel News Asia, BBC, New York Times, BPS, Kontan, Kompas, Media Indonesia, Tempo, Antara News

Dokumen ini disusun hanya sebatas sebagai informasi. Semua hal yang relevan telah dipertimbangkan untuk memastikan informasi ini benar, tetapi tidak ada jaminan bahwa informasi tersebut akurat dan lengkap serta tidak ada kewajiban yang timbul terhadap kerugian yang terjadi atas tindakan yang dilakukan dengan mendasarkan pada laporan ini. Hak cipta Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan.

menutup

Spring Meeting

yang diselenggarakan

sepanjang minggu lalu. Para

pembuat kebijakan

menyampaikan pesan

mengenai kekhawatiran

yang bercampur dengan optimisme prospek ekonomi

ke depan. Para Menteri

Keuangan dunia mengakhiri pembicaraan di Washington

DC yang memadukan

kekhawatiran terhadap

keadaan ekonomi dunia yang bergerak melambat saat ini dengan keyakinan

akan segera pulih.

Pergeseran tren yang

menjauh dari pengetatan kebijakan moneter oleh

bank sentral, kebijakan

stimulus baru-baru ini di Tiongkok dan meredanya

ketegangan perdagangan

menjadi harapan bahwa perlambatan ekonomi akan berlangsung tidak terlalu lama meskipun tidak ada

yang memperkirakan

momentum booming baru.

Rally pasar saham yang kini

terjadi cukup mengundang optimisme tentang prospek pertumbuhan untuk berbalik

"menguat." Direktur

Pelaksana IMF Christine

Lagarde tetap

memperingatkan dunia

berada pada "saat yang

Tajuk Minggu Ini:

Persediaan Melimpah, Harga Minyak Terendah Dalam Sejarah

Pekan lalu, pasar komoditas dikejutkan oleh melemahnya harga minyak mentah. Untuk kontrak pengiriman Mei, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) pada perdagangan Senin (20/4) sempat menyentuh level minus US$40,32 per barel sebelum sedikit menguat dan ditutup di level minus US$37,63 per barel. Level harga tersebut merupakan yang terendah dalam sejarah. Hampir sama dengan WTI, harga minyak Brent juga melemah sangat dalam. Meskipun masih di teritori positif, harga minyak jenis Brent sempat menyentuh level US$19,3 per barel, atau merupakan level terendah dalam 20 tahun terakhir.

Secara year-to-date (ytd), harga minyak jenis WTI dan Brent telah melemah sebesar masing-masing 67,5 persen dan 72,3 persen. Padahal, pada awal tahun 2020 harga minyak sempat menyentuh angka US$70 per barel di saat terjadinya konflik antara AS dan Iran akibat terbunuhnya salah satu Jenderal senior Iran oleh serangan udara AS di Baghdad.

Penyebab utama pelemahan harga minyak saat ini disebabkan shock baik dari sisi demand maupun supply. Dari sisi demand, Penyebaran wabah covid-19 di seluruh dunia telah menyebabkan aktivitas bisnis menurun drastis. Selain itu, gerakan stay at home yang dilakukan sekitar 40 persen populasi dunia dalam rangka membatasi penyebaran Covid-19 juga menyebabkan penggunaan minyak untuk transportasi juga jauh menurun. OPEC memperkirakan permintaan minyak mentah pada bulan April ini akan menyentuh level terendah dalam 30 tahun terakhir. Sejumlah analis bahkan memperkirakan permintaan minyak dunia sepanjang tahun 2020 hanya akan berada di level rata-rata 70 juta hingga 80 juta barel per hari. Angka tersebut sekitar 20 hingga 30 persen lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata permintaan minyak sepanjang tahun 2019 yang sebesar 100,75 juta barel per hari.

Dari sisi supply, harga minyak mentah juga mengalami tekanan dari perang harga antara 2 produsen minyak terbesar, Rusia dan Arab Saudi. Bahkan kedua negara tersebut saling mengancam akan menaikkan produksi minyaknya ke level tertinggi di tengah jatuhnya permintaan. Namun, pada akhirnya kedua negara tersebut beserta negara-negara lain yang tergabung di OPEC+ sepakat untuk melakukan pemangkasan produksi hingga 9,7 juta barel per hari dalam rangka menjaga harga minyak mentah.

Pengarah: Kepala Badan Kebijakan Fiskal

PenanggungJawab: Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan

Penyusun: YG Nugroho Agung Wijoyo, Risyaf Fahreza, Indah Kurnia JE, Ari Nugroho, Zerah Aprial Pasimbong

Sumber Data: Bloomberg, Reuters, CNBC, The Street, Investing, WSJ, CNN Money, Channel News Asia, BBC, New York Times, BPS, Kontan, Kompas, Media Indonesia, Tempo, Antara News Dokumen ini disusun hanya sebatas sebagai informasi. Semua hal yang relevan telah dipertimbangkan untuk memastikan informasi ini benar, tetapi tidak ada jaminan bahwa informasi tersebut akurat dan lengkap serta tidak ada kewajiban yang timbul terhadap kerugian yang terjadi atas tindakan yang dilakukan dengan mendasarkan pada laporan ini. Hak cipta Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan.

Pergerakan Minyak Mentah Dunia

Sumber: Bloomberg, 2020

Gambar

Gambar 1. Pasar Saham Global
Gambar 4.  Slope  US  Yield curve  dan Resesi Gambar 2. Yield treasury  AS tenor 10 tahun turun 4 bps
Gambar 6. Selain minyak emas, harga  hard  commodities  yang diamati melemah secara mingguan  Gambar 5
Gambar 10. Selain India dan Tiongkok, nilai tukar mata  uang utama Asia yang diamati menguat terhadap dolar AS
+2

Referensi

Dokumen terkait

Lebih lanjut, perdagangan Zona Euro meningkat menjadi EUR 25,79 miliar pada November 2020, dari EUR 20,15 miliar pada periode yang sama tahun lalu dan dibandingkan

Melihat hal-hal positif tersebut, defisit transaksi berjalan tahun 2020 diperkirakan tetap terkendali dalam kisaran 2,5-3,0 persen PDB ditopang oleh prospek

Penurunan suku bunga perbankan, baik dari sisi DPK maupun kredit tersebut diharapkan dapat mendorong pemulihan aktivitas ekonomi yang lebih cepat.. Namun demikian,

Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2019 menunjukkan bahwa indeks inklusi keuangan

Dalam jangka pendek, masih relatif rendahnya harga komoditas global terutama minyak mentah dan tren rupiah yang menguat diharapkan dapat mendorong penurunan harga BBM dan TDL

Sebagai penutup, dengan posisi IHSG yang tinggal menyisakan minus 3,10 persen secara year to date hingga akhir pekan lalu (18/12), optimisme bahwa IHSG

(tanpa memperhatikan aspek inklusivitas) telah berdampak pada munculnya persoalan sosial dalam bentuk kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan pendapatan. Dalam

Namun demikian, tekanan terhadap nilai tukar Rupiah menurun selama sepekan lalu, sebagaimana tercermin dari perkembangan spread harian antara nilai spot dan