• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sifat fungsional fisikokimia dan struktu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sifat fungsional fisikokimia dan struktu"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas Review Jurnal

REKAYASA PROSES DAN PRODUK BERBASIS PATI Dosen: Dr. Titi Chandra Sunarti, M.Si

SIFAT FUNGSIONAL, FISIKOKIMIA DAN STRUKTUR PATI JAGUNG

MODIFIKASI OKSIDASI IKATAN SILANG

Oleh :

RIZKA ARDHIYANA F351140051

PRODI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penggunaan native starch (pati asli) pada industri pangan modern sangat terbatas karena sifatnya yang tergantung pada stabilitas panas rendah, ketahanan pada kondisi pH yang ekstrim, tingkat retrogradasi yang tinggi dan nilai transmitan cahaya yang rendah. Sebagai contoh, pati tergelatinisasi pada makanan beku membutuhkan sifat hidrofilik yang kuat dan tingkat retrogradasi yang rendah. Namun, pati asli menunjukkan kecenderungan yang tinggi untuk terjadinya retrogradasi dan sineresis yang mengarah ke kerusakan tekstur dan rasa, serta memperpendek umur simpan. Oleh karena itu, sebagian besar pati asli yang digunakan dalam aplikasi makanan praktis yang sebaiknya dilakukan modifikasi untuk mendapatkan perbaikan sifat fungsional yang diinginkan. Modifikasi secara kimiawi merupakan cara klasik yang digunakan untuk memperbaiki sifat fungsional pati secara efektif. Secara khusus, pati termodifikasi bisa didapatkan dengan asetilasi, hydroxypropylated, ikatan silang (cross-linked), oksidasi dan pati tereterifikasi (Carmona-Garcia et al. 2002).

Modifikasi pati secara kimia dapat mengubah struktur dari pati, berdampak pada sifat fisikokimia pati ke berbagai derajat dan membuat pati menjadi sesuai untuk diaplikasikan ke industri. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan modifikasi tunggal, pati termodifikasi komposit menghasilkan sifat yang lebih baik dan penggunaannya yang luas.

Pada jurnal ini dipilih pati jagung sebab penulis berasal dari Cina dimana jagung merupakan hasil pertanian yang itama di Cina dan produksi pati jagung mencapai 80% dari total produk pati yang lainnya. Sampai saat ini, kebanyakan studi dan penelitian terfokus pada pati termodifikasi tunggal, seperti pati jagung teroksidasi dan pati jagung ikatan silang. Pada dasarnya, pati teroksidasi memiliki sifat fungsional yang unik seperti viskositas yang rendah pada konsentrasi padatan yang tinggi, kejernihan, pembentuk film, dan sifat pengikatan (Chang

(3)

Akan tetapi, beberapa peneliti tertarik pada pati termodifikasi komposit dengan dua atau lebih metode. Khususnya pada proses oksidasi dan ikatan silang yang menggunakan pati jagung. Meskipun Chen dan Wang (2006) telah melakukan penelitian terhadap sintesis pati jagung oksidasi ikatan silang, mereka hanya terfokus pada kebiasaan adsopsi dari ion kalsium bukan terfokus pada fungsi fungsional dari pati yang telah dioksidasi dengan ikatan silang oksidasi tersebut.

1.2. Tujuan

Tujuan dari penelitian Liu et al. 2013 ini adalah menyiapkan pati termodifikasi dengan 2 metode yang digabungkan (modifikasi ganda dengan oksidasi ikatan silang). Penentuan sifat fisikokimia pati asli, ikatan silang, oksidasi dan oksidasi ikatan silang dengan menggunakan DSC, FTIR dan XRD. Selain itu juga menentukan sifat fungsional termasuk transmitansi cahaya, tingkat retrogradasi dan stabilitas freeze-thaw (beku-leleh) untuk empat jenis pati yang diteliti.

II. METODOLOGI

2.1. Bahan

Bahan yang digunakan adalah pati asli yang berasal dari Hengren Trade & Industry Co., LTd., Shandong China. Sodium trimetaphosphate (STMP) dan hidrogen peroksida dari Puxiu Biotechnology Co., Ltd, Hanzhou China. Semua bahan kimia dan reagen yang dipakai dalam penelitian merupakan analytical grade.

2.2. Persiapan pati jagung ikatan silang

(4)

2.3. Persiapan pati jagung teroksidasi

Slurry pati jagung yang mengandung 40% padatan kering dipersiapkan dan disesusaikan pHnya menjadi 8 dengan NaOH. Suhu diatur pada 45 oC. Ferrous sulfat (0.07% dari jumlah pati) ditambahkan sebagai katalis dan larutan hidrogen peroksida juga ditambahkan tetes demi tetes ke dalam campuran reaksi selama 15 menit untuk mendapatkan konsentrasi akhir 12% (dari pati). 2.4. Persiapan oksidasi ikatan silang pati jagung

Slurry hasil proses ikatan silang dengan slurry hasil oksidasi direaksikan. Reaksi dilakukan selama 3 jam pada suhu yang sama, kemuadian slurry dinetralkan hingga pH 6.5 dengan HCl 1 M. Sampel kemudian difiltrasi dan dicuci dengan air sampai filtrat memberikan respon yang negatif terhadap larutan silver nitrat. Kemudian sampel yang terkumpul dikeringkan suhu 40 oC selama 24 jam, dihancurkan dan diayak pada 80 mesh.

2.5. Penentuan kadar gugus karboksil

Kadar gugus karboksil pati ditentukan dengan metode sebagai berikut: sampel pati sebanyak 5 g diaduk dalam 25 ml HCl 0.1 M selama 30 menit. Kemudian slurry difiltrasi dan dicuci dengan air distilasi sampai bebas dari ion klorida. Ampas yang tersaring dipindahkan ke gelas reaksi 600 ml dan ditambahkan air distilasi sebanyak 300 mL. kemudian dipanaskan pada

water bath dengan pengadukan selama 15 menit untuk memastikan proses gelatinisasi telah tercapai. Sampel yang masih panas kemuadian dititrasi dengan NaOH 0.1 M dan fenolphthalein sebagai indikator. Penentuan blanko dibuat dengan memperlakukan pati asli dengan cara yang sama namun diaduk pada 25 ml air distilasi sebagai ganti dari HCl 0.1 M.

2.6. Kelarutan

Kelarutan diukur dengan cara sebanyak 0.4 g sampel dicampur dengan 40 ml air. Dispersi pati diaduk selama 1 jam pada suhu ruang dan dipanaskan pada suhu 80 oC di dalam water bath selama 30 menit. Pasta pati yang masih panas didinginkan pada suhu ruang pada iced water bath

dan disentrifugasi pada 3000 rpm selama 10 menit.

Solubility( )=weight of dissolved solidssupernatant

weight of starch sampledry basis x100

2.7. Transmitansi cahaya

(5)

mendidih selama 30 menit (dengan goncangan konstan untuk 5 menit pertama dan setelahnya digoyangkan sesekali saja). Setelah itu didinginkan pada suhu ruang, persentase transmitan (5) ditentukan pada 650 nm pada spektrofotometer UV.

2.8. Sifat retrogradasi

Suspensi cair dari pati (1 g/100 g) dipanaskan pada suhu air mendidih selama 15 menit untuk mendapatkan pati tergelatinisasi. Kemudian dimasukkan ke gelas ukur dengan penutup (100 ml) dan didinginkan pada suhu ruang serta disimpan pada tempat yang aman. Volume supernatant dicatat setelah disimpan pada 2, 4, 6, 8, 24, 48, 72 jam untuk memonitor kecenderungan retrogradasi.

Tingkat supernatan( )=volume supernatan

volume pasta x100

2.9. Stabilitas freeze-thaw

Stabilitas freeze-thaw diukur dengan cara suspense cair dari pati dipanaskan pada suhu 95 oC dibawah pengadukan konstan selama 30 menit kemudian didinginkan pada suhu ruang. Pasta

ditimbang (15 g) dan ditempatkan pada tabung sentrifugasi sebagai sampel yang akan diuji stabilitasnya pada siklus freeze-thaw dengan membekukan pada suhu -18 oC selama 24 jam dan dicairkan pada suhu 30 oC selama 1.5 jam, diikuti dengan sentrifigasi pada 3000 r/min selama 10 menit. Supernatant dihilangkan dari gel ditimbang untuk menunjukkan persentase dari cairan yang terpisah per berat total dari sampel pada tabung sentrifugasi. Pada penelitian ini dilakukan 4 kali siklus freeze-thaw.

2.10. Differential scanning calorimetry (DSC)

Sifat termal dari sampel ditentukan menggunakan alat Mettler Toledo DSC. Sebanyak 4-5 mg sampel ditimbang dan ditambahkan air distilasi sebanyak 10 µl. Wadah kemudian disegel dan dipindahkan ke pan pemanas dari DSC. Pan yang kosong dipakai sebagai referensi dan sampel dipanaskan dari 20 sampai 120 oC pada tingkat 10 oC/min. suhu gelatinisasi (To), suhu puncak (Tp), suhu akhir (Tc) dan entalpi gelatinisasi (∆H) dicatat menggunakan software.

2.11. FTIR

(6)

2.12. X-ray diffraction (XRD)

Pola X-ray serbuk dari pati jagung termodifikasi dan pati jagung asli didapatkan menggunkan X-ray diffractometer (X’Pert Pro, Phillips, Almelo, Netherland). Jarak 2θ adalah 10-70o dengan voltase target 40 kV, target saat ini 40 mA. Radiasi Ni-filtered Cu Kα dipakai sebagai sumber X-ray.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Kadar gugus karboksil

Kadar gugus karboksil menjadi indikator tingkat oksidasi dari pati. Gugus karboksil diproduksi dengan oksidasi gugus hidroksil menggunakan hidrogen peroksida. Kadar gugus karboksil dari oksidasi dan ikatan silang oksidasi pati jagung adalah 0.039% dan 0.166%. hal ini menunjukkan bahwa pati lebih mudah teroksidasi setelah dilakukan ikatan silang. Di samping itu, untuk mencapai tingkat oksidasi yang sama, pati ikatan silang dapat menggunakan oksidan lebih sedikit dibandingkan dengan pati asli. Ikatan silang dapat mencegah molekul pati membentuk kembali seperti awal selama pengeringan, yang menunjukkan struktur molekul yang lebih terbuka. Sehingga molekul oksidan dapat mencapai bagian dalam pati untuk memfasilitasi oksidasi.

3.2. Kelarutan

Ketika pati dipanaskan pada air panas, keluarnya (leaching) granula pati yang membengkak mempengaruhi kelarutan pati. Kelarutan pati asli adalah 4.5% pada suhu 80 oC. Berdasarkan penelitian terdahulu, ikatan silang tampaknya meningkatkan ikatan antara molekul pati dan mempertahankan integritas granula pati karena ikatan kovalen tambahan dari gugus fosfat sehingga granula pati terikat sangat erat (Yeh & Yeh 1993). Hasil kelarutan dari pati ikatan silang adalah meningkat 3.63% dibandingkan dengan pati asli. Hal ini menunjukan bahwa ikatan silang pati menghambat pembengkakan granula setelah gelatinisasi, menghasilkan pasta dan tidak ada proses gelatinisasi dalam pendinginan berikutnya.

(7)

pati. Kedua, penempelan dengan gugus karboksil membuat pati lebih mudah dicampur dengan air. Sedangkan tingkat kelarutan dari pati oksidasi ikatan silang lebih tinggi dibandingkan pati teroksidasi yang mungkin dikaitkan dengan kelompok karboksil yang lebih menempel.

3.3. Transmitansi cahaya

Transmitansi dari pasta pati berkaitan erat dengan kelarutan pati. Sebuah sinyal transmisi yang tinggi menunjukkan pati membengkak lengkap dari bentuk awalnya yaitu butiran. Pada Gambar 1 menunjukan nilai transmisi cahaya dari empat jenis pati.

Gambar 1. Transmisi cahaya dari pati asli, pati ikatan silang, pati teroksidasi dan pati ikatan silang teroksidasi

(8)

pecahnya granula pati yang bengkak dan karena disintegrasi struktur pada granula. Gugus karbonil dan karboksil pada dua tahap modifikasi meningkatkan kejernihan pasta.

Namun nilai transmitan pada pati ikatan silang lebih rendah daripada pati asli sebagaimana yang ditunjukan pada Gambar 1. Pati ikatan silang menunjukan volume swelling yang lebih rendah dan kelarutan yang lebih rendah, karena ikatan silang dianggap menguatkan granula pati dan meningkatkan integritas butiran yang bengkak. Oleh karena itu, butiran cenderung memantulkan cahaya daripada mentransmisinya, sehingga nilai kejernihanya lebih rendah. Namun, kejernihan pati ikatan silang menurun disebakan tidak lengkapnya disintegrasi setelah gelatinisasi. Hasil ini konsisten dengan laporan sebelumnya (Jyothi et al. 2006), yang menyatakan bahwa transmisi cahaya dari pasta pati lebih rendah untuk pati singkong setelah cross-linking.

3.4. Sifat retrogradasi

Seperti yang terlihat pada Gambar 2, setelah 24 jam, tingkat supernatant dari pati asli, ikatan silang dan teroksidasi berturut-turut adalah 71.91%, 62.74% dan 45.42%. delaminasi dari pati teroksidasi ikatan silang hasilnya tidak jelas meskipun terlihat delaminasi bertahap setelah dibiarkan 36 jam.

(9)

memberikan kecenderungan tingkat retrogradasi yang kuat. Disamping pula panjang rantai yang juga mempengaruhi retrogradasi (Fredrikson et al. 1991).

Dengan naiknya batas oksidasi dan degradasi dari molekul pati, penurunan kadar amilosa dapat menyebabkan penurunan tingkat retrogradasi. Lebih lanjut, penempelam gugus karboksil akan menghalangi rantai berasosiasi ulang dan meminimalkan retrogradasi. Dan juga dengan meningkatnya kadar gugus karboksil, tingkat retrogradasi dari pati akan menurun. Sehingga dapat dibuktikan bahwa pati termodifikasi secara dua tahap menunjukan tingkat retrogradasi yang rendah dibandingkan dengan jenis pati yang lainnya.

Tingkat retrogradasi pati ikatan silang cenderung lebih rendah dibandingkan pati asli. Menurut mekanisme retrogradasi, hal ini dikaitkan dengan penempelan gugus fosfat yang mampu menggabungkan air dan membentuk ikatan hidrogen dengan gugus hidroksil amilase sehingga ikatan hidrogen mencgeah rantai terlepas (leaching).

3.5. Stabilitas freeze-thaw

Hasil dari pengujian stabilitas freeze thaw dapat dilihat pada gambar 3. Tingkat kehilangan air berhubungan dengan stabilitas freeze-thaw pati. Kehilangan kadar air yang rendah menunjukkan tingkat stabilitas freeze-thaw yang tinggi. Setelah empat siklus freeze-thaw, air yang hilang pada pati jagung berturut-turut sebagai berikut: pati oksidasi ikatan silang 60.44%, pati asli 44.20%, pati ikatan silang 24.08% dan pati teroksidasi 19.80%. Pati asli menunjukan tingkat stabilitas freeze-thaw yang buruk. Setelah siklus pertama, tingkat kehilangan air pada pati asli sebanyak 33.5% sedangkan tingkat kehilangan air meningkat menjadi 40.08% pada siklus kedua.

(10)

water retention. Sama halnya denngan transmitansi dan tingkat retrogradasi, tingginya kadar gugus karboksil menyebabkan stabilitas freeze-thaw yang lebih baik.

Gambar 3. Stabilitas freeze-thaw pada pati asli, ikatan silang, oksidasi dan oksidasi ikatan silang Namun, untuk pati dengan modifikasi dua tahap menunjukan hasil stabilitas freeze-thaw

yang lebih rendah dibandingkan dengan pati asli, yang mengindikasikan ketidakkonsistenan hasil dengan dua pengujian yang lain. Kadar gugus karboksil pada pati modifikasi dua tahap adalah 0.166% dan lebih tinggi dibandinkan pati teroksidasi (0.039%), hal ini dikarenakan pada tingkat oksidasi yang tinggi, pasta pati akan menghasilkan viskositas yang rendah yang tidak dapat membentuk sistem gel setelah freezing. Sehingga pasta akan menghilangkan banyak air selama proses freeze-thaw. Hal ini juga sesuai dengan penelitian terdahulu yang menyebutkan bahwa tingkat kehilangan air pada pati singkong teroksidasi ikatan silang dengan STMP dan hidrogen peroksida lebih dari 80% (Li et al. 2008).

Stabilitas freeze-thaw dari pati ikatan silang lebih baik dibandingkan pati asli, yang menunjukan peran dari penempelan gugus fosfat. Molekul pati membengkak sehingga ukuran pati menjadi lebih besar. Di samping itu sifat gugus fosfat yang hidrofilik sehingga pasta dapat membentuk gel tiga dimensi secara stabil setelah proses freezing.

3.6. Sifat termal

(11)

granula pati dan terlepasnya amilosa ke fase setelahnya (Carmona-Garcia et al. 2009). Ikatan silang pati dengan STMP menunjukkan peningkatan pada tiga suhu transisi namun menurunkan nilai etalpi (p < 0.05). Hasil ini mengkonfirmasi bahwa penempelan STMP pada pati menguatkan struktur molekul pada molekul pati sehingga gelatinisasi dapat terjadi pada suhu yang lebih tinggi. Sama halnya dengan penelitian Carmona-Garcia et al. (2009) pada pengaruh perbedaan tipe reagen ikatan silang pada karakteristik fisikokimia dan fungsional dari pati pisang yang menemukan bahwa pati termodifikasi dengan STMP/ STT (sodium tripolyphisphate) dan EPI (epoxy chloropropane) menghasilkan peningkatan tiga suhu transisi namun menurunkan nilai entalpi. Di samping itu, Chatakanonda et al. (2000) juga menemukan bahwa suhu gelatinisasi meningkat signifikan seiring peningkatan tingkat ikatan silang dengan STMP/STPP. Namun secara umum, entalpi gelatinisasi tidak berdampak pada ikatan silang yang menunjukan bahwa daerah kristalin pada sampel ikatan silang telah meleleh secara lengkap.

Tabel 1. Sifat termal pati asli, ikatan silang, teroksidasi dan oksidasi ikatan silang

Pada pati teroksidasi dan oksidasi ikatan silang menunjukan bahwa tiga suhu meningkat seiring dengan proses oksidasi (Tabel 1), namun jarak gelatinisasi (Tc-To) menurun. Pada umumnya gugus karboksil yang menempel pada pati dapat menstabilkan struktur dan meningkatkan kebutuhan energi untuk proses gelatinisasi pati. Sanchez-Rivera et al. (2005) mengusulkan hidrolisis daerah amorf dapat menigkatkan To dan Tp. Namun nilai entalpi dari pati teroksidasi dan oksidasi ikatan silang lebih rendah dibandingkan pati asli. Sanchez-Rivera et al.

(12)

3.7. FTIR

Seperti yang ditunjukan pada Gambar 4, tidak terjadi perubahan signifikan yang dideteksi pada pola spektroskopi FTIR dari pati ikatan silang, kecuali pada nilai absorbansi 1017 cm-1 dimana intensitas absorbsi lebih besar dibandingkan pati asli. Berdasarkan struktur kimia STMP dan peregangan getaran dari senyawa ester fosfat, terdapat pita dari pergangan getaran absorpsi P-O-C pada area fingerprint dimana rasio absorbansinya 1050-955 cm-1. Namun absrbansi P=O (1400-1150 cm-1) lebih lemah dibandingkan P-O-C (1016.28 cm-1) pada penelitian ini. Rasio absorbansi pada 1642 cm-1 dipakai untuk menunjukan ikatan intramolekuler hidrogen. Pada pati asli, puncaknya tajam pada 1642 cm-1. Namun puncak absorbansi pada pati ikan silang tidak setajam pati asli dimana dikaitkan dengan keberadaan ikatan hidrogen. Hasil ini menunjukkan bahwa proses ikatan silang berjalan dengan sukses.

Gambar 4. Spektroskopi FTIR pada pati asli dan pati termodifikasi

(13)

absopsi dari gugus karboksil dapat dilihat pada pati teroksidasi dan oksidasi ikatan silang. Lebih lanjut, peningkatan absorpsi pada 1609 cm-1 pada pati termodifikasi dua tahap dapat dilihat, yang menunjukan formasi dari gugus karboksil. Hal ini menunjukan kandungan karboksil. Namun pada absorpsi 1735.6 cm-1 tidak terlihat. Hal ini dimungkinkan karena tingginya tingkat oksidasi (40.5%) dan jumlah gugus karbonil yang banyak didapatkan pada penelitian ini. Di samping itu, absorpsi pada 1200-1000 cm-1 sedikit melemah dimana ditunjukan dengan adanya ikatan C-O-C pada unit glukosa yang rusak akibat degradasi pati.

3.8. X-ray diffraction (XRD)

Hasil XRD pada pati asli dan pati termodifikasi dapat dilihat di Gambar 5 dengan variasi intensitas cahaya dengan sudut 2θ. Difraktogram pada pati asli dicatat pada sudut puncak 15.10o, 17.10o, 22.58o dan 33.77o, dimana mengindikasikan pati jagung asli termasuk ke struktur tipe A. sedangkan difraktogram dari pati ikatan silang mirip dengan pati asli. Karena fosforilasi tidak memiliki efek yang signifikan terhadap pola XRD dari pati asli, hal ini menunjukan bahwa ikatan silang terkonsentasi pada daerah amorf dari granula pati (Hoover & Sosulski 1991).

Gambar 5. Difraktogram X-ray dari pati asli dan pati termodifikasi

(14)

Sedangkan pada penelitian ini, tidak terlihat jelas perubahan pola XRD dikarenakan oksidasi utama terjadi pada daerah amorf dan menyebabkan perubahan kecil pada struktur kristal.

3.9. Struktur pati jagung oksidasi ikatan silang

Modifikasi pati dengan ikatan silang dan oksidasi merupakan metode umum dalam produksi pati termodifikasi. Seperti yang disebutkan di atas, pati oksidasi ikatan silang menunjukan sifat tertentu yang memungkinkan terkait dengan struktus yang khusus. Oleh karena itu, struktur pati oksidasi ikatan silang dapat ditunjukan pada Gambar 6.

Gambar 6. Struktur pati teroksidasi ikatan silang

(15)

Pada kehadiran katalis metal, mekanisme oksidasi dari hidrogen peroksida dengan pati sangatlah rumit dan dapat terjadi reaksi berantai radikal. Hidrogen peroksida cepat didekomposisi sehingga menhasilkan radikal hidroksil (•OH) pada kondisi katalis metal. Radikal bebas aktif ini sangat bereaksi dengan karbohidrat dengan memisahkan hidrogen dari gugus C-H pada cincin gula, membentuk radikal (R CHOH). Radikal akan dikatalisasi lebih lanjut dengan asam atau basa dan diatur ulang bentuknya mengakibatkan pembelahan ikatan glikosidik (Gambar 6d) dan gugus karbonil. Karbonil dapat terjadi pada cincin gula C2 atau C3 (Gambar 6e) namun gugus karbonil mengalami reaksi lebih lanjut dan membentuk gugus karboksil. Di samping itu, dapat juga terjadi hidroksil dari C6 dioksidasi menjadi gugus karboksil (Gambar 6f). pati ikatan silang lebih mudah dioksidasi dan gugus hidroksil dapat dioksidasi dan membetuk lebih banyak gugus karboksil dan gugus karbonil.

IV. KESIMPULAN

(16)

DAFTAR PUSTAKA Bello-Perez, L.A., 2009. Effect of the cross-linked reagent type on some morphological, physichochemical and functional characteristics of banana starch (Musa paradisiaca). Carbohydrate Polymers, 76, 117e122.

Chang, P. S., Park, K. O., Shin, H.K., Suh, D. S., Kim, K. O. 2008. Physichochemical properties of partially oxidized corn starch from bromide-free tempo-medicated reaction. Journal of Food Science, 73, 173e178.

Chatakanonda, P., Varavinit, S., Chinachoti, P., 2000. Effect of crosslinking on thermal and microscopic transitions of rice starch. Lebensmitte;-Wissenschaft Un-Technologie-Food Science and Technology, 33, 276e284.

Chen, Y. X., Wang, G. Y. 2006. Synthesis of crosslinked oxidized starch and its adsoption behavior for calcium ion. Journal of Applied Polymer Science, 102, 1539e1546.

Fredrikson, H., Silverio, F. W. 1991. Composition, structure, functionality and chemical modification of legume starches. Canadian Journal of Physiology and Pharmacology, 69, 79e92.

Jyothi, A. N., Moorthy, S. N., Rajashekaram, K. N. 2006. Effect of cross-linking with epichlorohydrin on the properties of cassava ( Manihot esculenta crants) starch. Starch Starke, 58, 292e299.

Li, F. L., Tong, Z. F., Ma, C. A., Wei, Q. L. 2008. Preparation of cassava crosslinking-oxidized starch ant its properties. Modern Food Science and Technology, 25, 157e161.

Matsuguma, L. S., Lacerda, L. G., Schnitzler, E., Carvalho, M. A., Franco, C. M. L., Demiate, I. M. 2009. Characterization of native and oxidized starches of two varieties of Peruvian carrot from two production are of Parana state, Brazil. Brazilian Achieve of Biology and Technology, 52, 701e713.

Sanchez-Rivera, M. M., Garcia-Suarez, F. J. L., Del Valle, M. V., Gutieres-Mearz, F., Bello-Perez, L.A. 2005. Partial characterization of banana starches oxidized by different levels of sodium hypochlorite. Carbohydrate Polymers, 62, 50e56.

Sanchez-Rivera, M. M., Mendez-Montealvo, G., Nunez-Santiago, C., de la Rossa-Millan, J., Wang, Y. J., Bello-Peraz, L.A. 2009. Phisichochemical properties of banan starch oxidized under different conditions. Starch-Starke, 61, 206e213.

Singh, J., Kaur, L., McCarthy, O. K. 2007. Factors influencing the physicochemical morphological, thermal and rheological properties of some chemically modified starches for food applications: a review. Food Hydrocolloids, 21, 1e22.

Tan, Y. Q. 2011. Property and characterization of potato oxidized starch. Cereal & Oils, 2, 10e12. Yeh, A. I., Yeh, S. L. 1993. Some characteriics of hydroxypropylated and cross0linked rice starh.

(17)

Gambar

Gambar 1 menunjukan nilai transmisi cahaya dari empat jenis pati.
Gambar 2. Sifat retrogradasi dari pati asli, ikatan silang, teroksidasi dan oksidasi ikatan silang
Gambar 3. Stabilitas freeze-thaw pada pati asli, ikatan silang, oksidasi dan oksidasi ikatan silang
Tabel 1. Sifat termal pati asli, ikatan silang, teroksidasi dan oksidasi ikatan silang
+4

Referensi

Dokumen terkait

Microsoft Visual Basic .NET adalah sebuah alat untuk mengembangkan dan membangun aplikasi yang bergerak di atas sistem .NET Framework, dengan menggunakan bahasa BASIC.. Dengan

yaitu persepsi keperawanan responden positif, gambaran pengetahuan responden tentang seks pranikah secara agama responden hanya mengetahui dosa, dilarang dan masuk neraka

7 adalah penyebaran informasi dan pengetahuan tentang konsep budidaya padi dengan vermicompost (kascing) dan budidaya cacing tanah sebagai bahan pasokan pupuk

Menurut Ibn Rusyd, metode rasional burhani (demonstratif) yang digunakan pada ilmu-ilmu filosofis tidak hanya monopoli milik filsafat, tetapi juga dapat digunakan untuk

SERATUS pedagang warung klontong di Jakarta Barat mengikuti pelatihan manaje- men ritel yang digelar PT Sumber Alfaria Trijaya (SAT) Tbk, pengelola Alfamart Alf- amidi

Ø Kecepatan transmisi roda gigi dapat ditentukan sehingga dapat digunakan dengan pengukuran yang kecil dan daya yang besar. Roda gigi harus mempunyai perbandingan kecepatan

Nilai TSP yang diperoleh adalah &lt; 1 yang berarti bahwa kemampuan rumahtangga dalam memenuhi kebutuhan konsumsi pangan dan non pangan dari hasil usahatani padi

Parameter dalam penelitian ini adalah kadar asam laktat, pH, kadar gula reduksi, kadar air dan organoleptik fruitghurt dari lapisan putih (mesocarp) kulit buah semangka (