commit to user
i
MODEL PENGUKURAN DAMPAK PASAR MODERN DAN
PASAR TRADISIONAL TERHADAP PDRB DI KABUPATEN
BOYOLALI
Skripsi
FITRI HAYATI
I1305030
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
ii
LEMBAR PENGESAHAN
MODEL PENGUKURAN DAMPAK PASAR MODERN DAN PASAR TRADISIONAL TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
(PDRB) DI KABUPATEN BOYOLALI
SKRIPSI
Oleh :
Fitri Hayati I 1305030
Dipertahankan di depan Tim Penguji Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima guna memenuhi persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik
Pada Hari : Selasa Tanggal : 5 Juni 2012
Tim Penguji :
1. Ir. Murman Budijanto, MT. (………)
NIP 19640516 200012 1 001
2. Dr. Wahyudi Sutopo, ST, M.Si. ( ……….. ) NIP 19770625 2003 12 1 001
3. Dr. Cucuk Nur Rosyidi, ST, MT ( ……….. ) NIP 19711104 199903 1 001
4. Roni Zakaria, ST., MT. ( ………. )
NIP. 19750304 200012 1 006
Mengetahui Mengesahkan,
Ketua Jurusan Teknik Industri Ketua Program Studi Nonreg
Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri
commit to user
iii
SURAT PERNYATAAN
ORISINALITAS KARYA ILMIAH
Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri UNS yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Fitri Hayati
NIM : I 1305030
Judul Tugas Akhir : Model Pengukuran Dampak Pasar Modern dan Pasar
Tradisional Terhadap PDRB di Kabupaten Boyolali
Menyatakan bahwa Tugas Akhir (TA) atau skripsi yang saya susun tidak
mencontoh atau melakukan plagiat dari karya tulis orang lain. Jika terbukti bahwa
Tugas Akhir yang saya susun mencontoh atau melakukan plagiat dapat dinyatakan
batal atu gelar Sarjana yang saya peroleh dengan sendirinya dibatalkan atau
dicabut.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
dikemudian hari terbukti melakukan kebohongan maka saya sanggup
menanggung segala konsekuensinya.
Surakarta, Juli 2012
Fitri Hayati
commit to user
iv
SURAT PERNYATAAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : Fitri Hayati
NIM : I 1305030
Judul Tugas Akhir : Model Pengukuran Dampak Pasar Modern dan Pasar
Tradisional Terhadap PDRB di Kabupaten Boyolali
Menyatakan bahwa Tugas Akhir (TA) atau skripsi yang saya susun sebagai syarat
lulus sarjana S1 disusun secara bersama-sama dengan Pembimbing 1 dan
Pembimbing 2. Bersamaan dengan syarat pernyataan ini bahwa hasil penelitian
dari Tugas Akhir (TA) atau skripsi yang saya susun bersedia digunakan untuk
publikasi dari proceeding, jurnal, atau media penerbit lainnya baik ditingkat
nasional maupun internasional sebagaimana mestinya yang merupakan bagian
dari publikasi karya ilmiah. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan
sebenar-benarnya.
Surakarta, Juli 2012
Fitri Hayati
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur panjatkan ke Hadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih
dan Penyayang, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul
”Model Pengukuran Dampak Pasar Modern dan Pasar Tradisional Terhadap
PDRB Kabupaten Boyolali“.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan
terlaksana dengan baik tanpa bantuan, bimbingan, petunjuk dan saran dari semua
pihak. Untuk itu, di dalam kesempatan yang sangat baik ini, dengan segenap
kerendahan hati dan rasa yang setulus-tulusnya, penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT karena atas segala izin, rizki, dan rahmat-Nya penulis berhasil
menyelesaikan Laporan Skripsi ini.
2. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan kasih sayang dan doa sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan Skripsi ini dengan baik.
3. Dr. Cucuk Nur Rosyidi, ST., MT selaku Ketua Jurusan Teknik Industri
Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku penguji, terima kasih atas
kesediaannya memberikan masukan, gagasan dan saran atas perbaikan tugas
akhir ini..
4. Bapak Wakhid A. Jauhari, ST., MT., selaku koordinator Tugas Akhir yang
telah membantu mempermudah pelaksanaan skripsi ini.
5. Ir. Murman Budijanto, MT., dan Dr. Wahyudi Sutopo, ST., MSi. selaku dosen
pembimbing yang telah sabar dalam memberikan pengarahan dan bimbingan
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan lancar.
6. Bapak Roni Zakaria, ST., MT., selaku penguji, terima kasih atas kesediaannya
memberikan masukan, gagasan dan saran atas perbaikan tugas akhir ini.
7. Bapak Eko Liquiddanu, ST., MT., selaku Pembimbing Akademis, terima
kasih atas segala bimbingan dan nasehat bapak selama masa perkuliahan saya
commit to user
vi
8. Para staff dan karyawan Jurusan Teknik Industri, atas segala kesabaran dan
pengertiannya dalam memberikan bantuan dan fasilitas demi kelancaran
penyelesaian tugas akhir ini.
9. Seluruh Staff Disperindagsar Pemerintah Kabupaten Boyolali, terima kasih
atas segala bantuan dan bimbingannya dalam hal ketersediaan data yang
penulis butuhkan selama melakukan penelitian.
10.Teman-teman angkatan 2005 jurusan Teknik Industri UNS – dzaki, sa’diyah,
intan, ita, amy, payet, ustad, dodot, deny, dan semuanya yang telah
memberikan dorongan dan semangat kepada penulis, terima kasih untuk
waktu, kebersamaan, dan kesabaran dalam menghadapi penulis.
11.Mb apin, mb pi’i dan adik-adik kos di Ar Rohim yang senantiasa memberikan
semangat kepada penulis dalam menyelesaikan Laporan Skripsi.
12.Seluruh pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas
segala bimbingan, bantuan, kritik, dan saran dalam penyusunan tugas akhir
ini.
Terima kasih untuk semuanya, untuk doa-doa yang diketahui maupun
tersembunyi. Hanya Allah yang dapat mambalas segala kebaikan dan keikhlasan
dan kepada-Nya lah segala sesuatu akan kembali.
Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis membuka diri atas segala saran dan kritik yang
membangun. Besar harapan penulis semoga laporan tugas akhir ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca sekalian.
Surakarta, Juli 2012
commit to user
vii
ABSTRAK
Fitri Hayati, NIM : I 1305030. MODEL PENGUKURAN DAMPAK PASAR MODERN DAN PASAR TRADISIONAL TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KABUPATEN BOYOLALI. Tugas Akhir. Surakarta : Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012.
Semenjak pemerintah mengeluarkan kebijakan investasi asing langsung dalam sektor usaha ritel pada tahun 1998, meningkatnya persaingan antar pasar modern telah mendorong minimarket untuk membuka cabang di kota-kota kecil. Hal tersebut memicu terjadinya persaingan antara pasar modern dengan pasar tradisional. Baik pasar tradisional maupun pasar modern diketahui sama-sama memberikan kontribusi terhadap nilai PDRB melalui nilai retribusi. Oleh karena itu, persaingan antara pasar modern dengan pasar tradisional juga memberikan pengaruh terhadap naik turunnya nilai PDRB. Berdasarkan fakta-fakta yang dijelaskan diatas, maka diadakan penelitian mengenai pengukuran dampak pasar modern dan pasar tradisional terhadap kontribusi Produk Domestik Bruto di Kabupaten Boyolali.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model untuk mengetahui dampak pasar modern dan pasar tradisional terhadap Produk Domestic Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Boyolali. Variabel yang digunakan terdiri dari variabel dependen dan independen. Variabel independen meliputi jumlah unit pasar tradisional, omzet, jumlah tenaga kerja, jumlah pemasok, dan jumlah pedagang serta dummy kecamatan 1, 2 dan 3. Variabel independen tersebut digunakan untuk menjelaskan variabel dependen yang digunakan yaitu nilai PDRB. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi log linear berganda dengan software SPSS 17. Data penelitian yang digunakan adalah data sekunder dengan jenis data runtut waktu (time series dari tahun 2006 – 2010). Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Boyolali dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Boyolali.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang memberikan pengaruh signifikan terhadap PDRB adalah variabel omzet dan dummy kecamatan 3. Kedua variabel tersebut memberikan pengaruh yang bersifat positif terhadap PDRB. Pada uji secara serentak diperoleh semua variabel dependen secara bersama-sama memberikan pengaruh secara signifikan terhadap nilai PDRB.
commit to user
viii ABSTRACT
Fitri Hayati, NIM : I 1305030. MEASUREMENT MODEL OF MODERN AND TRADITIONAL MARKET IMPACT ON THE BRUTO REGIONAL DOMESTIC PRODUCT (PDRB) OF BOYOLALI REGENCY. Thesis. Surakarta: Industrial Engineering Department Faculty of Engineering, Sebelas Maret University, in July 2012.
Since the government enacted the Policy of Direct Foreign Investment in retail sector in 1998, the increasing competition among modern markets has stimulated minimarket to open their new branch in small towns. Those trigger a competition between modern and traditional market. As we know both modern and traditional markets contribute to the PDRB value by giving retribution to the local government. Therefore, their competition brings effect on the value of PDRB of Boyolali Regency. Based on those facts, it is then important to do a research dealing with measurement of modern and traditional market impact on the Bruto Regional Domestic Product of Boyolali Regency.
The purpose of this study is to develop some models to know the impact of modern and traditional market on the PDRB of Boyolali Regency. Variables used in this research consist of dependent and independent variables. Independent variables consist of unit number of traditional market, turnover value of traditional market, the number of traditional market suppliers, the number of traditional market’s seller, the number of traditional market labors, dummy variables 1, 2 and 3. The independent variables are used to predict the value of dependent variable PDRB. The method used in this study is log linear regression analysis applying SPSS 17 software. The data used in this research is secondary data using time series data (time series from 2006 – 2010). The data were provided by Statistic Centre Corporation and Industrial and Commerce Department of Boyolali Regency Government.
The result of the research shows that the variables which provide significant impact on the PDRB are the turnover value and the 3rd Dummy group. Those variables give positive impact on the PDRB. From the simultaneous test, it is obtained that all independent variables give significant impact on the PDRB.
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR VALIDASI ... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ... iv
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR PERSAMAAN ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ... I-1
1.2. Perumusan Masalah ... I-4
1.3. Tujuan Penelitian ... I-4
1.4. Manfaat Penelitian ... I-4
1.5. Batasan Masalah ... I-4
1.6. Asumsi ... I-5
1.7. Sistematika Penulisan ... I-5
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Pasar ... II-1
2.1.1. Pasar Tradisional ... II-1
2.1.2. Pasar Modern ... II-5
2.2. Persaingan Pasar ... II-7
2.3. Profil Kabupaten Boyolali ... II-9
commit to user
x
2.5. Regresi Linear Berganda ... II-21
2.6. Regresi Log Linear Berganda ... II-25
2.7. Variabel Dummy ... II-26
2.8. Uji Asumsi Klasik ... II-27
2.8.1. Uji Multikolinearitas ... II-27
2.8.2. Uji Heteroskedastisitas ... II-28
2.8.3. Uji Autokorelasi ... II-29
2.9. Penelitian Terdahulu ... II-30
2.10. Kerangka Konseptual ... II-32
2.11. Hipotesa Penelitian ... II-35
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Diagram Alir Penelitian ... III-1
3.2. Pengumpulan Data ... III-2
3.3. Pengolahan Data ... III-3
3.4. Analisis dan Interpretasi Hasil... III-7
3.5. Kesimpulan dan Saran ... III-8
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1. Pengumpulan Data ... IV-1
4.1.1. Deskripsi Statistik Keseluruhan Sampel ... IV-1
4.1.2. Deskripsi Statistik Kelompok Kecamatan Berdasarkan
Jumlah Pasar Modern Tiap Kecamatan ... IV-3
4.1.2.1. Deskripsi Statistik Kelompok I... IV-3
4.1.2.2. Deskripsi Statistik Kelompok II ... IV-4
4.1.2.3. Deskripsi Statistik Kelompok III ... IV-6
4.2. Dugaaan Hubungan Variabel Dependen dan Independen ... IV-7
4.3. Pengolahan Data Dengan Model Awal ... IV-9
4.3.1. Uji Goodness of Fit ... IV-9
4.3.2. Uji Asumsi Klasik ... IV-11
4.4. Pengolahan Data Dengan Model Akhir ... IV-15
4.4.1. Uji Goodness of Fit ... IV-15
commit to user
xi
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
5.1 Analisis Persamaan Regresi Dengan 8 Variabel Bebas ... V-1
5.2 Analisis Persamaan Regresi Dengan 6 Variabel Bebas ... V-5
5.3 Analisis Pengaruh Pasar Modern Terhadap PDRB ... V-8
5.4 Analisis Model Terpilih ... V-9
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan ... VI-1
6.2. Saran ... VI-1
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Karakteristik Antara Pasar Tradisional Dengan
Pasar Modern ... II-2
Tabel 2.2 Klasifikasi Fasilitas Perdagangan ... II-4
Tabel 2.3 Karakteristik Pasar-pasar Modern ... II-6
Tabel 2.4 Perkembangan PDRB Sektor Perdagangan di Kabupaten
Boyolali Tahun 2006-2010 ... II-4
Tabel 2.5 Perkembangan Jumlah Unit Dagang di Kabupaten Boyolali
Tahun 2006-2010 ... II-4
Tabel 2.6 Perbandingan Tingkat Kepadatan Penduduk, Pertumbuhan Penduduk, dan Jumlah Unit Pasar di Tiap Kecamatan
di Kabupaten Boyolali ... II-7
Tabel 2.7 Perkembangan Berbagai Konsep dan Penelitian Tentang
Pasar Tradisional dan Pasar Modern ... II-10
Tabel 2.8 Daftar Hipotesa Penelitian ... II-35
Tabel 4.1 Deskripsi Statistik Untuk Keseluruhan Kecamatan ... IV-1
Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Kelompok I ... IV-3
Tabel 4.3 Deskripsi Statistik Kelompok II ... IV-5
Tabel 4.4 Deskripsi Statistik Kelompok III ... IV-6
Tabel 4.5 Dugaan Hubungan Variabel Dependen dan Independen ... IV-8
Tabel 4.6 Nilai Signifikansi Uji F Model Awal ... IV-9
Tabel 4.7 Koefisien Determinasi Model Awal ... IV-0
Tabel 4.8 Signifikansi Dengan Uji t Model Awal... IV-11
Tabel 4.9 Nilai VIF Variabel-variabel Independen Model Awal ... IV-12
Tabel 4.10 Signifikansi Dengan Uji Park Model Awal ... IV-14
Tabel 4.11 Signifikansi Dengan Uji Glejser Model Awal ... IV-14
Tabel 4.12 Nilai Signifikansi Uji F Model Akhir ... IV-16
Tabel 4.13 Koefisien Determinasi Model Akhir ... IV-17
Tabel 4.14 Signifikansi Dengan Uji t Model Akhir ... IV-17
Tabel 4.15 Nilai VIF Variabel-variabel Independen Model Akhir ... IV-18
Tabel 4.16 Signifikansi Dengan Uji Park Model Akhir ... IV-20
commit to user
xiii
Table 5.1 Uji Goodness of Fit Model Dengan 8 Variabel Bebas... V-1
Tabel 5.2 Uji Asumsi Klasik Model Dengan 8 Variabel Bebas ... V-3
Table 5.3 Uji Goodness of Fit Model Dengan 6 Variabel Bebas... V-5
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Segmen Ritel Modern dan Ritel Tradisional... II-7
Gambar 2.2 Perang Antar Saluran ... II-8
Gambar 2.3 Jarak Antar Kecamatan di Kabupaten Boyolali ... II-9
Gambar 2.4 Peta Bentuk Medan Kabupaten Boyolali ... II- 10
Gambar 2.5 Kerangka Konseptual ... II-34
Gambar 3.1 Diagam Alir Penelitian... III-1
Gambar 4.1 Scatterplot Regresi Model Awal ... IV-13
commit to user
xv
DAFTAR PERSAMAAN
Persamaan 2.1 Persamaan Matematis ... II-19
Persamaan 2.2 Persamaan Ekonometri ... II-20
Persamaan 2.3 Persamaan Regresi Linear Berganda ... II-23
Persamaan 3.1 Persamaan Regresi Linear Berganda Dengan 8
Variabel Bebas ... III- 3
Persamaan 3.2 Persamaan Regresi Log Linear Berganda Dengan 8
Variabel ... III-4
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
L. 1.1 Data Mentah Penelitian ... L-1
commit to user
V-1 BAB V
ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
5.1. Analisis Persamaan Regresi Dengan 8 Variabel Bebas
Pada persamaan regresi berganda dengan menggunakan 8 variabel
bebas, dilakukan dua kali perhitungan yaitu dengan menggunakan persamaan
regresi linear dan persamaan regresi log linear. Persamaan regresi linear
digunakan untuk memperkirakan nilai variabel dependen terkait dengan
perubahan nilai variabel bebasnya, sedangkan persamaan regresi log linear
digunakan untuk memperkirakan besarnya perubahan proporsional (elastisitas)
variabel dependen berdasarkan perubahan nilai variabel bebasnya. Pada kedua
persamaan tersebut dilakukan uji Goodness of Fit dan uji asumsi klasik. Hasil
uji Goodness of Fit untuk kedua jenis persamaan tersebut dapat dilihat pada
Uji Goodness of Fit digunakan untuk menaksir ketepatan suatu model
regresi dalam menaksir nilai aktual. Secara statistik, uji ini dapat diukur dari
commit to user
V-2
Dari Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa pada persamaan regresi linear,
koefisien F adalah sebesar 37.240 dengan signifikansi dibawah 0.05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel bebas yang digunakan dalam persamaan
secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap nilai PDRB. Hasil uji t
menunjukkan bahwa tingkat signifikansi untuk semua variabel masih berada
dibawah 0.05, sehingga dapat disimpulkan secara masing-masing, variabel
jumlah unit pasar tradisional, omzet, jumlah pemasok, jumlah tenaga kerja,
jumlah pedagang, variabel dummy 1, dummy 2, dan variabel dummy
kelompok 3 mempunyai pengaruh terhadap nilai PDRB. Pada persamaan ini
nilai adjusted R² adalah sebesar 0.730 yang artinya variansi nilai PDRB dapat
dijelaskan oleh variabel bebas yang digunakan sebesar 73%. Sedangkan
sisanya yaitu 27% dijelaskan oleh penyebab-penyebab lain diluar model. Nilai
SEE diperoleh sebesar 15.78807. Makin kecil nilai SEE akan membuat model
regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.
Pada persamaan regresi log linear diperoleh nilai F sebesar 44.962
dengan signifikansi dibawah 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa besarnya
persentase perubahan nilai pada variabel bebas secara bersama-sama
memberikan pengaruh terhadap besarnya persentase perubahan nilai PDRB.
Hasil uji t menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai signifikansi
dibawah 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa besarnya persentase
perubahan nilai pada variabel jumlah unit pasar tradisional, omzet, jumlah
tenaga kerja, jumlah pedagang, jumlah pemasok , variabel dummy 1, dummy 2,
dan dummy 3, masing - masing memberikan pengaruh terhadap besarnya
persentase perubahan nilai PDRB. Pada persamaan ini diperoleh nilai adjusted
R² sebesar 0.776 yang artinya variansi persentase perubahan nilai PDRB dapat
dijelaskan oleh variabel bebas yang digunakan sebesar 77.6%. Sedangkan
sisanya yaitu 22.4% dijelaskan oleh penyebab-penyebab lain diluar model.
Nilai SEE diperoleh sebesar 0.15949. Makin kecil nilai SEE akan membuat
model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.
Selain uji Goodness of Fit untuk memperoleh model yang memenuhi
commit to user
V-3
yang meliputi uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heterokedastisitas.
Hasil dari uji asumsi klasik pada persamaan regresi dengan menggunakan 8
variabel bebas dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Uji Asumsi Klasik
No Parameter
Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel-variabel
bebas. Multikolinearitas dapat dilihat dari Variace Inflation factor (VIF). Dari
Tabel 5.2 diperoleh nilai-nilai VIF variabel-variabel pada persamaan regresi
linear maupun log linear. Nilai VIF yang diperbolehkan adalah tidak boleh
lebih dari 10. Pada persamaan regresi linear, variabel jumlah unit pasar
tradisional dan jumlah tenaga kerja memiliki nilai VIF lebih dari 10. Hal yang
sama dapat dilihat pada persamaan regresi log linear dimana variabel jumlah
unit pasar tradisional dan jumlah tenaga kerja memiliki nilai VIF lebih dari 10,
sehingga dapat disimpulkan bahwa masih terjadi multikolinearitas pada kedua
commit to user
V-4
Uji autokorelasi dilakukan dengan melihat koefisien Durbin Watson
hasil persamaan. Dari hasil persamaan diperoleh nilai DW sebesar 1.117 untuk
persamaan regresi linear dan 1.355 untuk persamaan regresi log linear . Kedua
nilai tersebut berada diantara -2 dan +2 sehingga dapat disimpulkan bahwa
kedua persamaan tersebut bebas dari gejala autokorelasi.
Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat scatterplot
hasil persamaan, maupun dengan uji Park dan uji Glejser. Dari hasil scatterplot
(lampiran 2) baik pada persamaan regresi linear maupun log linear, titik-titik
menyebar baik dibawah maupun diatas angka nol pada sumbu Y, sehingga dari
gambar dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas pada kedua
persamaan tersebut. Uji heteroskedastisitas dengan uji Park dilakukan dengan
mengkuadratkan nilai residual. Dari hasil persamaan regresi linear dengan
menggunakan uji Park diperoleh terdapat variabel yang masih memiliki nilai
signifikansi dibawah 0.05, sehingga dapat disimpulkan masih terjadi
heteroskedastisitas pada persamaan tersebut. Dari hasil uji Park pada
persamaan regresi log linear diperoleh semua variabel memiliki signifikansi
diatas 0.05 sehingga disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas pada
persamaan.
Uji heteroskedastisitas juga dapat dilakukan dengan menggunakan uji
Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan mengabsolutkan residual. Dari hasil uji
Glejser pada persamaan regresi linear diperoleh semua variabel memiliki
signifikansi diatas 0.05 sehingga disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model. Hasil uji Glejser pada persamaan regresi log
linear juga menunjukkan hal yang sama yaitu semua variabel memiliki
signifikansi diatas 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model.
Dari Tabel 5.2 dan Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa persamaan regresi
linear dan log linear dengan menggunakan dummy pasar modern yang
commit to user
V-5
model yang BLUE karena kedua model tersebut masih mengalami gejala
multikolinearitas.
5.2. Analisis Persamaan Regresi Dengan Menggunakan 6 Variabel Bebas
Pada hasil persamaan dengan menggunakan 8 variabel bebas, baik
pada persamaan regresi linear maupun log linear diperoleh terdapat variabel
yang memiliki nilai VIF diatas 10, yang artinya masih terjadi multikolinearitas
pada kedua model tersebut. Untuk menghilangkan multikolinearitas, kembali
dilakukan persamaan regresi dengan menghilangkan variabel jumlah tenaga
kerja dan jumlah pemasok. Pada hasil perhitungan dengan menggunakan
persamaan regresi yang baru kembali dilakukan uji Goodness of Fit dan uji
asumsi klasik. Hasil dari uji Goodness of Fit dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Uji Goodness of Fit
Uji Goodness of Fit dapat diukur dari nilai statistik t, nilai statistik F,
dan koefisien determinasinya. Dari Tabel 5.3 diperoleh nilai F untuk
persamaan regresi linear sebesar 40.127 dengan signifikansi dibawah 0.05 yang
artinya bahwa variabel jumlah unit pasar tradisional, omzet, jumlah pedagang,
dummy 1, dummy 2, dan dummy 3 mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap nilai PDRB. Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara
commit to user
V-6
pada persamaan regresi linear diperoleh nilai signifikansi untuk variabel omzet,
jumlah pedagang, dan dummy 3 berada dibawah 0.05, sedangkan untuk
variabel lain masih mempunyai signifikansi diatas 0.05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel omzet, jumlah pedagang, dan dummy 3 secara
masing-masing mempunyai pengaruh terhadap nilai PDRB.
Pada persamaan ini diperoleh nilai koefisien determinasi (adjusted R²)
sebesar 0.675. Hal ini dapat diartikan bahwa variansi nilai PDRB dapat
dijelaskan oleh variansi nilai variabel jumlah unit pasar tradisional, omzet,
jumlah pemasok, dummy 1, dummy 2, dan dummy 3 sebesar 67.5%.
Sedangkan sisanya yaitu 32.5% dijelaskan oleh penyebab-penyebab lain diluar
model.
Pada persamaan regresi log linear diperoleh nilai F sebesar 36.707
dengan signifikansi dibawah 0.05 (lampiran 2), sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel Ln jumlah unit pasar tradisional, Ln omzet, Ln jumlah
pedagang, variabel dummy 1, dummy 2, dan dummy 3 secara bersama – sama
memberikan pengaruh terhadap persentase perubahan nilai PDRB. Dari hasil
uji t diperoleh hanya 2 variabel bebas yaitu variabel omzet, dan variabel
dummy 3, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel ln omzet, dummy 1, dan
dummy 3 secara masing masing mempengaruhi elastisitas (Ln) PDRB. Pada
persamaan ini koefisien determinasinya adalah sebesar 0.667 yang artinya
variansi Ln PDRB dapat dijelaskan oleh variansi variabel Ln jumlah unit pasar
tradisional, omzet, jumlah pedagang, dummy 1, dummy 2, dan dummy 3
sebesar 66.7%. Sedangkan sisanya yaitu 33.3% dijelaskan oleh
penyebab-penyebab lain diluar model.
Uji asumsi klasik diperlukan untuk mendapatkan model persamaan
yang memenuhi syarat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Untuk
memenuhi syarat tersebut dilakukan uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan
uji heteroskedastisitas. Hasil dari uji asumsi klasik pada persamaan regresi
commit to user
V-7
Tabel 5.4. Uji Asumsi Klasik
No Parameter
Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel-variabel
bebas. Multikolinearitas dapat dilihat dari Variace Inflation factor (VIF). Dari
Tabel 5.4 diperoleh nilai-nilai VIF variabel-variabel pada persamaan regresi
linear maupun log linear. Nilai VIF yang diperbolehkan adalah tidak boleh
lebih dari 10. Pada persamaan regresi linear, semua variabel memiliki nilai
VIF dibawah 10. Hal yang sama dapat dilihat pada persamaan regresi log linear
dimana semua variabel memiliki nilai VIF dibawah 10, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas pada kedua model tersebut.
Uji autokorelasi dilakukan dengan melihat koefisien Durbin Watson
hasil persamaan. Dari hasil persamaan diperoleh nilai DW sebesar 0.903 untuk
persamaan regresi linear dan 1.454 untuk persamaan regresi log linear. kedua
nilai tersebut berada diantara -2 dan +2 sehingga dapat disimpulkan bahwa
kedua persamaan tersebut bebas dari gejala autokorelasi.
Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat scatterplot
hasil persamaan, maupun dengan uji Park dan uji Glejser. Dari hasil scatterplot
(lampiran 2) baik pada persamaan regresi linear maupun log linear, titik-titik
menyebar baik dibawah maupun diatas angka nol pada sumbu Y, sehingga dari
commit to user
V-8
persamaan tersebut. Uji heteroskedastisitas dengan uji Park dilakukan dengan
mengkuadratkan nilai residual. Dari hasil persamaan regresi linear dengan
menggunakan uji Park diperoleh nilai signifikansi untuk semua variabel bebas
berada diatas 0.05, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas
pada persamaan tersebut. Dari hasil uji Park pada persamaan regresi log linear
diperoleh semua variabel memiliki signifikansi diatas 0.05 sehingga
disimpulkan tidakterjadi heteroskedastisitas pada persamaan.
Uji heteroskedastisitas juga dapat dilakukan dengan menggunakan uji
Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan mengabsolutkan residual. Dari hasil uji
Glejser pada persamaan regresi linear diperoleh terdapat 1 variabel yang masih
memiliki signifikansi dibawah 0.05 sehingga disimpulkan bahwa masih terjadi
heteroskedastisitas pada model. Hasil uji Glejser pada persamaan regresi log
linear semua variabel memiliki nilai signifikansi diatas 0.05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model.
Dari uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa model regresi
linear dengan variabel bebas jumlah unit pasar tradisional, omzet, jumlah
pedagang, dummy 1, dummy 2, dummy 3, masih mengalami
heteroskedastisitas, sehingga dapat disimpulkan bahwa model belum
memenuhi persyaratan sebagai Best Linear Unbiased Estimator (BLUE).
Sedangkan model regresi log linear dengan variabel bebas jumlah unit pasar
tradisional, omzet, jumlah pedagang, dummy 1, dummy 2, dan dummy 3 bebas
dari gejala autokorelasi, mulikolinearitas, dan heteroskedastisitas sehingga
dapat disimpulkan bahwa model sudah memenuhi persyaratan sebagai Best
Linear Unbiased Estimator.
5.3. Analisis Pengaruh Pasar Modern Terhadap PDRB
Dari table 5.3 dapat dilihat bahwa koefisien untuk dummy 2 adalah
sebesar 0.046 dan koefisien untuk dummy 3 adalah sebesar 0.245. Namun
variabel dummy 3 mempunyai pengaruh yang lebih signifikan terhadap
variabel bebas PDRB terbukti dengan tingkat signifikansi 0.000, sedangkan
commit to user
V-9
0.384. Dari angka-angka tersebut dapat disimpulkan bahwa kelompok
kecamatan dengan pasar modern lebih dari 8 unit memberikan pengaruh positif
terhadap persentase kenaikan nilai PDRB secara signifikan.
5.4. Analisis Model Terpilih
Pada bagian ini akan membahas mengenai model yang memenuhi
persyaratan sebagai Best Linear Unbiased Estimator (BLUE). Dari 4
persamaan yang dibuat, hanya ada 1 persamaan yang memenuhi syarat sebagai
Best Linear Unbiased Estimator (BLUE). Persamaan tersebut adalah
persamaan regresi log linear dengan menggunakan 6 variabel bebas. Secara
matematis, persamaan tersebut dirumuskan sebagi berikut :
Ln PDRB = 4.616 + 0.067 Ln jumlah unit pasar tradisional + 0.161 Ln omzet +
0.004 Ln jumlah pedagang + 0.046 dummy 2 + 0.245 dummy 3 +
0.19422 ... (5.1)
Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa dengan
mengasumsikan nilai variabel bebas lain adalah tetap, maka :
1. Peningkatan nilai jumlah unit pasar tradisional sebesar 1% akan
meningkatkan nilai PDRB sebesar 0.067% .
2. Peningkatan nilai omzet sebesar 1% akan meningkatkan nilai PDRB
sebesar 0.161%.
3. Peningkatan nilai jumlah pedagang sebesar 1% akan meningkatkan nilai
kenaikan PDRB sebesar 0.004%.
4. Peningkatan nilai variabel dummy 2 sebesar 1% akan meningkatkan nilai
PDRB sebesar 0.046%.
5. Peningkatan nilai variabel dummy 3 sebesar 1% akan meningkatkan nilai
PDRB sebesar 0.245%.
Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa semua variabel
mempunyai angka koefisien positif. Nilai – nilai positif tersebut menunjukkan
bahwa semua variabel bebas mempunyai pengaruh positif terhadap variabel
terikat. Angka koefisien yang positif juga dapat dilihat pada variabel dummy.
commit to user
V-10
variabel dummy 3 adalah 0245. Perbedaan angka koefisien tersebut
menunjukkan bahwa besarnya pengaruh kelompok kecamatan dengan jumlah
pasar modern 5-8 unit terhadap besarnya presentase perubahan nilai PDRB
berbeda dengan besarnya pengaruh kelompok kecamatan yang memiliki > 8
unit pasar modern. Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa kelompok
dummy 3 memberikan pengaruh yang lebih tinggi terhadap persentase
perubahan nilai PDRB daripada kelompok dummy 2. Dari hasil uji t, variabel
yang secara signifikan mempengaruhi persentase perubahan nilai PDRB adalah
variabel omzet dan dummy 3. Variabel jumlah unit pasar tradisional, jumlah
commit to user
I-1 BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pasar dalam pengertian aslinya menurut Kotler (1998) didefinisikan
sebagai suatu tempat fisik dimana pembeli dan penjual berkumpul untuk
mempertukarkan barang dan jasa. Pasar mempunyai kaitan yang erat dengan
kegiatan ekonomi masyarakat, baik produksi, distribusi, maupun konsumsi. Di
Indonesia, terdapat 2 jenis pasar yaitu pasar tradisional dan pasar modern.
Perbedaan mendasar antara kedua jenis pasar tersebut terletak pada sistem
manajemennya. Pasar tradisional menggunakan sistem manajemen sederhana
dimana setiap pedagang hanya memiliki satu jenis usaha dan terdapat tawar
menawar harga dalam transaksi jual beli yang dilakukan antara pembeeli dan
penjual. Sedangkan pasar modern menerapkan sistem manajemen yang yang lebih
terstruktur dengan ciri-ciri penetapan harga pas (fixed price) dan satu pedagang
menjual lebih dari satu jenis usaha.
Menurut CESS (1998), salah satu perbedaan karakteristik antara pasar
modern dengan pasar tradisional adalah pada konsumen yang berbelanja pada
kedua jenis pasar tersebut, dimana konsumen pasar tradisional kebanyakan berasal
dari golongan menengah ke bawah, sedangkan konsumen pasar modern
kebanyakan berasal dari golongan menengah keatas. Dari perbedaan tersebut
dapat dilihat bahwa pasar tradisional dan pasar modern memiliki pangsa pasar
yang berbeda. Karena itu seharusnya tidak terjadi persaingan dalam
memperebutkan konsumen dan pertumbuhan kedua jenis pasar tersebut dapat
berjalan dengan seimbang.
Semenjak pemerintah mengeluarkan kebijakan investasi asing langsung
dalam sektor usaha ritel pada tahun 1998, meningkatnya persaingan antar pasar
modern telah mendorong minimarket untuk membuka cabang di kota-kota kecil
dalam rangka mencari pelanggan dan terjadinya perang harga. Akibatnya pasar
modern yang semula hanya melayani masyarakat kelas menengah keatas pada
awal 1990-an (CPIS, 1994), kini juga dapat memungkinkan masyarakat kelas
commit to user
I-2
berpengaruh pada usaha para pedagang tradisional di sekitarnya. Menurut laporan
AC Nielsen Asia Pacific Retail and Shopper Trend 2005, kecenderungan publik
untuk berbelanja dipasar tradisional mengalami penurunan sebesar 2% per tahun,
sedangkan supermarket mengalami pertumbuhan dengan rata-rata 15% per tahun.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suryadarma dkk. (2007) pedagang
pasar tradisional menyebutkan supermarket sebagai pesaing terberat kedua setelah
pedagang lain dalam pasar tradisional yang sama.
Terjadinya persaingan antara pasar modern dan tradisional menunjukkan
tidak seimbangnya pertumbuhan pasar modern dan pasar tradisional. Pola
pertumbuhan pasar modern yang tidak seimbang dengan pertumbuhan pasar
tradisional tersebut juga terjadi di Kabupaten Boyolali. Pasar modern mengalami
pertumbuhan rata-rata sebesar 4,5% per tahun dari tahun 2006-2010. Sedangkan
pertumbuhan pasar tradisional masih fluktuatif dengan rata-rata pertumbuhan
sebesar 2.71% dari tahun 2006-2010. Pertumbuhan pasar tradisional masih
fluktuatif dengan penurunan pada tahun 2006-2008 dan pada tahun 2009-2010.
Pasar tradisional hanya mengalami peningkatan pada tahun 2008-2009.
Sebaliknya pasar modern mengalami kenaikan pada tahun 2007-2008 dan
penurunan pada tahun 2008-2009. Pada tahun 2010 pasar modern kembali
mengalami kenaikan sebesar 4.9%. Secara rata-rata keduanya mengalami
pertumbuhan namun dengan tingkat yang berbeda. Pasar modern mengalami
pertumbuhan yang cukup pesat yaitu 4,8% tiap tahun diikuti oleh pertumbuhan
pasar tradisional yang cukup lambat yaitu pada tingkat 0.35% tiap tahun dari
tahun 2006-2010.
Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa pada periode tertentu
pertumbuhan jumlah unit pasar tradisional seiring dengan pertumbuhan jumlah
unit pasar modern, namun pada periode lain pertumbuhan kedua jenis pasar
tersebut berbanding terbalik. Tingginya pertumbuhan pasar modern tersebut
menunjukkan penambahan unit pasar modern yang cukup tinggi. Sekretaris
Paguyuban Pedagang Pasar Kota Boyolali, Ichsanuddin, menyatakan salah satu
faktor utama yang membuat pasar terpuruk adalah banyaknya toko modern,
commit to user
I-3
para pedagang pasar tradisional berpendapat bahwa bertambahnya pasar modern
mengancam keberadaan pasar tradisional. Oleh karena itu puluhan pedagang
pasar tradisional menuntut pemerintah segera membuat Peraturan Daerah
mengenai penataan pasar modern dan pasar tradisional yang saat ini belum
dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Boyolali. Mereka menuntut Peraturan
Daerah yang dapat melindungi pasar tradisional dari dampak persaingan yang
tidak sehat antara pasar tradisional dengan pasar modern.
Beberapa kota disekitar Boyolali yang saat ini telah memiliki PERDA
penataan pasar tradisional dan pasar modern antara lain Surakarta dan Jogjakarta.
Untuk Surakarta PERDA yang digunakan adalah PERDA no 5 tahun 2011 tentang
Penataan dan Pembinaan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Dalam PERDA
tersebut jarak minimal antara minimarket/toko modern yang diijinkan adalah 500
meter. Sedangkan Jogjakarta menggunakan Peraturan Walikota no 79 tahun 2010
tentang pembatasan usaha waralaba minimarket di Jogjakarta. Dalam peraturan
tersebut, jarak minimal antara minimarket dan pasar tradisional yang diijinkan
adalah 400 m dengan jumlah maksimal minimarket berbeda untuk tiap kecamatan.
Mengacu pada Peraturan Walikota Jogjakarta mengenai Pembatasan
Waralaba, kebutuhan ideal pasar modern baik berupa supermarket, minimarket,
maupun hypermarket bisa saja berbeda tergantung karakteristik dari
masing-masing kecamatan. Selain itu baik pasar modern maupun pasar tradisional,
keduanya sama-sama memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dan PDRB dari sektor perdagangan.
Karena itu, untuk memaksimalkan nilai PDRB dari sektor perdagangan,
sudah seharusnya Pemerintah memberikan Peraturan Daerah yang mengatur
penataan kedua jenis pasar tersebut supaya pertumbuhan keduanya dapat berjalan
dengan seimbang. Dan untuk menerapkan Peraturan Daerah yang tepat perlu
diketahui kondisi persaingan antara pasar tradisional dan pasar modern di
Kabupaten Boyolali.
Berdasarkan fakta-fakta yang dijelaskan diatas, maka diadakan penelitian
mengenai model pengukuran dampak pasar modern dan pasar tradisional
commit to user
I-4 I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana cara mengukur dampak pasar modern dan pasar
tradisional terhadap Produk Domestik Regional Bruto di Kabupaten Boyolali.
I.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mengembangkan model untuk
mengetahui dampak pasar modern dan pasar tradisional terhadap Produk
Domestic Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Boyolali.
I.4. Manfaat Penelitian
Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun praktis sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
mengetahui model ekonometri yang dapat digunakan untuk memprediksi
dampak keberadaan pasar modern terhadap pedagang pasar tradisional.
2. Manfaat Praktis
Sebagai manfaat praktis, penelitian ini diharapkan dapat masukan sebagai
dasar pengambilan keputusan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali
dalam menentukan kebijakan mengenai Penataan Pasar Tradisional dan
Pasar Modern di Kabupaten Boyolali.
I.5. Batasan Masalah
Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian tidak terlalu luas dan
memperjelas objek penelitian yang dilakukan. Batasan masalah dalam penelitian
ini adalah :
1. Pasar tradisional yang diteliti adalah pasar tradisional yang ada di Boyolali
commit to user
I-5
2. Pasar modern yang diteliti adalah semua jenis pasar modern baik
supermarket, hypermarket, maupun minimarket yang telah beroperasi di
daerah sejak tahun 2006-2010.
3. Penelitian dibatasi pada dampak pasar modern dan pasar tradisional
terhadap PDRB Kabupaten Boyolali dengan pasar modern sebagai variabel
dummy.
4. PDRB yang dikaji dalam penelitian ini adalah PDRB di bidang
perdagangan.
I.6. Asumsi
Asumsi digunakan untuk menyederhanakan kompleksitas permasalahan
yang diteliti. Asumsi yang digunakan dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah
sebagai berikut :
1. Kata pasar modern merujuk pada supermarket, hypermarket, maupun
minimarket yang beroperasi di Wilayah Kabupaten Boyolali.
2. Kata pasar merujuk pada pasar tradisional yang ada di Boyolali kecuali
disebutkan secara khusus.
I.7. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk memberikan
kemudahan dan pemahaman mengenai hasil penelitian Tugas Akhir. Adapun
sistematika yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan latar belakang penelitian, perumusan
masalah tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah,
asumsi yang digunakan, dan sistematika penulisan laporan Tugas
commit to user
I-6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini diuraikan konsep dan studi literatur mengenai pasar
tradisional, pasar modern, regresi berganda, PDRB, serta
hasil-hasil penelitian sebelumnya. Selain itu, peneliti juga akan
menyajikan hipotesis yang akan digunakan untuk penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini menjelaskan tentang tahapan penyelesaian masalah
secara umum secara terstruktur dan sistematis yang digambarkan
dalam flow chart yang disertai dengan penjelasan singkat.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini menjelaskan tentang proses pengumpulan data dan
pengolahan data yang diperlukan untuk penyelesaian masalah.
Data yang diperoleh merupakan hasil penelitian dilapangan baik
hasil observasi maupun literatur.
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Bab ini menyajikan analisis dan hasil interpretasi dari hasil
pengolahan data yang dilakukan untuk memperoleh kesimpulan.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan
serta saran-saran yang dapat diberikan sebagai hasil dari
commit to user
II-1 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar
Secara umum, pasar dapat didefinisikan sebagai tempat bertemunya
penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli. Kotler (1998)
mendefinisikan pasar dari berbagai sisi yaitu :
1. Dalam pengertian aslinya yaitu suatu tempat fisik dimana pembeli dan
penjual berkumpul untuk mempertukarkan barang dan jasa.
2. Bagi seorang ekonom yaitu semua pembeli dan penjual yang membeli dan
melakukan transaksi atas barang/jasa tertentu.
3. Bagi seorang pemasar yaitu sebagai himpunan dari semua pembeli nyata
dan pembeli potensial dari pada suatu produk.
Dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor
53/M-DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional,
Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern, pasar didefinisikan sebagai area tempat
jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai
pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan
maupun sebutan lainnya.
Berdasarkan pola manajemen yang dipakai, pasar dapat dibedakan
menjadi dua kelompok besar yaitu :
1. Pasar Tradisional
Pasar yang masih menggunakan pola manajemen yang sangat sederhana
dengan ciri-cirinya setiap pedagang mempunyai satu jenis usaha, adanya
interaksi antara penjual dan pembeli (tawar menawar harga), penempatan
barang dijajar kurang tertata rapi, kenyamanan dan keamanan kurang
diperhatikan.
2. Pasar Modern
Pasar yang sudah memakai pola-pola manajemen modern, dengan ciri-ciri
jenis barang dagangan yang dilakukan oleh satu pedagang, harga tetap
(fixed), tata letak barang dagangan teratur dengan baik dan rapi,
commit to user
II-2
Perbedaan karakteristik antara pasar tradisional dan modern dapat dilihat
pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Perbedaan Karakteristik antara Pasar Tradisional dengan Pasar Modern
No Aspek Pasar Tradisional Pasar Modern
1 Histori Evolusi Panjang Fenomena Baru
2 Fisik Kurang Baik, Sebagian baik Baik dan mewah
3 Pemilikan
5 Konsumen Golongan menengah kebawah Umumnya golongan
menengah keatas
6 Metode
Pembayaran
Ciri dilayani, tawar menawar Ada ciri swalayan, pasti
7 Status Tanah Tanah Negara, sedikit sekali
swasta
Tanah swata/ perorangan
8 Pembiayaan Kadang-kadang ada subsidi Tidak ada subsidi
9 Pembangunan Umumnya pembangunan
dilakukan oleh Pemda/ desa /
commit to user
II-3 2.1.1 Pasar Tradisional
Menurut Peraturan Menteri Perdagangan RI No
53/M-DAG/PER/12/2008 tentang pedoman penataan dan pembinaan pasar
tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern, pasar tradisional didefinisikan
sebagai :
“Pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah
termasuk kerjasama dengan swasta setempat berupa toko, kios, los, dan tenda
yang dimiliki / dikelola oleh pedagang kecil menengah, swadaya masyarakat
atau koperasi dengan skala usaha kecil, modal kecil, dan dengan proses jual
beli barang dagangan melalui tawar menawar.”
Dalam Peraturan Menteri Perdagangan RI No 49 tahun 2010 tentang
petunjuk teknis penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang sarana
perdagangan tahun anggaran 2011, karakteristik pasar tradisional yang
diharapkan adalah :
i Cakupan wilayah.
Pembangunan/pengembangan pasar berada dalam wilayah pemukiman
diutamakan pada tingkat kecamatan maupun pedesaan;
ii Waktu beroperasi secara reguler atau rutin.
Pasar yang beroperasi secara rutin dan periodik seperti pasar mingguan
dan pasar harian, pasar kaget tidak termasuk dalam petunjuk teknis ini;
iii Produk yang dipasarkan berupa komoditi bahan pokok.
Pasar yang dimaksudkan dalam petunjuk teknis ini adalah pasar yang
utamanya menjual komoditi bahan pokok basah seperti sayur mayur,
buah, ikan, daging, dan bukan pasar menjual produk khusus seperti
pakaian, obat-obatan, perhiasan sebagai komoditi pendukung lainnya;
iv Kuantitas produk yang dijual secara eceran.
Pasar yang menjual produk dalam jumlah besar kepada pedagang
perantara seperti pasar grosir, pasar induk dan pasar penunjang tidak
commit to user
II-4
Selanjutnya pasar tradisional diharap mempunyai fasilitas-fasilitas
penunjang seperti :
6. Tempat Penampungan Sampah Sementara dan Tempat sampah
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 378/KPTS/1987 tentang
Pengesahan 33 Standar Konstruksi Bangunan Indonesia, mengelompokkan
fasilitas perdagangan yang didasarkan pada jenis kegiatan ekonomi, minimum
penduduk pendukung dan lokasi seperti terlihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Klasifikasi Fasilitas Perdagangan
No Jenis Kegiatan Minimum Penduduk
3 Pusat Perbelanjaan Lingkungan (Toko, Pasar)
30.000 Di pusat Lingkungan
13.500 0,45
4 Pusat Perbelanjaan dan Niaga (Toko, Pasar, Bank, Kantor,
commit to user
II-5 2.1.2 Pasar Modern
Pasar modern adalah tempat penjualan barang-barang kebutuhan
rumah tangga (termasuk kebutuhan sehari-hari), dimana penjualan dilakukan
dengan sistem swalayan konsumen mengambil sendiri barang dari rak
dagangan dan membayar ke kasir (Pandin, 2009).
Pasar modern merupakan pasar yang dikelola dengan manajemen
modern, umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan
jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen (umumnya
anggota masyarakat kelas menengah ke atas). Pasar modern antara lain mall,
supermarket, departement store, shopping centre, waralaba, toko mini swalayan,
pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya. Barang yang dijual memiliki
variasi jenis yang beragam. Selain menyediakan barang-barang lokal, pasar
modern juga menyediakan barang impor. Barang yang dijual mempunyai
kualitas yang relatif lebih terjamin karena melalui penyeleksian terlebih dahulu
secara ketat sehingga barang yang rijek/tidak memenuhi persyaratan klasifikasi
akan ditolak. Secara kuantitas, pasar modern umumnya mempunyai persediaan
barang di gudang yang terukur. Dari segi harga, pasar modern memiliki label
harga yang pasti .
Di Indonesia, pasar modern diawali dengan berdirinya Gedung Sarinah
di bilangan Thamrin pada tahun 1964. Akan tetapi kondisi ekonomi yang buruk,
ketidakstabilan harga, kemrosotan, produksi, serta situasi politik yang tidak
stabil membuat sarinah gagal dalam menjadi pelopor pasar modern di Indonesia.
Memasuki tahun 1990 an, Indonesia menjadi incaran bagi peritel asing yaitu
diawali dengan masuknya departemen store SOGO yang merupakan ritel
terbesar jepang bekerja sama dengan Gajah Tunggal. Dua tahun kemudian
masuk Metro Departement Store (ritel asal Singapura) yang bekerjasama
dengan rajawali Group, lalu diikuti oleh peritel asing serupa seperti JC Penny,
Marcks & Spencer, wallmart, dan hinggga pada tahun 1998 Carrefour masuk
sebagai transformasi pasar swalayan menjadi pasar serba ada (Hypermarket).
Saat ini terdapat beberapa peritel di Indonesia seperti Carrefour, Hypermart,
commit to user
II-6
Dalam 5 tahun terakhir, modern market telah menjadi penggerak utama
dalam perkembangan ritel modern di Indonesia. Selama tahun 2004-2008,
pertumbuhan modern market mencapai angka 19,8%, dan merupakan angka
pertumbuhan tertinggi dari berbagai jenis ritel modern yang ada di Indonesia.
Menurut Marina L Pandin dalam The Portrait of Retail Bussiness in
Indonesia : Modern Market Saat ini terdapat 3 jenis pasar modern di Indonesia
yang mendominasi pasar retail Indonesia yaitu Hypermarket, Supermarket dan
Minimarket. Karakteristik dari ketiga jenis pasar modern tersebut dapat dilihat
pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Karakteristik Pasar-pasar Modern
Uraian Minimarket Supermarket Hypermarket
Barang yang
maksimal 400 m2 4000-5000 m2 >5000 m2
Luas Lahan
Parkir
Minim Standar Sangat Luas
Modal (diluar
tanah bangunan
S/d 200 juta Rp 200 juta - Rp
10 Milyar
> Rp 10 Milyar
commit to user
II-7 2.2. Persaingan Pasar
Menurut seorang pakar ritel, Prodjolalito dalam Tambunan (2004),
permasalahan utama antara ritel modern (minimarket, supermarket dan
hypermarket) dan ritel tradisional, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta
adalah lokasi, di mana ritel modern dengan kekuatan modalnya yang luar biasa
berkembang begitu pesat yang lokasinya berdekatan dengan lokasi ritel
tradisional, padahal sudah ada Peraturan Daerah No 2 Tahun 2002 mengenai
pengaturan (izin) lokasi bagi ritel modern.
Dua komponen penting dari SK tersebut adalah jarak minimum antara
ritel modern dengan ritel tradisional, dan jam buka ritel moderen berbeda, yakni
antara jam 10 pagi hingga jam 10 malam. Perbedaan jarak ini dimaksud untuk
memberi kesempatan bagi pasar-pasar tradisional untuk tetap bisa mendapatkan
pembeli dari masyarakat sekitar pasar tersebut. Sedangkan perbedaan waktu
buka adalah untuk memberi kesempatan bagi pasar-pasar tradisional untuk tetap
mendapatkan pembeli yang ingin belanja di bawah jam 10 pagi. Meskipun
demikian, dengan berkembangnya ritel modern menyebabkan pangsa pasar
tradisional dari tahun ke tahun semakin menurun.
Berdasarkan pendapatan, konsumen dapat dibagi dalam 5 segmen,
seperti yang terlihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Segmen pasar ritel modern dan ritel tradisional
Sumber: Tambunan, (2004)
Meskipun segmen pasar ritel tradisional dan modern cenderung
berbeda, tetapi masih tetap terjadi persaingan dalam memperoleh konsumen, Special Market atau toko yang menjual
produk dengan kualitas tinggi Atas - atas
Retail Modern
Retai Tradisional
Menengah- Atas Menengah
Menengah - Bawah
commit to user
II-8
baik antar ritel tradisional dan modern, maupun intern ritel tradisional dan intern
ritel modern. (Ma’ruf, 2005).
Semenjak pemerintah mengeluarkan kebijakan investasi asing langsung
dalam sektor usaha ritel pada tahun 1998, meningkatnya persaingan antar pasar
modern telah menorong supermarket untuk membuka cabang di kota-kota kecil
dalam rangka mencari pelanggan dan terjadinya perang harga. Akibatnya
supermarket yang semula hanya melayani masyarakat kelas menengah keatas
pada awal 1990-an (CPIS, 1994), kini juga dapat memungkinkan masyarakat
kelas menengah kebawah untuk mengakses supermarket. Hal tersebut tentu saja
berpengaruh pada usaha para pedagang tradisional di sekitar Supermarket.
Menurut laporan AC Nielsen Asia Pacific Retail and Shopper Trend 2005,
kecenderungan publik untuk berbelanja dipasar tradisional mengalami
penurunan sebesar 2% per tahun, sedangkan supermarket mengalami
pertumbuhan dengan rata-rata 15% per tahun. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Suryadarma dkk (2007), pedagang pasar tradisional menyebutkan
supermarket sebagai pesaing terberat kedua setelah pedagang lain dalam pasar
tradisional yang sama. Gambaran persaingan dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Perang antar saluran
Sumber: Tambunan, (2004) Pasar Tradisional
Warung Warung
Toko Toko Supermarket Supermarket
Minimarket Minimarket Hypermarket Hypermarket
commit to user
II-9 2.3. Profil Kabupaten Boyolali
Kabupaten Boyolali merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di
Propinsi Jawa Tengah, dengan luas wilayah 1015,1010 Km². Wilayah
Kabupaten Boyolali dibatasi oleh:
- SebelahUtara : Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Semarang.
- SebelahTimur : Kab. Karanganyar, Kab. Sragen dan Kabupaten
Sukoharjo.
- SebelahSelatan : Kabupaten Klaten dan Daerah IstimewaJogjakarta.
- SebelahBarat : Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang.
Jarak bentang:
- Barat - Timur : 48 Km Utara - Selatan : 54 Km
Kabupaten Boyolali memiliki 19 Kecamatan yang tersebar dengan jarak
antar kecamatan seperti pada Gambar 2.3 berikut ini :
Boyolali
Gambar 2.3 Jarak Antar Kecamatan di Kabupaten Boyolali
commit to user
II-10
Sedangkan untuk bentuk medan Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada
Gambar 2.4.
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Boyolali 2008 Dibuat oleh BAPPEDA Kabupaten Boyolali tahun 2009
commit to user
II-11
Dalam hal perekonomian, potensi utama yang menunjang perekonomian
Kabupaten Boyolali adalah sapi perah, kerajinan tembaga, lele, dan minyak atsiri.
Pembangunan ekonomi Kabupaten Boyolali bertujuan untuk meningkatkan taraf
hidup masyarakat, memperluas lapangan pekerjaan, meratakan pembagian
pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional, dan
mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi dari kelompok sektor primer ke
sektor sekunder dan tersier. Sedangkan kelompok sektor tersebut dikelompokkan
menjadi tiga yaitu :
1. Kelompok Sektor Primer : Sektor Pertanian, Pertambangan/Penggalian
2. Kelompok Sektor Sekunder : Sektor Industri, Listrik/Air Bersih,
Bangunan/ Konstruksi
3. Kelompok Sektor Tersier : Sektor Perdagangan, Pengangkutan/
Komunikasi, Perbankan/ Keuangan,
Pemerintahan/ Hankam dan Jasa.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Boyolali dapat dilihat dari indikator
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Untuk mengetahui definisi dari PDRB
terlebih dahulu kita harus mengathui definisi dari Produk Domestik dan Produk
Regional.
Produk Domestik yaitu “produk barang dan jasa dari hasil kegiatan
ekonomi yang diproduksi di wilayah domestik, tanpa memperhatikan apakah
faktor produksinya berasal dari atau dimiliki oleh penduduk region tersebut.”
Yang dimaksud wilayah domestik suatu region adalah meliputi wilayah yang
berada didalam batas geografis region tersebut (propinsi, kabupaten/kota,
kecamatan, desa.
Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian dari faktor produksi yang
melakukan kegiatan produksi di suatu region, berasal dari region lain, demikian
juga sebaliknya penduduk suatu region melakukan kegiatan produksi di region
lain. Dengan adanya arus pendapatan yang mengalir antar region ini (termasuk
commit to user
II-12
deviden, dan keuntungan, maka tmbul perbedaan antara produk domestik dan
produk regional.
Sedangkan Produk Regional didefinisikan sebagai produk yang
ditimbulkan oleh faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk suatu region atau
produk domestik ditambah dengan pendapatan yang diterima dari luar daerah/
luar negeri dikurangi dengan pendapatan yang dibayar ke luar negeri.
PDRB yang digunakan untuk mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Boyolali ada 2 macam yaitu PDRB atas Harga Berlaku (PDRB
ADHB) dan PDRB atas Harga Konstan (PDRB ADHK).
PDRB atas Harga Berlaku didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah bruto
(gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian disuatu
wilayah (region). Yang dimaksud nilai tambah yaitu merupakan nilai yang
ditambahkan kepada barang dan jasa yang dipakai oleh unit produksi dalam
proses produksi sebagai input antara. Nilai yang ditambahkan ini sama dengan
balas jasa atas ikut sertanya faktor produksi dalam proses produksi.
PDRB atas dasar Harga Konstan dari tahun ke tahun menggambarkan
perkembangan yang disebabkan oleh adanya perubahan dalam volume produksi
barang dan jasa yang dihasilkan serta perubahan tingkat harganya. Sedangkan
untuk dapat mengukur perubahan volume produk atau perkembangan
produktifitas secara nyata, faktor pengaruh perubahan harga perlu dihilangkan,
sehingga sering disebut PDRB riil yaitu dengan cara menghitung PDRB atas dasar
Harga Konstan.
Penghitungan atas dasar harga konstan ini, hasilnya dapat digunakan untuk
perencanaan ekonomi, proyeksi dan untuk menilai pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan maupun sektoral. Dalam penghitungan atas dasar harga konstan ini
selalu berkaitan dengan harga- harga pada tahun dasar. Sebab, harga-harga pada
tahun dasar tersebut digunakan untuk menentukan angka indeks dasar yang
besarnya = 100% dan difungsikan sebagai pembanding harga-harga pada
tahun-tahun tertentu yang akan diselidiki. Untuk penghitungan dengan harga konstan,
commit to user
II-13
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Boyolali dalam PDRB secara agregat
pada tahun 2010 atas dasar harga konstan (ADHK) sebesar (3,60%) dan atas dasar
harga berlaku (ADHB) sebesar (13, 42%).
Selama kurun waktu 2006-2010, Kabupaten Boyolali mempunyai
pertumbuhan rata-rata sebesar 11% ADHB dan 4,21% ADHK. Para pakar
menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi ideal berkisar antara 5% hingga 7%
setiap tahunnya. Dengan pertumbuhan ideal tersebut, para produsen masih
bersemangat berproduksi dan konsumen tidak begitu resah karena inflasi tidak
begitu tinggi.
Hingga akhir 2010, sektor yang memberikan kontribusi dominan dalam
perekonomian dai Kabupaten Boyolali adalah sektor pertanian, perdagangan dan
industri, disusul oleh sektor jasa baik harga berlaku maupun harga konstan
memberikan kontribusi sebesar 10% terhadp PDRB.
Sektor perdagangan merupakan sektor kedua yang memberikan kontribusi
dominan terhadap PDRB Kabupaten Boyolali. Pada tahun 2010 sektor
perdagangan memberikan sumbangan terhadap PDRB sebesar Rp 1,82 trilyun
ADHB atau sebesar 23,93% dan Rp 984,06 milyar ADHK.
Sektor perdagangan terdiri dari 3 subsektor yaitu sebsektor besar/eceran,
sebsektor restoran/rumah makan, dan subsektor Hotel/Losmen. Dari ketiga
subsektor tersebut, subsektor besar/eceran adalah subsektor yang memberikan
kontribusi paling dominan terhadap PDRB dari sektor perdagangan.
Perkembangan PDRB dari sektor perdagangan dari tahun 2006 – 2010 dapat
commit to user
II-14
Tabel 2.4 Perkembangan PDRB Sektor Perdagangan di Kabupaten
Boyolali tahun 2006 – 2010
No Subsektor Tahun
2006 2007 2008 2009 2010
1 Besar/ Eceran 1252425463 1374324720 1534215974 1677252278 1817027522
2
Restoran/ Rumah Makan
75020605 82879024 86614991 92878745 118806609
3 Hotel/Losmen 1419671 1695192 2005174 2225744 2683688 Jumlah 1328865739 1458898936 1622836139 1772356767 1938517819 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Boyolali 2011
PDRB sektor perdagangan ini merupakan pendapatan pemerintah yang
diperoleh dari unit-unit perdagangan yang ada di Boyolali antara lain pasar
tradisional, pasar modern (pertokoan), hotel/losmen/penginapan, rumah
makan/restoran, kios/toko/warung, dan SPBU. Perkembangan unit-unit dagang
yang ada di Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Perkembangan Jumlah Unit Dagang di Kabupaten Boyolali tahun 2006 – 2010
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Boyolali 2011
Dari Tabel 2.4 dapat dilihat bahwa subsektor besar/eceran mendominasi
kontribusi terhadap PDRB sektor perdagangan. Dominasi tersebut menunjukkan
bahwa subsektor eceran/ besar memiliki peranan penting dalam perekonomian
Kabupaten Boyolali. Subsektor eceran/besar merupakan pendapatan yang
diperoleh dari unit dagang yang berupa pasar tradisional, pertokoan (pasar
modern), dan kios/toko/warung. Dari Tabel 2.5 dapat dilihat bahwa dari
subsektor eceran/besar, hanya pasar modern (pertokoan) yang terus mengalami