Disusun Oleh :
Nama
: Fatmadyta Permata Sari
NPM
: 41182933100009
KONSEP PRODUKSI DAN KEPEMILIKAN
DALAM EKONOMI ISLAM
1.
Konsep Produksi Dalam Ekonomi Islam
1.1 Definisi dan Perilaku ProduksiProduksi merupakan proses untuk menghasilkan suatu barang dan jasa, atau proses peningkatan utility (nilai) suatu benda. Dalam istilah ekonomi, produksi merupakan suatu proses (siklus) kegiatan-kegiatan ekonomi untuk menghasilkan barang atau jasa tertentu dengan memanfaatkan faktor-faktor produksi (amal/kerja, modal, tanah) dalam waktu tertentu.
Beberapa nilai yang dapat dijadikan sandaran oleh produsen sebagai motivasi dalam melakukan produksi, yaitu:
Profit sebagai target utama dalam produksi, namun dalam system ekonomi islam perolehan secara halal dan adil dalam profit merupakan motifasi utama dalam berproduksi.
Produsen harus memperhatikan dampak social (social return) sebagai akibat atas proses produksi yang dilakukan. Dampak negative dari proses produksi yang berimbas pada masyarakat dan lingkungan, seperti limbah produksi, pencemaran lingkungan, kebisingan, maupun gangguan lainnya. Produsen muslim tidak akan memproduksi barang dan jasa yang bersifat tersier dan skunder selama kebutuhan primer masyarkat terhadap barang dan jasa belum terpenuhi.
Produsen harus memperhatikan nilai-nilai spiritualisme, dimana nilai tersebut harus dijadikan sebagai penyeimbang dalam melakukan produksi. Dalam menetapkan harga barang dan jasa harus berdasarkan nilai-nilai keadilan. Upah yang diberikan kepada karyawan harus mencerminkan daya dan upaya yang telah dilakukan oleh karyawan, sehingga tidak terdapat pihak yang tereksploitasi.
Dalam teori manajemen, ada beberapa langkah yang harus ditempuh oleh produsen dalam menjaga eksistensi dan keberlangsungan perusahaan. Langkah tersebut adalah: planning, organizing, actuating, dan controlling (POAC).
Produksi yang bersifat alami tidak dapat dikontrol, baik dari sisi efisiensi maupun efektivitasnya sebab ia bersifat eksternal. Kelebihan dan kekurangan produksi alami merupakan suatu yang seharusnya diterima oleh pemakai. Sedangkan produksi rekayasa adalah produksi yang bersifat internal. Produksi seperti ini dapat dikontrol oleh pemakai. Efektivitas dan efisiensi produksi dapat diatur dengan menggunakan teknologi.
Selain produksi mempunyai keterkaitan spiritual (ridha Allah), juga terkait dengan kemaslahatan masyarakat. Seperti halnya sesuatu yang membuat sebuah kewajiban tidak sempurna tanpannya, maka sesuatu itu wajib adanya.
Berbagai usaha yang dipandang dari sudut ekonomi mempunyai tujuan yang sama, yaitu mencari keuntungan maksimum dengan jalan mengatur penggunaan faktor-faktor produksi seefisien mungkin, sehingga usaha untuk memaksimumkan keuntungan dapat dicapai dengan cara yang paling efisien. Dalam prakteknya bagi setiap perusahaan pemaksimuman keuntungan belum tentu merupakan satu-satunya tujuan. Seorang pengusaha muslim terikat dengan beberapa aspek dalam melakukan produksi, antara lain:
Berproduksi merupakan ibadah, sehingga seorang muslim berproduksi sama artinya dengan mengaktualisasikan keberadaan Allah SWT yang telah diberikan kepada manusia.
Faktor produksi yang digunakan untuk menyelenggarakan proses produksi sifatnya tidak terbatas, manusia perlu berusaha mengoptimalkan segala kemampuannya yang telah diberikan Allah SWT. Seorang muslim tidak akan kecil hati bahwa Allah tidak akan memberikan rezeki kepadanya.
Seorang muslim yakin bahwa apapun yang diusahakannya sesuai dengan ajaran Islam tidak akan membuat hidupnya kesulitan.
Berproduksi bukan semata-mata karena keuntungan yang diperolehnya tetapi uga seberapa penting manfaat dari keuntungan tersebut untuk kemaslahatan umum. Dalam konsep islam harta adalah titipan Allah yang dipercayakan untuk diberikan kepada orang-orang yang tertentu, harta bagi seorang muslim bermakna amanah.
Seorang muslim menghindari praktek produksi yang mengandung unsur haram atau riba, pasar gelap dan spekulasi
Komposisi faktor produksi yang bagaimana bagi seorang muslim untuk menciptakan tingkat produksi yang tinggi? atau
Komposisi faktor produksi yang bagaimana seorang muslim untuk meminimumkan biaya produksi yang dikeluarkan untuk mencapai suatu tingkat produksi tertentu? Di dalam memikirkan aspek yang kedua, sebagai seorang muslim harus memperhatikan:
Besarnya pembayaran kepada faktor produksi tambahan yang akan digunakan dan
Besarnya pertambahan hasil penjualan yang diwujudkan oleh faktor produksi yang ditambah tersebut.
1.2 Faktor Produksi
Di kalangan para ekonomi Muslim, belum ada kesepakatan tentang faktor-faktor produksi, karena terdapat perbedaan pendapat dari para ulama. Menurut Al-Maududi dan Abu-Su’ud, faktor produksi terdiri atas amal/kerja (labor), tanah (land), dan modal (capital). Uraian ini berbeda dengan M.A. Mannan yang menyatakan bahwa faktor produksi hanya berupa amal/kerja dan tanah. Menurutnya capital (modal) bukanlah merupakan faktor produksi yang independen, karena capital (modal) bukanlah merupakan faktor dasar. Menerut An-Najjar, faktor produksi hanya terdiri dari dua elemen, yaitu amal (labor) dan capital. Abu Sulaiman menyatakan, amal bukanlah merupakan faktor produksi. Dalam syariah islam, dasar hukum transaksi (muamalah) adalah ibahah (diperbolehkan) sepanjang tidak ditemukannya larangan dalam nash atau dalil.
a. Amal/Kerja (Labor)
Amal adalah segala daya dan upaya yang dicurahkan dalam menghasilkan dan menigkatkan kegunaan barang dan jasa, baik dalam bentuk teoretis (pemikiran, ide, konsep) maupun aplikatif (tenaga, gerakan) yang sesuai dengan syariah. Pada dasarnya, ada dua tujuan yang harus dicapai oleh produsen dalam melakukan pekerjaan, yaitu materialisme dengan konotasi ultinity, dan spiritualisme dengan konotasi ibadah.
b. Bumi/Tanah (Land)
masing-masing pihak. Sebagian berpendapat, bahwa mekanisme yang tepat adalah muzara’ah. Akan tetapi, ulama yang lain menolaknya dan menawarkan konsep penyewaan dengan sistem uang.
Al-Muzara’ah adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, di mana pemilik tanah memberikan lahan pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan dipelihara Dengan imbalan bagian tertentu, misalnya setengah atau sepertiga dari hasil panen sesuai dengan kesepakatan.
c. Modal (Capital)
Capital adalah bagian dari harta kekayaan yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa, seperti mesin, alat produksi, equipment (peralatan), gedung, fasilitas kantor, transportasi dan lain sebagainya. Dalam kapitalisme capital berhak mendapat bunga sebagai kompensasi pinjaman (return of loans).
Berdasarkan jangka waktu penggunaan capital, asset (kekayaan) biasa dibedakan menjadi dua macam, yaitu fixed asset (asset tetap) dan variabel asset (asset berubah). Fised asset adalah capital yang digunakan untuk beberapa proses produksi dan tidak terjadi perubahan seperti bangunan, mesin, dan peralatan. Variabel asset adalah capital yang digunakan untuk proses produksi dan akan mengalami perubahan seiring dengan perubahan proses produksi yang dilakukan seperti labor, sumber energi, dan lainnya.
1.3 Perilaku Produsen
Di dalam memproduksi output produsen dapat menggunakan faktor- faktor atau variabel yang mempengaruhinya. Dalam memproduksi output dapat digunakan hanya satu variabel, namun juga dapat dilakukan dengan lebih dari satu variabel.
a. Produksi Menggunakan Satu Variabel
Dalam produksi dengan satu variabel akan berlaku hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang (the law of diminshing returns), yaitu jika variabel ditambah terus maka output makin lama akan semakin turun secara rata- rata dan secara total. Perhatikan gambar kurva produksi total semakin menurun :
Gambar di atas menunjukkan bahwa tahap I adalah tahap di mana produksi masih bisa ditingkatkan karena masih efisien, demikian pula pada tahap II. Akan tetapi memasuki tahap III tambahan input hanya memberikan tambahan output yang kecil, manakala input sitambah terus, maka tampaknya seperti pada tahap IV, di mana tambahan produksi justru turun.
Kesimpulan kurva di atas, adalah :
Pertama, apabila produsen itu menambah input secara terus- menerus sementara salah satu faktor produksinya tetap, maka pada tahap awal rata- rata produksi atau output meningkat (X/O = AP). Demikian juga dengan marginal produknya (Dx/Do = MP), dan marginal (MP) output akan semakin besar bila input ditambah terus karena masih banyaknya sumber daya yang terdapat dalam faktor produksi yang dianggap tetap tersebut.
Kedua, pertambahan input secara terus- menerus justru akan merugi karena meskipun secara riil produksi masih terus bertambah tetapi rata- rata produksi marginal produksinya justru akan menurun (perhatikan tahap III), dan bila dipaksakan ditambah maka hasilnya justru akan semakin menurun, karena kemampuan sumber daya tidak seimbang dengan pengeksploitasiannya, sehingga memungkinkan hasil produksinya minus bila dibandingkan dengan produksi awal. Oleh karena itu untuk kasus satu faktor produksi variabel dan lainnya tetap, maka hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
produksi dapat teruskan bila MP > AP
produksi akan mengalami keuntungan tertinggi pada saat MP = AP, saat ini produksi masih bisa diteruskan
produksi akan maksimum pada saat MP = 0, dan AP akan semakin menurun a. Produksi Menggunakan Dua Variabel
Produksi dengan menggunakan dua variabel maksudnya adalah terdapat kombinasi antara dua faktor produksi untuk menghasilkan output (yang sama). Dalam berproduksi, produsen akan berusaha mencari kombinasi terbaik antara dua faktor input. Hasil produksi sama dalam teori ini ditunjukkan oleh suatu kurva yang disebut isoquant curve (isoquant). Sedangkan biaya yang digunakan dalam rangka menghasilkan produk tersebut disebut isocost (biaya sama).
1) ISOQUANT (HASIL SAMA)
adalah suatu proses produksi yang banyak menggunakan tenaga kerja (1 modal dan 20 tenaga kerja). Padat modal adalah sutu proses produksi yang banyak menggunakan modal (1 tenaga kerja dan 20 modal).
Bentuk kurva isoquant bermacam- macam :
linier apabila kombinasi antara input tersebut akan memberikan perubahan yang proporsional bila salah satunya berubah
cembung seperti kurva indifference
Ridge line adalah garis yang membatasi batas atas dan bawah produksi. Perhatikan kurva Isoquant dan Ridge Line (RL) pada gambar berikut :
2) ISOCOST (BIAYA SAMA)
Isocost adalah yang membatasi dan membedakan kemampuan produksi produsen. Makin besar isocostnya, maka makin besar pula hasil yang akan dapat diperoleh dan sebaliknya. Kurva isocost berslope negatif, yaitu penambahan setiap 1 unit input akan menyebabkan penurunan pemakaian input lain, sebaliknya bila input lain dikurangi maka akan menyebabkan input yang satunya akan bertambah.
1.4 MEKANISME PRODUKSI ISLAMI
Perbedaan ekonomi islam dengan ekonomi konvensional adalah pada filosofi ekonomi yang dianutnya dan bukan pada ilmu ekonominya. Filosofi ekonomi memberikan ruh pemikiran dengan nilai- nilai islam dan batasan- batasan syari'ah.
Gambaran mekanisme produksi islami dapat dilakukan dengan menggunakan analisis kuva atau garis. Gambaran mekanisme produksi adalah menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang diproduksi dan biaya yang dikeluarkan.
a. Kurva Biaya (Cost)
Biaya yang dikeluarkan oleh produsen dibedakan menjadi biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC). Fixed cost adalah besaran biaya yang dikeluarkan tidak dipengaruhi oleh berapa banyak output atau produk yang dihasilkan.
Variabel cost adalah biaya yang besarnya ditentukan langsung oleh berapa banyak output yang dihasilkan. Total cost adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang (FC = FC + VC). Total penerimaan (total revenue) adalah jumlah penerimaan yang diperoleh dari penjualan produk yang dapat dijual. Adanya beban bunga yang harus dibayar produsen (sebagai biaya tetap), maka biaya tetap produsen naik, yang gilirannya juga meningkatkan biaya total dari TC ke Tci. Naiknya biaya total akan menggeser atau mendorong titik i,pas (break even point) dari suatu Q ke Q berikutnya. Perhatikan gambar Hubungan Biaya, Penerimaan dan Jumlah Produksi dengan Pola Bunga berikut :
b. Kurva Penerimaan (Revenue)
Dalam kaitan dengan total penerimaan ada tiga model, yaitu : Revenue Sharing (rs), Profit Sharing (ps) dan Profit and Lose Sharing (pls).
1) Revenue Sharing
Dalam sistem bagi hasil yang berubah adalah kurva total penerimaan (TR). Kurva ini akan berputar ke arah jarum jam dengan titik O (origin) sebagai sumbu putarnya. Kurva TR ini akan berputar sehingga dapat sampai mendekati sumbu horizontal sumbu X.
= TC). Perhatikan gambar Hubungan Biaya, Penerimaan dan Jumlah Produksi dengan Pola Revenue Sharing berikut :
Mekanisme revenue sharing memiliki persamaan dan perbedaan dengan mekanisme bunga. Persamaannya adalah bergesernya Q ke Qi / Qrs (bahwa Qi > Q dan Qrs > Q) pada kedudukannya di titik BEP. Sementara perbedaannya adalah jika mekanisme bunga yang bergerak adalah kuva biaya tetap dan biaya total, namun pada mekanisme revenue sharing kurva yang bergeser adalah kurva total penerimaan (TR) searah jarum jam.
2) Profit Sharing
Pada profit sharing seluruh biaya ditanggung oleh pemodal, maka yang dibagi adalah keuntungan. Kurva TR pada mekanisme bagi hasil akan berputar dengan poros titik BEP (BEP sebagai tanda mulai terjadinya keuntungan).
Di samping akad mudharabah, ada akad musyarakah. Bagi untung yang terjadi pada mulut buaya atas tidak perlu simetris dengan bagi rugi yang terjadi pada mulut buaya bawah, karena bagi untung berdasarkan nisbah sedangkan bagi rugi berdasarkan penyertaan modal masing- masing.
3) Profit dan Loss Sharing
Dalam akad bagi untung dan bagi rugi dapat dilakukan pada akad syirkah. Bagi untung dan bagi rugi tidak terjadi secara simetris, karena adanya dasar yang berbeda. Bagi untung didasarkan pada nisbah, sementara bagi rugi didasarkan pada besaran penyertaan modal. Bagi untung terjadi antara kuva TR dan TC dan bagi rugi terjadi antara kuva TC dan TR, dengan sumbu putarnya dari titil 0. Obyek yang dibagihasilkan adalah TR – TC.
1.5 Efisiensi Produksi
Efisiensi produksi menurut kriteria ekonomi harus memenuhi salah satu dari dua kriteria berikut:
- minimalisasi biaya untuk memproduksi jumlah yang sama
Dengan membuat garis vertikal dari sumbu Q (jumlah produk yang sama), maka total cost untuk revenue sharing lebih kecil dibanding dengan total cost sistem bunga (TCrs < Tci).
Pola yang sama dapat dilakukan untuk sistem yang lainnya, yaitu profit sharing dan profit loss sharing. Perhatikan gambar Perbandingan Efisiensi Produksi dengan Sistem Bunga, Revenue Sharing dan Profit Sharing berikut:
Kurva di atas dapat diketahui, jumlah Qi < Qps < Qrs. Besar kecilnya Qps dengan Qrs sangat dipengaruhi oleh besarnya nisbah yang disepakati.
1.6 Dampak produksi bagi seorang muslim
bebrapa dampak yang timbul bila seorang muslim melakukan usaha sesuai dengan ajaran Islam, yaitu:
b. Menimbulkan sikap syukur yang timbul atas kesadaran bahwa apa pun yang ia temui bisa dimanfaatkan sebagai input produksi.
c. Ajaran Islam menjadikan manusia untuk tidak mudah putus asa dalm produksi karena suatu alasan tidak terpenuhi kebutuhan hidupnya sehingga produksi dalam Islam akan mendorong seorang muslim untuk melakukan usaha yang lebih kreatif. d. Seorang muslim akan menjauhi praktek produksi yang merugikan orang lain atau
kepentingan-kepentingan sesaat, contohnya riba.
e. Keuntungan dikenakan didasarkan atas keuntungan yang tidak merugikan konsumen maupun produsen lain.
1.7 Faktor, Nilai dan Moral Produksi Dalam Islam
a. Nilai dan Moral Islam Dalam Bidang Produksi
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas produksi secara ringkasnya dapat dikategorikan dalam dua factor, yaitu : Alam dan Kerja. Qardhawi selanjutnya menjelaskan bahwa alam adalah kekayaan yang telah diciptakan Allah untuk kepentingan manusia, ditaklukkan-Nya untuk merealisasikan cita-cita dan tujuan manusia. Kerja adalah segala kemampuan dan kesungguhan yang dikerahkan manusia baik jasmani maupun akal pikiran, untuk mengolah kekayaan alam ini bagi kepentingannya. Bagi Qardhawi dalam bentuk alat dan prasarana adalah hasil dari kerja bukan merupakan factor produksi. Atas dasar itu, bumi diolah dan dikeluarkan segala kebaikannya dan kemanfaatannya sehingga menghasilkan produksi yang baik, sehingga nilai dan moral Islam yang melekat dalam aktivitas produksi akan menjadi aktivitas produksi yang efisien.
b. Factor-Faktor produksi dalam Ekonomi
Seperti yang telah dipelajari dalam ilmu Ekonomi, bahwa faktor-faktor produksi berkisar pada: factor alam, factor tenaga kerja, factor modal, dan factor manajemen.
1) Factor Alam
Islam memberi terapi kepada alam sebagai salah satu factor produksi, Islam mengizinkan pemilikannya agar produksi bertambah, sebagaimana kita lihat pada usaha menghidupkan tanah mati dan waris. Hal ini dimaksudkan untuk memberi dorongan kepada seseorang dalam mengembangkan(mengelola) tanah. Islam juga mengakui pemilikan tanah bukan penggarap, maka diperkenankan memberikannya pada orang lain untuk menggarapnya dengan menerima sebagian hasilnya atau uang, akan tetapi bersamaan itu dianjurkan agar seorang yang mampu sebaiknya meminjamkan tanahnya tanpa sewa kepada saudara-saudaranya yang miskin.
2) Faktor Tenaga Kerja
Factor tenaga kerja dalam aktivitas produksi merupakan upaya yang dilakukan manusia, baik berupa kerja pikiran maupun kerja jasmani maupun kerja jasmani atau kerja pikir sekaligus jasmani dalam rangka menghasilkan barang dan jasa ekonomi yang dibutuhkan masyarakat.
Dalam kaitannya dengan masalah tenaga kerja, Islam mengangkat nilai tenaga kerja dan menyuruh orang bekerja, baik bekerja untuk mencapai penghidupan yang layak dan menghasilkan barang serta jasa yang menjadi keperluan manusia, maupun amal yang bersifat ibadah semata-mata kepada Allah.
3) Faktor Modal
Modal adalah kekayaan yang member penghasilan kepada pemiliknya. Di dalam system Islam, Modal(sebagai hak milik) adalah amanah yang diberikan Allah yang wajib dikelola secara baik. Manusia atau para pengusaha hanya diamanahi oleh Allah untuk mengelola harta atau modal itu sehingga modal itu dapat berkembang. Islam memberikan terapi sebagai berikut:
Islam mengharamkan penimbunan
Islam mengharamkan hak atas modal terpusat pada beberapa tangan saja
Islam mengharamkan penggunaan modal dalam produksi secara boros
Islam mengharamkan penguasaan modal selain dengan cara-cara yang diizinkan Syari’ah
Islam mengharamkan peminjaman modal dengan cara menarik bunga
Islam mewajibkan zakat atas harta simpanan atau harta produktif 4) Faktor Manajemen
Islam menyuruh melakukan manajemen dan mengharuskan kepada manajer untuk mengikuti jalan keadilan dan menjauhi jalan yang akan membahayakan masyarakat. Islam memang menekankan manajemen, perhitungan dan mencari keuntungan, tetapi menolak pendirian perusahaan bila tidak berasaskan “Sama-sama mengalami untung dan rugi”. Sehingga kehidupan perekonomian berjalan atas landasan-landasan yang sehat dan tidak menimbulkan suatu goncangan ataupun krisis.
2.1 Pendahuluan
Pola-pola yang berhubungan dengan masalah hak milik (ownership) memiliki efek yang bersifat ekstensif maupun intensif, yang tidak hanya pada aktivitas ekonomi masyarakat, namun juga lembaga-lembaga yang akan berkembang di masyarakat itu. Suatu pengantar yang tepat terhadap system Islami tentang hak milik akan membantu kita dalam memahami struktur lembaga yang diatur dalam masyarakat Islam. Batasan yang sesuai mengenai hak milik juga menentukan perbedaan antara biaya/keuntungan pribadi dan biaya/keuntungan masyarakat yang akan melengkapi dasar untuk memahami pendekatan Islam terhadap teori kesejahteraan dalam mikro ekonomi.
2.2 Konsep kepemilikan dan hak milik
Prinsip dasar yang tercantum dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits sangat memperhatikan masalah perilaku ekonomi manusia dalam posisi manusia atas sumber material yang diciptakan Allah untuk manusia. Islam mengakui hak manusia untuk memiliki sendiri untuk konsumsi dan untuk produksi namun tidak memberikan hak itu secara absolute(mutlak). Penekanan pembatasan hak milik absolute, Al-Qur’an menunjukkan pola masalah penciptaan sumber-sumber ekonomi bagi Allah terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur’an (QS. 13:3; 67:15; 3:180; 4:5; 35:29; 35:30; 3:180; 28:77; 42:36).
Kepemilikan adalah suatu ikatan seseorang dengan hak miliknya yang disahkan Syari’ah. Kepemilikan berarti pula hak khusus yang didapatkan si pemilik sehingga ia mempunyai hak menggunakan sejauh tidak melakukan pelanggaran pada garis-garis Syari’ah.
2.3 Sejarah
Al-Qur’an telah memberikan gambaran tentang asal usul harta atau hak milik, yang pertama kali diberikan Allah kepada manusia pertama kemudian turun-temurun kepada generasi berikutnya. Dengan $demikian, awal sejarah kepemilikan sama dengan awal manusia itu sendiri. Selama hidup, manusia tidak akan pernah lepas dari masalah kepemilikan. Jadi sejarah kepemilikan ini telah tercantum dalam Al-Quran.
2.4 Unsur – unsur Sistem Hak Milik Dalam Islam
Kita dapat membedakan antara tiga kategori hak milik, yaitu Hak Milik Pribadi (Private Property), Hak Milik Umum/Pemerintah (Public Ownership) dan Voluntary(Waqf).
Kepemilikan yang sah menurut Islam adalah kepemilikan yang terlahir dari proses yang disahkan Islam dan menurut pandangan Fiqh Islam terjadi karena:
1. Menjaga hak Umum 2. Transaksi Pemindahan Hak 3. Penggantian Posisi Pemilikan
Menurut Taqyudin an-Nabani dikatakan bahwa sebab-sebab kepemilikan seseorang atas suatu barang dapat diperoleh melalui suatu lima sebab, yaitu:
1. Bekerja, 2. Warisan,
3. Kebutuhan akan harta untuk menyambung hidup, 4. Harta pemberian Negara yang diberikan kepada rakyat,
5. Harta yang diperoleh seseorang tanpa mengeluarkan harta atau tenaga apapun.
2.6 Bentuk-bentuk Hak Milik Pribadi Dalam Islam
Hak kepemilikan pribadi menurut pandangan (fiqh) Islam berbeda dengan system kapitalis maupun sosialis. Salah satu pembeda yang paling pokok dalam hal ini adalah karakteristik peduli social dalam system kepemilikan social.
Islam mengakui dan mengabsahkan kepemilikan pribadi, menghalalkan manusia untuk menabung, menyarankan manusia berkreasi dan mengembangkan bakat dan bekerja, tetapi Islam member pula berbagai aturan dan tekanan peduli social pada individu pemilik, jangan sampai dalam investasi tidak memperhatikan dampak negative terhadap orang lain.
2.7 Pembatasan Penggunaan Penggunaan Hak milik Pribadi Dalam Islam
Islam hadir memperbolehkan kepemilikan Individu serta membatasi kepemilikan tersebut dengan mekanisme tertentu yang memperhatikan kaidah fitrah manusia, bukan dengan cara perampasan. Di dalam kepemilikan atas suatu zat tertentu, bukanlah semata-mata berasal dari zat itu sendiri, ataupun dari karakter dasarnya, akan tetapi berasal dari adanya izin yang diberikan oleh Syar’I, serta diperbolehkan oleh Syar’I untuk memiliki zat tersebut.
2.8 Pengembangan Kepemilikan
hartanya dengan cara yang tidak sah menurut syara’, seperti menghambur-hamburkan, maksiat, dan sebagainya. Maka Negara wajib mengawalnya dan melarang untuk mengelolanya serta wajib merampas wewenang yang telah diberikan Negara kepadanya.
Dengan demikian, mengelola harta dalam pandangan Islam sama dengan mengelola dan memanfaatkan zat benda. Dan system ekonomi Islam tidak membahas tentang pengembangan harta melainkan hanya membahas tentang pengembangan kepemilikannya.
2.9 Perbandingan Hak Milik Pribadi Dalam Ekonomi : Islam, Kapitalisme, Sosialisme
Kepemilikan Pribadi merupakan darah kehidupan bagi kapitalisme. Oleh karena itu, barang siapa yang menguasai factor produksi, maka ia akan menang. Demikian moto Kapitalisme. Ekonomi kapitalisme berdiri berlandaskan hak milik khusus atau hak milik individu. Ia memberikan kepada setiap individu hak memiliki apa saja sesukanya dari barang-barang yang produktif maupun yang konsumtif, tanpa ikatan apapun atas kemerdekaannya dalam memiliki, membelanjakan, maupun mengembangkan dan mengekploitasi kekayaannya.
Sementara dalam Sosialisme: setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang dia kerjakan. Ekonomi ini mengedepankan pada hak milik umum atau hak milik orang banyak yang diperankan oleh Negara atas alat-alat produksi, tidak mengakui hak milik individu,kecuali hal-hal yang berlainan dengan dasar pokok yang umum itu. Negaralah pemilik satu-satunya alat produksi, semua rencana dan pengabdian yang berguna bagi seluruh bangsa. Orang tidak memiliki hak-hak, kecuali yang diakui dan memenuhi syarat terpeliharanya orang banyak.
Sistem Ekonomi Islam memiliki sikap yang tersendiri terhadap hak milik. Ekonomi Islam menganggap kedua macam hak milik pada saat yang sama sebagai dasar pokok bukan sebagai pengecualian. Hak milik dalam Ekonomi Islam, baik hak milik khusus maupun hak milik umum, tidaklah mutlak, tetapi terikat oleh ikatan-ikatan untuk merealisasikan kepentingan orang banyak dan mencegah bahaya, yakni hal yang membuat hak milik menjadi tugas masyarakat.
2.10 Konsep Kepemilikan Pengelolaan Harta Kekayaan
a) Konsep kepemilikan harta kekayaan
ekonomi Islam. Kepemilikan harta (barang dan jasa) dalam Sistem Sosialis dibatasi dari segi jumlah (kuantitas), namun dibebaskan dari segi cara (kualitas) memperoleh harta yang dimiliki. Artinya cara memperolehnya dibebaskan dengan cara apapun yang yang dapat dilakukan. Sedangkan menurut pandangan Sistem Ekonomi Kapitalis jumlah (kuantitas) kepemilikan harta individu berikut cara memperolehnya (kualitas) tidak dibatasi, yakni dibolehkan dengan cara apapun selama tidak mengganggu kebebasan orang lain. Sedangkan menurut sistem ekonomi Islam kepemilikan harta dari segi jumlah (kuantitas) tidak dibatasi namun dibatasi dengan cara-cara tertentu (kualitas) dalam memperoleh harta (ada aturan halal dan haram).
Demikian juga pandangan tentang jenis kepemilikan harta. Di dalam sistem ekonomi sosialis tidak dikenal kepemilikan individu (private property). Yang ada hanya kepemilikan negara (state property) yang dibagikan secara merata kepada seluruh individu masyarakat. Kepemilikan negara selamanya tidak bisa dirubah menjadi kepemilikan individu. Berbeda dengan itu di dalam Sistem Ekonomi Kapitalis dikenal kepemilikan individu (private property) serta kepemilikan umum (public property). Perhatian Sistem Ekonomi Kapitalis terhadap kepemilikan individu jauh lebih besar dibandingkan dengan kepemilikan umum. Tidak jarang kepemilikan umum dapat diubah menjadi kepemilikan individu dengan jalan privatisasi. Berbeda lagi dengan Sistem Ekonomi Islam, yang mempunyai pandangan bahwa ada kepemilikan individu (private property), kepemilikan umum (public property) serta kepemilikan negara (state property). Menurut Sistem Ekonomi Islam, jenis kepemilikan umum khususnya tidak boleh diubah menjadi kepemilikan negara atau kepemilikan individu.
b) Konsep Pengelolaan Harta Kekayaan
Perbedaan lainnya antara sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi lainnya adalah dalam hal konsep pengelolaan kepemilikan harta, baik dari segi nafkah maupun upaya pengembangan kepemilikan. Menurut sistem ekonomi kapitalis dan sosialis, harta yang telah dimiliki dapat dipergunakan (konsumsi) ataupun di kembangkan (investasi) secara bebas tanpa memperhatikan aspek halal dan haram serta bahayanya bagi masyarakat. Sebagai contoh, membeli dan mengkonsumsi minuman keras (khamr) adalah sesuatu yang dibolehkan, bahkan upaya pembuatannya dalam bentuk pendirian pabrik-pabrik minuman keras dilegalkan dan tidak dilarang.
diperkenankan (dilarang). Termasuk juga upaya investasi berupa pendirian pabrik barang-barang haram juga dilarang. Karena itulah memproduksi, menjual, membeli dan mengkonsumsi minuman keras adalah sesuatu yang dilarang dalam sistem ekonomi Islam.