• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PEMBELAJARAN MENYENANGKAN DENGA (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STRATEGI PEMBELAJARAN MENYENANGKAN DENGA (1)"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti LKTI TCA XVI Bidang Pendidikan

Oleh

Aan Yuliyanto (1400184)

Kontingen Purwakarta

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

ii ABSTRAK

Matematika adalah mata pelajaran yang sangat kompleks dan berengaruh dalam kehidupan. Namun dalam belajar matematika ada satu hambatan yang dialami oleh siswa sebagai pembelajar di sekolah yaitu diskalkulia. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya siswa sekolah dasar yang mengalami diskalkulia dalam belajar matematika dan masih banyak guru dan orang tua yang belum menyadarinya juga cara untuk mengatasinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab diskalkulia dalam belajar matematika, bagaimanakah cara mengatasi diskalkulia pada siswa dengan menggunakan strategi humor, dan seberapa besar pengaruh penerapan strategi humor dalam mengatasi permasalahan tersebut. Metode penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian mengemukakan bahwa rata-rata siswa memiliki diskalkulia dalam belajar matematika dalam tipe soal bertingkat. Penerapan strategi humor dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika untuk mengatasi diskalkulia pada siswa sekolah dasar. Berdasarkan hasil penerapan strategi humor untuk mengatasi diskalkulia pada siswa SD diperoleh Skor sign two tailed menunjukan 0,000 < 0,05 jadi hipotesis bahwa skor pretes dengan postes siswa mengalami peningkatan, oleh sebab itu strategi humor mampu mengatasi diskalkulia dapat diterima. Ungkapan tersebut didukung pula fakta yang diperoleh data dari N-gain dimana Uji N-gain menunjukan bahwa N-gainnya adalah sedang yakni 0,34, hal tersebut menunjukan bahwa strategi humor mampu mengatasi diskalkulia dan dapat meningkatkan motivasi, minat serta prestasi pada siswa Sekolah Dasar.

(3)

iii DAFTAR ISI

ABSTRAK ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan dan Manfaat ... 2

D. Metode Penulisan ... 3

BAB 2 TELAAH PUSTAKA ... 4

A. Pembelajaran Matematika ... 4

B. Faktor Penyebab Anak Berkesulitan Belajar ... 5

C. Strategi Pembelajaran Humor... 6

D. Pengertian Diskalkulia... 11

BAB 3 ANALISIS SINTESIS ... 14

A. Karakteristik Diskalkulia pada Siswa SD... 14

B. Bagaimana Strategi Humor dapat Mengatasi Diskalkulia pada Siswa SD 15 BAB 4 SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 20

A. Simpulan ... 20

B. Rekomendasi ... 21

DAFTAR PUSTAKA ... 22

(4)

1 BAB 1

PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

Kesulitan belajar setidaknya terdapat 6 jenisnya, salah satunya adalah diskalkulia

atau kesulitan belajar matematika, ada pula disleksia, disgrafia dan lain

sebagainya (Slavin, 2011). Kebanyakan guru-guru saat ini masih belum dapat

membedakan kesulitan belajar pada anak dengan tunagrahita, sehingga

penaganannya masih belum tepat sasaran. Untuk diskalkulia sendiri, hampir

kebanyakan peserta didik baik SD bahkan Mahasiswa sekalipun menganggap

mata pelajaran atau mata kuliah matematika adalah mata pelajaran tersulit. Hal

tersebut didukung oleh beberapa fakta tentang angka dan rumus adalah pelajaran

abstrak, tegang dan konsentrasi penuh saat pelajaran matematika, butuh ketelitian

untuk menjawab soal, dan lain sebagainya. Hal ini di dukung dengan salah satu

penelitian yang mengungkap bahwa ternyata masih banyak siswa yang

menganggap matematika adalah mata pelajaran yang sulit. Salah satu penyebab

rendahnya hasil belajar matematika siswa dikarenakan banyak siswa yang

menganggap matematika sulit dipelajari dan karekteristik matematika yang

bersifat abstrak sehingga siswa menganggap matematika merupakan momok yang

menakutkan, diperkuat oleh (Sriyanto dalam Husna,2007) yang menyatakan

bahwa matematika sering kali dianggap sebagai momok menakutkan dan

cenderung dianggap pelajaran yang sulit oleh sebagian besar siswa. (Russefendi

dalam Husna, 1991) juga menambahkan matematika bagi anak-anak pada

umumnya merupakan mata pelajaran yang tidak disenangi, dianggap sebagai ilmu

yang sukar dan ruwet, serta (Abdurrahman dalam Husna, 2003) mengatakan

bahwa dari berbagai bidang studi yang diajarkan disekolah, matematika

merupakan bidang studi dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak

berkesulitan belajar dan lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar.

Padahal, matematika sebenarnya bisa disampaikan dengan cara yang

menyenangkan, apalagi untuk murid Sekolah Dasar. Pada tingkat pendidikan

dasar ini pelajaran matematika masih berkenaan dengan berhitung, yang

merupakan bagian dari matematika, yakni operasi tambah, kurang, kali, dan bagi.

(5)

2 pecahan. Operasi hitung itu bisa dipelajari sambil bermain yang memang

merupakan kegiatan utama anak-anak. Meskipun terkadang sulit, namun semua

orang harus mempelajarinya, karena merupakan sarana untuk memecahkan

masalah kehidupan sehari-hari. Oleh kaena itu peneliti menerapkan strategi humor

karena peneliti menganggap strategi ini sangat efektif dan inovatif dalam

mengatasi diskalkulia. Karena dengan suasana pembelajaran yang menyenangkan

dalam humor akan membuat siswa mudah menyerap materi dan tak lagi merasa

bosan atau tertekan dalam belajar sebab pembelajaran berlangsung penuh

kegembiraan namun tetap dengan proses pembelajaran yang efektif.

B.Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah karakteristik, dan faktor penyebab diskalkulia pada siswa

Sekolah Dasar?

2. Bagaimanakah pembelajaran yang menyenangkan dengan strategi humor

dalam mengatasi diskalkulia pada siswa Sekolah Dasar?

C.Tujuan dan Manfaat

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Karakteristik, dan faktor penyebab diskalkulia pada siswa Sekolah Dasar;

2. Bagaimana pemberlajaran yang menyenangkan dengan strategi humor untuk

mengatasi diskalkulia pada siswa Sekolah Dasar.

Manfaat penelitian ini adalah secara umum untuk dapat mengatasi diskalkulia

siswa Sekolah Dasar, sedangkan secara khusus adalah sebagai berikut:

Bagi Guru

1. Menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan dalam kegiatan

pembelajaran matematika

2. Guru dapat meningkatkan kreativitas dan kualitas dalam mengupayakan

proses pembelajaran yang lebih baik.

3. Agar dapat memahami karakteristik, dan faktor penyebab diskalkulia siswa

SD dalam belajar matematika.

4. Menampilkan inovasi baru dalam pembelajaran matematika khususnya.

5. Agar dapat menerapkan strategi humor untuk mengatasi diskalkulia siswa SD

dalam belajar matematika.

(6)

3 1. Meningkatkan minat peserta didik dalam kegiatan belajar di sekolah terutama

dalam pembelajaran matematika yang selalu dianggap sulit;

2. Siswa tidak lagi mengalami diskalkulia dalam mempelajari matematika;

3. Meningkatkan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran matematika.

D. Metode Penulisan

Metode penulisan karya tulis ilmiah ini terdiri dari lima bab . Penulis awali

dengan bab 1 adalah pendahuluan dan diakhiri bab lima dengan simpulan dan

rekomendasi. Rinciannya adalah sebagai berikut:

Bab 1 merupakan pendahuluan, yang terdiri dari : 1) latar belakang; 2)

rumusan masalah; 3) tujuan dan manfaat; dan 5) metode penulisan. Bab 2

merupakan telaah pustaka, yang terdiri dari : 1) pembelajaran matematika; 2)

faktor penyebab anak berkesulitan belajar; 3) strategi pembelajaran humor; 4)

pengertian diskalkulia;. Dalam bab 3 merupakan analisis sintesis, yang terdiri dari

1) karakteristik diskalkulia pada siswa SD, 2) bagaimana strategi humor dapat

mengatasi diskalkulia pada siswa SD. Pada bab 4 penulis memaparkan tentang

(7)

4 BAB 2

TELAAH PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika

Berkaitan dengan belajar sepanjang hayat (life long learning) dan berdasarkan karakteristik warga belajarnya maka pembelajaran secara umum

dapat dibagi menjadi dua yaitu, pembelajaran bagi orang dewasa (andragogi) dan pembelajaran bagi anak-anak (pedagogi).

Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta belajar dengan pengajar/instruktur dan/atau sumber belajar pada suatu lingkungan belajar untuk pencapaian tujuan belajar tertentu. Dengan demikian, pembelajaran merupakan subsistem dari suatu penyelenggaraan pendidikan/pelatihan (training), (Sanjaya, 2010:54).

Menurut (Marpaung, 2007:3):

“matematika adalah aktifitas manusia, si pembelajar harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam pembelajaran matematika. Hakikat pembelajaran matematika menurut kurikulum tingkat satuan pendidikan hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika, untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran.

Sedangkan, Suwangsih, (2006:15-16) memaparkan bahwa:

“anak usia SD adalah yang berada pada 7-12 tahun menurut Piaget anak usia sekitar ini masih pada tahap operasi konkrit, artinya siswa SD belum berpikir formal. Ciri-ciri anak pada tahap ini dapat memahami operasi logis dengan bantuan benda konkrit, belum dapat berkpikir deduktif, berpikir secara transitif.”

Contoh : 2 + 2 = 4, 2 + 4 = 6, 10 + 2 = 12. Proses ini sudah dapat dipahami

oleh siswa. Sebagaimana kita ketahui, matematika adalah ilmu deduktif, formal,

hierarki dan menggunakan bahasa simbol yang memiliki arti yang padat. Karena

adanya perbedaan karakteristik antara matematika dan anak usia SD, maka

matematika akan sulit dipahami oleh anak SD jika diajarkan tanpa memperhatikan

tahap berpikir anak SD, seorang guru hendaknya mempunyai kemampuan untuk

menghubungkan antara dunia anak yang belum dapat berpikir secara deduktif agar

dapat mengerti matematika yang bersifat deduktif. Matematika yang merupakan

(8)

5 mengembangkan model-model yang merupakan contoh dari sistem itu yang pada

akhirnya telah digunakan untuk memecahkan persoalan dalam kehidupan

sehari-hari. Matematika juga dapat mengubah pola pikir seseorang menjadi pola pikir

yang matematis, sistematis, logis, kritis dan cermat. Tetapi sistem matematika ini

tidak sejalan dengan tahap perkembangan mental anak sehingga yang dianggap

logis dan jelas oleh orang dewasa pada matematika, masih merupakan hal yang

tidak masuk akal dan menyulitkan bagi anak. Faktor lain yang harus diperhatikan

dalam proses pembelajaran matematika selain bahwa tahap perkembangan

berpikir siswa SD belum formal atau masih konkrit adanya keanekaragaman

intelegensi siswa SD serta jumlah siswa SD yang cukup banyak dibandingkan

guru yang mengajar matematika. Matematika yang dipelajari oleh siswa SD dapat

digunakan oleh siswa SD untuk kepentingan hidupnya sehari-hari dalam

kepentingan lingkungannya untuk membentuk pola pikir logis, sistematis, kritis,

dan akhirnya dapat digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain.

B. Faktor Penyebab Anak Berkesulitan Belajar

Setiap siswa memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual,

kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belejar yang

terkadang cukup mencolok antara siswa dengan siswa lainnya. (Syah, 2006:172).

Berikut beberapa faktor yang mempengaruhinya: Fenomena kesulitan belajar

seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau

prestasi belajarnya. Namun kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan

munculnya kelainan perilaku (missbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering

kabur dari sekolah. Secara garis besar faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar

menurut (Abdurahman, 2009), terdiri atas dua macam.

a. Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan yang muncul dari dalam siswa

sendiri. Meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa yakni:

1) Yang bersifat kognitif (ranah cipta), seperti rendahnya kapasitas intelektual intelegensi siswa.

2) Yang bersifat afektif (ranah rasa), seperti labilnya emosi dan sikap.

(9)

6 b. Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan yang datang dari luar diri

siswa. Meliputi situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung

aktivitas belajar siswa. Faktor ini dibagi tiga macam.

1) Lingkungan keluarga, contohnya ketidakharmonisan hubungan antara ayah dan ibu. Dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.

2) Lingkungan perkampungan atau masyarakat, contoh wilayah perkampungan kumuh (slum area) dan teman sepermainan (peer group) yang nakal.

3) Lingkungan sekolah, contohnya kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat belajar yang berkualitas rendah.

C. Strategi Pembelajaran Humor

Dalam KBBI kata Strategi memiliki arti rencana yang cermat mengenai

kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Terdapat berbagai pendapat tentang

strategi pembelajaran sebagaimana dikemukakan oleh para ahli pembelajaran

(instructional technology), di antaranya akan dipaparkan sebagai berikut.

1. (Kozna dalam Sunhaji, 1989) secara umum menjelaskan bahwa strategi

pembelajaran diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu dapat

memberikan fasilitas kepada siswa menuju tercapainya tujuan pembelajaran.

2. (Gerlach dan Ely dalam Sunhaji, 1980) menjelaskan bahwa strategi

pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode

pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu.

Memperhatikan beberapa pengertian strategi pembelajaran di atas, dapat

disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih

dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran

sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi

pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir

kegiatan belajar.

(DePorter, 2002) menyatakan strategi pembelajaran menyenangkan adalah

strategi yang digunakan untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif,

menerapkan kurikulum, menyampaikan materi, memudahkan proses belajar.

Pengertian di atas juga didukung (Berk, 1998) bahwa:

(10)

7 tercapainya suasana pembelajaran yang tidak membosankan. Dapat disimpulkan dari pembahasan di atas adalah bahwa strategi pembelajaran menyenangkan merupakan taktik dalam pembelajaran di mana pembuatan suatu kondisi pembelajaran yang penuh kegembiraan, menyenangkan dan membuat siswa tanpa beban dalam belajar.

Hasil penelitian dalam pembelajaran dekade terakhir mengungkapkan bahwa

belajar akan efektif, jika peserta didik dalam keadaan gembira. Selain itu,

Kegembiraan dalam belajar telah terbukti memberikan efek yang luar biasa terhadap capaian hasil belajar peserta didik. Kecerdasan emosional telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap efektifitas pembelajaran di samping kecerdasan intelektual. (Darmansyah, 2011).

Namun kenyataan yang dihadapi di lapangan ternyata sering tidak sesuai

dengan harapan. Siswa sering menerima stimulus yang kurang menyenangkan dari

lingkungannya. Bahkan suasana tidak menyenangkan itu datang dari guru.

Tindakan ini dapat membuat anak stres, jenuh, bosan, mengantuk, hilang motivasi,

sering izin keluar kelas, ngobrol dengan teman dan tidak nyaman dalam

pembelajaran. Artinya ketidaksenangan itu akan berdampak negatif terhadap

capaian kualitas proses maupun hasil belajar peserta didik.

Penelitian (Nirwana dalam Darmansyah, 2003) mengungkapkan bahwa: “banyak siswa meninggalkan pelajaran matematika di beberapa SMA di Sumatera Barat sebelum peajaran selesai. Di antara mata pelajaran yang diteliti (fisika, kimia, bahasa inggris dan matematika), ternyata pada matematika paling banyak siswa absen dan meninggalkan kelas sebelum pelajaran selesai.

Menurut (Nirwana dalam Darmansyah, 2003), mengindikasikan matematika

salah satu mata pelajaran yang kurang disenangi siswa. dilihat dari NEM rata-rata

SMA yang diteliti, ternyata matematika lebih rendah dibandingkan mata pelajaran

lainnya. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat dtarik kesimpulan bahwa ada

kaitan kesenangan belajar dengan capaian hasil belajar. Semakin senang terhadap

suatu mata pelajaran semakain tinggi motivasi mengikutinya dan semakin baik pula

hasil belajarnya.

1. Humor dalam Pembelajaran

Humor berasal dari istilah inggris yang pada mulanya memiliki beberapa arti.

Namun, semua berasal dari suatu istilah yang berarti cairan. (Dananjaya, dalam

(11)

8 (Sheinowizt dalam Darmansyah, 1996) menyatakan bahwa:

Humor adalah kualitas yang bersifat lucu dari seseorang yang menggelikan dan menghibur. Humor dalam pembelajaran adalah komunikasi yang dilakukan guru dengan menggunakan sisipan kata-kata, bahasa, gambar yang mampu menggelitik siswa untuk tertawa. Penggunaan humor di kelas masih jarang dilakukan oleh guru, padahal apabila terjadi suatu kebosanan dalam pembelajaran di kelas humor dapat dimanfaatkan untuk menghiasi kegiatan pembelajaran yang seru. Ada 4 manfaat humor, di antaranya yaitu (1) membangun hubungan dan meningkatkan komunikasi antara guru dan peserta didik, (2) mengurangi stres, (3) membuat pembelajaran menjadi menarik, dan (4) meningkatkan daya ingat suatu materi pelajaran.

Dapat disimpulkan humor adalah suatu hal yang bersifat lucu dan menghibur yang

mampu membuat orang gembira, dalam pembelajaran humor adalah kegiatan

pembelajaran yang dilakukan guru dengan menampilkan hal-hal lucu

menggunakan sisipan kata, gambar, perilaku yang mampu membuat kegiatan

pembelajaran menjadi menyenangkan.

2. Teori humor

Ada banyak teori tentang humor. Tetapi menurut Kaplan dan Pascoe dalam

Darmansyah (1977) dapat humor dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu:

(1) kelompok teori psikologi, (2) kelompok teori antropologi, dan (3) teori

kebahasaan. Kelompok teori psikologi terdiri dari delapan subkelompok

diantaranya : (a) teori superioritas, menurut teori ini sumber humor adalah “kelebihan” atau ”keunggulan” atas orang atau pihak lain; (b) teori evolusi, menurut teori ini potensi tertawa dan melucu merupakan bawaan (built-in) dalam sistem mekanisme syaraf dan mempunyai fungsi adaptif (menyesuaikan diri dan

menjaga keseimbangan); (c) teori inkongruitas, bahwa humor ini terjadi apabila

ada pertemuan ide-ide atau situasi yang bertentangan atau bertolak belakang

sehingga terjadi penyimpangan dari ketentuan-ketentuan yang lazim; (d) teori

kejutan, mengungkapkan bahwa kejutan, pendadakan atau ketiba-tibaan

merupakan kondisi yang dapat meniumbulkan humor; (e) teori kelepasan,

menyatakan bahwa tensi yang menyertai pikiran kadang-kadang melampaui batas

kontrol sehiingga menimbulkan gelombang emosi yang besar dan dapat berakhir

dengan munculnya perasaan humor; (f) teori konfigurasi, humor dirasakan

bilamana beberapa elemen yang semula dipandang tidak ada kaitannya satu sama

(12)

9 (g) teori psikoanalisis, menyatakan bahwa hal-hal yang menyenangkan cenderung

untuk menjurus pada pelepasan energi kejiwaan yang dapat dilepaskan melalui

humor; (h) teori ambivalensi, apabila timbul emosi atau perasaan yang

bertentangan (misal dengan perasaan pertama), situasi ini potensial untuk

melahirkan humor. Kelompok teori antropologi terjadi di antara kelompok

manusia, setidaknya di antara dua orang insan. Teori kebahasaan, dikatakan

bahwa teori ini, tingkah laku manusia ataupun kehidupan pribadinya telah

terpapar dan terekam dalam sebuah peta semantis.

3. Kajian Empiris Tentang Humor

Penelitian tentang pembelajaran dengan humor sudah dilakukan oleh

Darmansyah (2011). Ia melakukan penelitian tentang bagaimana persepsi siswa

terhadap guru yang menyisipkan humor dalam pembelajaran. Hasilnya

mengungkapkan bahwa guru yang mereka senangi adalah guru yang memiliki

sense of humor tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut terungkap bahwa humor diperlukan

dalam pembelajaran, karena dapat membantu mencairkan suasana dalam kelas

yang terkadang harus mereka alami dalam waktu yang relatif lama. Setelah

dianalisis berikut simpulannya: Pertama, humor sebagai pemikat perhatian siswa,

kedua, humor membantu mengurangi kebosanan dalam belajar, ketiga, humor

membantu mencairkan ketegangan di dalam kelas, keempat, humor membantu

mengatasi kelelahan fisik dan mental dalam belajar, kelima, humor untuk

memudahkan komunikasi dan interaksi. Penelitian tersebut dilakukan pada 240

mahasiswa teknik sipil Politeknik Negeri Sriwijaya tentang dosen ideal dan favorit

kata kata humoris berada pada peringkat pertama disusul ramah dan sabar serta

67 kata lainnya berwibawa, perhatian, supel dan jelas dalam mengajar.

(Shapiro, 1997) mengembangkan pengertian dari El, dengan

mendefinisikan kecerdasan emosional adalah himpunan bagian dari kecerdasan

sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan dan emosi, baik pada diri

sendiri maupun orang lain. Kemudian memilah-milah dan menggunakan

informasi itu untuk membimbing pikiran dan tindakan. Sedangkan (Goleman,

2000:58), menempatkan kecerdasan pribadi tentang kecerdasan emosional seraya

(13)

10 indikator utama kecerdasan emosional, yakni: mengenali emosi diri, mengelola

emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina

hubungan

Kefektifan belajar erat kaitannya dengan 3 jenis otak manusia yang

memproses informasi secara berbeda sesuai dengan stimulus yang diberikan dari

lingkungannya (Buzan, 1993). Ketiga jenis otak tersebut diuraikan secara rinci

oleh (Shapiro, 1997) berfungsi sebagai pemroses informasi yaitu otak neo-cortex, otak mamalia dan otak reptil. Otak neo-cortex akan memproses informasi secara normal dan kreatif, yang diterima melalui stimulus dari lingkungan yang sangat

menyenangkan, hal ini yang memberikan kontribusi keberhasilan keefektifan

belajar. Jika suasana tidak menyenengkan akan mengaktifkan otak reptil yang

tidak bermanfaat dan dapat menonaktifkan otak neo-cortex. Dalam hal ini humor sebagai pemicu kesenangan belajar akan memberikan kontribusi yang baik.

Humor bukan hanya mampu mendukung terciptanya pembelajaran yang

menyenangkan, melainkan dapat pula dijadikan untuk meningkatkan kecerdasan

emosional. (Darmansyah, 2007), terungkap bahwa siswa yang diberi perlakuan

pembelajaran dengan sisipan humor, ternyata kecerdasan emosionalnya lebih

tinggi dibanding dengan hasil belajar yang dilakukan secara normal.

4. Jenis Humor dalam Pembelajaran

(Sheinowitz,1996) membagi rancangan humor untuk pembelajaran dalam

dua jenis, yaitu: planned humor dan unplanned humor, berikut penjelasannya,

a. Planned Humor, adalah humor yang direncanakan untuk pembeajaran dengan

menggunakan berbagai sumber belajar yang memungkinkan terpicunya

keinginan tertawa pada peserta didik. (Friedman, dkk., 2002) guru dapat

menggunakan: gambar kartun, cerita singkat yang lucu, karikatur, film kartun,

pernyataan lucu.

b. Unplanned Humor, adalah humor yang datangnya tiba-tiba. Sheinowitz (1996)

mengatakan unplanned humor adalah humor yang tidak direncanakan, humor

yang muncul dari guru atau murid.

Berikut ada tiga kesempatan yang dapat digunakan saat menyisipkan humor

yaitu pada pertemuan awal, saat jeda strategis, dan di akhir pembelajaran.

(14)

11 dirinya sebagai orang yang tidak pemarah, mudah diajak bicara, tidak mudah tersinggung, mau mendengar dan menerima saran siswa. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk membuat citra anda baik di hadapan para siswa. lakukan komunikasi yang menyentuh hati siswa dengan membicarakan hal-hal yang sifatnya belum berhubungan langsung dengan pelajaran. Satu hari bersama mereka habiskan untuk hal yang sederhana, dan lucu-lucu, tetapi menyentuh. Satu hal yang musti anda upayakan adalah mencitrakan diri anda sebagai seorang yang humoris. Langkah awal adalah sisipkan humor dalam perkenalan pertama. Hal itu akan memunculkan suasana segar dan mencitrakan diri anda menyukai humor. Banyak cara misalnya memlesetkan nama anda, peristiwa lucu yang anda alami dapat anda ceritakan untuk menambah kesegaran pertemuan pertama.

Jeda strategis, hal ini diperlukan karena apabila siswa dipupuk materi terus-menerus maka akan terjadi penurunan konsentrasi. Salah satu cara terbaik untuk menghindarinya adalah istirahat sejenak dalam periode waktu tertentu yang disebut jeda strategis. Jeda strategis adalah istirahat sejenak ± 3-5 menit dalam proses pembelajaran berjalan selama periode waktu 20-30 menit guna mengembalikan konsentrasi siswa. Istirahatnya dapat dilakukan dengan mengubah pusat perhatian, mengubah fokus pandangan, mengendurkan otot leher dan pundak, dan menyisihkan waktu sejenak untuk mengobrol hal yang ringan namun kreatif dan menyenangkan.

Menutup pembelajaran dengan suasana menyenangkan adalah suatu keharusan, yang membuat siswa tidak memiliki beban menghadapi pertemuan selanjutya. Salah satu caranya adalah dengan menyisipkan humor, baik planned humor atau unplanned humor. Ketika mereka sedang tersenyum lalu anda menutup pembelajaran, maka kondisi siswa dalam keadaan alfa, sehingga otak memori akan menyimpan informasi dengan baik yang dapat mereka manfaatkan pada pertemuan selanjutnya memori itu. Banyak cara untuk menutup pembelajaran yang menyenangkan dengan humor, misalnya kata-kata plesetan atau dengan pantun jenaka, intinya terserah anda yang baik dan memungkinkan.

D.Pengertian Diskalkulia

(Santrock dalam Satrianawati, 2012:324) menyatakan bahwa terdapat tiga macam kesulitan belajar pada anak yaitu disleksia, disgrafia, dan diskalkulia. Diskalkulia yaitu gangguan perkembangan aritmatika, yaitu kesulitan belajar yang terkait dengan perhitungan matematika. Anak yang sulit belajar aritmatika, sulit untuk dikatakan memiliki penyakit diskalkulia. Hal ini dikarenakan pelajaran matematika merupakan pelajaran yang cukup sulit bagi anak. Jika tidak sulit maka namanya bukan pelajaran matematika akan tetapi dikatakan sebagai pelajaran yang lain.

Dapat disimpulkan diskalkulia adalah suatu kesulitan dalam bidang

perhitungan matematis, diskalkulia ini pun sulit untuk diakatakan penyakit karena

mata pelajaran matematika memang cukup sulit, namun di sini terdapat ciri khusus

tersendiri.

(15)

12 seperti itu. Penelitian menyebutkan diskalkulia anak SD mencapai dua sampai enam persen. Anak diskalkulia mempunyai kekurangan neuropsikologis dan kognitif, termasuk prestasi yang buruk dalam ingatan, persepsi visual dan kemampuan visual spasial (Kaufmann, 2003; Shalev, dalam Satrianawati, 2004).

Seorang anak mungkin memiliki kesulitan membaca dan matematika, serta

terdapat defisit kognitif yang menjadi ciri khas kedua jenis kesulitan ini, seperti

pengolahan ingatan yang buruk (Siegel, dalam Satrianawati, 2003).

Sebuah studi terkini menemukan bahwa diskalkulia merupakan kesulitan

belajar yang berlangsung lama atau terus menerus pada banyak anak; lebih dari

separuh anak-anak masih mendapatkan nilai yang jelek dalam matematika ketika

mereka sampai ke kelas lima (Shalev, Manor, & Gross-Tsur, dalam Satrianawati,

2005). Anak yang diskalkulia di sekolah juga merasa tertekan ketika sampai di

rumah.

. Kehidupan anak diskalkulia memperlihatkan bahwa mereka adalah anak

yang butuh untuk dipahami perihal kegiatannya, tetapi tidak jarang orang

mengabaikan hal ini. Karena anak yang diskalkulia dapat menjadi baik, jika

dituntun dan dibimbing dalam belajar. Anak mengalami kesulitan danam

gangguan geometrik, simbol, konsep angka, sulit menghafal penjumlahan,

pengurangan, perkalian, pembagian secara cepat. Diskalkulia termasuk suatu

keadaan di mana anak mempunyai kesulitan belajar spesifik khususnya di bidang

matematika. (Sylvia Farham-Diggory dalam Santrianawati, 1994) membatsi

diskalkulia sebagai gejala ketidakmampuan untuk dapat mengoperasikan

arithmatic. Selanjutnya dijelaskan ada 4 macam tipe diskalkulia yaitu: 1. Tipe 1 : lemah dalam logika

Anak tidak mampu untuk menjelaskan tentang suatu bentuk dan ukuran

segitiga pengaman. Ia tidak mampu membedakan ukuran dan sulit menjelaskan

ukuran bangun segitiga (panjang, lebar). Kelemahan dibidang logika ini juga

ditunjukan pada waktu anak menulis hasil penjumlahan misalnya 1029 dengan

1000 29 (sesuai dengan ucapan seribu dua puluh sembilan) tanpa

memperhatikan bemtuk hubungan yang signifikan. Anak juga sering kesulitan

dalam melihat kalender dan jam. Ia tidak dapat menghitung 389 x 68. Cara

mengerjakannya dimulai dari mengalikan 8 x 9 = 72, ia tulis 72 tetapi ditempat

(16)

13 kecil dan garis-garis. Ia juga tidak mampu untuk menuliskan atau menggambar

porogapit dengan benar.

2. Tipe 2 : lemah dalam perencanaan, pada tipe ini anak tidak mampu untuk

menganalisa suatu kondisi permasalahan yang sederhana, akibatnya anak

kesukaran dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

3. Tipe 3 : tekun dalam tugas, anak menunjukan ketekunan dalam tugas tetapi

selalu salah.

4. Tipe 4 : ketidakmampuan untuk menghitung sederhana, anak tidak mampu

untuk menjumlajkan, mengurang, mengalikan, membagi untuk soal yang

sederhana. Misal menjumlahkan soal 19 + 16 =...., dikerjakan oleh anak

sebagai berikut:

19

16 +

215

Cara mengerjakannya : 1 + 1 = 2, kemudian 9 + 6 = ditulis 215.

Selanjutnya dijelaskan DSM IV untuk mendiagnosis apakah anak mengalami

kesulitan belajar spesifik matematika ada 3 kriteria pokok yaitu :

1. Intelegensi normal atau tinggi, umur, kemampuan matematika dibandingkan dengan standar tes tidak sesuai tingkatnya.

2. Mengalami gangguan dalam melaksanakan tugas-tugas matematika sesuai dengan umur dan tingkatan kelasnya, sehingga prestasi di bidang matematika ini menjadi rendah.

3. Kesulitan belajar di bidang matematika ini disebabkan karena kondisi sensory defisit secara medis karena gangguan neurologi.

(Menurut Lerner dalam Darmansyah, 1981:357) karakteristik anak berkesulitan belajar matematika, yaitu (1) gangguan hubungan keruangan, (2) abnormalitas persepsi visual, (3) asosiasi visual-motor, (4) perseverasi, (5) kesulitan dan mengenal dan memahami simbol, (6) gangguan penghayatan tubuh, (7) kesulitan dalam bahasa dan membaca, dan (8) Perfomace IQ jauh lebih rendah daripada sektor Verbal IQ.

Dapat disimpulkan bahwa anak yang mengalami diskalkulia memiliki

kelemahan dalam beerapa hal yang diakibatkan lemahnya dalam pemahaman

aritmatik, geometri dan keruangan, logika, serta adanya gangguan pada neurologi

(17)

14 BAB 3

ANALISIS SINTESIS A. Karakteristik Diskalkulia pada Siswa SD

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada semester 2 di salah satu

SD di Kabupaten Indramayu, peneliti menemukan bahwa sebanyak 70% siswa

mengalami diskalkulia dengan ciri-ciri yang ada pada 4 tipe dalam diskalkulia

yakni lemah dalam logika, perencanaan, menghitung sederhana bahkan tekun

dalam tugas namun selalu salah. Selain itu ada beberapa karakteristik anak yang

dianggap mengalami diskalkulia:

1. Biasanya siswa tidak memahami proses matematik, yang disertakan dengan

kesulitan menyiapkan tugas yang melibatkan angka atau simbol matematik.

2. Kurangnya pemahaman siswa tentang nilai tempat, seperti puluh, ratus, ribu

dan seterusnya.

3. Siswa sulit untuk memfokuskan diri khususnya pada mata pelajaran

matematik. Akan tetapi memiliki kemampuan berbahasa yang normal.

4. Memberikan jawaban yang berubah-ubah saat diberi pertanyaan seperti

penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.

Tanda lainya yang dapat diamati yaitu

1. Sukar membedakan tanda-tanda: +, -, x, :, >, <.

2. Sukar mengoperasikan hitungan/bilangan,

3. Sering salah mengira dengan mengikut urutan ,

4. Sukar membedakan bentuk-bentuk geometri.

B. Faktor Penyebab Diskalkulia Siswa SD

Hasil observasi dan wawancara menunjukkan bahwa penyebab diskalkulia

diantaranya: faktor internal meliputi bakat, minat, sikap terhadap belajar,

motivasi belajar, konsentrasi belajar, mengolah bahan belajar, kemampuan

berprestasi rasa percaya diri siswa, intelegensi & keberhasilan belajar, kebiasaan

belajar, cita-cita siswa Faktor eksternal yang meliputi keluarga diantaranya,

orang tua, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga. Sekolah, diantaranya guru

sebagai pembina siswa belajar, prasarana dan sarana pembelajaran, lingkungan

(18)

15 C. Bagaimana Strategi Humor dapat Mengatasi Diskalkulia pada Siswa

SD

Dari beberapa faktor penyebab diskalkulia yang peneliti temukan ada

beberapa hal yang dapat langsung diatasi dengan strategi humor dan ada yang

hanya dapat diatasi melalui stimulus saja, seperti apabila siswa mengalami cacat

tubuh dalam faktor fisiologi tentu hal ini membutuhkan proses penyembuhan

terlebih dahulu, dan strategi humor hanya mampu memberikan stimulus atau

menghibur dan memotivasi siswa. Untuk faktor pikologi ini dapat diatasi dengan

strategi humor secara langsung berikut penjabarannya

Perihal bakat, gunakan sisipan humor untuk memotivasi siswa bahwa dia

memang memiliki bakat dalam matematika agar lebih semangat untuk belajar

begitu pula untuk yang belum memiuliki bakat, karena potensi dalam bakat dapat

digali apabila siswa sudah merasa senang dengan matematika, begitu pula

dengan minat dan motivasi siswa, ajaklah siswa untuk berminat dengan

matematika dengan mengubah pikiran mereka tentang matematika yang seram

dan sulit dengan pembelajaran humor, gunakan humor pada setiap pembelajaran

matematika, bisa dengan cerita, gambar, karikatur, aktifitas lucu, video lucu

yang tentunya sesuai dengan pembelajaran saat itu. Olah lah bahan belajar

semenarik mungkin tidak monoton, ajaklah siswa untuk ikut aktifitas

didalamnya, jangan lupa gunakan sisipan humor agar tidak membosankan. Gaya

mengajar guru sangat menentukan keberhasilannya.

Latihlah percaya diri siswa dan kebiasaan belajarnya. Guru dan orang tua

harus selalu berkoordinasi dalam penanganan diskalkulia, saat siswa dirumah

mintalah orang tua untuk selalu menyemangati dan berkomunikasi dengan anak

saat setelah pembelajaran di sekolah, ajak orang tua untuk turut menerapkan

strategi humor ini, agar terciptanya kesinambungan yang baik. Di lingkungan

sekolah pun sangat mempengaruhi pembelajaran siswa, lingkungan yang

kondusif dan nyaman akan mendukung proses pembelajaran, kreatiflah dalam

memanfaatkan kurikulum, jangan terpaku pada yang sudah ada. Sekolah pun

harus berkoordinasi dengan masyarakat di sekitarnya agar semuanya dapat

saling mendukung. Contoh perlakuan strategi humor yang sederhana yang

(19)

16 Berdasarkan penelitian yang sudah peneliti lakukan pada semester dua,

tahun 2015, berikut contoh penerapan strtategi humor pada mata pelajaran

Matematika kelas VI SD semester 1 dengan materi bangun datar segi banyak.

Berikut rinciannya:

Sekolah : SD Negeri Benda 1

Kelas / Semester : VI (Enam) / 1

Mata Pelajaran : Matematika

Materi pelajaran : Luas dan Volume

A. Standar Kompetensi

3. Menghitung luas segi banyak sederhana, luas lingkaran, dan volume prisma segitiga.

B. Kompetensi Dasar

3.1. Menghitung luas segi banyak yang merupakan gabungan dari dua bangun datar sederhana

C. Indikator

3.1.1. Menghitung luas berbagai bangun datar D. Tujuan Pembelajaran

1. Dengan mengamati gambar siswa mampu mengenal konsep bangun datar trapesium, layang-layang dan belah ketupat dengan benar.

2. Melalui bimbingan guru siswa mampu menghitung luas bangun datar trapesium, layang-layang dan belah ketupat dengan benar

E. Pendekatan, Strategi, Dan Metode Pembelajaran : 1. Pendekatan : Realistik

2. Strategi : Humor

3. Metode pembelajaran: Tanya jawab, ceramah. F. Materi Pembelajaran

Bangun datar segi banyak G. Media Pembelajaran

Media : Gambar-gambar terkait trapesium, layang-layang dan belah ketupat dan media nyatanya seperti layang-layang asli. Pendahuluan - Guru membuka pelajaran dengan menyapa siswa

dan menanyakan kabar siswa.

- Guru mengajak siswa untuk berdoa dan meminta

salah seorang siswa memimpin do’a.

- Guru memberi motivasi kepada siswa agar semangat

dalam mengikuti pembelajaran yang akan dilaksanakan.

- Siswa mendengarkan penjelasan dari guru kegiatan

yang akan dilakukan hari ini dan apa tujuan yang akan dicapai dengan bahasa yang sederhana dan dapat dipahami.

(20)

17 mengenai jenis bangun datar segi banyak

- siswa memperhatikan demonstrasi guru dengan

media yang dibuat mengenai bangun datar segi banyak yaitu trapesium, belah ketupat dan layang-layang

- guru membacakan sejenak tentang cerita humor

tentang bermain layang-layang

- siswa berkelompok mengambil media yang

disediakan guru tentang bangun datar dan mencoba menentukan luas bangun tersebut dengan bimbingan guru

- siswa mencoba mengerjakan lembar kerja siswa

yang diberikan guru secara berkelompok

- siswa menyampaikan hasil temuanya mencari luas

segi banyak dengan gaya bercerita di depan teman-temannya

- siswa mendengarkan komentar humor guru tentang

penampilan mereka di depan teman-temannya.

75 menit

Penutup - Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran hari ini

- Guru memberikan lembar evaluasi

- Guru memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan

rumah

- Guru menutup pembelajaran dengan pantun jenaka - Guru membimbing siswa berdoa sebelum pulang

15 menit

Skor hasil belajar sebelum dan sesudah diterapkannya strategi humor disajikan

dalam diagram 1. Data tersebut diuji dengan SPSS 21 untuk melihat Uji signifikasi

skor pretes dan postes pada perlakuan strategi humor untuk mengatasi diskalkulia

dilakukan dengan uji non parametik pada level 95% berdasarkan tabel berikut:

Berdasarkan tebel tersebut, skor sign two-tailed menunjukan 0,000 < 0,05 jadi

hipotesis bahwa ada perbedaan rata-rata skor pretes dengan postes siswa setelah

(21)

18

Diagram 1 Perbandingan Hasil Tes sebelum diterapkan dan sesudah diterapkan Strategi Humor dengan menggunakan diagram daun Untuk melihat adanya peningkatan digunakan Uji N-gain (Normalized-gain).

N Gain= � � − � �

� max− � � �

N = Jumlah siswa

Interpretasi:

N-gain tinggi jika N-gain > 0,7

N-gain sedang jika 0,3 < N-gain > 0,7

N-gain rendah jika N-gain ≤ 0,3

Diuji pada setiap siswa:

Tabel 2 Uji Normalized gain pada Pretes dan Postes Siswa

(22)

N-19

Data tersebut setelah diuji dengan Uji N-gain menunjukan bahwa N-gainnya

adalah sedang yakni 0,34. Kelebihan dari strategi humor setelah diuji cobakan yaitu

strategi humor mampu meningkatkan minat dan kesenangan peserta didik akan

mata pelajaran matematika. Pelajaran matematika menjadi pelajaran yang

mengasyikan dan ditunggu-tunggu, aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran

humor yaitu siswa aktif berinteraksi dengan perhitungan yang dikemas dalam

humor sehingga siswa tidak menyadarinya hal itu rumit atau sulit. Para siswa

merespon postitif terhadap kegiatan pembelajaran, karena pembelajaran

matematika terlewati tanpa perasaan sulit dan pusing karena mereka lalui dengan

(23)

20 BAB 4

SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan

Karakteristik diskalkulia pada siswa SD berdasarkan hasil temuan pada

observasi yang peneliti lakukan adalah sebanyak 70% mengalami diskalkulia

dengan ciri-ciri yang ada pada 4 tipe dalam diskalkulia yakni lemah dalam logika,

perencanaan, menghitung sederhana bahkan tekun dalam tugas namun selalu

salah. Biasanya siswa tidak memahami proses matematik, yang disertakan dengan

kesulitan menyiapkan tugas yang melibatkan angka atau simbol matematik,

surangnya pemahaman siswa tentang nilai tempat, seperti puluh, ratus, ribu dan

seterusnya, siswa sulit untuk memfokuskan diri khususnya pada mata pelajaran

matematik. Akan tetapi memiliki kemampuan berbahasa yang normal.

memberikan jawaban yang berubah-ubah saat diberi pertanyaan seperti

penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.

Hasil observasi dan wawancara menunjukkan bahwa penyebab diskalkulia

diantaranya: faktor internal meliputi bakat, minat, sikap terhadap belajar, motivasi

belajar, konsentrasi belajar, mengolah bahan belajar, kemampuan berprestasi rasa

percaya diri siswa, intelegensi & keberhasilan belajar, kebiasaan belajar, cita-cita

siswa. Faktor eksternal yang meliputi keluarga diantaranya, orang tua, suasana

rumah, keadaan ekonomi keluarga. Sekolah, diantaranya guru sebagai pembina

siswa belajar, prasarana dan sarana pembelajaran, lingkungan sosial siswa di

sekolah dan kurikulum sekolah dan Lingkungan sosial.

Gunakan sisipan humor untuk memotivasi siswa bahwa dia memang

memiliki bakat dalam matematika agar lebih semangat untuk belajar begitu pula

untuk yang belum memiliki bakat, karena potensi dalam bakat dapat digali apabila

siswa sudah merasa senang dengan matematika, begitu pula dengan minat dan

motivasi siswa, ajaklah siswa untuk berminat dengan matematika dengan

mengubah pikiran mereka tentang matematika yang seram dan sulit dengan

pembelajaran humor, gunakan humor pada setiap pembelajaran matematika, bisa

dengan cerita, gambar, karikatur, aktifitas lucu, video lucu yang tentunya sesuai

(24)

21 monoton, ajaklah siswa untuk ikut aktifitas didalamnya, jangan lupa gunakan

sisipan humor agar tidak membosankan. Gaya mengajar guru sangat menentukan

keberhasilannya. Latihlah percaya diri siswa dan kebiasaan belajarnya. Guru dan

orang tua harus selalu berkoordinasi dalam penanganan diskalkulia, saat siswa

dirumah mintalah orang tua untuk selalu menyemangati dan berkomunikasi

dengan anak saat setelah pembelajaran di sekolah, ajak orang tua untuk turut

menerapkan strategi humor ini, agar terciptanya kesinambungan yang baik. Di

lingkungan sekolah pun sangat mempengaruhi pembelajaran siswa, lingkungan

yang kondusif dan nyaman akan mendukung proses pembelajaran, kreatiflah

dalam memanfaatkan kurikulum, jangan terpaku pada yang sudah ada. Sekolah

pun harus berkoordinasi dengan masyarakat di sekitarnya agar semuanya dapat

saling mendukung.

B. Rekomendasi

Saran penulis adalah para guru harus kritis dalam menghadapi siswa apabila

ada siswa yang memiliki kesulitan belajar termasuk dalam matematika, karena

matematika selalu dipakai di setiap sisi kehidupan, dan berusaha mengajar dengan

membuat siswa tertarik dan nyaman dengan matematika maupun dengan mata

pelajaran lain salah satu strategi yang dapat digunakan adalah dengan cara humor.

Karena apabila siswa dalam keadaan gembira maka materi apapun akan mudah

(25)

22 DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (2009). Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan PT RINEKA CIPTA.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Berk, R. A. (1998). Student Rating of 10 Strategies for Using Humor in College Teaching. Journal of Excellence in College Teaching, 71-92.

Buzan, T. (1993). The Mind Map Book. New York: Dutton.

Darmansyah. (2011). Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Deporter, B. (2002). Quantum Learning: Unlesinhing The Genius In You. New York: Dell Publishing.

Dzulkifli. (2014, November). Kesulitan Belajar Diskalkulia, Disgrafia dan Disleksia. Diambil kembali dari Blogspot:

http://dzulkiflialjawwaad.blogspot.co.id/2014/11/kesulitan-belajar-disleksia-disgrafia_88.html

Friedman. (2002). City University of New York. Journal of Statistic Education, 10.

Goleman, D. (2000). Kecerdasan Emosional. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Husna, R., Siman, & Seragih, S. (t.thn.). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik melalui Pendekatan Matematika Realistik SMP Kelas VII Langsa. Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, 175-176.

Santrock, J. (2009). Psikologi Pendidikan ( Edisi 3 Buku 1. NY: McGraw-Hill.

Santrock, J. (2012). Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup) (Edisi 13 Jilid 1). NY: McGraw-Hill.

Satrianawati. (t.thn.). Strategi Pembelajaran bagi Anak Diskalkulia. Proseding Seminar Nasional PGSD UP Y, 46-47.

Shapiro, E. L. (1997). Mengajarkan "Emotional Inteligent" pada Anak. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

(26)

23 Slavin, R. E. (2011). Educational Psychology: Theory and Practice. Jakarta: PT

INDEKS.

Sugeng. (2014, 02 15). Mengajarkan Matematika pada Anak. Dipetik 11 19, 2015, dari tonfeb: www.tonfeb.com/2014/02/15-tips-mengajarkan-matematika-pada-anak.html?m=1

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D). Bandung: Alfabeta.

Suharmini, T. (2005). Aspek-aspek Psikologis Anak Diskalkulia. Pendidikan Khusus, 2.

Sumarmo, U. (2010). KEMANDIRIAN BELAJAR: Apa, Mengapa dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. Matematika Sekolah Pascasajana UPI, 9.

Sunhaji. (2008). Strategi Pembelajaran : Konsep dan Aplikasinya. Pemikiran Alternatif Pendidikan, 2.

Syah., M. (2006). Psikologi Pendikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. REMAJA ROSDAKARYA.

(27)

24 LAMPIRAN

Gambar

Tabel 2 Uji Normalized gain pada Pretes dan Postes Siswa

Referensi

Dokumen terkait

(1) Barang impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) hanya dapat dikeluarkan dari Kawasan Pabean atau dari tempat lain yang berada di bawah pengawasan pabean

pada siklus ke 2 terlihat perubahan. Siswa terlihat lebih percaya diri, melaksanakan simulasi dengan materi press conference ; 2) Memberikan bekal kecakapan berikir ilmiah

Gambar 2.8 Kerangka konseptual Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kinerja tenaga Penjual Untuk Meningkatkan KinerjaPemasaran (Studi Kasus Pada Industri Asuransi

bertujuan untuk menghasilkan gambaran permukaan bawah laut secara lebih jelas dengan lebih menonjolkan morfostruktur yang berkembang di lokasi penelitian serta

Penambahan beban (load) pada motor sebenarnya berfungsi untuk mengurangi kecepatan motor, tetapi dengan seting point yang sudah diseting pada program sehingga

Masih banyaknya pengolah makanan jajanan yang tidak memenuhi syarat, hal ini mungkin disebabkan oleh karena sebagian besar pedagang makanan jajanan tidak mengetahui tentang

Matematika yang disebut kombinatorika memungkinkan seseorang untuk menghitung cara-cara yang sesuai untuk mengkombinasikan pola-pola nada, misalnya angka- angka. Hal ini

Permasalahan yang ada tidak terlepas dari faktor data rangkap (redundancy data) khususnya pada pencatatan pengkodeannya, pencatatan kode atau atribut kunci yang