• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen dan Regulasi Resiko pasar dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Manajemen dan Regulasi Resiko pasar dan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 | M a n a j e m e n d a n R e g u l a s i : R e s i k o P a s a r d a n T r e a s u r y

Manajemen dan Regulasi ; Resiko Pasar dan Treasury Bachtiar Husain

A.Pendahuluan

Menurut PBI No 5/8/2003, risiko adalah potensi terjadinya suatu peristiwa yang dapat

menimbulkan kerugian bagi bank. Manajemen risiko adalah suatu proses untuk

mengindentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul serta

mengambil langkah – langkah perbaikan yang dapat menyesuaikan risiko pada tingkat yang

dapat diterima, sehingga bank dapat memiliki komposisi portofolio dengan risk dan return

yang seimbang.

Kegiatan usaha Bank senantiasa dihadapkan pada risiko-risiko yang berkaitan erat dengan

fungsinya sebagai lembaga intermediasi keuangan. Risiko dalam konteks perbankan

merupakan suatu kejadian potensial, baik yang dapat diperkirakan (anticipated) maupun yang

tidak diperkirakan (unanticipated) yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan

permodalan Bank. Pesatnya perkembangan lingkungan eksternal dan internal perbankan juga

menyebabkan semakin kompleksnya risiko kegiatan usaha perbankan. Oleh karena itu agar

mampu beradaptasi dalam lingkungan bisnis perbankan, Bank dituntut untuk menerapkan

manajemen risiko. Dalam kaitan ini, prinsip-prinsip manajemen risiko yang akan dianut dan

diterapkan pada perbankan Indonesia diarahkan sejalan dengan rekomendasi yang

dikeluarkan oleh Bank for International Settlements melalui Basle Committee on Banking

Supervision. Prinsip-prinsip tersebut pada dasarnya merupakan standar bagi dunia perbankan

untuk dapat beroperasi secara lebih berhati-hati dalam ruang lingkup perkembangan kegiatan

usaha dan operasional perbankan yang sangat pesat dewasa ini.

Treasury merupakan nama suatu unit kerja di dalam suatu organisasi yang memiliki tugas dan

tanggung jawab utama dalam pengelolaan dana organisasi tersebut. Oleh karena itu setiap

tugas dan tanggung jawab serta aktifitas Treasury selalu diiringi dengan risiko-risiko.

Adapun risiko yang akan dihadapi dalam aktivitas Treasury adalah sebagai beriut :

1. Risiko suku bunga yaitu yang muncul dari adanya perubahan dalam tingkat bunga yang

berlaku dipasar. Risiko tingkat bungan ini merupakan risiko utama yang tidat dapat

dihindarkan, sebab tingkat bunga ini mempunyai pengaruh yang sama terhadap seluruh

(2)

2 | M a n a j e m e n d a n R e g u l a s i : R e s i k o P a s a r d a n T r e a s u r y

2. Risiko pasar yaitu risiko yang muncul yang diakibatkan adanya kondisi perekonomian

negera yang berubah-rubah dipengaruhi oleh resesi dan kondisi perekonomian lain.

3. Risiko inflasi yaitu risiko yang muncul akibat kenaikan harga-harga secara umum

4. Risiko Operasional yaitu risiko yang muncul yang diakibatkan Dapat terjadi karena

adanya kesalahan, penyelewengan atau ketidak patuhan terhadap ketentuan yang

berlaku.

5. Risiko kredit yaitu risiko yang muncul yang diakibatkan Dapat terjadi karena pihak

lawan (Counterparty) gagal memenuhi kewajibannya kepada bank sehingga

mempengaruhi rentabilitas bank.

6. Risiko likuiditas yaitu risiko yang muncul yang diakibatkan Dapat terjadi karena adanya

mismatch atau shortage funding sehingga bank tidak dapat memenuhi kewajiban

pembayaran likuiditas pada waktu yang ditetapkan.

7. Risiko nilai tukar mata uang yaitu risiko yang timbul karena adanya fluktuasi atau

perubahan nilai tukar mata uang suatu negara dengan negara lain.

8. Risiko negara (country risk) yaitu risiko yang timbul karena adanya kebijakan-kebijakan

yang timbul dari pemerintah baik dari segi politik maupun ekonomi serta adanya

perubahanperubahan dalam deregulasi yang berlaku selama ini.

Pada saat kini para bankir menyadari bahwa dalam menjalankan fungsi jasa – jasa keuangan, bank harus dapat mengelola berbagai jenis risiko keuangan secara efektif, agar dampak

negatif tidak dapat terjadi dan menghindari atau menghilangkan kerugian yang besar akibat

dari tidak dijalankannya manajemen risiko yang efektif dan disiplin. Risiko yang diterima

oleh sebuah bank diakibatkan terjadinya sebuah atau serangkaian peristiwa bersifat negatif

dan tidak diinginkan terjadi yang dapat mengakibatkan kegagalan atau kerugian dan

bukannya menguntungkan bank. Risiko terkait dengan aktivitas perbankan, tidak dapat

dihilangkan tetapi dapat dikurangi.

Namun kegiatan berisiko tersebut harus diambil untuk mendapatkan peluang bank untuk

mendapatkan keuntungan, dengan cara meminimalkan risiko yang akan timbul dengan

manajemen risiko. Kegagalan sebuah bank akan berdampak kepada sistem perbankan dan

bahkan sistem perekonomian, hal ini juga terjadi pada saat krisis moneter tahun 1997 yang

(3)

3 | M a n a j e m e n d a n R e g u l a s i : R e s i k o P a s a r d a n T r e a s u r y

B. Pembahasan

Klasifikasi risiko yang sering dahadapi oleh bank diantaranya adalah risiko kredit, risiko

pasar, risiko likuiditas, risiko operasional. Risiko kredit adalah eksposur yang timbul sebagai

akibat kegagalan pihak lawan (counterparty) memenuhi kewajibannya. Risiko ini timbul

sebagai akibat dari kinerja satu atau lebih debitur yang buruk. Kinerja yang buruk dapat

berasal dari ketidak mampuan debitur untuk memenuhi sebagian atau seluruh isi perjanjian

kredit yang telah disepakati bersama. Yang menjadi dasar dari perhatian bank dalam hal ini

adalah kondisi keuangan dan nilai pasar dari jaminan serta yang paling penting adalah

karakter dari debitur. Risiko pasar adalah eksposur yang timbul karena adanya pergerakan

variabel pasar (suku bunga dan nilai tukar) dari portofolio yang dimiliki oleh bank, sehingga

berbalik arah dari yang diharapkan atau menjadikan suatu kerugian bagi bank. Risiko

likuiditas adalah eksposur yang timbul antara lain karena bank tidak mampu memenuhi

kewajiban pada saat jatuh tempo.Menurut ketentuan Bank Indonesia, salah satu risiko yang

menjadi sumber penilaian kesehatan suatu bank adalah dari sumber pembiayaan/kredit yang

dimana suatu bank harus mempunyai nilai NPL (non performing loan)/kredit macet harus

dibawah 5%. Angka ini menunjukkan berapa persen kredit yang bermasalah dari keseluruhan

kredit yang mereka kucurkan ke masyarakat.

Manajemen risiko pasar merupakan bagian kegiatan pokok untuk setiap bank manapun baik

itu bank skala besar ataupun kecil. Karena risiko pasar menyangkut sekurang-kurangnya dua

hal penting, yaitu suku bunga dan nilai tukar, di mana hal ini sangat berkaitan erat dengan

proses bisnis bank, baik itu dari sudut pemberian kredit/pinjaman kepada debitur maupun dari

sudut pendanaan bank terhadap kreditur itu sendiri. Sehingga bank menghadapi risiko-risiko

yang dapat mengakibatkan kerugian yang selanjutnya jika risiko-risiko tersebut tidak dapat

ditangani dengan baik, maka kerugian yang ditimbulkan dapat berakibat fatal terhadap

permodalan bank yang bisa menyebabkan bankrutnya bank tersebut . Pengembangan

manajemen risiko pada Perbankan selalu berpedoman pada peraturan Bank Indonesia tentang

Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum serta dokumen-dokumen dari Basel

Committee on Banking Supervision, terutama konsep Basel Accord II. Pengelolaan risiko

pada Perbankan mencakup keseluruhan lingkup aktivitas usaha di Perbankan, berdasarkan

kebutuhan akan keseimbangan antara fungsi operasional bisnis dengan pengelolaan risikonya

(4)

4 | M a n a j e m e n d a n R e g u l a s i : R e s i k o P a s a r d a n T r e a s u r y

menjadi strategic partner bagi unit bisnis dalam mendapatkan hasil optimal dari operasi

perusahaan

Melalui peraturan Bank Indonesia diantaranya :

1. Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/25/PBI/2005 tentang Sertifikasi Manajemen

Risiko Bagi Pengurus dan Pejabat Bank Umum

2. Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/9/PBI/2006 tentang Perubahan Atas PBI

8/9/PBI/2006 tentang Sertifikasi Manajemen Risiko Bagi Pengurus dan Pejabat Bank

Umum

3. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/19/PBI/2009 tentang Sertifikasi Manajemen

Risiko Bagi Pengurus dan Pejabat Bank Umum

4. Peraturan Bank Indonesia Nomor: 12/7/PBI/2010 tentang Perubahan Atas PBI

No.11/19/PBI/2009 tentang Sertifikasi Manajemen Risiko Bagi Pengurus dan Pejabat

Bank Umum

Maka dibentuklah Badan Sertifikasi Manajemen Risiko atau disingkat BSMR adalah suatu

badan sertifikasi yang berdiri dan diresmikan pertama kalinya pada tanggal 08 Agustus 2005

sebagai tindak lanjut dari Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/25/PBI/2005 tentang Sertifikasi

Manajemen Risiko Bagi Pengurus dan Pejabat Bank Umum[1]. Badan Sertifikasi Manajemen

Risiko (BSMR) bertugas untuk menyelenggarakan sertifikasi manajemen risiko yang

mengacu pada international best practices, menerbitkan sertifikat manajemen risiko,

mencabut sertifikat apabila pemegang sertifikat terbukti bersalah melakukan pelanggaran di

bidang perbankan berdasarkan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap atau

pelanggaran kode etik profesi, serta melaporkan kegiatan yang berhubungan dengan

sertifikasi secara berkala kepada Bank Indonesia. Demi menjaga kualitas sertifikasi

manajemen risiko perbankan di Indonesia mengikuti standar kualitas internasional, BSMR

bekerjasama dengan Global Association of Risk Professional (GARP) dalam bentuk

penyusunan silabus, buku kerja, materi dan soal ujian Program Sertifikasi Manajemen Risiko.

GARP adalah sebuah asosiasi profesi manajemen risiko yang memiliki reputasi international

sebagai penyelenggara sertifikasi Financial Risk Manager (FRM) yang khususnya ditujukan

(5)

5 | M a n a j e m e n d a n R e g u l a s i : R e s i k o P a s a r d a n T r e a s u r y

C. Kesimpulan

Oleh karena itu, sistem pengukuran risiko suku bunga seharusnya menyediakan pengukuran

yang berarti bagi current level bank dari eksposur risiko suku bunga dengan:

a. Menaksir semua sumberdaya materi dari risiko suku bunga yang diasosiasikan dengan

aktiva, passiva, dan OBS untuk aktivitas perdagangan dan nonperdagangan

b. Menggunakan konsep keuangan yang diterima secara umum dan teknik pengukuran

risiko dan meyakinkan asumsi dan parameter didokumentasikan dengan baik.

c. Perhatian khusus harus diberikan untuk instrumen tersebut yang mungkin secara

signifikan menyebabkan posisi agregat bank walaupun kadang-kadang nilai mereka

tidak signifikan dan pada instrumen dengan karaktersistik sifat yang signifikan atau

pilihan yang eksplisit.

d. Penggabungan sebuah perubahan dalam suku bunga yang cukup besar yang meliputi

risiko yang muncul dari portofolionya dan akibat potensial dalam perubahan dalam

hubungannya di antara suku bunga.

e. Meyakinkan aksesibilitas pada data posisi materi dan bahwa ini akan digabungkan

pada dasar tepat waktu dalam sistem pengukuran.

f. Menaksir eksposur risiko suku bunga dalam masing-masing mata uang untuk

menangkap risiko yield curve untuk masing-masing mata uang. Penggabungan dari

eksposur risiko suku bunga dalam berbagai macam mata uang dapat juga digunakan,

tapi hal itu harus dilakukan dengan asumsi korelasi atau secara individu.

Mengelola risiko nilai tukar adalah suatu komponen fundamental dalam pengelolaan yang

aman dari bank yang mempunyai eksposur dalam mata uang asing. Hal itu meliputi

pengelolaan posisi mata uang asing dengan bijaksana dalam kaitannya untuk mengendalikan,

dalam himpunan parameter, pengaruh kuat dari perubahan kurs pertukaran pada posisi

keuangan dari anggota. Bergantung atas sifat dan kompleksitas dari aktifitas nilai tukar

mereka, suatu program manajemen risiko nilai tukar memerlukan:

 Mendirikan dan mengimplementasikan kebijakan manajemen risiko nilai tukar yang hati-hati dan dapat dipercaya.

(6)

6 | M a n a j e m e n d a n R e g u l a s i : R e s i k o P a s a r d a n T r e a s u r y

Batas risiko nilai tukar perlu untuk dibuat dalam profil risiko keseluruhan institusi, di mana

merefleksikan faktor-faktor seperti kecukupan modal, likuiditas, kualitas kredit, risiko suku

bunga dan risiko investasi. Selain itu, batas risiko nilai tukar perlu untuk ditaksir kembali

pada suatu basis regular untuk merefleksikan perubahan potensial dalam volatilitas kurs

pertukaran, filosofi risiko keseluruhan institusi dan profil risiko.

Batas pada suatu eksposur nilai tukar institusi harus merefleksikan eksposur mata uang

spesifik yang muncul dari aktifitas kesepakatan atau perdagangan mata uang sehari-hari

(posisi transaksi) dan eksposur-eksposur tersebut yang muncul dari suatu infrastruktur

aktiva/pasiva keseluruhan institusi, keduanya dari on- dan offneraca lajur (posisi translasional

atau struktural).

Untuk memastikan independensi fungsi pengelolaan risiko pasar, BCA telah membentuk

Satuan Kerja Manajemen Risiko Pasar (SKMRP) yang semula merupakan sub-divisi dari

Divisi Tresuri menjadi unit kerja independen yang bertanggung jawab langsung kepada

Direktur Manajemen Risiko, dan bertanggung jawab atas pengelolaan risiko likuiditas, risiko

suku bunga dan risiko kurs valuta asing. Pada tahun 2003, SKMRP telah mengembangkan

kerangka pengelolaan risiko pasar dan likuiditas berdasarkan analisa Value at Risk (VaR),

volatilitas dan kesenjangan (gap) likuiditas. Berdasarkan kerangka tersebut, SKMRP

menyusun kebijakan dan prosedur untuk pengukuran risiko pasar dan likuiditas, penetapan

limit risiko, kebijakan stop-loss, serta skenario dan prosedur back and stress testing. BCA

tengah mengembangkan dan menerapkan berbagai aplikasi sistem informasi baru untuk

meningkatkan kemampuan dan prosedur pemeriksaan, pemantauan dan pelaporan di bidang

pengelolaan risiko pasar dan likuiditas. Sebelum akhir tahun 2004, Perseroan akan telah

memenuhi ketentuan-ketentuan baru dari Bank Indonesia menyangkut pengelolaan risiko

pasar dan likuiditas.

Tujuan dari manajemen risiko (Tampubolon 2004, hal 83) adalah pengelolaan risiko yang

mencakup atas prosedur dan metodologi yang digunakan sehingga kegiatan usaha bank tetap

dapat terkendali pada batas / limit yang dapat diterima serta menguntungkan bank. Penerapan

manajemen risiko tersebut akan memberikan manfaat, baik kepada perbankan maupun

otoritas pengawasan bank. Bagi perbankan, penerapan manajemen risiko dapat meningkatkan

shareholder value, memberikan gambaran kepada pengelola bank mengenai kemungkinan

(7)

7 | M a n a j e m e n d a n R e g u l a s i : R e s i k o P a s a r d a n T r e a s u r y

yang didasarkan atas ketersedian informasi, digunakan sebagai dasar pengukuran yang lebih

akurat mengenai kinerja bank dan untuk menilai risiko yang melekat pada instrument atau

kegiatan usaha bank yang relatif kompleks, serta menciptakan infrastruktur infrastruktur yang

kokoh dalam rangka meningkatkan daya saing bank.

Dalam proses penerapan manajemen risiko, bank dapat menggunakan berbagai pendekatan

pengukuran risiko, baik dengan metode standar yang direkomendasikan oleh Basel

Committee on Banking Supervison. Kesepakatan Basel mencetuskan 2 kesepakatan (Basel I

dan Basel II). Dalam kesepakatan Basel I hanya mencakup risiko kredit, modal yang

disediakan hanya dikaitkan dengan risiko kredit, dan dalam mengukur kecukupan modal

menurut risiko kredit didasari oleh beberapa kalkulasi yang terdiri dari (Idroes dan Sugiarto,

2006, hal 28), bobot risiko aktiva dan bobot risiko, penyetaraan dengan risiko kredit, target

rasio modal dan kalkulasi konsumsi modal yang memenuhi syarat, kecukupan hasil pada

modal yang memenuhi syarat, struktur modal. Dalam kesepakatan Basel II digunakan

pendekatan baru dalam hal pengawasan bank. Kerangka baru Basel II dirancang mencakup

tiga konsep yang dikenal sebagai tiga pilar. Ketiga pilar tersebut diantaranya adalah pilar 1

yaitu Kewajiban penyediaan modal minimum. Pilar 2 yaitu tinjauan berdasar regulasi dari

kecukupan modal dari masing – masing bank dan proses penilaian internal. Dan pilar 3 yaitu

disiplin pasar yang efektif sebagai pengungkit untuk memperkuat keterbukaan dan

mendorong agar bank lebih aman dalam prakteknya.

Agar efektif, dalam proses manajemen risiko perlu adanya kerangka kerja, diantaranya

memahami rantai risiko, dengan pehaman ini satuan kerja manajemen risiko wajib terlebih

dahulu melakukan analisis lingkungan untuk menetapkan masalah atau peluang, cakupan dan

konteks serta isu yang berhubungan dengan risiko, seperti masalah politik, ekonomi, sosial,

budaya dan lainnya. Menurut Tampubolon (2004, hal 41), melakukan analisis terhadap

stakeholder (deposan, debitur, pemilik saham) untuk menetapkan atau mengkaji toleransi

risiko, posisi dan perilaku dari para stakeholder. Memahami situasi atau peristiwa yang

pernah diambil perusahaan yang dapat mendatangkan kerugian. Melakukan penilaian atas

risiko dan pengendalian yang ada. Menyusun tanggapan atas risiko yang ada. Menetapkan

aktivitas pengendalian berupa program mitigasi risiko. Mengkomunikasikan risiko dan

(8)

8 | M a n a j e m e n d a n R e g u l a s i : R e s i k o P a s a r d a n T r e a s u r y

Penetapan Limit Bank harus ditetapkan untuk seluruh nasabah atau counterparty sebelum

melakukan transaksi dengan nasabah atau counterparty tersebut. Struktur limit untuk setiap

nasabah atau counterparty dapat ditetapkan secara berbeda. Penetapan limit untuk risiko

kredit secara umum ditujukan untuk mengurangi risiko yang dapat ditimbulkan karena

adanya konsentrasi penyaluran kredit. Limit yang ditetapkan sekurang-kurangnya harus

mencakup: eksposur kredit kepada nasabah atau counterparty, eksposur kepada pihak terkait,

eksposur berdasarkan area geografis atau sektor ekonomi tertentu. Penetapan limit untuk satu

nasabah atau counterparty dapat didasarkan atas pertimbangan kuantitatif yang diperoleh dari

informasi laporan keuangan, maupun kualitatif yang antara lain bersumber dari diskusi /

pertemuan dengan manajemen. Dengan demikian, efektivitas penetapan limit tersebut

bergantung pada kualitas informasi yang tersedia. Evaluasi limit nasabah individual untuk

satu nasabah atau counterparty harus mencakup limit secara keseluruhan, limit per jenis

risiko dan limit per aktivitas fungsional tertentu yang memiliki exposure risiko. Bank harus

memonitor exposure yang sesungguhnya apakah masih dalam batasbatas yang telah

ditetapkan. Untuk itu, diperlukan sistem informasi manajemen yang mampu menggabungkan

exposure kredit kepada individu peminjam dari counterparty dan melaporkan pengecualian

terhadap batas-batas risiko kredit, memastikan bahwa exposure yang telah mendekati

batas-batas risiko akan mendapatkan perhatian manajemen, mengidentifikasikan setiap konsentrasi

risiko dalam portofolio kredit, memberikan analisis tambahan terhadap portofolio kredit

termasuk stress testing. Alat yang penting dalam memonitor kualitas kredit individual dan

total portofolio adalah dengan menggunakan sistem internal risk rating. Sistem internal risk

rating yang terstruktur dengan baik merupakan sarana yang baik untuk membedakan derajat

risiko kredit dalam exposure kredit bank. Hal ini akan memberikan penentuan yang lebih

(9)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penyajian data pada proses Bimbingan Konseling Karir dalam Meningkatkan Manajemen Diri Siswa antara Belajar dan Organisasi, konselor menentukan waktu

yang signifikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada materi reaksi redoks terhadap hasil belajar siswa kelas X SMA N 10 Kota Jambi..

Unit PT PLN (PERSERO) yang akan membangun SCADA harus mengacu pada SPLN S3.001: 2008 Peralatan SCADA Sistem Tenaga Listrik. Jumlah yang dijelaskan pada tabel 6 dan tabel 7

Dengan semakin meluas dan berkembangnya kepentingan dan kebutuhan masyarakat terhadap aktivitas kehidupan sosial menyebabkan masyarakat semakin membutuhkan bantuan

Kesulitan yang sama dialami pula dalam kegiatan perdagangan sirip ikan hiu, yang mana objek yang digunakan sebagai acuan pengenalan spesies hanya berupa

• Sektor infrastruktur kembali diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi setelah pada tahun lalu realisasi proyek terhambat kendala birokrasi.. • Dengan berjalannya

Salah satu syarat terwujudnya suatu pelayanan kesehatan masyarakat yang baik yaitu efisiennya biaya yang dapat dijangkau oleh masyarakat dalam menunjang

Nilai validasi antara konsentrasi hasil pemodelan dan konsentrasi hasil pengukuran langsung memenuhi kriteria dengan nilai RMSPE yang lebih kecil dari pada 10%, dimana