• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai Strategis Indonesia Dalam Geopolit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Nilai Strategis Indonesia Dalam Geopolit"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Nilai Strategis Indonesia Dalam Geopolitik di Kawasan Samudra Hindia

Dr. Muzani.M.Si Prodi Geografi FIS-UNJ email: muzanigeo@gmail.com

Abstrak

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang juga memiliki posisi geografis yang unik sekaligus menjadikannya strategis. Hal ini dapat dilihat dari letak Indonesia yang berada di antara dua samudera (Pasifik dan Hindia )dan dua benua (Asia dan Australia )sekaligus memiliki perairan yang menjadi salah satu urat nadi perdagangan internasional. Posisi strategis ini menyebabkan kondisi politik, ekonomi, dan keamanan ditingkat regional dan global menjadi faktor yang berpengaruh terhadap kondisi Indonesia. Pada era globalisasi ini, perkembangan lingkungan strategis regional dan global lebih besar pengaruhnya terhadap kondisi nasional karena diterimanya nilai-nilai universal. Salah satu pintu peran strategis Indonesia berada di Selat Malaka yang memegang peranan yang sangat penting, tidak hanya bagi negara-negara di sekitarnya, tetapi juga bagi negara-negara di dunia mengingat keberadaannya sebagai jalur perdagangan laut tersibuk kedua di dunia setelah Selat Hormuz. Posisi strategis inilah menjadikan Selat Malaka sebagai chokepoints of shipping in the world untuk lalu lintas perdagangan negara-negara di dunia, baik ekspor maupun impor, yang sebagian besar dilakukan melalui jalur laut. Dengan demikian posisi Indonesia baik secara geografis maupun geopolitk sangat menentukan dalam pertumbuhan peradaban maupun secara ekonomi di wilayah ini. Posisi dan kebijakan yang dilakukan Indonesia akan sangat menentukan perubahan tatanan ekonomi dunia yang mengarah pada perdagangan bebas.

(2)

PENDAHULUAN

Kalau kita cermati negara-negara yang bermain sebagai “pemain kunci” selain Indonesia yang memang menjadi Ketua IORA adalah Australia, Afrika Selatan, India, Malaysia, Srilanka, dan Singapura. Adapun kehadiran Afrika Selatan dan Mozambik, sangat bisa dimengerti sebagai wakil dari kepentingan negara-negara di Selat Mozambik di pantai Timur Afrika. Di tengah persaingan global yang semakin menajam antara Amerika Serikat versus Cina di kawasan Asia Pasifik, formasi negara-negara tersebut tadi terkesan lebih condong mewakili The British Geopolitics dan blok Amerika Serikat beserta sekutu-sekutu strategisnya dari NATO. Misal India dan Srilanka, hingga kini masih terjalin ikatan kerjasama dengan Inggris melalui Perhimpungan Negara-Negara Persemakmuran (Common Wealth) mengingat dulunya merupakan negara-negara jajahan Inggris di kawasan Asia Selatan. Adapun Malaysia dan Singapura, juga negara-negara eks jajahan Inggris yang masih terikat dalam Perhimpunan Negara-Negara persemakmuran, sebagai negara-negara eks jajahan Inggris di Asia Tenggara.

Makaka itu, menarik mengupas bagaimana menjabarkan salah satu poin penting dari Jakarta Concord yaitu meneguhkan komitmen untuk memajukan kerjasama di sektor keamanan dan keselamatan maritim. Dan bagaimana mewujudkan terciptanya kawasasn Samudra Hindia yang aman dan stabil, di tengah-tengah semakin menajamnya persaingan global AS dam Inggris di Asia Pasifik saat ini?

Samudra Hindia, Ajang Perebutan Pengaruh Negara-Negara Besar

(3)

Pula ketika bicara soal Pulau Diego Garcia, maka harus dibaca bukan semata-mata soal persaingan strategis maritim antar negara, melainkan juga mencakup unsur ekonomi, dan pelayaran. Maklumlah, sejak dulu Samudra Hindia merupakan daerah pertemuan antar berbagai kepentingan negara-negara besar tidak saja di bidang strategis keamanan melainkan juga perdagangan, agama, kebudayaan, dan diplomasi.

Bahkan sejak abad ke-14, Samudra Hindia sudah menjadi ajang perebutan pengaruh antar negara-negara Eropa seperti Inggris, Belanda, Spanyol, Perancis dan Portugis. Sehingga jalur lautan untuk perdagangan antara Asia dan Eropa bisa diamankan. Hanya saja sejak abad ke-18 kawasan Samudra Hindia dikuasai kerajaan Inggris hingga berakhirnya Perang Dunia II.

Dibandingkan dengan Samudra Pasifik dan Samudra Atlantik, luas Samudra Hindia sebenarnya tidak seluas kedua samudra terdahulu. Antara Afrika Timur dan Indonesia, jaraknya adalah 6 ribu mil. Jika diukur dari utara ke selatan, panjangnya 6500 mil.

(4)

Amerika saat ini punya sebuah pangkalan maritim di pulau Garcia. Bagi AS dan Inggris, Pulau Garcia dinilai strategis berfungsi sebagai fasilitas komunikasi untuk menghubungkan Ethiopia di Afrika dengan Australia Barat Daya.

Maka itu, terkait dengan hasil KTT IORA saat ini, kepentingan strategis Inggris mengamankan Pulau Garcia yang terletak di tengah-tengah Samudra Hindia, kiranya masih tetap jadi sasaran pokok. Apalagi kendali dan pengaruh Inggris terhadap negara-negara eks jajahannya dulu yang saat ini tergabung dalam Perhimpunan Negara-Negara Persemakmuran, mata-rantai komunikasinya masih tetap terhubung melalui Afrika Timur, Pulau Garcia, Pulau Gan, terus menuju Cocos Island ke Australia.

Melihat sejarahnya, sejak Perang Dingin pada 1967-1968 Inggris praktis kembali memegang cengkaraman pengaruhnya di Samudra Hindia. Meskipun pada 1968, bersamaan dengan keputusan Inggris untuk menarik armadanya dari kawasan ini atas dasar pertimbangan keuangan yang tidak memungkinkan. Namun, AS sebagai sekutu tradisional Inggris yang perekonomiannya justru sedang berjaya, menggantikan peran Inggris mengawal Samudra Hindia.

Di sinilah AS kemudian berhadapan dengan pengaruh Uni Soviet, pesaing utamanya dalam Perang Dingin. Soviet, selain meningkatkan kehadiran kapal-kapal perangnya, negeri Beruang Merah itu juga mengembangkan fasilitas-fasilitas pelabuhan. Bahkan melalui kawasan ini, Soviet menjalin kerjasama dengan Maritius (Gambar…) untuk landing flight penerbangan dan fasilitas pelabuhan.

Gambar. Maritius

(5)

fasilitas di Visakhapatnam. Dengan demikian, Soviet berhasil membangun strategi perimbangan kekuatan di kawasan Samudra Hindia. Hanya saja berbeda dengan Amerika Serikat, sampai berakhirnya Perang Dingin, Soviet belum berhasil membangun pangkalan maritim.

Bukti nyata betapa strategisnya Samudra Hindia bagi AS dan Soviet, terlihat ketika AS maupun Soviet sama-sama mengincar perjanjian dengan Mauritius yang letaknya dekat dengan Pulau Garcia.

Seladar informasi, Mauritius memang agak susah kalau dicari melalui peta dunia. Namun, negeri berpenduduk 1,2 juta jiwa ini, terletak di Timur daratan Benua Afrika dan merupakan titik di hamparan luas Samdura Hindia. Mauritius letaknya dipisahkan oleh Madagaskar. Menariknya, meskipun luas wilayahnya tidak besar, namun saat ini Mauritius merupakan investor asal Afrika terbesar di Indonesia pada tahun lalu.

Selain kedua negara adikuasa tersebut memandang penting untuk mengusai fasilitas-fasilitas pelabuhan dan penerbangan yang tempat-tempat strategisnya memungkinkan untuk menguasai Laut Merah, Teluk Aden dan Laut Arab.

Maka tak mengherankan jika Pulau Garcia hingga kini tetap merupakan aspek paling krusial dalam pertaruhan kepentingan antara AS, Rusia dan Cina dewasa ini. Sebab dengan menguasai Pulau Garcia yang berada di tengah-tengah Samudra Hindia melalui penguasaan fasilitas pelabuhan dan pangkalan udara, maka selain dapat menguasai perairan di Samudra Hindia, juga dapat menguasai daratan Asia dan Afrika.

Itulah sebabnya hingga kini Samudra Hindia tetap menjadi ajang perebutan pengaruh antara AS versus Cina, bersamaan dengan semakin memanasnya ketegangan kedua negara adikuasa tersebut baik Laut Cina Selatan maupun Semenanjung Korea.

(6)

Nilai Strategis Indonesia Dalam Geopolitik Samudra Hindia

Lantas, bagaimana dengan aspek geoekonomi yang jadi sasaran perebutan pengaruh antar negara-negara besar di negara-negara kawasan Samudra Hindia?

Beberapa negara yang tergabung dalam IORA seperti Indonesia, Malaysia dan Sri Lanka, masih tetap merupakan negara produsen karet alam. Bagi negara-negara industri maju baik Eropa maupun Jepang, Karet tetap merupakan sumberdaya alam yang amat vital.

Indonesia dan Australia sendiri termasuk penghasil nikel. Cina, India dan Australia masih merupakan produsen batubara yang cukup besar. Adapun Timah Indonesia, Australia dan Thailand masih merupakan produsen andalan.

Namun dari segi geostrategi, Selat Malaka merupakan aspek paling penting dari Samudra Hindia. Menurut laporan Energy Information Administration sebagaimana dikutip oleh Untung Suropati, Yohanes Sulaiman dan Ian Montratama dalam bukunya yang berjudul Arung Samudra Bersama Sang Naga, diperkirakan sebanyak 15,2 juta barel minyak melintas di Selat Malaka setiap harinya. Bearti ini merupakan rute tersibuk di dunia mengingat selat ini merupakan rute terpendek yang menghubungkan daratan Asia, Afrika, Timur Tengah dan Eropa.

Maka pada tataran ini posisi silang Indonesia yang berada di antara Samudra Hinda dan Samudra Pasifik, menjadi sangat strategis. Betapa tidak. Pelayaran dari Eropa menuju Asia Tenggara dan Asia Timur Tenggara melalui Samudra Hindia, maka untuk masuk ke Indonesia, harus melalui Selat Malaka

Terkait dengan KTT IORA di Jakaerta minggu ini, ada baiknya pemerintah Indoensia sebagai negara pantai mulai mempertimbangkan untuk memanfaatkan atau menarik keuntungan dari padatnya arus pelayaran di Selat Malaka. Apalagi kalau pemerintah Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa Selat Malaka merupakan urat nadi pelayaran antar negara-negara industri besar dunia baik di Asia Timur seperti Jepang dan Korea Selatan, maupun Amerika Serikat dengan Timur Tengah dan Afrika.

(7)

membangun beberapa pelabuhan seperti di Pulau Sabang dan Batam, sehingga bisa dikembangkan sebagai Global Transshipment Port seperti yang berhasil dimainkan oleh Singapura.

Bahkan bukan saja Selat Malaka. Selat Sunda yang terletak antara Jawa dan Sumatra, bahkan merupakan senjata geopolitik Indonesia ketika suatu saat nanti Selat Malaka sudah tidak lagi mampu menampung kepadatan dan ukuran kapal yang lebih besar. Di situlah Selat Sunda berpotensi menjadi jalur pelayaran alternatif utama dunia. Yaitu sebagai jalur penghubung antara Asia Timur dan Afrika.

Pada aspek strategis, peran Australia yang kebetulan merupakan Ketua IORA sebelum Indonesia, sudah selayaknya untuk jadi sorotan khusus, Mengingat letaknya di sebelah Timur Samudra Hindia, selain strategi pertahanannya yang melekat dengan strategi pertahanan AS di Asia Pasifik.

Namun letak geografis Australia yang sebagai negara litoral Samudra Hindia, mendorong negara Kanguru ini untuk lebih empati terhadap masalah-masalah yang dihadapi negara-negara di kawasan Samudra Hindia.

Begitupun, sarana-sarana strategis Australia masih tetap digunakan untuk strategi pertahanan negara-negara blok Barat seperti AS dan Inggris seperti fasilitas-fasilitas di Australia Barat di Cockburn Sound, Indonesia yang terletak di antara Laut Cina Selatan dan Teluk Persia, sebenarnya mempunyai posisi yang strategis secara geostrategi. Apalagi ketika persaingan global AS versus Cina di Laut Cina Selatan belakangan ini semakin memanas.

Atmosfer maritim bakal semakin menarik bersamaan dengan semakin ketatnya persaingan global antara AS, Cina dan Rusia di Samudra Indonesia dan Selat Malaka dalam beberapa tahun mendatang.

Nah disinilah Indonesia harus sadar konstalasi geopolitik macam apa yang sedang dilancarkan Amerika maupun Cina terkait dalam upaya menguasai jalur transportasi komoditas jalur laut. Pada 2011 lalu, Presiden Obama telah mencanangkan kebijakan Pivot to the Pacific yang kemudian diperhalus jadi Rebalancing to Asia. Kebijakan ini tak pelak lagi merupakan respons atas kebangkitan Cina di kawasan Asia Pasifik.

(8)

ekonomi dan militer merupakan satu kesatuan yang terintegrasi. Hal ini tak lepas dari arah kebijakan Obama kala itu untuk memainkan peran lebih besar di Asia Pasifik.

Amerika nampaknya menyadari bahwa pusat pertumbuhan ekonomi dunia berada di Asia Tenggara, Asia Timur dan Asia Selatan yang tadi saya sebut sebagai kawasan Indo-Pasifik. Tapi bukankah itu tadi masih parallel dengan skema the British Geopolitics di Samudra Hindia?

Sebaliknya, menyadari bahwa Cina pun mulai terkepung oleh the British Geopolitics dan manuver AS yang semakin agresif di Asia Pasifik untuk mengimbangi menguatnya Cina secara ekonomi dan militer, maka Cina pun kemudian meluncurkan kebijakan Jalur Sutra pada 3 Oktober 2013 lalu. Untuk merealisasikan ambisinya Cina berkomitmen menyediakan dana sebesar US$ 40-50 miliar untuk pembangunan infrastruktur terutama laut di berbagai lokasi strategis rute Jalur Sutra Maritim yang terbentang dari daratan Cina hingga ke Afrika dan Eropa.

Maka itu, hasil-hasil kesepakatan strategis dari KTT IORA 2017 di Jakarta, hendaknya bisa menjadi landasan awal bagi pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Luar Negeri, untuk menyusun kebijakan-kebijakan strategis luar negeri yang benar-benar didasari memanfaatkan dan mendayagunakan keunggulan-keunggulan geopolitik Indonesia baik dari segi geoekonomi, geostrategi (geoposisi) dan geokultural. KTT IORA yang melibatkan 21 negara di kawasan Samudra Hindia, sudah merupakan titik awal yang cukup bagus.

==============

PEMANFAATAN POSISI STRATEGIS GEOGRAFIS DAN GEOPOLITIK INDONESIA DAPAT MENINGKATKAN KEUNGGULAN BERSAING BIDANG IPTEK

(9)

50 eksportir teratas dunia 2008, Indonesia tidak termasuk di dalamnya. Padahal, Singapura, Thailand, dan Malaysia masing-masing di peringkat 14, 29, dan 30[2].

Dalam hal infrastruktur, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) menilai pelabuhan di Indonesia belum siap dalam menghadapi liberalisasi perdagangan bebas termasuk saat kerja sama perdagangan bebas Asean-China (Asean China Free Trade Agreement/ACFTA). Ketidaksiapan itu terlihat dari masih sering tersendatnya arus barang keluar masuk pelabuhan, terbatasnya lapangan penumpukan dan minimnya investasi peningkatkan infrastruktur di pelabuhan. Kondisi itu diperparah oleh perbedaan standar pelayanan dan komunikasi yang tidak sama antarpelabuhan. Daya saing pelabuhan di Indonesia kondisinya terus merosot dibandingkan dengan pelabuhan di beberapa negara di kawasan Asia Tenggara merujuk pada data yang dirilis Global Competitiveness Report 2008—2009. Daya saing pelabuhan di Indonesia berada pada peringkat ke-104 dari 134 negara yang disurvei[3].

Sisi positif dari pergeseran ekonomi sebagai implikasi CAFTA ini memang terlihat pada tingkat animo pembelian saham yang terlihat cenderung tumbuh pada tahun 2010 ini. Tahun lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah naik 87% dan membuat BEI dinobatkan sebagai bursa berkinerja terbaik di Asia. Sejumlah pelaku pasar memperkirakan,indeks masih berpeluang naik 20% di tahun 2010 ini. Kenaikan pendapatan dan laba bersih dari para emiten BEI serta solidnya harga komoditas akan mendorong laju indeks.Hanya sedikit analis yang khawatir pergerakan indeks akan terganggu oleh isu-isu politik dan inflasi. Tiga sekuritas papan atas, yaitu Bahana Securities, Kim Eng Securities, dan Macquarie Securities percaya IHSG adalah salah satu dari tiga indeks bursa Asia yang bakal naik tahun 2010 ini[4].

(10)

dalam kurun waktu 1991 hingga 2009 adalah 71.024 permohonan dengan 4.5% permohonan paten dari dalam negeri[5].

Tulisan ini berusaha mengungkap bagaimana dalam perubahan global di berbagai aspek, Indonesia dapat memanfaatkan posisi strategis geografis dan geopolitik sebagai modalitas untuk meningkatkan keunggulan bersaing bidang IPTEK. Beberapa keunggulan posisi strategis akan dijadikan dasar untuk membangun deferensiasi unggulan IPTEK.

PEMBAHASAN

Posisi Strategis Geografis dan Geopolitik Indonesia

Salah satu persyaratan mutlak harus dimiliki oleh sebuah negara adalah wilayah kedaulatan, di samping rakyat dan pemerintahan yang diakui. Konsep dasar wilayah negara kepulauan telah diletakkan melalui Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Deklarasi tersebut memiliki nilai sangat strategis bagi bangsa Indonesia, karena telah melahirkan konsep Wawasan Nusantara yang menyatukan wilayah Indonesia. Laut Nusantara bukan lagi sebagai pemisah, akan tetapi sebagai pemersatu bangsa Indonesia yang disikapi sebagai wilayah kedaulatan mutlak Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Indonesia wawasan nasionalnya adalah wawasan nusantara yang disingkat wasantara. Wasantara ialah cara pandang bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 tentang diri dan lingkungannya (Sumardiman, 1982) serta memperhatikan sejarah dan budaya (Oetama, 2010) sebagai jembatan strategis peradaban (Pranarka, dkk.;1986) dalam eksistensinya yang sarwa nusantara dan penekanannya dalam mengekspresikan diri sebagai bangsa Indonesia untuk mencapai tujuan nasional (Oetama, 2010). Unsur-unsur dasar wasantara itu ialah: wadah (contour atau organisasi), isi, dan tata laku. Dari wadah dan isi wasantara itu, tampak adanya bidang-bidang usaha untuk mencapai kesatuan dan keserasian dalam wilayah, bangsa, budaya, ekonomi, dan hankam.

(11)

dalam “koridor” wasantara. Wawasan Nusantara mempunyai fungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan serta rambu-rambu dalam menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan dan perbuatan bagi penyelenggara Negara di tingkat pusat dan daerah maupun bagi seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Selain fungsi, Wawasan Nusantara bertujuan mewujudkan nasionalisme yang tinggi di segala aspek kehidupan rakyat Indonesia yang lebih mengutamakan kepentingan nasional daripada kepentingan individu, kelompok, golongan, suku bangsa atau daerah. Hal tersebut bukan berarti menghilangkan kepentingan-kepentingan individu, kelompok, golongan, suku bangsa atau daerah. Kepentingan-kepentingan tersebut tetap dihormati, diakui dan dipenuhi, selama tidak bertentangan dengan kepentingan nasional.

Konsep geopolitik dan geostrategi

Berbabagai faktor yang terindikasi berpengaruh terhadap kekhasan masalah teritorial Indonesia tersebut, diantaranya adalah faktor geografi, demografi, sosial, ekonomi dan politik masyarakat Indonesia. Secara geografi, Indonesia terletak diantara posisi silang strategik dua benua Asia dan Australia yang dihuni oleh bangsa-bangsa dengan karakteristiknya masing-masing; demikian juga Indonesia berada di antara dua samudra (Samudra Pasifik dan Samudra Hindia) yang menjadi jalur lintas penghubung berbagai negara di dunia[6]. Bila diperhatikan lebih jauh kepulauan Indonesia yang duapertiga wilayahnya adalah laut membentang ke utara dengan pusatnya di pulau Jawa membentuk gambaran kipas. Sebagai satu kesatuan negara kepulauan, secara konseptual, geopolitik Indonesia dituangkan dalam salah satu doktrin nasional yang disebut Wawasan Nusantara dan politik luar negeri bebas aktif. Sedangkan geostrategi Indonesia diwujudkan melalui konsep Ketahanan Nasional yang bertumbuh pada perwujudan kesatuan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Dengan mengacu pada kondisi geografi bercirikan maritim, maka diperlukan strategi besar (grand strategy) maritim sejalan dengan doktrin pertahanan defensif aktif dan fakta bahwa bagian terluar wilayah yang harus dipertahankan adalah laut. Implementasi dari strategi maritim adalah mewujudkan kekuatan maritim (maritime power) yang dapat menjamin kedaulatan dan integritas wilayah dari berbagai ancaman.

(12)

Nusantara. Nusantara (archipelagic) dipahami sebagai konsep kewilayahan nasional dengan penekanan bahwa wilayah negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau yang dihubungkan oleh laut. Laut yang menghubungkan dan mempersatukan pulau-pulau yang tersebar di seantero khatulistiwa. Sedangkan Wawasan Nusantara adalah konsep politik bangsa Indonesia yang memandang Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah, meliputi tanah (darat), air (laut) termasuk dasar laut dan tanah di bawahnya dan udara di atasnya secara tidak terpisahkan, yang menyatukan bangsa dan negara secara utuh menyeluruh mencakup segenap bidang kehidupan nasional yang meliputi aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam.

Wawasan Nusantara sebagai konsepsi politik dan kenegaraan yang merupakan manifestasi pemikiran politik bangsa Indonesia telah ditegaskan dalam GBHN dengan Tap. MPR No.IV tahun 1973. Penetapan ini merupakan tahapan akhir perkembangan konsepsi negara kepulauan yang telah diperjuangkan sejak Dekrarasi Juanda tanggal 13 Desember 1957[7]. Berdasarkan Ketetapan MPR Tahun 1993 dan 1998 tentang GBHN, Wawasan Nusantara yang merupakan wawasan nasional yang bersumber pada Pancasila dan berdasarkan UUD 1945 adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelengarakan kehidupanbermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.

Sebagai bangsa yang majemuk yang telah menegara, bangsa Indonesia dalam membina dan membangun atau menyelenggarakan kehidupan nasionalnya, baik pada aspek politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan rakyat semestanya, selalu mengutamakanpersatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah. Untuk itu pembinaan dan dan penyelenmggaraan tata kehidupan bangsa dan negaraIndonesia disusun atas dasar hubungan timbal balik antara falsafah, cita-cita dan tujuan nasional, serta kondisi sosial budaya dan pengalaman sejarah yang menumbuhkan kesadaran tentang kemajemukan dan kebhinekaannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan nasional. Gagasan untuk menjamin persatuan dan kesatuan dalam kebhinnekaan tersebut dikenal dengan Wasantara, singkatan dari Wawasan Nusantara.

(13)

seimbang, serasi dan selaras untuk mewujudkan kesejahteraan dan keamanan segenap bangsa dan seluruh tumpah darah dengan tetap memperhatikan kepentingan daerah penghasil secara proporsional dalam keadilan.

Sebagai cara pandang dan visi nasional Indonesia, wawasan Nusantara harus dijadikan arahan, pedoman, acuan dan tuntunan bagi setiap individu bangsa Indonesia dalam membangun dan memelihara tuntutan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena itu, implementasi atau penerapan Wawasan Nusantara harus tercermin pada pola piker, pola sikap dan pola tindak yang senantiasa mendahulukan kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia daripada kepentingan pribadi atau kelompok sendiri.

Implementasi wawasan nusantara dengan mengedepankan teknologi sebagai tenaga pendorong kemajuan bangsa tentu tetap pemperhatikan implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan politik yang akan menciptakan iklim penyelenggaraan Negara yang sehat dan dinamis, kehidupan ekonomi yang akan menciptakan tatanan ekonomi yang benar-benar menjamin pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara merata dan adil, kehidupan sosial budaya yang akan menciptakan sikap batiniah dan lahiriah yang mengakui, menerima dan menghormati segala bentuk perbedaan atau kebhinekaan sebagai kenyataan, dan kehidupan hankam yang akan menumbuhkembangkan kesadaran cinta tanah air dan bangsa, yang lebih lanjut akan membentuk sikap bela negara pada setiap warga negara Indonesia.

Dalam memanfaatkan wawasan nusantara yang melihat bahwa geopolitik dan geografis sebagai satu keunggulan perlu adanya usaha-usaha memanfaatkan keunggulan ini sebagai modal untuk tumbuhnya kreativitas dalam teknologi yang terlihat pada tingkat inovasi dan invensi dalam bidang teknologi. Usaha penetrasi teknologi yang berbasis pada keunggulan lokal Indonesia yang ditopang oleh keunggulan tiap daerah dapat terjadi ketika ada pendekatan kebijakan yang koheren dan terintegrasi dalam pengembangan industri berbasis teknologi, koordinasi yang baik antara kebijakan investasi, kebijakan perdagangan, pengembangan SDM dan IPTEK nasional, pengembangan SDM dan IPTEK melalui R&D yang terus menerus dan harus terintegrasi dengan kebijakan industrialisasi[8].

Keunggulan Lokal untuk Daya Saing Teknologi

(14)

terlibat aktif dalam berbagai derap langkah pembangunan berskala global yang dicirikan dengan meningkatnya ketergantungan antar satu bangsa dengan bangsa lainnya. Hal ini dapat terjadi ketika bangsa Indonesia mampu membangun kemandirian dalam banyak aspek termasuk teknologi. Hanya dengan kemandirian ini, bangsa Indonesia dapat mulai berbicara tentang kesalingtergantungan secara sejajar. Sebagai bangsa yang posisi wilayahnya telah berperan sebagai titik temu berbagai budaya dan kepentingan antar bangsa, suatu keniscayaan bagi bangsa Indonesia untuk memberikan peran signifikan dalam pembangunan global. Dalam keadaan ini menjadi penting untuk membangun keunggulan teknologi berbasis pada keuntungan posisi ini.

Sumberdaya alam di Indonesia yang melimpah merupakan kekuatan ketika dimanfaatkan secara maksimal untuk memenangkan persaingan global. Selain dari sisi geografis kedudukan Indonesia merupakan salah satu pasar yang sangat potensial bagi perkembangan ekonomi dan industri dunia. Situasi ini tentu dapat menjadi pengungkit bagi pengembangan riset teknologi berbasis potensi lokal. Tuntutan ke depan yang harus dijawab bersama adalah bagaimana memanfaatkan sumberdaya alam yang melimpah serta sumberdaya manusia yang tersedia dengan optimal.

Untuk menuju bangsa dan negara maju dengan kemampuan berbasis Iptek ada beberapa tahapan yang telah dikembangkan melalui Kementerian Riset dan Teknologi, yaitu: tahap awal/tahap penguatan Sistem Inovasi Nasional (SINas), tahap akselarasi dan tahap berkelanjutan.

Tahap awal …tahap penguatan sistim inovasi nasional dan pola pembangunan Iptek, …dalam tahapan proses recovery setelah didera krisis multidemensi dan perkembangan situasi politik yang sangat dinamis…diperlukan dukungan komitmen politik yang kuat untuk membangun negara… menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berhasil…kurun waktu 2010-2014…

…tahap akselerasi…perwujudan masyarakat berbasis Iptek…dorongan implementasi Iptek yang semakin memadai dalam sektor industri… meningkatkan pertumbuhan sektor jasa… kurun waktu 2015 – 2019…

(15)

Terbentuknya komunitas masyarakat yang membangun Masyarakat berbasis Iptek dalam berbagai sektor utama…[9]

Pada saat ini persaingan dunia di era globalisasi bukan bertumpu pada kekuatan sumber daya alam saja melainkan penguasaan teknologi yang handal dari hasil anak bangsa. Dengan penguasaan teknologi, daerah dapat mengembangkan, meningkatkan dan memecahkan permasalahan didalam perekonomian daerah menuju kesejahteraan masyarakat.

Gardner mengemukakan bahwa terdapat sedikitnya dua persoalan yang secara historis menghambat alih teknologi ke negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Pertama, kapasitas teknis dari negara berkembang tersebut tidak memadai untuk menyerap dan menggunakan teknologi yang dialihkan. Kedua, dalam konteks perdagangan internasional, penguasaan atas teknologi canggih adalah keunggulan komparatif dari negara-negara maju; dimana hal tersebut membuat mereka secara alamiah berusaha mempertahankan keunggulan tersebut dengan membuat mekanisme alih teknologi yang sarat dengan persyaratan atau pembatasan untuk mencegah negara yang penerima menguasai teknologi itu sepenuhnya[10]. Untuk itu butuh suatu breaktrough agar terjadi proses alih teknologi yang menjadikan Indonesia memiliki keunggulan teknologi yang tidak dimiliki negara maju. Hal ini dapat terjadi dengan memanfaatkan posisi geografis, geologis, maupun geoastronomi yang khas nusantara.

Terobosan untuk mempercepat penguasaan teknologi harus dilakukan terutama oleh pemerintah minimal melalui kejelasan dan ketegasan sikap politik, yang diwujudkan melalui penyusunan kebijakan yang sesuai, alokasi anggaran yang sesuai, dan diplomasi internasional yang tegas dengan memperhatikan kondisi geografis dan geopolitik sebagai basis diferensiasi teknologi.

(16)

karena itulah, diperlukan keberanian untuk melakukan upaya-upaya yang bersifat terobosan demi suksesnya kepentingan nasional dengan memperhatikan keunggulan yang dimiliki agar tidak mudah ditiru oleh pesaing global.

Dengan keuntungan posisi startegis Indonesia, sesungguhnya sangat mungkin membangun teknologi yang berdaya saing. Untuk membangun teknologi yang mendukung perekonomian secara signifikan, menurut Lall (1998), ada lima faktor determinan yang perlu diperhatikan dalam pembangunan sains dan teknologi nasional, yakni (1) sistem insentif, (2) kualitas sumber daya manusia, (3) informasi teknologi dan pelayanan pendukung, (4) dana, dan (5) kebijakan sains dan teknologi sendiri. Kementerian Negara Riset dan Teknologi mencatat paling tidak delapan masalah yang menyebabkan rendahnya daya saing sains dan teknologi nasional. Masalah-masalah dimaksud yaitu: (1) keterbatasan sumber daya sains dan teknologi, (2) belum berkembangnya budaya sains dan teknologi, (3) belum optimalnya mekanisme intermediasi sains dan teknologi, (4) lemahnya sinergi kebijakan sains dan teknologi, (5) belum maksimalnya kelembagaan litbang, (6) belum terkaitnya kegiatan riset dengan kebutuhan nyata, (7) rendahnya aktifitas riset di perguruan tinggi, dan (8) kelemahan aktivitas riset[11].

Salah satu alternatif untuk mengurangi permasalahan yang terjadi adalah dengan melakukan aliansi strategis antara Academics, Bussiness, dan Government (ABG). Dengan aliansi strategis ini, masing-masing memiliki posisi sebagai partner yang memiliki sumber daya dan kapabilitas yang saling komplement untuk memperoleh daya saing bersama yang lebih efektif[12]. Salah satu hal yang penting diperhatikan dalam aliansi ini adalah perhatian akan ketersediaan ilmu pengentahuan dan teknologi yang berlimpah baik di perguruan tinggi, lembaga riset maupun di industri. Dengan hal ini, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat langsung berperan dalam ekonomi bila ketersediaan teknologi tersedia dalam beragam jenis dan status yang matang[13].

(17)

mengintroduksi sistem inovasi nasional pada sistem produksi dan ekonomi nasional; (3) mendorong terwujudnya iklim yang kondusif bagi berkembangnya kreativitas dan pengetahuan lokal; (4) meningkatkan kesadaran akan pentingnya kualitas sumber daya manusia, kelengkapan sarana dan prasarana serta kelembagaan sains dan teknologi bagi peningkatan daya saing; dan (5) membangun kesadaran tentang perlunya keterkaitan dan komunikasi di kalangan lembaga sains dan teknologi, pelaku usaha dan masyarakat. Dengan teknik cascading ini, maka keunggulan tiap daerah dapat diintegrasi sebagai peningkatan daya saing teknologi secara nasional.

Keunggulan-keunggulan daerah dapat diintegrasi melalui pendekatan industrial clustering[15] di tiap daerah. Bentang nusantara yang sangat panjang, garis laut terpanjang di dunia, berimplikasi pada terjadinya penyebaran potensi alamiah di tiap wilayah dan daerah. Rantai nilai[16] industri yang dikembangkan berdasar kluster industri akan dapat mengarahkan pada pemilihan fokus pengembangan teknologi di tiap daerah. Hal ini yang dengan aliansi strategis ABG akan menjadi jalan penjabaran misi pengembangan teknologi nasional.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Untuk dapat berkembangnya teknologi sebagai basis knowledge economy di Indonesia, perlu diperhatikan untuk memberikan fokus pada keunggulan berbasis lokalitas Indonesia. Posisi Indonesia pada silang antar benua dan antar samudera merupakan keunggulan sebagai daerah transit perdagangan dunia. Keunggulan ini yang mempertimbangkan posisi strategis baik secara geografis maupun geopolitik yang memang sangat beragam di Indonesia.

2. Kondisi yang sangat beragam antar wilayah dan daerah di Indonesia memberikan keunggulan baik dalam sumber daya alam, potensi pasar, sumber daya manusia yang sangat beragam pula. Perbedaan ini dapat dimanfaatkan untuk mendongkrak perkembangan teknologi ketika dikembangkan industrial cluster di tiap wilayah atau daerah tersebut. Secara keseluruhan kluster industri tersebut perlu di integrasikan sebagai rantai nilai produk teknologi berbasis keunggulan lokal.

(18)

[1] Lidya Christin Sinaga, Seminar Intern: “Posisi Strategis Selat Malaka bagi

China, Jepang, AS dan India”,

http://www.politik.lipi.go.id/index.php/in/kegiatan/131-seminar-intern-posisi-strategis-selat-malaka-bagi-china-jepang-as-dan-india

[2]Disarikan dari Kompas terbitan Rabu, 27 Januari 2010 dengan judul “RI Tidak

Masuk 50 Negara Eksportir Teratas Dunia”,

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/01/27/07401793/ RI.Tidak.Masuk.50.Negara.Eksportir.Teratas.Dunia

[3] Disarikan dari Bisnis.com yang diterbitkan Senin, 08/02/2010 dengan judul Pelabuhan belum siap hadapi perdagangan bebas, http://web.bisnis.com/sektor-riil/transportasi/1id159947.html

[4]Disarikan dari Majalah Kontan yang diterbitkan Jumat, 05 Februari 2010 dengan judul “Sekuritas: Meski Sudah Mahal, Saham-saham Indonesia Masih Menarik”, diambil dari http://www.kontan.co.id/ index.php/ investasi/news/29551/Sekuritas-Meski-Sudah-Mahal-Saham-saham-Indonesia-Masih-Menarik

[5] Direktorat Jenderal HKI, Jumlah Permohonan Paten, htpp://www.dgip.go.id, terakhir kali diakses pada 22 Februari 2010.

[6] Prof. Ir. Mansur Ma’shum, Ph.D. (2009) Pembinaan Teritoria dalam Mendukung Ketahanan Nasional, Makalah Seminar Nasional “Pemberdayaan Wilayah Pertahanan Melalui Binter Bersama Seluruh Komponen Bangsa Dalam Rangka Mendukung Kepentingan Nasional”

[7] Hamengku Buwono X. (2007) Merajut Kembali Keindonesiaan Kita. Jakarta: Gramedia hlm. 66

[8] Disarikan dari makalah yang disampaikan Suharna Surapranata, Kementrian Riset dan Teknologi pada acara pembukaan PPRA XLIV Lemhannas, 28 Januari 2010 dengan judul Penguasaan, Pemanfaatan, dan Pemajuan IPTEK

[9] Disampaikan oleh Menteri Riset dan Teknologi, Suharna Surapranata pada rapat kerja (raker) antara Komisi VII DPR RI dengan Kementerian Riset dan Teknologi serta Lembaga Pemerintahan Non Kementerian (LPNK) Ristek pada tanggal 8 Februari 2010 berjudul Indonesia Menuju Bangsa dan Negara Maju Yang Berbasis Iptek

[10] Philip L. Gardner, The Globalization Of R&D And International Technology Transfer In The 21st Century, Makalah dipresentasikan di International Conference of Management of Innovation and Technology (ICMIT’02 & ISMOT’02), Hangzhou City, October 18–20 April 2002

(19)

[12] Henry Etzkowitz, 2002, The Triple Helix of University – Industry – Government: Implications for Policy and Evaluation, Science Policy Institute, Stockholm, pp. 5-7.

[13] Kusmayanto Kadiman, Nalar Ekonomi dan Nalar Teknologi: Collision Vs Coalition, Kompasiana.com/2 Desember 2009/humasristek

[14] Strategic Cascading merupakan satu keunggulan dalam Balance Scorecard sebagai sebuah pendekatan untuk mencapai kinerja terbaik yang berkelanjutan. Pemilihan perspektif dapat ditentukan sendiri saat melakukan penjabaran visi. [15] Industrial clustering merupakan konsep untuk pengelompokkan berbagai jenis aktivitas industri yang sejenis dari produk hilir hingga hulu. Dengan cara ini akan dapat diperoleh efisiensi dan efektifitas pengelolaan produk.

Gambar

Gambar. Maritius

Referensi

Dokumen terkait

Olehnya itu, setelah mencermati pemaparan di atas tentunya dengan landasan referensi-referensi pustaka yang ada, bisa disimpulkan bahwa filsafat tidak bertentangan dengan

Pendidikan lingkungan hidup adalah upaya mengubah perilaku dan sikap yang dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan

Selain itu juga dalam proses ini ditentukan mengenai lokasi pelepasan doro aduan, lokasi pelepasan ada dua yaitu cul- culan etan (pelepasan burung dara dari

9. Buruknya postur tubuh.. Sekali lagi, demonstrasi prosedur akan mencegah banyak masalah yang berkaitan dengan pemeriksaan spirometri dan, mengingat bahwa semua upaya

Penelitian ini dilakukan dengan wawancara terhadap staf bidang pemeriksaan dan penyidikan Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan Sulawesi Selatan serta beberapa

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Pelaksanaan pembelajaran tematik, (2) Permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, dan (3) Strategi pemecahan

Berdasarkan tabel 3.8 diatas, dimana r square sebesar 0,987, maka dapat dikatakan bahwa besar pengaruh Motivasi dan Lingkungan Kerja terhadap kinerja Karyawan Pada Kantor PTPN

Dan ditambahkan dengan proses kuantisasi untuk mengecilkan nilai pixel, sehingga proses DCT(Discrete Cosine Transform) bekerja dengan lebih baik pada pemampatan