• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu - Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nasabah Memilih Menabung di Bank Sumut Cabang Syariah Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu - Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nasabah Memilih Menabung di Bank Sumut Cabang Syariah Medan"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

xx BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

Pulungan (2009) melakukan penelitian berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Nasabah Untuk Menggunakan Produk Jasa PT. Bank Negara

Indonesia (Persero), Tbk Cabang Syariah Medan” menggunakan variabel penelitian

yaitu syariah (X1), pelayanan (X2), produk (X3), dan promosi (X4) dan penelitian

tersebut ditujukan kepada nasabah Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk Cabang

Syariah Medan.

Dalam penelitian terebut menyimpulkan bahwa tedapat pengaruh positif dan

signifikan yang terdiri dari faktor syariah (X1), pelayanan (X2), produk (X3) dan

promosi (X4) secara bersama-sama terhadap keputusan nasabah pada PT. Bank

Negara Indonesia (Persero) Tbk.

Penelitian kedua yang dilakukan oleh Irawan pada tahun 2008 dengan judul

“Analisis Faktor-Faktor Minat Nasabah Menabung Dalam Memutuskan Memilih

Sistem Bagi Hasil Produk Funding Bank Syariah Mandiri Cabang Malang”

menggunakan variabel penelitian yang terdiri dari Faktor minat (motivasi, belajar,

sikap, persepsi, tingkat keuntungan, dan perhitungan bisnis) serta lokasi penelitian

tersebut ditujukan kepada nasabah Bank Syariah Mandiri Cabang Malang.

Dan hasil dari penelitian tersebut adalah

1. Faktor minat berpengaruh terhadap keputusan nasabah memilih produk funding

(2)

xxi

2. Faktor minat yang terdiri dari motivasi, belajar, sikap, persepsi, tingkat

keuntungan, dan perhitungan bisnis yang dominan adalah tingkat keuntungan,

dan perhitungan bisnis sebesar 0,534 dengan nilai R 0,648.

Penelitian ketiga oleh Fauzi pada tahun 2008 dengan judul “Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Minat Nasabah terhadap Bank Perkreditan Rakyat Bali Majujaya

Mandiri Tulangan Sidoarjo” yang menggunakan variabel proses pengambilan

keputusan (marketing mix) (X1), lingkungan sosial budaya (keluarga, sumber

informal, sumber non komersial lain, klas sosial, budaya dan sub-budaya) (X2), dan

psychological field (motivasi, persepsi, pembelajaran, kepribadian dan sikap) (X3).

Penelitian tersebut ditujukan kepada nasabah BPR Bali Majujaya Mandiri Tulangan

Siodarjo.

Hasil dari penelitian tersebut adalah:

1. Terdapat 9 faktor yang mempengaruhi minat nasabah terhadap BPR Bali

Majujaya Mandiri Tulangan Sidoarjo. Sembilan faktor tersebut, yaitu: Persepsi

(X1), Tempat (X2), Produk (X3), Motivasi (X4), Bukti Fisik (X5), Kelas Sosial

(X6), Keluarga (X7), Harga (X8), dan sumber non komersial lain (X9).

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor persepsi memiliki kontribusi

terbesar mempengaruhi minat nasabah terhadap Bank Perkreditan Rakyat Bali

Majujaya Mandiri Tulangan Sidoarjo.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat dalam perspektif Islam dijelaskan

dalam beberapa aktivitas maupun kondisi atau keadaan-keadaan, diantaranya;

(3)

xxii

kesulitan dengan sendirinya membentuk persepsi yang baik dan menarik minat

nasabah, menjaga kebersihan dan kenyamanan kantor agar nasabah merasa

nyaman, proses ta’aruf sebagai media penyaluran pengetahuan atau informasi,

membentuk motivasi nasabah baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun

spiritual, kedua orang tua (keluarga) maupun lingkungan terdekat memiliki

pengaruh yang cukup kuat dalam membentuk minat nasabah.

Tabel 2.1

-Faktor Syariah -Faktor

Pelayanan -Faktor Produk -Faktor Promosi

Faktor syariah,

(4)

xxiii

2. Faktor minat yang terdiri 3 Faktor-faktor

yang

Kuantitatif - Analisis Deskriptif - Psychological

field (motivasi, persepsi,

(5)

xxiv 2.2 Perilaku Konsumen dan Ciri-cirinya

1. Pengertian Perilaku Konsumen

Banyak definisi tentang perilaku, akan tetapi pada dasarnya sama hanya

berbeda cara perumusannya. Perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan,

serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum

membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah

melakukan hal-hal diatas atau kegiatan mengevaluasi (Sumarwan, 2002:32)

American Marketing Association (dalam Peter dan Olson, 1999:6)

mendefinisikan perilaku yaitu “Perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis

antara kognisi, afeksi, perilaku, dan lingkungannya dimana manusia melakukan

kegiatan pertukaran dalam hidup mereka.”

Definisi ini memuat 3 hal penting, yaitu:

1. Perilaku konsumen bersifat dinamis, sehingga susah ditebak/diramalkan

2. Melibatkan interaksi, kognisi, afeksi, perilaku, dan kejadian

disekitar/lingkungan konsumen

3. Melibatkan pertukaran, seperti menukar barang milik penjual dengan uang

milik pembeli

Definisi yang lebih sederhana, perilaku konsumen merupakan tindakan yang

langsung terlibat dalam mendapatkan, menggunakan dan menghabiskan barang dan

jasa termasuk proses yang mendahului dan mengikuti tindakan ini. Perilaku

(6)

xxv

Praktik pemasaran dirancang untuk mempengaruhi perilaku konsumen,

perusahaan, individual, dan masyarakat. Pengetahuan yang cukup tentang perilaku

konsumen seperti memberikan petunjuk yang berharga untuk praktik pemasaran baik

bagi perusahaan komersial pencari laba, organisasi nirlaba dan para pembuat

peraturan.

Adapun beberapa alasan mengapa perilaku konsumen perlu dipelajari yaitu:

1. Kepentingan pemasaran

Para pemasar yang memahami perilaku konsumen akan mampu mempengaruhi

konsumen sesuai dengan yang diinginkan pemasar.

2. Kepentingan pendidikan dan perlindungan konsumen

Selain para pemasar dan produsen, lembaga pendidikan atau lembaga sosial

dan pemerintah juga berkepentingan untuk mengetahui dan mempengaruhi

perilaku konsumen.

3. Perumusan kebijakan masyarakat dan undang-undang perlindungan konsumen

Pemerintah dan lembaganya melalui kebijakan publik dan perundang-undangan

harus melakukan intervensi untuk melindungi konsumen. Pemerintah

berkewajiban untuk mempengaruhi pilihan konsumen melalui pelarangan

terhadap praktik-praktik bisnis yang merugikan konsumen.

2. Ciri Perilaku Konsumen

Konsep diri dan gaya hidup menghasilkan kebutuhan dan keinginan,

kebanyakan diantaranya membutuhkan keputusan mengenai konsumsi untuk

(7)

xxvi

keputusan konsumsi mulai diaktifkan. Proses ini, pengalaman dan tambahan

(acquisition) yang dihasilkan pada gilirannya mempengaruhi konsep diri dan gaya

hidup dengan jalan mempengaruhi karakteristik internal dan eksternal (Supranto dan

Limakrisna, 2011:16).

Keputusan yang dibuat akan menyebabkan pembelajaran dan mungkin akan

berdampak pada faktor internal dan eksternal yang akan mengubah atau memperkuat

konsep diri dan gaya hidupnya yang terkini.

1. Pengaruh Eksternal

Faktor eksternal meliputi budaya (culture), sub budaya (sub culture), status

sosial (social status), demografi, famili, dan kelompok rujukan.

2. Pengaruh Internal

Faktor internal meliputi preferensi, pembelajaran (learning), memori, motivasi,

kepribadian (personality), emosi, dan sikap.

3. Konsep diri dan gaya hidup

Konsep diri yaitu totalitas dari pemikiran dan perasaan tentang dirinya sendiri.

Gaya hidup yaitu manifestasi konsep diri pribadi

(8)

xxvii 2.3 Faktor yang Mempengaruhi Konsumen Mengambil Keputusan terbagi

atas Faktor Internal dan Faktor Eksternal 2.3.1Faktor Internal

2.3.1.1Motivasi

Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang artinya menggerakkan. Seorang

konsumen tergerak untuk membeli suatu produk karena adanya yang menggerakkan.

Proses timbulnya dorongan sehingga konsumen tergerak untuk membeli suatu

produk itulah yang disebut motivasi. Sedangkan yang memotivasi untuk membelinya

adalah motif (Suryani, 2008:27).

Menurut Schiffman dan Kanuk (2000:94) mendefinisikan motivasi sebagai

daya penggerak didalam individu yang mendorong mereka ke tindakan. Daya

penggerak ini diperoleh dari suatu kebutuhan tak dipenuhi. Motivasi merupakan

kekuatan yang enerjik yang menggerakkan perilaku dan memberikan tujuan dan arah

pada perilaku (Supranto dan Limakrisna, 2011:93)

Proses terbentuknya motivasi dimulai dari adanya stimulus atau rangsangan

yang membuat seseorang akan memerlukan akan pengenalan kebutuhan.

Rangsangan yang muncul didalam diri terjadi karena adanya gap antara apa yang

dirasakan dengan apa yang seharusnya dirasakan. Kemudian, pengenalan kebutuhan

akan menyebabkan tekanan kepada konsumen sehingga adanya dorongan pada

(9)

xxviii

Unsur-unsur yang terlibat dalam proses motivasi meliputi:

1. Kebutuhan

Setiap konsumen sebagai individu memiliki kebutuhan yang berbeda-beda.

Kebutuhan ini ada yang bersifat fisiologis dan tidak dipelajari, tetapi ada juga

yang dipelajari.

2. Tujuan

Merupakan sesuatu yang akan dicapai oleh konsumen sebagai hasil atas

perilaku yang dilakukan. Tujuan ada karena adanya kebutuhan.

Adapun beberapa teori umum mengenai Motivasi, yaitu:

1. Teori Maslow

Dr. Abraham Maslow adalah seorang psikolog klinis yang memperkenalkan

teori kebutuhan berjenjang yang dikenal sebagai teori Maslow atau Hirarki

Kebutuhan Manusia (Maslow’s Hierarchy of Needs). Maslow mengemukakan lima

kebutuhan manusia berdasarkan tingkat kepentingannya, yaitu:

a. Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan manusia untuk dapat mempertahankan

hidup

b. Kebutuhan Rasa Aman, yaitu kebutuhan tingkat dua yang dimana merupakan

kebutuhan perlindungan bagi fisik manusia

c. Kebutuhan Sosial, yaitu kebutuhan berdasarkan kepada perlunya manusia

(10)

xxix

d. Kebutuhan Ego, yaitu kebutuhan untuk berprestasi sehingga mencapai derajat

yag lebih tinggi dari yang lainnya.

e. Kebutuhan Aktualisasi Diri, yaitu keinginan dari seseorang individu untuk

menjadikan dirinya sebagai orang yang terbaik sesuai dengan potensi dan

kemampuan yang dimilikinya.

2. Teori Motivasi McClelland

David McClelland mengembangkan suatu teori motivasi yang disebut sebagai

McClelland Theory of Learned Needs. Teori ini menyatakan bahwa ada tiga

kebutuhan dasar yang memotivasi seseorang untuk berprilaku.

a. Kebutuhan Sukses, yaitu kenginan manusia untuk mencapai prestasi, reputasi,

dan karier yang baik

b. Kebutuhan Afiliasi, yaitu keinginan manusia untuk membina hubungan dengan

sesamanya, mencari teman yang bisa menerimanya, ingin dimiliki oleh

orang-orang disekitarnya, dan memiliki orang-orang-orang-orang yang bisa menerimanya.

c. Kebutuhan Kekuasaan, yaitu keinginan seseorang untuk bisa mengontrol

lingkungannya, termasuk mempengaruhi orang-orang disekelilingnya.

Dua aplikasi penting dari teori motivasi adalah segmentasi dan positioning.

Segmentasi pasar merupakan pengarahan target pasar untuk produk atau jasa yang

dipasarkan berdasarkan tingkat kebutuhan konsumen sedangkan positioning

merupakan citra produk atau jasa yang ingin dilihat oleh konsumen. Para pemasar

(11)

xxx

melakukan segmentasi pasar dan juga bisa dimanfaatkan untuk melakukan

positioning produk atau jasa.

2.3.1.2Persepsi

Proses persepsi bukan hanya proses psikologi semata, tetapi diawali dengan

proses fisiologis yang dikenal sebagai sensasi. Schiffman dan Kanuk (2000:35)

mendefinisikan persepsi sebagai proses dimana dalam proses tersebut individu

memilih, mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimuli menjadi sesuatu yang

bermakna. Kemudian, menurut Hurriyati (2005:101) persepsi adalah proses yang

dilalui orang dalam memilih, mengorganisasikan dan mengintepretasikan informasi

guna membentuk gambaran berarti mengenai dunia.

Proses terjadinya persepsi meliputi :

1. Proses Fisis

Objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indera.

2. Proses Fisiologis

Stimulus yang diterima alat indera kemudian dilanjutkan oleh saraf sensoris ke

otak.

3. Proses Psikologis

Terjadi proses pengolahan otak, sehingga individu menyadari tentang apa yang

(12)

xxxi

Menurut Supranto dan Limakrisna (2011) menyatakan bahwa ada 4 tahap

model pemrosesan informasi yaitu keterbukaan, perhatian, interpretasi dan memori.

Yang membentuk persepsi yaitu keterbukaan, perhatian dan interpretasi

1. Keterbukaan (exposure), terjadi ketika suatu stimulus yang ada menyebabkan

konsumen menyadari stimulus tersebut melaui pancaindera

2. Perhatian (attention), kapasitas pengolahan yang dialokasikan konsumen

terhadap stimulus yang masuk

3. Interpretasi, pemberian makna dan arti pada sensasi yang diterima

4. Memori, untuk keputusan yang segera dibuat atau retensi arti/makna dalam

jangka panjang.

Proses ini terjadi secara simultan/serentak interaktif, bukan satu persatu secara

berurutan. Pada dasarnya persepsi merupakan proses bagaimana rangsangan atau

stimuli-stimuli diseleksi, diorganisasikan dan diinterpretasikan.

2.3.1.3Sikap

Pembentukan sikap tidak terjadi dengan sendirinya, senantiasa terjadi dan

berlangsung dalam interaksi manusia yang berkenaan dengan obyek tertentu dan

sikap ini biasanya merupakan sikap yang positif dan negatif terhadap suatu obyek

setelah melalui proses penilaian yang dipengaruhi keadaan diri pribadi orang itu

sendiri maupun lingkungan.

Sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu objek apakah

disukai atau tidak, dan sikap juga bisa menggambarkan kepercayaan konsumen

(13)

xxxii

Sikap disebut juga sebagai konsep yang paling khusus dan sangat dibutuhkan dalam

psikologis sosial kontemporer. Sikap juga merupakan salah satu konsep yang paling

penting yang digunakan pemasar untuk memahami konsumen (Setiadi, 2003:214).

Adapun karakteristik dari sikap adalah:

1. Sikap memiliki Objek

Didalam konteks pemasaran, sikap konsumen harus terkait denga objek, objek

tersebut bisa terkait dengan berbagai konsep konsumsi dan pemasaran.

2. Konsistensi sikap

Karena sikap merupakan gambaran perasaan dari seorang konsumen, dan

perasaan tersebut akan direfleksikan oleh perilakunya. Karena itu sikap

memiliki konsistensi dengan perilaku dan perilaku konsumen tersebut

merupakan gambaran dari sikapnya.

3. Sikap positif, negatif dan netral

Sikap yang memiliki dimensi positif, negatif, dan netral disebut sebagai

karakteristik valence dari sikap.

4. Intensitas Sikap

Ketika konsumen menyatakan derajat tingkat kesukaan terhadap suatu produk,

maka ia mengungkapkan intensitas sikapnya. Intensitas sikap disebut sebagai

(14)

xxxiii

5. Resistensi Sikap

Resistensi adalah seberapa besar sikap seorang konsumen bisa berubah.

Pemasar penting memahami bagaimana resistensi konsumen agar bisa

menerapkan strategi pemasaranyang tepat.

6. Persistensi Sikap

Merupakan karakterisitik sikap yang menggambarkan bahwa sikap akan

berubah karena berlalunya waktu.

7. Keyakinan sikap

Merupakan kepercayaan konsumen mengenai kebenaran sikap yang

dimilikinya

8. Sikap dan situasi

Sikap seseorang terhadap suatu objek seringkali muncul dalam konteks situasi,

yang berarti situasi akan mempengaruhi sikap konsumen terhadap suatu objek.

Sikap sangat mempengaruhi keyakinan menentukan sesuatu. Dalam

hubungannya dengan perilaku sikap dan keyakinan sangat berpengaruh dalam

menentukan suatu produk, merek, dan pelayanan. Sikap merupakan suatu evaluasi

secara menyeluruh tentang kesiapan seseorang dalam melakukan suatu tindakan atas

obyek yang disuka atau tidak.

Sikap (attitudes) konsumen adalah faktor penting yang akan mempengaruhi

keputusan konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan konsep kepercayaan

(15)

xxxiv

1. Kepercayaan

Pengetahuan konsumen mengenai suatu objek, atribut dan manfaatnya.

2. Perilaku

Proses pengambilan keputusan dan aktivitas fisik dalam mengevaluasi,

memperoleh, menggunakan dan menghabiskan barang atau jasa.

2.3.2Faktor Eksternal 2.3.2.1Keluarga

Keluarga mempunyai peranan penting dalam perilaku konsumen. Konsumen

sebagai anggota keluarga yang sering berinteraksi dengan anggota keluarga lain,

perilakunya secara tidak langsung dipengaruhi oleh hasil interaksi tersebut. Keluarga

mempengaruhi proses pembelajaran, sikap, perilaku, dan persepsi orang-orang yang

didalamnya (Suryani, 2008:235).

Keluarga adalah lingkungan mikro, yaitu lingkungan yang paling dekat dengan

konsumen (Sumarwan, 2002:226). Keluarga mempunyai paling sedikit dua orang,

kepala keluarga dengan orang yang ada hubungan sedarah, perkawinan atau adopsi.

Menurut BKKBN (1999) keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk

berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup

spiritual dan materiil yang layak, bertakwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang

selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.

Friedman (1998) menyatakan bahwa tipe-tipe keluarga dibagi atas keluarga

inti, keluarga orientasi, keluarga besar. Keluarga inti adalah keluarga yang sudah

(16)

xxxv

istri dan anak mereka baik anak kandung ataupun anak adopsi. Keluarga orientasi

(keluarga asal) yaitu unit keluarga yang didalamnya seseorang dilahirkan. Keluarga

besar yaitu keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai

hubungan darah seperti kakek dan nenek, paman dan bibi.

Menurut Peter dan Olson (2000:111) dalam keluarga terdapat peran yang

berbeda dalam pengambilan keputusan:

1. Pemberi pengaruh (influencers) memberikan informasi bagi keluarga lainnya

tentang suatu produk atau jasa .

2. Penjaga pintu (gatekeepers) mengontrol aliran informasi yang masuk kedalam

keluarga

3. Pengambil keputusan (deciders) memiliki kekuasaan untuk menentukan apakah

suatu produk atau jasa akan digunakan atau tidak.

4. Pembeli (buyers) adalah orang yang akan menggunakan produk atau jasa

5. Pengguna (users) menggunakan produk atau jasa

6. Pembuang (disposers) akan membuang suatu produk atau memberhentikan

penggunaan suatu jasa.

Unsur-unsur yang terlibat dalam pengambilan keputusan didalam keluarga:

1. Struktur peran dalam keluarga

Dalam sebuah kelas produk tertentu, ada perbedaan dalam keterlibatan

masing-masing pihak dalam keluarga untuk setiap keputusan khusus yang diambil dan

(17)

xxxvi

2. Kesesuaian dengan kebutuhan keluarga.

Masing-masing pihak dalam keluarga memiliki perbedaan kebutuhan terhadap

suatu produk atau jasa yang cukup besar, sehingga diperlukan peran yang

memiliki pengaruh untuk menentukan kebutuhan keluarga.

2.3.2.2Budaya

Menurut Supranto dan Limakrisna (2007:21) budaya adalah keseluruhan

yang kompleks (complex whole) meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum,

moral, kebiasaan, dan setiap kemampuan dan kebiasaan yang diperoleh oleh setiap

orang sebagai anggota masyarakat. Budaya adalah segala nilai, pemikiran, simbol

yang mempengaruhi perilaku, sikap, kepercayaan, dan kebiasaan seseorang dan

masyarakat (Sumarwan, 2002:170).

Budaya juga dapat dicerminkan oleh berbagai hasil karya seni dan segala

macam benda yang ada didalam suatu masyarakat. Budaya yang ada dalam suatu

masyarakat bisa dibagi dalam beberapa bagian yang lebih kecil yang dikenal dengan

sub budaya (sub culture). Suatu budaya akan terdiri atas beberapa kelompok kecil

lainnya, yang dicirikan oleh adanya perbedaan perilaku antar kelompok kecil

tersebut. Perbedaan kelompok tersebut berdasarkan kepada perbedaan karakteristik

(18)

xxxvii

Unsur-unsur pembentuk budaya yaitu:

1. Nilai (Value)

Nilai adalah kepercayaan atau segala sesuatu yang dianggap penting oleh

seseorang atau suatu masyarakat. Nilai mengarahkan seseorang untuk

berperilaku yang sesuai dengan budayanya.

2. Kebiasaan (Customs)

Kebiasaan adalah berbagai bentuk perilaku dan tindakan yang diterima secara

budaya. Kebiasaan tersebut diturunkan dari generasi ke generasi secara turun

menurun.

3. Larangan (Mores)

Larangan adalah berbagai bentuk kebiasaan yang mengandung aspek moral,

biasanya berbentuk tindakan yang tidak boleh dilakukan oelh seseorang dalam

suatu masyarakat. Pelanggaran terhadap larangan tersebut akan mengakibatkan

sangsi sosial.

4. Konvensi (Conventions)

Konvensi menggambarkan norma dalam kehidupan sehari-hari. Konvensi

menggambarkan anjuran atau kebiasaan bagaimana seseorang harus bertindak

sehari-hari.

5. Mitos

Mitos adalah unsur penting yang menggambarkan sebuah cerita atau

(19)

xxxviii

6. Simbol

Simbol adalah segala sesuatu yang memiliki arti penting.

Produk dan jasa memainkan peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi

budaya, karena produk mampu membawa pesan makna budaya. Makna budaya

adalah nilai-nilai, norma-norma dan kepercayaan yang dikomunikasikan secara

simbolik.

Terdapat 3 bentuk nilai budaya yang mempengaruhi konsumsi, yaitu:

1. Berorientasi pada Pihak Lain (Other Oriented)

Mencerminkan pandangan suatu masyarakat tentang hubungan yang tepat

antara individu/perorangan dengan kelompok dalam suatu masyarakat.

2. Berorientasi pada Lingkungan (Environment Oriented)

Menentukan hubungan masyarakat dengan ekonominya serta lingkungan fisik

dan teknis.

3. Berorientasi pada Diri Sendiri

Mencerminkan tujuan dan pendekatan terhadap hidup, bahwa anggota

perorangan dan masyarakat lebih diinginkan (bukan kelompok yang

diutamakan). Nilai ini mempunyai implikasi yang kuat untuk manajemen

(20)

xxxix 2.4 Ciri Perilaku Konsumen Muslim dan Perspektif Islam tentang Menabung

1. Ciri Perilaku Konsumen Muslim

Penyikapan manusia pada harta menjadi karakteristik ekonomi Islam. Dalam

surat An-Nisa: 5 Allah SWT berfirman:

Artinya :“ Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna

akalnya, harta yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan…”

Menurut Sakti (2007:108) terdapat empat prinsip utama dalam sistem ekonomi

Islam yang diisyaratkan dalam Al-Quran:

1. Hidup hemat dan tidak bermewah-mewahan. Ini berarti tindakan ekonomi

hanyalah untuk memenuhi kebutuhan (needs) bukan keinginan (wants).

2. Implementasi zakat, infak, dan shodaqoh.

3. Pelarangan riba; menjadikan sistem bagi hasil dengan instrumen mudharabah

dan musyarakah sebagai sistem kredit dan instrumen bunganya.

4. Menjalankan usaha-usaha yang halal; dari produk atau komoditi, proses

produksi hingga distribusi.

Menurut Sudarsono (2003), seorang muslim dalam berkonsumsi didasarkan

atas beberapa pertimbangan:

1. Manusia tidak kuasa sepenuhnya mengatur detil permasalahan ekonomi

(21)

xl

konsumsi seorang muslim. Pola konsumsi yang didasarkan atas kebutuhan

akan menghindari pola konsumsi yang tidak perlu.

Artinya :” Dan jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan apa yang diberikan

Allah kepada mereka dari karunia-Nya… milik Allah lah warisan (apa

yang ada) di langit dan di bumi….” (QS. Al-Imran: 180).

2. Perspektif Islam Tentang Menabung

Menabung adalah tindakan yang dianjurkan oleh Islam, karena dengan

menabung berarti seorang muslim mempersiapkan diri untuk pelaksanaan

perencanaan masa yang akan datang sekaligus untuk menghadapi hal-hal yang tidak

diinginkan. Dalam prinsip menabung tidak lepas dari perilaku konsumsi, karena

manusia adalah makhluk konsumtif. Karena itu perlu menyiapkan masa depan yang

lebih baik daripada mengkonsumsi secara berlebihan tanpa melihat dampak

kedepannya.

Adapun arahan Islam untuk konsumsi paling tidak ada tiga hal.

1. Jangan boros. Seorang muslim dituntut untuk selektif dalam membelanjakan

hartanya terutama untuk ditabung. Tidak semua hal yang dianggap butuh saat

ini harus segera dibeli. Karena sifat dari kebutuhan sesungguhnya dinamis, ia

(22)

xli

2. Seimbangkan pengeluaran dan pemasukan. Seorang muslim hendaknya mampu

menyeimbangkan antara pemasukan dan pengeluarannya, sehingga sedapat

mungkin tidak berutang. Karena utang, menurut Rasulullah SAW akan

melahirkan keresahan di malam hari dan mendatangkan kehinaan di sianghari.

3. Tidak bermewah-mewah. Islam juga melarang umatnya hidup dalam

kemewahan. Kemewahan yang dimaksud menurut adalah tenggelam dalam

kenikmatan hidup berlebih-lebihan dengan berbagai sarana yang serba

menyenangkan.

2.5 Motif Pengambilan Keputusan Konsumen

Prasetijo dan Ihalauw (2005:39) dijelaskan ada dua motif yang mempengaruhi

pengambilan keputusan konsumen, yaitu :

1. Motif Rasional

Menurut ilmu ekonomi manusia berperilaku rasional pada waktu mereka

mempertimbangkan alternatif-alternatif dan memilih alternatif yang memiliki paling

banyak kegunaan. Dalam konteks pemasaran, konsumen memilih (produk) tujuan

berdasarkan kriteria objektif seperti ukuran, harga, berat, dan keuntungan (manfaat

yang diperoleh). Dan faktor-faktor lain yang dipertimbangkan dapat berupa ekonomi,

seperti faktor penawaran, permintaan dan bunga. Selain itu juga faktor kualitas,

pelayanan ketersediaan barang, ukuran, kebersihan, efisiensi dalam penggunaan,

(23)

xlii

2. Motif Emosional

Pemilihan tujuan berdasarkan kriteria yang subjektif dan bersifat pribadi seperti

kebanggaan, ketakutan, perasaan, maupun status, pengungkapan rasa cinta

kebanggaan, kenyamanan,kesehatan, keamanan dan kepraktisan.

Setiap konsumen melewati lima tahap dalam setiap akan mengambil keputusan.

Secara rinci tahap-tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pengenalan Masalah

Proses diawali saat konsumen menyadari adanya masalah kebutuhan.

Konsumen menyadari terdapat perbedaan antara kondisi sesungguhnya dengan

kondisi yang diinginkannya. Kebutuhan ini dapat disebabkan oleh rangsangan

internal atau rangsangan eksternal seseorang.

2. Pencarian Informasi

Seorang konsumen yang mulai timbul minatnya akan terdorong untuk mencari

informasi yang lebih banyak. Salah satu faktor kunci bagi pemasar adalah

sumber-sumber informasi utama yang dipertimbangkan oleh konsumen dan pengaruh relatif

dari masing-masing sumber terhadap keputusan pembelian.

Sumber-sumber informasi konsumen dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat)

kelompok, yaitu:

1. Sumber Pribadi : keluarga, teman, tetangga dan kenalan

2. Sumber Komersil : iklan, tenaga penjual, penyalur, kemasan

3. Sumber Umum : media massa organisasi konsumen

(24)

xliii

3. Evaluasi Alternatif

Ada beberapa proses evaluasi alternatif keputusan, kebanyakan model dari

proses evaluasi konsumen sekarang bersifat kognitif, yaitu mereka memandang

konsumen sebagai pembentuk penilaian terhadap produk terutama berdasarkan

pertimbangan yang sadar dan rasional.

4. Pengambilan Keputusan

Ada 2 (dua) faktor yang mempengaruhi tujuan dan keputusan yang diambil.

Faktor pertama adalah sikap atau pendirian orang lain, sejauh mana sikap orang lain

akan mengurangi alternatif pilihan seseorang.

Faktor kedua adalah situasi yang tidak dapat diantisipasi. Ketika konsumen

akan bertindak, faktor situasi yang tidak diantisipasi mungkin terjadi untuk maksud

keputusan tersebut.

5. Perilaku Pasca Pengambilan Keputusan

Sesudah keputusan diambil terhadap suatu produk, yang dilakukan konsumen

akan mengalami beberapa tingkat kepuasan dan ketidakpuasan. Konsumen tersebut

juga akan terlibat dalam tindakan-tindakan sesudah pembelian dan penggunaan

produk yang menarik minat pemasar. Pekerjaan pemasar tidak akan berakhir pada

saat suatu produk telah dipilih, tetapi akan terus berlangsung hingga sesudah dipilih.

Pengambilan keputusan merupakan fungsi dari seberapa dekat harapan memilih atas

produk tersebut dengan daya guna yang dirasakan dari produk tersebut. Jika daya

(25)

xliv

akan merasa kecewa, jika memenuhi harapan, pelanggan tersebut akan merasa puas,

dan jika melebihi harapan, maka pelanggan tersebut akan merasa sangat puas.

2.6 Ruang Lingkup Bank 2.6.1Pengertian Bank

Menurut Undang-undang RI no. 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998

tentang Perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya pada masyarakat dalam

bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf

hidup rakyat banyak.

Dari definisi tersebut menekankan bahwa usaha utama bank adalah

menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang menjadi sumber dana bagi bank.

Sedangkan dari segi penyaluran dananya, bank tidak hanya memperoleh keuntungan

yang sebesar-besarnya bagi pemilik tapi juga harus meningkatkan taraf hidup

masyarakat.

2.6.2Fungsi Bank

Siamat (2005:276) menyatakan bank umum memiliki fungsi pokok yaitu:

1. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam

kegiatan ekonomi;

2. Menciptakan uang;

3. Menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat;

(26)

xlv 2.6.3Peranan Bank

Bank dan lembaga non bank, mempunyai peranan yang penting dalam sistem

keuangan, peranan tersebut adalah:

1. Pengalihan aset

Bank dan lembaga non bank, akan memberikan pinjaman kepada pihak yang

membutuhkan dana dalam waktu tertentu yang telah disepakati. Dalam hal ini,

bank dan lembaga keuangan non bank telah berperan sebagai pengalihan aset

dari unit surplus ke unit defisit

2. Transaksi

Bank dan lembaga non bank, memberikan berbagai kemudahan kepada pelaku

ekonomi untuk melakukan transaksi barang dan jasa

3. Likuiditas

Unit surplus dapat menempatkan dana yang dimilikinya dalam produk-produk

berupa giro, tabungan dan deposito. Untuk kepentingan likuiditas pemilik dan

dapat menempatkan dananya seseuai dengan kebutuhan dan kepentingannya

4. Efisiensi

Peranan bank dan lembaga non bank dapat menurunkan biaya transaksi dengan

jangkauan pelayanannya. Adanya informasi yang tidak simetris antara

(27)

xlvi 2.7 Bank Syariah

2.7.1Sejarah Kemunculan Perbankan Syariah

Didalam sejarah perekonomian umat Islam, pembiayaan yang dilakukan

dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian dari tradisi umat Islam sejak

zaman Rasulullah Saw. Praktik-praktik seperti menerima titipan harta, meminjamkan

uang untuk keperluan konsumsi dan keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman

uang telah lazim dilakukan sejak zaman Rasulullah Saw.

Rasulullah Saw. yang dikenal dengan julukan al-Amin, dipercaya oleh

masyarakat Mekkah menerima simpanan harta, sehingga pada saat terakhir sebelum

hijrah ke Madinah. Dan akhirnya Muhammada Saw meminta Ali bin Abi Thalib r.a.

untuk mengembalikan semua titipan itu kepada pemiliknya.

Seorang sahabat Rasulullah Saw., Zubair bin al-Awwam r.a., memilih tidak

menerima titipan harta. Ia lebih suka menerima dalam bentuk pinjaman. Tindakan

Zubair ini menunjukkan konsep yang berbeda yaitu, dengan mengambil uang sebagai

pinjaman dan mempunyai hak untuk memanfaatkannya serta karena bentuknya

pinjaman maka wajib untuk mengembalikannya secara utuh. Ada juga sahabat yang

bernama Ibnu Abbas r.a pernah melakukan pengiriman uang ke Kufah dan Abdullah

bin Zubair r.a melakukan pengiriman uang dari Makkah.

Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin al-Khattab r.a. menggunakan cek

untuk membayar tunjangan kepada mereka yang berhak. Dengan menggunakan cek

ini mereka mengambil gandum di Baitul Mal yang pada saat itu diimpor dari Mesir.

(28)

xlvii mudharabah, muzara’ah, musaqah, telah dikenal sejak awal diantara kaum

Muhajirin dan kaum Anshar.

Dari hal tersebut menunjukkan, fungsi perbankan sudah ada sejak zaman

Rasulullah Saw., diantaranya seperti contoh ada sahabat nabi yang melaksanakan

fungsi menerima titipan harta, ada yang melaksanakan pinjam-meminjam uang, ada

yang melaksanakan fungsi pengiriman uang, dan ada pula yang memberikan modal

kerja.

Dalam perkembangan perbankan syariah modern, disejumlah negara Islam dan

penduduk mayoritas Muslim mulai timbul usaha untuk mendirikan lembaga bank

non riba. Hal itu terjadi setelah bangsa-bangsa Muslim memperoleh kemerdekaan

dari para penjajah Eropa.

Pendirian bank syariah yang paling sukses dan inovatif dimasa modern

dilakukan di Mesir tahun 1963, dengan berdirinya Mit Ghamr Local Saving Bank.

Kesuksesan Mit Ghamr memberi inspirasi bagi umat Muslim diseluruh dunia,

sehingga timbullah kesadaran bahwa prinsip-prinsip Islam ternyata masih dapat

diaplikasikan dalam bisnis modern.

Pada bulan Oktober 1975, akhirnya terbentuklah Islamic Development Bank

(IDB) yang beranggotakan 22 negara Islam pendiri. Bank ini menyediakan bantuan

finansial untuk pembangunan negara-negara anggotanya, membantu mereka untuk

mendirikan bank Islam dinegaranya masing-masing, dan memainkan peranan

penting dalam penelitian ilmu ekonomi, perbankan dan keuangan Islam. Kini, bank

(29)

xlviii

Kini perbankan syariah telah mengalami perkembangan yang cukup pesat dan

menyebar kebanyak negara, bahkan ke negara-negara Barat. The Islamic Bank

International of Denmark tercatat sebagai bank syariah pertama yang beroperasi di

Eropa, yakni pada tahun 1983 di Denmark. Kini, bank–bank besar di negara Barat,

seperti Citibank, ANZ Bank, Chase Manhattan Bank dan Jardine Flaming telah

membuka Islamic window agar dapat memberikan jasa-jasa perbankan sesuai dengan

syariat Islam.

Di Indonesia sendiri, bank syariah dipelopori oleh Bank Muammalat Indonesia.

Berdiri pada tahun 1991 yang diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan

pemerintah serta dukungan dari Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan

beberapa pengusaha Muslim. Saat ini keberadaan bank syariah di Indonesia telah

diatur dalam Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 tahun

1992 tentang Perbankan.

2.7.2Pengertian Bank Syariah

Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan

pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang

yang pengoperasiannya disesuaikan dengan syariat Islam (Muhammad, 2005:13).

Bank syariah biasa disebut Islamic Banking atau interest free banking yaitu suatu

sistem perbankan yang dalam pelaksanaan operasional tidak menggunakan sistem

bunga (riba), spekulasi (maisir), dan ketidak pastian atau ketidak jelasan (gharar)

(30)

xlix 2.7.3Karakteristik Bank Syariah

Ada beberapa karakteristik yang dimiliki bank syariah sehingga terlihat jelas

perbedaannya dengan bank kovensional, adapun beberapa karakteristik tersebut

adalah:

1. Prohibition against the payment and receipt of a fixed or predeter mined rate

of interest. Metode bunga digantikan dengan metode bagi hasil (profit and loss

sharing)

2. Requirement to operate through Islamic modes of financing.

3. Ketika bank mengalami kerugian, nasabah menyimpan dana mungkin

kehilangan dananya, menurut perbandingan pembagian laba/rugi.

4. Beban biaya atas pelayanan bank syariah disepakati bersama pada saat pinjam

atau pembiayaan dan dinyatakan dalam bentuk nominal, beban biaya tersebut

hanya dikenakan selama berlakunya masa kontrak, sedangkan penyelesaian sisa

utang setelah kontrak berakhir dilakukan kontrak baru.

5. Dihindarinya penggunaan persentase atas pinjaman kredit dalam menentukan

utang, hal ini menghindari berlipatnya beban biaya dan produk pinjaman yang

memungkinkan terlambat dibayar.

6. Proporsi bagi hasil didasarkan atas jumlah keuntungan usaha yang diperoleh

debitur.

7. Bank syariah tidak menjanjikan jumlah keuntungan yang pasti kepada nasabah

penyimpan dana dalam giro wadi’ah maupun tabungan/deposito mudharabah.

(31)

l

sedangkan pemegang tabungan/deposito mudharabah akan mendapatkan

proporsi bagi hasil.

8. Prinsip penjaminan (collateral) tidak dominan dalam pemberian kredit di bank

syariah. Hal ini terlihat pada pembiayaan pembelian barang modal bahwa

barang yang dibeli masih milik bank dapat dianggap sebagai jaminan sendiri

selama belum dilunasi oleh debitur.

9. Bank syariah tidak menjadikan uang sebagai komoditi. Hal ini berimplikasi

pada pada pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah pada dasarnya berupa

uang, melainkan pembiayaan barang atau jasa yang dibutuhkan debitur.

2.7.4Prinsip Dasar Perbankan Syariah

Batasan-batasan bank syariah yang harus menjalankan kegiatannya berdasar

pada syariat Islam, menyebabkan bank syariah harus menerapkan prinsip-prinsip

yang sejalan dan tidak bertentangan dengan syariat Islam. Adapun prinsip-prinsip

bank syariah adalah sebagai berikut:

1) Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah)

Wadi’ah dapat juga diartikan titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan

kapan saja bila dikehendaki dari satu pihak ke pihak lain, baik sebagai individu

maupun sebagai suatu badan hukum (Ali, 2008:23).

Secara umum terdapat 2 (dua) jenis Al-wadi’ah:

a. Wadi’ah yad Al-Amanah (Trustee Depository)

(32)

li

b. Wadiah yad adh-Dhamamah (Guarantee Depository)

Diaplikasikan dalam produk giro dan tabungan.

2) Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing atau Syirkah)

Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tatacara pembagian hasil usaha

penyedia dana dengan pengelola dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini

adalah:

a. Al-Musyarakah

Pembiayaan yang dilakukan oleh pihak bank syariah untuk nasabah yang ingin

melaksanakan proyek atau usaha, kemudian akan disepakati jumlah modal dan

keuntungan bagi hasil untuk masing-masing pihak berdasarkan persentase

keuntungan bersih dari hasil usaha tersebut sesuai dengan kesepakatan yang

telah dibuat (Ali, 2008: 34).

Dua jenis Al-Musyarakah:

1) Musyarakah pemilikan, tercipta karena warisan, wasiat atau kondisi lainnya

yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih

2) Musyarakah akad, tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua atau lebih

setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah

b. Mudharabah

Bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak dimana pemilik modal (shahib

al-maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib)

dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan (Karim, 2006:103). Akad

(33)

lii

1) Mudharabah Muthlaqah adalah kerja sama antara shahibul al-maal dan

mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi spesifikasi jenis

usaha, waktu dan daerah bisnis.

2) Mudharabah Muqayyadah adalah kerjasama antara shahibul al-maal dan

mudharib dimana mudharib memberikan batasan kepada shahibul al-maal

mengenai tempat, cara dan obyek investasi.

3) Prinsip Jual Beli (Ba’i)

Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan

kepemilikan barang atau benda (transfer of property). Tingkat keuntungan bank

ditentukan didepan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual (Karim,

2006:98). Prinsip jual beli terbagi atas:

a. Murabahah

Murabahah yang berasal dari kata ribhu (keuntungan) adalah transaksi jual-beli

dimana bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli.

Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan (margin)

b. Salam

Transaksi jual beli di mana barang yang diperjual belikan belum ada. Bank

bertindak sebagai pembeli sementara nasabah sebagai penjual.

c. Istishna

Akad jual beli antara pembeli dan produsen yang bertindak juga sebagai

penjual. Bank syariah umumnya diaplikasikan pada pembayaran manufaktur

(34)

liii

4) Prinsip Sewa (Ijarah)

Akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah

sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak kepemilikan atas barang itu sendiri.

Ijarah terbagi kepada 2 (dua) jenis:

a. Ijarah, sewa murni

b. Ijarah al muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana

si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa.

5) Prinsip Jasa (Fee-Based Service)

Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank.

Bentuk produk yang berdasarkan prinsip antara lain:

a. Alih Utang-Piutang(Hiwalah)

Tujuan fasilitas hiwalah adalah untuk membantu supplier atau pemasok

mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya.

b. Gadai(Rahn)

Tujuan akad Rahn adalah untuk memberikan jaminan pembayaran kembali

kepada bank dalam memberikan pembiayaan.

c. Pinjaman Uang(Qardh)

Pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali

atau dengan kata lain meminjamkan uang tanpa mengharapkan imbalan. Dana

(35)

liv

d. Perwakilan(Wakalah)

Dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada

bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti L/C,

inkaso dan transfer uang.

e. Garansi Bank(Kafalah)

Kafalah dapat diberikan dengan tujuan untuk menjamin pembayaran suatu

(36)

lv 2.7.5Perbedaan Bank Syariah dan Konvensional

Tabel 2.2

Perbedaan Bank Syariah dan Konvensional

Karakteristik Bank Syariah Konvensional Business Framework Seluruh aktivitas comply

dengan syariah

Secular principles dan tidak didasarkan pada hukum agama Islam Larangan riba dalam

kredit/pembiayaan

Berdasarkan transaksi jual beli, bagi hasil, sistem angsuran tetap sejak awal s.d jatuh tempo pembiayaan

Orientasi bunga, sistem angsuran fixed/floating

Larangan riba dalam simpanan

Sistem profit and loss sharing atau revenue sharing, bank terhindar dari negative spreed

Sistem bunga yang mewajibkan bank membayar bunga sesuai dengan yang diperjanjikan diawal, bank rentan terhadap negative spreed

Hubungan dengan nasabah

Kemitraan Kreditur dan debitur

Dewan Pengawas Syariah Memiliki DPS suntuk mengawasi setiap produk dan aktivitas bank

Tidak mengenal dewan sejenis

Larangan gharar Dilarangan gharar (ketidakpastian) dan

Diakui sebagai dana kebajikan (sumber qardh)

Sebagai pendapatan bank

Kegiatan social Pengumpul dan

mendistribusikan zakat

Tidak melakukan kegiatan ini Penyalahgunaan dana Menghindari hal ini yaitu

tidak memberikan dana secara tunai tetapi

memberikan barang yang dibutuhkan Murabahah

Memberikan peluang yang sangat besar untuk sight streaming (penyalahgunaan dana pinjaman)

(37)

lvi 2.8 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan pondasi utama untuk sepenuhnya proyek

penelitian itu ditujukan, hal ini merupakan jaringan hubungan antar variabel yang

secara logis diterangkan, dikembangkan, dan dielaborasi dari perumusan masalah

yang telah diidentifikasi melalui proses wawancara, observasi dan survey literatur

(Kuncoro, 2003:48).

Menurut Supranto dan Limakrisna (2011;16) pandangan seseorang tentang

dirinya dan cara dia mencoba hidup ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya

yaitu faktor motivasi, persepsi, sikap, keluarga dan budaya.

Motivasi merupakan daya penggerak didalam individu yang mendorong untuk

menabung di Bank Syariah (Schiffman dan Kanuk, 2000:94)

Persepsi merupakan proses yang dilalui seseorang dalam memilih,

mengorganisasikan dan mengintepretasikan informasi guna membentuk gambaran

dirinya untuk mengambil keputusan menabung di Bank Syariah (Schiffman dan

Kanuk, 2000:35).

Sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu objek apakah

disukai atau tidak, dan sikap juga bisa menggambarkan kepercayaan konsumen

terhadap berbagai atribut dan manfaat memutuskan untuk menabung di Bank Syariah

(Sumarwan, 2002: 136).

Keluarga adalah lingkungan mikro, yaitu lingkungan yang paling dekat dengan

konsumen. Keluarga mempunyai peranan yang paling kuat untuk mempengaruhi

(38)

lvii

Budaya adalah segala nilai, pemikiran, simbol yang mempengaruhi perilaku,

sikap, kepercayaan, dan kebiasaan seseorang dan masyarakat dalam memutuskan

memilih menabung pada Bank Syariah (Sumarwan, 2002:170).

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Sumber: Samsudin (2005), data diolah

2.9 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan manfaat dan kerangka

konseptual penelitian, maka hipotesis penelitian dari penelitian ini adalah:

3. Faktor motivasi, persepsi, sikap, keluarga dan budaya secara parsial

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan nasabah

menabung di Bank Sumut Cabang Syariah Medan

4. Faktor motivasi, persepsi ,sikap, keluarga dan budaya secara bersama-sama

berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan nasabah menabung di

Bank Sumut Cabang Syariah Medan

Faktor Motivasi X1

Faktor Persepsi X2

Faktor Sikap X3

Keputusan Nasabah menabung di Bank

Sumut Cabang Syariah Medan

Y

Faktor Budaya X5

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian terdahulu
Tabel 2.2 Perbedaan Bank Syariah dan Konvensional
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Sumber: Samsudin (2005), data diolah

Referensi

Dokumen terkait

Redaksi ini menurut Al-Maraghi (J.XXVII : 243) ditujukan kepada” Uulul Albaab dimaksudkan untuk menjelaskan kepada mereka nilai tuntutan dan petunjuk yang

Tujuan penelitian ini adalah Diketahuinya pengaruh pendidikan kesehatan tentang ASI eksklusif terhadap perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif pada ibu-ibu yang

Mobil robot digerakkan dengan motor DC gearbox dihubungkan dengan poros roda yang dibuat menggunakan mesin bubut dan terbuat dari bahan nylon. Putaran motor akan

Para ulama berpendapat tentang jumlah hadis yang terdapat dalam al-Muwatta’, namun pendapat yang banyak disetujui para ulama yakni pendapat Fuad Abdul Baqi bahwa

Dalam penelitian ini peneliti menganalisis strategi bersaing dengan menggunakan Dynamic Capability View karena menurut Zahra (2006) dynamic capability dapat mempertahankan

This study was aimed to find out the answer of the following research question: What is the design of English instructional speaking materials using task-based language teaching for

Nilai aktivitas selulase dari khamir yang bersimbion dari larva Cossus cossus yang tertinggi terjadi pada hari ke 7 adalah 0,21142 mU/ dari isolat CCL dan. 0,63596 mU/mL dari

Hasil Penyerapan Kadmium (µg) oleh Biji Sorgum Berdasarkan Kombinasi Antara Konsentrasi dan Ukuran Partikel yang Paling Baik pada Fraksi. Insoluble