• Tidak ada hasil yang ditemukan

D.R. Sulistyastuti & Faturochman. Strategi Bertahan Hidup di Tiga Wilayah” (Survival Strategy in Different Areas) (with Dyah Ratih Sulistyastuti), Populasi, Vol. 11, No. 1, 1999.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "D.R. Sulistyastuti & Faturochman. Strategi Bertahan Hidup di Tiga Wilayah” (Survival Strategy in Different Areas) (with Dyah Ratih Sulistyastuti), Populasi, Vol. 11, No. 1, 1999."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Seand ainy a inv isible hand benar-benar berjalan seperti yang dikemukakan oleh para penganut ekonomi pasar bebas, pemerintah tidak perlu ada. Kemakmuran dan keadilan akan terjadi sendirinya dengan diatur oleh pasar. A kan

tetap i, d alam keny ataanny a kem akm uran d an kead ilan sebag aim ana y ang d icitrakan tersebut tidak pernah terw ujud. Ini terjadi karena prasyarat pasar yang ideal memang belum pernah d ap at terp enuhi. A kibat keg a-STRATEGI BERTAHAN HIDUP

DI TIGA W ILAYAH

Dyah Ratih Sulistyastuti dan Faturochman*

A bstract

The paradigm of trickle dow n effect development is not occurred by itself. Thus, there are some groups within the society that still have not derived from the outcome of the development. Those groups remain living in poverty which need government attention. A lthough the government has intervened to undertake poverty in the forms of the national development programs, have not been able to achieve their goals due to the various drawbacks and implementations. These obstructions have frequently related with the decision of the aspects of real target groups, and the problems of the unequal distribution. Besides problems of implementation, these programs had not meet with success in providing empowerment and sustainability, therefore, the poor had to actively create a strategy for survival. In discussing issues about poverty, it is imperative to further examine not only the causes and the problems of it, but also another important issue such as efforts of the suffering society to overcome its problem. Various strategies as a response of the limitations of government role towards society can be categorized into two levels: the households, that would be the focus of the discussion, and the community levels.

Pengantar

* Dyah Ratih Sulistyastuti, S.I.P. adalah asisten peneliti pada Pusat Penelitian Kependudukan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

(2)

d ari berbag ai ind ikato r, baik kemiskinan, kesejahteraan, mau-pun indikator yang menunjukkan terjad inya kesenjangan, seperti m ening katny a kejahatan, ke-rusuhan, penjarahan, dan sejenis-nya. Sebagai ko nsekuensi d ari keg ag alan neg ara d alam m e-w ujud kan kesejahteraan d alam bentuk jam inan so sial kep ad a kelo mp o k miskin atau kurang beruntung m aka m asy arakat terpaksa harus berusaha sendiri ag ar d ap at bertahan hid up. Upaya-upaya tersebut dilakukan, baik secara ind iv id ual, rumah tangga, maupun dalam lingkaran yang lebih luas oleh orang-orang yang masih mempunyai hubung-an kekerabathubung-an ataupun d alam suatu ikatan komunitas.

Tulisan ini mendeskripsikan cara bertahan hidup yang dilaku-kan o leh m asy arakat d alam mengatasi kesulitan hidup. Data y ang d ig unakan ad alah hasil penelitian Social Security and Social Policy in Indonesia yang dilakukan p ad a tahun 1997-1998 d i tig a lokasi, yaitu di Desa Keboansikep, Kabupaten Sidoarjo; Kalitengah, Kabupaten Klaten; dan Sriharjo, Kabupaten Bantul. Keboansikep merup akan d aerah urban, Kali-tengah merupakan desa transisi d ari rural ke urban, sed ang kan Sriharjo merupakan daerah

per-desaan. Setiap lokasi mempunyai karakteristik yang berbeda-beda (Kortteinen, 1998). Saat penelitian berlang sung secara kebetulan bersam aan w aktuny a d eng an terjad inya krisis eko no mi yang menimp a Ind o nesia sejak p er-tengahan 1997. Oleh karena itu, dalam tulisan ini dibahas strategi bertahan hidup yang dilakukan masy arakat d alam mencukup i kehid up an sehari-hari d alam kondisi krisis yang terjadi.

(3)

up ay a ini sering m enem ui hambatan karena tidak tersedi-any a p eluang kerja sehing g a kemudian mereka terpaksa me-lakukan pekerjaan apa saja meski-pun dengan risiko mendapatkan penghasilan yang rendah. Dalam hal ini kemudian jenis pekerjaan tid ak d ijad ikan masalah, y ang penting memperoleh penghasilan. Mereka inilah yang sering disebut d eng an p ekerja y ang terp aksa bekerja.

D ata Tab el 1 d an Tab el 2 m eneg askan bahw a tang g ung jaw ab untuk m encari nafkah bukan hany a tang g ung jaw ab kep ala rum ah tang g a. H asil penelitian menunjukkan bahw a

lebih dari 90 persen kepala rumah tangga memang bekerja, tetap i tidak berarti bahwa mereka satu-satunya pencari nafkah keluarga. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahw a hanya sekitar sepertiga dari rumah tangga yang diteliti m em o sisikan kep ala rum ah tang g a sebag ai satu-satuny a pencari nafkah. Peran pasangan hidup, yang sebagian besar istri, terny ata sang at besar. H al ini terbukti karena hamp ir sep aro jumlah rumah tangga yang diteliti menyatakan bahw a istrinya ikut menyumbang pendapatan rumah tangga. Fakta juga menunjukkan bahw a bentuk rum ah tang g a double earner paling besar po

rsi-Tabel 1

Persentase Anggota Rumah Tangga yang Bekerja Anggota rumah tangga

yang bekerja

Sriharjo (356)

Kalitengah (321)

Keboansikep (262)

Kepala keluarga 92,4 92,2 90,5

Istri 45,8 55,1 46,6

Anak 30,1 23,7 26,7

Menantu 9,8 6,5 10,3

Orang tua 1,7 0,6 1,9

Mertua 0,8 0,3 0,8

Cucu 0,3 0,3 0,8

Anggota keluarga lain 1,4 2,5 7,3

Bukan anggota keluarga - - 0,4

(4)

berusia d ew asa d an tid ak ber-seko lah, m akin bany ak y ang membantu eko no mi rumah tangga.

Keterlibatan istri d an anak dalam mencari nafkah menunjuk-kan bahw a penghasilan kepala keluarga tidak mencukupi semua pengeluaran rumah tangga. Hal ini terjad i karena p end ap atan yang diterima oleh setiap pekerja yang bekerja ada pada sebagian besar jenis p ekerjaan kasar. Sebagai ilustrasi ditunjukkan pada Tabel 2 bahw a ternyata persentase terbesar rumah tangga mempu-nyai d ua o rang anggo ta rumah tangga atau lebih yang bekerja. Hal ini disebabkan jika dalam satu rumah tangga yang bekerja hanya satu orang, penghasilan tersebut tidak akan dapat menutup semua pengeluaran rumah tangga. Selain penghasilan yang rendah, sebagi-an m asy arakat m eng had ap i masalah mengenai ketidakpastian su m b er p eng hasilan. H al ini menjadi tekanan yang berat bagi p end ud uk miskin. M isalny a p etani, hasil p anenny a sang at tergantung pad a banyak fakto r

(musim, hama, mo d al kerja), begitu juga buruh bangunan yang sangat tergantung pada kondisi atau p erkembang an eko no mi nasional. Pada saat krisis, buruh bangunan paling aw al merasakan dampak krisis karena terhentinya berbagai proyek pembangunan.

Sebagian besar upaya peman-faatan p ekerja rum ah tang g a masih ditujukan untuk bertahan hid up d arip ad a p ening katan kesejahteraan. Hal ini terbukti dari ko ntribusi p eng hasilan to tal kepala rumah tangga terhad ap penghasilan total rumah tangga, yaitu sekitar 55 persen dan setara dengan 60-70 persen dari semua pengeluaran rumah tangga (Tabel 3). Kekurang an p eng hasilan kep ala rum ah tang g a untuk memenuhi kebutuhan ini mem-berikan p eran p enting bag i anggota rumah tangga lain. Data ini jug a m enunjukkan bahw a p eran kep ala rum ah tang g a, w alaupun harus dibantu, masih sangat besar*. Peran eko no mis anggo ta rumah tangga semakin besar d i w ilay ah urban. Fakta menunjukkan bahw a, baik secara

(5)

Sriharjo merup akan d aerah agraris lahan kering dan sektor p ertanianny a tid ak m am p u menopang kehidupan penduduk-nya. Kep ala keluarga memiliki ko ntribusi sep aro lebih d ari penghasilan total rumah tangga. Penghasilan total kepala keluarga ini hany a d ap at m encukup i kebutuhan makan. Kekurangan yang masih harus dipenuhi untuk m encukup i sem ua kebutuhan rum ah tang g a d alam sebulan sekitar 30 p ersen. Keterlibatan ang g o ta rum ah tang g a untuk kelang sung an hid up rum ah tangga ternyata tidak didominasi oleh istri saja. Data menunjukkan bahw a peran anak, setelah istri, terhad ap pereko no mian rumah tang g a jug a besar. Sriharjo memiliki p ro p o rsi keterlibatan anak yang paling tinggi. Kondisi ini d im ung kinkan berkaitan dengan proporsi anak yang sudah m enikah, tetap i m ereka y ang masih ikut orang tua juga tinggi. Istri memberikan kontribusi 19,6 p ersen untuk m encukup i ke-butuhan rumah tangga, sedang-kan kontribusi anak 17,8 persen.

Pad a ko nd isi pereko no mian normal dengan angka pertumbuh-an 6-7 persen, sektor perdagpertumbuh-angpertumbuh-an dan jasa cukup menguntungkan. Ketika perekonomian mengalami penurunan maka sektor pertanian

(6)

sektor ini terbuka luas. Meskipun Kebo ansikep sebag ai d aerah ind ustri y ang m enaw arkan kesem p atan kerja lebih luas, keterlibatan istri untuk bekerja lebih kecil dibandingkan dengan daerah Kalitengah. Hal ini terjadi karena p eng hasilan kep ala

keluarga paling besar dibanding-kan dengan dua daerah lainnya dan penghasilan kepala keluarga ini sud ah d ap at m em enuhi kebutuhan makan. Selain sektor pertanian, sektor industri yaitu ind ustri g armen merup akan peluang kerja yang cukup besar.

Tabel 4

Sektor Pekerjaan Anggota Rumah Tangga Sriharjo

(356)

Kalitengah (321)

Keboansikep (262) Kepala Keluarga

1. Pertanian 59,0 35,9 5,3

2. Perdagangan 3,4 11,2 9,5

3. Industri 3,9 25,5 30,6

4. Jasa 29,5 22,1 49,6

5. Tidak bekerja 4,2 5,3 5,0

Istri

1. Pertanian 19,7 10,3 0,8

2. Perdagangan 15,7 17,7 14,5

3. Industri 9,0 25,7 26,7

4. Jasa 7,9 7,9 10,3

5. Tidak bekerja 47,7 38,4 47,7

Anggota Rumah Tangga lain

1. Pertanian 9,0 1,2 0,4

2. Perdagangan 2,8 1,6 1,5

3. Industri 3,9 8,4 22,9

4. Jasa 17,7 14,6 12,6

5. Tidak bekerja 66,6 74,2 62,6

(7)

sampingan adalah di Sriharjo (39,9 persen), kemudian di Kalitengah (13,7 persen), dan di Keboansikep (9,5 persen). Persentase istri yang melakukan pekerjaan sampingan relatif sedikit dan hanya ada di Sriharjo (2,5 p ersen) d an d i Kalitengah (0,6 persen). Jumlah anggo ta rumah tangga terbesar y ang melakukan p ekerjaan sampingan terd apat d i Sriharjo (Tabel 5). H al ini d isebabkan kec ilny a p eng hasilan y ang d ip ero leh masy arakat Sriharjo dari pekerjaan pokok.

Pekerjaan sampingan ini sering berkaitan dengan kondisi daerah dan penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan pokok. Kombinasi yang sering terjadi pada pekerjaan sampingan adalah sektor industri dan jasa dengan sektor pertanian. Sebag ai co nto h, Sriharjo d an Kalitengah yang masih memiliki lahan p ertanian relatif lu as, p ro p o rsi p ekerjaan samp ingan masih tinggi. Bedanya, di Sriharjo pekerjaan pokok didominasi oleh sekto r pertanian, sedangkan di Kalitengah, sekto r ind ustri d an jasa merupakan pekerjaan pokok. Ting g iny a p ro p o rsi p ekerjaan sam p ing an ini berkaitan jug a dengan curahan w aktu dan peng-hasilan dari pekerjaan pokok yang masih rend ah. Dua masalah ini banyak d itemukan pad a sekto r

pertanian sehingga tidak meng-herankan bila di Sriharjo proporsi-nya paling besar. Pada sisi lain, kecilny a p ro p o rsi p ekerjaan samp ingan d i Kebo ansikep ini berkaitan dengan bidang pekerja-an po ko k yaitu sekto r industri. Bagi masyarakat Kebo ansikep , bekerja di pabrik dirasakan cukup. Selain itu, bekerja d i p abrik memerlukan curahan w aktu yang cukup lama sehingga orang sudah tidak sempat lagi bekerja. Secara umum dapat ditarik kesimpulan bahw a proporsi penduduk yang memiliki p ekerjaan g and a ter-tinggi berada di daerah miskin.

M elakukan Penghematan

(8)

dapat makan dengan tahu, tempe, d an kad ang kad ang d iselang -seling d eng an telo r seming g u sekali atau dua kali, setelah krisis menu yang dihidangkan adalah nasi, sayur, dan krupuk atau karak. Secara kuantitatif, penghemat-an dapat dihitung dari penghasil-an ypenghasil-ang tidak dikonsumsi. Sesuai dengan kondisi w ilayahnya yang miskin, rata-rata tabungan yang dimiliki di Sriharjo paling kecil yaitu sebesar Rp56.980,00, sedang-kan rumah tangga di Kalitengah dapat menyisihkan pendapatan-nya rata-rata Rp111.210,00 setiap bulannya. Di Kebo ansikep sisa d ari ko nsu m si ad alah p aling ting g i y aitu rata-rata sebesar Rp134.850,00 per bulan. Untuk p eng eluaran no nm akan, y ang tid ak d ap at d ihind ari ad alah p eng eluaran kebutuhan y ang berkaitan d eng an kebutuhan dasar, seperti biaya pendidikan, kesehatan, d an sum bang an. W alau p u n aktiv itas hajatan mengalami penurunan pada masa krisis, pengeluaran untuk sum-bangan justru besar. Hal ini terjadi karena harga barang-barang naik. Dengan d emikian, nilai rupiah sumbangan pun juga turut naik. Untuk kasus di Sriharjo, patokan sumbangan minimal adalah se-band ing d eng an 10 kg beras. Kalau sebelum krisis

sumbangan-ny a b erkisar Rp 5.000,00— Rp8.000,00, setelah krisis jumlah sum bang an naik m enjad i R p 2 0 . 0 0 0 , 0 0 — R p 2 5 . 0 0 0 , 0 0 . Karena jumlah tersebut dirasakan berat, mereka menurunkan jumlah sumbangan setara 10 kg beras tersebut menjad i R p 1 5 . 0 0 0 , 0 0 — R p 2 0 . 0 0 0 , 0 0 (Kutanegara, 1998).

Pemanfaatan Tabungan

(9)

sebaliknya, jaminan anak kepada o rang tua. Data tentang rumah tang g a y ang terd iri d ari d ua keluarga atau lebih adalah sebagai berikut: 71 rumah tangga (19,1 p ersen) d i Sriharjo , 29 rumah tangga (11,1 persen) di Keboan-sikep, dan di Kalitengah 28 rumah tangga (8,7 persen) dapat diguna-kan untuk memperkuat dugaan ini.

Bentuk jaminan sosial dalam keluarga besar biasanya berupa bantuan uang, bahan makanan, m aup un barang m o d al usaha. Selain barang-barang tersebut, w arisan d ari o rang tua kepad a anakny a m erup akan bentuk jaminan yang sangat besar. A liran w arisan, baik berup a tanah maup un rumah (Tabel 7)

men-cerminkan fungsi yang besar dari jaringan keluarga.

Selain itu, bantuan orang tua kepada anak juga ditemui pada p o la p em bang unan rum ah. Walaupun rumah tidak diw aris-kan secara langsung, seringkali p ro ses p em bang unan rum ah melibatkan keluarga luas, baik secara materi (bahan bangunan) maupun tenaga kerja. Di berbagai d aerah p ro ses p em bang unan rum ah selain d ikerjakan o leh tenaga dengan membayar, juga dikerjakan secara gotong-royong, terutama d i antara kerabat d an tetangga. Sriharjo sesuai dengan statusnya sebagai d aerah rural, p ro p o rsi go to ng-ro yo ng masih tinggi yaitu 18,5 persen dan proses p embangunan yang d ikerjakan

Tabel 7

Tanah dan Rumah Kaitannya dengan Warisan

Sriharjo Kalitengah Keboansikep Tanah

1. warisan 94,3 80,9 47,5

2. bukan warisan 5,7 19,1 52,5

100,0 100,0 100,0

Rumah

1. warisan 28,5 33,0 9,3

2. bukan warisan 71,5 67,0 90,7

100,0 100,0 100,0

(10)

Jaw a Timur, terutama Tulung-agung.

Komposisi penduduk, asli dan pend atang, pad a ketiga d aerah penelitian sebagaimana terlihat dalam Tabel 8 memberikan sedikit g am baran bag aim ana p o la migrasi penduduk pada masing-masing d aerah itu. Dilihat d ari d aerah asal pend ud uk, terlihat bahw a penduduk Desa Sriharjo d an Desa Kaliteng ah sebag ian besar merupakan penduduk asli d esa tersebut. Sementara p en-duduk Desa Keboansikep hanya sebagian kecil yang merupakan pend ud uk asli d an 66,8 persen m erup akan p end ud uk y ang berasal dari luar kabupaten.

Persoalan ekonomi yang mem-belit p end ud uk Desa Sriharjo sebagai akibat keterbatasan luas lahan telah menyebabkan p en-d uen-d uk m elakukan m o bilitas

sirkuler ke d aerah d i sekitar Yo g y akarta, m isalny a sebag ai b u ru h b ang u nan atau tu kang becak. Pekerjaan tersebut mereka pilih karena relatif tid ak mem-butuhkan keterampilan. Selain itu, kota Yogyakarta dijadikan tujuan p ara m ig ran sirkuler karena m erup akan ko ta terd ekat d an bany ak aktiv itas p ro y ek p em-bangunan yang dilakukan. Selain itu, ikatan d engan keluarga d i d esa y ang m asih kuat jug a m erup akan salah satu seb ab mengapa penduduk melakukan mobilitas sirkuler. Pilihan untuk m elakukan m o bilitas sirkuler merupakan gabungan dari faktor pendorong (kekuatan sentrifugal) dengan kekuatan sentripetal yang menahan penduduk tetap tinggal di desa, seperti ikatan kekeluarga-an ykekeluarga-ang kuat dkekeluarga-an sistem gotong-royong.

Tabel 8

Daerah Asal Kepala Keluarga

Daerah Asal Sriharjo

(356)

Kalitengah (321)

Keboansikep (262)

Penduduk asli 88,5 74,5 24,4

Desa lain satu kecamatan 5,6 7,2 2,3

Kecamatan lain dalam satu kabupaten 3,7 14,3 6,5 Kabupaten lain dalam satu propinsi 1,7 2,5 50,8

Propinsi Lain 0,6 1,6 16,0

(11)

bany ak d iband ing kan d eng an sektor pertanian.

Kead aan yang berkebalikan d engan Sriharjo terjad i d i Desa Kebo ansikep tempat terjadinya arus migran masuk yang cukup besar. Sebagai d aerah ind ustri, kaw asan ini cukup menarik minat p end atang untuk menetap d i Keboansikep. Berdasarkan survai, hanya 24,4 persen yang merupa-kan penduduk asli (lahir di desa tersebut), 66,8 p ersen justru berasal d ari luar Kabup aten Sido arjo . Sebagian besar penda-tang berasal d ari Kabup aten Tulung ag ung y ang d im ulai sekitar aw al tahun 1970 ketika sebuah pabrik mulai d ibangun. Lama tinggal rata-rata penduduk Keboansikep yang baru sekitar 20 tahun sang at jelas m enjad i indikato r bahw a sebagian besar p end ud uk d i situ m erup akan pendatang. Rata-rata lama tinggal tersebut, apabila dilacak, terkait

erat dengan kebijakan Pemerintah D aerah Pro p insi Jaw a Tim ur untuk menjadikan daerah tersebut sebagai kaw asan industri. Seiring dengan meningkatnya kegiatan industri di daerah tersebut maka jumlah mig ran masuk jug a semakin besar pula.

Penduduk Keboansikep yang sebagian besar pendatang, pada umumnya mengemukakan alasan pindah ke desa tersebut karena p ekerjaan (62,1 p ersen). Ko m-binasi antara tekanan sum ber daya alam yang berat di daerah asal dan kesempatan kerja yang lebih besar di daerah tujuan juga m enjad i salah satu p enjelasan mengapa banyak penduduk dari Tulungagung melakukan migrasi ke D esa Kebo ansikep . H asil w aw ancara menunjukkan bahw a besarnya proporsi penduduk dari Tulungagung yang menetap d i Desa Keboansikep terkait dengan upaya bertahan hidup penduduk

Tabel 10

Rata-rata Besar Kiriman Anak per Bulan

Desa Jumlah Uang Jumlah Penerima

Sriharjo 31.492 118

Kalitengah 43.203 65

Keboansikep 44.533 25

Total 36.719 208

(12)

m ening katkan kesejahteraan p end ud uk, juga memunculkan jaminan sosial bagi pendatang dan penduduk asli.

Penutup

Beberap a strateg i bertahan hidup pada tingkat keluarga dan rumah tangga yang telah dipapar-kan di atas tidak mencakup semua strategi yang ad a, tetapi hanya sebagian yang menonjol. Tulisan ini juga tidak melihat secara lebih rinci strategi yang dilakukan oleh kelo mpo k strata eko no mi yang berbeda-beda. Hasil pengamatan di lapangan tampak sekali bahw a tiap lap isan m asy arakat y ang berbed a memiliki cara d an d inamika bertahan hid up yang berbeda pula dengan lapisan yang lain. Meskipun demikian, secara umum d ap at d ikatakan bahw a semakin rendah status ekonomi, sem akin berat up ay a untuk bertahan hid up . Satu hal yang

Gambar

Tabel 1
Tabel 4Sektor Pekerjaan Anggota Rumah Tangga
Tabel 7Tanah dan Rumah Kaitannya dengan Warisan
Tabel 10

Referensi

Dokumen terkait

Ratu Daeng, S.Pd dalam hal ini selaku wakil kepala sekolah UPT SMPN 46 Kepulauan Selayar mengatakanbahwa ;“Pada dasarnya PAIKEM di UPT SMPN 46 Kepulauan Selayar telah diterapkan

Maka berdasarkan hasil pembahasan peneliti dan pengamat diketahui penyebab keaktifan siswa kelas III dalam belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada siklus

Dari masalah permainan harga tersebut di atas mengakibatkan petani kehabisan hasil panen sebelum musim tanam lagi, masih tingginya angka kemiskinan, serta

Pertimbangan teknis yang diperlukan dalam perencanaan pelimpah yaitu: debit banjir rancangan harus sesuai dengan kriteria teknis yang disyaratkan oleh Komisi Keamanan

- Bagi kada perempuan yang bukan kader partai, proses membangun jejaring dukungan kerja dan relasi dengan struktur birokrasi pemerintahan daerah serta partai politik di

Jenis penelitian ini adalah penelitian bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, menganalisa dan menyajikan data secara sistematis, sehingga

Jenis dan sumber data Jenis data dalam penelitian ini adalah kualitatif, yaitu mengemukakan seluruh permasalahan yang berkaitan dengan: 2.1 Bagaimana konsep manajemen mutu terpadu..

Pendekatan politik criminal terhadap terorisme tidak cukup melalui pengenaan pidana atau terselenggaranya program deradikalisasi, melainkan harus diintegrasikan