xx BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu
Pulungan (2009) melakukan penelitian berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Nasabah Untuk Menggunakan Produk Jasa PT. Bank Negara
Indonesia (Persero), Tbk Cabang Syariah Medan” menggunakan variabel penelitian
yaitu syariah (X1), pelayanan (X2), produk (X3), dan promosi (X4) dan penelitian
tersebut ditujukan kepada nasabah Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk Cabang
Syariah Medan.
Dalam penelitian terebut menyimpulkan bahwa tedapat pengaruh positif dan
signifikan yang terdiri dari faktor syariah (X1), pelayanan (X2), produk (X3) dan
promosi (X4) secara bersama-sama terhadap keputusan nasabah pada PT. Bank
Negara Indonesia (Persero) Tbk.
Penelitian kedua yang dilakukan oleh Irawan pada tahun 2008 dengan judul
“Analisis Faktor-Faktor Minat Nasabah Menabung Dalam Memutuskan Memilih
Sistem Bagi Hasil Produk Funding Bank Syariah Mandiri Cabang Malang”
menggunakan variabel penelitian yang terdiri dari Faktor minat (motivasi, belajar,
sikap, persepsi, tingkat keuntungan, dan perhitungan bisnis) serta lokasi penelitian
tersebut ditujukan kepada nasabah Bank Syariah Mandiri Cabang Malang.
Dan hasil dari penelitian tersebut adalah
1. Faktor minat berpengaruh terhadap keputusan nasabah memilih produk funding
xxi
2. Faktor minat yang terdiri dari motivasi, belajar, sikap, persepsi, tingkat
keuntungan, dan perhitungan bisnis yang dominan adalah tingkat keuntungan,
dan perhitungan bisnis sebesar 0,534 dengan nilai R 0,648.
Penelitian ketiga oleh Fauzi pada tahun 2008 dengan judul “Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Minat Nasabah terhadap Bank Perkreditan Rakyat Bali Majujaya
Mandiri Tulangan Sidoarjo” yang menggunakan variabel proses pengambilan
keputusan (marketing mix) (X1), lingkungan sosial budaya (keluarga, sumber
informal, sumber non komersial lain, klas sosial, budaya dan sub-budaya) (X2), dan
psychological field (motivasi, persepsi, pembelajaran, kepribadian dan sikap) (X3).
Penelitian tersebut ditujukan kepada nasabah BPR Bali Majujaya Mandiri Tulangan
Siodarjo.
Hasil dari penelitian tersebut adalah:
1. Terdapat 9 faktor yang mempengaruhi minat nasabah terhadap BPR Bali
Majujaya Mandiri Tulangan Sidoarjo. Sembilan faktor tersebut, yaitu: Persepsi
(X1), Tempat (X2), Produk (X3), Motivasi (X4), Bukti Fisik (X5), Kelas Sosial
(X6), Keluarga (X7), Harga (X8), dan sumber non komersial lain (X9).
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor persepsi memiliki kontribusi
terbesar mempengaruhi minat nasabah terhadap Bank Perkreditan Rakyat Bali
Majujaya Mandiri Tulangan Sidoarjo.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat dalam perspektif Islam dijelaskan
dalam beberapa aktivitas maupun kondisi atau keadaan-keadaan, diantaranya;
xxii
kesulitan dengan sendirinya membentuk persepsi yang baik dan menarik minat
nasabah, menjaga kebersihan dan kenyamanan kantor agar nasabah merasa
nyaman, proses ta’aruf sebagai media penyaluran pengetahuan atau informasi,
membentuk motivasi nasabah baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun
spiritual, kedua orang tua (keluarga) maupun lingkungan terdekat memiliki
pengaruh yang cukup kuat dalam membentuk minat nasabah.
Tabel 2.1
-Faktor Syariah -Faktor
Pelayanan -Faktor Produk -Faktor Promosi
Faktor syariah,
xxiii
2. Faktor minat yang terdiri 3 Faktor-faktor
yang
Kuantitatif - Analisis Deskriptif - Psychological
field (motivasi, persepsi,
xxiv 2.2 Perilaku Konsumen dan Ciri-cirinya
1. Pengertian Perilaku Konsumen
Banyak definisi tentang perilaku, akan tetapi pada dasarnya sama hanya
berbeda cara perumusannya. Perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan,
serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum
membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah
melakukan hal-hal diatas atau kegiatan mengevaluasi (Sumarwan, 2002:32)
American Marketing Association (dalam Peter dan Olson, 1999:6)
mendefinisikan perilaku yaitu “Perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis
antara kognisi, afeksi, perilaku, dan lingkungannya dimana manusia melakukan
kegiatan pertukaran dalam hidup mereka.”
Definisi ini memuat 3 hal penting, yaitu:
1. Perilaku konsumen bersifat dinamis, sehingga susah ditebak/diramalkan
2. Melibatkan interaksi, kognisi, afeksi, perilaku, dan kejadian
disekitar/lingkungan konsumen
3. Melibatkan pertukaran, seperti menukar barang milik penjual dengan uang
milik pembeli
Definisi yang lebih sederhana, perilaku konsumen merupakan tindakan yang
langsung terlibat dalam mendapatkan, menggunakan dan menghabiskan barang dan
jasa termasuk proses yang mendahului dan mengikuti tindakan ini. Perilaku
xxv
Praktik pemasaran dirancang untuk mempengaruhi perilaku konsumen,
perusahaan, individual, dan masyarakat. Pengetahuan yang cukup tentang perilaku
konsumen seperti memberikan petunjuk yang berharga untuk praktik pemasaran baik
bagi perusahaan komersial pencari laba, organisasi nirlaba dan para pembuat
peraturan.
Adapun beberapa alasan mengapa perilaku konsumen perlu dipelajari yaitu:
1. Kepentingan pemasaran
Para pemasar yang memahami perilaku konsumen akan mampu mempengaruhi
konsumen sesuai dengan yang diinginkan pemasar.
2. Kepentingan pendidikan dan perlindungan konsumen
Selain para pemasar dan produsen, lembaga pendidikan atau lembaga sosial
dan pemerintah juga berkepentingan untuk mengetahui dan mempengaruhi
perilaku konsumen.
3. Perumusan kebijakan masyarakat dan undang-undang perlindungan konsumen
Pemerintah dan lembaganya melalui kebijakan publik dan perundang-undangan
harus melakukan intervensi untuk melindungi konsumen. Pemerintah
berkewajiban untuk mempengaruhi pilihan konsumen melalui pelarangan
terhadap praktik-praktik bisnis yang merugikan konsumen.
2. Ciri Perilaku Konsumen
Konsep diri dan gaya hidup menghasilkan kebutuhan dan keinginan,
kebanyakan diantaranya membutuhkan keputusan mengenai konsumsi untuk
xxvi
keputusan konsumsi mulai diaktifkan. Proses ini, pengalaman dan tambahan
(acquisition) yang dihasilkan pada gilirannya mempengaruhi konsep diri dan gaya
hidup dengan jalan mempengaruhi karakteristik internal dan eksternal (Supranto dan
Limakrisna, 2011:16).
Keputusan yang dibuat akan menyebabkan pembelajaran dan mungkin akan
berdampak pada faktor internal dan eksternal yang akan mengubah atau memperkuat
konsep diri dan gaya hidupnya yang terkini.
1. Pengaruh Eksternal
Faktor eksternal meliputi budaya (culture), sub budaya (sub culture), status
sosial (social status), demografi, famili, dan kelompok rujukan.
2. Pengaruh Internal
Faktor internal meliputi preferensi, pembelajaran (learning), memori, motivasi,
kepribadian (personality), emosi, dan sikap.
3. Konsep diri dan gaya hidup
Konsep diri yaitu totalitas dari pemikiran dan perasaan tentang dirinya sendiri.
Gaya hidup yaitu manifestasi konsep diri pribadi
xxvii 2.3 Faktor yang Mempengaruhi Konsumen Mengambil Keputusan terbagi
atas Faktor Internal dan Faktor Eksternal 2.3.1Faktor Internal
2.3.1.1Motivasi
Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang artinya menggerakkan. Seorang
konsumen tergerak untuk membeli suatu produk karena adanya yang menggerakkan.
Proses timbulnya dorongan sehingga konsumen tergerak untuk membeli suatu
produk itulah yang disebut motivasi. Sedangkan yang memotivasi untuk membelinya
adalah motif (Suryani, 2008:27).
Menurut Schiffman dan Kanuk (2000:94) mendefinisikan motivasi sebagai
daya penggerak didalam individu yang mendorong mereka ke tindakan. Daya
penggerak ini diperoleh dari suatu kebutuhan tak dipenuhi. Motivasi merupakan
kekuatan yang enerjik yang menggerakkan perilaku dan memberikan tujuan dan arah
pada perilaku (Supranto dan Limakrisna, 2011:93)
Proses terbentuknya motivasi dimulai dari adanya stimulus atau rangsangan
yang membuat seseorang akan memerlukan akan pengenalan kebutuhan.
Rangsangan yang muncul didalam diri terjadi karena adanya gap antara apa yang
dirasakan dengan apa yang seharusnya dirasakan. Kemudian, pengenalan kebutuhan
akan menyebabkan tekanan kepada konsumen sehingga adanya dorongan pada
xxviii
Unsur-unsur yang terlibat dalam proses motivasi meliputi:
1. Kebutuhan
Setiap konsumen sebagai individu memiliki kebutuhan yang berbeda-beda.
Kebutuhan ini ada yang bersifat fisiologis dan tidak dipelajari, tetapi ada juga
yang dipelajari.
2. Tujuan
Merupakan sesuatu yang akan dicapai oleh konsumen sebagai hasil atas
perilaku yang dilakukan. Tujuan ada karena adanya kebutuhan.
Adapun beberapa teori umum mengenai Motivasi, yaitu:
1. Teori Maslow
Dr. Abraham Maslow adalah seorang psikolog klinis yang memperkenalkan
teori kebutuhan berjenjang yang dikenal sebagai teori Maslow atau Hirarki
Kebutuhan Manusia (Maslow’s Hierarchy of Needs). Maslow mengemukakan lima
kebutuhan manusia berdasarkan tingkat kepentingannya, yaitu:
a. Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan manusia untuk dapat mempertahankan
hidup
b. Kebutuhan Rasa Aman, yaitu kebutuhan tingkat dua yang dimana merupakan
kebutuhan perlindungan bagi fisik manusia
c. Kebutuhan Sosial, yaitu kebutuhan berdasarkan kepada perlunya manusia
xxix
d. Kebutuhan Ego, yaitu kebutuhan untuk berprestasi sehingga mencapai derajat
yag lebih tinggi dari yang lainnya.
e. Kebutuhan Aktualisasi Diri, yaitu keinginan dari seseorang individu untuk
menjadikan dirinya sebagai orang yang terbaik sesuai dengan potensi dan
kemampuan yang dimilikinya.
2. Teori Motivasi McClelland
David McClelland mengembangkan suatu teori motivasi yang disebut sebagai
McClelland Theory of Learned Needs. Teori ini menyatakan bahwa ada tiga
kebutuhan dasar yang memotivasi seseorang untuk berprilaku.
a. Kebutuhan Sukses, yaitu kenginan manusia untuk mencapai prestasi, reputasi,
dan karier yang baik
b. Kebutuhan Afiliasi, yaitu keinginan manusia untuk membina hubungan dengan
sesamanya, mencari teman yang bisa menerimanya, ingin dimiliki oleh
orang-orang disekitarnya, dan memiliki orang-orang-orang-orang yang bisa menerimanya.
c. Kebutuhan Kekuasaan, yaitu keinginan seseorang untuk bisa mengontrol
lingkungannya, termasuk mempengaruhi orang-orang disekelilingnya.
Dua aplikasi penting dari teori motivasi adalah segmentasi dan positioning.
Segmentasi pasar merupakan pengarahan target pasar untuk produk atau jasa yang
dipasarkan berdasarkan tingkat kebutuhan konsumen sedangkan positioning
merupakan citra produk atau jasa yang ingin dilihat oleh konsumen. Para pemasar
xxx
melakukan segmentasi pasar dan juga bisa dimanfaatkan untuk melakukan
positioning produk atau jasa.
2.3.1.2Persepsi
Proses persepsi bukan hanya proses psikologi semata, tetapi diawali dengan
proses fisiologis yang dikenal sebagai sensasi. Schiffman dan Kanuk (2000:35)
mendefinisikan persepsi sebagai proses dimana dalam proses tersebut individu
memilih, mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimuli menjadi sesuatu yang
bermakna. Kemudian, menurut Hurriyati (2005:101) persepsi adalah proses yang
dilalui orang dalam memilih, mengorganisasikan dan mengintepretasikan informasi
guna membentuk gambaran berarti mengenai dunia.
Proses terjadinya persepsi meliputi :
1. Proses Fisis
Objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indera.
2. Proses Fisiologis
Stimulus yang diterima alat indera kemudian dilanjutkan oleh saraf sensoris ke
otak.
3. Proses Psikologis
Terjadi proses pengolahan otak, sehingga individu menyadari tentang apa yang
xxxi
Menurut Supranto dan Limakrisna (2011) menyatakan bahwa ada 4 tahap
model pemrosesan informasi yaitu keterbukaan, perhatian, interpretasi dan memori.
Yang membentuk persepsi yaitu keterbukaan, perhatian dan interpretasi
1. Keterbukaan (exposure), terjadi ketika suatu stimulus yang ada menyebabkan
konsumen menyadari stimulus tersebut melaui pancaindera
2. Perhatian (attention), kapasitas pengolahan yang dialokasikan konsumen
terhadap stimulus yang masuk
3. Interpretasi, pemberian makna dan arti pada sensasi yang diterima
4. Memori, untuk keputusan yang segera dibuat atau retensi arti/makna dalam
jangka panjang.
Proses ini terjadi secara simultan/serentak interaktif, bukan satu persatu secara
berurutan. Pada dasarnya persepsi merupakan proses bagaimana rangsangan atau
stimuli-stimuli diseleksi, diorganisasikan dan diinterpretasikan.
2.3.1.3Sikap
Pembentukan sikap tidak terjadi dengan sendirinya, senantiasa terjadi dan
berlangsung dalam interaksi manusia yang berkenaan dengan obyek tertentu dan
sikap ini biasanya merupakan sikap yang positif dan negatif terhadap suatu obyek
setelah melalui proses penilaian yang dipengaruhi keadaan diri pribadi orang itu
sendiri maupun lingkungan.
Sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu objek apakah
disukai atau tidak, dan sikap juga bisa menggambarkan kepercayaan konsumen
xxxii
Sikap disebut juga sebagai konsep yang paling khusus dan sangat dibutuhkan dalam
psikologis sosial kontemporer. Sikap juga merupakan salah satu konsep yang paling
penting yang digunakan pemasar untuk memahami konsumen (Setiadi, 2003:214).
Adapun karakteristik dari sikap adalah:
1. Sikap memiliki Objek
Didalam konteks pemasaran, sikap konsumen harus terkait denga objek, objek
tersebut bisa terkait dengan berbagai konsep konsumsi dan pemasaran.
2. Konsistensi sikap
Karena sikap merupakan gambaran perasaan dari seorang konsumen, dan
perasaan tersebut akan direfleksikan oleh perilakunya. Karena itu sikap
memiliki konsistensi dengan perilaku dan perilaku konsumen tersebut
merupakan gambaran dari sikapnya.
3. Sikap positif, negatif dan netral
Sikap yang memiliki dimensi positif, negatif, dan netral disebut sebagai
karakteristik valence dari sikap.
4. Intensitas Sikap
Ketika konsumen menyatakan derajat tingkat kesukaan terhadap suatu produk,
maka ia mengungkapkan intensitas sikapnya. Intensitas sikap disebut sebagai
xxxiii
5. Resistensi Sikap
Resistensi adalah seberapa besar sikap seorang konsumen bisa berubah.
Pemasar penting memahami bagaimana resistensi konsumen agar bisa
menerapkan strategi pemasaranyang tepat.
6. Persistensi Sikap
Merupakan karakterisitik sikap yang menggambarkan bahwa sikap akan
berubah karena berlalunya waktu.
7. Keyakinan sikap
Merupakan kepercayaan konsumen mengenai kebenaran sikap yang
dimilikinya
8. Sikap dan situasi
Sikap seseorang terhadap suatu objek seringkali muncul dalam konteks situasi,
yang berarti situasi akan mempengaruhi sikap konsumen terhadap suatu objek.
Sikap sangat mempengaruhi keyakinan menentukan sesuatu. Dalam
hubungannya dengan perilaku sikap dan keyakinan sangat berpengaruh dalam
menentukan suatu produk, merek, dan pelayanan. Sikap merupakan suatu evaluasi
secara menyeluruh tentang kesiapan seseorang dalam melakukan suatu tindakan atas
obyek yang disuka atau tidak.
Sikap (attitudes) konsumen adalah faktor penting yang akan mempengaruhi
keputusan konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan konsep kepercayaan
xxxiv
1. Kepercayaan
Pengetahuan konsumen mengenai suatu objek, atribut dan manfaatnya.
2. Perilaku
Proses pengambilan keputusan dan aktivitas fisik dalam mengevaluasi,
memperoleh, menggunakan dan menghabiskan barang atau jasa.
2.3.2Faktor Eksternal 2.3.2.1Keluarga
Keluarga mempunyai peranan penting dalam perilaku konsumen. Konsumen
sebagai anggota keluarga yang sering berinteraksi dengan anggota keluarga lain,
perilakunya secara tidak langsung dipengaruhi oleh hasil interaksi tersebut. Keluarga
mempengaruhi proses pembelajaran, sikap, perilaku, dan persepsi orang-orang yang
didalamnya (Suryani, 2008:235).
Keluarga adalah lingkungan mikro, yaitu lingkungan yang paling dekat dengan
konsumen (Sumarwan, 2002:226). Keluarga mempunyai paling sedikit dua orang,
kepala keluarga dengan orang yang ada hubungan sedarah, perkawinan atau adopsi.
Menurut BKKBN (1999) keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk
berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup
spiritual dan materiil yang layak, bertakwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang
selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.
Friedman (1998) menyatakan bahwa tipe-tipe keluarga dibagi atas keluarga
inti, keluarga orientasi, keluarga besar. Keluarga inti adalah keluarga yang sudah
xxxv
istri dan anak mereka baik anak kandung ataupun anak adopsi. Keluarga orientasi
(keluarga asal) yaitu unit keluarga yang didalamnya seseorang dilahirkan. Keluarga
besar yaitu keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai
hubungan darah seperti kakek dan nenek, paman dan bibi.
Menurut Peter dan Olson (2000:111) dalam keluarga terdapat peran yang
berbeda dalam pengambilan keputusan:
1. Pemberi pengaruh (influencers) memberikan informasi bagi keluarga lainnya
tentang suatu produk atau jasa .
2. Penjaga pintu (gatekeepers) mengontrol aliran informasi yang masuk kedalam
keluarga
3. Pengambil keputusan (deciders) memiliki kekuasaan untuk menentukan apakah
suatu produk atau jasa akan digunakan atau tidak.
4. Pembeli (buyers) adalah orang yang akan menggunakan produk atau jasa
5. Pengguna (users) menggunakan produk atau jasa
6. Pembuang (disposers) akan membuang suatu produk atau memberhentikan
penggunaan suatu jasa.
Unsur-unsur yang terlibat dalam pengambilan keputusan didalam keluarga:
1. Struktur peran dalam keluarga
Dalam sebuah kelas produk tertentu, ada perbedaan dalam keterlibatan
masing-masing pihak dalam keluarga untuk setiap keputusan khusus yang diambil dan
xxxvi
2. Kesesuaian dengan kebutuhan keluarga.
Masing-masing pihak dalam keluarga memiliki perbedaan kebutuhan terhadap
suatu produk atau jasa yang cukup besar, sehingga diperlukan peran yang
memiliki pengaruh untuk menentukan kebutuhan keluarga.
2.3.2.2Budaya
Menurut Supranto dan Limakrisna (2007:21) budaya adalah keseluruhan
yang kompleks (complex whole) meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum,
moral, kebiasaan, dan setiap kemampuan dan kebiasaan yang diperoleh oleh setiap
orang sebagai anggota masyarakat. Budaya adalah segala nilai, pemikiran, simbol
yang mempengaruhi perilaku, sikap, kepercayaan, dan kebiasaan seseorang dan
masyarakat (Sumarwan, 2002:170).
Budaya juga dapat dicerminkan oleh berbagai hasil karya seni dan segala
macam benda yang ada didalam suatu masyarakat. Budaya yang ada dalam suatu
masyarakat bisa dibagi dalam beberapa bagian yang lebih kecil yang dikenal dengan
sub budaya (sub culture). Suatu budaya akan terdiri atas beberapa kelompok kecil
lainnya, yang dicirikan oleh adanya perbedaan perilaku antar kelompok kecil
tersebut. Perbedaan kelompok tersebut berdasarkan kepada perbedaan karakteristik
xxxvii
Unsur-unsur pembentuk budaya yaitu:
1. Nilai (Value)
Nilai adalah kepercayaan atau segala sesuatu yang dianggap penting oleh
seseorang atau suatu masyarakat. Nilai mengarahkan seseorang untuk
berperilaku yang sesuai dengan budayanya.
2. Kebiasaan (Customs)
Kebiasaan adalah berbagai bentuk perilaku dan tindakan yang diterima secara
budaya. Kebiasaan tersebut diturunkan dari generasi ke generasi secara turun
menurun.
3. Larangan (Mores)
Larangan adalah berbagai bentuk kebiasaan yang mengandung aspek moral,
biasanya berbentuk tindakan yang tidak boleh dilakukan oelh seseorang dalam
suatu masyarakat. Pelanggaran terhadap larangan tersebut akan mengakibatkan
sangsi sosial.
4. Konvensi (Conventions)
Konvensi menggambarkan norma dalam kehidupan sehari-hari. Konvensi
menggambarkan anjuran atau kebiasaan bagaimana seseorang harus bertindak
sehari-hari.
5. Mitos
Mitos adalah unsur penting yang menggambarkan sebuah cerita atau
xxxviii
6. Simbol
Simbol adalah segala sesuatu yang memiliki arti penting.
Produk dan jasa memainkan peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi
budaya, karena produk mampu membawa pesan makna budaya. Makna budaya
adalah nilai-nilai, norma-norma dan kepercayaan yang dikomunikasikan secara
simbolik.
Terdapat 3 bentuk nilai budaya yang mempengaruhi konsumsi, yaitu:
1. Berorientasi pada Pihak Lain (Other Oriented)
Mencerminkan pandangan suatu masyarakat tentang hubungan yang tepat
antara individu/perorangan dengan kelompok dalam suatu masyarakat.
2. Berorientasi pada Lingkungan (Environment Oriented)
Menentukan hubungan masyarakat dengan ekonominya serta lingkungan fisik
dan teknis.
3. Berorientasi pada Diri Sendiri
Mencerminkan tujuan dan pendekatan terhadap hidup, bahwa anggota
perorangan dan masyarakat lebih diinginkan (bukan kelompok yang
diutamakan). Nilai ini mempunyai implikasi yang kuat untuk manajemen
xxxix 2.4 Ciri Perilaku Konsumen Muslim dan Perspektif Islam tentang Menabung
1. Ciri Perilaku Konsumen Muslim
Penyikapan manusia pada harta menjadi karakteristik ekonomi Islam. Dalam
surat An-Nisa: 5 Allah SWT berfirman:
Artinya :“ Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna
akalnya, harta yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan…”
Menurut Sakti (2007:108) terdapat empat prinsip utama dalam sistem ekonomi
Islam yang diisyaratkan dalam Al-Quran:
1. Hidup hemat dan tidak bermewah-mewahan. Ini berarti tindakan ekonomi
hanyalah untuk memenuhi kebutuhan (needs) bukan keinginan (wants).
2. Implementasi zakat, infak, dan shodaqoh.
3. Pelarangan riba; menjadikan sistem bagi hasil dengan instrumen mudharabah
dan musyarakah sebagai sistem kredit dan instrumen bunganya.
4. Menjalankan usaha-usaha yang halal; dari produk atau komoditi, proses
produksi hingga distribusi.
Menurut Sudarsono (2003), seorang muslim dalam berkonsumsi didasarkan
atas beberapa pertimbangan:
1. Manusia tidak kuasa sepenuhnya mengatur detil permasalahan ekonomi
xl
konsumsi seorang muslim. Pola konsumsi yang didasarkan atas kebutuhan
akan menghindari pola konsumsi yang tidak perlu.
Artinya :” Dan jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan apa yang diberikan
Allah kepada mereka dari karunia-Nya… milik Allah lah warisan (apa
yang ada) di langit dan di bumi….” (QS. Al-Imran: 180).
2. Perspektif Islam Tentang Menabung
Menabung adalah tindakan yang dianjurkan oleh Islam, karena dengan
menabung berarti seorang muslim mempersiapkan diri untuk pelaksanaan
perencanaan masa yang akan datang sekaligus untuk menghadapi hal-hal yang tidak
diinginkan. Dalam prinsip menabung tidak lepas dari perilaku konsumsi, karena
manusia adalah makhluk konsumtif. Karena itu perlu menyiapkan masa depan yang
lebih baik daripada mengkonsumsi secara berlebihan tanpa melihat dampak
kedepannya.
Adapun arahan Islam untuk konsumsi paling tidak ada tiga hal.
1. Jangan boros. Seorang muslim dituntut untuk selektif dalam membelanjakan
hartanya terutama untuk ditabung. Tidak semua hal yang dianggap butuh saat
ini harus segera dibeli. Karena sifat dari kebutuhan sesungguhnya dinamis, ia
xli
2. Seimbangkan pengeluaran dan pemasukan. Seorang muslim hendaknya mampu
menyeimbangkan antara pemasukan dan pengeluarannya, sehingga sedapat
mungkin tidak berutang. Karena utang, menurut Rasulullah SAW akan
melahirkan keresahan di malam hari dan mendatangkan kehinaan di sianghari.
3. Tidak bermewah-mewah. Islam juga melarang umatnya hidup dalam
kemewahan. Kemewahan yang dimaksud menurut adalah tenggelam dalam
kenikmatan hidup berlebih-lebihan dengan berbagai sarana yang serba
menyenangkan.
2.5 Motif Pengambilan Keputusan Konsumen
Prasetijo dan Ihalauw (2005:39) dijelaskan ada dua motif yang mempengaruhi
pengambilan keputusan konsumen, yaitu :
1. Motif Rasional
Menurut ilmu ekonomi manusia berperilaku rasional pada waktu mereka
mempertimbangkan alternatif-alternatif dan memilih alternatif yang memiliki paling
banyak kegunaan. Dalam konteks pemasaran, konsumen memilih (produk) tujuan
berdasarkan kriteria objektif seperti ukuran, harga, berat, dan keuntungan (manfaat
yang diperoleh). Dan faktor-faktor lain yang dipertimbangkan dapat berupa ekonomi,
seperti faktor penawaran, permintaan dan bunga. Selain itu juga faktor kualitas,
pelayanan ketersediaan barang, ukuran, kebersihan, efisiensi dalam penggunaan,
xlii
2. Motif Emosional
Pemilihan tujuan berdasarkan kriteria yang subjektif dan bersifat pribadi seperti
kebanggaan, ketakutan, perasaan, maupun status, pengungkapan rasa cinta
kebanggaan, kenyamanan,kesehatan, keamanan dan kepraktisan.
Setiap konsumen melewati lima tahap dalam setiap akan mengambil keputusan.
Secara rinci tahap-tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pengenalan Masalah
Proses diawali saat konsumen menyadari adanya masalah kebutuhan.
Konsumen menyadari terdapat perbedaan antara kondisi sesungguhnya dengan
kondisi yang diinginkannya. Kebutuhan ini dapat disebabkan oleh rangsangan
internal atau rangsangan eksternal seseorang.
2. Pencarian Informasi
Seorang konsumen yang mulai timbul minatnya akan terdorong untuk mencari
informasi yang lebih banyak. Salah satu faktor kunci bagi pemasar adalah
sumber-sumber informasi utama yang dipertimbangkan oleh konsumen dan pengaruh relatif
dari masing-masing sumber terhadap keputusan pembelian.
Sumber-sumber informasi konsumen dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat)
kelompok, yaitu:
1. Sumber Pribadi : keluarga, teman, tetangga dan kenalan
2. Sumber Komersil : iklan, tenaga penjual, penyalur, kemasan
3. Sumber Umum : media massa organisasi konsumen
xliii
3. Evaluasi Alternatif
Ada beberapa proses evaluasi alternatif keputusan, kebanyakan model dari
proses evaluasi konsumen sekarang bersifat kognitif, yaitu mereka memandang
konsumen sebagai pembentuk penilaian terhadap produk terutama berdasarkan
pertimbangan yang sadar dan rasional.
4. Pengambilan Keputusan
Ada 2 (dua) faktor yang mempengaruhi tujuan dan keputusan yang diambil.
Faktor pertama adalah sikap atau pendirian orang lain, sejauh mana sikap orang lain
akan mengurangi alternatif pilihan seseorang.
Faktor kedua adalah situasi yang tidak dapat diantisipasi. Ketika konsumen
akan bertindak, faktor situasi yang tidak diantisipasi mungkin terjadi untuk maksud
keputusan tersebut.
5. Perilaku Pasca Pengambilan Keputusan
Sesudah keputusan diambil terhadap suatu produk, yang dilakukan konsumen
akan mengalami beberapa tingkat kepuasan dan ketidakpuasan. Konsumen tersebut
juga akan terlibat dalam tindakan-tindakan sesudah pembelian dan penggunaan
produk yang menarik minat pemasar. Pekerjaan pemasar tidak akan berakhir pada
saat suatu produk telah dipilih, tetapi akan terus berlangsung hingga sesudah dipilih.
Pengambilan keputusan merupakan fungsi dari seberapa dekat harapan memilih atas
produk tersebut dengan daya guna yang dirasakan dari produk tersebut. Jika daya
xliv
akan merasa kecewa, jika memenuhi harapan, pelanggan tersebut akan merasa puas,
dan jika melebihi harapan, maka pelanggan tersebut akan merasa sangat puas.
2.6 Ruang Lingkup Bank 2.6.1Pengertian Bank
Menurut Undang-undang RI no. 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998
tentang Perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya pada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak.
Dari definisi tersebut menekankan bahwa usaha utama bank adalah
menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang menjadi sumber dana bagi bank.
Sedangkan dari segi penyaluran dananya, bank tidak hanya memperoleh keuntungan
yang sebesar-besarnya bagi pemilik tapi juga harus meningkatkan taraf hidup
masyarakat.
2.6.2Fungsi Bank
Siamat (2005:276) menyatakan bank umum memiliki fungsi pokok yaitu:
1. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam
kegiatan ekonomi;
2. Menciptakan uang;
3. Menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat;
xlv 2.6.3Peranan Bank
Bank dan lembaga non bank, mempunyai peranan yang penting dalam sistem
keuangan, peranan tersebut adalah:
1. Pengalihan aset
Bank dan lembaga non bank, akan memberikan pinjaman kepada pihak yang
membutuhkan dana dalam waktu tertentu yang telah disepakati. Dalam hal ini,
bank dan lembaga keuangan non bank telah berperan sebagai pengalihan aset
dari unit surplus ke unit defisit
2. Transaksi
Bank dan lembaga non bank, memberikan berbagai kemudahan kepada pelaku
ekonomi untuk melakukan transaksi barang dan jasa
3. Likuiditas
Unit surplus dapat menempatkan dana yang dimilikinya dalam produk-produk
berupa giro, tabungan dan deposito. Untuk kepentingan likuiditas pemilik dan
dapat menempatkan dananya seseuai dengan kebutuhan dan kepentingannya
4. Efisiensi
Peranan bank dan lembaga non bank dapat menurunkan biaya transaksi dengan
jangkauan pelayanannya. Adanya informasi yang tidak simetris antara
xlvi 2.7 Bank Syariah
2.7.1Sejarah Kemunculan Perbankan Syariah
Didalam sejarah perekonomian umat Islam, pembiayaan yang dilakukan
dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian dari tradisi umat Islam sejak
zaman Rasulullah Saw. Praktik-praktik seperti menerima titipan harta, meminjamkan
uang untuk keperluan konsumsi dan keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman
uang telah lazim dilakukan sejak zaman Rasulullah Saw.
Rasulullah Saw. yang dikenal dengan julukan al-Amin, dipercaya oleh
masyarakat Mekkah menerima simpanan harta, sehingga pada saat terakhir sebelum
hijrah ke Madinah. Dan akhirnya Muhammada Saw meminta Ali bin Abi Thalib r.a.
untuk mengembalikan semua titipan itu kepada pemiliknya.
Seorang sahabat Rasulullah Saw., Zubair bin al-Awwam r.a., memilih tidak
menerima titipan harta. Ia lebih suka menerima dalam bentuk pinjaman. Tindakan
Zubair ini menunjukkan konsep yang berbeda yaitu, dengan mengambil uang sebagai
pinjaman dan mempunyai hak untuk memanfaatkannya serta karena bentuknya
pinjaman maka wajib untuk mengembalikannya secara utuh. Ada juga sahabat yang
bernama Ibnu Abbas r.a pernah melakukan pengiriman uang ke Kufah dan Abdullah
bin Zubair r.a melakukan pengiriman uang dari Makkah.
Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin al-Khattab r.a. menggunakan cek
untuk membayar tunjangan kepada mereka yang berhak. Dengan menggunakan cek
ini mereka mengambil gandum di Baitul Mal yang pada saat itu diimpor dari Mesir.
xlvii mudharabah, muzara’ah, musaqah, telah dikenal sejak awal diantara kaum
Muhajirin dan kaum Anshar.
Dari hal tersebut menunjukkan, fungsi perbankan sudah ada sejak zaman
Rasulullah Saw., diantaranya seperti contoh ada sahabat nabi yang melaksanakan
fungsi menerima titipan harta, ada yang melaksanakan pinjam-meminjam uang, ada
yang melaksanakan fungsi pengiriman uang, dan ada pula yang memberikan modal
kerja.
Dalam perkembangan perbankan syariah modern, disejumlah negara Islam dan
penduduk mayoritas Muslim mulai timbul usaha untuk mendirikan lembaga bank
non riba. Hal itu terjadi setelah bangsa-bangsa Muslim memperoleh kemerdekaan
dari para penjajah Eropa.
Pendirian bank syariah yang paling sukses dan inovatif dimasa modern
dilakukan di Mesir tahun 1963, dengan berdirinya Mit Ghamr Local Saving Bank.
Kesuksesan Mit Ghamr memberi inspirasi bagi umat Muslim diseluruh dunia,
sehingga timbullah kesadaran bahwa prinsip-prinsip Islam ternyata masih dapat
diaplikasikan dalam bisnis modern.
Pada bulan Oktober 1975, akhirnya terbentuklah Islamic Development Bank
(IDB) yang beranggotakan 22 negara Islam pendiri. Bank ini menyediakan bantuan
finansial untuk pembangunan negara-negara anggotanya, membantu mereka untuk
mendirikan bank Islam dinegaranya masing-masing, dan memainkan peranan
penting dalam penelitian ilmu ekonomi, perbankan dan keuangan Islam. Kini, bank
xlviii
Kini perbankan syariah telah mengalami perkembangan yang cukup pesat dan
menyebar kebanyak negara, bahkan ke negara-negara Barat. The Islamic Bank
International of Denmark tercatat sebagai bank syariah pertama yang beroperasi di
Eropa, yakni pada tahun 1983 di Denmark. Kini, bank–bank besar di negara Barat,
seperti Citibank, ANZ Bank, Chase Manhattan Bank dan Jardine Flaming telah
membuka Islamic window agar dapat memberikan jasa-jasa perbankan sesuai dengan
syariat Islam.
Di Indonesia sendiri, bank syariah dipelopori oleh Bank Muammalat Indonesia.
Berdiri pada tahun 1991 yang diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan
pemerintah serta dukungan dari Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan
beberapa pengusaha Muslim. Saat ini keberadaan bank syariah di Indonesia telah
diatur dalam Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 tahun
1992 tentang Perbankan.
2.7.2Pengertian Bank Syariah
Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang
yang pengoperasiannya disesuaikan dengan syariat Islam (Muhammad, 2005:13).
Bank syariah biasa disebut Islamic Banking atau interest free banking yaitu suatu
sistem perbankan yang dalam pelaksanaan operasional tidak menggunakan sistem
bunga (riba), spekulasi (maisir), dan ketidak pastian atau ketidak jelasan (gharar)
xlix 2.7.3Karakteristik Bank Syariah
Ada beberapa karakteristik yang dimiliki bank syariah sehingga terlihat jelas
perbedaannya dengan bank kovensional, adapun beberapa karakteristik tersebut
adalah:
1. Prohibition against the payment and receipt of a fixed or predeter mined rate
of interest. Metode bunga digantikan dengan metode bagi hasil (profit and loss
sharing)
2. Requirement to operate through Islamic modes of financing.
3. Ketika bank mengalami kerugian, nasabah menyimpan dana mungkin
kehilangan dananya, menurut perbandingan pembagian laba/rugi.
4. Beban biaya atas pelayanan bank syariah disepakati bersama pada saat pinjam
atau pembiayaan dan dinyatakan dalam bentuk nominal, beban biaya tersebut
hanya dikenakan selama berlakunya masa kontrak, sedangkan penyelesaian sisa
utang setelah kontrak berakhir dilakukan kontrak baru.
5. Dihindarinya penggunaan persentase atas pinjaman kredit dalam menentukan
utang, hal ini menghindari berlipatnya beban biaya dan produk pinjaman yang
memungkinkan terlambat dibayar.
6. Proporsi bagi hasil didasarkan atas jumlah keuntungan usaha yang diperoleh
debitur.
7. Bank syariah tidak menjanjikan jumlah keuntungan yang pasti kepada nasabah
penyimpan dana dalam giro wadi’ah maupun tabungan/deposito mudharabah.
l
sedangkan pemegang tabungan/deposito mudharabah akan mendapatkan
proporsi bagi hasil.
8. Prinsip penjaminan (collateral) tidak dominan dalam pemberian kredit di bank
syariah. Hal ini terlihat pada pembiayaan pembelian barang modal bahwa
barang yang dibeli masih milik bank dapat dianggap sebagai jaminan sendiri
selama belum dilunasi oleh debitur.
9. Bank syariah tidak menjadikan uang sebagai komoditi. Hal ini berimplikasi
pada pada pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah pada dasarnya berupa
uang, melainkan pembiayaan barang atau jasa yang dibutuhkan debitur.
2.7.4Prinsip Dasar Perbankan Syariah
Batasan-batasan bank syariah yang harus menjalankan kegiatannya berdasar
pada syariat Islam, menyebabkan bank syariah harus menerapkan prinsip-prinsip
yang sejalan dan tidak bertentangan dengan syariat Islam. Adapun prinsip-prinsip
bank syariah adalah sebagai berikut:
1) Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah)
Wadi’ah dapat juga diartikan titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan
kapan saja bila dikehendaki dari satu pihak ke pihak lain, baik sebagai individu
maupun sebagai suatu badan hukum (Ali, 2008:23).
Secara umum terdapat 2 (dua) jenis Al-wadi’ah:
a. Wadi’ah yad Al-Amanah (Trustee Depository)
li
b. Wadiah yad adh-Dhamamah (Guarantee Depository)
Diaplikasikan dalam produk giro dan tabungan.
2) Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing atau Syirkah)
Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tatacara pembagian hasil usaha
penyedia dana dengan pengelola dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini
adalah:
a. Al-Musyarakah
Pembiayaan yang dilakukan oleh pihak bank syariah untuk nasabah yang ingin
melaksanakan proyek atau usaha, kemudian akan disepakati jumlah modal dan
keuntungan bagi hasil untuk masing-masing pihak berdasarkan persentase
keuntungan bersih dari hasil usaha tersebut sesuai dengan kesepakatan yang
telah dibuat (Ali, 2008: 34).
Dua jenis Al-Musyarakah:
1) Musyarakah pemilikan, tercipta karena warisan, wasiat atau kondisi lainnya
yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih
2) Musyarakah akad, tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua atau lebih
setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah
b. Mudharabah
Bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak dimana pemilik modal (shahib
al-maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib)
dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan (Karim, 2006:103). Akad
lii
1) Mudharabah Muthlaqah adalah kerja sama antara shahibul al-maal dan
mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi spesifikasi jenis
usaha, waktu dan daerah bisnis.
2) Mudharabah Muqayyadah adalah kerjasama antara shahibul al-maal dan
mudharib dimana mudharib memberikan batasan kepada shahibul al-maal
mengenai tempat, cara dan obyek investasi.
3) Prinsip Jual Beli (Ba’i)
Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan
kepemilikan barang atau benda (transfer of property). Tingkat keuntungan bank
ditentukan didepan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual (Karim,
2006:98). Prinsip jual beli terbagi atas:
a. Murabahah
Murabahah yang berasal dari kata ribhu (keuntungan) adalah transaksi jual-beli
dimana bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli.
Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan (margin)
b. Salam
Transaksi jual beli di mana barang yang diperjual belikan belum ada. Bank
bertindak sebagai pembeli sementara nasabah sebagai penjual.
c. Istishna
Akad jual beli antara pembeli dan produsen yang bertindak juga sebagai
penjual. Bank syariah umumnya diaplikasikan pada pembayaran manufaktur
liii
4) Prinsip Sewa (Ijarah)
Akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah
sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak kepemilikan atas barang itu sendiri.
Ijarah terbagi kepada 2 (dua) jenis:
a. Ijarah, sewa murni
b. Ijarah al muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana
si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa.
5) Prinsip Jasa (Fee-Based Service)
Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank.
Bentuk produk yang berdasarkan prinsip antara lain:
a. Alih Utang-Piutang(Hiwalah)
Tujuan fasilitas hiwalah adalah untuk membantu supplier atau pemasok
mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya.
b. Gadai(Rahn)
Tujuan akad Rahn adalah untuk memberikan jaminan pembayaran kembali
kepada bank dalam memberikan pembiayaan.
c. Pinjaman Uang(Qardh)
Pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali
atau dengan kata lain meminjamkan uang tanpa mengharapkan imbalan. Dana
liv
d. Perwakilan(Wakalah)
Dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada
bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti L/C,
inkaso dan transfer uang.
e. Garansi Bank(Kafalah)
Kafalah dapat diberikan dengan tujuan untuk menjamin pembayaran suatu
lv 2.7.5Perbedaan Bank Syariah dan Konvensional
Tabel 2.2
Perbedaan Bank Syariah dan Konvensional
Karakteristik Bank Syariah Konvensional Business Framework Seluruh aktivitas comply
dengan syariah
Secular principles dan tidak didasarkan pada hukum agama Islam Larangan riba dalam
kredit/pembiayaan
Berdasarkan transaksi jual beli, bagi hasil, sistem angsuran tetap sejak awal s.d jatuh tempo pembiayaan
Orientasi bunga, sistem angsuran fixed/floating
Larangan riba dalam simpanan
Sistem profit and loss sharing atau revenue sharing, bank terhindar dari negative spreed
Sistem bunga yang mewajibkan bank membayar bunga sesuai dengan yang diperjanjikan diawal, bank rentan terhadap negative spreed
Hubungan dengan nasabah
Kemitraan Kreditur dan debitur
Dewan Pengawas Syariah Memiliki DPS suntuk mengawasi setiap produk dan aktivitas bank
Tidak mengenal dewan sejenis
Larangan gharar Dilarangan gharar (ketidakpastian) dan
Diakui sebagai dana kebajikan (sumber qardh)
Sebagai pendapatan bank
Kegiatan social Pengumpul dan
mendistribusikan zakat
Tidak melakukan kegiatan ini Penyalahgunaan dana Menghindari hal ini yaitu
tidak memberikan dana secara tunai tetapi
memberikan barang yang dibutuhkan Murabahah
Memberikan peluang yang sangat besar untuk sight streaming (penyalahgunaan dana pinjaman)
lvi 2.8 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan pondasi utama untuk sepenuhnya proyek
penelitian itu ditujukan, hal ini merupakan jaringan hubungan antar variabel yang
secara logis diterangkan, dikembangkan, dan dielaborasi dari perumusan masalah
yang telah diidentifikasi melalui proses wawancara, observasi dan survey literatur
(Kuncoro, 2003:48).
Menurut Supranto dan Limakrisna (2011;16) pandangan seseorang tentang
dirinya dan cara dia mencoba hidup ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya
yaitu faktor motivasi, persepsi, sikap, keluarga dan budaya.
Motivasi merupakan daya penggerak didalam individu yang mendorong untuk
menabung di Bank Syariah (Schiffman dan Kanuk, 2000:94)
Persepsi merupakan proses yang dilalui seseorang dalam memilih,
mengorganisasikan dan mengintepretasikan informasi guna membentuk gambaran
dirinya untuk mengambil keputusan menabung di Bank Syariah (Schiffman dan
Kanuk, 2000:35).
Sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu objek apakah
disukai atau tidak, dan sikap juga bisa menggambarkan kepercayaan konsumen
terhadap berbagai atribut dan manfaat memutuskan untuk menabung di Bank Syariah
(Sumarwan, 2002: 136).
Keluarga adalah lingkungan mikro, yaitu lingkungan yang paling dekat dengan
konsumen. Keluarga mempunyai peranan yang paling kuat untuk mempengaruhi
lvii
Budaya adalah segala nilai, pemikiran, simbol yang mempengaruhi perilaku,
sikap, kepercayaan, dan kebiasaan seseorang dan masyarakat dalam memutuskan
memilih menabung pada Bank Syariah (Sumarwan, 2002:170).
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Sumber: Samsudin (2005), data diolah
2.9 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan manfaat dan kerangka
konseptual penelitian, maka hipotesis penelitian dari penelitian ini adalah:
3. Faktor motivasi, persepsi, sikap, keluarga dan budaya secara parsial
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan nasabah
menabung di Bank Sumut Cabang Syariah Medan
4. Faktor motivasi, persepsi ,sikap, keluarga dan budaya secara bersama-sama
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan nasabah menabung di
Bank Sumut Cabang Syariah Medan
Faktor Motivasi X1
Faktor Persepsi X2
Faktor Sikap X3
Keputusan Nasabah menabung di Bank
Sumut Cabang Syariah Medan
Y
Faktor Budaya X5