• Tidak ada hasil yang ditemukan

stratifikasi sosial kekuasaan dan wewena

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "stratifikasi sosial kekuasaan dan wewena"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Stratifikasi Sosial, Kekuasaan dan Wewenang

Makalah

Disusun sebagai salah satu syarat pemenuhan nilai mata kuliah Sosiologi

Oleh

Kelompok 4 :

Dosen : Ridwan Harlan, SSos

.,SH.,MH.

Fakultas Psikologi

Universitas Gunadarma Karawaci

(2)

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatNya karya tulis ini dapat kami selesaikan. Kami sebagai penulis ingin mengucapkan terima kasih yang pertama kepada dosen mata kuliah Sosiologi bapak Ridwan Harlan atas kesempatan dan bimbingannya sehingga kami dapat membuat karya tulis ini. Selain itu terima kasih juga kami haturkan kepada pihak – pihak lain yang membantu seperti sumber informasi kami baik dari media cetak maupun media elektronik.

Karya tulis ini mengenai proses terjadinya stratifikasi social, bentuk-bentuk stratifikasi social, unsur-unsur stratifikasi sosial yang ada di masyarakat, serta kekuasaan dan wewenang yang berkaitan dengan stratifikasi social.

Seperti kata pepatah, tak ada gading yang tak retak begitu juga dengan karya tulis ini yang kami yakini masih banyak kekurangannya. Untuk itu kami bersedia menampung kritik dan saran yang membangun demi terciptanya karya – karya yang lebih baik nantinya.

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Stratifikasi berasal dari bahasa Yunani yakni stratum, yang berarti lapisan, dan socius yang berarti teman atau masyarakat, Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa, stratifikasi social adalah pengelompokan masyarakat kedalam kelas-kelas sosialnya. Pengelompokan ini tidak hanya terjadi di negara yang menganut sistem kasta, tetapi secara tidak sadar masyarakat pada umumnya telah mengelompokan dirinya menjadi bagian dari suatu kelas sosial. Stratifikasi social terjadi karena adanya nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat baik yang bersifat materiil maupun non materiil, sehingga individu atau golongan yang memiliki nilai-nilai tersebut akan mendapatkan kelas yang lebih tinggi. Kelas-kelas tersebut yang menjadi pembeda posisi seseorang, individu yang mendapat posisi yang baik di masyarakat, biasanya akan memperoleh kekuasaan.

Kekuasaan yang diperoleh seseorang cenderung akan disertai dengan wewenang. Wewenang adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau sekelompok orang, yang mempunyai dukungan atau mendapat pengakuan dari masyarakat. Di dalam masyarakat yang kecil dan yang susunannya bersahaja, pada umumnya kekuasaan yang dipegang oleh seseorang atau sekelompok orang meliputi bermacam bidang. Contoh yang demikian itu dalam masyarakat Indonesia terdapat pada masyarakat-masyarakat hukum adat (misalnya desa) yang letaknya terpencil, dimana semua kekuasaan pemerintahan, ekonomi, dan sosial dipercayakan kepada para kepala masyarakat hukum adat tersebut untuk seumur hidup. Karena luasnya kekuasaan dan besarnya kepercayaan yang menyeluruh dari masyarakat hukum adat kepada kepalanya tadi, pengertian kekuasaan dan pengertian orang yang memegangnya lebur menjadi satu. Oleh karenanya, perlu adanya pembahasan mengenai stratifikasi social, kekuasaan dan wewenang yang ada di msayarakat.

1.2

Rumusan Masalah

1.

Apa yang dimaksud dengan stratifikasi sosial
(4)

3.

Bentuk-bentuk stratifikasi sosial

4. Unsur-unsur penting dalam stratifikasi sosial

5.

Pengertian kekuasaan dan wewenang

6.

Unsur-unsur kekuasaan

7.

Pembagian kekuasaan

8.

Bentuk-bentuk kekuasaan

9.

Bentuk-bentuk wewenang

10.

Gaya kepemimpinan presiden di Indonesia

1.3

Tujuan Penulisan

Makalah ini disusun dengan tujuan, agar penulis dan pembaca mengerti, memahami mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, serta mengambil intisari yang terkandung dalam makalah yang membahas mengenai stratifikasi sosial, serta hubungannya dengan kekuasaan dan wewenang.

1.4

Metode Pengumpulan Data

Data yang terkumpul dalam makalah ini, bersumber dari ebook dan website-website ilmiah.

1.5

Sistematika Penulisan

Makalah ini disusun dengan sistematika sebagai berikut : Bab I

Pada bagian ini dijelaskan latar belakang, tujuan, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan.

Bab II

Disini dikemukakan masalah inti yang bersumber dari data yang kami kumpulkan.

Bab III

Terdapat kesimpulan dan saran

BAB II

Pembahasan

2.1

Pengertian Stratifikasi Sosial

(5)

Aristoteles : Pada jaman kuno di dalam setiap negara terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat dan mereka yang berada di tengah-tengahnya.

Thorstein Veblen : Membagi masyarakat dalam dua golongan yaitu golongan pekerja yang berjuang mempertahankan hidup dan golongan yang banyak mempunyai waktu luang karena kekayaannya.

Robert M.Z. Lawang : Pelapisan sosial merupakan penggolongan orang-orang dalam suatu sistem sosial tertentu secara hierarkhis menurut dimensi kekuasaan, privelese, dan prestise.

Pitirim A. Sorokin : Stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam lapisan kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis) dengan perwujudannya adalah kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah (Soekanto 1990).

Perbedaan stratifikasi sosial dengan kelas sosial adalah stratifikasi lebih merujuk pada pengelompokan orang kedalam tingkatan atau strata dalam hirarki secara vertikal, sedangkan kelas sosial ruang lingkup kajiannya merujuk pada satu lapisan atau strata tertentu dalam sebuah stratifikasi sosial. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa stratifikasi sosial merupakan pembedaan masyarakat atau penduduk berdasarkan kelas-kelas yang telah ditentukan secara bertingkat berdasarkan dimensi kekuasaan, previllege (hak istimewa atau kehormatan) dan prestise (wibawa).

2.1.1 Penggolongan Stratifikasi Sosial

(6)

proses seperti itu adalah pembagian orang yang terdapat dalam suatu sistem sosial kedalam beberapa lapisan. Misalnya, ada orang bodoh, setengah bodoh, dan yang pintar, hasil dalam bentuk seperti itu sudah terlepas dari pada individu itu sendiri, oleh karena itu penggolongan manusia kedalam lapisan yang terlihat sebagai hasil, sifatnya objektif. Suatu kesimpulan bahwa, stratifikasi sosial dapat dilihat sebagai kenyataan yang memiliki dua segi,yaitu subjektif dan objektif.

2.1.2 Bentuk-Bentuk Stratifikasi

A. Stratifikasi dilihat dari segi proses

Ada dua bentuk stratifikasi dari segi proses, yaitu sebagai berikut :

Stratifikasi yang terjadi dengan sendirinya, alasan terjadinya stratifikasi sosial adalah kepandaian, tingkat umur, jenis kelamin, keturunan sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala, dan harta. Contohnya: untuk masyarakt tertentu ada keistimewaan dari anak sulung, dimana dengan nilai-nilai sosial yang berlaku mereka mendapat prioritas kekuasaan atau warisan.

Stratifikasi yang terjadi dengan sengaja untuk tujuan bersama, biasanya dilakukan dalam pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam organisasi-organisasi formal seperti pemerintahan, perusahaan, partai politik, angkatan bersenjata, atau perkumpulan. Contohnya: klasifikasi di dunia pekerjaan berdasarkan tingkat pendidikan.

B. Stratifikasi dilihat dari segi sifat

Sistem stratifikasi sosial dalam masyarakat ada yang bersifat terbuka, tertutup dan campuran.

(7)

 Keanggotaan strata bersifat tidak tetap.

 Garis batas antar strata bersifat tidak jelas.

 Komunikasi antar strata bersifat lebih terbuka.

 Proses komunikasi dan perubahan lebih berjalan dengan lancar.

 Terdapat mobilitas strata.

Kelebihan dari sistem stratifikasi terbuka adalah lebih dinamis dan anggota-anggotanya cenderung mempunyai cita-cita yang tinggi.

Stratifikasi sosial yang tertutup, terdapat pembatasan kemungkinan untuk pindah ke status satu ke status lainnya dalam masyarakat. Dalam sistem ini untuk dapat masuk pada status tinggi dan terhormat dalam masyarakat adalah dengan kelahiran atau keturunan. Ciri-ciri stratifikasi tertutup:

 Komunikasi antar strata relative terbatas.

 Keanggotaan dari masing-masing strata bersifat turun temurun.

 Masing-masing strata sangat menyadari akan stratanya dan berusaha. mempertahankan serta menjaga eksistensi dari stratanya masing-masing.

 Garis batas antar strata relative jelas dan tegas.

 Tidak terdapat mobilitas strata.

(8)

 Keanggotaan berdasarkan kelahiran. Anak yang lahir memperoleh kedudukan orang tuanya.

 Keanggotaan berlaku seumur hidup, kecuali bila dikeluarkan dari kastanya.

 Perkawinan bersifat endogamy (orang yang dipilih harus sekasta).

 Hubungan dengan kelompok-kelompok sosial lainnya bersifat terbatas.

 Adanya kesadaran pada keanggotaan suatu kasta.

 Terikat pada kedudukan yang secara tradisional telah ditetapkan.

 Prestise suatu kasta benar-benar diperhatikan.

Stratifikasi sosial yang campuran, diartikan sebagai sistem stratifikasi yang membatasi kemungkinan berpindah strata pada bidang tertentu, tetapi membiarkan untuk melakukan perpindahan lapisan pada bidang lain. Contoh: seorang raden yang mempunyai kedudukan terhormat di tanah Jawa, namun karena sesuatu hal ia pindah ke Jakarta dan menjadi buruh. Keadaan itu menjadikannya memiliki kedudukan rendah maka ia harus menyesuaikan diri dengan aturan kelompok masyarakat di Jakarta.

C. Stratifikasi sosial dilihat dari segi dasar-dasar pelapisan sosial

Ukuran atau kriteria yang bisa dipakai untuk menggolong-golongkan anggota-anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan adalah sebagai berikut:

Ukuran Kekayaan, individu yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan teratas.

Ukuran Kekuasaan, individu yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar menempati lapisan atasan.

(9)

mendapat tempat yang teratas. Ukuran semacam ini, banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa.

Ukuran Ilmu Pengetahuan, Ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi, ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat yang negatif karena ternyata bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, tetapi gelar kesarjanaanya. Sudah tentu hak yang demikian memacu segala macam usaha untuk mendapatkan gelar, walaupun tidak halal.

2.1.3 Unsur-Unsur Penting Dalam Sistem Pelapis Sosial

Selo Soemardjan (1964), menyatakan bahwa hal yang mewujudkan unsur-unsur dalam teori sosiologi tentang sistem berlapis-lapis dalam masyarakat adalah kedudukan

(status) dan peran (role). Kedudukan (status) diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial sehubungan dengan orang-orang lainnya dalam kelompok tersebut. Dalam masyarakat sekurangnya ada tiga macam kedudukan, yaitu :

Ascribe status yaitu kedudukan yang diperoleh karena kelahiran, pada umumnya ascribe status dijumpai pada masyarakat dengan sistem pelapisan tertutup.

Achieved status yaitu kedudukan yang dicapai seseorang dengan usaha yang disengaja, achieved status ini biasanya ditemukan pada masyarakat dengan sistem pelapisan terbuka.

Assigned status yaitu kedudukan yang diberikan karena alasan-alasan tertentu misalnya karena individu telah berjasa terhadap masyarakat.

(10)

 Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.

 Peranan adalah suatu konsep prihal apa yang dilakukan individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

 Peranan juga dapat dikatakan sebagai perikelakuan individu yang penting bagi struktur sosial.

Biasanya masyarakat memberikan fasilitas-fasilitas kepada individu agar dapat menjalankan peran dengan sebaik-baiknya.

2.2 Pengertian Kekuasaan dan Wewenang

Kekuasaan adalah kemampuan untuk menggunakan pengaruh pada orang lain; artinya kemampuan untuk mengubah sikap atau tingkah laku individu atau kelompok. Kekuasaan juga berarti kemampuan untuk mempengaruhi individu, kelompok, keputusan, atau kejadian. Sedangkan Kewenangan (authority) adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai tujuan tertentu.

2.2.1 Unsur-Unsur Kekuasaan

Soerjono Soekanto (1983) mengambarkan beberapa unsur kekuasaan yang dapat dijumpai pada hubungan sosial antar manusia maupun antar kelompok, meliputi :

a. Rasa Takut

Perasaan takut pada seseorang pada orang lain menimbulkan suatu kepatuhan terhadap segala kemauan dan tindakan pada orang yang ditakuti dalam keadaan yang terpaksa.

b. Rasa Cinta

Unsur kekuasaan dengan perasaan cinta menghasilkan perbuatan-perbuatan yang bernuansa positif, masing-masing pihak tidak merasakan dirugikan satu sama lain. c. Kepercayaan

(11)

d. Pemujaan

Dalam sistem pemujaan, seseorang atau masyarakat akan selalu menyatakan pembenaran atas segala tindakan dari penguasanya.

2.2.2 Saluran-Saluran Kekuasaan

(12)

a. Militer

Untuk melaksanakan kekuasaannya, maka pihak penguasa akan lebih banyak mempergunakan pola paksaan (coercion) serta kekuatan militer (military force), tujuannya untuk menimbulkan rasa takut dalam diri masyarakat, sehingga mereka tunduk kepada keinginan penguasa.

b. Ekonomi

Penguasa berusaha menguasai kehidupan masyarakat dengan melakukan pendekatan-pendekatan dengan menggunakan saluran-saluran ekonomi, Bentuknya bisa berupa monopoli, penguasaan sektor-sektor penting dalam masyarakat, atau penguasaan kaum buruh.

c. Politik

Melalui saluran politik, penguasa dan pemerintah berusaha untuk membuat peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh masyarakat, caranya antara lain dengan meyakinkan atau memaksa masyarakat untuk mentaati peraturan-peraturan yang dibuat oleh badan-badan yang berwenang dan sah.

d. Tradisi

Saluran tradisi ini ada keselarasan antara nilai-nilai yang diberlakukan dengan tradisi dalam suatu masyarakat, sehingga pelaksanaan kekuasaan dapat berjalan dengan lancar.

e. Ideologi

Penguasa-penguasa dalam masyarakat biasanya mengemukakan serangkaian ajaran-ajaran atau doktrin-doktrin, yang bertujuan untuk menerangkan dan sekaligus memberi dasar pembenaran bagi pelaksanaan kekuasaannya.

f. Saluran-saluran lain

(13)

2.2.3 Pembagian Kekuasaan Menurut Amitai Etzioni

Utilitarian

Utilitarian berasal dari bahasa latin yang artinya berguna. Jadi utilitarian adalah sifat yang menekankan pada kegunaan sesuatu, bagi mereka yang menganut ideology utilitarianisme menganggap bahwa yang memiliki sumber daya ekonomi yang besar maka akan memiliki kekuasaan. Apa saja bisa dibeli dengan uang sehingga akibatnya nilai-nilai sosial menjadi berkurang.

Koersif (memaksa)

Kekuasaan yang terjadi dikarenakan memiliki kekuatan fisik, senjata dan lain-lain sehingga bisa memaksakan kehendaknya kepada orang lain. Contohnya: Amerika Serikat yang dijuluki sebagai negara super power, sehingga menjadi patokan bagi negara-negara lain dalam bidang teknologi dan kehidupan.

Persuasif

Kekuasaan yang terjadi dikarenakan mereka memiliki asset yang berkaitan dengan norma - norma sosial, seperti nilai, perasaan atau kepercayaan yang ada paada masyarakat. Biasanya mereka adalah orang-orang yang dihormati, dimana sikap dan perilakunya sesuai dengan norma-norma sosial di masyarakat. dijadikan panutan, walaupun tidak kaya.

2.2.4 Sumber Kekuasaan Menurut John Brench dan Bertram Raven

Kekuasaan menghargai (reward power)

Kekuasaan yang didasarkan pada kemampuan seseorang pemberi pengaruh untuk memberi penghargaan pada orang lain yang dipengaruhi untuk melaksanakan perintah. (bonus sampai senioritas atau persahabatan)

Kekuasaan memaksa (coercive power)
(14)

Kekuasaan sah (legitimate power)

Kekuasaan formal yang diperoleh berdasarkan hukum atau aturan yang timbul dari pengakuan seseorang yang dipengaruhi bahwa pemberi pengaruh berhak menggunakan pengaruh sampai pada batas tertentu.

Kekuasaan keahlian (expert power)

Kekuasaan yang didasarkan pada persepsi atau keyakinan bahwa pemberi pengaruh mempunyai keahlian relevan atau pengetahuan khusus yang tidak dimiliki oleh orang yang dipengaruhi. (professional atau tenaga ahli).

Kekuasaan Rujukan (referent power)

Kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang didasarkan pada identifikasi pemberi pengaruh yang menjadi contoh atau panutan bagi yang dipengaruhi. (karisma, keberanian, simpatik dan lain-lain).

2.2.5 Bentuk-Bentuk Kekuasaan

Mac Iver dalam bukunya yang berjudul “The Web of Government” menyebutkan ada tiga pola umum sistem lapisan kekuasaan atau piramida kekuasaan, yaitu :

Tipe Kasta

Tipe kasta adalah tipe atau sistem lapisan kekuasaan dengan garis pemisahan yang tegas dan kaku. Tipe semacam ini biasanya dijumpai pada masyarakat berkasta yang hampir tidak terjadi mobilitas sosial vertikal. Garis pemisah antara masing-masing lapisan hampir tidak mungkin ditembus.

Tipe Oligarkis

Tipe ini memiliki garis pemisah yang tegas, tetapi dasar pembedaan kelas-kelas sosial ditentukan oleh kebudayaan masyarakat tersebut. Tipe ini hampir sama dengan tipe kasta, namun individu masih diberi kesempatan untuk naik lapisan.

Tipe Demokratis

(15)

2.2.6 Bentuk-Bentuk Wewenang

Hubungan Dengan Dasar Hukum yang Berlaku

Otoritas tradisional adalah otoritas yang didasarkan pada kepercayaan diantara anggota masyarakat bahwa tradisi lama serta kedudukan kekuasaan yang dilandasi oleh tradisi adalah wajar dan patut dihormati.

Otoritas kharismatik adalah kepercayaan anggota masyarakat yang didasarkan pada kharisma yang merupakan suatu kemampuan khusus yang melekat pada diri seseorang, kemampuan mana yang diyakini sebagai pembawaan seseorang sejak lahir.

Otoritas legal formal adalah wewenang yang disandarkan pada sistem hukum yang berlaku dalam masyarakat, sistem hukum mana difahamkan sebagai kaidah-kaidah yang telah diakui serta ditaati oleh masyarakat, dan bahkan yang telah diperkuat oleh negara.

Kepentingan Pengaturan

Wewenang tidak resmi adalah wewenang yang berlaku dalam kelompok-kelompok kecil karena sifatnya yang spontan, situasional dan didasarkan pada faktor saling kenal mengenal, serta dimana wewenang tersebut tidak diterapkan secara sitematis.

Wewenang resmi adalah wewenang yang sifatnya sistematis, dapat diperhitungkan dan rasionil, biasanya wewenang ini dapat dijumpai pada kelompok-kelompok besar yang memerlukan atauran tata tertib yang tegas dan bersifat tetap. Di dalam kelompok-kelompok ini, karena banyaknya anggota, biasanya ditentukan dengan tegas hak-hak serta kewajiban-kewajiban para anggotanya, kedudukan serta peranannya, siapa-siapa yang menetapkan kebijakan-kebijakan dan siapa pelaksana-pelaksananya,

Kepentingan Pribadi dan Tempat Tinggal

(16)

Wewenang Teritorial Adalah wewenang yang ada pada kelompok sosial yang timbul atas dasar factor ikatan tempat tinggal. Misalnya kepala dijawa dia memiliki wewenang territorial karena jabatan sebagai kepala desa tetapi dia juga mempunyai wewenang pribadi karena dia sebagai keturunan pemilik tanah yang sifatnya turun temurun atas dasar ikatan darah

Lingkup Wewenang

Wewenang Terbatas adalah wewenang yang sifatnya terbatas, dalam arti tidak mencakup semua sektor atau bidang kehidupan, akan tetapi hanya terbatas pada salah satu sektor atau bidang saja. Misalnya , seorang jaksa di Indonesia mempunyai wewenang atas nama negara menuntut seorang warga masyarakat yang melakukan tindak pidana, akan tetapi jaksa tersebut tidak berwenang untuk mengadilinya.

Wewenang Menyeluruh berarti suatu wewenang yang tidak dibatasi oleh bidang-bidang kehidupan tertentu. Suatu contoh adalah, misalnya bahwa setiap negara mempunyai wewenang yang menyeluruh atau mutlak untuk mempertahankan kedaulatan wilayahnya. Jadi, apakah suatu wewenang bersifat terbatas atau menyeluruh tergantung dari sudut penglihatan pihak-pihak yang ingin menyorotinya. Adalah suatu kenyataan pula bahwa kedua bentuk wewenang tadi dapat berproses secara berdampingan, diamana pada situasi-situasi tertentu salah satu bentuk lebih berperan daripada bentuk lainnya.

2.2.7 Jenis-Jenis Wewenang

Line Authority adalah mereka yang dalam organisasi bertanggung jawab terhadap berbagai kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.

Staff Authority adalah mereka yang ditunjuk oleh organisasi untuk membantu bagian-bagian dalam sebuah organisasi yang memiliki kewenangan lini. Oleh karena itu, mereka yang memiliki kewenangan staf adalah mereka yang membantu organisasi dalam mencapai tujuannya.

(17)

tugasnya diberi kewenangan untuk melakukan kontrol atau koordinasi dengan bagian lainnya.

2.2.8 Gaya Kepemimpinan Presiden Di Indonesia

Presiden Soekarno

Gaya kepemimpinan Ir. Soekarno berorientasi pada moral dan etika ideologi yang mendasari negara atau partai, sehingga sangat konsisten dan sangat fanatik. Sifat kepemimpinan yang juga menonjol dan Ir. Soekarno adalah percaya diri yang kuat, penuh daya tarik, penuh inisiatif dan kaya akan ide dan gagasan baru. Berdasarkan perjalanan sejarah kepemimpinannya, ciri kepemimpinan yang demikian ternyata mengarah pada figur sentral dan kultus individu.Soekarno termasuk sebagai tokoh nasionalis dan anti-kolonialisme yang pertama, baik di dalam negeri maupun untuk lingkup Asia.

Presiden Soeharto

Pada awal masa orde baru sifat-sifat kepemimpinan yang baik dan menonjol dari Presiden Soeharto adalah kesederhanaan, keberanian dan kemampuan dalam mengambil inisiatif dan keputusan, tahan menderita dengan kualitas mental yang sanggup menghadapi bahaya serta konsisten dengan segala keputusan yang ditetapkan. Gaya Kepemimpinan Presiden Soeharto merupakan gabungan dari gaya kepemimpinan Proaktif-Ekstraktif dengan Adaptif-Antisipatif, yaitu gaya kepemimpinan yang mampu menangkap peluang dan melihat tantangan sebagai sesuatu yang berdampak positif serta mempunyal visi yang jauh ke depan dan sadar akan perlunya langkah-langkah penyesuaian. Tahun-tahun pemerintahan Suharto diwarnai dengan praktik otoritarian di mana munculnya kebijakan dwifungsi ABRI memberikan kesempatan kepada militer untuk berperan dalam bidang politik di samping perannya sebagai alat pertahanan negara.

(18)

Gaya kepemimpinan Presiden Habibie adalah gaya kepemimpinan Dedikatif-Fasilitatif, merupakan sendi dan Kepemimpinan Demokratik. Pada masa pemerintahan B.J Habibie ini, kebebasan pers dibuka lebar-lebar sehingga melahirkan demokratisasi yang lebih besar. Pada saat itu pula peraturan-peraturan perundang-undangan banyak dibuat, Habibie sangat terbuka dalam berbicara tetapi tidak pandai dalam mendengar. Dalam penyelengaraan Negara Habibie pada dasarnya seorang liberal karena kehidupan dan pendidikan yang lama di dunia barat. Gaya komunikasinya penuh spontanitas, meletup-letup, cepat bereaksi, tanpa mau memikirkan risikonya. Tatkala Habibie dalam situasi penuh emosional, ia cenderung bertindak atau mengambil keputusan secara cepat. Seolah ia kehilangan kesabaran untuk menurunkan amarahnya. Bertindak cepat, rupanya, salah satu solusi untuk menurunkan tensinya. Karakteristik ini diilustrasikan dengan kisah lepasnya Timor Timur dari Indonesia. Habibie digambarkan sebagai pribadi yang terbuka, namun terkesan mau menang sendiri dalam berwacana dan alergi terhadap kritik

Abdurahman Wahid

Seorang kiai yang sangat liberal dalam pemikirannya, penuh dengan ide, sangat tidak disiplin, dan berkepemimpinan ala LSM. Gaya kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid adalah gaya kepemimpinan Responsif-Akomodatif, yang berusaha untuk mengagregasikan semua kepentingan yang beraneka ragam yang diharapkan dapat dijadikan menjadi satu kesepakatan atau keputusan yang memihki keabsahan. Pelaksanaan dan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan diharapkan mampu menggerakkan partisipasi aktif para pelaksana di lapangan, karena merasa ikut terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan kebijaksanaan

Megawati Soekarno Putri

(19)

menghadapi situasi bangsa yang sedang memanas. Megawati lebih menonjolkan kepemimpinan dalam budaya ketimuran. Ia cukup lama dalam menimbang-nimbang sesuatu keputusan yang akan diambilnya. Tetapi begitu keputusan itu diambil, tidak akan berubah lagi. Mega bertindak berdasarkan intuisinya, Cukup demokratis, tapi pribadi Megawati dinilai tertutup dan cepat emosional. Ia alergi pada kritik. Komunikasinya didominasi oleh keluhan nyaris tidak pernah menyentuh visi misi pemerintahannya

Susilo Bambang Yudhono

(20)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1

Kesimpulan

(21)

3.2

Saran

Stratifikasi sosial yang terjadi di masyarakat adalah fenemona yang bersifat normal dan universal dalam sebuah masyarakat, sebab jika dalam sutu masyarakat ada sesuatu yang dihargai, maka yang mempunyai sesuatu tersebut akan dihargai pula, tetapi, dewasa kini fenomena yang sifatnya universal tersebut cenderung kearah yang negative, padahal stratifikasi sosial dimaksudkan untuk memenuhi kekososngan satu sama lain, bukan untuk merampas hak atau menghina golongan dari kelas lain. Untuk itu, sudah seharusnya kita mengembalikan ke tatanan hidup seperti semula, agar tercipta masyarakat yang harmonis.

Daftar Pustaka

Elearning.gunadarma.ac.id/ebook

Moeis, Syarif. Drs. (2008). BahanAjar Stratifikasi Sosial. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

Moeis, Syarif. Drs. (2008). BahanAjar Kekuasaan, Wewenang dan Kepemimpinan. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

http://ssbelajar.blogspot.com/2012/03/stratifikasi-sosial.html (10/15/2014)

http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-stratifikasi-sosial-menurut.html (10/15/2014)

Referensi

Dokumen terkait

However, although the learners seemed to like watching the broadcast with their peers, they indicated very little need for interaction with the instructor during or directly

sanitasi makanan dapat timbul gangguan kesehatan pada orang yang. mengkonsumsi

Penerapan metode Value at Risk (VaR) merupakan bagian dari manajemen risiko. Metode Delta-Normal menghitung nilai VaR berdasarkan perhitungan parameter seperti

Diantaranya adalah dapat memungkinkan untuk dihapusnya sistem rahasia bank atau diganti dengan hubungan kontraktual seperti yang ada pada beberapa Negara, dapat

hubungan antara pengetahuan dan praktik higiene perorangan dengan jumlah bakteri E. Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dan praktik higiene perorangan dengan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui fenomena yang terjadi, meliputi pola aliran dan distribusi temperatur pada permasalahan Konveksi alami, pada kotak 2D

Siapa saja dapat memiliki dan menggunakan budaya itu sendiri, dari strata manapun ia berasal, mengidentifikasikan dirinya ke dalam kelompok sosial yang memiliki budaya tertentu,

[r]