1
PEDOMAN CSR
BIDANG LINGKUNGAN
2
TIM PENYUSUN
PELINDUNG : Prof. Dr. Ir. Gusti Muhammad Hatta, MS. Menteri Negara Lingkungan Hidup PEMBINA : Ir. Ilyas Asaad, MP.
Deputi Bidang Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat
TIM TEKNIS
KETUA : Drs. Basuki W. Sambodo, MS. Anggota : 1. Kementerian Lingkungan Hidup
- Dra. Jo Kumala Dewi, MSC. - Nurul Jannah, Ph.D
2. CECT (Center Entrepreneurship, Change and Third Sector), Universitas Trisakti
- Maria Nindita Radyati, Ph.D - Santi Ernawati, MM CSR - Sandi Merwanto, MM CSR
3. Pemengku Kepentingan Terkait - Universitas Indonesia
- GIZ (Deutsche Gesselschaft fur Internationale Zusammenarbeit) GmbH
- PT. Indonesia Power - CNOOC SES Ltd
- PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia
PENDUKUNG : Seluruh staf Asdep Peningkatan Peran Organisasi Kemasyarakatan Kementerian Lingkungan Hidup
3
Sambutan Menteri
CSR BIDANG LINGKUNGAN
UNTUK KEBERLANJUTAN SEBUAH PEMBANGUNAN
Keberhasilan sebuah mekanisme kerja sangat bergantung kepada komitmen seorang pimpinan. Alasan ini yang mendorong Kementerian Lingkungan Hidup mengundang keseriusan dan komitmen pimpinan perusahaan untuk lebih peduli terhadap lingkungan, tidak hanya peduli pada sisi ekonomi dan sosial saja. Bahkan, saya meminta kepada seluruh mitra dunia usaha untuk mengambil langkah nyata dalam membuat perbaikan dan kontribusi positif, khususnya di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Pelaksanaan kegiatan CSR bidang lingkungan merupakan salah satu jawaban terhadap “undangan” tersebut. Dengan memanfaatkan pengetahuan, pengalaman dan “praktik terbaik” di bidang lingkungan, perusahaan dapat memulai mengkomunikasikan kegiatan CSR mereka melalui penyelarasan kebijakan, penyusunan perencanaan strategis, pelaksanaan mekanisme kerja hingga pada monitoring, evaluasi dan pendokumentasian pelaksanaan kegiatan. Dengan demikian, perusahaan dapat mengindentifikasi beberapa langkah prioritas sekaligus menunjukkan bagaimana rangkaian kegiatan CSR ini secara significant dapat membawa perbaikan dalam pelestarian fungsi lingkungan, dimana pada akhirnya akan menjaga keberlanjutan pembangunan secara menyeluruh.
Melalui pendekatan pembangunan berkelanjutan ini, saya percaya seluruh pemangku kepentingan akan terjaga kepentingannya, sehingga akan tetap pada jalurnya, fokus dan dapat secara terus-menerus meningkatkan kualitas lingkungan yang nantinya akan bermuara kepada keberlanjutan sebuah kehidupan. Bukankah di dalam konsep sustainable development, telah ternyatakan sebuah logika yang tak terbantahkan bahwa keberlanjutan sebuah kehidupan tidak hanya bersandar pada kepentingan ekonomi dan sosial saja; namun juga kepentingan lingkungan hidup.
Jakarta, Agustus 2011 Menteri Negara Lingkungan Hidup,
4
Kata Pengantar
Dewasa ini, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau yang dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) bukan sekedar trend social, namun merupakan sinergi dari upaya yang berkelanjutan untuk menginformasi program-program sosial demi menciptakan ekonomi yang lebih ramah lingkungan dengan melibatkan para pelaku pembangunan untuk bekerjasama dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Permasalahan lingkungan hidup merupakan salah satu subjek dan tidak bisa berdiri sendiri, namun berkaitan dengan persoalan-persoalan lain seperti kemiskinan, good corporate governance, ekonomi, dan sosial. Oleh karena itu, penanganannya membutuhkan kontribusi dari berbagai pihak, baik pemerintah, dunia usaha, maupun kelompok atau komunitas masyarakat yang peduli terhadap lingkungan hidup.
Memperhatikan hal tersebut, Kementerian Lingkungan Hidup memposisikan salah satu mitranya, yaitu dunia usaha, bukan lagi sebagai pihak pencemar atau perusak lingkungan hidup namun lebih sebagai mitra strategis dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Oleh karena itu, sebagai bentuk komitmen dan upaya Kementerian Lingkungan Hidup dalam mendorong dunia usaha untuk lebih aktif berkontribusi di bidang lingkungan hidup, maka Pedoman CSR Bidang Lingkungan ini diluncurkan.
Dorongan utama KLH untuk menerbitkan Pedoman CSR Bidang Lingkungan ini adalah keinginan untuk membantu dunia usaha dalam mengimplementasikan kegiatan CSR bidang lingkungan secara baik dan tepat guna. Lebih jauh lagi, harapan kami kegiatan CSR yang di implementasikan dunia usaha dapat berjalan lebih optimal sehingga dapat memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan kualitas lingkungan hidup.
Dalam penyusunan Pedoman CSR Bidang Lingkungan, tidak sedikit hambatan yang dihadapi tim KLH khususnya dalam memetakan secara clear, simple dan implementative kegiatan apa yang seharusnya dilakukan dunia usaha dalam pelaksanaan kegiatan CSR bidang lingkungan. Untuk itu dalam penyempurnaannya, KLH telah mengundang seluruh mitra strategis, seperti Kementerian dan sektoral terkait; para pelaku bisnis, akademisi, LSM untuk bersama-sama mengkritisi draft yang telah disiapkan.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mambantu, serta ucapan terima kasih khususnya kami sampaikan kepada tim CECT Universitas Trisakti yang secara konsisten, bersama-sama dengan KLH menyelesaikan Pedoman CSR Bidang Lingkungan. Semoga Pedoman ini dapat digunakan sebagaimana mestinya dan dapat menjadi arahan dan acuan bagi kita semua dalam melaksanakan Kegiatan CSR bidang lingkungan.
5
Daftar Isi
Sambutan Menteri ... ... 3
Kata Pengantar Deputi ... ... 4
I. Pendahuluan ... ... 6 II. Definisi, Karakteristik, Prisnsip dan Tingkatan CSR ... 7-9 III. Peran Kementerian Lingkungan Hidup dalam CSR ... 10 IV. Langkah dan Mekanisme ... 11-13
- Sebelum Pelaksanaan Kegiatan CSR Bidang Lingkungan - Perencanaan Kegiatan CSR Bidang Lingkungan
- Pendokumentasian Kegiatan CSR Bidang Lingkungan
- Keberlanjutan Pelaksanaan Kegiatan CSR Bidang Lingkungan
V. Alternatif Bidang Kegiatan CSR ... 14-23 1. Cleaner Production (Produksi Bersih)
2. Eco Office (Kantor Ramah Lingkungan) 3. Konservasi Energi dan Sumber Daya Alam 4. Pengelolaan Sampah Melalui 3R
5. Renewable Energy (Energi Terbarukan) 6. Adaptasi Perubahan Iklim
7. Pendidikan Lingkungan Hidup
Daftar Istilah ... ... 24
6
Bab I / Pendahuluan
Pedoman ini disusun dengan tujuan memberikan panduan melaksanakan kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) khususnya di bidang Lingkungan. Panduan ini juga ditunjukan kepada pemerintah pusat maupun daerah agar dipergunakan sebagai pedoman dalam membantu perusahaan melaksanakan kegiatan CSR.
Pedoman CSR ini selain sebagai panduan dan inspirasi bagi pelaku bisnis dalam melaksanakan kegiatan CSR juga dimaksudkan untuk menggugah kepedulian dan komitmen perusahaan agar secara sukarela melaksanakan kegiatan CSR bidang lingkungan.
Dalam pelaksanaan kegiatan CSR oleh perusahaan, peran pemerintah pusat maupun daerah adalah memberikan masukan kepada perusahaan hanya apabila diperlukan oleh perusahaan. Dengan adanya pedoman ini diharapkan perusahaan dapat melaksanakan kegiatan CSR di bidang lingkungan secara efektif dan tepat sasaran.
7
Bab II / Definisi, Karakteristik, Prinsif dan Tingkat CSR
Definisi operasional CSR yang digunakan dalam pedoman ini adalah tindakan yang melampaui kepatuhan kepada segala hukum dan peraturan yang berkaitan dengan bidang usaha perusahaan, untuk:
1. Berkomitmen pada perilaku bisnis yang etis untuk meningkatkan kualitas hidup dari para pemangku kepentingan.
2. Berkontribusi pada keberlanjutan aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial sebagai bagian dari proses pembangunan berkelanjutan
CSR menurut World Business Council For Sustainable Development (WBCSD) merupakan suatu komitmen berkelanjutan dari dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi pada komonitas setempat ataupun masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup karyawan beserta seluruh keluarganya.
Menurut ISO 26000 Karakteristik dari Social Responbility adalah kemauan sebuah organisasi untuk mempertimbangkan aspek sosial dan lingkungan dalam pengambilan keputusan dan bertanggung jawab atas dampak dari keputusan sarta aktivitas yang mempengaruhi masyarakat dan lingkungan.
Dalam ISO 26000 Social Responsibility mencakup 7 aspek utama, yaitu: tata kelola organisasi, hak asasi manusia, ketenagakerjaan, lingkungan, praktek bisnis yang adil, isu konsumen serta keterlibatan dan pengembangan masyarakat.
Dalam Global Impact terdapat 10 prinsif utama dari 4 aspek bisnis yang bertanggung jawab sosial dan berkelanjutan, yaitu:
Hak Asasi Manusia
Prinsip 1
Pelaku bisnis harus mendukung dan menghormati perlindungan terhadap hak asasi manusia yang diakui secara internasional.
Prinsip 2
Memastikan perusahaannya tidak terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia.
Ketenegakerjaan
Prinsip 3
8 Prinsip 4
Menghapus segala bentuk kerja paksa dan kerja wajib
Prinsip 5
Menghapus adanya pekerja anak secara efektif
Prinsip 6
Menghapus diskriminasi yang terjadi pada pekerjaan dan jabatan
Lingkungan
Prinsip 7
Pelaku bisnis harus mendukung tindakan pencegahan terhadap pengrusakan lingkungan.
Prinsip 8
Memiliki inisiatif dalam mempromosikan tanggung jawab lingkungan.
Prinsip 9
Mendorong pengembangan dan penyebaran teknologi yang ramah lingkungan.
Anti Korupsi
Prinsip 10
Pelaku bisnis harus melawan korupsi dalam segala bentuk, termasuk pemerasan dan penyuapan.
Dari penelitian yang dilakukan oleh CECT di Indonesia, CSR memiliki beberapa tingkatan berdasarkan ruang lingkup dan kompleksitasnya, yaitu :
1. Kepatuhan terhadap semua hukum yang ada 2. CSR dalam bentuk Filantropi
3. CSR dalam bentuk Community Development
4. CSR dimana perusahaan mengandung dampak negatif yang timbul dari bisnisnya dan meningkatkan dampak positif bisnisnya.
5. CSR sebagai suatu sistem yang terintegrasi dalam perencanaan bisnis perusahaan (Radyati, 2010)
9 Dalam melaksanakan kegiatan CSR sangat dianjurkan perusahaan melibatkan komunitas setempat, sehingga kegiatan CSR tersebut menghasilkan dampak positif tidak hanya untuk internal tetapi juga eksternal perusahaan. Kegiatan perlibatan langsung komunitas di wilayah perusahaan berada selama ini dikenal dengan nama CD atau Comdev.
Hubungan CD, TJSL dan CSR
Community Development (CD) atau yang dikenal sebagai Comdev atau pengembangan masyarakat merupakan suatu proses yang dirancang untuk menciptakan kemajuan kondisi ekonomi dan sosial warga masyarakat melalui partisipasi aktif, dimana pada akhirnya akan menumbuhkan prakarsa dan kemandirian masyarakat itu sendiri.
Konsep CSR erat kaitannya dengan konsep pengembangan masyarakat atau community
development (Comdev), dimana Comdev merupakan bagian penting dalam proses
implementasi kegiatan CSR. Sementara Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL), sebagaimana termaktub dalam Pasal 74 UU No. 40/2007 tentang perseroan Terbatas merupakan kepatuhan perusahaan kepada peraturan sektoral yang sudah ada.
TJSL bersifat wajib dimana dalam pelaksanaanya, perusaah harus mengacu kepada semua peraturan perundang-undangan dan peraturan lainnya yang berkaitan dengan lingkungan hidup, antara lain UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH); UU No. 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah, PP No. 82/2001 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
Setelah perusahaan melaksanakan seluruh TJSLnya; dengan mematuhi segala hukum dan peraturan yang berlaku terkait dengan jenis usaha perusahaan tersebut, KLH sebagai institusi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang lingkungan, akan terus mendorong perusahaan tersebut untuk melaksanakan kegiatan CSR bidang lingkungan.
10
Bab III / Peran Kementrian Lingkungan Hidup Dalam CSR
Dalam pelaksanaan kegiatan CSR bidang Lingkungan, KLH berperan sebagai fasilitator dan memberikan konsultasi teknis, dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan penyusunan dokumentasi kegiatan CSR.
11
Bab IV / Langkah dan Mekanisme
Berikut adalah beberapa tahapan langkah yang dapat diikuti oleh perusahaan dalam merencanakan, melaksanakan, serta menyusun pendokumentasian kegiatan CSR.
1. Sebelum pelaksanaan kegiatan CSR, perusahaan dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Melakukan identifikasi dampak negatif lingkungan dari rencana penyelengaraan usaha
b. Melakukan identifikasi potensi sumber daya alam dan lingkungan di masyarakat. - Idenfikasi potensi sumber daya alam di masyarakat sekitar area penyelenggaraan
usaha.
- Identifikasi potensi lingkungan di masyarakat sekitar area penyelengaraan usaha. c. Melakukan identifikasi kebutuhan dan aspirasi masyarakat terhadap penyelengaraan
usaha.
- Identifikasi kebutuhan (need assesment) masyarakat.
- Identifikasi aspirasi masyarakat terhadap keberadaan penyelenggaraan usaha. d. Menyusun rencana kegiatan CSR bidang Lingkungan
- Kegiatan CSR untuk mengurangi dampak negatif lingkungan yang ditimbulkan dari penyelenggaraan usaha.
- Kegiatan CSR dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada di sekitar area penyelenggaraan usaha.
2. Perencanaan Kegiatan CSR Bidang Lingkungan
Dalam perencanaan kegiatan CSR, perusahaan dapat mengikuti langkah-langkah di bawah ini (atau disesuaikan dengan konteks daerah dan kondisi perusahaan dimana perusahaan berada):
a. Menyusun konsep perencanaan kegiatan CSR yang jelas, lengkap dan terperinci, yakni sampai dengan teknis pelaksanaan kegiatan atau program.
b. Membangun persepsi yang sama antara perusahaan dengan pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan
12 d. Menyusun perencanaan terpadu dengan pemerintah daerah agar dapat terjadi
sinergi dan pemerataan kesejahteraan.
e. Melaksanakan konsultasi perencanaan yang melibatkan masyarakat, salah satunya dengan pola Musrembangda.
f. Melakukan dialog selain Musrembang yang diselenggarakan atas inisiatif perusahaan. g. Mengajukan usulan penghargaan dari pemerintah dalam bentuk pengakuan
(acknowledgement), maupun insetif lainnya.
h. Menentukan pelaksanaan dan mekanisme monitoring dan evaluasi
3. Pelaksanaan Kegiatan CSR Bidang Lingkungan
Berikut ini adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan CSR:
a. Memiliki sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, komitmen dan kepedulian terhadap CSR
b. Melatih sumberdaya manusia yang bertanggung jawab (person in charge/PIC) untuk memimpin pelaksanaan kegiatan CSR
c. Melakukan kegiatan monitoring atas kemajuan kegiatan CSR sesuai dengan mekanisme monitoring yang sudah direncanakan
d. Melakukan evaluasi kegiatan CSR yang telah berjalan dengan berinisiatif membuat sistem mekanisme pendokumentasian atas kemajuan; keberhasilan; kegagalan; dan masalah-masalah yang dihadapi dalam menjalankan kegiatan CSR
e. Mendisain sistem penghargaan bagi penanggung jawab (PIC) yang telah berhasil melaksanakan kegiatan CSR dengan baik
f. Merumuskan kegiatan-kegiatan untuk menjamin terpeliharanya keberlanjutan kegiatan CSR yang sedang dan telah berjalan.
4. Pendokumentasian Kegiatan CSR Bidang Lingkungan
Di akhir tahun, setelah melaksanakan kegiatan CSR di bidang lingkungan, sangat disarankan agar perusahaan membuat dokumentasi dari kegiatan CSR bidang lingkungan dan memasukkannya di dalam Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report) atau Laporan Tahunan (Annual Report).
Beberapa hal di bawah ini merupakan tahapan perusahaan dalam membuat dokumentasi:
a. Membentuk tim yang bertugas membuat dokumentasi
b. Merencanakan pembuatan dokumentasi seperti; menentukan batas waktu (deadlines), membuat anggaran (budget), membuat rencana kerja (action plan), dan memonitor kinerja tim
c. Mengumpulkan informasi sekaligus mengidentifikasi akurasi sumbernya. Memilih informasi yang relevan dan akurat untuk didokumentasikan
13 e. Membuat draft dokumentasi kegiatan CSR
f. Melakukan review dan finalisasi draft dokumentasi kegiatan CSR g. Mempublikasi dan mendistribusikan dokumentasi kegiatan CSR
h. Mengumpulkan tanggapan sekaligus mendiskusikan dan mengevaluasi tanggapan dari para pemangku kepentingan tersebut; sebagai upaya perbaikan kegiatan CSR ke depan.
Berikut ini adalah merupakan salah satu contoh outline yang bisa digunakan perusahaan untuk menyusun dokumentasi kegiatan kegiatan CSR bidang lingkungan:
a. Judul dan nama perusahaan
b. Profil perusahaan: visi, misi dan struktur organisasi.
c. Pendahuluan: Latar Balakang, tujuan kegiatan, hasil yang diharapkan, kegiatan yang akan dilakukan dan banyaknya penerima manfaat dari kegiatan CSR
d. Pelaksanaan kegiatan CSR; uraian rinci pelaksanaan kegiatan CSR
e. Evaluasi kegiatan CSR: kekuatan, kelemahan, hambatan, peluang dan hasil kegiatan (membandingkan antara sebelum dan sesudah pelaksanaan kegiatan)
f. Rekomendasi untuk perbaikan ke depan.
5. Keberlanjutan Pelaksanaan KegiatanCSR Bidang Lingkungan
Untuk menjaga keberlanjutan kegiatan CSR, perusahaan dapat melakukan hal-hal di bawah ini:
a. Melaksanakan Sistem Managemen Lingkungan
b. Membuat perencanaan perusahaan yang fleksibel terhadap perubahan lingkungan c. Melakukan tindakan pencegahan terhadap dampak negatif bisnis perusahaan
terhadap lingkungan
d. Melakukan keterbukaan dalam pendokumentasian
e. Melakukan peningkatan kinerja lingkungan secara terus-menerus
f. Mengadakan pelatihan-pelatihan terhadap karyawan atas kebijakan lingkungan perusahaan dan atas persoalan-persoalan terkini yang berkaitan dengan lingkungan hidup.
g. Memberikan sumbangan pemikiran untuk pengembangan dan perbaikan kebijakan lingkungan
14
Bab V / Alternatif Bidang Kegiatan CSR
Dalam merencanakan kegiatan CSR bidang Lingkungan, perusahaan dapat memilih beberapa bidang kegiatan CSR sebagai berikut:
1. CLEANER PRODUCTION (PRODUKSI BERSIH) 2. ECO OFFICE (KANTOR RAMAH LINGKUNGAN) 3. KONSERVASI ENERGI DAN SUMBER DAYA ALAM 4. PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R
5. RENEWABLE ENERGY (ENERGI TERBARUKAN) 6. ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM
7. PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP
Berikut adalah penjabaran singkat contoh dari masing-masing bidang kegiatan CSR. Namun demikian tidak menutup kemungkinan bagi perusahaan untuk melakukan kegiatan CSR bidang lingkungan di luar bidang yang disebutkan di atas.
1. PRODUKSI BERSIH
Fokus kegiatan produksi bersih adalah efisiensi penggunaan sumber daya, seperti :
- Penghematan dan peningkatan produktivitas - Penurunan jumlah sampah, limbah dan emisi - Penurunan eksploitasi penggunaan
Pelaksanaan produksi bersih selain dapat dilakukan secara internal, juga dapat dilakukan misalkan dengan cara membantu UKM (Usaha Kecil Menengah) menerapkan produksi bersih dalam kegiatan usahanya
Upaya produksi bersih secara garis besar terdiri atas :
a. Efisiensi penggunaan bahan baku dan bahan pembantu Contohnya antara lain :
Efisiensi penggunaan pulp di pembuatan kertas, efisiensi penggunaan karet mentah dalam pembuatan ban dan efisiensi penggunaan zat pewarna dalam proses penawaran tekstil.
Indikator hasil terukur:
- Jumlah bahan baku terpakai/unit produk (m3 kayu/ton pulp) - Jumlah limbah/unit bahan baku terpakai (ton sisa kayu/m3 kayu)
b. Efisiensi air
Contohnya antara lain:
15 Indikator hasil terukur:
- Volume air terpakai/jumlah produk (m3 air/yard kain) - Volume limbah cair/jumlah produk (m3 air/yard kain)
- Persentase volume air ter-daur ulang (recycle) / volume air terpakai (%) - Persentase volume air ter-daur ulang (recycle) / volume air limbah (%)
c. Efisiensi energi
Contohnya antara lain:
Efisiensi pembakaran di klin semen, efisiensi penggunaan bahan bakar di boiler, penghematan listrik melalui penggunaan lampu hemat energi, dan co-generation.
Indikator hasil terukur:
- Konsumsi energi/unit produk (Kwh/ton produk atau m3 gas/1000 produk atau liter solar/m3 produk)
- Efisiensi energi/unit produk (Kwh/ton produk atau m3 gas/1000 produk atau liter solar/m3 produk)
- Persentasi efisiensi energi/ total konsumsi energi sebelum upaya efisiensi (%)
d. Upaya pengelolaan limbah di dalam perusahaan Upaya pengelolaan limbah dapat dilakukan dengan:
- Pemilahan limbah berdasarkan kategori tertentu.
Contohnya antara lain pemilahan limbah organik dan non organik - Pengurangan limbah
Contohny antara lain pengurangan jumlah scrap baja di pabrik besi baja, recycle zat warna sisa di industri texstile, dan recovery solvent dari limbah cair
Indikator hasil terukur:
16 Penerapan produksi bersih harus di tekankan pada sustainability (keberlanjutan) sehingga tidak hanya bersifat sporadis dan sementara. Untuk itu proses penerapan produksi bersih harus meliputi :
1. Komitmen Manajemen Puncak
Tersedianya objektive dan target terkait produksi bersih diperusahaan.
Tersedianya sumber daya manusia yang bertanggung jawab atas pelaksanaan upaya produksi bersih (team produksi bersih atau penanggung jawab produksi bersih)
2. Perencanaan
Tersedianya program untuk mencapai objective dan target produksi bersih.
3. Pelaksanaan dan Pelaporan
Tersedianya laporan secara periodik mengenai pelaksanaan dan pencapaian penerapan produksi bersih di perusahaan.
4. Standarisasi atau Pembakuan
Tersedianya standard baru atau metode baru atau prosedur baru sebagai pembakuan untuk menjamin upaya penerapan produksi bersih yang sudah berhasil dilakukan, berjalan secara kontinyu.
Tersedianya pelaporan dan pemantauan secara berkala tentang hasil penerapan produksi bersih setelah pembakuan.
2. Eco Office (Kantor Ramah Lingkungan)
Dengan mengadopsi konsep Kantor Ramah Lingkungan dapat tercapai efisiensi biaya, peningkatan produktivitas kerja dan tercipta lingkungan kantor yang bersih, sehat, aman dan nyaman.
Kantor Ramah Lingkungan memiliki 3 ruang lingkup,yaitu:
- Perlengkapan dan peralatan kantor - Energi dan Air
- Pengolahan sampah
Beberapa kegiatan Kantor Ramah Lingkungan yang dapat dilaksanakan oleh perusahaan dalam kegiatan CSR adalah sebagai berikut:
17 b. Melakukan penghematan kertas, seperti; menggunakan kertas pada kedua sisinya
dan menggunakan standard kertas 70 gram.
c. Menggunakan alat elektronik yang hemat listrik dan air. d. Memasang dan menggunakan toilet dengan aliran kecil
e. Mendukung penggunaan teknologi yang paling tepat dalam melakukan pengelolaan lingkungan, seperti sumur resapan, alat penakar hujan, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
f. Meningkatkan estetika lingkungan (landscape).
g. Mendukung program ekolabel, pengadaan barang dan jasa berbasis lingkungan (green procurement) dalam pengadaan perlengkapan dan peralatan kantor
h. Menanam tanaman yang tidak memerlukan penyiraman terlalu sering. i. Memilah sampah dan mendaur ulang kertas bekas pakai.
Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan kegiatan Kantor Ramah Lingkungan, antara lain:
- Berkurangnya tagihan air dan listrik
- Berkurangnya total penggunaan listrik (kWh) - Berkurangnya total penggunaan kertas (kg) - Berkurangnya total sampah yang dihasilkan (kg)
Untuk pelaksanaan Kantor Ramah Lingkungan dapat mengacu pada dokumen pengembangan Pelaksanaan Eco Office Kementrian Lingkungan Hidup, yang dikeluarkan pada bulan Mei 2009.
3. Konservasi Energi dan Sumber Daya Alam (SDA)
Konservasi energi dan SDA adalah suatu usaha dan kegiatan mengurangi penggunaan energi dan SDA atau terpeliharanya keanekaragaman hayati baik yang dilakukan oleh kegiatan yang memproduksi barang maupun jasa.
Konservasi energi dan SDA dapat mengurangi proses eksplorasi dan eksploitasi SDA berupa bahan bakar, bahan tambang mineral dan bahan kimia B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) yang saat ini jumlahnya semakin terbatas. Selain itu konservasi energi dan SDA juga dapat meningkatkan keanekaragaman hayati yang dapat memberi pengaruh positif terhadap ekosistem sehingga dapat mencegah bencana alam.
Kegiatan CSR yang dilakukan dengan konsep Konservasi energi dan SDA dimulai dari identifikasi peluang penerapan dan pengembangan metode ini.
18 air yang lebih sedikit, sehingga dengan penggantian alat kerja tersebut didapat pengurangan penggunaan energi, bahan kimia dan atau air.
Dengan memperhatikan kondisi lingkungan di sekitar kegiatan/usaha dijalankan, dapat dicari peluang untuk memperkaya keanekaragaman hayati di alam, baik melakukan penghijauan (penanaman pohon), pembudidayaan terumbu karang, penangkaran hewan langka yang melibatkan masyarakat sekitar sebagai mitra dalam menjalankan perlindungan alam ini.
Beberapa kegiatan Konservasi Energi dan SDA yang dapat dilaksanakan oleh perusahaan dalam rangka CSR adalah sebagai berikut:
a. Melakukan kegiatan/upaya penghematan dalam menggunakan energi dan bahan bakar sehingga dapat mengurangi timbulnya Gas Rumah Kaca.
b. Melakukan kegiatan/upaya penghematan dalam menggunakan air untuk kebutuhan domestik seperti MCK (Mandi Cuci Kakus), termasuk melakukan penggunaan kembali (reuse) dan daur ulang (recycle) terhadap limbah cair domestik sehingga terdapat penurunan jumlah pemakaian air baku.
c. Melakukan kegiatan/upaya pengurangan (efisiensi) bahan baku (SDA) sehingga terdapat penurunan penggunaan bahan baku.
d. Melakukan kegiatan/upaya mengganti bahan baku yang tidak ramah lingkungan Menjadi bahan Ramah Lingkungan
e. Melakukan kegiatan/upaya dan aktivitas yang terkait dengan keanekaragaman hayati seperti melakukan pencatatan atas jenis biodiversity (Tanaman dan seluruh jenis binatang termasuk serangga) sebelum dan sesudah dilaksanakan kegiatan perusahaan; kegiatan penghijauan, penangkaran fauna, perlindungan flora, budidaya terumbu karang sehingga dapat mempertahankan dan atau meningkatkan jumlah keanekaragaman hayati.
f. Melakukan pendampingan masyarakat sebagai upaya menjaga zona perlindungan hutan.
g. Melakukan pemberdayaan masyarakat desa hutan berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan dan lingkungan.
h. Membuat taman keanekaragaman hayati
i. Melakukan perlindungan satwa dan puspa bersama masyarakat, pelestarian penyu dan rehabilitasi dan konservasi terumbu karang
19 4. Pengelolaan Sampah Melalui 3R
Menurut Undang-Undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah:
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.
Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
Keberadaan sampah dalam jumlah yang banyak jika tidak dikelola secara baik dan benar akan menimbulkan gangguan dan dampak terhadap lingkungan. Salah satu solusi pengelolaan sampah, sebagaimana termaktub dalam UU No. 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah adalah penerapan sistem 3R atau reuse, reduce, dan recycle (3R). Reuse berarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya. Reduce berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah. Recycle berarti mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat.
Beberapa kegiatan pengelolaan sampah melalui 3R yang dapat dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a. Melakukan identifikasi jenis sampah yang ada di sekitar usaha perusahaan yang mencakup dari sumber sampah, sifat sampah dan bentuk sampah.
b. Melakukan identifikasi sampah yang dihasilkan dari eksternalitas perusahaan.
c. Menyusun program pengelolaan sampah yang mengadopsi jenis sampah, eksternalitas perusahaan, prinsif 3R dan konsep tanggung jawab sosial dan lingkungan.
d. Mengembangkan program pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan nilai ekonomis sampah.
e. Melaksanakan community based waste management, seperti pemilihan sampah bersama masyarakat dan pembuatan kompos bersama atau oleh masyarakat.
f. Melakukan pengembangan produk masyarakatmenggunakan konsep 3R.
Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan kegiatan pengelolaan sampah melalui 3R adalah :
Volume sampah yang dibuang ke TPA berkurang
20 5. Energi Terbarukan (Renewable Energy)
Energi terbarukan adalah energi yang diperoleh dari sumber yang dapat diperbaharui yang tersedia di alam, seperti sinar matahari, angin, air dan geothermal.
Kegiatan Energi Terbarukan yang dapat dilaksanakan oleh perusahaan adalah:
Menggunakan sumber energi terbarukan dalam proses produksi, seperti Micro Hydro, Solar Cell, Turbin Angin, Biogas, Biodiesel, dan etanol.
Membangun dan menyediakan sarana/infra struktur energi terbarukan bagi masyarakat.
Melakukan penelitian-penelitian yang terkait dengan pengembangan Energi Terbaru. Melakukan konversi limbah biologi menjadi sumber energi terbarukan
Memelihara ketersediaan energi dan meningkatkan kualitas dan keanekaragamannya.
Melakukan upaya pengembangan energi alternatif bersama masyarakat
Kegiatan CSR yang dilakukan dengan konsep Energi Terbarukan merupakan suatu bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap alam dan lingkungan hidup, karena kegiatan ini mengurangi proses eksplorasi dan eksploitasi Sumber Energi Fossil yang saat ini jumlahnya semakin terbatas. Energi Terbarukan juga dapat mengurangi dan mencegah meningkatnya emisi penyebab gas rumah kaca yang dapat mempengaruhi perubahan iklim global.
Kegiatan CSR bidang lingkungan dengan konsep energi terbarukan dimulai dari identifikasi peluang pengembangan atau penelitian energi tersebut. Sebagai contoh suatu perusahaan yang berada di daerah yang jauh dari penduduk. Perusahaan tersebut memiliki konsumen yang tinggal disuatu daerah dekat dengan laut (nelayan) dengan kondisi kekurangan energi atau belum mendapat jaringan listrik. Akan tetapi daerah tersebut memiliki kecepatan angin cukup besar yang potensial untuk dikembangkan sebagai tenaga listrik. Dengan demikian maka perusahaan dapat mengembangkan energi angin di daerah tersebut untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan listrik. Penggunaan energi angin juga tidak menimbulkan emisi C02 dan dalam jangka panjang dapat mengurangi kegiatan penambangan, karena tidak menggunakan bahan tambang dalam operasionalnya.
6. Adaptasi Perubahan Iklim
21 berdampak pada instrusi air laut, rob, dan banjir atau genangan air laut sehingga meningkatkan angka kejadian penyakit menular melalui vektor nyamuk.
Salah satu upaya untuk mengatasi dampak negatif perubahan iklim adalah melalui kegiatan Adaptasi Perubahan Iklim yaitu upaya menyesuaikan berbagai kegiatan terhadap terjadinya perubahan iklim. Upaya ini bertujuan untuk meminimalisasi dampak yang telah terjadi, mengantisipasi resiko, sekaligus mengurangi biaya yang harus dikeluarkan akibat perubahan iklim.
Fokus kegiatan dalam adaptasi perubahan iklim antara lain adalah:
1. Meningkatkan adaptive capacity dari stakeholder yang terpapar dampak perubahan iklim.
- Perusahaan dapat melakukan penilaian kerentanan (vulnerability assesment) melalui bantuan biaya studi dan riset kepada masyarakat atau pemda setempat dalam melakukan penilaian kerentanan terhadap perubahan iklim.
- Perusahaan dapat melakukan upaya penyuluhan dan pelatihan kepada masyarakat terkait dengan upaya adaptasi perubahan iklim.
2. Mengurangi severity (keseriusan) dan probability (peluang) dampak yang terjadi. - Perusahaan dapat membantu pemerintah daerah dalam pembuatan tanggul
pencegah masuknya air laut kedaratan, atau dengan penanaman pohon mangrove disepanjang pesisir pantai sebagai tanggul alami.
- Perusahaan dapat membantu pemerintah dan masyarakat dalam pengadaan dan pembinaan penanganan banjir dan rob. Instalasi atau perbaikan drainase jalan termasuk pengadaan pompa untuk memompa air laut yang menggenangi jalan. - Perusahaan dapat melakukan riset tentang tata kota yang dapat menjadi
masukan bagi pemerintah dalam beradaptasi terhadap kenaikan permukaan air laut.
- Perusahaan dapat membantu masyarakat dan Pemerintah Daerah untuk membuat bak/kolam untuk menampung hujan dan membuat sumur resapan.
Indikator penerapan upaya adaptasi perubahan iklim sebagai kegiatan CSR perusahaan.
- Tersedianya data mengenai analisa dampak perubahan iklim dan upaya adaptasi yang dibutuhkan.
- Rencana upaya adaptasi perubahan iklim yang disepakati oleh pemangku kepentingan terkait.
22 7. Pendidikan Lingkungan Hidup
Pendidikan lingkungan hidup adalah upaya mengubah perilaku dan sikap yang dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kesadaran masyarakat tentang nilai-nilai lingkungan dan isu permasalahan lingkungan yang pada akhirnya dapat menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya pelestarian dan keselamatan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang. Dengan demikian, Pendidikan Lingkungan Hidup merupakan kunci dari segala upaya membangun kesadaran dan kepedulian tentang arti penting dari pelestarian lingkungan hidup.
Sedangkan tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup antara lain mendorong dan memberikan kesempatan kepada masyarakat memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang pada akhirnya dapat menumbuhkan kepedulian, komitmen untuk melindungi, memperbaiki serta memanfaatkan lingkungan hidup secara bijaksana, turut menciptakan pola perilaku baru yang bersahabat dengan lingkungan hidup, mengembangkan etika lingkungan hidup dan untuk memperbaiki kualitas hidup. Sebagaimana tujuan tersebut, maka kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup disusun untuk menciptakan iklim yang mendorong semua pihak agar berperan dalam pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup untuk pelastarian lingkungan hidup.
Memperhatikan konsep dan tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup maka membangun kesadaran merupakan tahapan penting dari sebuah proses partisipasi masyarakat untuk terlibat aktif dalam berbagai kegiatan pelestarian lingkungan hidup. Lebih dari sekedar diseminasi pengetahuan dan keterampilan, Pendidikan Lingkungan Hidup juga berfungsi sebagai media penting untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma baru dalam hal interaksi antara manusia dan lingkungan. Oleh karenanya proses pendidikan yang menekankan metode dialogis akan lebih mampu mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan berkelanjutan serta menghindarkan konflik yang bersifat destruktif.
Keberhasilan pendidikan lingkungan hidup ini secara obyektif dapat dinilai berdasarkan indikator besarnya tingkat perubahan perilaku sasaran terkait di ketiga ranah, yaitu : kesadaran (kognitif), sikap (afektif) dan tindakan (psikomotorik/aksi). Perubahan yang dimaksud sepatutnya dapat berkontribusi pada tingkat katerlibatan individu/kelompok/komunitas sasaran yang bersangkutan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk memperbaiki ataupun memelihara kualitas lingkungan hidup. Perubahan yang dimaksud sepatutnya dapat berkontribusi pada tingkat keterlibatan individu/kelompok/komunitas sasaran dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk memperbaiki ataupun memelihara kualitas lingkungan hidup.
23 Kegiatan CSR melalui Pendidikan Lingkungan Hidup dapat menjadi bagian integral dari Bidang Kegiatan CSR lainnya, misal: konservasi sumber daya alam ataupun pengelolaan sampah. Bila kegiatan Pendidikan Lingkungan Hidup menjadi program yang independen, sebaiknya perlu mempertimbangkan aspek jalur dan jenjang pendidikan, agar pilihan kegiatan dapat disesuaikan dengan kompetensi dan modalitas yang dimiliki perusahaan agar tepat sasaran dan terukur pencapaiannya.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dijalankan ataupun dikembangkan antara lain:
1. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pelatiahan lingkungan hidup bagi keluarga pejabat/staf/karyawan dari perusahaan yang bersangkutan, terutama terkait dengan kegiatan penghematan air dan listrik di rumah, pengelolaan sampah rumah tangga dan penghijauan.
2. Mendukung kegiatan green-school, green-campus ataupun green-office di empat sektor utama: penghematan kertas, penghematan air dan listrik, pengelolaan sampah/limbah serta penghijauan.
3. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pelatihan lingkungan hidup di pesantren-pesantren.
4. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pelatihan lingkungan hidup dikalangan organisasi/komonitas akar rumput, seperti karang taruna, PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga), Remaja Masjid, komunitas pengajian, komunitas pedagang pasar tradisional, komunitas tani dan nelayan.
5. Mendukung kegiatan pengembangan kurikulum lingkungan hidup dan fasilitas sarana pendidikan lingkungan hidup (seperti pembuatan audio-visual, penerbitan buku) untuk pemanfaatan di PAUD/TK/sekolah/universitas.
24
DAFTAR ISTILAH
AMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Biodiversitas/Biodiversity : keanekaragaman hayati
Biogas : gas yang dihasilhan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi bahan-bahan organik.
Carbon Footprint : ukuran total emesi gas rumah kaca
CSR : corporate social responsibility, tanggung jawab sosial
perusahaan.
Eco-friendly : ramah lingkungan
Eco-labelling : system pelabelan bagi produk yang telah melalui proses produksi yang ramah lingkungan
Fossil fuel : bahan bakar berasal dari fosil
GHG (green house gases) : gas rumah kaca
Kepmen LH : Keputusan Mentri Lingkungan Hidup
Limbah B3 : Limbah bahan berbahaya dan beracun.
Polusi : masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau
berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun
Renewable energy : energi terbarukan.
Reduce, reuse, recycle : mengurangi,menggunakan kembali, mendaur ulang.
Solar cell : sel surya, alat dengan efek photovoltaic yang mengubah energi sinar matahari menjadi listrik.
25
Daftar Pustaka
Brujin, T. D. 2007, “Energy Management”, in The A to Z of Corporate Social Responsibility, eds W. Visser, D. Matten, M. Pohl and N. Tolhurst, John Wiley & Sons Ltd., Chichester, West Sussex.
Davidson, B. 2007, “Impact Assessment”, in The A yo Z of Corporate Social Responsibility, eds W. Visser, D. Matten, M. Pohl and N. Tolhurst, John Wiley & Sons Ltd., Chichester, West Sussex.
Hart, S. L. 2007, “Beyond Greening: Strategies for a Sustainable World”, in Harvard Business Review on Green Bussiness Strategy, Harvard Bussiness School Publishing Corporation, Boston.
27
Contents
I. Introduction ... .. 28 II. Definition, Characteristic, Principle and Level of CSR ... .. 29-31 III. The Role of Ministry of Environment (MoE) in CSR ... .. 32 IV. Steps and Mechanism ... .. 33-36
1. Before Implementing Environmental CSR Activities 2. Drafting Environmental CSR Activities Plan
3. Implementation of Environmental CSR Activities
4. Drafting Documentation of Environmental CSR Activities 5. The Effort to Maintain Sustainability of
Implemented Environmental CSR Activities
V. Alternative Sector of CSR Activities ... .. 37-46 1. Cleaner Production
2. Eco Office’
3. Convervation of Energy and Natural Resources (SDA) 4. Waste Management br 3R
5. Renewable Energy
6. Climate Change Adaptation 7. Environmental Education
Glosary ... ... 47
28
BAB I / Introduction
This guideline is drafted with aim to give guidance and inspiration to business actors in conducting CSR (Corporate Social Responsibility) activities, particularly in the Environment sector. This guideline is also addressed to central and regional government to be used as a guidance in assisting companies to implement CSR activities.
Beside act as a guidance and inspiration to business actors in implementing CSR activities, this CSR guideline is also intended to inspire awareness and commitment of companies to voluntarily carry out CSR activities in the environmental sector.
In the implementation of CSR activities by companies, central and local government's role is to advise the companies only when required by the companies. With this guideline it is expected the company can implement CSR activities in the environmental sector in an effective and well targeted way.
The understanding of the environment referred to in this guideline is as defined in Article 1 of Law No. 32 of 2009 on the Protection and Management of Environmental (PPLH),1 which includes the physical condition of nature, human and their behavior.
1
29
BAB II / Definition, Characteristic, Principle and Level of CSR
The definition of CSR operational used in this guideline is any actions that go beyond
compliance towards all laws and regulations relating to corporate business sectors, to:
1. Be committed to ethical business conduct to improve the quality of life of its stakeholders
2. Be contributed to the sustainability of economic, environmental, and social aspects as part of the sustainable development process
CSR according to the World Business Council for Sustainable Development
(WBCSD)2 is a sustained commitment from the business community to act ethically and contribute to economic development in the local community or public society, along with living standards improvement of employees and their entire family.
According to the ISO 260003 Characteristic of Social Responsibility is an
organization's willingness to consider the social and environmental aspects in decision making and responsible for the impact of decisions and activities that affect society and the environment.
In the ISO 26000 Social Responsibility covers 7 (seven) main aspects, namely: organizational governance, human rights, labor, environment, fair business practices, consumer issues and the involvement and community development.
In the Global Compact4 there are 10 main principles of the four business aspects that socially responsible and sustainable, those are:
A. Human Rights
Principle 1 business actors should support and respect the protection of human rights internationally recognized; and
Principle 2 to ensure the company is not involved in the violation of human rights
2WBCSD is global association which consist of approximately 200 companies and particularly run in sustainable
development sector,
3ISO 26000 is a guideline for every organization in conducting social responsibility. This guideline is created by experts from
more than 90 countries and 40 international organizations by using multi-stakeholder approach.
4Global Compact is a principle initiated by UN (United Nation) to encourage business actors in the world to apply policies
30 B. Labor
Principle 3 business actors should highly respect the freedom of their employees to organize/ to have a union and conduct negotiations;
Principle 4 to eliminate all forms of forced and compulsory labor; Principle 5 to eliminate effectively the existence of child labor; and
Principle 6 to eliminate discrimination that occurs in position and occupation line.
C. Environment
Principle 7 Business actors should support preventive actions against environmental degradation;
Principle 8 have initiatives in promoting environmental responsibility; and
Principle 9 encourage the development and dissemination of eco-friendly technologies.
D. Anti Corruption
Principle 10 Business actors must fight against corruption in all its forms, including extortion and bribery.
According to the research conducted by CECT in Indonesia, CSR has several level based on its scope and complexity, they are:
1. Compliance towards all existing law 2. CSR in the form of Philanthropy
3. CSR in the form of Community Development
4. CSR where companies bear to carry on the negative impact arising from its business and enhance the positive impact of its business
5. CSR as an integrated system in the company's business plan (Radyati, 2010).
Based on the level above, it is advised for companies to implement CSR activities that beyond compliance towards all laws.
31
CSR
The Relation between CD, TJSL and CSR
Community Development (CD) or well known as Comdev or community development is a process designed to create progress on economy and social condition of community through active participation, which at the end will foster initiative and independence of the community itself.
CSR concept is closely related to community development (Comdev) concept, whereas Comdev has became important part in implementation process of CSR activities. Meanwhile Social and Environment Responsibility (TJSL), as stated in Article 74 Law No. 40/2007 on Incorporated Company (PT) is company’s compliance toward existing sectoral regulation.
TJSL is mandatory meaning in its implementation, company should refer to all laws and other regulations related to environmental, such as Law No.32/2009 on the Protection and Management of Environmental (PPLH); Law No. 18/2008 on Waste Management, Government Regulation (PP) No. 82/2001 on Water Pollution Control and PP No. 41/1999 on Air Pollution Control.
After the company did all its TJSL; by complying all existing laws and regulations in relation with its business type, MoE as a government institution that responsible on environmental sector, will continuously encourage the company to implement its CSR activities in environmental sector.
Described in a picture, the relationship between CD, TJSL and CSR can be mapped as
follow:
Corporate Social Responsibility
Community Development
Tanggung Jawab Sosial LIngkungan CD
32
BAB III / The Role of Ministry of Environment (MoE) in CSR
In terms of the implementation of CSR activities in environmental sector, MoE has a role as facilitator and gives technical consultation, when needed by companies, in planning
33
BAB IV / Steps and Mechanism
Following is several stages of steps that can be followed by company in planning, implementing, and drafting documentation of CSR activities.
1. Before Implementing Environmental CSR Activities
Before implementing CSR activities, companies can implement the following steps: a. Identifying negative impact of environment of business operational plan, b. Identifying environment and natural resources potency in the community
- Identifying natural resources potency in the community surround business
operational area
- Identifying environment potency in the community surround business operational
area
c. Identifying community needs and aspiration towards business operational
- Identifying community needs (need assesment)
- Identifying community aspiration towards the presence of business operational
d. Drafting Environmental CSR activities plan:
- CSR activities are done to reduce negative impact on environment caused by
business operational
- CSR activities are done by utilizing natural resources potency located surround
business operational area
- CSR activities based on real environment condition surround business operational
area
- CSR activities based on community needs lived surrounding business operational
area
- CSR activities based on community aspiration lived surrounding business
operational area
2. Drafting Environmental CSR Activities Plan
In drafting CSR activities plan, company can follow steps as below (or adjusted with local context and condition where company is located):
34 b. Drafting a clear. Complete and detail CSR activities plan, which describing down to
technical of program or activities implementation.
c. Building good cooperation with government and or stakeholders that can be initiated by signing MOU or contract agreement as the foundation of commitment for implementation of cooperation with local government.
d. Drafting an integrated planning with local government in order to realize synergy and distribution of welfare.
e. Conducting consultations with the community, one example is Musrembangda pattern.
f. Conducting dialogue in addtion to Musrembang.
g. Proposing to provide an award from government in the form of recognition/acknowledgement, as well as other incentives.
h. Determining the implementation and mechanism of monitoring and evaluation.
3. Implementation of Environmental CSR Activities
Following is several steps that can be undertaken by the company in implementing CSR activities:
a. To select human resources who has capacity, commitment and awareness toward CSR
b. To train human resources who is responsible (Person in Charge/PIC) to lead implementation of CSR activities
c. To do monitoring activity toward progress of CSR actiivities according to planned monitoring mechanism
d. To evaluate the CSR activities that have been running with the initiative to create a system of documentation mechanism of the progress; success; failure; and problems faced in implementing CSR activities.
e. To design a reward system for the person in charge (PIC) who has succeeded in carrying out CSR activities.
35 4. Drafting Documentation of Environmental CSR Activities
AT the end of the year, after implementing CSR activities in environmental sector, it is recommended for company to make documentation of their environmental CSR activities
and submit it into Sustainability Report or Annual Report.
Below are steps needed to be followed by companies in making documentation: 1 To form a team who is in charge to make documentation
2 To plan on how to make a documentation such as; to determine deadline, budget, action plan, and monitor team works
3 To collect information and at the same time identify the accuracy of its source. To select an accurate and relevant information to be documented
4 To analyze data based on processed/managed information and explain trend of the data 5 To make a draft of documentation of the CSR activities
6 To review and finalise draft of documentation of the CSR activities 7 To publish and distribute the documentation of CSR activities
8 To collect/ gather feedback from stakeholders and at the same time discuss and evaluate it; as an effort for improvement of future CSR activities.
An outline of documentation as follows can serve as a reference for companies in drafting a documentation of CSR activities in environmental sector:
1. Title and company’s name
2. Company Profile: vision, mission and organization structure.
3. Introduction: background, objective of activity, expected outcomes, activities that will be carried out and numbers of beneficiary of the CSR activities
4. Implementation of CSR activities; detailed descriptions of CSR activities implementation 5. Evaluation on CSR activities: its strengths, weaknesses, obstacles, opportunities and
outcome (comparing condition before and after activities implemented) 6. Recommendation for future improvement.
5. The Effort to Maintain Sustainability of Implemented Environmental CSR Activities:
36 b. To form a company’s plan which is flexible toward any environmental changes
c. To preventive action against negative impacts to the environement d. To ensure transparancy in documentation
e. To make continuous improvements to environmental performance
f. To conduct trainings for employees on the company's environmental policy and on current issues relating to environmental
g. To contribute thoughts or ideas for development and improvement of environmental policy
37
BAB V / Alternative Sector of CSR Activities
In planning any CSR activities in environmental sector, company can choose several field of CSR activities as follow:
1. Cleaner Production 2. Eco Office
3. Conservation of Energy and Natural Resources 4. Waste Management by 3R
5. Renewable Energy
6. Climate Change Adaptation 7. Education on Environmental
Below are example of fields of CSR activities. The fields are not exhaustive list of fields in CSR.
1. Cleaner Production
Cleaner production activities focus on efficient use of resources, for example: 1. Efficiency and improvement of productivity
2. Decrease in volumeof garbage, waste and emission 3. Reduction of exploitation on natural resources use
The implementation of cleaner production can be done internally, and also can be done for example by assisting Small Medium Business (UKM) in applying cleaner production in its business activity.
Cleaner production activities in general consist of:
a. Efficiency on use of raw material and additional/supporting material
Examples: efficient use of pulp in the paper manufacture, efficient use of raw rubber in the tires manufacture and efficient use of dyes in textile dyeing process.
Measurable outcome indicators:
The number of raw material used / product unit (m3 of wood/ton of pulp)
38 b. Water Efficiency
Examples:: efficient use of pulp in the paper manufacture, efficient use of raw rubber in the tires manufacture and efficient use of dyes in textile dyeing process.
Measurable outcome indicators:
Volume of water usage/number of product (m3 of water/yard of fabric)
Volume of liquid waste / number of product (m3 of water/yard of fabric)
Percentage of volume of recycled water /volume of water used (% recycled water)
Percentage of volume of recycled water / volume of liquid waste (% recycled liquid
waste)
c. Energy Efficiency
For example: combustion efficiency at the cement kiln, efficiency of fuel consumed in boiler, power saving by using energy saver lamp, and co-generation.
Measurable outcome indicators:
Energy consumption/product unit (Kwh/ton product or m3 gas /1000 product or litre
solar/m3 product)
Energy efficiency / product unit ((Kwh/ton product or m3 gas /1000 product or litre
solar/m3 product)
Percentage of energy efficiency / total consumption of energy before efficiency
efforts (%)
d. Waste Management by The Company
Waste management can be done by:
e. Waste segregation/sorting based on certain categories An example is sorting between anorganic and organic waste f. Waste reduction
For example: reducing number of steel scrap in iron steel manufacture, recycle of dyes in textile industry, and recovery solvent of liquid waste.
39
Number of recycled waste (m3 or ton or unit)
Percentage of recycled waste /total amount of waste (%)
Percentage of waste reduction / total amount of waste (%)
Amount of waste reduction (m3 or ton or unit)
Amount of waste recovered (m3 or ton or unit)
Percentage of waste recovered / total amount of waste (%)
The application of cleaner production should be sustainable. For that the reason cleaner production application process should include:
1. Top Management Commitment
There should be clear objectives and targets related to net production in the
company.
Availability of human resources who responsible for the implementation of cleaner
production efforts (cleaner production team or PIC of cleaner production) 2. Planning
Availability of program to achieve objectives and target of cleaner production
3. Implementation and Reporting
Periodic reports on the implementation and achievement of cleaner production
application in the company provided 4. Standardization or formalization
Availability of new standard or method or procedure as a
formalization/legalisation to guarantee the efforts of cleaner production application that has been successfully implemented, continuously running.
Reguler reporting and monitoring on result of the cleaner production application
after formalization are available.
2. Eco Office (Kantor Ramah Lingkungan)
By adopting the concept of Eco-Friendly Office, cost efficiencies, increased work productivity can be achieved and it created a clean office environment, healthy, safe and comfortable.
Eco office has 3 scopes, that is:
1. Office supplies and equipments
40
3. Pengolahan sampah
Several activities of the Eco Office that can be impelemented by the company in terms of CSR activity is as follow:
a. To implement green building construction design by using passive solar energy at the working environment, for example by changing roof of buildings with green roof, providing plants or garden at the roof and using eco-friendly tiles such as tiles from bamboo fibre material.
b. To implement efficient use of paper, such as using paper in both side and using standard paper of 70 gram.
c. To use electronic devices that could save elecritcity power and water d. To install and using toilet with low speed water flow
e. To support properly technology usage in doing environmental management, such as absorption well, rainfall measuring tools, solar power plant (PLTS)
f. To improve environmental aesthetics (landscape)
g. To support eco-label program, procurement of goods and services base on the environment (green procurement) in the office equipment and supplies
h. To plant the crop which doesn’t need watering oftenly. i. To sort the waste and recycle ex-use paper
Indicator that can be used to measure the achievement of the Eco Office activity, such as: a. reduced in water and electricity bills
b. reduced in the total electricity usage (kWh) c. reduced in total paper usage (Kg)
d. reduced in total waste resulted (Kg)
for the implementation of Eco Office, it can refer to the Eco Office Implementation Development document of The Ministry Of Environment, which was released on May 2009.
3. Conservation of Energy and Natural Resources (SDA)
Conservation of energy and natural resources (SDA) is an effort or activity to reduce the utilization of energy and natural resources or maintaining biodiversity from the activity that producing goods and services.
41 material B3 (hazardous and poisonous material) which is become limited amount of source at the moment. Besides that conservation of energy and natural resources can also increase biodiversity that could give positive influence towards the ecosystem so that could prevent the disaster.
CSR activities undertaken by using the concept of conservation of energy and natural resources is started from identification of application opportunity and development of this method. For example in the use of electricity and chemical material, the company made the initial calculations or data collection to the amount of usage. Then determine certain effort, for example is to replace working tools which requires less of energy, chemical material, and water, so that with those working tools replacement can be obtained reduction of energy, chemical material, and or water usage.
By observing environment condition surrounding the place of on going activity/business, it is able to look for the opportunity to enrich the biodiversity in nature, by doing reboization (planting tree), coral cultivation, protecting scarce animal which involving the surrounding community as a partner in doing nature conservation.
Several Conservation of Energy and Natural Resources activity that could be performed by the company in terms of CSR is as follow:
a. To do activity/effort in saving energy and fuel usage so that could reduce the emerging of greenhouse gas per unit production
b. To do activity/effort in saving water usage for domestic necessity such as toilet room (for taking bath, washing, latrine), including application of reuse and recycle of the domestic liquid waste to obtain reduction amount in fresh water usage per unit production.
c. To do activity/effort of row material (natural resources) efficiency to obtain reduction in the row material usage per unit production
d. To do activity/effort of row material substitution from row material which is not eco-friendly become eco-eco-friendly row material.
42 g. To do community empowerment of the forest village related to improvement of
welfare and the environment h. To make biodiversity garden
i. To give protection to the animal and the plant with the community, tortoise shell conservation, and coral rehabilitation and conservation
j. To make absorption well and rain water collecting storage k. To make plants nursery training together with the community.
4. Waste Management by 3R
According to Law No. 18 year 2008 about waste management:
Waste is a residue of human daily activity and/or natural process that turn into solid
state.
Waste management is a systematic activity, integrated, and continually that covers in
waste reduction and handling.
The present of large amount of waste without correctly and properly managed will create disruption and impact to the environment. One of the solution to waste management, as it is stated in the Law No.18/2008 about Waste Management is the implementation of 3R system or reuse, reduce, and recycle (3R). Reuse means to use again the waste which still able to be used for the same function or other function. Reduce means to diminish all things that can causing waste. Recycle means to process the waste (recycling) to become a new product or goods that is useful.
Several activity of waste management by 3R method that can be implemented is as follow: a. To identify waste type that exist in the surrounding of the company business area that
covers waste source, waste characteristic, and waste formation. b. To identify waste that is resulted from the company externality.
c. To arrange waste management program that adopt waste tipe, company externality, 3R principle, and social responsibility and environmental concept.
d. To develop community empowerment program by increasing the economical value of the waste
e. To implement community based waste management, such as waste sorting together with the community and create composting together or by the community.
43 Indicator that can be used to measure the achievement of waste management activity by 3R concept is:
Waste volume that is disposed to the TPA (final waste disposal area) is decrease.
Waste which having economical value that gives business opportunity to the
community.
The development of independent business based on waste recycling.
5. Renewable Energy
Renewable energy is energy derived from renewable resources that are available in nature, such as sun light, wind, hydro, and geothermal.
Renewable Energy activities that can be implemented by the company are:
• To use renewable energy resources in the production process, such as Micro-Hydro, Solar Cell, Wind Turbine, Biogas, Biodiesel, and ethanol.
• Build and provide facilities / infrastructure of renewable energy for the community.
• To perform research studies related to the development of renewable energy.
• To perform biological waste conversion into renewable energy resources.
• To maintain the availability of energy supply and improve the quality of energy diversity.
• To perform alternative energy development with the community.
CSR activities undertaken by using Renewable Energy concept is a kind of corporate responsibility towards nature and the environment, because these activities reduce the process of exploration and exploitation of fossil energy sources which currently numbers more limited. Renewable Energy can also reduce and prevent the causes of the increasing emissions of greenhouse gases that affecting global climate change.
44 usage of wind energy also does not cause emissions of CO2 and in the long term can reduce mining activity, because the operation does not use material from mining.
6. Climate Change Adaptation
Climate change issue is very closely related to the environment. Climate change is caused by global warming, where as the consequences there are negative impacts among others; The occurence of weather anomalies which impact on drought condition, very high rainfall, change of plant season and cyclone and also increment of sea water level have an impact to the intrusion of sea water, sea water induced flood, and inundation of sea water on the land that increase the figure of the incidence of infectious disease through mosquito vector.
One effort to overcome the negative impacts of climate change is through the activities of the Climate Change Adaptation that is an attempt to adjust various activities to climate change condition. This effort aims to minimize the occured impact, anticipate the risks, and concurrently reducing costs due to climate change.
Focus of the activity in the climate change adaptation among others:
1. To improve adaptive capacity of the stakeholder which exposed to the impacts of the climate change.
- Company can do vulnerability assesment by giving research and study scholarship to
the community or local government in doing vulnerability assesment toward climate change.
- Company can give education and training for community related to climate change
adaptation effort.
2. To decrease severity and probability of occuring impact.
- Company can assist local government in making dam to prevent sea water coming to
land, or by planting mangrove tree along the coastal area as natural dam.
- Company can assist government and community in supplying and coordinating for
flood and rob handling. Road drainage renovation or instalation include pump supply to pump sea water pool on the road.
- Company can do research about city plan which can be an input for the government