• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi tentang Manusia 1 docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Potensi tentang Manusia 1 docx"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

TAFSIR TENTANG POTENSI MANUSIA

AN – NAHL AYAT 78

“Ditujukan untuk memenuhi tugas”

Mata Kuliah

: Ayat dan Hadits Pendidikan

Dosen

: Dra.Hj.Anida.MA

Jurusan

: Tarbiyah - PAI (VI-Eksekutif

)

Di susun Oleh

Kelompok 5 (Lima )

Muhammad Jawahir

Nur Adinah

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM JAM’IYAH

MAHMUDIYAH TANJUNG PURA - LANGKAT

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt karena berkat rahmat Nya penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.Makalah ini merupakan makalah Tafsir yang membahas “Potensi Manusia An Nahl 78”.Secara khusus pembahasan dalam makalah ini diatur sedemikian rupa sehingga materi yang disampaikan sesuai dengan mata kuliah. Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi . oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada:

1.Ibu Dosen mata kuliah Ayat dan Hadits pendidikan Bapak Dra.Hj.Anida.MA yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada kami sehingga kami termotivasi dan menyelesaikan tugas makalah ini.

2. Orang tua, teman dan kerabat yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas makalah ini selesai.

(4)

Tanjung Pura, Maret 2018

Tim Penyusun

Kelompok 5

DAFTAR IS

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I...1

PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...1

C. Tujuan Pembahasan...1

BAB II...2

PEMBAHASAN...2

A. Q.S. An-Nahl Ayat 78...2

1. Ayat Al-Qur’an...2

2. Mufrodat...2

3. Tafsir Ayat...3

4. Munasabah ayat...6

4. Nilai – Nilai Pendidikan...9

5. Analisis Penulis...9

(5)

PENUTUP...11

A. Kesimpulan...11

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Potensidiri merupakan kemampuan, kekuatan, baik yang belum terwujud

maupun yang telah terwujud, yang dimiliki seseorang, tetapi belum sepenuhnya

terlihat atau dipergunakan secara maksimal.

Manusia menurut agama islam adalah makhluk Allah yang

berpotensi. Dalam al-Qur’an, ada tiga kata yang menunjuk pada

manusia, yang di gunakan adalah basyar insan atau nas dan bani Adam.

Kata basyar diambil dari akar kata yang berarti ‘penampakan sesuatu

dengan baik dan indah’. Dari kata itu juga, muncul kata basyarah yang artinya

‘kulit’. Jadi, manusia disebut basyar karena kulitnya tampak jelas dan

berbeda dengan kulit binatang. Manusia dipilih oleh Allah sebagai khalifah di

muka bumi. Alasan mengapa dipilih sebagai khalifah karena manusia memiliki

berbagai potensi.

B.Rumusan Masalah

a. Bagaimana kandungan surah an nahl ayat 78?

b. Bagaimana nilai nilai pendidikan yang terkandung dalam surah an nahl 78?

C.Tujuan Pembahasan

a. Untuk mengetahui kandungan surah an nahl ayat 78.

(7)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Q.S. An-Nahl Ayat 78

1. Ayat Al-Qur’an

yoy‰Ï«øùF{$#ur »|Áö/F{$#ur nìôJ¡¡9$# ãNä3s9 Ÿ@yèy_ur

$\«ø‹x© šcqßJn=÷ès? Ÿw öNä3ÏF»yg¨Bé& ÈbqäÜç/ .`ÏiB

Nä3y_t÷zr& ª!$#ur šcrãä3ô±s?Nä3ª=yès9

Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam keadaan

tidak mengetahui sesuatupun dan Dia memberi kalian pendengaran penglihatan dan hati agar kalian bersyukur”.1

2. Mufrodat

(8)

3. Tafsir Ayat

Di dalam Tafsir Al Misbah, ayat ini menyatakan bahwa Allah

mengeluarkan kamu berdasar kuasa dan Ilmu-Nya, dari perut ibu-ibu kamu sedang tadinya kamu tidak wujud, maka demikian juga Dia dapat mengeluarkan

kamu dari perut bumi dan menghidupkan kamu kembali. Ketika Dia

mengelurkan kamu dari perut ibu-ibu kamu, kamu semua dalam keadaan tidak

mengetahui sesuatu pun yang ada di sekeliling kamu Dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan-penglihatan dan aneka hati, sebagai bekal dan alat-alat untuk meraih pengetahuan agar kamu bersyukur dengan menggunakan

alat-alat tersebut sesuai dengan tujuan Allah menganugrahkannya kepadamu.2

Di dalam tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Sayyid Quthb menjelaskan bahwa

proses kejadian janin bisa terdeteksi oleh manusia. Akan tetapi, mereka tidak tahu

bagaimana proses itu terjadi, sebab ia merupakan rahasia kehidupan yang

tersembunyi.3

‘’Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui apapun...’’

Allah yang melahirkan para pakar dan para peneliti, dan

mengeluarkannya dari perut ibunya dalam kondidi tidak mengetahui apa-apa,

adalah Maha Dekat sekali. Setiap ilmu yang ia dapatkan sesudah itu, semuanya

adalah anugrah dari Allah sesuai ukuran yang di kehendaki-Nya untuk

2 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

(Jakarta: Lentera Hati, 2002), vol. 7, hal. 302

(9)

kepentingan manusia dan untuk mencukupi keperluan manusi untuk hidup di

muka bumi ini.

Ayat di atas menggunakan kata

(

عمسلأ

)

as-sam’ / pendengaran dengan

bentuk tunggal dan menempatkannya sebelum kata

(

راصب لا

)

al-abshar/ penglihatan-penglihatan yang berbentuk jamak, serta

(

ةدتف لا

)

al-af’idah / aneka hati yang juga berbentuk jamak.

M. Quraish Shihab menterjemahkan Kata al-af‘idah adalah bentuk jamak

dari kata (

داؤف

)

fu’ad yang artinya adalah aneka hati guna menunjuk makna yang jamak itu. Kata ini di pahami oleh banyak ulama dalam arti akal. Makna ini

dapat di terima jika yang di maksud dengannya adalah gabungan daya pikir dan

daya qalbu, yang menjadikan seseorang terikat sehingga tidak terjerumus dalam

kesalahan dan kedurhakaan. Dengan demikian tercakup dalam pengertiannya

potensi meraih ilham dan percikan Ilahi.4

Dalam bahasa Al Qur’an, hati terkadang di ungkapkan dengan kata Qalbu

atau dengan kata Fu’aad, untuk menjelaskan setiap alat (organ) pemahaman pada

diri manusia. Hal ini meliputi apa yang di istilahkan dengan akal, juga potensi

inspiratif (Ilham) pada diri manusia yang tersembunyi dan tak diketahui

hakikatnya serta cara kerjanya. Allah memberimu pendengaran, penglihatan dan

hati itu dalam rangka, “agar kamu bersyukur.”

(10)

Buya Hamka di dalam tafsir Al Azhar, menjelaskan bahwa “dan di

jadikan-Nya untuk kamu pendengaran dan penglihatan dan hati.’’ Dengan arti bahwa dengan berangsur-angsur tumbuhlah pendengaran, maka terdengarlah

suara-suara dari yang dekat sampai kepada yang jauh, lalu di tumbuhkan pula

penglihatan, sehingga dapat membedakan berbagai warna dan dapat

memperhatikan wajah ibu yang sedang menyusukan dan pendengaran serta

penglihatan itu di tuntun oleh perkembangan hati , yakni hati dan fikiran. Sampai

berangsur-angsur besar dan dewasa, bertambah lama bertambah matang, sampai

menjadi manusia yang berbudi bahasa, bersopan dan bersantun, sanggup

memikul Taklif, yaitu tangung jawab yang di pikulkan oleh Allah ke atas pundak,

menjadi anggota penuh kemanusiaan, “supaya kamu bersyukur.’’5

Didahulukannya kata pendengaran atas penglihatan, merupakan urutan

yang sungguh tepat, karena memang ilmu kedokteran modern membuktikan

bahwa indra pendengaran berfungsi mendahului indra penglihatan. Ia dimulai

tumbuh pada diri seorang bayi pada pekan-pekan pertama. Sedangkan indra

penglihatan baru bermula pada bulan ketiga dan menjadi sempurna menginjak

bulan keenam. Adapun kemampuan akal dan mata hati yang berfungsi

membedakan yang baik dan buruk, maka ini berfungsi jauh sesudah kedua indra

tersebut di atas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perurutan penyebutan

indra pada ayat di atas mencerminkan tahap perkembangan fungsi

indra-indra tersebut. Firman-Nya di atas menunjuk kepada alat-alat pokok yang

digunakan guna meraih pengetahuan. Alat pokok yang bersifat material adalah

(11)

mata dan telinga, sedang pada objek yang bersifat immaterial adalah akal dan

hati.

4. Munasabah ayat

M. Quraish Shihab menghubungkannya dengan ayat yang lalu dengan

menyatakan bahwa uraian al-qur’an surat an-Nahl ayat 77. “dan kepunyaan

Allah-lah segala apa yang tersembunyi di langit dan di bumi. tidak adalah kejadian kiamat itu, melainkan seperti sekejap mata atau lebih cepat (lagi). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”, yang merupakan salah satu bukti kuasa Allah menghidupkan kembali siapa yang meninggal dunia serta

kebangkitan pada hari kiamat. Allah Swt. menyebutkan tentang pengetahuan dan

kekuasaan-Nya yang maha sempurna atas segala sesuatau. Dia mengetahui apa

yang gaib yang ada dilangit dan dibumi, dan hanya Allah-lah yang mempunyai

perkara gaib. Maka tiada seorangpun yang diberi-Nya ilmu gaib ini kecuali bila

Allah menghendakinya untuk memperlihatkan kepadanya apa yang

dikehendaki-Nya.6

Kemudian Allah menyebutkan keruniaNya yang telah Dia limpahkan

kepada hamba-hambaNya yaitu Dia mengeluarkan mereka dari perut ibu mereka

dalam tidak mengetahi sesuatu pun. Sesudah itu Allah memberinya pendengaran

hingga ia dapat mendengar suara, penglihatan hingga ia dapat melihat, dan hati

(yakni akal yang menurut pendapat shahih pusatnya berada di hati). Menurut

pendapat yang lain adalah otak. Dengan akal itu manusia dapat membedakan di

antara segala sesuatu, mana yang bermanfaat dan mana yang berbahaya.

(12)

Sesuai dengan firman Allah SWT. yang mengatakan :

Ÿ

yoy‰Ï«øùF{$#ur »|Áö/F{$#ur nìôJ¡¡9$# ãNä3s9 Ÿ@yèy_ur

$\«ø‹x© šcqßJn=÷ès? Ÿw öNä3ÏF»yg¨Bé& ÈbqäÜç/ .`ÏiB

Nä3y_t÷zr& ª!$#ur šcrãä3ô±s?Nä3ª=yès9

Artinya: “dan Dia member kalian pendengaran, penglihatan dan

hati agar kalian bersyukur. (Q.S. an-Nahl: 78)

Sama yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

ö@è%

uqèd

ü“Ï%©!$#

ö/ä.r't±Sr&

Ÿ@yèy_ur

â/ä3s9

yìôJ¡¡9$#

t»|Áö/F{$#ur

noy‰Ï«øùF{$#ur

(

Wx‹Î=s%

$¨B

tbrãä3ô±n@

ÇËÌÈ

Artinya: “Katakanlah: "Dia-lah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi

(13)

pada dasarnya sasaran pemikiran adalah segala sesuatu yang hanya dapat

ditangkap atau diperoleh dari pengalaman indra manusia, seperti pendengaran

dan penglihatan. Yang membuat rasa percaya yang timbul dari hati yang suci. 7

Dari penjelasan di atas dapat disajikan beberapa dasar hadits Nabi Saw, yang membahas hal di atas:

(

يراخبلا هاور هن اسجمي وا هنارصني وا هنادوهي هاوب ةرطفلا يلع دولوم لك

)

Artinya: “Setiap bayi yang dilahirkan itu di atas suci (fitrah), kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia yahudi, nasrani atau majusi” (H.R Bukhari)

Artinya: Hadits dari Ibn Abdi Bar dari sahabat Anas r.a :”carilah ilmu sampai ke negeri cina, maka sesungguhnya mencari ilmu itu wajib bagi setiap orang islam, sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya kepada orang yang mencari ilmu karena ridla kepada apa yang dicari”.

Dari hadits diatas salah satu kewajiban manusia sebagai hamba terhadap Allah swt, adalah kewajiban menuntut ilmu, seberapa juah, seberapa mampu manusia menuntut ilmu serta diwajibkan menuntut ilmu dari kecil hingga masuk ke liang kubur. Allah mewajibkan hal tersebut lantas tidak ada hikmahnya, tetapi ada hikmah besar didalamnya. Hal tersebut untuk membekali manusia sebagai khalifah di muka bumi dan mempersiapkan diri di akhirat nanti.

Nabi saw, bersabda: “Barangsiapa menjalani suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka dianugerahi Allah kepadanya jalan ke surga”. Juga Nabi saw, bersabda: “Sesungguhnya malaikat itu membentangkan sayapnya kepada penuntut ilmu tanda rela, dengan usahanya itu”. Serta Nabi saw, bersabda: “Bahwa sesungguhnya engkau berjalan pergi mempelajari suatu bab dari ilmu adalah lebih baik baginya dari dunia dan seisinya”.

Dengan kata lain, Allah mempermudah jalan menuju surga bagi pelajar yang sunggug-sungguh menuntut ilmu dan menuntut ilmu dan mempelajarinya lebih baik dari pada dunia dan isinya.

(14)

Setelah manusia memikirkan tanda-tanda kekuasaan Allah yang

terbentang di alam atau yang tertulis di dalam kitab-Nya, maka tidak akan

mengakui adanya Allah kalau hatinya tidak berfungsi yang disebabkan oleh

ketidak yakinan atau tidak rasional. karena sesuatu yang rasional tentu dapat

diterima oleh akal, sebab dengan akal manusia akan semakin berfungsi dengan

baik manakala unsur rasa atau hatinya baik, suci dan senantiasa beriman.

Jadi, hakikat kebenaran itu ditentukan oleh akal, sedang fungsinya akal

ditentukan oleh hati. Maka hakikat kebenaran itu adalah dari hati. Barang siapa

yang hatinya dibuka untuk masuk islam dan selalu beriman, maka Allah akan

memberikan pelajaran dan petunjuk-Nya untuk dapat membedakan yang benar

dan yang salah serta akan mudah menentukan kebenaran yang dipelajarinya.

4. Nilai – Nilai Pendidikan

Makna yang terkandung dalam ayat ini adalah Allah mengajarkan kita apa

yang sebelumnya tidak kita ketahui, yaitu sesudah Allah mengeluarkan dari perut

ibu kita tanpa memahami dan mengetahui sesuatu apapun. Allah mengkaruniakan

kepada kita pendengaran, penglihatan, dan hati sebagai bekal dan alat-alat

potensial untuk meraih pengetahuan agar kita bersyukur, yaitu dengan

memberdayakan dan menggunakan alat-alat tersebut sesuai dengan tujuan Allah

menganugrahinya kepada manusia.8

Seperti, akal untuk memahami dan membedakan antara yang baik dan

buruk. Kemudian Allah membuka mata kita untuk melihat apa yang tidak kita

lihat sebelumnya, dan memberi kita telinga untuk mendengar suara-suara

(15)

sehingga sebagian dari kita memahami perbincangan kalian, serta memberi kita

mata untuk melihat berbagai sosok, sehingga kalian dapat saling mengenal dan

membedakan.

5. Analisis Penulis

Jadi, potensi manusia yang di berikan allah adalah pendengaran,

penglihatan dan hati nurani yang perlu kita syukuri.

Salah satu cara bersyukur ialah menjaga dan mempergunakan potensi tersebut sesuai dengan keinginan yang membuatnya, yaitu Allah SWT. Dengan mendengar, manusia memiliki kemampuan untuk mendengarkan hal-hal yang bermanfaat dan menhasilkan ilmu dan pengetahuan. Dengan penglihatan manusia mampu untuk melihat dan memperhatikan segala sesuatu yang bermanfaat. Dan dengan hati nurani manusia mampu untuk membedakan dan merasakan yang hak dan yang bathil.

Manusia memiliki potensi yang besar namun potensi yang dimiliki manusia terbatas, karena manusia hanyalah makhluk yang memiliki keterbatasan dan tidak ada yang mengetahui sampai mana batas potensi manusia itu. Tidak sedikit manusia yang tidak mau mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.

(16)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Makna yang terkandung dalam ayat ini adalah Allah mengajarkan kita apa

yang sebelumnya tidak kita ketahui, yaitu sesudah Allah mengeluarkan dari perut

ibu kita tanpa memahami dan mengetahui sesuatu apapun. Allah mengkaruniakan

kepada kita pendengaran, penglihatan, dan hati sebagai bekal dan alat-alat

potensial untuk meraih pengetahuan agar kita bersyukur, yaitu dengan

memberdayakan dan menggunakan alat-alat tersebut sesuai dengan tujuan Allah

menganugrahinya kepada manusia.

Seperti, akal untuk memahami dan membedakan antara yang baik dan

buruk. Kemudian Allah membuka mata kita untuk melihat apa yang tidak kita

lihat sebelumnya, dan memberi kita telinga untuk mendengar suara-suara

sehingga sebagian dari kita memahami perbincangan kalian, serta memberi kita

mata untuk melihat berbagai sosok, sehingga kalian dapat saling mengenal dan

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Depertemen Agama RI, 2011. al-Qur`an dan Terjemahnya, . Dipenogoro: Hikmah.

Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an. vol. 7. Jakarta: Lentera Hati,

Quthub, Sayyid. 2003. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, diterjemahkan oleh As’ad Yasin dkk, dengan judul Tafsir Fi Zhilalil Qur’an dibawah naungan alquran jilid 7. Jakarta: Gema Insani Press.

Hamka, 1983. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas.

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa hasil penelitian tersebut memberikan, gambaran bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu proses pembelajaran yang dapat melibatkan siswa lebih aktif

[r]

individu dalam beradaptasi dengan situasi yang menyulitkan dan rumit

Kegunaan kartu identitas khusus - Tanda pengenal pasien pada awal-awal ditunjukkan ke petugas, tapi selanjutnya tidak karena petugas sudah hafal - Untuk ditunjukkan

Proton dari suatu molekul tidak akan membalikkan spinnya pada frekuensi resonansi yang sama yang menyebabkan semua spektrum NMR yang diperoleh dari

Denah yang baik untuk bangunan rumah di daerah gempa adalah sebagai berikut: (Sumber: (Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan Gedung Tahan.. Gempa,

Hal ini tergolong rendah karena menunjukkan bahwa variabel profitabilitas, ukuran perusahaan dan pertumbuhan penjualan hanya mampu menjelaskan struktur modal sebesar

Barong yang ada di kota Blora, khususnya pada masyarakat Desa