• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agama dan Masyarakat Ekonomi dan Agama (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Agama dan Masyarakat Ekonomi dan Agama (1)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 LAPORAN BUKU 1.1 PENGERTIAN EKONOMI

Pengertian secara istilah (terminologi), ilmu ekonomi adalah sebagai berikut: pertama,menurut Albert L. Meyers, ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempersoalkan kebutuhan dan pemuasan kebutuhan manusia. Kedua, menurut J.L. Meij mengemukakan bahwa ilmu ekonomi ialah ilmu tentang usaha manusia mencapai kemakmuran, karena manusia itu termasuk makhluk ekonomi (homo economicus). Ketiga, Samuelson dan Nordhaus berpendapat bahwa ilmu ekonomi merupakan studi tentang prilaku orang dan masyarakat dalam memilih cara menggunakan sumber daya yang langka dan memiliki beberapa penggunaan alternatif penggunaan dalam rangka memproduksi berbagai komoditi, kemudian menyalurkannya, baik saat ini maupun di masa depan kepada individu dan kelompok yang ada dalam masyarakat. Pada hakikat ilmu ekonomi berkaitan dengan perilaku manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam mencapai kemakmuran dengan proses operasional, produksi dan distribusi komoditi dalam masyarakat.1

1.2 PENGERTIAN AGAMA

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti "tradisi".. Kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latinreligio dan berakar pada kata kerjare-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.

Menurut filologMax Müller, akar kata bahasa Inggris "religion", yang dalam bahasa Latin religio, awalnya digunakan untuk yang berarti hanya "takut akan Tuhan atau dewa-dewa,

(2)

merenungkan hati-hati tentang hal-hal ilahi, kesalehan" ( kemudian selanjutnya Cicero menurunkan menjadi berarti " ketekunan " ). Max Müller menandai banyak budaya lain di seluruh dunia, termasuk Mesir, Persia, dan India, sebagai bagian yang memiliki struktur kekuasaan yang sama pada saat ini dalam sejarah. Apa yang disebut agama kuno hari ini, mereka akan hanya disebut sebagai "hukum".

Banyak bahasa memiliki kata-kata yang dapat diterjemahkan sebagai "agama", tetapi mereka mungkin menggunakannya dalam cara yang sangat berbeda, dan beberapa tidak memiliki kata untuk mengungkapkan agama sama sekali. Sebagai contoh, dharma kata Sanskerta, kadang-kadang diterjemahkan sebagai "agama", juga berarti hukum. Di seluruh Asia Selatan klasik, studi hukum terdiri dari konsep-konsep seperti penebusan dosa melalui kesalehan dan upacara serta tradisi praktis. Medieval Jepang pada awalnya memiliki serikat serupa antara "hukum kekaisaran" dan universal atau "hukum Buddha", tetapi ini kemudian menjadi sumber independen dari kekuasaan.

Tidak ada setara yang tepat dari "agama" dalam bahasa Ibrani, dan Yudaisme tidak membedakan secara jelas antara, identitas keagamaan nasional, ras, atau etnis. Salah satu konsep pusat adalah "halakha" , kadang-kadang diterjemahkan sebagai "hukum" ",yang memandu praktik keagamaan dan keyakinan dan banyak aspek kehidupan sehari-hari.2

1.3 TESIS WEBER “ETIKA PROTESTAN DAN SEMANGAT KAPITALISME”

Selama kurang lebih tiga dekade ini terjadi perkembangan luar biasa dalam disiplin ekonomi. Studi hubungan antara ekonomi dan agama memiliki akar pemikiran panjang bermula ketika Weber melontarkan tesisnya yang terkenal yakni keterkaitan antara etika protestan dan semangat kapitalisme. Tesis Weber ini memperlakukan ekonomi sebagai fariabel dependen sementara agama sebagai fariabel independen. Sejak tulisan Weber yang terkenal mengenai efek etika protestan terhadap perkembangan nasional ilmuan sosial kemudian menghubungkan protestanisme dengan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan. Faktanya protestanisme berkolerasi dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita. Tesis Weber itu

(3)

sendiri muncul sebagai bentuk kritik terhadap pandangan Marx yang menganggap bahwa budaya hanya merupakan ekspresi dari tatanan ekonomi yang berlaku dimasyarakat. Inti tesis Weber ialah bahwa kapitalisme yang berkembang di dunia barat disebabkan oleh etika protestan yang di dalamnya terdapat asketisme “dalam dunia”. Karakteristik etika tersebut ialah kerja keras, jujur, profesional, hemat, dan penuh perhitungan. Hasilnya, surplus ekonomi yang diinvestasikan kembali kedalam isaha-usaha ekonomi produktif sehingga menimbulkan efek ekonomi ganda. Dalam jangka panjang, proses demikian mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang pesat.

Agama protestan terutama beberapa sekte di dalamnya seperti Calvinisme, puritanisme, Metodisme, dan beberapa sekte baptis lain, memiliki ciri etika yang sama melihat bahwa takdir manusia baik di dunia maupun di akhirat sangat ditentukan oleh sikap dan perilakunya dunia.

Hal ini sangat berbeda dengan doktrin katolik yang diwarnai oleh kecenderungan menarik diri dari dunia. Doktrin takdir Calvinisme mengajarkan bahwa hanya sedikit umat manusia yang terpilih Tuhan. Oleh karena itu, untuk mendapatkannya seseorang harus bekerja secara sungguh-sunggu.

Etika protestan memiliki karakteristik yang berbeda dan tidak dapat ditemukan pada agama katolik. Etika protestan merupakan rasionalisme ekonomi dari aktivitas keduniaan yang dilakukan seseorang. Ajaran agama katolik menyatakan bahwa aktivitas keduniaan merupakan bentuk materialisme yang harus dihindari. Etika seperti ini menjadi penghambat bagi pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat atau negara.

(4)

1.4 TEORI PILIHAN RASIONAL DALAM AGAMA

Teori pilihan rasional dalam agama pada dasrnya merupakan teori yang ditujukan untuk memahami agama melalui modal penjelasan ekonomi. Aplikasi model penjelasan ekonomi yang diterapkan terutama prinsip ekonomi, yakni bagaimana manusia dimotivasi untuk memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan kerugian. Pendekatan pilihan rasional dalam kehidupan sosial bersumber langsung dari teori ekonomi neoklasik.

Teori ini berusaha melihat fenomena agama dalam kaitannya dengan ekonomi secara objektif. Dalam perspektif teori pilihan rasional, derajat religiusitas , misalnya, diukur dari kehadiran atau keterlibatan dalam aktifitas gereja, kepercayaan atas surga dan neraka, dan kepercayaan kehidupan setelah kematian. Penurunan derajat religiositas dibeberapa Negara menjadi fenomena umum seiring dengan perkembangan teknologi dan kemajuan ekonomi.

Teori pilihan rasional dalam agama kenyataannya merupakan teori yang lebih banyak dipengaruhi oleh teori teori ekonomi. Beberapa ekonom berusaha mengaplikasi teori teori. Ekonomi untuk menjelaskan berbagai fenomena sosial terutama dalam hal ini ialah agama. Dalam teori pilihan rasional digunakan beberapa asumsi yang sama ketika menjelaskan persoalan ekonomi, misalnya aktor diasumsikan bertindak secara rasional dalam pengertian yang luas.

Sebagaimana teori ekonomi lain pada umumnya, teori pilihan rasional juga menghasilkan prediksi-prediksi dari kerangka teori yang diterapkannya.

1.5 AGAMA DAN STRATIFIKASI SOSIAL

(5)

sosiologis yang relevan dengan stratifikasi sosial menunjukan bahwa variable kelas sosial merupakan variable penting dalam membentuk perilaku seseorang termasuk religiositas. Studi yang dilakukan di Israel Katz-Gero et al. (2009), misalnya, menunjukkan bahwa kelas lebih berpengaruh dari pada status sebagai variable determinal partisipasi kultural.

Dalam hal kaitan antara stratifikasi sosial dan agama muncul pertanyaan mendasar yang menjadi topik banyak studi. Pertanyaan tersebut ialah apakah ketimpangan ekonomi yang terjadi disuatu masyarakat mempunyai dampak terhadap tingkat religiositas masyarakat.

Berdasarkan uraian keterkaitan antara stratifikasi sosial dan agama dapat diperoleh beberapa kesimpulan. Pertama, sekalipun beberapa agama dalam ajarannya bersifat egaliter, artinya kedudukan manusia pada dasarnya sama, dalam praktiknya dimasyarakat, stratifikasi sosial tetap terjadi. Stratifikasi sosial yang terbentuk pada umumnya berdasarkan pada keturunan. Kedua, secara teoretis dan empiris, tidak ada penjelasan dan bukti yang meyakinkan dan konsisten untuk menyatan apakah nilai-nilai agama mendorong, menghambat, atau netral dalam kaitannya dengan gerakan sosial dalam kerangka perubahan struktur sosial. Ketiga, distingsi sosial yang terjadi pada beberapa komunitas agama lebih bersifat horizontal bukan vertikal. 3

(6)

BAB 2

PENDAPAT PARA AHLI DAN ANALISA KELOMPOK

2.1 Etika Protestan dalam ekonomi

 Kenneth Boulding (1970), menyatakan agama memberikan pengaruh yang tak dapat diabaikan dalam perekonomian. Agama menentukan keputusan jenis komoditas yang diproduksi, kelembagaan ekonomi, dan perilaku ekonomi. Meskipun ilmu pengetahuan dan teknologi, investasi, serta sumber daya alam, merupakan faktor-faktor yang sangat berpengaruh dalam perkembangan ekonomi, agama juga dipertimbangkan sebagai elemen penting karena berperan membentuk etos kerja masyarakat.

 Robert N Bellah, yang terpukau dengan kemajuan ekonomi Jepang, melakukan kajian mengenai pengaruh agama Tokugawa terhadap kehidupan ekonomi masyarakat negeri matahari terbit ini. Senada dengan Weber, dalam bukunya Tokugawa Religion: The Values of Pre-Industrial Japan (1985), Bellah menyatakan nilai kerja keras meraih kesuksesan di dunia juga terdapat dalam agama Tokugawa. Menurut Bellah, nilai tersebutlah yang menjadi pondasi bangunan kapitalisme Jepang dengan perkembangan ekonominya yang menakjubkan. Lebih jauh Bellah juga menganggap kewirausahaan Cina, yang kini masih kita rasakan hantamannya di seluruh dunia, tumbuh dan berkembang dalam pelukan Confusianisme.4

Dari pendapat diatas dapat dilihat bahwa Agama sangat berpengaruh dalam system perekonomian suatu Negara, dimana agama mampu mengatur etos kerja masyarakat. Agama mampu memberikan arahan agar pemeluknya bisa memperlakukan ekonomi dengan sebaik-baiknya, bagaimana Jemaah mampu meminimalisir kerugian dan memaksimalkan keuntungan. Agama dapat mempengaruhi sistem perekonomian suatu dan berdampak signifikan, apabila agama tersebut adalah agama mayoritas disuatu Negara.

(7)

2.2 Teori pilihan rasional dalam agama

 Buchanan (1972) menjelaskan bahwa Teori Pilihan Rasional adalah teori ekonomi neoklasik yang diterapkan pada sektor publik yang mencoba menjembatai antara ekonomi mikro dan politik dengan melihat pada tindakan warga, politisi, dan pelayan publik sebagai analogi terhadap kepentingan pribadi dan konsumen.  Coleman (1994) memberikan gagasan mengenai teori pilihan rasional bahwa

“orang-orang bertindak secara purposif menuju tujuan, dengan tujuan (dan demikian juga tindakan-tindakan) yang dibentuk oleh nilai-nilai atau preferensi”. Dia juga menambahkan bahwa bagi aktor rasional yang berasal dari ekonomi, dalam memilih tindakan-tindakan tersebut seorang aktor akan lebih memaksimalkan utilitas, atau pemenuhan kepuasan kebutuhan dan keinginan mereka. Jadi pada intinya konsep yang tepat mengenai pilihan rasional adalah ketika seseorang memilih tindakan yang dapat memaksimalkan kegunaan atau yang dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka.

 Heckathorn, dalam (Ritzer and Smart, 2001), memandang bahwa memilih itu sebagai tindakan yang bersifat rasional dimana pilihan tersebut sangat menekankan pada prinsip efisiensi dalam mencapai tujuan dari sebuah tindakan. Asumsi pokok dalam pilihan rasional tersebut adalah sebagai berikut: Pada bagian lain, Heckathorn juga menyatakan bahwa, dilihat dari struktur umum teori pilihan rasional, ternyata mencakup beberapa terminologi teoritik sebagai berikut; (1) Sekumpulan aktor yang berfungsi sebagai pemain dalam sistem, (2) Alternatif-alternatif yang tersedia bagi masing-masing aktor, (3) Seperangkat hasil yang mungkin diperoleh dari sejumlah alternatif yang tersedia bagi aktor, (3) Seperangkat hasil yang mungkin diperoleh dari sejumlah alternatif yang tersedia bgai aktor, (4) Pemilihan kemungkinan hasil oleh aktor dan (5) Harapan aktor terhadap akibat dari parameter-parameter sistem.5

(8)

Dalam teori pilihan rasional, masyarakat disini cenderung memilih mana hal yang dapat berdampak positif baginya, agama juga termasuk didalamnya. Agama dalam pilihan rasional ini diibaratkan sebagai produsen pasar perekonomian, dan masyarakat adalah sebagai konsumen, jika konsumen tidak merasa puas lagi dengan apa yang diberikan oleh produsun, maka kemungkinan besar konsumen akan beralih ke produsen yang lain yang lebih berdampak positif baginya.

2.3 Agama dan Stratifikasi sosial

 Stratifikasi sosial menurut Pitirim A. Sorokin adalah perbedaan penduduk /

masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis).

 Pitirim A. Sorokin dalam karangannya yang berjudul “Social Stratification”

mengatakan bahwa sistem lapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur.

 Stratifikasi sosial menurut Drs. Robert M.Z. Lawang adalah penggolongan

orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.6

Stratifikasi sosial adalah pengelompokan masyarakat menjadi kelompok-kelompok tertentu, sesuai dengan status yang dimiliki. Stratifikasi sosial ini telah menjadi tatanan yang sulit di dirubah dalam masyarakat. Status sosial seringkali menjadi pembanding dalam perlakuan sosial dimasyarakat, contohnya orang yang tingkat perekonomiannya diatas rata-rata diperlakuka istimewa dalam masyarakat, tetapi orang yang tingkat perekonomiannya dibawah garis kemiskinan , mereka dipandang sebelah mata dalam masyarakat

BAB 3

REFLEKSI TEOLOGIS BAGI GEREJA MASA KINI

Agama adalah wadah untuk orang-orang percaya akan kehadiran yang maha kuasa, bahwa ada sesuatu yang tertinggi, dan itulah yang disebut dengan TUHAN. Agama mengatur

(9)

setiap aktifitas dari para penganutnya, termasuk dalam hal pengaturan dan pengelolaan ekonomi. Dapat dilihat dalam materi tadi, bahwa Agama sangat mempengaruhi dalam perkembangan ekonomi suatu Negara, karena dalam Agama-Agama juga membicarakan mengenai ekonomi. Ada banyak agama di Bumi ini dan sistem pengaturan ekonomi yang berbeda-beda, ada yang dapat langsung meningkatkan perekonomian suatu Negara ada yang melalui tahap demi tahap, ada pula yang malah tidak berdampak kepada Negara tersebut. Agama Protestan adalah salah satu agama yang berdampak dalam perkembangan sistem perekonomian suatu Negara, karena Agama Protestan mengajarkan mengenai etika dalam bidang ekonomi, bagaimana cara mengelola Ekonomi dan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.

Gereja dalam hal ini yang adalah tempat untuk mengajarkan dan mempraktekan mengenai bagaimana cara memperlakukan ekonomi dengan baik, harus benar-benar melakukannya sesuai dengan yang diajarkan. Gereja harus menjadi contoh yang patut diteladani dalam hal pengelolaan ekonomi agar dapat membangun jemaat, karena ekonomi juga adalah faktor pendukung dalam menjalankan suatu pelayanan. Tetapi banyak ditemui saat ini Gereja justru melakukan pelanggaran-pelanggaran atau melakukan penyelewengan dalam hal pengelolaan ekonomi, bukan hanya Gereja saja tetapi lembaga-lembaga keagamaan juga yang telah mengetahui cara mengelola perekonomian dengan baik, malah melakukan penyelewengkan dalam hal ekonomi tersebut dengan berbagai macam alasan yang dibuat-buat untuk membenarkan penyelewengan tersebut.

Jemaat sangat membutuhkan peran Gereja dalam mengatur mereka untuk mengelola ekonomi, jangan sampai jemaat menjadi hamba uang dan menjauhkan diri dari Gereja, melainkan Gereja harus merangkul jemaat. Gereja jangan hanya memberitakan bagaimana cara berbuat baik, bagaimana cara menyembah Tuhan, dan bagaimana cara bersyukur kepada Tuhan, jika Gereja hanya begitu saja, maka Gereja akan terkudeta oleh paham-paham yang mengatur tentang hal-hal sosial. Gereja harus membuka diri dalam hal-hal sosial dalam hal ini Ekonomi, gereja harus mempromosikan Ekonomi dengan identitas Kekristenan dalam hal ini protestan dan mampu berkamuflase dengan perubahan zaman.

(10)

melakukan manufer-manufer tertentu. Gereja hendaknya jangan seperti itu, jangan hanya sibuk mengkristenkan, tetapi yang utama adalah pengajaran yang diberikan. Apa guna banyak jemaat tetapi tidak berperilaku halnya seorang Kristen yang sesungguhnya. Gereja sama halnya dengan Produsen Ekonomi dan jemaat adalah konsumen Ekonomi, jika konsumen tidak mendapatkan apa yag mereka inginkan maka konsumen akan mengganti produsen yang lebih menguntungkan. Oleh karena itu gereja harus memberikan terobosan-terobosan baru dalam hal pengajaran dan gereja harus masuk lebih dalam dan lebih membuka diri dalam hal-hal sosial. Jika kita melihat kedalam hal-hal yang terjadi saat ini di dalam sistem tatanan sosial masyarakat banyak terjadi stratifikasi sosial yang terjadi seperti, orang dengan tingkat perekonomian diatas rata-rata mereka cenderung diperlakukan lebih dalam masyarakat, tetapi orang yang tingkat perekonomiannya rendah atau berada dalam garis kemiskinan mereka cenderung disepelekan atau dipandang sebelah mata dalam masyarakat. Disinilah peran gereja, bagaimana gereja memberikan terobosan baru dengan merangkul itu, dan memberikan pemahaman bahwa semua manusia itu sama di mata Tuhan, baik yang miskin maupun yang kaya. Artinya tidak ada stratifikasi sosial karena keselamatan yang diberikan berlaku secara Universal bukan hanya kepada strata sosial tertentu. Gereja harus mampu memberikan transformasi terhadap pemahaman sosial yang telah menjadi tatanan dalam masyarakat agar gereja mampu bersaing dengan perkembangan pemikiran modern yang ada di masyarakat, jika Gereja tidak melakukan itu, maka Gereja akan termakan oleh waktu.

Pada abad-abad pertengahan, mulai ada penolakan mengenai hal-hal yang berbau metafisik seperti halnya mengenai hal keTuhanan dan mulai ada pertanyaan yang meragukan kepada lembaga-lembaga dalam hal ini lembaga agama. Oleh karena itu agamapun mulai berkamuflase dengan masuk dalam bidang-bidang sosial seperti Politik, Ekonomi dan paham paham sosial lainya. Jika Agama tidak menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman maka agama akan terkudeta. Oleh karena itu gereja jangan hanya fokus ke ajaran tetapi harus membuka diri kepada setiap fenomena-fenomena sosial yang ada dan sedang berkembang.

Daftar pustaka

(11)

Sumber internet:

http://www.ekoonomi.com/2016/07/pengertian-ekonomi.html?m=1.

http://mughits-sumberilmu.blogspot.co.id/2011/10/pengertian-agama.html?m=1

http://faisal-wibowo.blogspot.co.id/2013/01/ekonomi-dan-agama.html?m=1

http://imasarahnabila.blogspot.co.id/2013/01/defiisi-teori-pilihan-rasional.html?m=1

Referensi

Dokumen terkait

Setelah melebur bagian melting memberikan ke bagian gudang getar untuk menguji baja cair dengan memasukan cairan kedalam mesin Shimadzu visual dan mechanical

rakyat di negeri itu membaca karya-karya terbitan luar negeri. Winston Churchill amat mencela sensor ketat yang dilakukan oleh Uni Soviet tersebut, dan menuduh

Pada bab ini, kita akan mempelajari metode-metode untuk menentukan akar persamaan secara numerik, di antaranya adalah metode biseksi, metode regula falsi, metode

Tangki bentuk bola biasanya dipakai menyimpan bahan-bahan yang mudah menguap dan gas, tetapi tidak sesuai untuk alat-alat proses...

Hal ini tidak sejalan dengan pendapat dari Lawrance dalam Laurie (2020), yang menyatakan bahwa di dalam kelas, siswa ekstrover lebih aktif dalam berinteraksi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara kedua kelompok penelitian tersebut terdapat perbedaan nilai kekuatan kompresi yang signifikan yakni

Sebelumnya diberitakan ada kasus bullying di Pontianak pada bulan April 2019 yang sampai viral di media sosial, yaitu berinisial A diduga dikeroyok oleh 12 orang siswa

Eder & Eisenberger (2008) menyatakan bahwa karyawan yang memiliki tingkat Persepsi Dukungan Organisasi (POS) yang tinggi selain mencegah perilaku negatif