BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi yang ditandai dengan persaingan yang sangat ketat dalam
semua aspek kehidupan, memberi warna atau pengaruh terhadap tuntutan akan
kualitas sumber daya manusia, termasuk sumber daya tenaga pendidik dan
kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis dalam
pembentukan SDM berkualitas. Kondisi tersebut diiringi dengan tumbuh dan
berkembangnya tuntutan demokratisasi pendidikan, akuntabilitas, tuntutan
kualitas serta jaminan mutu dari dunia kerja. Kondisi tersebut di atas masyaratkan
sekolah dan tenaga pendidik dan kependidikan untuk memiliki kualitas yang andal
dan sebagai jaminan mutu hasil proses pendidikan yang dilakukan. Seiring dengan
berbagai tuntutan kualitas tersebut pemerintah telah melahirkan berbagai
peraturan perundangan yang pada dasarnya memberikan jaminan kualitas tenaga
pendidik dan kependidikan.
Berbagai upaya peningkatan mutu telah banyak dilakukan, tetapi pendidikan
masih dihadapkan kepada berbagai permasalahan antara lain yang paling krusial
adalah rendahnya mutu pendidikan.
Dalam sekolah apapun Sumber Daya Manusia (SDM) menempati
kedudukan yang paling vital. Memang diakui bahwa biaya itu penting. Demikian
pula sarana, prasarana dan teknologi. Namun ketersediaan sumber-sumber daya
itu menjadi sia-sia apabila ditangani oleh orang-orang yang tidak kompeten dan
Dalam arti yang tradisional, konsep pengelolaan tenaga pendidik dan
kependidikan terbatas pada urusan-urusan manajemen operatif, seperti mengelola
data tenaga pendidik dan kependidikan (record keeping), penilaian kinerja yang
bersifat mekanistik (mechanical job evaluation), kenaikan pangkat dan gaji secara
otomatis (automatic merit increase). Perhatian terhadap SDM pada masa kini
mencakup aspek-aspek yang berkaitan dengan keamanan dan kenyamanan tenaga
pendidik dan kependidikan (fisik, emosional dan sosial), yang akan berpengaruh
secara signifikan terhadap cara-cara mereka bertugas, dan dengan sendirinya
berpengaruh terhadap produktivitas mereka.
Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan
dana yang cukup besar. Hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi
kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh
harapan besar terhadap pendidikan dalam perkembangan masa depan bangsa ini,
karena dari sanalah tunas muda harapan bangsa sebagai generasi penerus
dibentuk.
Peran guru dewasa ini dihadapkan pada tantangan berat. Sebagai ujung
tombak pendidikan di tingkat sekolah, guru memiliki peranan penting dalam
membelajarkan siswanya sehingga ia memiliki kompetensi-kompetensi yang
dapat digunakannya dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah maupun
dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.
Berhasil atau tidaknya suatu organisasi akan ditentukan oleh berbagai
faktor, salah satunya adalah peranan sumberdaya manusia sebagaimana yang
dalam suatu organisasi, maka sumberdaya manusia adalah yang paling
penting karena manusialah yang merupakan unsur penentu kehidupan dalam
setiap organisasi, hal ini berarti manusia mempunyai peran utama dalam
menentukan pencapaian tujuan organisasi, karena manusialah sebagai
perencana, penggerak, pelaksanaan dan pengawasan dalam suatu organisasi.
Untuk melaksanakannya tugas umum pemerintah dan pembangunan
dalam suatu lembaga atau organisasi, maka diperlukan kemampuan dari
seluruh unsur yang berada didalamnya untuk melaksanakan kegiatan secara
profesional, efisien, efektif, berkeadilan, bersih, terbuka, partisipatif dan
tanggap terhadap aspirasi masyarakat. Keberhasilan suatu organisasi tidak
terlepas dari sumberdaya manusia yang melaksanakan visi, misi dan strategi
sehingga kegiatan dapat dijalani sesuai dengan rencana yang harus dijalani
sesuai dengan rencana dalam rangka menciptakan "good govermance”
sebagai persyaratan dasar yang harus dipenuhi dalam membangun Indonesia
(Winardi, 2000:345).
Motivasi dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk membuat seseorang
menyelesaikan pekerjaan dengan semangat, karena seseorang ingin
melakukannnya. Seseorang dapat termotivasi dalam bekerja, jika lingkungan
tempat mereka dapat mendukung aktivitas yang dilakukannya. Banyak hal
yang dapat membuat seseorang termotivasi dalam bekerja, seperti adanya
perhatian yang tinggi dari atasan, terjadinya komunikasi yang sehat diantara
kesepakatan untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi, adanya
ketenangan dalam bekerja dan lain-lain.
Menurut Fidelise, dalam jurnal Provitae vol. 2 no.2 November 2006
Motivasi adalah logika yang mendasari proses belajar. Prof. Ronco (1994)
mengemukakan empat pengaruh motivasi atas perilaku seseorang yakni : a)
motivasi dapat memicu individu untuk memulai perilaku tertentu, b) motivasi
dapat menyokong perilaku tertentu untuk terus dilakukan, c) motivasi dapat
mengarahkan perilaku individu, guna mencapai tujuan tertentu, d) motivasi
dapat membuat individu lebih sensitive untuk melakukan perilaku tertentu.
Sebaliknya, seseorang yang tidak mempunyai motivasi untuk belajar,
sekalipun menghabiskan banyak waktu (di sekolah atau di universita), yang
bersangkutan tidak akan memperoleh apa-apa dalam proses pembelajaran.
Motivasi mempunyai derajat kepentingan yang berbeda-beda sesuai
dengan tipe belajar. Dalam cara belajar pengkordinasi klasik, motivasi tidak
dibutuhkan sama sekali, karena adanya asosiasi antara stimulus absolute
dengan stimulus pengkondids (Fidelise, Jurnal Provitae vol. 2 no.2 November
2006 ).
Dalam mewujudkan suatu keberhasilan pelaksanaan misi, tugas suatu
institusi/organisasi tidak lepas dari pengaruh manusia dalam mencapai suatu
tujuan. Manusia sebagai pelaku dalam suatu organisasi baik sebagai pimpinan
Eksistensi manusia sangat penting dan menjadi ukuran / penentu berhasil atau
tidaknya suatu organisasi.
Untuk mencapai tujuan organisasi yang diharapkan dapat berhasil guna
dan berdaya guna dengan baik, maka suatu organisasi harus digerakkan oleh
manusia yang bertanggung jawab, disamping itu dibutuhkan manusia yang
memiliki kesadaran yang tinggi, kemauan dan motivasi yang kuat
(Winardi,2000:345).
Motivasi juga adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk
melakukan suatu aktivitas tertentu, oleh karena itu motivasi sering kali
diartikan pula sebagai pendorong perilaku seseorang. Setiap aktivitas yang
dilakukan oleh seseorang pasti memiliki suatu faktor yang mendorong aktivitas
tersebut. Oleh karena itu, faktor pendorong dari seseorang untuk melakukan
suatu aktivitas tertentu pada umumnya adalah kebutuhan serta keinginan orang
tersebut. Apabila ia membutuhkan serta menginginkan sesuatu, maka ia
terdorong untuk melakukan aktifitas tertentu untuk memperoleh apa yang di
butuhkannya.
Motivasi sesorang bisa dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri orang
tersebut dan juga dipengaruhi oleh faktor luar. Motivasi seseorang dapat
bertambah atau berkurang, tergantung pada situasi dan kondisi, baik kondisi
lingkungan kerja maupun kondisi pimpinan.
Pada SMK sekecamatan Batang anai Kabupaten Padang Pariaman
Pratama International. Pada saat ini terjadi penurunan motivasi kerja guru yang
ditandai oleh penurunan semangat kerja guru, kurangnya dorongan untuk
berprestasi, rendahnya tanggung jawab dalam kerja.
Berdasarkan fenomena tersebut maka dilakukan observasi awal dengan
memberikan pertanyaan terhadap 3 SMK di Kecamatan Batang Anai tersebut.
Hasil observasi tersebut dapat dijelaskan pada tabel dibawah ini:
Tabel 1.1
Fenomena Motivasi kerja Guru SMK Indonesia Raya Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman
No Permasalahan Jumlah
(orang
Persentase (%) 1. Ada beberapa guru yang datang terlambat dan cepat
pulang dari waktu yang ditetapkan 9 27,27
2.
Beberapa guru meninggalkan siswa pada saat jam pelajaran, pergi ketempat lain yang tidak berkaitan dengan pembelajaran
2 6,06
3. Beberapa guru yang jarang datang ke sekolah 2 6,06
4. Banyak guru yang tidak melaksanakan tugas tepat
waktu, menunda - nunda pekerjaan 5 15,16
5. Kurangnya keinginan guru untuk sukses dalam karir
(berprestasi) 8 24,24
6. Guru yang mempunyai dedikasi dan motivasi tinggi 7 21,21
7. Total Jumlah 33 100%
Sumber : Survei Awal (Juni 2013 )
Dari tabel 1.1 dapat diketahui bahwa guru SMK Indonesia Raya
Kecamatan Batang Anai terdapat 27,27 % yang menunjukkan Ada beberapa
guru yang datang terlambat dan cepat pulang dari waktu yang ditetapkan.
Beberapa guru meninggalkan siswa pada saat jam pelajaran berlansung,
6,06 % yang belum membuat dan menyelesaikan menyelesaikan pekerjaan
yang diberikan, sementara 6.06% Beberapa guru yang jarang masuk sekolah
dengan beberapa alasan karena urusan pribadi/keluarga. 15,16 % guru yang
tidak melaksanakan tugas tepat waktu, menunda - nunda pekerjaan. Dan
24,24 % kurang keinginan guru untuk sukses dalam karir (berprestasi). Serta
21.21 % Guru yang mempunyai dedikasi dan motivasi tinggi.
Tabel 1.2
Fenomena Motivasi kerja Guru SMK Penerbangan Nusantara Ketaping Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman
No Permasalahan Jumlah
(orang
Persentase (%) 1. Ada beberapa guru yang datang terlambat dan cepat
pulang dari waktu yang ditetapkan 2 6,67
2.
Beberapa guru meninggalkan siswa pada saat jam pelajaran, pergi ketempat lain yang tidak berkaitan dengan pembelajaran
5 16,67
3. Beberapa guru yang jarang datang ke sekolah 2 6,67
4. Banyak guru yang tidak melaksanakan tugas tepat
waktu, menunda - nunda pekerjaan 6 20
5. Kurangnya keinginan guru untuk sukses dalam karir
(berprestasi) 4 13,33
6. Guru yang mempunyai dedikasi dan motivasi tinggi 11 36,66
7. Total Jumlah 30 100%
Sumber : Survei Awal (Juni 2013 )
Dari tabel 1.2 dapat diketahui bahwa guru SMK Penerbangan
Nusantara Ketaping Kecamatan Batang Anai terdapat 6,67 % yang
menunjukkan Ada beberapa guru yang datang terlambat dan cepat pulang
dari waktu yang ditetapkan. Beberapa guru meninggalkan siswa pada saat
jam pelajaran berlansung, pergi ketempat lain yang tidak berkaitan dengan
menyelesaikan pekerjaan yang diberikan, sementara 6.67% Beberapa guru
yang jarang masuk sekolah dengan beberapa alasan karena urusan
pribadi/keluarga. 20 % guru yang tidak melaksanakan tugas tepat waktu,
menunda - nunda pekerjaan. Dan 13,33 % kurang keinginan guru untuk
sukses dalam karir (berprestasi). Serta 36,66 % Guru yang mempunyai
dedikasi dan motivasi tinggi.
Tabel 1.3
Fenomena Motivasi kerja Guru SMK Pratama International Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman
No Permasalahan Jumlah
(orang
Persentase (%) 1. Ada beberapa guru yang datang terlambat dan cepat
pulang dari waktu yang ditetapkan 8 40
2.
Beberapa guru meninggalkan siswa pada saat jam pelajaran, pergi ketempat lain yang tidak berkaitan dengan pembelajaran
2 10
3. Beberapa guru yang jarang datang ke sekolah 2 10
4. Banyak guru yang tidak melaksanakan tugas tepat
waktu, menunda - nunda pekerjaan 2 10
5. Kurangnya keinginan guru untuk sukses dalam karir
(berprestasi) 2 10
6. Guru yang mempunyai dedikasi dan motivasi tinggi 4 20
7. Total Jumlah 20 100%
Sumber : Survei Awal (Juni 2013 )
Dari tabel 1.3 dapat diketahui bahwa guru SMK Penerbangan
Nusantara Ketaping Kecamatan Batang Anai terdapat 40 % yang
menunjukkan Ada beberapa guru yang datang terlambat dan cepat pulang
dari waktu yang ditetapkan. Beberapa guru meninggalkan siswa pada saat
jam pelajaran berlansung, pergi ketempat lain yang tidak berkaitan dengan
menyelesaikan pekerjaan yang diberikan, sementara 10 % Beberapa guru
yang jarang masuk sekolah dengan beberapa alasan karena urusan
pribadi/keluarga. 10 % guru yang tidak melaksanakan tugas tepat waktu,
menunda - nunda pekerjaan. Dan 10 % kurang keinginan guru untuk sukses
dalam karir (berprestasi). Serta 20 % Guru yang mempunyai dedikasi dan
motivasi tinggi.
Melihat Fenomena ketiga tabel diatas, dapat dikatakan bahwa
motivasi kerja guru SMK Sekcamatan Batang Anai Kabupaten Padang
Pariaman dinilai cukup rendah dan cenderung demotivasi. Sebagaimana
yang dikemukakan oleh Saydam (2005:232) "Bahwa kondisi kerja
“Demotivasi" (tidak ada motivasi ) disebutkan dengan ciri - ciri :
menurunnya semangat dan gairah kerja guru, merosotnya prestasi kerja guru,
sering terjadi kesalahan yang dibuat oleh guru, berkembangnya rasa tidak
puas, merosotnya produktivitas kerja, dan membesarnya konflik antar guru".
Rendahnya motivasi kerja guru ini duga dipengaruhi oleh akibat
kepemimpinan. Sementara itu untuk rendahnya tindakan pembinaan
pimpinan terhadap guru ditandai dengan minimnya teguran dari pimpinan
kepada guru yang telah sering melanggar peraturan yang berlaku. Untuk
evaluasi dan pengawasan terhadap kerja guru masih rendah, ditandai dengan
minimnya dalam mengadakan rapat antara pimpinan dan bawahan dalam
mengevaluasi dan mengawasi guru. Sementara itu dalam hal pemberian
mendengar dari pada melaksanakan dan kurang bisa memberikan ide atau
pendapat dalam forum.
Untuk mencapai tujuan organisasi dibutuhkan pemimpin yang
mempunyai kepemimpinan yang sesuai dan tepat dengan tujuan organsasi
tersebut. Kepemimpinan merupakan salah satu faktor penting yang dapat
menentukan motivasi kerja guru di lingkungan suatu organisasi.
Kepemimpinan adalah sebuah kemampuan dalam mempengaruhi anggota
-anggotanya untuk bekerja secara maksimal dalam mencapai tujuan
organisasi. Belum optimalnya kegiatan kepemimpinan, dimana dari
kepemimpinan itu diduga akan mempengaruhi motivasi berprestasi,
sebagaimana diungkapkan oleh Handoko (2001:294) "Kepemimpinan
merupakan suatu kemampuan yang dimiiiki seseorang untuk mempengaruhi
orang lain agar dapat bekerja mencapai tujuan dan sasaran".
Berdasarkan pendapat diatas, peranan kepemimpinan dalam suatu
organisasi sekolah sangat penting, karena dengan kepemimpinan yang baik
dari seorang pemimpin dalam menjalankan semua fungsinya (Fungsi
instruksi, konsultasi, partisipasi, delegasi dan pengendalian) akan dapat
membawa bawahan kepada sasaran yang diinginkan.
Berkenaan dengan penerapan fungsi-fungsi kepemimpinan ini, maka
penulis melakukan pengamatan awal terhadap 3 SMK di Kecamatan Batang
Anai. Guru mengenai penerapan fungsi kepemimpinan Kepala Sekolah
SMK Sekecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman, ditemukan
Tabel 1.4
Fenomena Permasalahan Kepemimpinan
Kepala sekolah SMK Indonesia Raya Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman
No Permasalahan (Orang)Jumlah Persentase
(%) 1. Kepala Sekolah selalu mengikutsertakan
bawahan dalam mengambil keputusan 9 27,27
2. Kepala Sekolah selalu memberikan
bimbingan kepada bawahan 2 6,06
3. Kepala Sekolah jarang memberikan
pengarahan terhadap bawahan 2 6,06
4. Kepala Sekolah jarang menggerakkan dan
memotivasi para bawahan 5 15,16
5. Kepala Sekolah tidak selalu menerapkan
komunikasi 8 24,24
6. Kepala sekolah memotivasi guru tetap
yayasan agar kinerjanya bagus 7 21,21
Sumber : Diolah sendiri dari kuesioner survey awal, Juni 2013
Dari tabel 1.4 diatas dapat dilihat bahwa : (1). 9 orang guru atau
27.27 % menilai Kepala Sekolah tidak selalu mengikutsertakan guru dalam
mengambil keputusan, (2). 2 orang guru atau 6,06% menyatakan Kepala
Sekolah tidak selalu memberikan bimbingan terhadap bawahan, (3). 2 orang
guru atau 6,06% menyatakan Kepala Sekolah jarang memberikan
pengarahan terhadap bawahan, (4). 5 orang guru atau 15,16 % menyatakan
Kepala Sekolah jarang menggerakkan dan memotivasi para guru, dan (5). 8
orang guru atau 24,24% menyatakan Kepala Sekolah tidak selalu
menyatakan Kepala sekolah memotivasi guru tetap yayasan agar kinerjanya
bagus.
Tabel 1.5
Fenomena Permasalahan Kepemimpinan
Kepala sekolah SMK Penerbangan Nusantara Ketaping Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman
No Permasalahan (Orang)Jumlah Persentase
(%) 1. Kepala Sekolah selalu mengikutsertakan
bawahan dalam mengambil keputusan 6 20
2. Kepala Sekolah selalu memberikan
bimbingan kepada bawahan 7 23,33
3. Kepala Sekolah jarang memberikan
pengarahan terhadap bawahan 2 6,67
4. Kepala Sekolah jarang menggerakkan dan
memotivasi para bawahan 3 10
5. Kepala Sekolah tidak selalu menerapkan
komunikasi 2 6,67
6. Kepala sekolah memotivasi guru tetap
yayasan agar kinerjanya bagus 10 33,33
Sumber : Diolah sendiri dari kuesioner survey awal, Juni 2013
Dari tabel 1.5 diatas dapat dilihat bahwa : (1). 9 orang guru atau
27.27 % menilai Kepala Sekolah tidak selalu mengikutsertakan guru dalam
mengambil keputusan, (2). 2 orang guru atau 6,06% menyatakan Kepala
Sekolah tidak selalu memberikan bimbingan terhadap bawahan, (3). 2 orang
guru atau 6,06% menyatakan Kepala Sekolah jarang memberikan
pengarahan terhadap bawahan, (4). 5 orang guru atau 15,16 % menyatakan
Kepala Sekolah jarang menggerakkan dan memotivasi para guru, dan (5). 8
menerapkan komunikasi dua arah (konsultasi). Dan (6). 7 orang guru
menyatakan Kepala sekolah memotivasi guru tetap yayasan agar kinerjanya
bagus.
Tabel 1.6
Fenomena Permasalahan Kepemimpinan
Kepala sekolah SMK Pratama International Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman
No Permasalahan (Orang)Jumlah Persentase
(%) 1. Kepala Sekolah selalu mengikutsertakan
bawahan dalam mengambil keputusan 2 10
2. Kepala Sekolah selalu memberikan
bimbingan kepada bawahan 3 15
3. Kepala Sekolah jarang memberikan
pengarahan terhadap bawahan 7 35
4. Kepala Sekolah jarang menggerakkan dan
memotivasi para bawahan 4 20
5. Kepala Sekolah tidak selalu menerapkan
komunikasi 3 15
6. Kepala sekolah memotivasi guru tetap
yayasan agar kinerjanya bagus 1 5
Sumber : Diolah sendiri dari kuesioner survey awal, Juni 2013
Dari tabel 1.6 diatas dapat dilihat bahwa : (1). 10 orang guru atau 10
% menilai Kepala Sekolah tidak selalu mengikutsertakan guru dalam
mengambil keputusan, (2). 3 orang guru atau 15% menyatakan Kepala
Sekolah tidak selalu memberikan bimbingan terhadap bawahan, (3). 7 orang
guru atau 35% menyatakan Kepala Sekolah jarang memberikan pengarahan
terhadap bawahan, (4). 4 orang guru atau 20% menyatakan Kepala Sekolah
15 % menyatakan Kepala Sekolah tidak selalu menerapkan komunikasi dua
arah (konsultasi). Dan (6). 1 orang guru atau 5 % menyatakan Kepala
sekolah memotivasi guru tetap yayasan agar kinerjanya bagus.
Dari indikasi yang terjadi terlihat bahwa ketiga Kepala Sekolah di
SMK di Kecamatan Batang Anai belum memberikan pengarahan terhadap
guru dengan keterlibatannya dalam menetapkan peranan yang seharusnya
dilakukan guru, memberitahu guru tentang apa yang sebenarnya bisa
dikerjakan, dimana melakukan pekerjaan, bagaimana melakukan pekerjaan,
serta belum melakukan pengawasan kepada guru dan juga belum
mendukung guru lewat mendengar, menyediakan dukungan dan dorongan
serta memudahkan interaksi dengan guru.
Faktor selanjutnya yang diduga mempengaruhi motivasi kerja guru
SMK Sekecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman adalah
kompensasi.
Masalah kompensasi selalu mendapat perhatian besar dari setiap
guru. Hal ini disebabkan karena kompensasi merupakan sumber
pendapatan / penerimaan yang diperoleh karena pendidikan dan
keterampilan yang dimilikinya, menunjukkan kontribusi kerja mereka, dan
merupakan salah satu elemen kepuasan kerja. Kepuasan terhadap
kompensasi yang diterima dari seorang guru merupakan elemen utama
terciptanya motivasi kerja guru tersebut. Artinya, semakin puas seorang guru
tersebut terhadap pekerjaannya yang tentunya dapat meningkatkan motivasi
kerja, begitu pula sebaliknya.
Berdasarkan observasi awal dengan memberikan pernyataan
mengenai fenomena Kompetensi terhadap 3 sekolah SMK Sekecamatan
Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman, dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.7
Fenomena Kompetensi Guru SMK Indonesia Raya Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman
1. Guru pada sekolah ini diberikan kompensansi secara adil
15 45,45
2. Guru pada sekolah ini diberikan kompensasi secara layak dan wajar
15 45,45
3. Guru yang kena sanksi dikurangi kompensasinya karena kinerjanya jelek
3 9,09
Sumber : survei bulan Juni 2013
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa 45,45 % guru yang merasa
bahwa kompensasi yang diterima sudah adil, artinya banyak guru yang
merasa kompensasi yang diterima telah sesuai dengan yang diharapkan. Adil
artinya besarnya kompensasi yang dibayar kepada setiap guru, jabatan
pekerjaan, dan memenuhi persyaratan internal konsisten. Sistem kompensasi
yang akan menimbulkan rasa keadilan dan kenyamanan bagi guru sehingga
Fenomena lain ditemukan, 45,45 % guru pada sekolah ini merasa
diberikan kompensasi secara layak dan wajar sangat sedikit. Dan Guru 9,09
% yang kena sanksi dikurangi kompensasinya karena kinerjanya jelek.
Tabel 1.8
Fenomena Kompetensi Guru SMK Penerbangan Nusantara Ketaping Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman
No Permasalahan Jumlah
(Orang )
Persentase (%)
1. Guru pada sekolah ini diberikan kompensansi secara adil
10 33,33
2. Guru pada sekolah ini diberikan kompensasi secara layak dan wajar
9 30
3. Guru yang kena sanksi dikurangi kompensasinya karena kinerjanya jelek
11 36,67
Sumber : survei bulan Juni 2013
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa 33,33 % guru yang merasa
bahwa kompensasi yang diterima sudah adil, artinya banyak guru yang
merasa kompensasi yang diterima telah sesuai dengan yang diharapkan. Adil
artinya besarnya kompensasi yang dibayar kepada setiap guru, jabatan
pekerjaan, dan memenuhi persyaratan internal konsisten. Sistem kompensasi
yang akan menimbulkan rasa keadilan dan kenyamanan bagi guru sehingga
Fenomena lain ditemukan, 30 % guru pada sekolah ini merasa
diberikan kompensasi secara layak dan wajar sangat sedikit. Dan Guru
36,67% yang kena sanksi dikurangi kompensasinya karena kinerjanya jelek.
Tabel 1.9
Fenomena Kompetensi Guru SMK Indonesia Raya Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman
1. Guru pada sekolah ini diberikan kompensansi secara adil
4 20
2. Guru pada sekolah ini diberikan kompensasi secara layak dan wajar
3 15
3. Guru yang kena sanksi dikurangi kompensasinya karena kinerjanya jelek
13 65
Sumber : survei bulan Juni 2013
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa 20 % guru yang merasa
bahwa kompensasi yang diterima sudah adil, artinya banyak guru yang
merasa kompensasi yang diterima telah sesuai dengan yang diharapkan. Adil
artinya besarnya kompensasi yang dibayar kepada setiap guru, jabatan
pekerjaan, dan memenuhi persyaratan internal konsisten. Sistem kompensasi
yang akan menimbulkan rasa keadilan dan kenyamanan bagi guru sehingga
Fenomena lain ditemukan, 15 % guru pada sekolah ini merasa
diberikan kompensasi secara layak dan wajar sangat sedikit. Dan Guru 65 %
yang kena sanksi dikurangi kompensasinya karena kinerjanya jelek.
Dari ketiga data di atas menunjukkan bahwa kompensasi yang
diberikan kepada guru SMK Sekecamatan Batang Anai kurang adil, kurang
layak dan kurang wajar. Hal ini dibuktikan bahwa masih adanya guru yang
menyatakan bahwa kompensasi yang mereka terima dari sekolah masih
kurang adil, kurang layak dan kurang wajar.
Berikutnya faktor yang dianggap berpengaruh terhadap motivasi
kerja adalah iklim kerja atau dikenal dengan iklim organisasi.
Iklim organisasi adalah lingkungan manusia di dalam mana para guru
organisasi melakukan pekerjaan mereka. Menyadari bahwa dalam organisasi
terjadi saling berinteraksi sesama guru organisasi. Dalam setiap organisasi
memiliki iklim kerja yang berbeda-beda, ada suasana kondusif, dinamis,
sementara yang lain kurang bahkan tidak kondusif. Hal ini dipengaruhi
faktor internal guru, iklim organisasi itu dan lingkungan eksternal organisasi.
Perpaduan antara lingkungan internal dan pelaksanaan peran pada akhirnya
mempengaruhi kepuasan kerja guru.
Baik buruknya iklim organisasi dapat menyebabkan perubahan
perilaku guru menjadi negatif atau positif. Pengaruh positif dapat
menimbulkan perubahan ke arah perbaikan, dalam hal ini peningkatan
motivasi kerja yang pada akhirnya dapat tercapai tujuan organisasi.
yang dapat menimbulkan keterlambatan, kemungkinan turnover guru bahkan
kesengajaan memperlambat kerja guru.
Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa iklim organisasi
merupakan faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kerja guru. Adanya
iklim organisasi yang baik tentunya akan dapat meningkatkan motivasi kerja
guru dalam melaksanakan tugas.
Lynn dalam Timpe (2000:97) berpendapat Bahwa untuk menciptakan
iklim organisasi yang mencirikan dukungan bersama dan harapan akan
berhasil diwujudkan bila melakukan cara - cara :
1) Tetapkan sasaran yang jelas dan berikan umpan balik sesering mungkin.
2) Biarkan setiap orang melakukan pekerjaannya dengan caranya sendiri
dan jangan dihalang-halangi.
3) Harapkan sesuatu yang besar dan ketahuilah bahwa staf anda mampu
melakukannya.
Untuk itu organisasi harus dapat menciptakan iklim kerja yang
kondusif karena hal tersebut dapat mempengaruhi motivasi kerja guru untuk
bekerja lebih giat dan bersemangat.
Sehubungan dengan iklim organisasi yang terjadi pada guru
Sekecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman penulis mengadakan
adanya fenomena-fenomena masih kurang kondusifnya iklim kerja tampak
pada tabel berikut:
Tabel 1.10
Fenomena permasalahan iklim kerja guru SMK Indonesia Raya Kecamtan Batang Anai Kabupaten
Padang Pariaman
No Permasalahan Jumlah
(Orang) Persentase(%)
1. rangka penyelesaian pekerjaanGuru tidak selalu memberikan wewenang dalam 7 21,21
2. kebebasan dalam menyelesaikan pekerjaanGuru tidak selalu memperoleh kepercayaan dan 5 15,15
3. masalah yang dihadapi dalam pekerjaannnyaGuru tidak selalu mendapatkan perhatian atas 4 12,12
4. dorongan untuk tidak merasa takut jika memilikiGuru tidak selalu merasa Sekolah memberi
perbedaan pendapat 10 30,3
5. agar lebih professionalGuru merasa selalu merasa mendapat motivasi 7 21,21 Sumber : Diolah sendiri dari kuesioner survey awal, Juni 2013
Dari tabel 1.10 diatas dapat diindikasi antara lain: (1). 7 orang guru
atau 21,21% menyatakan bahwa guru tidak selalu memberikan wewenang
dalam rangka penyelesaian pekerjaan, (2). 5 orang guru atau 15,15%
menyatakan bahwa guru tidak selalu memperoleh kepercayaan dan
menyatakan bahwa guru tidak selalu mendapatkan perhatian atas masalah
yang dihadapi dalam pekerjaannnya, (4). 10 orang guru atau 30,3 %
mengatakan tidak selalu pimpinan memberikan dorongan untuk tidak merasa
takut jika memiiiki perbedaan pendapat. Dan (5). 7 orang guru atau 21,21 %
mengatakan selalu pemimpin memberikan motivasi agar lebih professional.
Tabel 1.11
Fenomena permasalahan iklim kerja guru SMK Penerbangan Nusantara Kecamatan Batang Anai
Kabupaten Padang Pariaman
No Permasalahan Jumlah
(Orang) Persentase(%)
1. rangka penyelesaian pekerjaanGuru tidak selalu memberikan wewenang dalam 8 26,67
2. kebebasan dalam menyelesaikan pekerjaanGuru tidak selalu memperoleh kepercayaan dan 7 23,33
3. masalah yang dihadapi dalam pekerjaannnyaGuru tidak selalu mendapatkan perhatian atas 3 10
4. dorongan untuk tidak merasa takut jika memilikiGuru tidak selalu merasa Sekolah memberi
perbedaan pendapat 2 6.67
5. agar lebih professionalGuru merasa selalu merasa mendapat motivasi 10 33,33 Sumber : Diolah sendiri dari kuesioner survey awal, Juni 2013
Dari tabel 1.11 diatas dapat diindikasi antara lain: (1). 8 orang guru
atau 26,67% menyatakan bahwa guru tidak selalu memberikan wewenang
dalam rangka penyelesaian pekerjaan, (2). 7 orang guru atau 23,33%
kebebasan dalam penyelesaian pekerjaan, (3). 3 orang guru atau 10%
menyatakan bahwa guru tidak selalu mendapatkan perhatian atas masalah
yang dihadapi dalam pekerjaannnya, (4). 7 orang guru atau 6,67 %
mengatakan tidak selalu pimpinan memberikan dorongan untuk tidak merasa
takut jika memiiiki perbedaan pendapat. Dan (5). 10 orang guru atau 33,33
% mengatakan selalu pemimpin memberikan motivasi agar lebih
professional.
Tabel 1.12
Fenomena permasalahan iklim kerja guru SMK Indonesia Raya Kecamtan Batang Anai Kabupaten
Padang Pariaman
No Permasalahan Jumlah
(Orang) Persentase(%)
1. rangka penyelesaian pekerjaanGuru tidak selalu memberikan wewenang dalam 6 30
2. kebebasan dalam menyelesaikan pekerjaanGuru tidak selalu memperoleh kepercayaan dan 5 25
3. masalah yang dihadapi dalam pekerjaannnyaGuru tidak selalu mendapatkan perhatian atas 2 10
4. dorongan untuk tidak merasa takut jika memilikiGuru tidak selalu merasa Sekolah memberi
perbedaan pendapat 6 30
5. agar lebih professionalGuru merasa selalu merasa mendapat motivasi 1 5 Sumber : Diolah sendiri dari kuesioner survey awal, Juni 2013
Dari tabel 1.12 diatas dapat diindikasi antara lain: (1). 6 orang guru
atau 30% menyatakan bahwa guru tidak selalu memberikan wewenang
dalam rangka penyelesaian pekerjaan, (2). 5 orang guru atau 25%
kebebasan dalam penyelesaian pekerjaan, (3). 2 orang guru atau 10%
menyatakan bahwa guru tidak selalu mendapatkan perhatian atas masalah
yang dihadapi dalam pekerjaannnya, (4). 6 orang guru atau 30 %
mengatakan tidak selalu pimpinan memberikan dorongan untuk tidak merasa
takut jika memiiiki perbedaan pendapat. Dan (5). 1 orang guru atau 5 %
mengatakan selalu pemimpin memberikan motivasi agar lebih professional.
Dari indikasi 3 SMK tersebut terlihat lingkungan yang tercipta saat
ini di organisasi belum memberikan inspirasi yang terbaik bagi guru dalam
menjalankan pekerjaannya, Hal ini mengakibatkan guru tidak memiiiki rasa
keterlibatan kerja yang baik. Keterlibatan ini nantinya akan tercermin dalam
pengabdian kerja guru, apakah akan mementingkan sekolah atau
kepentingan pribadi, juga guru yang belum merasa terlibat dalam organisasi
sekolah tidak akan memiiiki kepeduliaan terhadap pekerjaannya.
Untuk mengetahui pengaruh ketiga variable tersebut ( Kepemimpinan,
Kompensasi dan Iklim kerja) terhadap motivasi kerja guru Sekecamatan
Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman, maka penulis tertarik untuk
meneliti lebih lanjut permasalahan tersebut dengan judul
"PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, KOMPENSASI DAN IKLIM KERJA TERHADAP MOTIVASI KERJA GURU SMK SEKECAMATAN BATANG ANAI KABUPATEN PADANG PARIAMAN."
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan penelitian
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Sejauhmana pengaruh Kepemimpinan terhadap motivasi kerja guru SMK Sekecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman.
2. Sejauhmana pengaruh Iklim kerja terhadap motivasi kerja guru SMK Sekecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman
3. Sejauhmana pengaruh Kompensasi terhadap motivasi kerja guru SMK Sekecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman.
4. Sejauhmana Pengaruh Kepemimpinan terhadap Iklim kerja guru SMK Sekecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman
5. Sejauhmana pengaruh Kompensasi terhadap Iklim kerja guru SMK Sekecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini
diharapkan dapat menganalisis:
1. Pengaruh Kepemimpinan terhadap motivasi kerja guru SMK
Sekecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman.
2. Pengaruh Iklim kerja terhadap motivasi kerja guru SMK Sekecamatan
Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman
3. Pengaruh Kompensasi terhadap motivasi kerja guru SMK
Sekecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman.
4. Pengaruh Kepemimpinan terhadap Iklim kerja guru SMK
5. Pengaruh Kompensasi terhadap Iklim kerja guru SMK Sekecamatan
Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman
6. Pengaruh Kepemimpinan terhadap Kompensasi guru SMK
Sekecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara
teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis diharapkan dapat bermanfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahuan, terutama terkait dengan
kepemimpinan, kompensasi, iklim kerja dan motivasi kerja.
Adapun secara praktis manfaat yang diharapkan dari penelitian tersebut
adalah:
1. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan
masukan pada kepala sekolah SMK Sekecamatan Batang Anai Kabupaten
Padang Pariaman dalam upaya peningkatan motivasi kerja guru pada masa
yang akan datang.
2. Diharapkan melalui penelitian ini dapat diterapkan teori manajemen
sumber daya manusia khususnya berkaitan dengan persoalan
kepemimpinan, kompensasi dan iklim kerja terhadap motivasi kerja.
3. Diharapkan dapat memberikan pemahaman bagi guru tentunya yang
4. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi bagi peneliti
selanjutnya terutama yang akan meneliti di bidang yang sama.
5. Bagi penulis untuk menambah khasanah pengetahuan dan pemahaman
tentang hal-hal yang berpengaruh terhadap motivasi.
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
A. KAJIAN TEORI 1. Motivasi Kerja
a. Pengertian
Motivasi menurut Alwi dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:
756), di artikan sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara
sadar atau tidak untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu
tergugah melakukan sesuatu berencana ingin mencapai tujuan yang di
Menurut Robbins (2003:55) Motivasi adalah keinginan untuk
melakukan sesuatu dan menentukan kemampuan bertindak dalam
melakukan sesuatu untuk memuaskan kebutuhan individu . Menurut Rivai
(2004:456) Motivasi adalah dorongan individu untuk melakukan tindakan
karena mereka ingin melakukannya, apabila individu termotivasi maka
mereka akan membuat pilihan yang positif untuk melakukan sesuatu karena
akan dapat memuaskan keinginan mereka.
Greenberg dan Baron dalam Wibowo (2011:379) "Berpendapat
bahwa motivasi merupakan serangkaian proses yang membangkitkan
( arouse), mengarahkan (direc) dan menjaga (maintain) perilaku manusia
pada pencapaian tujuan". Membangkitkan berkaitan dengan dorongan atau
energi di belakang tindakan. Motivasi juga kepentingan dengan pilihan yang
dilakukan orang dan arah perilaku mereka, sedangkan perilaku menjaga atau
memelihara berapa lama orang akan terus berusaha untuk mencapai tujuan.
Handoko (2003:252) Menyatakan," bahwa motivasi adalah keadaan
dalam diri seseorang untuk mendorong keinginannya untuk melakukan
kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan " . Dengan demikian
maka motivasi selalu terkait dengan tujuan yang ingin di capai oleh
seseorang . Dengan kata lain keinginan untuk mencapai tujuan pribadi dan
tujuan organisasi akan merangsang seseorang untuk berbuat, rangsangan
atau dorongan inilah yang dinamakan dengan motivasi.
Selanjutnya lebih khusus arti motivasi kerja dikemukan oleh
menimbulkan semangat atau dorongan untuk bekerja, dengan motivasi kerja
yang tinggi maka seseorang akan bersemangat dalam melakukan
pekerjaannya".
Menurut pendapat Dubrin (2005:12). Menyatakan bahwa Motivasi
bagian inti dari tugas pemimpin. Memotivasi orang lain berarti mengajak
orang lain untuk bekerja lebih keras lagi. Motivasi adalah tantangan utama
yang ada sudah ada sejak lama di dalam tugas manajer." Selain itu Dubrin
(2005:13) menambahkan bahwa Pemimpin yang efektif akan mengilhami,
mempengaruhi, dan memotivasi orang lain dan menjadi ujung tombak
dalam menggerakkan perubahan yang bermanfaat.
Dorongan itu dapat berkembang menjadi motivasi berprestasi
apabila dalam bekerja seseorang /anggota organisasi berusaha mencapai
hasil secara maksimal sebagai motivasi terbaiknya. Motivasi itu berubah
dan berkembang menjadi motivasi persaingan apabila
seseorang/anggota organisasi berusaha mencapai hasil maksimal yang lebih
baik dari hasil/prestasi orang/anggota Organisasi lainnya di dalam organisasi
yang sama. Motivasi kerja ini biasanya terlihat dari perilaku kerja seperti
tekun pada tugas sulit, semangat belajar yang tingi, berusaha keras dan
pantang menyerah.
Menurut Saydam (2005:232), Pimpinan yang gagal memberikan
motivasi kepada bawahanya tentulah akan dapat menciptakan kondisi kerja
"demotivasi" (tidak adanya Motivasi).
Iwan Rei dalam Nofiyanti (2009:41) Menyatakan ada beberapa
faktor yang mempengaruhi motivasi yaitu gaji/kompensasi, kesempatan
mengembangkan karier, kepemimpinan dalam organisasi, komunikasi,
lingkungan kerja fisik, hubungan dengan rekan kerja, visi, misi dan tujuan
organisasi.
Dilihat dari pendapat Chester Bernard dalam Sutaryadi (2000:249)
mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi adalah :
1. Faktor kemampuan kerja
Faktor yang berhubungan dengan pemahaman tentang metode, cara
kerja yang tepat dan memahami bagaimana pekerjaan itu diselesaikan.
2. Faktor semangat kerja
Faktor yang berhubungan dengan suasana batin dan perasaan
senang atau tidak senang, bergairah atau tidak bergairah, semangat atau
tidak semangat apabila memiliki moral kerja yang tinggi maka
cendrung memiliki disiplin kerja yang tinggi dalam bekerja.
3. Faktor gaji/upah/tunjangan profesi.
4. Kepemimpinan
Berhubungan dengan pujian, penghargaan, kesempatan
mengemukakan pendapat, perlakuan yang tidak pilih kasih dan terlibat
dalam pengambilan kebijakan.
Ini berhubungan dengan suasana kantor, hubungan antar personil,
hubungan atasan dan bawahan dan keadaan geografis.
6. Stress kerja
Mengalami stress kerja dalam melaksanakan pekerjaannya akan
memiliki motivasi berprestasi yang rendah karena mereka kurang
mempunyai semangat dan inisiatif dalam melaksanakan pekerjaannya.
Menurut Handoko (2001:40), beberapa faktor yang mempengaruhi
motivasi berprestasi adalah kepemimpinan, kompensasi, pendidikan,
pelatihan, iklim kerja dan stress kerja.
Serta diperkuat oleh Zainun (2005:32), faktor yang mempengaruhi
motivasi berprestasi adalah kepemimpinan, iklim organisasi, pengupahan,
stress kerja, pendidikan, kompetensi, pelatihan dan lain-lain.
Hal yang sama dikemukakan oleh Siswanto (2002:212), menyatakan
bahwa motivasi berprestasi dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan, iklim
organisasi, stress kerja, pendidikan dan pelatihan.
Hasibuan (2000:49), Menyatakan bahwa motivasi berprestasi pada
diri dapat dipengaruhi beberapa faktor diantaranya adalah :
1) Adanya kepemimpinan yang lebih baik
2) Iklim organisasi yang kondusif dan mendukung tercapainya
tujuan organisasi
3) Adanya kesepakatan untuk promosi
5) Tidak adanya terjadi stress kerja yang dialami dalam melakukan
tugasnya sehari-hari.
Menurut Anoraga (2001:95), motivasi kerja di pengaruhi oleh :
- Job security
Keamanan kerja dimana menganggap pekerjaan yang aman dan
tetap.
- Opportunities for achievement
Kesempatan mendapat kemajuan, kondisi kerja yang
menyenangkan yaitu suasana kerja yang harmonis.
- Goodworking Companion
Rekan kerja yang baik yaitu Kompensasi,yaitu berupa gaji dan
imbalan.
Motivasi kerja seseorang di dalam melaksanakan pekerjaannya di
pengaruhi oleh beberapa faktor (Saydam, 2005:371), yaitu :
1. Faktor Internal terdiri dari:
1) Kematangan Pribadi
Orang yang bersifat egois dan kemanja manjaan biasanya akan peka
dalam menerima motivasi yang akan di berikan sehingga agak sulit
untuk dapat bekerjasama dalam membuat motifasi kerja . Oleh sebab
itu kebiasaan yang di bawa seseorang sangat mempengaruhinya
motivasinya.
Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi
biasanya akan lebih termotivasi karena sudah mempunyai wawasan
yang lebih luas dibandingkan dengan yang lebih rendah tingkat
dimilikinya tidak digunakan secara maksimal ataupun tidak di hargai
sebagaimana layaknya.
3) Keinginan dan harapan pribadi
Seseorang mau bekerja keras bila ada harapan pribadi yang hendak
diwujudkan menjadi kenyataan.
4) Kebutuhan
Kebutuhan biasanya berbanding sejajar dengan motivasi, semakin
besar kebutuhan sesorang untuk di penuhi maka semakin besar pula
motivasi tersebut untuk bekerja keras
5) Kelelahan dan kebosanan
Faktor kelelahan dan kebosanan mempengaruhi gairah dan semangat
kerja yang pada giliranya juga akan mempengaruhi motivasi
kerjanya.
6) Kepuasan kerja
Kepuasan kerja mempunyai korelasi yang sangat kuat kepada tinggi
rendahnya motivasi kerja seseorang. Orang yang puas terhadap
pekerjaannya akan mempunyai motivasi yang tinggi dan committed
terhadap pekerjaannya, tinggi rendahnya kepuasan dapat tercermin
bekerja ektra, tingkat turn over yang rendah dan sejumlah indicator
positif lainnya yang bermuara pada peningkatan kinerja perusahaan.
2. Faktor Eksternal terdiri dari
1) Kondisi lingkungan kerja Lingkungan kerja adalah keseluruhan
sarana dan prasarana kerja yang ada di sekitar yang sedang
melakukan pekerjaan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan kerja
itu sendiri. Lingkungan pekerjaan meliputi tempat bekerja, fasilitas
dan alat bantu pekerjaan, kebersihan, pencahayaan, ketenangan
termasuk juga hubungan kerja antara orang-orang yang ada di tempat
tersebut.
2) Kompensasi yang memadai merupakan alat motivasi yang paling
ampuh bagi pemimpin untuk memberikan dorongan kepada para
bawahannya untuk bekerja secara baik.
3) Supervisi yang baik Supervisor dapat mempengaruhi bawahannya
untuk bertindak sesuai dengan keinginan organisasi.
4) Ada jaminan karier (penghargaan atas Prestasi) Karir adalah
rangkaian posisi yang berkaitan dengan kerja yang ditempati
seseorang sepanjang hidupnya.
5) Status dan tanggung jawab Status atau kedudukan dalam jabatan.
6) Peraturan yang fleksibel
Faktor yang lain yang di ketahui dapat mempengaruhi motivasi
Dari uraian di atas dapat di katakan bahwa dalam kehidupan
organisasi, motivasi berarti dorongan yang dapat memberi semangat kerja
untuk berperilaku tertentu dalam usaha mencapai tujuan organisasi yang
telah di tetapkan.
Orang yang bermotivasi besar dan berkemampuan besar akan
menghasilkan suatu karya besar pula demikian pula sebaliknya, Orang yang
mempunyai kemampuan rendah dan memiliki motivasi rendah akan
menghasilkan karya rendah. Oleh karena itu untuk menghasilkan karya
besar di perlukan motivasi dan kemampuan yang besar.
c. Indikator Motivasi Kerja
Berdasarkan teori motivasi M.Clelland dalam Usman (2010:264)
menjelaskan ada tiga kebutuhan dalam motivasi kerja yaitu:
a. Kebutuhan akan prestasi, yaitu dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, berusaha keras untuk sukses.
Guru yang memiliki kebutuhan akan prestasi mempunyai dorongan
yang kuat sekali untuk berhasil. Mereka bergulat untuk prestasi pribadi
bukannya untuk ganjaran sukses itu semata-mata. Mereka mempunyai
hasrat untuk melakukan sesuatu dengan lebih baik atau lebih efisien dari
pada yang telah dilakukan sebelumnya. Dorongan ini adalah kebutuhan
akan prestasi (nAch-achievement need). Peraih prestasi tinggi
membedakan diri mereka dari orang lain oleh hasrat mereka untuk
menyelesaikan hal-hal dengan lebih baik. Mereka mencari situasi dimana
pemecahan terhadap masalah-masalah dimana mereka dapat menerima
umpan balik yang cepat atas kinerja mereka sehingga mereka dapat
mengetahui dengan mudah apakah mereka menjadi lebih baik atau tidak,
dan dimana mereka dapat menentukan tujuan-tujuan yang cukup
menantang.
b. Kebutuhan akan kekuasaan, yaitu kebutuhan untuk membuat orang berperilaku dalam suatu cara orang-orang itu (tanpa dipaksa) tidak akan
berperilaku demikian.
Guru yang memiliki kebutuhan akan kekuasaan (nPow-need for
power) adalah hasrat untuk mempunyai dampak, berpengaruh dan
mengendalikan orang lain. Individu-individu dengan nPow yang tinggi
menikmati untuk dibebani, bergulat untuk dapat mempengaruhi orang
lain, lebih menyukai ditempatkan di dalam situasi kompetitif dan
berorientasi status, dan cenderung lebih peduli akan prestise (gengsi) dan
memperoleh pengaruh terhadap orang lain dari pada kinerja yang efektif.
c. Kebutuhan akan afiliasi, yaitu hasrat untuk hubungan antar pribadi yang ramah dan akrab.
Kebutuhan akan afiliasi adalah kebutuhan untuk menjalin
hubungan dan memelihara hubungan yang bersahabat dan hangat dengan
orang lain. Seseorang yang memiliki kebutuhan berafiliasi yang tinggi
sangat peduli untuk memperbaiki hubungan yang terganggu. Mereka juga
menginginkan untuk melakukan pekerjaan yang memungkinkan
keras untuk persahabatan, lebih menyukai situasi koperatif daripada
situasi kompetitif, dan sangat menginginkan hubungan yang melibatkan
derajat pemahaman timbal balik yang tinggi.
Teori ini berusaha menjelaskan achievement oriented behaviour
yang didefinisikan sebagai pelaku yang diserahkan terhadap standard of
excellent. Menurut teori ini, seseorang mempunyai need for achievement
yang tinggi selalu mempunyai pola pikir tertentu ketika dia merencanakan
untuk melaksanakan suatu pekerjaan, yaitu mempertimbangkan pekerjaan
yang akan dilakukan itu cukup menantang atau tidak
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk melihat tinggi
rendahnya motivasi kerja yang dimiliki oleh guru dalam melaksanakan
tugas dapat dinilai dari aspek:
1. Kebutuhan akan prestasi
2. Kebutuhan akan kekuasaan
3. Kebutuhan akan afiliasi
Menurut McClelland dalam wahjosumidjo (2007:199) Pemberian
motivasi kerja mampu mempengaruhi dan mendorong masyarakat yang
mensyaratkan pada tingkat keterampilan, kredibilitas dan penerimaan yang
memadai. Ciri-ciri individu yang mempunyai motivasi kerja yang tidak
terlihat dengan (1). Semangat kerja mereka yang tinggi (2). Mempunyai
Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa motivasi kerja
guru adalah dorongan yang memberikan semangat kerja pada para guru
untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam usaha mencapai
tujuan organisasi/lembaga yang telah di tetapkan.
2. Kepemimpinan a. Pengertian
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu
kelompok untuk mencapai tujuan. Menurut Wahjusumidjo (2005:103)
kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi, menggerakkan
dan mengarahkan suatu tindakan pada diri seseorang atau sekelompok orang
untuk mencapai tujuan tertentu oada situasi tertentu. Mangkunegara
(2000:11) menyatakan bahwa kepeminmpinan (leader) berasal dari akar
kata to lead mengandung arti bergerak lebih awal, berjalan didepan,
mengambil langkah pertama, berbuat paling dulu, mempelopori,
mengarahkan pikiran, pemdapat, tindakan orang lain, membimbing,
menentukan, menggerakkan orang lain melalui pengaruhnya. Seorang
pemimpin adalah orang yang bergerak lebih awal, berjalan lebih depan,
mengambil langkah pertama, berbuat paling dulu, mempelopori,
mengarahkan pikiran, pendapat, tindakan orang lain, membimbing,
menuntun, menggerakkan orang lain melalui pengaruhnya.
Menurut (Gary yukl. 2005:8) mengatakan "Kepemimpinan adalah
apa yang perlu dilakukan secara efektif, serta proses untuk memfasilitasi
upaya individu dan kolektif untuk mencapai tujuan bersama".
Berdasarkan pengertian ini bahwa kepemimpinan unit kerja adalah
bagaimana menggerakkan mereka mau melakukan fungsi dan tugasnya.
Saydam (2005:702) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan
kemampuan lebih baik yang dimiliki seseorang baik dalam organisasi atau
tidak untuk mempengaruhi orang-orang yang ada dalam lingkungannya agar
mereka bersedia bekerja untuk mencapai tujuan yang diinginkan
sipemimpin.
Selanjutnya menurut Kunz, dkk (dalam Kamars, 2000:164)
"leadership as inpluence, the art or of process of influencing people so that
will strive willingly and enthusiastically toeard the achievement of grup".
Dalam bahasa Indonesia artinya : Kepemimpinan sebagai pengaruh, seni
atau proses mempengaruhi orang-orang sehingga mereka mau bekerjasama
serta sukarela dan bersemangat kearah pencapaian tujuan-tujuan kelompok.
Berdasarkan definisi tersebut diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
kepemimpinan tersebut mencakup tiga elemen yaitu : 1) Kepemimpinan
adalah suatu konsep relasi (relation konsep), kepemimpinan hanya ada
dalam proses relasi dengan orang lain (peran pengikut) artinya jika tidak ada
pengikut maka pemimpin tidak ada, 2) Kepemimpinan adalah merupakan
suatu proses, agar bisa memimpin harus melakukan sesuatu berdasarkan
tujuan yang ingin dicapai, 3) kepemimpinan harus membujuk orang lain.
1. Tipe Kepemimpinan Otokratik
Kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan di tangan satu orang atau
sekelompok kecil orang yang di antara mereka tetap ada seseorang
yang paling berkuasa.Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal.
Kedudukan bawahan semata-mata sebagai pelaksana keputusan
,perintah dan bahkan kehendak pemimpin. Pemimpin memandang
dirinya lebih dalam segala hal di banding dengan bawahannya selain
tunduk dan patuh di bawah kekuasaan sang pemimpin. Kekuasaan
pemimpin digunakan untuk menekan bawahan, dengan
mempergunakan sangsi atau hukuman sebagai alat utama.
2. Tipe Kepemimpinan Paternalistic.
Dalam tipe ini lebih lebih mengutamakan kebersamaan, tipe ini
memperlakukan semua satuan kerja yang terdapat dalam organisasi
dengan seadil dan serata mungkin.
3. Tipe kepemimpinan karismatik.
Dalam tipe ini pemimpin mempunyai kemampuan menggerakan orang
lain dengan mendayagunakan keistimewaan atau kelebihan pribadi
yang dimiliki oleh pemimpin sehingga menimbulkan rasa hormat,
segan dan patuh pada orang-orang yang dipimpinnya, adapun
keistimewaan kepribadian yang umum dimiliki kepemimpinan tipe ini
adalah akhlak yang terpuji.
Dalam kepemimpinan ini, pemimpin berkedudukan sebagai symbol.
Kepemimpinan dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh pada
orang yang di pimpin dalam mengambil keputusan dan melakukan
kegiatan (berbuat) menurut kehendak dan kepentingan
masing-masing, baik secara perorangan maupun berupa kelompok-kelompok
kecil. Pemimpin hanya memfungsikan dirinya sebagai penasehat,
yang dilakukan dengan memberi kesempatan untuk berkompromi atau
bertanya bagi anggota kelompok yang memerlukannya. Dalam
kepemimpinan ini apabila tidak ada seorangpun dari anggota
kelompok atau bawahan yang mengambil inisiatif untuk menetapkan
suatu keputusan maka tidak ada aktivitas atau kegiatan organisasi.
5. Tipe kepemimpinan demokratis.
Tipe kepemimpinan ini menempatkan manusia sebagai faktor utama
dan terpenting dalam setiap kelompok/organisasi. Proses
kepemimpinan diwujudkan dengan cara memberikan kesempatan
yang luas bagi anggota kelompok/Organisasi untuk berpartisipasi
dalam setiap kegiatan. Setiap kelompok tidak saja diberi kesempatan
untuk aktif, tetapi juga di bantu dalam mengembangkan sikap dan
kemampuannya memimpin. Kondisi itu memungkinkan setiap orang
siap untuk di promosikan menduduki jabatan pemimpin secara
berjenjang,Bila mana terjadi kekosongan karena pensiun, mutasi,
Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang aktif, dinamis
dan terarah. Kegiatan-kegiatan pengendalian dilaksanakan secara tertib dan
bertanggung jawab. Pembagian tugas yang disertai pelimpahan wewenang
dan tanggung jawab yang jelas memungkinkan setiap anggota berpartisipasi
secara aktif. Dengan kata lain setiap anggota mengetahui secara pasti
sumbangan yang dapat diberikan untuk mencapai tujuan organisasi.
Sedangkan Hines dalam Timpe (2000:122) mengemukakan gaya
kepemimpinan ada 3 macam :
1) Gaya kepemimpinan otokratis
Pimpinan dalam gaya ini membuat keputusan dilakukan sendiri karena
kekuasaan terpusat pada satu orang yang memikul tanggung jawab dan
kewenangan penuh.
2) Gaya kepemimpinan demokratis
Pemimpin yang demokratis (partisipatif) berkonsultasi dengan kelompok
atau bawahan mengenai maslah yang menarik perhatian meraka dan
dimana mereka dapat menyumbangkan sesuatu dalam rangka
menyelesaikan masalah yang timbul.
3) Gaya kepemimpinan kendali bebas
Pemimpin penganut kendali bebas memberikan kekuasaan kepada
kelompok atau bawahan dan kelompok atau bawahan dapat
mengembangkan sasarannya sendiri dan memecahkan masalahnya
Terdapat banyak definisi tentang kepemimpinan, namun dapat
disimpulkan terdapat kesamaan asumsi kepemimpinan yaitu suatu fenomena
kelompok yang melibatkan interaksi antara dua orang atau lebih dan
didalamnya melibatkan proses mempengaruhi, dimana pengaruh yang
sengaja {Intentional influence) digunakan pemimpin terhadap bawahannya.
Dalam hal ini Penulis menyimpulkan bahwa defenisi kepemimpinan
adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk
mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok lain yang
tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
b. Fungsi Kepemimpinan
Fungsi artinya jabatan (pekerjaan) yang dilakukan atau kegunaan
sesuatu hal atau kerja suatu bagian tubuh. Sedangkan fungsi kepemimpinan
berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan
kelompok/organisasi masing-masing yang mengisyarakatkan bahwa setiap
pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu.
Kepemimpinan merupakan salah satu aspek manejerial dalam
kehidupan organisasi yang memegang peranan kunci. Dengan
kepemimpinan yang baik seorang pemimpin akan mampu mengarahkan
bawahannya agar bekerja lebih maksimal sesuai dengan yang ditetapkan.
Bentuk pengaruh tersebut dapat secara formal seperti tingkat manajerial
pada suatu organisasi. Karena posisi manajemen terdiri atas tingkatan yang
suatu peran kepemimpinan sebagai akibat dari posisi yang ia pegang pada
organisasi tersebut. Namun, tidak semua pemimpin adalah manejer, dan
begitu juga sebaliknya, tidak semua manejer merupakan pemimpin. Hanya
karena hak tertentu diberikan oleh organisasi terhadap manejerial tidak
menjamin bahwa mereka mampu memimpin secara efektif (Stephen P.
Robbins. 2002:164-165).
Menurut Kirkpatrick dan Locke (2004:87) ada 6 ciri-ciri yang
mengemukakan fungsi kepemimpinan yaitu :
1) Menggerakkan
Mereka memiiiki keinginan untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi,
ambisius dan memiiiki banyak energy, memiiiki aktivitas dan punya
banyak inisiatif
2) Gairah pemimpin
Para pemimpin memiiiki gairah yang kuat untuk mempengaruhi dan
memimpin orang lain.
3) Kejujuran dan integrasi
Para pemimpin membangun kepercayaan yang berhubungan antara diri
mereka dengan para pengikutnya, dengan menjadi orang yang dipercaya
dan dengan menunjukkan konsistensi yang tinggi antara kata dan
tindakan, sehingga dapat dikatakan bahwa sama antara kata dengan
perbuatan.
Para pengikut melihat para pemimpin yang tidak memiiiki keragu-raguan
terhadap dirinya. Para pemimpin perlu menunjukkan kepercayaan diri
dalam rangka meyakinkan pengikutnya atas ketepatan tujuan dan
keputusan.
5) Intelegensi
Para pemimpin perlu untuk memiliki intelegensi yang cukup untuk
mengumpulkan, memformulasikan, mengintegrasikan dan
menginterprestasikan informasi dalam jumlah banyak. Juga perlu mampu
untuk menciptakan visi, memecahkan masalah dan mengambil keputusan
yang tepat, sehingga tidak mudah dipengaruhi orang.
6) Memiliki pengetahuan yang relevan dengan pekerjaan
Para pemimpin yang efektif memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi
tentang perusahaan, industri, dan masalah teknis. Dengan pengetahuan
yang memadai memungkinkan seseorang untuk mengambil keputusan
berdasarkan informasi yang baik dan memahami implikasi dari
keputusan tersebut.
Sedangkan menurut Siagian (2002:23) fungsi kepemimpinan yang
bersifat hakiki semuanya berkisar tentang pengambilan keputusan sebagai
inti efektivitas kepemimpinan seseorang meliputi:
a) Penentuan arah yang hendak ditempuh oleh organisasi dalam upaya
pencapaian tujuan dengan berbagai sasaran yang digariskan
b) Wakil dari juru bicara organisasi dalam berhubungan dengan berbagai
c) Komunikator yang efektif
d) Mediator yang handal
Khususnya dalam mengatasi berbagai situasi konflik yang mungkin
timbul antar individu dalam satu kelompok kerja sama dan antar berbagai
kelompok kerja sama yang terdapat dalam organisasi yang dipimpinnya.
e) Integrator yang rasional dan objektif
Menurut Rivai (2006:53) secara operasional fungsi pokok kepemimpinan
dapat dikelompokkan menjadi:
a. Fungsi Instruksi
Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pimpinan sebagai komunikator
merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan dimana
perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif.
Kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan untuk menggerakkan
dan memotivasi orang lain agar mau melaksanakan perintah.
b. Fungsi Konsultasi
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pimpinan kerap kali berkonsultasi
dengan orang-orang yang dipimpinnya yang dinilai mempunyai berbagai
bahan informasi yang diperlukan dalam menetapkan keputusan. Selanjutnya
pimpinan melakukan konsultasi dengan orang-orang yang dipimpin setelah
keputusan telah ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi ini
untuk memperbaiki keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan
dilaksanakan. Dengan menjalankan fungsi konsultasi diharapkan
keputusan-keputusan akan mendapat dukungan dan lebih mudah mengintruksikannya
sehingga kepemimpinan berlangsung efektif.
c. Fungsi Partisipasi
Dalam menjalankan fungsi ini pimpinan berusaha mengaktifkan
orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan dalam mengambil
keputusan maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi ini berarti bebas
berbuat semaunya, tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah berupa
kerjasama dengan baik mencampuri atau mengambil tugas pokok orang
lain, keikutsertaan pemimpin harus tepat dalam fungsi sebagai pimpinan
yang bukan pelaksana.
d. Fungsi Delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang,
membuat, menetapkan keputusan baik melalui persetujuan maupun tanpa
persetujuan dari pimpinan. Fungsi delegasi ini harus diyakini merupakan
pembantu pimpinan yang memiliki kesamaan prinsip, persepsi dan aspirasi.
e. Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses mampu
mengatur aktivitas anggota secara terarah dan dalam koordinasi yang
efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara
maksimal. Fungi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan
Dalam konteks ini kepemimpinan mempunyai hubungan yang kuat
dengan motivasi berprestasi. Hal ini berarti dengan kepemimpinan yang
efektif dapat meningkatkan motivasi berprestasi seseorang.
Dalam hal ini kepemimpinan mengandung makna antara lain :
1) Kepemimpinan merupakan sesuatu yang melekat pada diri seseorang yang
berupa sifat-sifat tertentu seperti kepribadian (personality, kemampuan
(ability), kesanggupan (capability).
2) Kepemimpinan merupakan rangkaian kegiatan pimpinan yang tidak dapat
dipisahkan dengan kedudukan dan perilaku pimpinan itu sendiri.
3) Kepemimpinan merupakan proses antara hubungan atau interaksi antara
pemimpin, pengikut dan situasi.
Menurut Rivai (2004:50) kepemimpinan akan mengembangkan
kemampuan mengenali kebutuhan budaya yang relevan saat ini dan
membuat upaya yang bermakna untuk memainkan budaya organisasi untuk
kinerja yang unggul dan pengembangan manusia. Pimpinan harus
memperhatikan perkembangan budaya, dimana budaya yang dikembangkan
menjadi lingkungan yang akan terintegrasi. Menciptakan, menetapkan dan
mempertahankan nilai-nilai organisasi menjadi salah satu dari pekerjaan
yang paling penting.
Demock dan Keong (Sondang, 2002:15) Mengemukakan,
Hubungan baik yang tercipta antara bawahan dengan atasan merupakan
ciri-ciri keberhasilan dari kemampuan pimpinan sebagai berikut:
2. Kemampuan menggerakkan
3. Kemampuan mengkoordinir
4. Kemampuan mengambil keputusan
5. Kemampuan memberi sanksi
Dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan ini merupakan suatu
kemampuan dalam memberdayakan seluruh sumberdaya untuk dapat
bekerja secara optimal. Ketidakberhasilan suatu organisasi juga disebabkan
ketidakberhasilan kepemimpinan dalam mengelola dan memberdayakan
sumberdaya. Untuk itu kemampuan kepemimpinan sangat diperlukan untuk
mampu mengoptimalkan sumberdaya untuk mencapai kepentingan atau
tujuan organisasi.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka yang menjadi indikator pada
variabel kepemimpinan dalam penelitian ini adalah :
1) Kemampuan mengarahkan
2) Kemampuan menggerakkan
3) Kemampuan mengkoordinir
4) Kemampuan mengambil keputusan
5) Kemampuan memberi sanksi
3. Kompensasi a. Pengertian
Menurut Hasibuan (2009:118) Kompensasi merupakan semua
yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang di berikan kepada
organisasi. Dikatakan juga kebijaksanaan kompensasi baik besarnya,
susunan waktu pembayaran dapat mendorong gairah kerja dan keinginan
karyawan untuk mencapai prestasi kerja yang optimal. Menurut Tohardi
(2002:414) Kompensasi merupakan komponen penting yang perlu di
perhatikan untuk mendorong motivasi, menciptakan kegairahan dalam
bekerja yang akhirnya bermuara pada peningkatan produktivitas.
Kompensasi adalah Segala sesuatu yang di terima sebagai balas jasa
kerja merek (Sedarmayanti 2010:239). "Sistem imbalan atau kompensasi
yang baik adalah sistem yang mampu menjamin kepuasan para anggota
organisasi yang pada gilirannya memungkinkan organisasi memperoleh,
memelihara dan mempekerjakan sejumlah orang yang dengan berbagai
sikap dan perilaku positif bekerja dengan produktif bagi kepentingan
organisasi"(Siagian, 2003:253). Menurut Martoyo (2000), kompensasi
adalah pengaturan keseluruhan pemberian balas jasa bagi pimpinan dan
bawahnya, baik yang langsung berupa uang maupun tak langsung berupa
uang. Handoko (2002) menyatakan kompensasi adalah segala sesuatu yang
diterima sebagai balas jasa untuk kerja mereka. Menurut Robbins (2001)
balas jasa yang pantas diberikan adalah sesuai dengan sistem dan kebijakan
yang adil dan segaris dengan harapan.
Oleh karena itu Werther dan Davis mengatakan apabila kompensasi
tidak dikelola dengan baik, maka akan meningkatkan perpindahan tenaga