• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dengan Pendekatan Teologis dan Filosofis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Dengan Pendekatan Teologis dan Filosofis"

Copied!
420
0
0

Teks penuh

(1)

(Dengan Pendekatan Teologis dan Filosofis)

Oleh:

DR. H. Asep Ahmad Fathurrohman, Lc., M.Ag

(2)

Ilmu Pendidikan Islam | 2

DR. H. Asep Ahmad Fathurrohman, Lc., M.Ag Cetakan I, Desember 2013

Editor :

Giovani Van Rega Desain Lay Out : Azinuddien Hanafi Desain Cover : Azinuddien Hanafi

Copyright @ 2013 Penerbit Pustaka Al-kasyaf All right reserved

Diterbitkan oleh :

Penerbit Pustaka Al-kasyaf

Jl. Komplek Vijaya Kusuma Blok A No. 21-23 Cipadung-Cibiru Kota Bandung

Jawa Barat Indonesia

Copy Right @ 2013

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dengan cara apapun, termasuk dengan penggunaan

(3)

iii

Kata Pengantar

(4)
(5)

v

Kata Pengantar

Oleh : Penulis

Segala puji milik Allah Swt yang telah memberikan nikmat Iman, Islam dan Ihsan kepada kita semua. Shalawat beserta salam semoga tercurah kepada junjunan, tuntunan dan teladan kita semua nabi Muhammad Saw.

Atas izin, taqdir dan hidayah Allah Swt, akhirnya buku pengantar ilmu pendidikan Islam bagian pertama ini selesai dibuat. Banyak hambatan dan rintangan dalam penyelesaiannya. Setiap kali dibaca, selalu saja ada yang kurang, ingin terus ditambahkan. Inilah bukti bahwa ilmu yang dimiliki manusia itu sangatlah sedikit. Rasa keinginan untuk menyebarkan teori-teori pendidikan dengan pendekatan teologis dan filosofis sangat besar dalam jiwa penulis. Sehingga penulis mencoba mengekplorasi teori-teori tersebut dengan bingkai kedua pendekatan tersebut.

Keterpanggilan ini muncul tidak saja karena untuk menunaikan tri dharma pendidikan, lebih dari itu bahwa penyebaran ide melalui buku termasuk dakwah fikir dan untuk melatih berfikir penulis.

Selain itu penulis juga mengampu mata kuliah ilmu pendidikan, dasar-dasar kependidikan dan ilmu pendidikan Islam. Oleh karena itu, rasa tanggung jawab itulah yang memotivasi penulis untuk menulis buku daras ini.

Pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan teologis dan filosofis. Yang dimaksud dengan pendekatan teologis adalah eksplorasi teori pendidikan yang berdasarkan dalil naqli yaitu Al-Quran dan Hadits. Walaupun tidak semua, namun ruh menuju kearah tersebut dicoba untuk senantiasa ada. Hal ini perlu, sebab untuk memberikan pemahaman bahwa agama itu mencakup semua hal termasuk bidang pendidikan. Hanya saja agama itu memberikan isyarat dan simbol saja. Istilah, manual dan teknis pendidikan itu diserahkan kepada manusia.

(6)

Ilmu Pendidikan Islam | vi

Ada sebelas bab yang diuraikan dalam buku ini yaitu: Bab I : Manusia

Bab II : Pendidikan

Bab III : Dasar dan Tujuan Pendidikan Bab IV : Tanggung Jawab Pendidikan Bab V : Jenis-Jenis Pendidikan Bab VI : Pendidik

Bab VII : Peserta Didik Bab VIII : Seni Belajar Bab IX : Seni Mengajar Bab X : Kurikulum

Bab XI : Metode Pendidikan Bab XII : Seni Evaluasi Belajar

Dengan memohon Ridha, Rahmat dan Inayah Allah Swt, mudah-mudahan buku ini menjadi amal saleh khususnya bagi penulis, umumnya bagi para pembaca. Tentu buku ini tidak luput dari kesalahan dan kekeliruan, oleh karena itu untuk perbaikan terbitan selanjutnya penulis memohon kritik konstruktif dan masukan untuk mewujudkan buku yang berkualitas.

Bandung, 20 April 2013 Penulis

(7)

vii

Ucapan Terima Kasih

Segala puji milik Allah Swt yang telah memberikan nikmat Iman, Islam dan Ihsan kepada kita semua. Shalawat beserta salam semoga tercurah kepada junjunan, tuntunan dan teladan kita semua nabi Muhammad Saw.

Atas izin, taqdir dan hidayah Allah Swt, akhirnya buku ilmu pendidikan Islam selesai dibuat. Banyak hambatan dan rintangan dalam penyelesaiannya. Setiap kali dibaca, selalu saja ada yang kurang, ingin terus ditambahkan. Inilah bukti bahwa ilmu yang dimiliki manusia itu sangatlah sedikit. Rasa keinginan untuk menyebarkan teori-teori pendidikan dengan pendekatan teologis dan filosofis sangat besar dalam jiwa penulis. Sehingga penulis mencoba mengekplorasi teori-teori tersebut dengan bingkai kedua pendekatan tersebut.

Keterpanggilan ini muncul tidak saja karena untuk menunaikan tri dharma pendidikan, lebih dari itu bahwa penyebaran ide melalui buku termasuk dakwah fikir dan untuk melatih berfikir penulis.

Selain itu penulis juga mengampu mata kuliah ilmu pendidikan, dasar-dasar kependidikan dan ilmu pendidikan Islam. Oleh karena itu, rasa tanggung jawab itulah yang memotivasi penulis untuk menulis buku daras ini.

Pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan teologis dan filosofis. Yang dimaksud dengan pendekatan teologis adalah eksplorasi teori pendidikan yang berdasarkan dalil naqli yaitu Al-Quran dan Hadits. Walaupun tidak semua, namun ruh menuju kearah tersebut dicoba untuk senantiasa ada. Hal ini perlu, sebab untuk memberikan pemahaman bahwa agama itu mencakup semua hal termasuk bidang pendidikan. Hanya saja agama itu memberikan isyarat dan simbol saja. Istilah, manual dan teknis pendidikan itu diserahkan kepada manusia.

(8)

Ilmu Pendidikan Islam | viii

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Prof.Dr.H. Dede Rosyada (Direktur Diktis), Drs.H. Khaerani, M.Si (Kasubdit Penelitian), Subandriah (Kasi.Publikasi Ilmiah) Kementerian Agama yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mempublikasikan karya ilmiah, khususnya kluster HKI. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada guru tercinta Prof.Dr.H. Ahmad Tafsir, MA yang telah meluangkan waktunya untuk menelaah dan memberikan kata pengantar. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Direktur Pustaka Al-Kasyaf saudara Giovani Van Rega dan rekan-rekan yang telah sudi untuk mengedit, melayout, mendesign, sampai buku ini dapat diterbitkan dan dipublikasikan kepada publik baik cetak maupun online.

Selain itu penulis ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan di lingkungan Universitas Islam Nusantara, khususnya Fakultas Agama Islam yang telah mendorong penulis untuk menulis karya ini. Begitu juga kepada kedua orang tua saya Rohmatullah Yusuf, M.Sc dan Hj. Nunung Nurhayati, S.Pd keduanya telah membimbing penulis dan memotivasi lahir batin. Serta khusus kepada istri tercinta Neni Nurhayati, S.Pd yang malam-malamnya menemani penulis untuk menyempurnakan tulisan ini, begitu juga kepada putra-putri yang cantik dan tampan, Nashiruddin Muhammad Amin, Siti Zaenab Fathurrohman, Hilyatul Adzkiya Fathurrohman, dan Fadhlan Abdul Hafidz mereka sering menghibur dengan celoteh dan godaan yang lucu dan menggemaskan.

Dengan memohon Ridha, Rahmat dan Inayah Allah Swt, mudah-mudahan buku ini menjadi amal saleh khususnya bagi penulis, umumnya bagi para pembaca. Tentu buku ini tidak luput dari kesalahan dan kekeliruan, oleh karena itu untuk perbaikan terbitan selanjutnya penulis memohon kritik konstruktif dan masukan untuk mewujudkan buku yang berkualitas.

(9)

ix

Buku ini dibuat dengan memperhatikan aspek-aspek yang membantu pembaca untuk memahami sekaligus menguasainya dalam sistematika pembahasannya, buku ini dilengkapi dengan:

 Peta Konsep  Pembahasan  Rangkuman  Soal

 Daftar Pustaka

(10)
(11)

xi

Kata Pengantar-- iii

Ucapan Terima Kasih vii

Petunjuk Membaca Buku Ini-- ix

Daftar Isi-- xi

PETA KONSEP 1 1

1 MANUSIA-- 3

A.Manusia sebagai makhluk mulia-- 4

B. Tiga Dimensi Manusia: Ruh, Akal dan Jasad-- 6 Apakah perlu mendidik Ruh? Bagaimana caranya!-- 7 Bagaimana mendidik jasad (fisik) itu!-- 10 Apa itu Akal? Bagaimana mendidik akal!-- 11

C. Manusia sebagai Makhluk Biologis-- 13

D.Manusia sebagai Makhluk Sosial-- 14

E. Perbedaan Manusia dengan Makhluk lainnya-- 15

Siapakah malaikat itu?-- 15

A.Pengertian Pendidikan dan Ilmu Pendidikan-- 30 B. Urgensitas Pendidikan dan Ilmu Pendidikan-- 34

C. Landasan Pendidikan Islam-- 39

D.Komponen Pendidikan-- 46

E. Jenis – jenis Pendidikan-- 47

Analisis Kritis-- 49

F. Jenjang atau Tingkatan Pendidikan-- 52

Analisis Kritis-- 54

G.Perbedaan antara pendidikan, pengajaran, pelatihan,

bimbingan, dan konsultasi-- 56

Rangkuman-- 58

Soal-Soal-- 60

(12)

xii

A.Nilai filosofis sebuah “tujuan”-- 67

 Manusia adalah makhluk berfikir-- 67

 Manusia adalah makhluk unik-- 69

 Kebutuhan manusia terhadap pendidikan-- 71

B.Kedudukan Tujuan Pendidikan-- 72

C.Kandungan-kandungan Pokok Tujuan Pendidikan-- 73

1. Konsep Tujuan Pendidikan-- 73

2. Tahap-tahap tujuan pendidikan-- 75

3. Sumber-sumber yang menjadi dasar-dasar tujuan

dan maksud pendidikan-- 76

D.Tinjauan Filsafat terhadap tujuan pendidikan Islam-- 79

Rangkuman-- 83

A.Pendidikan Formal-- 112

B. Pendidikan Informal-- 120

Peran Penting Orang Tua Dalam Mendidik Anak

Dan Meningkatkan Prestasi Belajar-- 129 Orang tua menanamkan akhlak mulia-- 131 Kunci sukses orang tua dalam pendidikan akhlak anak-- 135

(13)

xiii

Pesantren-- 142

Pesantren Kilat-- 143

Bimbingan khusus, Pelatihan-- 149

Konsultasi, Kursus-- 150

D.Hubungan pendidikan Formal, Informal dan Non Formal-- 150 Sasaran populasi pendidikann non formal-- 153 Tugas-Tugas pendidikan non formal-- 153 Perencanaan dan usaha-usaha pendidikan non formal-- 155

Rangkuman-- 158

Soal-Soal-- 160

Daftar Pustaka-- 161

PETA KONSEP 6 163

6 PENDIDIK-- 165

A. Pengertian “Guru” dan “Pendidik”-- 167

B. Kedudukan Guru dalam Perspektif Islam-- 169

C. Syarat Guru dalam pendidikan-- 173

D. Tugas dan Fungsi Guru-- 174

E. Sifat Guru Sebagai Pendidik-- 179

F. Kualifikasi, Kompetensi dan Sertifikasi Guru-- 184

Rangkuman-- 195

Soal-Soal-- 198

Daftar Pustaka-- 199

PETA KONSEP 7 201

7 PESERTA DIDIK-- 203

1. Siapa Peserta Didik-- 204

2. Peserta Didik dalam pandangan Al-Qur’an dan Al-Hadits-- 208 3. Kedudukan Peserta Didik dalam dunia pendidikan-- 210

4. Karakteristik Peserta Didik-- 211

5. Adab dan Tugas Peserta Didik-- 215

6. Hubungan Peserta Didik dan Guru-- 216

Rangkuman-- 218

Soal-Soal-- 219

(14)

xiv

A.Definisi Belajar-- 224

B. Paradigma Filosofis Tentang Belajar-- 229

C. Belajar Sepanjang Hayat-- 230

D.Pendekatan Belajar-- 231

E. Teori Belajar-- 236

F. Mengkondisikan Belajar-- 238

G.Metode dan teknik belajar-- 238

H.Media belajar-- 239

I. Belajar sebagai kebutuhan-- 241

J. Belajar untuk belajar-- 242

K.Belajar sebagai formalitas-- 243

L. Belajar sebagai tugas belajar-- 243

Rangkuman-- 246

Soal-Soal-- 248

Daftar Pustaka-- 249

PETA KONSEP 9 251

9 SENI MENGAJAR-- 253

A.Landasan Mengajar-- 255

B. Praktek Mengajar-- 259

C. Explorasi Mengajar-- 264

D.Mengajar kebersamaan dengan CTL, Cooperative

dan Colaboorative Learning-- 275

E. Mengajar diluar jam belajar-- 281

Rangkuman-- 285

Soal-Soal-- 286

Daftar Pustaka-- 287

PETA KONSEP 10-- 289

10 KURIKULUM-- 291

A.Definisi Kurikulum-- 292

B. Sejarah kurikulum-- 294

C. Urgensitas Kurikulum-- 296

D.Kurikulum Nasional-- 299

E. Kurikulum Lokal-- 300

(15)

xv

H.Tujuan Kurikulum-- 311

Rangkuman-- 314

Soal-Soal-- 316

Daftar Pustaka-- 317

PETA KONSEP 11-- 319

11 KONSEP METODE PENDIDIKAN-- 321

A.Definisi Metode-- 323

B. Pendekatan metode Pendidikan-- 324

C. Tujuan Metode Pendidikan-- 328

D.Metode Pendidikan dalam Al-Quran dan Hadits-- 329

Rangkuman-- 367

Soal-Soal-- 369

Daftar Pustaka-- 370

PETA KONSEP 12-- 371

12 SENI EVALUASI PENDIDIKAN-- 373

A.Nilai Teologis Evaluasi dengan Analisis Tafsir Tarbawy-- 374

 Pengertian Evaluasi Pendidikan-- 383

 Nilai Filosofis Tujuan Evaluasi Pendidikan-- 384

 Macam-macam Evaluasi Pendidikan-- 385

Rangkuman-- 393

Soal-Soal-- 395

Daftar Pustaka-- 396

Daftar Pustaka-- 397

(16)
(17)

Ilmu Pendidikan Islam | 1 PETA KONSEP

MANUSIA

MAKHLUK MULIA

AKAL JASAD RUH

MAKHLUK GENETIK

MAKHLUK SOSIAL

MAKHLUK LAINNYA

(18)
(19)

Ilmu Pendidikan Islam | 3

MANUSIA

(20)

Ilmu Pendidikan Islam | 4

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Q.S Al-‘Alaq, [96]:1-5)

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (Q.S An-Nahl, [16]:78)

A.

Manusia sebagai Makhluk Mulia

Allah Swt telah memberikan tugas mulia kepada manusia, yaitu khalifah1 di muka bumi, walaupun para Malaikat mengajukan eksepsi, sebab sebelumnya di muka bumi sudah ada makhluk yaitu bangsa Jin yang senantiasa berbuat keruksakan dan bertumpah darah, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Baqarah, [2]:2 berikut:

1Kata “khalifah” merupakan isim fail dari kata “khalafa” yang

(21)

Ilmu Pendidikan Islam | 5

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Untuk melengkapi tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi, maka Allah memuliakan manusia (QS. Al-Isra, [17]:70), dengan menciptakannya sebaik-baik penciptaan (QS.At-Tin, [95]:4), yaitu dengan menganugerahkan akal yang membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya.

(22)

Ilmu Pendidikan Islam | 6

B.

Tiga Dimensi Manusia: Ruh, Akal dan Jasad

Apa itu Ruh ?

Ruh, satu kata sederhana yang terbentuk dari susunan 3 huruf ternyata tidak mampu dijabarkan secara detail oleh manusia. Kamus-kamus bahasa yang ada di dunia juga tidak dapat menjabarkan arti ruh secara gamblang. Misalnya dalam Mu’jam Mufrodat Al-Quran, makna ruh dijadikan kata benda bagi jiwa atau ruh berarti jiwa, yaitu aspek yang membuat manusia hidup, bergerak, mengambil manfaat dan menolak bahaya.2 Ini merupakan salah satu bukti kebenaran yang di bawa oleh Rasulullah melalui

85. Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini

2Raghib Al-Ashfahani, Mu’jam Mufrodat Al-Quran, (Beirut: Dar

(23)

Ilmu Pendidikan Islam | 7

Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", (Q.S Al-A’raf, [7]:172)

Banyak penelitian yang dilakukan pada masa modern ini untuk mengetahui rahasia ruh. Menyingkap keberadaan ruh saat manusia masih hidup dan juga saat ruh meninggalkan badan (mati). Hasilnya....? Bukan pengetahuan tentang ruh yang diperolehnya, tetapi justru manusia menjadi kebingungan dan bahkan tidak mendapat apa-apa.

Mengapa bisa demikian...? Ruh adalah suatu yang abstrak, yang tidak kasat mata, yang tidak dapat di raba dan dilihat. Ruh hanya dapat dirasakan dan dipahami melalui pendekatan agama, bukan secara ilmiah. Kalau ruh bisa dipahami melalui agama berarti ruh bisa dipelajari melalui kitab suci ? Tidak semudah itu !

Dalam Al-Quran, Taurat dan kitab suci yang lain sangat sedikit sekali penjelasan tentang masalah ruh. Sekali lagi ruh adalah rahasia Tuhan dan sedikit sekali ilmu yang diberikan Allah mengenai hakekat ruh ini.

Disini peranan agama, akal dan nurani mulai sangat diperlukan oleh manusia. Karena ruh bersifat abstrak, hanya pendekatan kepada Tuhan saja yang mampu menyibak rahasia keajaiban ruh, akal sebagai kelebihan yang diberikan Tuhan kepada manusia (tidak diberikan kepada malaikat & mahluk lain) sebagai alat untuk menterjemahkan ayat-ayat Allah. Sedangkan hati nurani merupakan jembatan yang menghubungkan antara Tuhan & akal manusia.

Apakah Perlu Mendidik Ruh? Bagaimana Caranya!

(24)

Ilmu Pendidikan Islam | 8

akan mengatakan mereka yang putus asa lalu bunuh diri, karena mereka tidak mempunyai iman.

Sampai disini, diketahui bahwa untuk mendidik ruh harus dengan iman, oleh karena itulah maka iman harus dijaga, bahkan ditumbuhkan, diperbaharui dan senantiasa ditingkatkan sehingga menjadi kuat. Para sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah Saw mengenai cara memperbaharui keimanan itu, lalu Rasulullah Saw menjawab, "perbaharui dengan mengucapkan kalimat tauhid yaitu

ilāha illallah.3

Lalu orang bertanya, dimana tempatnya iman itu? Maka orang beriman sepakat bahwa tempat iman itu di hati, hati yang paling dalam. Al-Quran menyebutnya dengan qalbu, lalu lub, sampai kepada

fuad. Sampai disini baru dipahami bahwa membina ruh sama dengan membina hati, memelihara ruh sama dengan memelihara hati. Hadits panjang yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Nu'man bin Basyir menyebutkan bahwa hati itu raja.4 Karena ruh itu ciptaan Allah maka yang mengetahui bagaimana mendidik ruh itu ya Dialah Allah, untuk mencarinya, maka telitilah Al-Quran dengan cermat dan akurat. Maka saudara akan menjumpai misalnya dalam Q.S Ar-Ra'du, [13]:28 berbunyi:

3Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, (Beirut: 'alam

al-kitab, 1998), Juz. II, hlm. 359. berikut teks haditsnya:

4Bukhari, Jami' Shahih Bukhari, (Beirut: Dār Ibn Katsier, 1987), Juz.

(25)

Ilmu Pendidikan Islam | 9

"orang-orang yang beriman dan hati merek tenang (tentram) dengan mengingat Allah (berdzikir), ketahuilah bahwa dengan berdzikir kepada Allah hati itu akan tenang"

Sampai disini jelas bahwa mendidik ruh itu dengan berdzikir kepada Allah disertai dengan kerendahan hati, dan kebutuhan akan

Rahmat, Ridha, Inayah Allah Swt. Yang menjadi pertanyaan berikutnya adalah dzikir yang bagaimana yang membuat hati ini tenang. Sekali lagi Al-Quranlah yang berhak menjawabnya, bahwa ternyata diantara dzikir itu adalah berdoa dengan menyebut al-asma al-husna (lihat Q.S Al-'Araf, [7]:180).

Namun demikian mendidik ruh itu tidak hanya cukup mengingat sebab ahli dzikir juga mencakup ahli fikir, artinya keimanan itu disertai dengan ilmu. Sebab ilmu itulah yang membuat yakin. Sampai disini baru diketahui ternyata ada hubungan yang sangat signifikan antara iman dan ilmu. Nyatalah sekarang bahwa ruh, akal dan jasad itu saling berkaitan dan memberikan pengaruh yang signifikan. Misalnya akal yang sehat itu ada pada jasad yang sehat. Berikutnya ruh yang sehat itu ada pada akal yang sehat juga. Namun fakta di lapangan ternyata manusia mempunyai beberapa masalah, misalnya:

Fisik (jasad) sehat, namun akal sakit atau Fisik sakit, akal sehat atau

Fisik sehat, akal sehat, ruhnya sakit atau Semuanya sakit atau

Semuanya sehat

(26)

Ilmu Pendidikan Islam | 10

sudah terjawab yaitu didiklah ruh itu dengan iman yaitu dengan memperbanyak berdzikir, berdzikir itu ya mencakup berfikir yang isinya merenungkan, dan tidak sekedar merenungkan, hasil renungan itu ditulis agar memberikan manfaat kepada manusia yang lain.

Apa Itu Jasad?

Menurut Raghib al-Ashfahani,5 Jasad lebih khusus dari Jismi,6 menurut imam Khalil rahimahullah kata Jasad dikhususkan bagi makhluk yang mempunyai warna sedangkan makhluk yang tidak jelas warnanya seperti air dan udara tidak disebut jasad tetapi dengan istilah jism yaitu makhluk yang mempunyai tinggi, lebar dan bobot. Dalam kamus bahasa Indonesia jasad mempunyai arti tubuh; badan (manusia, hewan, tumbuhan): atau sesuatu yang berwujud (dapat diraba, dilihat dsb): dan bagian terbatas dari dzat.7

Bagaimana Mendidik Jasad (Fisik) Itu!

Sama dengan pembahasan selanjutnya, ternyata fisik itu harus dididik. Sekarang orang mulai mengerti sebab fisik ini konkret. Mendidik yang konkret tentu lebih mudah dari pada mendidik yang abstrak. Teorinya ya, memang mudah, namun ternyata prakteknya sulit. Tidak sedikit orang yang melalaikan pendidikan fisiknya.

Mungkin saudara bertanya bagaimana bisa orang melalaikan pendidikan fisik! Disini saudara dituntut untuk merenung, misalnya pendidikan fisik yang paling sederhana yaitu olahraga, kira-kira seberapa besar dan seberapa banyak orang berolahraga? Jawabannya masih banyak yang malas berolahraga, mereka berkilah orangraga itu melelahkan. Tetapi bukankah ia lelah yang membawa nikmat, dampaknya badan menjadi segar dan bugar. Sementara yang jarang

5Raghib, Op. cit. , hlm. 106. lihat Q. S Al-Anbiya, :8, Thaha, [20]:88,

Shaad, [38]:34.

6Lihat QS. Al-Baqarah, [2]:247, Al-Munafiqun,[]:4

7Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan

(27)

Ilmu Pendidikan Islam | 11 olah raga badannya cepat lelah, lemas dan kadang mudah terserang penyakit.

Sampai disini barulah orang mengerti ternyata ya tidak sedikit orang melalaikan pendidikan fisiknya. Pertanyaan selanjutnya adalah apakah pendidikan fisik itu hanya berolahraga? Jawabannya tentu tidak hanya itu, mendidik fisik berarti memberikan konsumsi fisik yang halal dan baik (thayyib). Baik halal dzat maupun proses, atau

thayyib yaitu makanan minuman yang mengandung gizi yang baik dan seimbang. Bisa jadi makanan itu halal tapi tidak thayyib, bagi saudara yang sakit hipertensi tinggi, kata dokter tidak baik makan asin dan sebangsanya. Maka asin itu sebenarnya halal tapi tidak

thayyib bagi penderita hipertensi. Dengan demikian, fisik itu harus diidentifikasi kebutuhannya, ia harus seimbang. Pakaian yang membungkus fisik juga harus yang sesuai dengan situasi dan kondisi pekerjaan. Dengan demikian fisik juga dituntut untuk beretika dan berestetika. Itulah yang dimaksud dengan pendidikan fisik.

Apa Itu Akal ? Bagaimana Mendidik Akal ?

Akal merupakan kekuatan yang siap untuk menerima ilmu atau bahwa ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia diterima oleh akal.8 Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia akal dipahami sebagai daya pikir (untuk mengerti dsb); pikiran; ingatan.9 Selain itu akal juga dipahami sebagai pengikat, dalam budaya arab, laki-laki arab sering memakai iqâl yang berbentuk melingkar dan dilingkarkan pada kepala untuk mengikat serban agar kuat. Oleh karena itu akal dalam pengertian budaya dapat dipahami sebagai alat untuk mengikat wawasan dan pengetahuan manusia yang dihasilkan dari penglihatan, pendengaran dan sebagainya, sehingga melahirkan karsa untuk menghasilkan buah karya cipta.

Mendidik akal berarti berfikir, tidak sedikit orang yang melalaikan pendidikan akalnya. Mereka berkilah berfikir itu

8Raghib, Op. , Cit. , hlm. 382. lihat QS. Ankabut, [29]:43,

Al-Baqarah, [2]:171

9Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan

(28)

Ilmu Pendidikan Islam | 12

melelahkan, membuat otak cape dan seterusnya. Padahal orang yang berfikir itu sama dengan koki yang mengasah pisaunya, pisau itu terus digunakan tetapi kalau tidak diasah maka pisau itu tumpul. Begitu juga dengan akal manusia, akal ini ada selalu digunakan, jika tidak dilatih dengan berfikir, maka akal ini tumpul ia tidak mampu berfikir. Kalau begitu apakah kegunaan akal ini hanya untuk makan, minum, berpakaian, bermain dan seterusnya? Tentu tidak, akal ini harus berkembang (dinamis), tidak boleh statis.

Sampai disini barulah difahami bahwa ternyata berfikir itu kebutuhan, dan kebutuhan itu adalah kepentingan manusia. Gaya berfikir itu banyak ada yang hafalan, spekulatif, konkret, formalistik, rasional, logis, filosofis, teologis dan sebagainya. Ini akan diterangkan pada bab seni mengajar.

Ragam gaya berfikir itu dipengaruhi oleh latar belakang keilmuan, subjektifitas, kecenderungan, keinginan dan pengalaman pemikir. Semakin sering berfikir, maka semakin tajam pemikiran seseorang. Ketika semakin tajam fikiran itu, maka mudah baginya untuk berkarya kreatif dan inovatif. Sehingga bermanfaat untuk dirinya sendiri, orang lain, bangsa, negara bahkan agama. Sebenarnya belajar itu adalah pendewasaan berfikir, mulai dari berfikir sederhana sampai kompleks, mulai dari berfikir spekulatif sampai kritis analitis dan seterusnya. Jadi berfikir itu ternyata menyehatkan akal.

Al-Quran banyak menyinggung mengenai akal, bahkan kata

"afalā ta'qilūn" (mengapakah kalian tidak menggunakan akal)

diulang-ulang sebanyak tiga belas kali. Tentu orang yang tahu tidak sama

(29)

Ilmu Pendidikan Islam | 13 Sampai disini ternyata agama memotivasi agar manusia mendayagunakan akalnya dengan melatih berfikir dan seterusnya. Berfikir ini agar manusia terhindar dari kesalahan. Bahkan ijtihad itu pengerahan akal dengan totalitasnya untuk mencari kebenaran. Orang berakalah yang mampu menerima pelajaran.

C.

Manusia Sebagai Makhluk Biologis

Dalam kamus bahasa Indonesia manusia adalah keturunan Adam dan Hawa, makhluk Tuhan yang sempurna, berakal dan berbudi.10 Dinamai manusia karena apabila ia berjanji, kebanyakan melupakannya.11 Manusia sebagai makhluk genetik mempunyai arti bahwa manusia adalah makhluk biologis. Kata biologis merupakan sifat dari kata benda biologi yang merupakan ilmu tentang keadaan dan sifat makhluk hidup (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan), ilmu hayat.12

Jadi makna manusia sebagai makhluk biologis adalah bahwa manusia merupakan makhluk yang hidup sama dengan makhluk-makhluk hidup lain seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan yang kesemuanya itu memerlukan dan membutuhkan perkara-perkara yang bersifat biologis untuk mempertahankan kehidupannya (surfive) seperti makan, minum, tidur, refroduksi. Namun kebiologisan manusia berbeda dengan binatang dan tumbuh-tumbuhan. Binatang dan tumbuh-tumbuhan bersifat statis, sedangkan manusia bersifat dinamis.

Selain itu karena manusia adalah makhluk sempurna yang diberi keindahan akalnya. Dengan demikian aspek-aspek yang ada pada manusia tidak hanya aspek biologis yang cenderung bersifat material, tetapi juga mempunyai aspek phisikhis.

10Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, (Surabaya: Penerbit

Apollo, 1997), hlm. 425.

11Imam Muhammad bin Abu Bakar Ar-Razi, Mukhtar Ash-Shihah,

(Kairo: Dar Al-Hadits, 2000), hlm. 26.

(30)

Ilmu Pendidikan Islam | 14

Memang ada kesamaan secara biologis antara manusia dan binatang, tetapi kebiologisan manusia dikendalikan oleh akal, sedangkan binatang murni oleh instink. Sehingga kebiologisan manusia dihiasi dengan etika dan estetika, berbeda dengan hewan yang tidak mempunyai kedua aspek intrinsik tersebut. Sebagai contoh manusia membutuhkan pakaian untuk menutupi tubuhnya, tidak karena panas, dingin, tetapi karena mempunyai aspek psikhis yaitu malu. Sifat demikian tidak dimiliki oleh binatang.

Selanjutnya kata basyar terambil dari kata yang pada mulanya berarti penampakkan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai basyar karena kulitnya tampak jelas, dan berbeda dengan kulit binatang yang lain.

Adapun yang dimaksud basyar itu ialah anak keturunan Adam, makhluk fisik yang suka makan dan berjalan ke pasar. Aspek fisik itulah yang membuat pengertian basyar mencakup anak keturunan Adam secara keseluruhan.13 Dengan demikian key word kajian ayat-ayat yang berkaitan dengan deskripsi manusia sebagai makhluk biologis diwakili dengan kalimat basyar.

D.

Manusia sebagai Makhluk Sosial

Selain manusia mempunyai keturunan sebagai makhluk genetik dan biologis, ternyata manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya. Namun kebutuhan ini dibatasi oleh pranata agama dan darigama. Makhluk sosial berarti suka memperhatikan kepentingan umum seperti menolong, menderma dan sebagainya.14

Al-Quran seringkali menyebut manusia dengan kata Insan

yang diambil dari kata uns yang berarti jinak, harmonis dan

13Aisyah Binti Syati, Op. Cit. , hlm. 1.

14Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan

(31)

Ilmu Pendidikan Islam | 15 tampak.15 Nilai kemanusiaan pada manusia yang disebutkan

Al-Qur’an dengan term Al-Insan itu terletak pada tingginya derajat

manusia yang membuatnya layak menjadi khalifah di bumi dan mampu memikul akibat-akibat taklif (tugas keagamaan) serta memikul amanat.16

Kata al-Insi senantiasa bergandengan dengan kata jin sebagai lawannya. Sisi kemanusiaan pada manusia yang disebut dalam

Al-Qur’an dengan kata al-Ins dalam arti tidak liar atau tidak biadab,

merupakan kesimpulan yang jelas, bahwa insane itu merupakan kebaikan dari jin. Jin adalah makhluk halus yang tidak nampak, sedangkan manusia adalah makhluk yang nyata lagi ramah.17

Kata Insan digunakan Al-Qur’an untuk menunjukkan kepada

manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga. Manusia yang berbeda antara seseorang dengan yang lain, akibat perbedaan fisik, mental dan kecerdasan.

E.

Perbedaan Manusia Dengan Makhluk Lainnya

Siapa Malaikat itu?

Malaikat, yang Allah ciptakan dari cahaya, mereka tidak diberikan syahwat, sehingga kehidupannya monoton. Malaikat tidak butuh materi, mereka tidak butuh makan, minum, rumah, mobil, apalagi menikah. Sehingga mereka tidak mempunyai keturunan. Karena memang malaikat diciptakan hanya untuk taat, tidak pernah maksiat. Sepanjang siang dan malam senantiasa bertasbih kepada Allah Swt, mereka tidak tidur. Tidak ada yang mengetahui jumlahnya secara pasti kecuali hanya Allah Swt. Semua Malaikat mempunyai tugasnya masing-masing, diantaranya; Jibril sebagai pemimpin para malaikat, bertugas menyampaikan wahyu dan mengajarkannya kepada para nabi dan rasul. Mikail - Membagi

15M. Quraisy Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1966),

Cetakan ke tiga, hlm. 280.

16Aisyah Binti Syati, Manusia dalam Perpertif Al-Qur’an, (Jakarta:

Pustaka Firdaus, 1999), hlm. 7.

(32)

Ilmu Pendidikan Islam | 16

rezeki kepada seluruh makhluk. Hafazhah (Para Penjaga): (QS.

Al-An’am:61). Kiraman Katibin - Para malaikat pencatat yang mulia,

ditugaskan mencatat amal manusia.(QS, Qaaf,:16-18, 50). Mu’aqqibat - Para malaikat yang selalu memelihara/ menjaga manusia dari kematian sampai waktu yang telah ditetapkan yang datang silih berganti (Ar-Ra’du 10-11, (Al-An'aam 6:61) dan sebagainya.

Wujud Malaikat

Wujud para malaikat telah dijabarkan di dalam Al Qur'an ada yang memiliki sayap sebanyak 2, 3 dan 4. surah Faathir, [35]:1 yang berbunyi: Malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

(33)

Ilmu Pendidikan Islam | 17 wujud asli malikat Jibril (QS. an-Najm, [53]:6-14).Mereka tidak bertambah tua ataupun bertambah muda, keadaan mereka sekarang sama persis ketika mereka diciptakan. Dalam ajaran Islam, ibadah manusia dan jin lebih disukai oleh Allah dibandingkan ibadah para malaikat, karena manusia dan jin bisa menentukan pilihannya sendiri berbeda dengan malaikat yang tidak memiliki pilihan lain. Malaikat mengemban tugas-tugas tertentu dalam mengelola alam semesta. Mereka dapat melintasi alam semesta secepat kilat atau bahkan lebih cepat lagi. Mereka tidak berjenis lelaki atau perempuan dan tidak berkeluarga.

Binatang atau Hewan?

Ia adalah makhluk hidup yang dapat merasa dan bergerak, tetapi tidak dapat berfikir.18 Kedua istilah ini sinonim, namun dalam literatur bahasa arab istilah hewan berasal dari kata hay yang bermakna hidup, sehingga dalam ilmu mantiq manusia dikategorikan sebagai hayawan an-nâthiq yaitu hewan yang dapat berfikir. Inilah esensi dari perbedaan antara manusia dengan hewan pada umumnya. Namun demikian manusia yang tidak dipakai kemampuan fikirnya (analisis kritis) dapat dikategorikan sebagai hewan selebihnya adalah hewan ternak, karena ia sudah mengabaikan anugerah Iâhiyah, dalam hal ini Allah Swt berfirman dalam Q.S Al-A’raf, [7]:179 sebagai berikut:

Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan

18Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan

(34)

Ilmu Pendidikan Islam | 18

mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.

Berdasarkan ayat tersebut, tidak perlu heran jika kemudian muncul empat kelompok manusia, yaitu:

1. Manusia yang tidak mengerti kalau ia tidak mengerti; 2. Manusia yang tidak mengerti kalau ia mengerti; 3. Manusia yang mengerti kalau ia tidak mengerti; dan 4. Manusia yang mengerti kalau ia mengerti.

Keempat kategori ini dipengaruhi oleh tingkat kredibilitas dan kompetensi keilmuan dan keimanan yang sangat kuat. Semakin rendah ilmu dan iman, maka semakin rendah pula kategori manusia. Semakin tinggi ilmu dan iman maka semakin tinggi pulai nilai kategori manusia.

Namun demikian titik singgung keempat kategori ini berada pada kesadaran tinggi manusia yang berpangkal kepada hati nurani yang mendalam. Tidak sedikit manusia yang mengetahui larangan, namun ia melanggarnya, bukan karena tidak tahu, ia mengabaikannnya karena ada suatu kepentingan yang dikejar. Kepentingan inilah yang menghancurkan titik singgung ilmu dan iman. Kepentingan tersebut tidak lepas dari content materi, kedudukan/jabatan, kemewahan, kemegahan, popularitas dan sebagainya. Sehingga hakekatnya manusia yang demikian adalah manusia yang hanya menganggap indah dan nikmat hanya sebatas materi atau fisik, ia tidak menyadari kalau manusia juga mempunyai dunia hati dan ruh yang keindahan dan kenikmatannya tidak sama dengan dunia fisik.

Isu-Isu Etis (Analisis Kritis)

(35)
(36)

Ilmu Pendidikan Islam | 20

(37)

Ilmu Pendidikan Islam | 21 tidak akan meminta-minta sebagaimana umumnya mental kaum miskin, namun ia akan bangkit dan berusaha dengan keras untuk merubah nasih mereka dengan usaha, ikhtiar, doa dan tawakkal. Sebaliknya kaum miskin akan menjaga aset dan kehormatan si kaya, karena bagaimanapun kontribusi pengusaha tersebut telah memberikan manfaat terhadap kesejahteraan kaum miskin.

2. Subjek dan objek pendidikan adalah manusia, oleh karena itu maka pendidikan harus dilaksanakan sesuai dengan kemampuan dan situasi kondisi kemanusiaan. Manusia tidak seperti mesin yang statis, ia dinamis sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan hidupnya. Karena manusia terdiri dari fisik, akal dan ruh, maka pendidikan manusia juga harus mencapai ketiga aspek tersebut agar memperoleh keseimbangan dan sesuai dengan harapan manusia diciptakan. Jika salah satunya tidak terpenuhi atau mismatch tidak terkoneksi baik dalam fikiran sadar maupun bawah sadar, maka manusia akan berubah menjadi manusia manipulatif, pragmatis, otoriter dan sebagainya dengan bingkai kedzaliman dan perbuatan dosa.

(38)

Ilmu Pendidikan Islam | 22

A. Kemuliaan manusia terletak pada gelar kekhalifahan yang dipercayakan oleh Sang Maha Pencipta Allah Swt, hal ini dikuatkan dengan bekal yang sudah disiapkan untuk amanah tersebut yaitu akal.

B. Ada tiga dimensi pada manusia yaitu: ruh, akal dan jasad. Ketiga dimensi ini masing-masing membutuhkan makanan dan pendidikan agar mempunyai kekuatan.

C. Pendekatan memahami ruh adalah dengan agama, sedangkan pendekatan akal adalah dengan ilmu dan iman, serta pendekatan jasad adalah dengan latihan, kesungguhan dan mengkonsumsi makanan, minuman, pakaian yang halalan thayyiban.

D. Akal berfungsi untuk mengikat ilmu, sedangkan jasad diantaranya berfungsi untuk membantu memperoleh ilmu. Namun demikian keduanya mempunyai keterbatasan.

E. Manusia sebagai makhluk biologis adalah bahwa manusia merupakan makhluk yang hidup sama dengan makhluk-makhluk hidup lain seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan yang kesemuanya itu memerlukan dan membutuhkan perkara-perkara yang bersifat biologis untuk mempertahankan kehidupannya (surfive) seperti makan, minum, tidur, refroduksi. Dalam Al-Quran ketika manusia dipandang sebagai makhluk biologis, biasanya diwakili dengan kata-kata basyar yang mempunyai arti kulit.

F. Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya. Namun kebutuhan ini dibatasi oleh pranata agama dan darigama. Makhluk sosial berarti suka memperhatikan kepentingan umum seperti menolong, menderma dan sebagainya.

(39)

Ilmu Pendidikan Islam | 23 G. Jika hewan hanya diberikan syahwat saja, akal tidak.

Sementara malaikat diberikan taat, syahwat tidak. Maka manusia diberikan keduanya. Manusia itu makhluk dinamis sementara yang lain itu statis. Kedinamisan inilah yang membuat kehidupan manusia mengalami kemajuan dari pada makhluk lainnya.

(40)

Ilmu Pendidikan Islam | 24

1. Buktikan bahwa manusia adalah makhluk mulia! Aspek apa saja

yang menunjukkan sisi kemuliaan tersebut?

2. Menurut anda apa fungsi akal manusia? Jelaskan!

3. Ruh itu jiwa, karena itulah manusia hidup. Bagaimana supaya

ruh tersebut memiliki energi untuk beribadah kepada Allah Swt!

4. Apakah jasad manusia harus dilatih? Bagaimana cara

melatihnya! Apa hubungannya dengan peningkatan kompetensi?

5. Bagaimana supaya akal dinamis dan tajam!

6. Seringkali manusia menyalahkan keburukannya (tabiat) kepada

unsur keturunan (genetik). Bagaimana upaya manusia agar keluar dari tabiat buruk tersebut!

7. Sebagai makhluk sosial tentu manusia membutuhkan orang lain.

Jelaskan sisi kesosialan manusia! Kapan manusia keluar dari sisi tersebut?

8. Jelaskan perbedaan manusia dengan makhluk lainnya!

(41)

Ilmu Pendidikan Islam | 25

Daftar Pustaka

Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, (Beirut: 'alam al-kitab, 1998),

Aisyah Binti Syati, Manusia dalam Perpertif Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999)

Bukhari, Jami' Shahih Bukhari, (Beirut: Dār Ibn Katsier, 1987)

Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, (Surabaya: Penerbit Apollo, 1997)

M.Quraisy Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1966) Imam Muhammad bin Abu Bakar Ar-Razi, Mukhtar Ash-Shihah,

(Kairo: Dar Al-Hadits, 2000)

(42)
(43)

Ilmu Pendidikan Islam | 27 PETA KONSEP

PENDIDIKAN

PENDIDIKAN

PENGERTIAN

URGENSITAS LANDASAN PENDIDIKAN

ILMU PENDIDIKAN

KOMPONEN PENDIDIKAN

JENIS-JENIS PENDIDIKAN

PENDIDIKAN PELATIHAN

BIMBINGAN JENJANG PENDIDIKAN

PENGAJARAN

(44)
(45)

Ilmu Pendidikan Islam | 29

(46)

Ilmu Pendidikan Islam | 30 Quran, Dia menciptakan manusia, Mengajarnya pandai berbicara” (Q.S Ar-Rahman, [55]: 1-4)

Rasulullah Saw bersabda:

“Allah Swt telah mendidikku dengan sebaik-baik dan

seindah-indah pendidikan” (HR.Ibnu Sam’ani dan Ibnu Jauzi)19

A.

Pengertian Pendidikan dan Ilmu Pendidikan

Pendidikan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah

“education”, oxford dictionary memberikan makna “a process of

teaching, training and learning, espesially in schools of colleges, to improve knowledge and develop skills”20 yaitu sebuah proses mengajar, melatih dan belajar, khususnya di suatu lembaga sekolah untuk mentransfer pengetahuan dan mengembangkan kemampuan. Pendidiknya dikenal dengan sebutan “educator”. Sedangkan dalam bahasa arab, pendidikan dikenal dengan sebutan “tarbiyah” yang berarti secara

etimologi (bahasa) adalah penambahan, pertumbuhan, pemeliharaan dan penjagaan21.

Az-Zamakhsyari menambahkan makna kata tersebut dengan “pengajarandankedudukan tertinggi.” Majduddin menambahkan makna lain, yakni memberi makan dan kemuliaan.22 Al-Quran menggunakan

19Jalaluddin As-Suyuthi, Jâmi’ al-hadits, (dalam maktabah syamilah),

Juz. II, hlm. 88.

20A. S Hornby, Oxford Advance Learner’s Dictionary of Current English,

(New York: Oxford University, 2000), Edisi ke enam, hlm. 401.

21Ibnu Mandzur, Lisanul Arab, (Kairo: Mu’assasah Al Misriyah al -‘ammah wat tarjamah t,th), hlm. 399.

22Majduddin muh Al-Fairuz Zabady, Al Qamus Al Muhith,

(47)

Ilmu Pendidikan Islam | 31

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil."

Firaun menjawab: "Bukankah kami telah mengasuhmu di antara (keluarga) kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu. (Nabi Musa a.s. tinggal bersama Firaun kurang lebih 18 tahun, sejak kecil).

Disamping itu, Al-Quran juga menggunakan beberapa kata lain untuk kata “Tarbiyah” sperti “Tilawah (membaca), Tazkiyah

(pensucian jiwa), Ta’lim (pengajaran) dan Tathir (pensucian)”,

misalnya dalam Q.S Al-Baqarah, [2]: 151

(48)

Ilmu Pendidikan Islam | 32

Dalam Khazanah pemikiran Islam terdapat beberapa kata lain yang menunjukkan konotasi tarbiyah yaitu antara lain :

1. Al Isryâd, seperti yang digunakan oleh Al Harits Al Muhasiby dalam bukunya “ Risâlatul Mustarsyidîn.”

2. At Tahdzîb, seperti yang digunakan Ibnu Maskawih untuk bukunya “ Tahdzîbul Akhlâq .”

3. As Siyâsah, sebagaimana yang dipergunakan oleh Ibnu Sina terhadap bukunya, “ Siyâsatul Sibyân .”

4. At Ta’dîb, seperti yang digunakan dalam buku “ Ta’diib As

Sibyan .”

5. At Ta’lîm, sebagaimana yang digunakan oleh Az Zarnuji dalam

bukunya, “ Ta’lîmul Muta’alim .”

Sedangkan kata Tarbiyah (Education) secara terminologi (istilah) sangat beraneka ragam sesuai dengan pemahaman dan misi yang mebuat definisi, saya berpendapat sesuai dengan Dr. Miqdad

Yaljan yang mengartikan pendidikan secara Universal yaitu, “Proses

seorang muslim secara sempurna dalam semua aspek kepribadiannya pada semua fase pertumbuhannya untuk menghadapi kehidupan dunia dan akhirat sesuai dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai Islam serta metode pendidikan yang dibawa oleh agama Islam. Tetapi dalam masalah metode, saya

menambahkan “………serta pendidikan yang dibawa oleh agama Islam

dan yang tidak bertentangan dengan substansi ajarannya”.

Berdasarkan definisi tersebut, jelas bahwa Islam mengajarkan pendidikan dalam berbagai aspek karena manusia hidup bersosial saling membutuhkan, dan menerima ajaran, metode lain yang sesuai dan tidak bertentangan dengan substansi ajaran Islam.

(49)

Ilmu Pendidikan Islam | 33 selaras dengan dunianya.23 UU No. 2 Tahun 1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan pelatihan bagi peranannya di masa yang akan datang.24 Definisi tersebut kemudian dirubah dengan lahirnya UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.25

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian pendidikan secara istilah adalah usaha sadar manusia untuk mengembangkan seluruh potensi (fitrah) melalui kegiatan-kegiatan individu untuk kehidupan sosial, adat, budaya dan sebagainya dalam mencapai tujuan menjadi manusia yang seutuhnya dalam kerangka mardhâtillah (mencari ridha Allah).

Membahas mengenai pendidikan, maka tidak akan terlepas dengan ilmu pendidikan. Ilmu pendidikan menurut bahasa diwakili oleh kata pedagogie (Yunani). Sedangkan pengertian ilmu pendidikan menurut istilah adalah ilmu yang mempelajari teori, suasana dan proses-proses pendidikan yang memuat faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi dan menentukan pendidikan yang dituju. Kegiatan pendidikan dan ilmu pendidikan akan terus berjalan bahkan berkembang pesat semenjak manusia terlahir ke dunia sampai berakhirnya kehidupan di bumi ini.

23 Ki Hajar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta:

Majelis Luhur Taman Siswa, 1962), hlm. 14-15.

24 Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pelaksanaanya (UU RI No. 2 Thn. 1989), (Jakarta, Sinar Grafika, 1993), Cetakan ke empat hlm. 3.

(50)

Ilmu Pendidikan Islam | 34

Tabel 1

Perbedaan Antara Pendidikan dan Ilmu Pendidikan

B.

Urgensitas Pendidikan dan Ilmu Pendidikan

Semua ilmuwan sepakat bahwa faktor kemajuan suatu bangsa diukur dari maju atau tidaknya pendidikan. Pendidikan yang maju akan melahirkan sumber daya manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dari aspek keilmuan. Pendidikan yang maju akan melahirkan sumber daya manusia yang bersikap disiplin, bertanggung jawab dan tertib, sehingga pendidikan akan mampu merubah budaya yang tidak baik menjadi budaya yang baik.

Oleh karena itu, pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat penting begitu juga dengan ilmu pendidikan sebab ia tidak akan disadari secara langsung, namun akan dirasakan secara bertahap. Kesadaran akan urgensi pendidikan dan ilmu pendidikan ini merupakan suatu efek dari proses panjang yang di mulai pada masa awal Islam atau pada masa Nabi Muhammad SAW. Pada masa itu Rasulullah senantiasa menanamkan kesadaran pada sahabat dan pengikutnya akan urgensi pendidikan dan ilmu pendidikan. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya hadis yang menjelaskan urgensi dan keutamaan ilmu. Rasulullah Saw bersabda:

Pendidikan Ilmu Pendidikan

Persamaan Antara pendidikan dan ilmu pendidikan, keduanya memiliki tujuan yang sama di dalam upaya mengembangkan potensi (fitrah) seseorang untuk menjadi manusia yang seutuhnya dalam kerangka

mardhâtillah .

Perbedaan Proses bertahap yang diberikan oleh manusia dewasa kepada manusia muda.

(51)

Ilmu Pendidikan Islam | 35 “Barangsiapa ia berjalan mencari ilmu, maka Allah Swt memberi jalan karenanya menuju surga, dan para Malaikat membentangkan sayapnya karena ridha dengan pencari ilmu, dan sesungguhnya makhluk yang ada di langit dan bumi begitu juga ikan akan memintakan ampunan bagi orang alim, keutamaan seorang alim atas seorang abid bagaikan keutamaan bulan di malam purnama atas seluruh bintang-bintang, dan sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi, sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar maupun dirham, tetapi mereka mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya niscaya ia telah menga mbil keuntungan

yang banyak” (H.R. Abu Daud dari Abu Dar’da)26

Hadits tersebut memberikan makna bahwa mencari ilmu termasuk salah satu jalan untuk menuju surga, tentu hadits ini tidak bisa dipahami hanya dari satu aspek, sebab ilmu yang mengantarkan pemiliknya ke surga adalah ilmu rusyd yaitu ilmu yang membimbing ke jalan kebenaran, kebenaran akan mengantarkan ke jalan taqwa dan taqwa mengantarkan ke surga. Aspek yang lain berbicara bahwa sifat ilmu adalah netral, pelakunyalah yang akan memanfaatkan ilmu itu terhadap aspek positif atau negatif, sehingga orang yang berilmu akan selamat dengan ilmunya juga akan celaka dengan ilmunya pula. Selain itu ada juga hadits yang memotivasi penuntutnya untuk menuntut ilmu sejauh mungkin walaupun harus ke negeri Cina. Konteks ilmu yang dicari tentu ilmu yang sangat bermanfaat untuk kehidupan dan hajat manusia seperti ilmu ekonomi, geografi, astronomi, kedokteran, teknologi informasi – komunikasi dan lain

26Abu Daud al-Sijistani, Sunan Abu Daud, (T. t :Dar Fikr, T. th), Juz.

(52)

Ilmu Pendidikan Islam | 36

sebagainya. Hadits tersebut memberikan isyarat negeri Cina, karena memang disana pada waktu itu sudah sangat maju dalam bidang kedokteran.

1.

Keutamaan Orang Berilmu

Orang yang berilmu mempunyai kedudukan yang mulia dan tinggi di hadapan Allah SWT. Bahkan Al-Quran pun memberi banyak gelar mulia dan terhormat bagi orang berilmu. Keutamaan orang berilmu banyak tercantum di dalam ayat-ayat Al-Quran, seperti:

“Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis ", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”

(53)

Ilmu Pendidikan Islam | 37

“Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”

 H.R Bukhari

“Barang siapa yang dikehendaki oleh Allah akan mendapat kebaikan, maka Allah akan memberikan pemahaman baginya dalam agama”.27

2.

Fungsi Ilmu

Selain orang berilmu (baca: ulama/ilmuwan) memiliki keutamaan, ilmu pun memiliki fungsi yang tinggi pula, antara lain:

a. Ilmu merupakan suatu hal yang memudahkan seseorang menuju taqwa. Karena kebanyakan orang yang berilmu dapat merealisasikan ilmu dengan benar sesuai dengan Al-Quran dan Al-Hadist sesuai dengan ajaran terdahulu. Rasulullah Saw bersabda:

“wajib atas kalian berlaku benar, karena kebenaran mengantarkan kebaikan dan kebaikan mengantarkan surga” H.R. Muslim28

27Muhammad bin Ismail al-Bukhari, al-Jami’ al-Sahih al-Mukhtashar,

(54)

Ilmu Pendidikan Islam | 38

Objek ilmu adalah kebenaran, termasuk penelitian adalah mencari kebenaran terhindar dari kekeliruan dan kesalahan. b. Ilmu merupakan amalan yang tidak akan pernah terputus

pahalanya. Selain ilmu itu bukan sebuah bawaan yang berat dibawa, bahkan ilmu akan semakin bertambah bila diberikan atau digunakan, serta merupakan amalan yang akan tetap mengalir pahalanya, meskipun pemiliknya telah wafat. Rasulullah Saw bersabda:

“Apabila manusia wafat, semua amalnya terputus kecuali tiga hal yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakan” H.R. Tirmidzi dari Abu Hurairah29

c. Ilmu menjadi sebuah pondasi sebelum berkata dan beramal. Ia mampu mengendalikan pemiliknya dari salah berkata dan keliru dalam bertindak. Ilmu mampu membuatnya lebih berhati-hati dan senantiasa waspada. Imam Ali bin Abi Thalib berkata “ilmu menjagamu sedangkan harta engkaulah

penjaganya”30

d. Ilmu merupakan kebutuhan rohani yang harus dipenuhi. Bahkan kebutuhan rohani terhadap ilmu melebihi kebutuhan jasmani terhadap makan dan minuman. Karena ilmu merupakan suatu kebutuhan tidak terbatas, maka pencariannya tidak terbatas, begitu juga dengan objek dan ruang lingkupnya tidak terbatas.

28Abu Husain Muslim bin Hajjaj An-Naisaburi, Sahih Muslim,

(Beirut: Dar Jael, T. th), Juz. 28, hlm. 29.

29Abu Isa al-Tirmidzi, Sunan Tirmidzi, (Beirut: Dar Ihya Turats

al-Araby, T. th), Juz. III, hlm. 660.

30Abu Nu’aim Ahmad bin Aabdillah al-Asfahani, Hilyah al-Aulia,

(55)

Ilmu Pendidikan Islam | 39

C.

Landasan Pendidikan Islam

Segala sesuatu hal yang dikerjakan oleh semua makhluk ciptaan Allah Swt baik berupa usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja dalam memenuhi tujuan yang ingin dicapainya pasti memiliki landasan yang kuat. Sama halnya dengan pendidikan Islam dalam upayanya menjadikan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah Swt yang kaaffah (sempurna, maka harus memiliki landasan yang dapat meyakinkan orang yang menjalaninya).

Karena hal yang akan dibahas mengenai landasan pendidikan Islam, maka tidak akan terlepas dari sumber ajaran Islam yaitu Al-Quran dan Al-Hadist yang kemudian dilengkapi oleh pendapat-pendapat para ulama (ijtihad).

1. Al-Qur’an

Al-Quran adalah firman Allah yang diturunkan oleh Allah dengan perantara Jibril ke dalam hati Rasulullah Muhammad bin Abdullah dengan lafal Arab dan makna yang pasti sebagai bukti bagi Rasul bahwasanya dia adalah utusan Allah, sebagai undang-undang sekaligus petunjuk bagi manusia dan sebagi sarana pendekatan seorang hamba kepada tuhannya sekaligus sebagai ibadah bila dibaca.31 Al-Quran merupakan sumber ajaran agama Islam yang pertama. Karena segala hal yang ada kaitannya dengan langit dan bumi beserta isinya seluruhnya telah tercantum di dalam AlQur’an. Di dalam Al-Qur’an pun terdapat banyak ajaran yang berisi prisip-prinsip yang berkenaan dengan kegiatan usaha mengenai pendidikan. Di dalam Al-Quran terdapat dua unsur yaitu berhubungan dengan aqidah dan syariah. Misalnya dalam Q.S Luqman [31]: 13 yang berbunyi:

31Abdul Wahab, Ilmu Ushul Fikih, (Jakarta: Pustaka Amani, 2003),

(56)

Ilmu Pendidikan Islam | 40 waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

Yang di dalam ayat tersebut merupakan pendidikan tauhid, aqidah dan keimanan kepada Allah Swt. Dan isi kandungan yang terdapat di dalam Al-Qur’an seluruhnya menjadi sebuah ide-ide bagi para ilmuan di dalam menggali suatu ilmu.

 Tujuan Al Qur'an diturunkan

Ketika Allah SWT mengutus utusan (nabi atau rasul) selalu disertai dengan pemberian wahyu baik berupa shahifah-shahifah atau kitab yang menjadi pegangan da’wahnya. Wahyu-wahyu yang diberikan tersebut tidaklah diturunkan kecuali masing-masing mempunyai misi dan tujuan pokok sesuai dengan masa dan manusia pada zamannya. Al-Quran sebagai kitab syari’at terakhir yang diturunkan, juga mempunyai tujuan dan misi kehadirannya, antara lain:

1. Sebagai pedoman hidup manusia (Q.S Al Baqarah, [2]:2)

(57)

Ilmu Pendidikan Islam | 41 Dalam Q.S Al Baqarah:185

Beberapa hari yang ditentukanitu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil) .

Kata “Huda” yang berati petunjuk atau pedoman diulang sebanyak 38 kali dalam Al-Quran.Di dalam Q.S Al Baqarah dijelaskan bahwa Al-Quran merupakan petunjuk yang ditujukan kepada orang-orang yang bertaqwa (muttaqien), artinya bahwa yang dapat menerima, membaca, memahami makna dan hikmah serta melaksanakan ajaran suci Al-Quran hanyalah orang-orang yang bertaqwa kepada Allah Swt. Sehingga apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah maka bergetarlah hati mereka, intelegensi emosional dan spritual mereka terenyuh khusyu’ seraya merendahkan diri kepada dzat Ilahi Rabbi Allah Rabbul ‘Izzati, hal tersebut membuat rasa takut kepada Allah Swt, yang kemudian direalisasikan dengan beribadah kepada-Nya baik yang bersifat vertical ataupun yang bersifat horizontal.

Sementara pada ayat berikutnya (185) Allah Swt menjelaskan bahwa di dalam petunjuk tersebut terdapat penjelasan-penjelasan dan pembeda antara yang haq dan yang bathil. Statemen ini menunjukkan bahwa orang-orang yang beriman harus mempunyai pengetahuan, kecerdasan dalam memahami Al-Quran dengan mengerahkan segenap tenaga. Sehingga dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil menurut Allah Swt.

2. Sebagai pembenar kitab-kitab terdahulu sekaligus penyempurna, bahkan kalimat “Mushaddiqun” atau

(58)

Ilmu Pendidikan Islam | 42

pengulangan sebanyak 16 kali, yaitu termaktub dalam Q.S Al-Baqarah:41, 89, 91, 97, 101, Q.S Ali ‘Imran:3, 39, 81, Q.S An Nisa’:47, Q.S Al Maidah:46, 48, Q.S Fathir:31, Q.S Al

An’am:92, Q.S Al Ahqaf:12, 30, Q.S Ash

Shaff:6.pengulangan yang banyak ini menunjukkan bahwa Al-Quran konsisten dan terus menerus berusaha menyadarkan umat manusia agar kembali kepada Allah Swt, karena jauh hari sebelum Al-Quran diturunkan, mereka telah diberi kabar lewat kitab atau suhuf (wahyu) yang Allah berikan kepada mereka. Sehingga tidak ada alasan bagi mereka untuk inkar terhadap Al-Quran melainkan hawa nafsu mereka yang membuat mereka tidak beriman kepada Al-Quran.

3. Sebagai pembawa kabar gembira dan peringatan

Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudaratan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudaratan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman".

(59)

Ilmu Pendidikan Islam | 43 4. Sebagai sumber pokok ilmu pegetahuan (sains) seperti motivasi

menembus langit (membuat pesawat terbang) dalam Q.S Ar-Rahman, [55]: 33 yang berbunyi :

Hai jemaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan .

Motivasi mengarungi bahtera lautan luas, sebagaimana termaktub dalam Q.S Luqman, [31]:31

Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur.

Motivasi mempelajari sejarah, geografi, sosiologi dan arkeologi sebagaimana termaktub dalam Q.S Ali Imran: 137 yang berbunyi :

(60)

Ilmu Pendidikan Islam | 44 2. As-Sunnah

Sunnah atau Al-Hadist adalah ucapan, perbuatan atau pengakuan Rasulullah Saw.32 Al-hadist merupakan landasan kedua di dalam pembinaan manusia muslim yang sandarannya adalah Rasulullah. Maka dari itu Rasulullah adalah sebagai guru dan pendidik utama kita.33

Karena As-Sunnah atau Al-Hadist menjadi penjelas bagi ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat global. Maka peranannya pun sangat dibutuhkan di dalam dunia pendidikan di dalam menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an yang global. Seperti Hadits berikut:

“Dari Ali karramallahu wajhah, ia berkata: didiklah anak-anakmu sekalian dengan tiga sifat baik, yaitu: cinta kepada Nabimu, cinta kepada anggota keluarganya dan cinta untuk membaca Al-Qur’an”.

Kedudukan Sunnah dalam Tasyri’ Islam

Sunnah sebagai sumber pokok kedua ajaran Islam merupakan bagian penting yang mesti dipahami, karena bagaimanapun sunnah merupakan wahyu kedua setelah Al-Quran. Al-Quran dan sunnah juga merupakan sumber pokok untuk menetapkan hukum-hukum dan menjelaskannya, dan semua hukum kembali terhadap dua sumber tersebut, akan tetapi Al-Quran merupakan sumber pertama dan pokok pegangan terhadap sunnah serta tidak bertentangan dengannya, oleh karena itu Al-Quran merupakan pokok dalil-dalil34. Firman Allah yang menerangkan hal tersebut terdapat dalam : Q.S

32Ibid, hlm. 39

33Zakiah Darazat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta, Bumi Aksara,

1996), Cetakan ke-tiga hlm. 21.

34Ali Khafif, Makanatus Sunnah fi bayan ahkam islamiyah, (Kairo: Ruz

(61)

Ilmu Pendidikan Islam | 45 An Nisa’;105, Q.S An Nahl;89, Q.S Al An’am;19, Q.S Fusshilat;41-42.

Dari ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa sunnah merupakan pendamping Al-Quran untuk menjelaskan isi kandungan-Nya yang berkaitan dengan hukum, keimanan, ibadah, akhlak, sejarah, motivasi sains, infomasi masa depan di dunia atau akherat dan sebagainya. Oleh karena itu, memegang sunnah merupakan kewajiban umat Islam dan tidak dapat dipisahkan dari Al-Quran, keduanya merupakan keterangan dan pedoman yang ber-integrasi untuk membatu umat manusia memahami apa yang dimaksud Allah Swt baik terhadap wahyu tersurat (Al-Qur’an) ataupun memahami wahyu tersirat (baca;alam). Memahami wahyu tersirat sudah diperintahkan sejak ayat pertama diturunkan.

Dari statemen tersebut maka kedudukan sunnah dalam tasyri’ Islam adalah :

a. Melegitimasi keterangan Al-Quran. Al-Quran memerintahkan untuk mendirikan shalat,mengeluarkan zakat, berpuasa, melaksanakan ibadah haji dan sebagainya (Q.S Al Hajj;78, Q.S Al Baqarah;183, Q.S Ali Imran;97). Kemudian sunnah melegitimasi perintah tersebut (lihat hadits rukun Islam).

b. Menjelaskan kandungan Al-Quran.

1) Menjelaskan secara rinci atau detail (tafsily) terhadap ayat yang bersifat gobal (mujmal).

2) Mentaqyid ayat yang mutlaq. 3) Mentakhsis ayat yang umum 4) Menjelaskan ayat yang sulit (musykil)

c. Sunnah berfungsi menasakh sebagian keterangan Al-Quran.

d. Sunnah indefenden dalam menentukan hukum syara’.

(62)

Ilmu Pendidikan Islam | 46

3.

Ijtihad

Ijtihad muncul karena adanya perkembangan zaman yang mengakibatkan munculnya masalah-masalah baru yang belum pernah terjadi pada masa Rasulullah, sehingga mengharuskan para ulama menetapkan hukumnya. Ijtihad pun akan bertumpu kepada Al-Qur’An dan Al-hadist. Maka di dalm ijtihad pun tidak akan ada keraguan. Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang diolah oleh akal yang sehat dari para ahli pendidikan Islam. Ijtihad tersbut haruslah dalam hal-hal yang berhubungan langsung dengan kebutuhan hidup di suatu tempat pada kondisi dan situasi tertentu. Teori-teori pendidikan baru hasil ijtihad harus dikaitkan dengan ajaran Islam dan kebutuhan hidup.35

D.

Komponen Pendidikan

Komponen pendidikan merupakan suatu hal pendorong untuk lebih aktifnya lagi proses pendidikan, karena dengan adanya komponen pendidikan akan menimbulkan interaksi antara komponen yang satu dengan yang lainnya. Di dalam pendidikan terdapat 6 komponen pendidikan yaitu:

1. Tujuan pendidikan

Tujuan pendidikan merupakan suatu motivasi untuk lebih giatnya lagi di dalam menuntut ilmu. Di dalam praktek pendidikan akan banyak sekali tujuan pendidikan yang di inginkan oleh pendidik agar dicapai oleh peserta didiknya. 2. Pendidik

Ada dua kategori pendidik, yaitu:

a. Pendidik menurut kodrat yaitu orang tua b. Pendidik menurut jabatan yaitu guru 3. Peserta didik

Peserta didik adalah organisme yang menerima informasi dan pengetahuan.

Gambar

Tabel 1
Tabel 2 Perbedaan Istilah Pendidikan, Pengajaran,
Tabel 3 Tanggung Jawab Individu, Orang Tua,
Tabel 4 Perbedaan cara mendidik anak-anak dan dewasa
+6

Referensi

Dokumen terkait