• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata Kunci: Pola Pendidikan Karakter, MTs Pondok Tremas, MTs Pembangunan Kikil. A. PENDAHULUAN - PERBANDINGAN POLA PENDIDIKAN KARAKTER ANTARA MTs PONDOK TREMAS DAN MTs PEMBANGUNAN KIKIL ARJOSARI PACITAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kata Kunci: Pola Pendidikan Karakter, MTs Pondok Tremas, MTs Pembangunan Kikil. A. PENDAHULUAN - PERBANDINGAN POLA PENDIDIKAN KARAKTER ANTARA MTs PONDOK TREMAS DAN MTs PEMBANGUNAN KIKIL ARJOSARI PACITAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN POLA PENDIDIKAN KARAKTER

ANTARA MTs PONDOK TREMAS DAN MTs PEMBANGUNAN KIKIL ARJOSARI PACITAN

Oleh: Rima Umaimah

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami dan mengetahui Perbandingan Pola Pendidikan Karakter Antara Mts Pondok Tremas Dan Mts Pembangunan Kikil Arjosari Pacitan. Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif. Melalui penelitian ini ditemukan bahwa; (1) Pelaksanaan pendidikan karakter di MTs Pondok Tremas secara umum dapat dinilai berhasil, dari delapan belas nilai karakter dapat diimplementasikan dengan baik. Hal tersebut dipengaruhi oleh teladan dan contoh nyata dalam kehidupan dan dalam kegiatan pembelajaran, dan juga terbentuknya budaya sekolah, yaitu perilaku, tradisi, kebiasaan, kesehatan dan simbol-simbol yang dipraktikan oleh semua warga sekolah dan masyarakat sekitar sekolah berlandaskan nilai-nilai tersebut. (2) Tingkat keberhasilan MTs Pembangunan Kikil dalam mengembangkan karakter siswa masih belum optimal, belum optimalnya hasil pengembangan karakter siswa ini karena kurangnya partisipasi siswa dalam kegiatan pengembangan karakter, pengaruh lingkungan sekitar karena banyak siswa yang tidak bertempat tinggal di asrama.

Kata Kunci: Pola Pendidikan Karakter, MTs Pondok Tremas, MTs Pembangunan Kikil.

A. PENDAHULUAN

Karakter adalah watak, sifat, atau hal-hal yang memang sangat mendasar yang ada pada diri seseorang. Hal-hal yang sangat abstrak yang ada pada diri seseorang sering orang menyebutnya dengan tabiat atau perangai.1 Tidak ada yang menyangkal bahwa karakter merupakan aspek yang penting untuk kesuksesan manusia di masa depan. Karakter yang kuat akan membentuk mental yang kuat. Sedangkan mental yang kuat akan melahirkan spirit yang kuat, pantang menyerah, berani mengarungi proses panjang, serta menerjang arus badai yang bergelombang dan berbahaya. Karakter yang kuat merupakan prasyarat untuk menjadi seorang pemenang dalam medan

1

(2)

kompetisi kuat seperti saat ini dan yang akan datang. Bagi seseorang yang berkarakter lemah, tidak akan ada peluang untuk menjadi pemenang. Ia hanya menjadi pecundang, sampah masyarakat dan termarginalkan dalam proses kompetisi yang ketat. Sebab, ia mudah menyerah, tidak mempunyai prinsip, serta tidak mempunyai keberanian untuk menerjang gelombang ombak dan badai yang dahsyat. Ia penakut, langkahnya ceroboh, dan pergerakannya bisa dibaca oleh orang lain dengan mudah. Oleh sebab itu, pendidikan karakter menjadi keniscayaan bagi bangsa ini untuk membangun mental pemenang bagi generasi bangsa di masa yang akan datang.2

Pendidikan adalah fenomena utama dalam kehidupan manusia untuk membantu perkembangan dan pertumbuhan peserta didik menjadi dewasa. Sesuai dengan visi dan misi pendidikan nasional, tujuan pendidikan haruslah mencerminkan kemampuan sistem pendidikan nasional untuk mengakomodasi berbagai tuntutan sekaligus tantangan zaman dengan berbagai fenomena sosial yang mengikutinya. Secara umum pendidikan harus mampu menghasilkan manusia sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat yang sehat dan cerdas dengan (1) kepribadian yang kuat dan religius serta mampu menjunjung tinggi budaya luhur bangsa, (2) kesadaran demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, (3) kesadaran moral hukum yang tinggi dan (4) kehidupan yang makmur dan sejahtera.3

Oleh karenanya pendidikan adalah proses pembelajaran yang harus paling bertanggung jawab untuk menjadikan seseorang tidak hanya sekedar mengenal dan faham semata akan nilai-nilai kebaikan, melainkan sadar dan mengamalkan nilai-nilai kebaikan tersebut dalam kehidupan sehari-hari sebagai karakter yang positif atau kepribadian yang mulia, karena pada dasarnya hakikat pendidikan bukan hanya sekedar transfer of knowledge akan tetapi juga transfer of values, dalam arti penanaman dan pengalaman

2

Jamal Makmur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter Di Sekolah

(Jogjakarta: Diva Press, 2011), 19-20.

3

(3)

nilai akan sangat berarti dalam kehidupan sehari-hari dibandingkan hanya sekedar hafal dan tahu. Berangkat dari temuan fenomena tersebut, maka judul penelitian ini adalah “Pola Nilai-nilai Pendidikan Karakter di Lembaga Pendidikan Islam.”

B. PEMBAHASAN

1. Pengertian Pendidikan Karakter Dan Tujuannya

Pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh guru untuk mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu dalam membentuk watak peserta didik dengan cara memberikan keteladanan, cara berbicara atau menyampaikan materi yang baik, toleransi, dan berbagai hal yang terkait lainnya.4Pendidikan karakter sangat penting dan menjadi kebutuhan mendesak mengingat demoralisasi dan degradasi pengetahuan sudah sedemikian akut menjangkiti bangsa ini di semua lapisan masyarakat. Pendidikan karakter diharapkan mampu membangkitkan kesadaran bangsa ini untuk membangun pondasi kebangsaan yang kokoh.5

Sedangkan tujuan pendidikan karakter adalah meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara terpadu, utuh, dan seimbang sesuai dengan standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter, diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.6

4

Jamal Makmur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter Di Sekolah

(Jogjakarta: Diva Press, 2011), 31.

5

Ibid., 47.

6

(4)

2. Jenis Pendidikan Karakter

Jenis pendidikan karakter yang selama ini dikenal dan dilaksanakan dalam proses pendidikan. Berikut keempat jenis pendidikan karakter tersebut:

a. Pendidikan karakter berbasis nilai religius, yang merupakan kebenaran wahyu Tuhan (konservasi moral).

b. Pendidikan karakter berbasis nilai budaya, antara lain yang berupa budi pekerti, Pancasila, apresiasi sastra, serta keteladanan tokoh-tokoh sejarah dan para pemimpin bangsa (konservasi lingkungan).

c. Pendidikan karakter berbasis lingkungan (konservasi lingkungan). d. Pendidikan karakter berbasis potensi diri; yaitu sikap pribadi, hasil

proses kesadaran pemberdayaan potensi diri yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan (konservasi humanis).

Pendidikan karakter berbasis potensi diri adalah proses kegiatan yang dilakukan dengan segala daya upaya secara sadar dan terencana untuk mengarahkan anak didik agar mereka mampu mengatasi diri melalui kebebasan dan penalaran serta mengembangkan segala potensi diri yang dimiliki anak didik.7

3. Nilai Karakter

a. Religius

Berketuhanan sebenarnya, didalam jiwa manusia itu sendiri sudah tertanam benih keyakinan yang dapat merasakan akan adanya Tuhan itu. Rasa semacam ini sudah merupakan fitrah (naluri insani). Inilah yang disebut dengan naluri keagamaan. Manusia religius berkeyakinan bahwa semua yang ada di alam semesta ini adalah merupakan bukti yang jelas terhadap adanya Tuhan. Unsur-unsur perwujudan serta benda-benda alam inipun mengukuhkan keyakinan bahwa di situ ada Maha Pencipta dan Pengatur. Keyakinan agama adalah kepercayaan atas doktrin ketuhanan, seperti percaya terhadap adanya Tuhan, malaikat, akhirat, surga, neraka, takdir, dan lain-lain.

7

(5)

Tanpa keimanan memang tidak akan nampak keberagamaan. Tidak akan ada ketaatan kepada Tuhan jika tanpa keimanan kepada-Nya. Walaupun keimanan itu bersifat pengetahuan, tetapi iman itu bersifat yakin, tidak ragu-ragu. Namun kenyataannya, iman itu sendiri sering mengencang dan mengendur, bertambah dan berkurang, dan bisa jadi akan hilang sama sekali. Apa yang diperlukan disini adalah pemupukan rasa keimanan. Maka, keimanan yang abstrak tersebut perlu didukung oleh perilaku keagamaan yang bersifat praktis yaitu ibadah (cara melakukan penyembahan kepada Tuhan dengan segala rangkaiannya).8

b. Jujur

Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap pihak lain. Jujur merujuk pada suatu karakter moral yang mempunyai sifat-sifat positif dan mulia seperti integritas, penuh kebenaran, dan lurus sekaligus tiadanya bohong, curang, ataupun mencuri.

Di lingkungan rumah tangga, kita harus dapat mencontohkan kejujuran pada anak-anak kita. Kita pun sudah siap dengan disiplin keluarga jika ada anak yang berbohong. Dan selalu siap memberi pujian apabila berbuat jujur, betapapun kecilnya prestasi kejujuran itu. Di sekolah, murid-murid itu berbuat jujur apabila:

1) Menyampaikan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya

2) Bersedia mengakui kesalahan, kekurangan ataupun keterbatasan diri

3) Tidak suka mencontek 4) Tidak suka berbohong

5) Tidak memanipulasi fakta/ informasi 6) Berani mengakui kesalahan

8

(6)

Untuk menegakkan kejujuran di sekolah, guru dapat membuat peraturan yang dapat mengurangi, bahkan meniadakan, ketidakjujuran. Disiplin sekolah menjadi penting di sini untuk mendukung pendidikan kejujuran. Sedangkan di lingkungan masyarakat, sudah seyogiyanyalah kejujuran ini dapat dicontohkan oleh para pemimpin masyarakat.9

c. Bertanggung Jawab

Bertanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), Negara, dan Tuhan. Berat atau ringannya tanggung jawab seseorang, tergantung tinggi atau rendahnya kedudukan orang itu. Apakah orang itu merasa bertanggung jawab atau tidak, tergantung pada tinggi rendahnya dan baik buruknya akhlak orang itu. Artinya, orang yang tak berakhlak dan bodoh tidak akan merasa bahwa ia mempunyai tanggung jawab yang berat. Kebiasaan itu lebih kuat daripada kesadaran. Kita kadang ingin melakukan sesuatu sesuai dengan keadaan, tetapi pas waktunya kita malah melakukan hal yang lain. Oleh karena itu, untuk tanggung jawab ini kita harus membiasakan diri menjadi orang yang bertanggung jawab.10

d. Bergaya Hidup Sehat

Bergaya hidup sehat adalah segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan. Kebersihan merupakan kegiatan menjaga tubuh agar tetap bersih untuk mencegah infeksi dan penyakit, dan penghindaran kontak dengan agen-agen yang terinfeksi. Kegiatan kebersihan diantaranya adalah membersihkan diri sewaktu buang air, mandi, menggosok gigi,

9

Ibid., 13-19.

10

(7)

mencuci tangan terutama sebelum makan, membersihkan makanan sebelum dimakan, membersihkan peralatan makan sebelum dan setelah menyiapkan makanan. Dengan membersihkan tubuh, mengurangi kesempatan bibit-bibit penyakit memasuki tubuh. Menjadi sehat itu tidak selalu harus mewah, kesehatan juga bisa berarti kesederhanaan.11

e. Disiplin

Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Disiplin yang dihubungkan dengan hukuman adalah disiplin yang ada hubungannya dengan orang lain. Hukuman disini berarti konsekuensi yang harus dihadapi ketika kita melakukan pelanggaran hukum. Disiplin seperti ini penting, mengingat manusia memang harus dipaksa. Di sekolah, disiplin berarti taat pada peraturan sekolah. Seorang murid dikatakan berdisiplin apabila ia mengikuti peraturan yang ada di sekolah. Di sini pihak sekolah harus melaksanakannya secara adil dan tidak memihak. Jika disiplin secara sosial tetap dipertahankan, lama-lama tiap individu pun menginternalisasi disiplin itu untuk dirinya sendiri.12

f. Kerja Keras

Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya. Di sekolah, pihak guru mestilah mendidik anaknya agar bekerja keras meraih prestasi belajar. Belajar adalah proses yang dilalui oleh semua manusia. Tidak ada manusia yang sukses tanpa belajar. Dan bahwa belajar itu pun suatu proses yang harus dilewati dengan sabar. Tidak ada ilmu yang turun begitu saja dari langit. Kita harus belajar secara kontinue, terus-terusan, walaupun sedikit.13

11

Ibid., 31-39.

12

Ibid., 45-46.

13

(8)

g. Percaya Diri

Percaya diri adalah sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya. Untuk mendidik kepercayaan anak di sekolah, guru-guru dapat mendidik siswanya agar dapat yakin akan kemampuan dirinya sendiri. Misalnya, para siswa harus bisa berani menyatakan pendapat; harus bisa berani tampil di hadapan orang lain (misalnya pidato, menyanyi, menari, dll); harus yakin, tidak ragu-ragu akan tindakan yang dipilihnya; jangan mencontek pekerjaan orang lain. Rasa percaya diri ini harus selalu ada, karena dengan percaya diri itulah manusia ada, dan dengan percaya diri itu pula dia bisa berprestasi.14

h. Berjiwa Wirausaha

Berjiwa wirausaha adalah sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk mengadakan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.15

i. Mandiri

Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Sekolah juga harus lebih efektif dalam melatih kemandirian. Dengan berbagai kegiatannya sekolah harus bisa mengajarkan para murid agar tidak tergantung pada orang lain, berusaha menyelesaikan tugas (belajar, pekerjaan) berdasarkan kemampuan sendiri, berani berbuat tanpa meminta ditemani, dan sebagainya.16

j. Ingin Tahu

Ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarainya, dilihat, dan didengar. Untuk mengembangkan rasa ingin tahu pada anak, kebebasan anak itu sendiri harus ada untuk melakukan dan

14

Ibid., 69.

15

Ibid., 71.

16

(9)

melayani rasa ingin tahunya. Kita tidak bisa begitu saja menghardik mereka ketika kita tidak tahu atau malas saat mereka bertanya. Yang lebih baik adalah kita berikan kepada mereka cara-cara untuk mencari jawaban. Karena belajar merupakan kegiatan bebas untuk memuaskan rasa ingin tahu, tidak heran jika setiap anak pun mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang berbeda-beda. Belajar bisa bagaimana saja, ada yang dilakukan di bangku sekolah, ada juga yang dilakukan di lapangan. Bagi orang-orang yang cocok untuk mengamati dan praktek di lapangan, belajar yang berhubungan dengan buku mungkin tidak cocok.17

k. Cinta Ilmu

Cinta ilmu adalah cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan. Mencintai ilmu itu harus bisa menjadi karakter diri kita. Pendidikan disekolah nampaknya belum cukup untuk membuat generasi baru kita mencintai ilmu. Sekolah nampaknya harus diperluas fungsinya dari sekedar mengikuti kurikulum yang ada. Harus ada kegiatan-kegiatan ekstra-kurikuler yang mendorong murid-murid mencintai ilmu. Harus ada pula kerjasama-kerjasama antara pihak lembaga pendidikan (baik sekolah maupun perguruan tinggi) dengan lembaga-lembaga ilmu dan industri untuk menunjukkan bahwa ilmu yang mereka pelajari adalah secara riil berguna.18

l. Sadar Diri (Patuh Pada Aturan Sosial)

Sadar diri adalah sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik atau hak diri sendiri dan orang lain serta tugas atau kewajiban diri sendiri serta orang lain.19

m. Respek

Respek adalah sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan

17

Ibid., 109-110.

18

Ibid., 123.

19

(10)

mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain. Dengan sikap respek berarti kita pun harus siap menang dan siap kalah; siap untung dan siap rugi; siap bagus dan siap buruk, dan seterusnya. Dalam hal ini, kita belum bisa mengajarkan pada generasi sesudah kita jika kita tidak bisa bertindak fair. Kita seringkali memaksakan kehendak kita. Semua bisa diatur oleh kita. Padahal segala sesuatu ada aturan mainnya.20

n. Santun

Santun adalah sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang. Anak-anak akan merasa lebih dekat dengan orang dewasa, lebih aman, lebih terjamin akan perhatian individu. Begitu juga, kepentingan diri mereka akan membawa mereka pada hubungan-hubungan yang positif dengan otoritas alamiah orang dewasa, dan ini lebih diinginkan, karena otoritas alamiah itu lebih kuat daripada otoritas yang semata-mata sementara. Ketika semua ini membuat karakter yang positif, bukan karakter negatif, anak-anak melihat orang dewasa sebagai pelindung dan sebagai sumber kepastian, persetujuan, kebaruan, kemampuan.21

o. Cerdas

Cerdas adalah kemampuan seseorang dalam melakukan suatu tugas secara cermat, tepat dan cepat. Latihan memang menjadi jalan yang utama, bagaimana kecerdasan itu dapat aktual dalam diri kita. Berlatih dan terus berlatih adalah jalan terbaik untuk mengambangkan dan memperkaya daya eksplorasi kecerdasan kita. Sebab, kita semua adalah kertas putih ketika kita lahir, kitalah yang menulisnya, sedikit demi sedikit, dan terus menerus. Oleh karena itu, kepada anak-anak kita dapat membiasakan diri mereka menghadapi tugas-tugas pelajaran seperti pengerjaan soal dalam keseharian mereka di rumah.

20

Ibid., 155.

21

(11)

Sehingga mereka tidak takut lagi menghadapi ulangan, ujian, dan test-test lainnya.22

p. Suka Menolong

Suka menolong adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya membantu orang lain. Sikap suka saling menolong, merupakan tulang punggung keteguhan suatu masyarakat. Jika tidak ada sifat ini, maka masyarakat akan ambruk. Untuk itulah, kita harus bersedia memberi contoh bagaimana saling tolong menolong di antara kita, supaya generasi selanjutnya dapat melanjutkan kerja sama sosial yang sudah terbangun.23

q. Tangguh

Tangguh adalah sikap dan perilaku pantang menyerah atau tidak pernah putus asa ketika menghadapi berbagai kesulitan dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehingga mampu mengatasi kesulitan tersebut dalam mencapai tujuan.24

r. Berani Mengambil Resiko

Berani mengambil resiko adalah kesiapan menerima resiko atau akibat yang mungkin timbul dari tindakan nyata. Pendidikan tentang keberanian harus terus ditanamkan kepada setiap diri anak. Sebab hidup adalah penuh resiko. Jika tidak mau ambil resiko, jadilah pengemis. Tetapi pengemispun juga harus ambil resiko, yaitu meminta-minta sambil menunduk malu. Yang terbaik adalah menembus resiko itu untuk kemudian mendapatkan apa yang kita tuju. Apalagi jika kita mengambil resiko itu bukan hanya untuk diri kita, tetapi untuk orang banyak.25

22

Ibid., 218-219.

23

Ibid., 230.

24

Ibid., 231.

25

(12)

4. Perbandingan Pola Pendidikan Karakter Antara MTs Pondok

Tremas Dan MTs Pembangunan Kikil Arjosari Pacitan

a. Pola dan nilai-nilai pendidikan karakter di MTs Pondok Tremas Pola pendidikan karakter di MTs Pondok Tremas diimplementasikan melalui beberapa kegiatan, yaitu:

1) Pembiasaan di lingkungan asrama 2) Kegiatan kurikuler

3) Kegiatan ekstrakurikuler

Jadi, pembiasaan di lingkungan asrama itu sangat penting untuk melatih anak agar bisa disiplin dan bertanggung jawab, misalnya seperti kegiatan shalat berjamaah. Seperti pada saat penulis melakukan wawancara dengan salah satu guru MTs Pondok Tremas bahwa, Adanya program pembiasaan shalat lima waktu secara berjamaah dengan pengawasan dan bimbingan yang cukup efektif oleh guru. Program pembiasaan ini merupakan langkah nyata yang di lakukan oleh MTs Pondok Tremas dalam rangka membantu terbentuknya nilai-nilai relegius kepada siswa dengan indikator ketaatan menjalankan ibadah kepada Allah SWT. Pembiasaan shalat dhuha dan dzuhur secara berjamaah ini di atur jamnya oleh bagian kurikulum dengan tujuan agar pelaksanaan shalat bisa di lakukan secara kondusif, tertib, dan khusyu’.

Penjelasan tersebut seperti pada saat penulis melakukan wawancara dengan H. Achid Turmudzi selaku guru MTs Pondok Tremas bahwa, pola pendidikan karakter di MTs Pondok Tremas dengan cara membina para siswa/santri agar berkepribadian muslim sesuai dengan ajaran-ajaran Islam serta menanamkan rasa keagamaan tersebut di berbagai segi kehidupannya, sehingga akhirnya menjadi orang yang berguna bagi agama, masyarakat dan negara.26 Melalui mediator yang disebut guru, siswa dapat memperoleh menu sajian bahan ajar yang diolah dari dalam

26

(13)

kurikulum nasional ataupun dalam kurikulum muatan lokal. Guru memiliki tugas sebagai fasilitator agar siswa dapat belajar atau mengembangkan potensi dasar dan kemampuannya secara optimal, melalui lembaga pendidikan sekolah, baik yang didirikan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat atau swasta.27

Melalui kegiatan kurikuler, Anak akan belajar dari lingkungan terdekatnya, inilah yang kemudian yang sangat di sadari oleh MTs Pondok Tremas untuk menciptakan sebuah budaya dan kultur madrasah yang positif bagi perkembangan karakter siswa dan juga bagi seluruh warga madrasah, seperti hasil wawancara dengan salah satu siswa MTs Pondok Tremas bahwa pada intinya pola dasar pendidikan pesantren terletak pada relevansinya dengan segala aspek kehidupan. Dalam hal ini, pola dasar tersebut merupakan cerminan untuk mencetak santrinya menjadi insan yang shalih dan akram. Shalih, berarti manusia yang secara potensial mampu berperan aktif,

berguna, dan terampil dalam kaitannya dengan kehidupan sesama makhluk. Sementara akram merupakan pencapaian kelebihan manusia sebagai makhluk terhadap khaliq-Nya, untuk mencapai kebahagiaan di akhirat.

Selain kegiatan kurikuler, kegiatan ekstrakurikuler juga sangat diperhatikan di MTs Pondok Tremas. Seperti hasil wawancara dengan salah satu santri Pondok Pesantren bahwa diantara kegiatan ekstrakurikuler yang ada di MTs Pondok Tremas antara lain adalah futsal, pramuka, musik duror, musik elektrik, khat, qira’ah, drama, tenis meja, komputer.28

b. Pola dan nilai-nilai pendidikan karakter di MTs Pembangunan Kikil Sedangkan mengenai pola pendidikan karakter di MTs Pembangunan Kikil, untuk membantu anak yang menginjak remaja dalam mengendalikan diri dan membentuk kepribadian yang

27

Suparlan, Guru Sebagai Profesi (Yogyakarta: Hikayat, 2006), 9-11.

28

(14)

berkarakter, maka pada saat mereka menginjak usia remaja, dengan krisis kejiwaan yang mereka hadapi, maka diperlukan adanya pendidikan agama yang lebih intens kepada mereka. Sebagaimana pada saat melakukan wawancara dengan ibu Hanik Nur Kholida bahwa, yang dimaksud dengan pendidikan karakter disini bukanlah sekolah saja. Akan tetapi yang terpenting adalah penanaman jiwa agama yang dimulai dari rumah tangga, sejak si anak masih kecil, dengan jalan membiasakan si anak kepada sifat-sifat dan kebiasaan yang baik.

Dalam upaya mengembangkan fitrah beragama siswa, madrasah mempunyai peranan yang sangat penting. Peranan ini terkait mengembangkan pemahaman, pembiasaan mengamalkan ibadah atau karakter yang positif, serta sikap apresiatif terhadap ajaran atau hukum-hukum agama. Upaya-upaya itu adalah sebagai berikut:

1) Dalam mengajar, guru menggunakan pendekatan (metode) yang bervariasi (seperti ceramah, tanya jawab, diskusi, demontrasi, dan berkisah), sehingga anak tidak merasa jenuh mengikutinya. 2) Dalam menjelaskan materi pelajaran, guru tidak terpaku kepada

teks atau materi itu saja (bersifat tekstual), tetapi materi itu sebaiknya peristiwa-peristiwa yang terjadi di masyarakat (kontekstual).

3) Guru memberikan penjelasan kepada siswa, bahwa semua ibadah ritual (mahdloh) akan memberikan makna yang lebih tinggi di hadapan Allah, apabila nilai-nilai yang terkandung dalam setiap ibadah tersebut direfleksikan dalam kehidupan sehari-hari.

4) Guru memiliki kepribadian yang baik (akhlak mulia).

(15)

6) Guru memahami ilmu-ilmu lain yang relevan atau yang menunjang kemampuannya dalam mengelola proses belajar mengajar, seperti psikologi pendidikan, bimbingan konseling, metodologi pengajaran, administrasi pendidikan, teknik evaluasi, dan psikologi belajar agama.

7) Pimpinan sekolah, guru-guru dan pihak sekolah lainnya memberikan contoh, tauladan yang baik dalam mengamalkan ajaran agama, seperti dalam melaksanakan ibadah shalat, menjalin tali persaudaraan, memelihara kebersihan, mengucapkan dan menjawab salam, semangat dalam menuntut ilmu, dan berpakaian muslim/muslimat (menutup aurat).

8) Guru-guru yang mengajar bukan pendidikan agama islam, mengintegrasikan nilai-nilai agama ke dalam materi-materi pelajaran yang diajarkannya.

9) Sekolah menyediakan saran ibadah (masjid) yang memadai dan memfungsikannya secara optimal.

10)Sekolah menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler kerohanian bagi para siswa dan ceramah-ceramah atau diskusi keagamaan secara rutin.29

Secara moralistik, pendidikan karakter merupakan salah satu cara untuk membentuk mental manusia agar memiliki pribadi yang bermoral; berbudi pekerti luhur; dan bersusila, yang berarti pula adalah cara yang paling tepat untuk membina mental dan kepribadian anak remaja.

Pendidikan karakter, merupakan cara yang tepat untuk membina sikap mental dan kepribadian remaja khususnya dan manusia pada umumnya, ke arah sikap mental dan kepribadian yang Islami; sesuai tuntunan al Qur’an dan as Sunnah, diharapkan dari titik ini, para remaja akan terhindar dari hal-hal yang dapat

29

(16)

menghambat perkembangan mentalnya dan melakukan tindakan-tindakan negatif.

Media yang dapat digunakan yakni lewat contoh-contoh, latihan-latihan dan praktek nyata yang dilakukan oleh orang tua mereka di dalam lingkungan keluarga; oleh para pendidik di sekolah dan oleh anggota masyarakat di lingkungan sekitar mereka. Dengan tidak dikenalnya si anak akan jiwa agama yang benar, akan lemah hati nuraninya (super ego), karena tidak terbentuk dari nilai-nilai masyarakat atau agama yang diterimanya waktu masih kecil. Jika hati nuraninya lemah, atau unsur pengontrol dalam diri si anak kosong dari nilai-nilai yang baik, maka sudah barang tentu akan mudah mereka terperosok ke dalam kelakuan-kelakuan yang tidak baik dan menurutkan apa yang menyenangkannya waktu itu saja, tanpa memikirkan akibat selanjutnya.

Secara umum kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan di MTs Pembangunan Kikil dimaksudkan sebagai tempat latihan sekaligus untuk mengembangkan ketrampilan atau bakat, disamping itu juga sebagai wadah bagi siswa dalam mengekspresikan diri.

Dengan adanya beberapa kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan dapat membina akhlak siswa, karena dengan diadakannya kegiatan tersebut siswa dapat memanfaatkan waktunya dengan baik dan tidak dapat bermain-main sesuatu yang tidak ada manfaatnya. Serta memiliki disiplin dan tanggung jawab diri tanpa menyia-nyiakan waktu serta bergaul bebas dengan teman di lingkungan masyarakat yang rusak.

Pendidikan informal di MTs Pembangunan Kikil meliputi kegiatan yang ada di asrama dan juga di rumah.30 Di lingkungan sekolah memang guru yang berkewajiban mendidik dan mengajar, sedangkan di rumah orang tualah yang berkewajiban memberikan pendidikan dan bimbingan serta kontrol terhadap anak. Jadi dengan

30

(17)

kerjasama seperti ini tidak akan saling menyalahkan apabila ada anak didik yang gagal dalam proses pendidikan, karena anak adalah tanggung jawab guru dan orang tua. Pendidikan karakter pada pendidikan informal berlangsung pada keluarga yang dilakukan oleh orang tua dan orang dewasa lain terhadap anak atau anggota keluarga lainnya yang menjadi tanggung jawabnya. Keluarga memiliki peran yang sangat penting. Bahkan bisa dikatakan bahwa tanpa keluarga, nilai-nilai pengetahuan yang didapatkan di sekolah formal tidak akan ada artinya sama sekali.31

Dalam pembinaan pendidikan karakter sangat dibutuhkan pembiasaan sejak mereka masuk sampai mereka keluar dari MTs ini, selain itu keteladanan dari seorang guru juga sangat dibutuhkan karena sebagai motivasi khususnya bagi anak yang belum terbiasa untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan yang sudah berjalan di MTs ini. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam bab dua bahwa, salah satu tugas seorang guru adalah memberikan motivasi untuk belajar dan mengikuti ketentuan atau tata tertib yang telah menjadi kesepakatan bersama.32 Pembinaan akhlak ini tidak lain adalah agar siswa MTs Pembangunan Kikil menjadi anak yang berakhlak al- karimah yang selalu mencerminkan Islam. Kemudian dalam

penginternalisasian nilai-nilai akhlak ini, maka sedikit demi sedikit dengan pembiasaan yang dibarengi dengan keteladanan maka pendidikan karakter dapat meresap kedalam jiwa anak dan membentuk sebuah kepribadian.

Dengan diajarkannya pendidikan agama Islam di madrasah akhlak siswa-siswi menjadi lebih baik, mereka mentaati peraturan/ tata tertib yang ada di madrasah, menghormati guru dan sesama teman, orang tua dirumah, saudara, tetangga, dan lingkungan masyarakat sekitarnya, saling menolong dan dapat memecahkan

31

Sri Narwanti, Pendidikan Karakter (Yogyakarta: Familia, 2011), 23-24.

32

(18)

masalah yang dihadapi meskipun ada beberapa siswa yang mempunyai akhlak buruk, itu tidak semata-mata hanya disebabkan karena lingkungan madrasah, melainkan dalam hal ini latar belakang agamanya, pribadinya atau keluarganya belum bisa menanamkan pendidikan akhlak dengan baik. Karena itu lingkungan keluarga, madrasah dan masyarakat sangat berpengaruh pada akhlak siswa.

Jadi, pola pendidikan karakter di MTs Pondok Tremas melalui tiga kegiatan yakni pembiasaan di lingkungan asrama, kurikuler, dan ekstrakurikuler. Sedangkan di MTs Pembangunan Kikil Pola Pendidikan karakter melaui pendidikan formal, informal, dan non formal. Secara garis besar ada persamaan pola. Perbedaan yang mendasar adalah pada pelaksanaan pendidikan informalnya, di MTs Kikil karena sebagian besar siswa tidak bertempat tinggal di asrama jadi pengkondisian dan penginternalisasian karakter sangat sulit dan pendidikan informalnya berada di lingkungan keluarga dan masyarakat. Sedangkan di MTs Pondok Tremas semua siswanya diwajibkan berada di asrama jadi pendidikan informalnya berada di asrama.

C. PENUTUP

Dari pembahsan penelitian perbandingan pola pendidikan karakter antara MTs Pondok Tremas dan MTs Pembangunan Kikil Arjosari Pacitan dapat peneliti simpulkan sebagai berikut:

(19)

dengan yang ada di MTs Pembangunan kikil, nilai karakter yang diinternalisasikan kurang begitu efektif. Karena sebagian besar siswa tidak bertempat di asrama, jadi kegiatanya hanya terdapat di sekolah formal saja, sedangkan kegiatan informal (di asramanya) kurang berjalan. Jadi nilai karakter yang ada di MTs Pembangunan Kikil tidak sebanyak yang ada di MTs Tremas Karena kegiatan di Kikil juga tidak full seperti di MTs Tremas, disamping itu adanya pengaruh negative dari lingkungan sekitar di tempat tinggal para siswa, apalagi di era globalisasi yang serba bebas, dan kurangnya kontrol yang cermat daripara orang tua.

2. Nilai karakter yang ditanamkan di MTs Pondok Tremasa dalah menolong diri sendiri dan sesame umat, tangguh, berani mengambil resiko, respek, santun, cerdas, religius, bertanggungjawab, jujur, bergaya hidups ehat, disiplin, ingin tahu, cintailmu, sadardiri, kesederhanaan, berjiwa wirausaha, percayadiri, kerja keras. Sedangkan yang terdapat di MTs Kikil adalah ketuhanan, jujur, disiplin, peduli lingkungan, adab, persaudaraan.

3. Pola pendidikan karakter di MTs Pondok Tremas diimplementasikan melalui beberapa kegiatan, yaitu pembiasaan di lingkungan asrama, kegiatan kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler. Sedangkan di MTs Pembangunan Kikil yaitu melalui pendidikan formal, nonformal, informal.

Daftar Pustaka

Majid, Abdul & Andayani, Dian,. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.

Asmani, Jamal Makmur. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter Di Sekolah. Jogjakarta: Diva Press, 2011.

(20)

Mustari, Mohamad. Nilai Karakter Refleksi Untuk Pendidikan Karakter.. Jogyakarta: Laksbang PRESSindo, 2011.

Suparlan. Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat, 2006.

Referensi

Dokumen terkait

Maka pengaruh total yang diberikan kualitas pelayanan terhadap niat pembelian kembali adalah pengaruh langsung ditambah pengaruh tidak langsung yaitu 0,303

Hasil analisis tingkat efisiensi teknis antara usaha tani padi yang menggunakan sistem tanam jajar legowo dan konvensional menyatakan bahwa kedua usaha tani telah

Akses ke area parkir harus dirancang menjadi aman dan nyaman bagi pengguna kursi roda dan pejalan kaki, parkir harus berada sedekat mungkin ke pintu masuk utama dan dapat

Pethikan ing ndhuwur mbuktekake yen Suryo pacen digambarake minangka paraga sing mlarat, beda karo Surtikanthi. Miturut Bapake, Surtikanthi wis wani karo dheweke

[r]

Berdasarkan pengaruh konsentrasi gula terhadap sifat fisiko-kimia kopi seduh instan yang dihasilkan, konsentrasi gula 25% merupakan konsentrasi yang optimal dalam pembuatan kopi

 perumusan kebijakan teknis dibidang perencanaan Prasarana Wilayah dan Tata Ruang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan kebijakan Kepala Badan;..  pelaksanaan

Sebagai makhluk, batas antara hewan dan malaikat harus dipisahkan dengan tegas, yakni antara memiliki sifat-sifat rendah dengan sifat-sifat kemalaikatan atau sifat