• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASKEP dengan Gaya Hidup Bulimia Nervosa (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASKEP dengan Gaya Hidup Bulimia Nervosa (1)"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH KEPERAWATAN PENCERNAAN 2

“Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gaya Hidup: Bulimia Nervosa”

Dosen Pendamping:

Ika Nur Pratiwi, S.Kep, Ns., M.Kep

Disusun oleh: Kelompok 3

Vonny Nurul Khasanah 131411131061

Retty Merdianti 131411131064

Evi Nur Laili R. K 131411131079

Senja Putrisia Fajar E. 131411131082

Thali’ah Jihan N. 131411133014

Bella Nabila W. K 131411133020

Ayu Tria Kartika P. 131411133023

Kelas A1 2014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmad-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul

“Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gaya Hidup: Bulimia Nervosa”.

Tanpa ridho-Nya mungkin kami tidak dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun agar para pembaca dapat mengetahui gangguan gaya hidup dan menambah ilmu pengetahuan tentang bulimia nervosa. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan sebenar-benarnya. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Pencernaan 2 dan teman-teman yang telah membantu penyusun sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna. Oleh karena itu, kritik yang dapat membangun dari para pembaca sangat diharapkan penyusun. Terima kasih.

Surabaya, 2 Mei 2016

(3)

DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN JUDUL...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR PUSTAKA...iii

BAB 1 PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...1

1.3 Tujuan...2

1.3.1 Tujuan Umum...2

1.3.2 Tujuan Khusus...2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...3

2.1 Definisi...3

2.2 Etiologi...3

2.3 Patofisiologi...5

2.4 Manifestasi Klinis...6

2.5 Pemeriksaan Diagnostik...12

2.6 Penatalaksanaan...13

2.7 Komplikasi...15

2.8 Prognosis...21

2.9 Pencegahan...21

2.10 Asuhan Keperawatan Umum...22

BAB 3 TINJAUAN KASUS BULIMIA NERVOSA...29

3.1 Tinjauan Kasus...29

3.2 Pengkajian...29

3.3 Pemeriksaan Fisik...30

3.4 Analisa Data...30

3.5 WOC Kasus Bulimia Nervosa...32

3.6 Diagnosa Keperawatan...33

3.7 Intervensi Keperawatan...33

3.8 Evaluasi...37

BAB 4 KESIMPULAN...38

4.1 Kesimpulan...38

4.2 Saran...38

DAFTAR PUSTAKA...39

(4)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Manusia hidup tidak lepas dari kebutuhan dasarnya. Makanan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Makanan dibutuhkan oleh tubuh sebagai sumber energi untuk menjalankan kegiatan sehari-hari dan tetap produktif. Dunia kesehatan mulai mengenal sebuah kelainan makan sejak tahun 1979 pada zaman mesir kuno. Pada saat itu, ilmuwan merekomendasikan pencucian perut sekali setiap bulan dalam 3 hari untuk mempertahankan kesehatan. Praktik tersebut berlawanan dari kepercayaan bahwa penyakit manusia disebabkan oleh makanan itu sendiri. Kelainan tersebut disebut dengan bulimia nervosa. Bulimia lebih sering dialami oleh wanita dibandingkan oleh pria, sama halnya dengan gangguan makan pada umumnya. Penelitian memperkirakan terdapat sekitar 8 dari 100 wanita yang mengidap kelainan ini. Sebagian besar dialami oleh wanita pada usia 16-40 tahun (Alodokter.com, 2015).

Bulimia nervosa mengenai 2% sampai 3% dari kelompok yang sama. Wanita 10 kali lebih mungkin untuk terkena gangguan makan daripada pria. Gangguan ini lebih prevalen di budaya barat, walaupun kejadiannya meningkat di budaya Asia. Sebuah survei dari 496 remaja dilaporkan lebih dari 12% pernah mengalami bentuk kelainan makan ketika mereka berusia 20 tahun (LeMone, 2008).

Kriteria utama yang mengindikasikan bulimia adalah siklus makan yang berlebihan lalu mengeluarkan kalori ekstra dengan paksa dari tubuh. Kemudian disertai dengan asumsi negatif tentang bentuk tubuh dan berat badan. Langkah pengobatan untuk bulimia umumnya membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Dukungan penuh dari teman serta keluarga juga berperan penting. Karena itu, pengidap serta keluarga dianjurkan untuk bersabar dalam menjalaninya (Alodokter.com, 2015).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari bulimia nervosa?

2. Bagaimana etiologi dari bulimia nervosa? 3. Bagiaman patofisiologi dari bulimia nervosa? 4. Bagaimana manifestasi klinis dari bulimia nervosa? 5. Apa saja pemeriksaan diagnostik bulimia nervosa?

(5)

7. Apa saja komplikasi yang ditimbulkan dari bulimia nervosa? 8. Bagaimana prognosis dari bulimia nervosa?

9. Apa saja pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari bulimia nervosa?

10. Bagaimana asuhan keperawatan untuk pasien dengan gangguan bulimia nervosa?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa dapat memahami konsep teori dan asuhan keperawatan pasien dengan gangguan sistem pencernaan, khususnya bulimia nervosa serta dapat memahami dan menerapkan perannya sebagai perawat dalam pencegahan dan penanganan masalah gastrointestinal terutama masalah bulimia nervosa.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Konsep teori

a) Mengetahui definisi dari bulimia nervosa. b) Mengetahui etiologi dari bulimia nervosa.

c) Mengetahui patofisiologi dan WOC dari bulimia nervosa. d) Mengetahui manifestasi klinis dari bulimia nervosa. e) Mengetahui pemeriksaan diagnostik dari bulimia nervosa.

f) Mengetahui penatalaksanaan dan pencegahan dari bulimia nervosa. g) Mengetahui komplikasi dari bulimia nervosa.

h) Mengetahui prognosis dari bulimia nervosa.

i) Dapat menjelaskan proses keperawatan pada pasien bulimia nervosa. j) Dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien bulimia nervosa. 2. Asuhan keperawatan pasien

a) Menjelaskan tentang pengkajian pasien dengan bulimia nervosa. b) Menjelaskan tentang diagnosis keperawatan pasien dengan bulimia

nervosa.

c) Menjelaskan intervensi tindakan keperawatan kepada pasien dengan bulimia nervosa.

(6)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi

Bulimia nervosa adalah penyakit kurang serius dan sangat berbeda dari penyakit lainnya. Klien dengan bulimia nervosa cenderung untuk menjaga berat badan yang relatif normal, tetapi melakukannya dengan cara makan berlebihan (bingeing) dan memuntahkan (purging) isi lambung untuk mencegah kenaikan berat badan. Telah dinyatakan bahwa bulimia nervosa adalah bentuk dari penyakit depresi (Black Joyce, 2014).

Bulimia nervosa adalah gangguan yang ditandai dengan sering makan berlebih dan induksi muntah diri sendiri terkait dengan hilangnya kontrol yang berkaitan dengan makan dan perhatian terus-menerus dengan citra tubuh. Individu dengan bulimia nervosa mungkin memiliki berat badan normal dengan tinggi badan, atau berat badan mereka dapat berfluktuasi dengan makan sebanyak-banyaknya dan memuntahkannya. Mereka juga mungkin menyalahgunakan obat pencahar, diuretik, olahraga, atau obat-obatan diet. Mereka mungkin memiliki tanda-tanda yang sering muntah, seperti kelenjar ludah bengkak, pembuluh darah pecah di mata, dan masalah gigi. Individu dengan bulimia nervosa bersusah payah untuk menyembunyikan kebiasaan makan abnormal. Bulimia meningkat dalam insiden dan bahkan mungkin lebih umum daripada anoreksia nervosa (Lewis, 2011).

Bulimia nervosa adalah kompulsif makan dengan induksi diri muntah, yang umumnya dikenal sebagai binge-purge. Persentase yang tinggi dari pasien dengan bulimia adalah perempuan muda. Pasien dengan bulimia biasanya makan sejumlah besar makanan di satu duduk dan kemudian pembersihan makanan dengan sengaja merangsang muntah sehingga berat badan tidak naik. Obat pencahar juga kadang-kadang digunakan oleh pasien bulemia untuk membersihkan tubuh dari makanan dan menghindari kenaikan berat badan. Olahraga berlebihan juga dapat digunakan untuk mengontrol berat badan.

2.2 Etiologi

Penyebab Bulimia nevosa dapat dijelaskan dengan pendekatan beberapa jenis model (Sherli, 2010) yaitu:

1. Model adikasi

(7)

kekambuhan, dimana metode ini mirip dengan pengobatan adiksi terhadap alkohol maupun obat-obatan.

2. Model keluarga

Gangguan makan pada remaja berhubungan dengan sistem interaksi antara keluarga. Oleh karena itu fokus pengobatan penderita bulimia nervosa adalah disfungsi interaksi dalam keluarga. Penderita bulimia nervosa pada umumnya memiliki riwayat kekerasan fisik maupun seksual semasa kanak-kanak.

3. Model sosial budaya

Publikasi media tentang hubungan antara tubuh yang langsing dengan karier yang sukses telah merangsang para remaja untuk melakukan diet supaya tubuhnya menjadi langsing. Banyak remaja yang gagal mencapai keaadaan ini dan akhirnya menjadi penderita bulimia nervosa.

4. Model kognitif dan tingkah laku

Bulimia nervosa merupakan implementasi tingkah laku yang irasional tentang bentuk tubuh, berat badan, diet dan kepercayaan diri. Fokus pengobatan adalah mengidentifikasi disfungsi ini dan membantu menumbuhkan keyakinan yang rasional. Penderita diberikan jadwal makan yang jelas dan teratur.

5. Model psikodinamik

Bulimia nervosa merupakan usaha untuk mengendalikan atau menghindari dampak perasaan yang tertekan, implusif dan kecemasan. Pengobatan psikodinamik adalah mencari proses yang mendasari penderita bulimia nervosa terutama gambaran psikososialnya.

Penyebab pastinya tidak diketahui, tetapi faktor-faktor yang diduga berperan dalam terjadinya bulimia nervosa (Silvia, 2009) adalah :

1. Faktor psikososial

Berupa perkembangan individu, dinamika keluarga, tekanan sosial untuk berpenampilan kurus serta perjuangan untuk mendapatkan identitas diri. 2. Faktor genetik

Adanya bukti bahwa bulimia banyak didapat pada penderita dengan riwayat keluarga gangguan depresi dan kecemasan, serta lebih banyak pada kembar monozigot dibandingkan dizigot.

3. Faktor biologik

Penurunan sintesis, uptake dan turnover serotonin serta penurunan sensitivitas reseptor serotonin post sinaptik. Berdasarkan studi ditemukan fakta bahwa genetik, hormon dan bahan kimia yang terdapat di otak berpengaruh terhadap efek perkembangan dan pemulihan bulimia.

(8)

Kebanyakan orang menilai bahwa cantik identik dengan kurus dan terkadang kondisi tersebut menjadi suatu tuntutan kerja.Anggapan ini pun menjadi budaya yang berkembang di masyarakat.

5. Perasaan pribadi

Penderita bulimia senantiasa berputus asa terhadap dirinya sendiri, tidak percaya diri sehingga mereka diet dengan cara menggunakan pil diet bahkan memuntahkan makanan. Penilaian orang terhadapa dirinya menyebabkan kecemasan dan tekanan yang dapat menyebabkan stress sehingga untuk mengatasinya mereka cenderung ke arah bulimia.

Faktor lain yang mendorong timbulnya bulimia nervosa adalah masalah keluarga, pubertas, gangguan adaptasi, lingkungan dan penerimaan teman sebaya, media dan masyarakat serta krisis identitas. Bulimia juga sering dihubungkan dengan depresi. Kebanyakan, penderita bulimia berasal dari keluarga yang tidak bahagia, umumnya mereka memiliki orang tua yang gemuk, atau mereka sendiri kegemukan pada masa kanak-kanak. Namun hingga kini masih belum jelas apakah gangguan emosional ini sebagai sebab atau akibat dari bulimia.

2.3 Patofisiologi

Berdasarkan biologis yang ditunjukan berulang kali, dengan dasar pada beberapa fakta: rasa lapar, rasa kenyang dan pilihan makanan diatur oleh neurotransmiter dan neuropeptida, dan gangguan kebiasaan makan dihubungkan dengan perubahan dari sekresi proses kimia ini; sistem neurotransmiter tersebut tidak berfungsi pada klien dengan bulimia nervosa. Kondisi perubahan pada fungsi biokimia otak telah ditunjukkan dengan data sumber bahwa kadar noradrenalin (norepinefrin) dan serotonin (5-hidroksitriptamin; 5-HT) lebih rendah pada seseorang dengan bulimia nervosa daripada orang yang sehat. Kadar dopamin hampir sama, atau bisa kurang dari orang sehat. Setelah gangguan kekambuhan terjadi, fungsi noradrenergik kembali seperti awal dan dapat dikontrol. Dari semua neuropeptida, perubahan kadar neuropeptida Y, peptida YY, β-endorfin, corticotrophin-releasing hormon, somatostatin, kolesistokinin dan vasopresin telah ditemukan pada fase simpatomimetik bulimia nervosa (Brambilla, 2001).

(9)

khususnya masa pubertas, remaja menjadi sangat sensitif atas pertambahan berat badan mereka. Terjadi perubahan fisiologis tubuh yang terkadang mengganggu. Wanita dengan bulimia nervosa memiliki respon yang lebih lemah dari normal di wilayah otak yang merupakan bagian dari hubungan dopamin dengan sirkuit balasan, sedangkan sirkuit balasan pada wanita anoreksia nervosa terlalu sensitif terhadap rangsangan makanan (CNS Spektrum, 2015).

Bulimia nervosa lebih sering dialami oleh remaja putri daripada remaja pria. Bagi remaja putri, mereka mengalami pertambahan jumlah jaringan lemak sehingga mereka akan mudah untuk gemuk apabila mengkonsumsi makanan yang berkalori tinggi. Pada kenyataannya kebanyakan wanita ingin terlihat langsing dan kurus karena mereka beranggapan bahwa menjadi kurus akan membuat mereka bahagia, sukses dan populer. Sementara apabila tubuh gendut, memakai baju apapun rasanya seperti sedang memakai karung terigu. Akhirnya, lingkungan sekitar juga ikut mempengaruhi. Maka tidak mengherankan apabila ketidakpuasan seseorang dengan tubuhnya akan mengembangkan masalah pada gangguan makan (WangMuba, 2009).

(10)

2.4 Manifestasi Klinis

Indikasi utama bahwa seseorang mengidap bulimia adalah mengonsumsi makanan secara berlebihan, meski pengidap tidak merasa lapar. Proses ini dapat terpicu oleh masalah emosional, seperti stres atau depresi. Beberapa gejala yang ditimbulkan dari bulimia nervosa (Alodokter.com, 2015):

a. Sangat terpaku pada berat badan serta bentuk tubuh, terkadang hingga terasa tidak masuk akal

b. Selalu beranggapan negatif terhadap bentuk tubuhnya sendiri c. Takut gemuk atau merasa kegemukan (berolahraga berlebihan)

d. Sering lepas kendali saat makan, misalnya terus makan sampai sakit perut atau makan dengan porsi berlebihan

e. Menghindari makan di tempat-tempat umum atau di depan orang lain f. Sering bergegas ke kamar mandi setelah makan

g. Memaksakan diri untuk muntah, terutama dengan memasukkan jari ke kerongkongan

h. Memiliki gigi dan gusi yang rusak

i. Menggunakan obat pencahar, diuretik, atau enema setelah makan. j. Menggunakan suplemen atau produk herba untuk menurunkan berat

badan.

Tanda dan gejala umum yaitu pusing, pening (light headedness), palpitasi (karena dehidrasi, hipotensi, mungkin hipokalemia), bradycardia atau tachycardia, hipotermia, dan hipotensi (sering dikaitkan dengan dehidrasi). Gejala gastrointestinal seperti iritasi faring, nyeri perut (lebih umum pada orang-orang yang menginduksi dirinya untuk muntah), darah dalam muntahan (dari iritasi esofagus, dan dari air mata yang sebenarnya mungkin berakibat fatal), kesulitan menelan, perut kembung, sembelit, dan obstipasi.

Gejala lain yang terkait termasuklah inflamasi kronis dan sakit tenggorokan, pembengkakan kelenjar di leher dan di bawah rahang, robekan enamel gigi dan meningkatnya kepekaan dan kerusakan gigi akibat daripada pemaparan terhadap asam perut, penyakit refluks gastroesofagus, intestinal distress dan iritasi akibat penyalahgunaan obat cuci perut, masalah pada ginjal akibat penyalahgunaan obat diuretik, dan dehidrasi berat karena kekurangan cairan dari tubuh.

(11)

penting dari bulimia nervosa adalah suatu episode, dimana terjadi perilaku meraih makanan yang tidak terkontrol dengan jumlah yang besar dalam periode waktu yang singkat. Pasien sadar dengan gangguan kebiasaan makannya. Mereka biasanya tidak menyadari rasa lapar selama pesta makan dan tidak berhenti makan walaupun merasa kenyang. Mereka merasa takut dengan ketidakmampuan berhenti makan secara sadar dan melaporkan bahwa pesta makan hanya berhenti ketika terjadi nausea atau nyeri abdomen yang berat, atau ketika diinterupsi dengan tertidur, atau ketika mereka menginduksi vomiting (Soetjiningsih, 2007).

1) Binge Eating

Gambaran Klinis BN digolongkan pada orang yang mengalami episode konsumsi makanan dengan jumlah yang sangat banyak (misalnya, binge-eating) secara rekuren dan sering, dan merasakan kurangnya penguasaan terhadap makan. Binge eating artinya mengkonsumsi makanan yang banyak dalam periode waktu yang singkat. Pada saat episode binge terjadi kehilangan kendali terhadap makanan. Penderita bulimia nervosa dapat mengkonsumsi makanan sekitar 3000-7000 kkal per episode binge. Epidode binge sering timbul pada waktu yang sama setiap hari atau timbul sebagai akibat rangsangan emosional seperti depresi, jemu atau marah dan kemudian diikuti oleh periode puasa berkepanjangan.Mengkonsumsi makanan biasanya didahului muntah dengan kira-kira satu tahun. Episode makan berlebihan yang berulang. Episode ini ditandai dengan kedua hal berikut ini:

1) Makan, dalam periode waktu tertentu (misalnya dalam 2 jam), jumlah makan jauh lebih besar daripada yang dimakan kebanyakan orang pada periode waktu yang sama dan dalam keadaan atau situasi yang sama. Selama mengkonsumsi makanan pasien memakan makanan yang manis, tinggi kalori, dan biasanya lembut atau lunak, seperti cake dan kue kering. Beberpa pasien lebih menyukai makanan yang besar tanpa memandang rasanya.

2) Perasaan hilang kendali terhadap makan selama episode tersebut (misalnya merasa tidak dapat menghentikan makan atau mengendalikan apa atau berapa banyak yang dimakannya). Makanan dimakan secara sembunyi-sembunyi dan secara cepat, dan kadang-kadang tidak dikunyah.

Episode makan berlebihan seperti ini : 1) Makan lebih cepat dari normal.

2) Makan sampai merasa sangat kenyang hingga terasa tidak nyaman. 3) Makan makanan dengan jumlah besar meskipun secara fisik tidak

(12)

4) Makan sendirian karena malu akan banyaknya makanan yang dimakannya.

5) Merasa jijik dengan dirinya sendiri, depresi, atau sangat bersalah setelah makan berlebihan.

Pesta makan seringkali diikuti dengan perasaan depresi dimana pasien merasa sedih, kesepian, hampa, dan terisolasi, atau rasa cemas dengan ketegangan yang luar biasa. Perasaan ini biasanya membaik selama pesta makan, namun setelah itu pasien dilaporkan mengalami perasaan depresi dengan mengkritik dan meremehkan diri serta timbul perasaan bersalah. Pesta makan biasanya dilakukan secara rahasia yang dilakukan selama beberapa menit sampai beberapa jam (seringkali kurang dari 2 jam). Kebanyakan pesta makan terjadi secara spontan, namun beberapa telah direncanakan. Frekuensi pesta makan berkisar dari kadang-kadang (sekali atau dua kali sebulan) sampai berkali-kali dalam sehari. Kuantitas jumlah makanan bervariasi namun selalu besar.

2) Purging

Penderita Bulimia Nervosa menempuh beberapa cara menolak dampak dari makanan yang berlebihan. Bisanya setelah perilaku binge eating yang diikuti dengan perilaku mengkompensasi binge dengan menyingkirkan makanan yang dimakan (misalnya, muntah, penggunaan obat cuci perut atau diuretik yang berlebihan). Paling sering adalah dengan cara memuntahkan makanan dengan jalan merangsang faring atau secara spontan atau dengan menggunakan sirup ipecac. Muntah yang sering terjadi dan biasanya diinduksi dengan memasukkan jari ke dalam tenggorokan, walaupun beberapa pasien mampu untuk muntah atas kehendaknya sendiri. Muntah menurunkan nyeri abdomen dan perasaan penuh dan memungkinkan pasien terus makan tanpa takut akan mengalami kenaikan berat badan. Disamping itu, cara lainnya adalah menggunakan laksan, diuretic dan enema serta dengan jalan melakukan latihan fisik yang berlebihan.

(13)

dapat menjadi kasus yang darurat. Kematian akibat dilatasi dan rupture gaster pernah dilaporkan.

3) Body Image

Penderita Bulimia Nervosa memiliki persepsi yang keliru tentang berat badan dan bentuk tubuhnya. Mereka merasa kelebihan berat badan atau gemuk, meskipun pada kenyataannya berat badannya dalam batas normal. Sebagian besar pasien bulimia nervosa dalam rentang berat badan yang normal, tetapi beberapa pasien khawatir terhadap citra tubuh dan penampilannya, khawatir terhadap tanggapan orang lain terhadap dirinya, dan khawatir terhadap daya tarik seksualnya. Sebagian besar pasien bulimia nervosa aktif secara seksual, dibandingkan dengan pasien anoreksia nervosa yang tidak tertarik terhadap seks. Pika dan perebutan selama makan kadang-kadang ditemukan dalam riwayat pasien bulimia nervosa.

Pasien dengan bulimia nervosa sadar akan perilakunya dan seringkali melakukan hal yang besar untuk merahasiakannya. Mereka sangatlah khawatir mengenai penampilan fisik, dengan harga diri yang bergantung pada ukuran dan bentuk tubuh. Penyesuaian seksual yang terganggu, mulai dari pergaulan bebas sampai ke aktivitas seksual yang terbatas. Beberapa gejala lain berkaitan dengan buruknya kontrol impuls yang sering pada penderita bulimia nervosa, seperti penggunaan alkohol, penyalahgunaan obat, mencuri, memutilasi diri sendiri, dan percobaan bunuh diri. Kebanyakan pasien mengalami fluktuasi berat badan. Beberapa gejala yang berkaitan dengan bulimia nervosa mencakup edema pada ekstremitas, sakit kepala, nyeri tenggorokan, pembengkakan glandula parotis dan glandula salivatorius lainnya, erosi pada enamel gigi dan karies berat, merasa kembung, nyeri abdomen, lethargi dan fatigue. Dizziness, syncope, dan seizure dapat muncul jika muntah yang berat. Menstruasi yang irregular umum terjadi, namun amenorea tidak terus menerus.

(14)

elektrolit, masalah gastrointestinal, dan masalah berkaitan dengan rongga mulut dan gigi.

4) Depresi

Gejala psikologis penderita Bulimia Nervosa adalah depresi. Mirip dengan AN, orang yang menderita BN juga mempunyai penyakit psikologis seperti depresi, ansietas dan/atau permasalahan penyalahgunaan zat. Depresi sering kali mengikuti episode dan disebut penderitaan setelah pesta makan (postbinge anguish). Biasanya, pasien dengan BN merasa malu dengan perbuatannya sendiri dan cenderung untuk merahsiakannya daripada keluarga dan teman-teman. Pengalaman episode binge eating dan purging menimbulkan rasa bersalah, penyesalan yang dalam, dan perasaa malu. Sebaliknya keadaan depresi juga menyebabkan timbulnya gangguan makan dan episode binge.

Bulmina nervosa terdapat pada pasien dengan gangguan mood dan gangguan kendali impuls. Bulimia nervosa juga terjadi pada orang dengan resiko tinggi untuk gangguan terkait zat serta berbagai gangguan kepribadian. Pasien bulimia nervosa juga mengalami gangguan ansietas, gangguan bipolar I, dan gangguan disosiatif, serta riwayat penganiayaan seksual. Gangguan mood sering terjadi pada pasien dengan BN dan simptom cemas dan tegang (tension) sering dialami. Kebanyakan pasien dengan bulimia nervosa mengalami depresi ringan dan sesetengah mengalami gangguan mood dan perilaku yang serius seperti cobaan membunuh diri dan penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang. Biasanya, pasien dengan bulimia nervosa merasa malu dengan perbuatannya sendiri dan cenderung untuk merahasiakannya dari keluarga dan teman-teman (Chavez dan Insel, 2007).

Pada pemeriksaan status mental dapat ditemukan:

a) Penampilan: pasien biasanya rapi, berpakaian yang baik, dan menunjukkan atensi pada hal yang rinci. Dandanan seringkali teliti dan selanjutnya memperlihatkan bahwa pasien fokus pada penampilan personal.

b) Tingkah laku: pasien biasanya tidak memiliki pergerakan yang abnormal, namun perasaan cemas terlihat dari pergolakan psikomotor. Perpindahan biasanya spontan, dan pasien umumnya kooperatif dan dapat melaksanakan tugas yang diperintahkan.

c) Sikap terhadap pemeriksa: pasien umumnya mencegah kontak mata karena malu

(15)

e) Pembicaraan: isi dan artikulasi biasanya normal

f) Proses pikir: pasien mungkin memiliki proses pikiran linear dan sampai pada tujuan yang diarahkan

g) Isi pikir: pikiran cenderung berputar disekitar makanan dan kekhawatiran tentang bentuk tubuh dan berat badan.

h) Kelainan persepsi: delusi dan halusinasi biasanya tidak ada

i) Ide bunuh diri: ide untuk bunuh diri biasa ditemukan terutama pada pasien dengan mood depresi.

j) Ide pembunuhan: ide pembunuhan tidak berhubungan untuk diagnosis bulimia nervosa

k) Kognisi: pasien pada umumnya sadar, dan berorientasi pada sekitar mereka.

l) Daya nilai: pasien umumnya menunjukkan daya nilai yang buruk mengenai perawatan diri dan pengobatannya. Strategi penurunan berat badan seperti muntah yang diinduksi sendiri, penyalahgunaan laksatif, dan diuretic seringkali dianggap sebagai metode yang sah dan sesuai untuk mengatur berat badan.

m) Tilikan: tilikan pada pasien bulimia nervosa bervariasi.

2.5 Pemeriksaan Diagnostik

Uji Laboratorium dan diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien dengan bulimia nervosa menurut American Psychiatric Association (APA, 2013) adalah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan fisik yang menyeluruh

Pemeriksaan fisik dapat memberikan petunjuk penting menunjukkan adanya bulimia nervosa, terutama untuk menyingkirkan subtipe gangguan tersebut. Pada pemeriksaan, dokter mungkin mencari tanda-tanda komplikasi medis dimana termasuk juga erosi gigi, jaringan parut atau abrasi pada kuku-kuku jari, dan kelenjar parotis bengkak.

2. Uji kadar elektrolit serum

(16)

3. Kadar amilase serum meningkat

Beberapa individu dengan bulimia nervosa menunjukkan peningkatan sedang pada amilase serum yang mencerminkan peningkatan isoenzim ludah. Tingkat amilase tinggi mungkin menunjukkan bahwa pasien telah muntah. Dalam beberapa kasus, maka akan diperlukan untuk menyingkirkan penyebab organik kadar amilase tinggi atau muntah, seperti pankreatitis. Ketika difraksinasi menjadi komponen-komponen serum dan saliva, peningkatannya terkadang tidak proporsional, dengan amilase saliva tinggi melebihi amilase pankreas pada pasien yang telah muntah. Karena itu tes difraksinasi mungkin bermanfaat untuk digunakan sebagai alat bantu diagnostik dalam kasus dimana muntah ditolak dan memonitor terus muntah pada pasien yang menjalani pengobatan.

4. Evaluasi faktor-faktor psikologis

Pemeriksaan psikiatrik lengkap dengan memperhatikan depresi yang merundungi bersama, anoreksia nervosa, penyalahgunaan zat/obat (contoh: kokain, alkohol, ampetamin, sedative, dan pil diet), dan gangguan kepribadian. Lakukan pula evaluasi pasien untuk impulsivitas dan kecenderungan bunuh diri.

Gejala psikopatologinya terdiri dari ketakutan yang luas biasa akan kegemukkan dan penderita mengatur sendiri batasan yang ketat dari ambang berat badannya, sangat dibawah berat badan sebelum sakit dianggap berat badan yang sehat dan optimal. Seringkali, tetapi tidak selalu, ada riwayat episode anoreksia nervosa sebelumnya, interval antara kedua gangguan tersebut berkisar antara beberapa bulan sampai beberapa tahun. Episode sebelumnya ini dapat jelas terungkap, atau dalam bentuk ringan yang tersembunyi dengan kehilangan berat badan yang sedang dan atau suatu fase sementara dari amenore. Bulimia nervosa harus dibedakan dari gangguan depresif, walaupun penderita bulimia sering mengalami gejala-gejala depresi.

2.6 Penatalaksanaan

(17)

1. Psikoterapi

Umumnya dokter melakukan terapi kognitif, yang bertujuan merubah persepsi dan cara berpikir pasien mengenai tubuhnya. Dokter mendorong pasien untuk berpikir secara benar terhadap dirinya sehingga menjadi lebih obyektif melihat suatu masalah, dan menghilangkan sikap serta reaksi yang salah terhadap makanan.

a) Memberi kepercayaan kepada pasien sehingga pasien mau bekerjasama dalam pengobatan.

b) Menghentikan kebiasaan makan yang salah dan episode muntah serta diare: Hal ini dapat dilakukan dengan membatasi jumlah dan jenis makanan pasien bulimia nervosa. Namun sedikit sulit bila pasien tinggal dirumah tanpa pengawasan.

c) Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan keadaan yang sudah membaik:

a. Setelah pengobatan biasanya pasien akan mengulangi kebiasaannya untuk makan lagi, maka kita jangan menentangnya, tapi kita anggap bahwa hal itu merupakan respon yang fisiologis. b. Agar pasien mau makan, maka kita katakankepadanya bahwa rasa

lapar yang timbul itu, karena tubuhnya memerlukan nutrisi.

c. Kalau pengobatan berhasil, maka pasien akan mengurangi ketergantungan terhadap kebiasaan jeleknya dan gejala depresinya akan teratasi, ini dapat berlangsung untuk beberapa bulan.

d. Oleh karena kebiasaan makan yang jelek pada bulimua nervosa ini mudah berulang kembali, maka pengobatan yang paling efektif adalah dengan memberikan rasa paercaya diri kepada pasien terhadap penampilan dan berat badannya.

2. Farmakoterapi

Untuk penderita bulimia umumnya diberikan obat-obatan jenis antidepresan bersama dengan pengobatan psikoterapi. Obat yang diberikan umumnya dari jenis trisiklik seperti imipramine (dengan merek dagang Tofranil) dan desipramine hydrochloride (Norpramin); atau jenis selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) seperti fluoxetine (Antiprestin, Courage, Kalxetin, Nopres, dan Prozac), sertraline (Zoloft), dan paroxetine (Seroxat).

3. Terapi psikis

(18)

terapi keluarga seringkali sangat membantu. Terapi kelompok adalah terapi dimana penderita penyakit yang sama saling membagi pengalaman mereka.

4. Terapi nutrisi

Ahli gizi dapat mengatur jadwal makan, memberikan penjelasan mengenai tujuan terapi nutrisi, pentingnya diet sehat dan akibat buruk dari pola makan yang salah terhadap kesehatan. Pengaturan diet untuk penderita bulimia nervosa dilakukan secara bertahap tergantung tingkat keparahan serta ada tidaknya komplikasi dengan penyakit penyerta. Selain dengan pengaturan makan yang sehat dan berimbang diperlukan juga olahraga secara tepat dan teratur.

5. Terapi Oral

a) Untuk mencegah erosi dan karies pada gigi, pasien dianjurkan tidak menyikat gigi lagi setelah muntah, namun berkumur dengan sodium fluorida 0,05%, alkaline mineral water, sodium bikarbonat, atau magnesium hidroksida untuk menetralkan asam pada rongga mulut.

b) Mengurangi konsumsi makanan yang mengandung gula atau karbohidrat, sebab akan meningkatkan resiko terjadinya karies.

c) Mengunyah permen karet rendah gula untuk meningkatkan produksi saliva sintetik seperti glosodane

d) Gunakan pasta gigi, obat kumur, atau gel yang mengandung flourida untuk mengurangi rasa sensitif pada gigi dan sebagai pertahanan terhadap karies.

e) Menyikat gigi tiga kali sehari setelah melakukan flossing untuk mengurangi plak pada gigi.

2.7 Komplikasi

(19)

Komplikasi medis lainnya seperti dilatasi gaster akut yang dapat berakibat rupture gaster. Selain itu robekan mallory-weiss pada esophagus, rupture esophagus, refluks esophagitis, dan cardiomiopaty sebagai akibat sekunder dari penggunaan ipecac. Toksisitas ipecac juga berhubungan dengan skeletal myopathy, kronik hipokalemia. Xerosis berkaitan dengan dehidrasi kronik. Penggunaan laksatif berlebihan dapat menyebabkan risiko

konstipasi kronik, cathartic colon dengan pseudo-hischprung syndrome, dan komplikasi lainnya. Berikut efek yang ditimbulkan terhadap tubuh dan dan masalah dalam beberapa aspek (Wildes, 2010):

(Gambar 1. Efek Bulimia Nervosa terhadap Tubuh)

1) Gigi

(20)

(Gambar 2. Karies Gigi dan Erosi Gigi)

Peningkatan frekuensi karies gigi telah dilaporkan sebagai konsekuensi dari makan berlebihan makanan yang mengandung karbohidrat, peningkatan konsumsi minuman berkarbonasi, kebersihan mulut yang buruk, selain paparan asam. Gingivitis (penyakit gusi) dan penyakit periodontal mungkin akibat dari paparan berulang terhadap asam lambung. Hal ini menyebabkan iritasi gusi kronis dan perdarahan. Xerostomia ditemui pada pasien dengan self-induced muntah itu diduga berhubungan dengan laju aliran saliva berkurang.

(21)

(Gambar 3. Pembengkakan Kelenjar Parotis akibat Bulimia Nervosa)

2) Tenggorokan

Self-induced muntah dapat menyebabkan kerusakan pada sfingter esofagus, mempengaruhi area dari faring dan laring. Muntahan kandungan asam mungkin bersentuhan dengan pita suara dan sekitarnya, mengakibatkan suara serak, disfagia, batuk kronis, sensasi terbakar di tenggorokan atau sakit tenggorokan berulang.

3) Jantung

Komplikasi jantung lebih sering terjadi pada AN dibandingkan dengan BN, manifestasi klinis yang didapatkan berupa palpitasi yang disebabkan oleh sinus takikardia yang merupakan efek dari hipokalemia, hipomagnesaemia, dan dehidrasi yang terjadi. Dehidrasi akibat episode berulang dari muntah yang dapat mengakibatkan hipotensi, dan ortostatik. Meskipun pasien akan sering menggunakan jari-jari mereka atau benda untuk menginduksi muntah, beberapa mungkin kembali menggunakan ipecac, sirup sebelumnya digunakan untuk mengobati ingestions toksik akut. Pasien dengan bulimia yang terlibat dalam self-induced muntah mungkin menyalahgunakan obat ini. Bahan aktif ipecac adalah emetine yang memiliki paruh yang panjang dan akibatnya dapat terakumulasi untuk tingkat beracun dengan konsumsi kronis. Toksisitas Emetine dapat mengakibatkan kerusakan permanen miosit jantung yang mengakibatkan gagal jantung kongestif berat, aritmia ventrikel, dan kematian jantung mendadak.

4) Paru-paru

Pada pasien yang membersihkan melalui self-induced muntah, aspirasi makanan dimuntahkan adalah sebuah kemungkinan. Dengan demikian, pada orang dewasa muda yang sehat dengan gangguan pernapasan dengan onset tiba-tiba, self-induced muntah dengan aspirasi harus dipertimbangkan. Komplikasi paru lain dari self-induced muntah adalah pneumomediastinum, yang merupakan diseksi udara melalui dinding alveolar, karena muntah. 5) Elektrolit

(22)

penanda khusus untuk self-induced muntah dari bulimia, tidak sensitif. Sebagian besar pasien dengan bulimia, yang hanya kadang-kadang muntah, akan memiliki elektrolit serum yang normal, berbeda dengan mereka yang muntah berlebihan atau mereka yang melakukannya secara teratur untuk program berkepanjangan.

Tabel 4 . Perubahan elektrolit

PURGING

MODE SODIUM

POTTASIU M

CHLORID

E BICARBONATE

Diuretics Decreasedor normal Decreased Decreased Increased

Laxatives (short-term)

Decreased

or normal Decreased Increased Decreased

Laxatives (long-term)

Decreased

or normal Decreased Decreased Increased

Vomiting Decreasedor normal Decreased Decreased Increased 6) Kulit

Masalah dermatologi ditemukan pada pasien bulimia nervosa, walaupun kurang dipedulikan, termasuk “Russell’s sign” terdapat penebalan atau scar pada punggung tangan yang disebabkan oleh penekanan jari terhadap gigi saat menginduksi muntah, lesi tersebut bisa menjadi permanen. Tanda ini biasanya terlihat pada stadium awal penyakit ini. Pada pasien kronis, cara menginduksi muntah biasanya dilakukan dengan menekan abdomen. Perbuatan melukai diri sendiri terkadang terlihat pada pasien dengan BN, contohnya menusuk diri dengan jarum, membakar kulit dengan api rokok.

(23)

(Gambar 4. Trauma berulang pada Kulit tangan)

7) Masalah gastrointestinal

Gangguan traktus gastrointestinal bisa terjadi pada penderita bulimia, seperti perut kembung, flatulensi, konstipasi, keterlambatan pengosongan lambung (peristaltik menurun), GERD, Mallory – Weiss tears syndrome, Rectal prolaps, dan apabila hal ini terjadi terutama pada kaum wanita maka bulimia nervosa bisa dijadikan differensial diagnosa. Ipeca sering digunakan oleh pasien bulimia untuk menginduksi muntah. Namun obat ini memiliki efek samping yang cukup besar yakni kardiomiopati. Dental enamel erosi dan gigi yang sensitif terhadap suhu panas dan dingin pada makanan maupun minuman merupakan hal yang biasa ditemukan pada BN. Asam lambung menyebabkan enamel menjadi lebih lembut secara bertahap. Pasien harus diajarkan cara untuk mengurangi kerusakan enamel dengan cara membersihkan mulut setelah muntah, yaitu dengan alkalinisasi mulut dengan berkumur menggunakan soda kue yang dilarutkan dalam air dan menunggu selama 30 menit terlebih dahulu baru dibersihkan. Cairan panas dan dingin harus dihindari apabila menyebabkan nyeri pada gigi. Sebaiknya berkonsultasi dengan dokter gigi, penyakit gusi juga sering didapatkan pada pasien ini.

Sebagai catatan, eritema pada konjungtiva, yang seringkali disertai dengan perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi akibat dari muntah. Hal ini terjadi karena terjadinya elevasi pada penekanan vena saat muntah.Batu empedu juga harus dipertimbangkan sebagai diagnosis diferensial pada AN dan BN yang datang dengan keluhan muntah atau nyeri perut kuadran kanan atas. Nyeri tersebut disebabkan oleh batu empedu, yang angka kejadiannya meningkat pada pasien yang mengalami penurunan berat badan. USG merupakan cara untuk menyingkirkan keberadaaan dari batu empedu tersebut.

(24)

yang banyak 6-8 gelas perhari, serat dalam jumlah yang rendah yaitu 10 gram perhari, laktulosa jenis sintetik nonabsorbsi disakarida, 30-60 ml satu sampai dua kali perhari, kita juga perlu mempberi tahu bahwa walaupun pemberian laktulosa tersebut berasa sangat manis, pasien tidak perlu cemas akan penambahan kalori yang mungkin terjadi, karena obat tersebut tidak diabsobsi.

(25)

8) Masalah Endokrin

Hanya setengah dari pasien bulimia yang mengalami gangguan menstruasi termasuk amenore dan oligomenore. Wanita dengan bulimia dan gangguan menstruasi disebabkan oleh karena gangguan release hormon gonadotropin dan leptin.

2.8 Prognosis

Pemantauan jangka panjang pada para pasien Bulimia nervosa mengungkap bahwa 70 persen memperoleh kesembuhan, meskipun sekitar 10 persen tetap sepenuhnya somatik. Melakukan intervensi segera setelah diagnosis ditegakkan berhubungan dengan prognosis yang lebih baik. Pasien Bulimia nervosa yang lebih sering makan berlebihan dan muntah, komorbid dengan penyalahgunaan zat, atau memiliki riwayat depresi memiliki prognosis lebih buruk disbanding pasien tanpa fakto-faktor tersebut (Novia, 2016).

Secara keseluruhan, bulimia nervosa tampaknya memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan anoreksia nervosa. Dalam jangka pendek, pasien bulimia nervosa yang mampu melibatkan diri dalam pengobatan telah dilaporkan lebih dari 50 % yang mengalami perbaikan. Prognosis bulimia nervosa tergantung kepada keparahan sequele mencahar, yaitu apakah pasien mengalami gangguan elektrolit dan sampai derajat mana muntah yang sering mengakibatkan esofagitis, amilasemia, pembesaran kelenjar liur dan karies gigi. Pada beberapa kasus yang tidak diobati, remisi spontan terjadi dalam satu sampai dua tahun (Sadock, 2010).

Prognosis bulimia nervosa tampak lebih baik daripada anoreksia nervosa. Sebuah studi 6 tahun di Munich, Jerman menemukan sebuah fakta bahwa 59.9% klien bulimia nervosa mencapai hasil yang baik, 29.4% klien mencapai hasil menengah, dan 9.6% dilaporkan hasil buruk. Klien bulimia nervosa pada studi ini memiliki 1,1% tingkat mortalitas, yang lebih dari 5 kali lebih rendah dari klien anoreksia nervosa (Fichter et al., 1997). Pada studi yang lain, 74% klien bulimia nervosa mencapai kesembuhan penuh dibandingkan 1 per 3 dari klien anoreksia nervosa. Kesembuhan parsial diwujudkan oleh 99% klien bulimia nervosa. Hal ini dinilai bahwa 1 per 3 individu dapat diperkirakan kambuh (Reel, 2013).

2.9 Pencegahan

(26)

dapat sembuh dengan sendirinya oleh karena itu tindakan pertolongan yang harus segera diberikan yaitu disarankan untuk berkonsultasi langsung ke para ahli kesehatan. Secara umum penderita penyakit ini jarang hingga perlu dirawat di rumah sakit, kecuali keadaannya sudah terjadi komplikasi yang parah. Pengobatan pun akan berbeda antar orang. Kesesuaian dengan seseorang belum tentu akan sesuai pula dengan orang lain. Selama pengobatannya diperlukan kelompok terapis dari berbagai keahlian, yang dapat membantu pasien dalam menghadapi masalah medis, psikologis, dan gizi. Pencegahan terjadinya bulimia nervosa terdiri atas tiga bagian (Soetjiningsih, 2007):

1) Program pencegahan primer

Pencegahan ini langsung ditujukan pada populasi berisiko tinggi seperti murid wanita SMP untuk mencegah timbulnya gangguan makan pada mereka yang asimtomatik. Pencegahan yang dilakukan dapat berupa program pendidikan mengenai sikap dan perilaki terhadap remaja.

2) Program pencegahan sekunder

Pencegahan ini bertujuan untuk deteksi dan intervensi dini, dengan memberikan pendidikan pada petugas kesehatan di pusat pelayanan kesehatan primer. Selain untuk mencegah terjadinya gangguan makan berupa bulimia nervosa dapat juga dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya

a) Rajin berkonsultasi dengan dokter. b) Tingkatkan rasa percaya diri.

c) Tingkatkan dinamika lingkungan. Usahakan agar tercipta suasana yang nyaman dan kondusif di lingkungan keluarga atau pekerjaan. d) Bersikap realistis. Jangan mudah percaya pada apa yang digambarkan oleh media tentang berat dan bentuk badan ideal.

3) Diet yang dianjurkan.

Pengaturan diet untuk penderita Bulimia Nervosa dilakukan secara bertahap tergantung tingkat keparahan serta ada tidaknya komplikasi dengan penyakit penyerta. Kebutuhan energi disesuaikan dengan umur dan jenis kelamin, dihitung berdasarkan berat badan ideal, bukan berat badan yang sebenarnya. Selain dengan pengaturan makan yang sehat dan berimbang diperlukan juga olahraga secara tepat dan teratur. Olahraga yang teratur dapat menormalkan kembali kerja kelenjar yang abnormal sehingga akan diperoleh kadar serotonin yang sesuai dengan kebutuhan penderita.

(27)

a) Identitas klien: Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya. b) Keluhan utama: Merupakan keluhan yang paling utama yang

dirasakan oleh klien saat pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan jarang diungkapkan klien. Klien biasa mengungkapkan bahwa dia tidak menderita bulimia nervosa dengan tanda binge dan purge.

c) Riwayat kesehatan sekarang: Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana binge dan purge dirasakan oleh klien, regional (R) yaitu menjalar binge dan purge kemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana yang dapat mengurangi binge dan purge atau klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan binge dan purge tersebut.

d) Riwayat kesehatan yang lalu: Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di riwayat sebelumnya, kapan waktu terjadinya, dan penangan yang dilakukan sendiri sebelum di rawat. Klien bulimia nervosa sering berfokus pada cara menyenangkan orang lain dan menghindari konflik. Klien dengan bulimia sering memiliki perilaku impulsif seperti penyalahgunaan zat dan pencurian, ansietas, depresi, dan gangguan keperibadian. e) Riwayat kesehatan keluarga: Mengkaji ada atau tidaknya keluarga

klien pernah menderita penyakit bulimia nervosa.

2. Pemeriksaan fisik

a) Penampilan Umum: Mengkaji tentang berat badan dan tinggi badan klien. catat kehilangan berat badan 15% dibawah normal atau lebih. Klien bulimia nervosa dapat kelebihan berat badan atau kekurangan berat badan, tetapi biasanya mendekati berat badan yang diharapkan sesuai dengan usia dan ukuran tubuhnya. Penampilan umum klien tidak luar biasa, dan klien tampak terbuka dan mau berbicara.

(28)

dari orang lain. Klien merasa lepas kendali dan tidak mampu merubah perilaku tersebut meskipun klien mengakui perilaku tersebut sebagai hal yang patologis.

c) Tanda-tanda Vital: Mengkaji mengenai tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi (TPRS).

d) Sistem Gastrointestinal: Mengkaji tentang keadaan gigi, mulut dan abdomen. Biasanya pada klien bulimia nervosa dapat terlihat karies gigi, lidah kotor, membran mukosa kering dan perut agak cekung atau semua ini bisa tidak terlihat karena terjadi dengan dirahasiakan oleh klien

e) Nutrisi: Dikaji tentang intake dan output nutrisi, porsi makan, nafsu makan, pola makan dan aktifitas setelah makan kliem. Klien bulimia makan berlebihan (binge) dan melakukan pengurasan (purge). Klien mengakui bahwa perilaku tersebut abnormal dan berusaha keras untuk menyembunyikanya dari orang lain.

f) Cairan : Dikaji tentang intake cairan yang berkurang dan output cairan berlebih , keseimbangan cairan dan elektrolit (natrium, kalsium, albumin), turgor kulit tidak elastis dan membran mukosa kering.

g) Aktivitas: Dikaji tentang aktivitas sehari-hari, kesulitan mengatur pola makan binge, mencegah terjadinya pengurasan (purge) dan kekuatan otot. Hal membuat klien dapat cepat lelah karena kekurangan asupan nutrisi dan cairan yang cukup.

(29)
(30)

3. WOC Bulimia Nervosa

4. Diagnosa Keperawatan

1) Kekurangan volume cairan dan elektrolit tubuh berhubungan dengan output yang berlebih.

2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan rangsangan muntah sendiri, penggunaan laktasif berlebihan.

(31)

5. Intervensi Keperawatan

Tekanan nadi normal (60-100x/ menit) buccal, sclera, dan kulit untuk indikasi adanya 4) Monitor level serum

elektrolit

5) Monitor adanya tanda dan gejala yang 7) Monitor berat badan

setiap hari

8) Monitor intake dan output cairan

9) Kaji riwayat pasien atau orang terdekat

sehubungan lamanya dari muntah

10) Berikan cairan sesuai indikasi

(32)

12) Menjamin ketepatan aliran intravena yang berisi elektrolit. 2. Ketidakseimbang

an nutrisi kurang dari kebutuhan rentang normal ( BMI = 16,5 – 24) 100405

NIC:

Eating Disorder Management

Nutrition Management

1) Tentukan status nutrisi klien dan kemampuan 3) menentukan nilai kalori

dan tipe kebutuhan baik, dan bebas dari bau yang tajam)

5) monitor kalori dan intake nutrisi

6) monitor berat badan klien agar berat badan klien dalam rentang yang normal

7) monitor perilaku klien berhubungan dengan makan, kehilangan berat badan

8) bantu klien untuk mendiskusikan pilihan makanan

9) bantu klien untuk memodifikasi perilaku untuk mengurangi kehilangan berat badan 10) Bantu klien untuk

(33)

11) Sediakan dukungan waktu di kamar mandi ketika sedang tidak dalam proses observasi. 13) Mendampingi klien ke

kamar mandi selama ditunjuk waktu untuk observasi berikut makanannya.

14) kolaborasikan dengan ahli gizi mengenai

1) Tentukan harapan gambaran klien berdasarkan rentang perkembangan.

(34)
(35)

BAB 3

TINJAUAN KASUS BULIMIA NERVOSA 3.1 Tinjauan Kasus

Nn. R (18 tahun) dibawa ibunya ke poliklinik 22 April 2016. Ibu mengatakan khawatir karena Nn. R terlihat semakain kurus, padahal menurut ibu Nn. R makan sangat banyak sekali melebihi orang dewasa yang lain. Kemarin ibu melihat Nn. R muntah-muntah setelah makan yang banyak. Ibu takut Nn.R mengalami penyakit tertentu. Di kamar klien ditemukan obat pencahar, klien mengakui sering meminum obat tersebut sehingga frekuensi BAB meningkat hingga 3-5 kali perhari dengan konsistensi cair. Perawat melakukan pengkajian dan didapatkan data TB 165 cm, BB 46 kg, TD: 100/60mmhg, N: 80x/mnt (lemah), P: 16x/mnt, S: 36,5°C. Hasil laboratorium didapatkan data albumin: 3 gr/dl, Hb: 12 gr / dl. Saat pengkajian ditemukan klien terlihat pucat, mukosa mulut kering. Klien mengakui kebiasaan makannya yang banyak dan sengaja memuntahkannya, klien ingin mencapai berat badan yang ideal karena menurut klien saat ini badannya gemuk.

3.2 Pengkajian

a. Identitas Pasien

Nama : Nona R

Jenis Kelamin: Perempuan

Usia : 18 tahun

Agama : Islam

Tempat tinggal: Surabaya Pekerjaan : Siswa SMA Diagnosa Klinis: Bulimia Nervosa

b. Keluhan Utama

Nn. R sering makan berlebihan melebihi porsi makanan orang dewasa lainnya tetapi kemudian langsung memuntahkannya dengan sengaja sehingga Nn.R terlihat semakin kurus

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Nn. R datang ke Poliklinik pada tanggal 22 April 2016 dengan keluhan muntah dengan sengaja setelah makan berlebih dan di kamar klien ditemukan obat pencahar yang diakui sering diminum obatnya sehingga frekuensi BAB meningkat hingga 3-5 kali perhari dengan konsistensi cair.

(36)

Klien mengakui kebiasaan makannya yang banyak dan sengaja memuntahkannya, klien ingin mencapai berat badan yang ideal karena menurut klien saat ini badannya gemuk.

3.3 Pemeriksaan Fisik

a. B1 (Breath) : Bradipnea (16x/menit)

b. B2 (Blood) : Hipotensi (100/60 mmHg), N = 80x/menit (lemah), S = 36,5oC

c. B3 (Brain) : tidak ada masalah. d. B4 (Bladder) : Tidak ada masalah

e. B5 (Bowel) : berat badan 46 kg dan tinggi badan 165 cm. IMT sebesar 16,59 (berat badan kurang), makan dalam porsi berlebih seperti orang dewasa, setelah makan dimuntahkan dengan sengaja, frekuensi BAB meningkat hingga 3-5 kali perhari dengan konsistensi cair

f. B6 (Bone) : terlihat pucat, mukosa mulut kering.

3.4 Analisa Data

Sumber Data Etiologi Masalah Keperawatan

(37)
(38)
(39)

3.5 WOC Kasus Bulimia Nervosa dalam waktu yang cepat (bingeing)

(40)

3.6 Diagnosa Keperawatan

1) Kekurangan volume cairan (00027) berhubungan dengan gangguan psikologi, memuntahkan makanan dengan sengaja secara berlebih 2) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh (00002)

berhubungan dengan kekurangan intake makanan untuk proses digesti, memuntahkan makanan dengan sengaja secara berlebihan. 3) Gangguan citra tubuh (00118) berhubungan dengan persepsi rasa

takut kegemukan yang tidak wajar.

3.7 Intervensi Keperawatan

Kekurangan volume cairan (00027) berhubungan dengan gangguan psikologi, memuntahkan makanan dengan sengaja secara berlebih.

Domain : 2

Class : 5

NOC NIC

Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 jam klien menunjukkan keseimbangan cairan dan hidrasi yang baik dengan kriteria hasil :

Fluid balance (0601), indikator : 1) TD = 120/80 mmHg (060101) 2) HR = 80-100x/menit teraba

kuat (060122)

3) CRT < 2 detik (060105) 4) Turgor kulit baik (060116) (5) 5) Membran mukosa lembab

Hydration (0602), indikator : 1) Intake cairan adekuat sebagain indikasi kekurangan cairan dan/atau elektrolit 3) Monitor adanya kehilangan

cairan (seperti: muntah, diare) 4) Monitor kadar elektrolit serum

dalam batas normal

5) Berikan cairan sesuai dengan kebutuhan

6) Monitor adanya tanda dan gejala yang memperburuk kondisi dehidrasi

7) Pertahankan kepatenan intake dan output cairan seimbang 8) Berikan cairan sesuai dengan

indikasi

(41)

urine berwarna kuning jernih dan berbau)

3) Perfusi jaringan baik (060217) (5)

Terapi (IV) intra vena (4200) :

1) Verifikasi kebutuhan terapi IV klien

2) Jelaskan prosedur terapi IV 3) Pertahankan tindakan aseptik 4) Monitor kelebihan cairan dan

reaksi fisik klien terhadap terapi IV

5) Berikan obat-obatan IV sesuai intruksi dokter

6) Catat intake dan output cairan klien

7) Monitor tanda dan gejala klien akibat plebitis atau infeksi daerah insersi

Monitor TTV (6680) : 1) Monitor TD, HR, RR,

Temperatur dalam batas normal

2) Catat apabila ada perubahan mendadak

3) Cek TTV secara periodik

Manajemen muntah

(1570) :

1) Catat keluaran muntah (warna, konsistensi, kekuatan saat muntah)

2) Kontrol faktor lingkungan yang dapat menyebabkan klien muntah

3) Kurangi faktor perssonal klien yang dapat meningkatkan muntah

4) Berikan posisi untuk mencegah klien muntah (posisi semifowler)

5) Berikan dukungan fisik dan kenyamanan selama klien muntah

(42)

jangka waktu yang lama

Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh (00002) berhubungan dengan kekurangan intake makanan untuk proses digesti, memuntahkan makanan dengan sengaja secara berlebihan

Domain : 2

Class : 1

NOC NIC

Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 jam klien menunjukkan status nutrisi yang baik dengan kriteria :

Nutrition status : fluid and food intake (1004), indikator :

1) Intake nutrisi adekuat

4) Energi untuk ADL mencukupi (100403) (5)

5) Tinggi/Berat badan ideal (100405) (5) (IMT: 16,5 – 24) 6) Hidrasi baik (100411) (5)

Knowledge : Weight management (1841), indikator :

1) Mengetahui hubungan antara diet, olahraga, dan BB

intoleransi klien terhadap makanan tertentu

2) Instruksikan klien tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi 3) Jelaskan tentang kebutuhan

kalori klien dan kebutuhan 7) Pastikan makanan disajikan

dalam keadaan yang baik 8) Kolaborasi dengan ahli gizi 9) Sarankan keluarga klien untuk

(43)

olahraga dan berat badan

4) Jelaskan kepada klien bahaya dari kekurangan berat badan atau berat badan dibawah normal

5) Berikan dukungan klien untuk merubah kebiasaan makan 6) Berikan apresiasi kepada klien

jika mampu meraih tujuan jangka pendek dan jangka panjang BB ideal

Gangguan citra tubuh (00118) berhubungan dengan persepsi rasa takut kegemukan yang tidak wajar

Domain : 6

Class : 3

NOC NIC

Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam klien menunjukkan perbaikan citra tubuh dengan kriteria hasil :

Body image (1200), indikator: 1) Klien menyatakan penerimaan

dirinya sendiri(120005) (5) 2) Mengetahui gambaran dalam

dirinya (120001) (5)

3) Mengetahui realita dirinya,

idela dirinya, dan

keinginannya (120002) (5)

Weight : Body Mass

(1006), indikator : 1) BB ideal (100601) (5)

Meningkatkan citra tubuh (5220) 1) Buat hubungan teraupetik

perawat/pasien

2) Tingkatkan konsep diri tanpa penilaian moral

3) Sadari reaksi sendiri terhadap perilaku pasien

4) Libatkan dalam program pengembangan pribadi 5) Anjurkan konsultasi pada

konsultan citra diri 6) Gunkan pendekatan

psikoterapi,daripada terapi penafsiran

(44)

Identity (1202), indikator : 1) Percaya diri (120213) (5)

2) Mampu menurunkan

konflik intrapersonal dan interpersonal (120211) (5)

3) Mampu memahami

perbedaan antara satu manusia dengan yang lain (120205) (5)

4) Mampu memerangi citra negatif dalam dirinya (120210) (5)

dari perasaan nilai pribadi , yang sesuai

8) Mematau setiap perubahan yang terjadi yang mungkin

mempengaruhi persepsi citra tubuh klien

Meningkatkan kepercayaan diri (5400)

1) Buat pernyataan positif tentang pasien

2) Dorong pasien untuk menghargai hidup sendiri dengan cara lebih sehat dengan membuat keputusan sendiri dan menerima diri sendiri 3) Berikan pasien kesempatan untuk

menggambarkan dirinya sendiri 4) Membantu pasien untuk menguji

kembali persepsi negatif dari dirinya

5) Memfasilitasi lingkungan dan kegiatan yang akan

meningkatkan harga diri

3.8 Evaluasi

Evaluasi keperawatan yang diharapkan ada pada Nona R setelah dilakukan asuhan keperawatan, meliputi hal-hal sebagai berikut :

1) Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit dan pasien dapat mempertahankan status keseimbangan volume dan cairan yang adekuat.

2) Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya dan pasien dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat.

(45)

BAB 4 KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan

Bulimia atau bulimia nervosa adalah gangguan makan yang serius dan berpotensi mengancam jiwa. Gangguan mental ini bisa terkait dengan rasa rendah diri tingkat ekstrem, kecanduan minuman keras, depresi, serta kecenderungan menyakiti diri sendiri. Pengidap bulimia akan melahap makanan dalam jumlah berlebihan, kemudian mengeluarkannya dari tubuh secara paksa dengan muntah atau menggunakan obat pencahar. Cara yang tidak sehat ini dilakukan oleh pengidap untuk melenyapkan kalori berlebih yang telah dikonsumsi agar berat badannya tetap terjaga.

Penanganannya bisa dilakukan dengan psikoterapi, terapi nutrisi, terapi psikis, terapi oral, dan farmakologi. Jika tidak segera ditangani, bulimia bisa memicu komplikasi yang serius dan bahkan berakibat fatal. 4.2 Saran

Sebagai seorang perawat kita diharapkan mampu memahami dan mengetahui masalah yang berhubungan dengan gangguan sistem pencernaan pada pasien, agar perawat mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien tersebut. Sebagai salah satu tenaga kesehatan yang sering berinteraksi dengan pasien, perawat harus mampu memenuhi kebutuhan pasien, salah satunya adalah kebutuhan yang berhubungan dengan sistem pencernaan. Perawat bisa memberikan edukasi kesehatan agar kejadian ini tidak terulang atau kambuh pada klien yang sama.

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Alodokter.com: Bulimia. 2015. Diakses online pada

http://www.alodokter.com/bulimia, 24 April 2016.

American Psychiatric Association. 2013. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5®). Arlington, VA, American Psychiatric Association

Angelia, Silvia. 2009. Bulimia nervosa. Diakses online pada

http://www.pojokgizi.com, 17 April 2016

Black Joyce M, Hawks Jane Hokanson. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan Edisi 8. Singapore: Elsevier

Brambilla, Francesca. 2001. Aetiophatogenesis and Pathophysiology of Bulimia Nervosa (Biological Bases and Implications for Treatment). Milan: Instituto Scientifico Ospedale

Bulechek, Gloria M., [et al.]. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC), Sixth Edition. United States of America: Mosby Elsevier

Frank, G. K. W. (2015). Advances from neuroimaging studies in eating disorders. CNS Spectrums, 20, 391–400. doi:10.1017/S1092852915000012 FKM-UI, 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada.

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). 2014. NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions & Classification, 2015-2017, Tenth Edition. Oxford: Wiley Blackwell

LeMone Priscilla, Burke Karen. 2008. Medical Surgical Nursing Critical Thinking in Client Care. United States of America: Pearson

Lewis, Dirksen. 2011. Medical Surgical Nursing Assessment and Management of Clinical Problems Eight Edition. United States of America: Elsevier Mosby Menita, Sherli. 2010. Bulimia Nervosa. Diakses online pada

http://www.bulimia-nervosa.com, 17 April 2016

Moorhead, Sue., [et al.]. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC): measurement of health outcomes, Fifth Edition. United States of America: Mosby Elsevier

Reel, Justine J. 2013. Eating Disorders: An Encyclopedia of Causes, Treatment, and Prevention. Greenwood-ABC-CLIO: California

Sadock, Benjamin J. 2010. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. Jakarta : EGC

Soetjiningsih. 2007. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : CV. Sagung Seto

(47)

Lampiran 1. Format Pengkajian Keperawatan

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Tanggal MRS : 22-04-2016 Jam Masuk : 10.00 WIB

Tanggal Pengkajian : 22-04-2016 No. RM : 14.44.xx.xx

Jam Pengkajian : 13.00 WIB

Hari rawat ke : 1 Diagnosa Masuk : Bulimia Nervosa

IDENTITAS

1. Nama Pasien : Nn.R

2. Umur : 18 tahun

3. Suku/ Bangasa : Jawa/Indonesia

4. Agama : Islam

5. Pendidikan : Siswa SMA 6. Pekerjaan : Pelajar

7. Alamat : Surabaya

8. Sumber Biaya : BPJS

KELUHAN UTAMA

Pasien muntah dengan sengaja setelah makan berlebihan

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Riwayat Penyakit Sekarang:

Nn. R datang ke Poliklinik pada tanggal 22 April 2016 dengan keluhan muntah dengan sengaja setelah makan berlebih dan di kamar klien ditemukan obat pencahar yang diakui sering diminum obatnya.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Pernah dirawat: ya √ tidak kapan: diagnosa:

-1. Riwayat penyakit kronik : tidak ada Riwayat kontrol : tidak ada Riwayat penggunaan obat : tidak ada 2. Riwayat alergi : tidak ada

Obat ya tidak√

jenis:-Makanan ya tidak√

jenis:-V Lain-lain ya tidak√

jenis:-3. Riwayat operasi: ya tidak √

- Kapan :

(48)

- Jenis operasi :

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

ya tidak√

- Jenis :klien mengatakan di dalam keluarganya tidak ada yang mengalami sakit seperti yang dialami oleh klien.

PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN

Perilaku sebelum sakit yang mempengaruhi kesehatan:

Alkohol ya tidak√

Keterangan:

-Merokok ya tidak√

Keterangan:

-Obat ya tidak√

Keterangan:

-Olahraga ya tidak√

Keterangan: Klien mengakui kebiasaan makannya yang banyak dan sengaja memuntahkannya, klien ingin mencapai berat badan yang ideal karena menurut klien saat ini badannya gemuk.

OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK

1. Tanda-tanda vital

S:36,50 C N:80x/mnt TD: 100/60 mmHg RR:16x/mnt

Kesadaran: √ Compos Mentis Apatis Samnolen SoporKoma

2. Sistem pernafasan

a. RR:16 x/menit

Keluhan: - sesak nyeri waktu nafas orthopnea

Batuk: produktif tidak produktif

Sekret:- Konsistensi:

-Warna: -

Bau:-PCH: ya tidak√

b. Irama nafas: teratur √ tidak teratur c. Friction rub: tidak ditemukan friction rub

Pola nafas: Dispnoe Kusmaul Cheyne Stokes Biot

Suara nafas: Vesikuler Bronko vesikuler

Tracheal Bronkial

Ronki Wheezing

Crackles

Alat bantu nafas: ya tidak√

Masalah Keperawatan:

Tidak ditemukan masalah keperawatan

(49)

Jenis: masker Flow: - lpm

c. Ictus cordis:tidak terdapat iktus cordis d. CRT: <2 detik

Akral:hangat √ kering√ merah√ pucat

panas dingin

Sirkulasi perifer : normal √ menurun

e. JVP: -f. CVP: -g. CRT:

h. ECG & Interprestasinya: -i. Lainlain:

-4. Sistem persyarafan

a. S : 36,50 C

b. GCS: 456

c. Refleks fisiologis patella triceps biceps d. Refleks patologis babinsky brudzinsky kernig

(50)

N1 : normal tidak

Ket:-N2 : normal tidak

Ket:-N3 : normal tidak

Ket:-N4 : normal tidak

Ket:-N5 : normal tidak

Ket:-N6 : normal tidak

Ket:-N7 : normal tidak

Ket:-N8 : normal tidak

Ket:-N9 : normal tidak

Ket:-N10 : normal tidak

Ket:-N11 : normal tidak

Ket:-N12 : normal tidak

Ket:-g. Pupil : anisokor isokor √ Diameter: 3 mm / 3 mm h. Sclera: anikterus √ ikterus

i. Konjungtiva: ananemis j. Istirahat/ tidur: 8 jam/hari k. IVD :

-l. EVD : m. ICP : n. Lainlain:

-5. Sistem perkemihan

a. Kebersihan genetalia: √Bersih Kotor Sekret: Ada Tidak √ b. Ulkus: Ada Tidak √ c. Kebersihan meatus uretra: √Bersih Kotor d. Keluhan kencing: Ada Tidak√

Bila ada, jelaskan: tidak ada e. Kemampuan berkemih:

√Spontan Alat bantu, sebutkan: -Jenis :

-g. Kandung kemih Membesar ya √ tidak

h. Nyeri tekan ya √ tidak

i. Intake cairan oral: - parenteral:

-j. Balance cairan: input-output

6. Sistem pencernaan

a. TB : 165 cm BB : 46 kg

b. IMT :16,54 Interpretasi : BB dibawah normal c. LOLA :

g. Abdomen: tegang kembung ascites

h. Nyeri tekan: ya √ tidak

(51)

Tanggal operasi : Jenis operasi :

-Lokasi :

-Keadaan :

-Drain : ada tidak

- Jumlah

:-- Warna

:-- Kondisi area sekitar insersi :-j. Peristaltik:

-k. BAB: - Terakhir tanggal: - Lain-lain: Klien mengatakan sering meminum obat pencahar

l. Konsistensi: keras lunak √cair lendir/ darah

m. Diet: padat lunak cair n. Diet khusus:

-o. Nafsu makan: baik menurun √meningkat Frekuensi:

p. Porsi makan: habis tidak habis√ Keterangan: porsi makan melebihi orang dewasa

Lain-lain:Klien mengakui kebiasaan makannya yang banyak dan sengaja

memuntahkannya, klien ingin mencapai berat badan yang ideal karena menurut klien saat ini badannya gemuk.

q. Pasien tidak mengeluh nyeri. P=

Q= R= S= T=

7. Sistem penglihatan

a. Pengkajian segmen anterior dan posterior:

OD OS

>2/6 Visus >2/6

Edema (-) Palpebra edema (-)

Anemis (-) Conjungtiva Anemis (-)

Jernih Kornea Jernih

BMD

PBI 3mm Pupil PBI 3mm

Masalah Keperawatan:

(52)

Iris

Jernih Lensa jernih

TIO

b. Keluhan nyeri: ya √ tidak

P: Q: R: S:

-c. Luka operasi: ya √ tidak

d. Pemeriksaan penunjang lain: -e. Lainlain:

-8. Sistem pendengaran

a. Pengkajian segmen anterior dan posterior

OD OS

simetris Aurcicula simetris

bersih MAE bersih

utuh Membran utuh

tymhani

Tidak dilakukan pengkajianRinne Tidak dilakukan pengkajian

Tidak dilakukan pengkajian Weber Tidak dilakukan pengkajian

Tidak dilakukan pengkajian Swabach Tidak dilakukan pengkajian

b. Tes Audiometri:

-c. Keluhan nyeri: ya √ tidak

P: Q: R: S: T:

-d. Luka operasi: ada √ tidak

Masalah Keperawatan:

(53)

Jenis operasi :

-Lokasi :

-Keadaan :

-e. Alat bantu dengar: -f. Lainlain:

-9. Sistem muskuloskeletal

a. Pergerakan sendi: √bebas terbatas

b. Kekuatan otot: 4 4 3 3

c. Kelainan ekstremitas: ya √tidak

d. Kelainan tulang belakang: ya √ tidak Frankel:

e. Fraktur: ya √ tidak

- Jenis :

f. Traksi: ya √ tidak

- Jenis :

-- Beban : -

- Lama pemasangan :

-g. Penggunaan spalk/ gips: ya √ tidak

h. Keluhan nyeri:ya √tidak

P : Q : R : S : T :

-i. Sirkulasi perifer:normal

j. Kompartemen syndrome: ya √ tidak

k. Kulit: ikterik sianosis kemerahan hiperpigmentasi

l. Turgor: √ baik kurang jelek

m. Luka operasi: ada √ tidak Tanggal operasi :

-Jenis operasi :

-Lokasi :

-Keadaan :

-Drain : - ada √ tidak

- Jumlah

:-- Warna

:-- Kondisi area sekitar insersi

:-n. ROM :

-o. POD

:-p. Cardinal sign

:-q. Lain-lain: pasien mengalami kelemahan otot

Masalah Keperawatan:

Gambar

Tabel 4 . Perubahan elektrolit

Referensi

Dokumen terkait