• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PERSEPSI 1. Definisi Persepsi - Gambaran Persepsi Guru Terhadap Blended Learning Pada SMK Tritech Informatika Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PERSEPSI 1. Definisi Persepsi - Gambaran Persepsi Guru Terhadap Blended Learning Pada SMK Tritech Informatika Medan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PERSEPSI

1. Definisi Persepsi

Atkinson (2000) menyebutkan persepsi sebagai proses pengorganisasian dan penafsiran stimulus dalam lingkungan dan menyangkut penilaian yang dilakukan individu baik positif maupun negatif terhadap suatu benda, manusia, atau kejadian. Selanjutnya, Lahey (2007) mendefinisikan persepsi sebagai proses pengorganisasian dan interpretasi informasi yang didapatkan dari luar. Sedangkan King (2010) mengatakan bahwa persepsi adalah proses otak dalam mengatur dan menginterpretasi informasi sensoris dan memberikan makna informasi tersebut.

Wade (2007) menyebutkan persepsi merupakan tindakan mental yang mengatur impuls-impuls sensorik menjadi sesuatu yang bermakna, dan Myers (1996) menambahkan bahwa persepsi memungkinkan kita untuk mengenaili makna dari suatu objek dan peristiwa. Persepsi melibatkan kognisi tingkat tinggi dalam penginterpretasian terhadap informasi sensorik, yang mana kejadian-kejadian sensorik tersebut diproses sesuai pengetahuan kita tentang dunia, sesuai budaya, pengharapan yang memberikan makna terhadap pengalaman sensorik sederhana (Solso., dkk, 2007).

(2)

dengan positif ketika objek yang dipersepsikan sesuai dengan penghayatan dan dapat diterima baik secara rasional maupun emosional manusia. Namun individu akan mempersepsikan suatu objek secara negatif ketika hal itu tidak sesuai dan individu cenderung menolak dan menanggapinya secara berlawanan terhadap objek yang dipersepsikan.

Dalam penelitian ini, definisi persepsi yang digunakan adalah proses pengorganisasian danpenafsiran stimulus dalam lingkungan dan menyangkut penilaian yang dilakukanindividu baik positif maupun negatif terhadap suatu benda, manusia, atau kejadian.

2. Aspek persepsi

Ittelson (dalam Bell, 2001) menyatakan bahwa ada 4 aspek persepsi yaitu :

a. Kognitif, meliputi bagaimana individu berpikir, mengorganisasi dan menyimpan informasi.

b. Afektif, perasaan yang mempengaruhi bagaimana individu mempersepsi sesuatu.

c. Interpretatif, sejauhmana individu memaknai sesuatu.

d. Evaluatif, bagaimana individu menilai sesuatu sebagai aspek yang baik dan buruk.

3. Faktor yang mempengaruhi persepsi

(3)

a. Usia

Kemampuan perseptual seseorang berubah dan matang seiring berkembangnya dan bertambahnya usia. Secara umum, kemampuan perseptual terlihat meningkatdan semakin akurat namun ada juga kemampuan perseptual yang menurun dalam merepresntatifkan dunia fisik, seiring bertambahnya usia.

b. Gender

Masalah perbedaan gender dalam proses psikologi sangatkontroversial. Namun, terdapatnya beberapa perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam persepsi visual. Laki-laki memiliki ketajaman visual yang lebih baik disiang hari, sedangkan perempuan lebih cepat beradaptasi dalam kondisi gelap. Salah satu kemampuan yang memiliki perbedaan gender yangkonstan adalah kemampuan visual spasial. Pada kemampuan ini, priamempunyai skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita.

c. Kepribadian

Orang-orang dengan kepribadian yang berbeda cenderung berperilaku berbeda dalam berbagai situasi dan dapat merespon berbagai informasi dengan cara yang berbeda.

d. Kondisi fisik

(4)

Penggunaan obat-obatan seperti narkoba dapat mempengaruhi persepsi seseorang. Selain itu, orang yang menggunakan zat tertentu seperti kafein, juga akan mempunyai pengalaman perseptual yang berbeda.

e. Perceptual set

Set adalah ekspektasi yang dibawa oleh observer ke dalam situasi perseptual. Latar belakang dan pengalaman sepertinya membuat kita melihat suatu hal dengan cara tertentu, khususnya jika stimulus yang diberikan ambigu. Ada beberapa hal yang mempengaruhi set yaitu motivasi, konteks, ekpektasi, pengalaman sebelumnya dan emosi.

f. Budaya dan variasi sosial

(5)

B. BLENDED LEARNING

1. Definsi blended learning

Blended learning merupakan istilah yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu blended yang berarti campuran atau kombinasi dan learning berarti pembelajaran, jadi blended learning merupakan campuran atau kombinasi antara pembelajaran tradisional atau tatap muka dengan pembelajaran online (Husamah, 2014).

Thorne (2003, dalam Husamah 2014) menggambarkan blended learning sebagai kesempatan untuk mengintegrasikan kemajuan teknologi dan inovatif yang ditawarkan oleh pembelajaran online dengan interaksi dan partisipasi dari pembelajaran tradisional. Blended learning adalah sebuah konsep yang relatif baru dalam pembelajaran dimana pengajaran yang disampaikan melalui gabungan pembelajaran online dan tradisional yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh instruktur atau pengajar (Bielwski dan Metcalf, 2003 dalam Husamah 2014). Blended learning harus dipandangsebagai pendekatan pedagogis yang menggabungkan efektivitas dan peluang sosialisasi kelas dengan kemungkinan peningkatan teknologi untuk mencapai pembelajaran yang aktif dalam lingkungan online, daripada rasio modalitas pembelajaran tradisional (Dziuban, Hartman and Moskal, 2004).

(6)

mengatakan blended learning mengacu pada pembelajaran yang mengkombinasikan atau mencampurkan pembelajaran tatap muka dan pembelajaran berbasis komputer (online dan offline).

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa blended learning adalah kombinasi antara model pembelajaran tatap muka (face-to-face) dengan model pembelajaran komputer baik online maupun offline yang didampingi atau diinstruksikan oleh pengajar.

2. Komponen Blended learning

Ada empat hal yang menjadi komponen blended learning yang dikemukakan oleh Husamah (2014), yaitu :

a. Face-to-face

Pembelajaran formal umumnya dilakukan di sekolah berlangsung melalui metode pembelajaran tatap muka (face-to-face). Menurut Bintek KTSP, pembelajaran tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi langsung antara peserta didik dan pendidik.

b. E-learning offline

(7)

isi pembelajaran, interaksi atau bimbingan. Media e-learning dapat dibedakan menjadi dua, yaitu media interaktif onlinedan offline. Media e-learning bersifat online dapat diwujudkan dalam bentuk website/situs.

Media e-learning bersifat offline menurut Artawan merupakan salah satu bentuk pembelajaran elektronik (e-learning) yang pelaksanaannya tidak menggunakan jaringan internet atau intranet. Pembelajaran berbasis e-learning offline dapat dilaksanakan melalui pembelajaran berbasis komputer. Media e-learning yang bersifat offline dapat diwujudkan dalam bentuk CD atau DVD.

c. E-learning online

Pembelajaran online merupakan kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan jaringan (internet, LAN, WAN) sebagai metode penyampaian, interaksi dan fasilitasi serta didukung berbagai bentuk layanan belajar lainnya. E learning onlinemerujuk kepada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (Feasey, 2001; Karmaga, 2002; dalam Husamah 2014).

d. Mobile learning

(8)

darimana saja dan kapan saja. Sistem m-learning memanfaatkan mobilitas dari perangkat handled/mobile, seperti ponsel, laptop dan notebook untuk memberikan fungsi pembelajaran yang dapat dilakukan dimana pun dan kapan pun.

3. Kelebihan dan kekurangan blended learning a. Kelebihan blended learning

1) Peserta didik leluasa untuk mempelajari materi pelajaran secara mandiri dengan memanfaatkan materi-materi yang tersedia secara online.

2) Peserta didik dapat melakukan diskusi dengan pengajar atau peserta didik lainnya diluar jam pelajaran.

3) Kegiatan pembelajaran dilakukan peserta didik diluar jam tatap muka dapat dikelola dan dikontrol dengan baik oleh pengajar. 4) Pengajar dapat menambah materi pengayaan melalui fasilitas

internet.

5) Pengajar dapat meminta peserta didik membaca materi atau mengerjakan tes yang dilakukan sebelum pembelajaran.

6) Pengajar dapat menyelenggarakan kuis, memberikan feedback dan manfaat hasil tes dengan efektif.

(9)

b. Kekurangan blended learning

Noer (dalam Husamah, 2014) mengemukakan beberapa kekurangan blended learning, yaitu:

1) Media yang dibutuhkan sangat beragam, sehingga sulit diterapkan apabila sarana dan prasarana tidak mendukung.

2) Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki peserta didik seperti komputer dan akses internet.

3) Kurangnya pengetahuan sumber daya pembelajaran (pengajar, peserta didik dan orang tua) terhadap penggunaan teknologi. C. SMK Tritech Informatika Medan

SMK Tritech Informatika Medan didirikan berawal dari niat suci Yayasan Bapak Zulkifli, SE, S.Sos untuk beribadah kepada Allah SWT dan pengabdian dirinya bagi dunia pendidikan, yang diawali dengan dibukanya Lembaga Kursus Komputer dan Bahasa Inggris yang diberi nama Tritech Quantum. Seiring dengan perkembangan dan tuntutan dari masyarakat maka pada tanggal 20 Mei 2010 didirikanlah SMK Tritech Informatika dengan memakai konsep SMK IT Modern.

(10)

jumlah pendidik sebanyak 107 orang dan tahun Ajaran 2012/2013 telah menempati gedung baru di Jl. Bhayangkara No. 484 dengan jumlah kelas sebanyak 47 ruang. Pada masing-masing ruang kelas terdapat plasma TV yang digunakan sebagai alat bantu dalam menyampaikan pelajaran, selain itu fasilitas lainnya adalah jaringan WIFI, AC (Air Conditioner), kipas angin, white board, ruang praktik komputer, lab multimedia, ruang praktik rekayasa perangkat lunak, ruang praktik teknik komputer jaringan dan lain sebagainya. Untuk menunjang kegiatan pembelajaran, SMK Tritech Informatika Medan memiliki website sekolah (www.tritech.sch.id) yang berisi profil sekolah, materi pelajaran, agenda sekolah, data pengajar, soal-soal latihan, yang membantu siswa dalam proses belajar. Adapun visi dari SMK Tritech Informatika Medan ini adalah Menjadikan SMK berbasis teknologi Informatika yang Unggul, Mandiri, Religius dan Berstandar Internasional, dan misinya adalah Siswa/i mampu menguasai komputer software dan hardware serta jaringan IT, Melahirkan generasi

yang handal dalam bidang IPTEK, IMTAQ dan berjiwa kebangsaan.

D. Gambaran Persepsi Guru Terhadap Blended learning Pada Smk Tritech Informatika

Medan

(11)

Husamah (2014) mengemukakan empat komponen dalam model pembelajaran blended learning yaitu face to face, e-learning online, e-learning offline dan m-learning. Komponen pertama yaitu face to face adalah interaksi langsung yang dilakukan oleh guru dengan siswa dalam proses belajar di dalam kelas seperti penyampaian materi pembelajaran, pemberian tugas hingga mengamati kegiatan siswa ketika di dalam kelas. Komponen kedua yaitu e-learning online, adalah pembelajaran yang menggunakan media elektronik yang terhubung dengan jaringan internet yang digunakan guru sebagai media dalam melakukan proses belajar seperti penggunaan website sekolah, browsing, pengunggahan dan pengunduhan materi pelajaran. Komponen ketiga yaitu e-learning offline, adalah pembelajaran yang juga menggunakan media elektronik namun tidak terhubungan dengan jaringan internet seperti tampilan video, CD/DVD maupun tampilan powerpoint yang digunakan oleh guru sebagai alat bantu dalam menyampaikan materi pelajaran. Komponen terakhir yaitu m-learning adalah pembelajaran yang menggunakan perangkat komputasi mobile seperti laptop maupun smartphone dalam mendukung kegiatan belajar.

Graham (dalam Husamah, 2014) mengatakan bahwa blended learning adalah sebuah pendekatan yang mengintegrasikan pengajaran tatap muka dan kegiatan pembelajaran berbasis komputer dalam sebuah lingkungan pedagogis. Untuk itu seorang pengajar atau guru harus memiliki kemampuan pedagogi yang baik, serta mampu melihat apa yang terjadi di dalam kelas dan mengetahui apa yang harus dilakukan mengenai apa yang dilihat, agar proses pembelajaran di dalam kelas dapat berjalan dengan optimal.

(12)

mempengaruhi bagaimana mereka mempersepsikan mengenai model pembelajaran blended learning yang mereka jalankan, yang mana persepsi didefinisikan oleh Atkinson (2000) sebagai proses pengorganisasian dan penafsiran stimulus dalam lingkungan dan menyangkut penilaian yang dilakukan individu baik positif maupun negatif terhadap suatu benda, manusia, atau kejadian.

Referensi

Dokumen terkait

Jika terdapat bukti obyektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi atas instrumen pada instrumen ekuitas yang tidak memiliki harga pasar kuotasi dan tidak diukur

Sifat fenotip lainnya pada kelompok pertama yang berbeda dari kelompok kedua yaitu responnya intermedier terhadap tetracyclin dan apramycin serta resisten terhadap

Even you don't want to read, you could straight shut the book soft file as well as open The Far Side By Gina Marie Wylie it later on. You can likewise effortlessly obtain the book

It will certainly additionally conserve even more time to just look the title or author or author to get up until your book COMLEX Level 2-PE Review Guide (Jbreview) By Mark Kauffman

The subject of research of the study is A class second grade students‟ of MTs NU Salatiga Salatiga in the Academic Year of 2013/2014. They are selected on the basis of

yards kilometers miles, nautical feet kilometers miles, statute f eet inches grams, metric kilograms tons, long tons, metric kilograms per meter kilograms per square

Mengoperasikan PC stand alone Menjelaskan sistem operasi berbasis GUI Membandingkan perangkat lunak pengolah kata jenis.. close source dan

Berdasarkan hasil penelitian, tentang hubungan kepuasan kerja dengan motivasi kerja karyawan Bank BTPN Cabang Madiun serta berdasarkan fokus atau rumusan