• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG - Gambaran Persepsi Guru Terhadap Blended Learning Pada SMK Tritech Informatika Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG - Gambaran Persepsi Guru Terhadap Blended Learning Pada SMK Tritech Informatika Medan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dunia pendidikan di zaman modern saat ini telah berkembang dengan sangat pesat, salah satunya dalam bidang teknologi yang merupakan alat bantu dalam proses pembelajaran. Perkembangan teknologi ini tentu sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, baik dalam hal kehidupan sehari-hari hingga pendidikan seperti penggunaan internet yang kini banyak diperbincangkan termasuk penggunaannya dibidang pendidikan. Sistem yang terdapat di internet berisi jaringan komputer yang terhubung di seluruh dunia, dan menyediakan informasi yang tak terhingga yang dapat diakses oleh murid. Internet juga mengandung informasi yang lebih baru ketimbang buku teks (Santrock, 2007). Oleh sebab itu internet tidak hanya digunakan sebagai sumber informasi tetapi juga dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang dikenal dengan istilah e-learning.

(2)

asynchronous melalui jaringan ataupun komputer pribadi dan perangkat

elektronik lainnya (Naidu, 2006).

Teknologi online juga memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk mendapatkan tambahan informasi dalam rangka memenuhi tuntutan kompetensi dan juga pengayaan. Untuk itu, pendidik/pengajar harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan alat-alat dan sumber-sumber digital untuk membantu peserta didik agar mencapai standar akademik. Awalnya, pemanfaatan e-learning sangat diunggulkan dibandingkan dengan pembelajaran konvensional secara tatap muka (Husamah, 2014).

Hal ini karena dengan e-learning, pembelajaran dapat lebih terbuka, fleksibel dan dapat terjadi kapan saja, dan dengan siapa saja. Kendala terbesar e-learning adalah interaktivitas langsung antara peserta didik dengan

instrukturnya. Peserta didik memerlukan umpan balik dari pengajar dan sebaliknya pengajar juga memerlukan umpan balik dari peserta didiknya. Oleh karena itu munculah model pendidikan yang baru yang disebut dengan blended learning, yang menggabungkan model pendidikan e-learning dan

model pendidikan tatap muka. Blended learning adalah konsep yang relatif baru dalam pembelajaran, dimana pengajaran disampaikan melalui gabungan pembelajaran online dan tradisional yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh instruktur atau pengajar (Bielawski dan Metcalf, dalam Husamah, 2014).

Blended learning adalah sebuah pendekatan yang mengintegrasikan

(3)

sebuah lingkungan pedagogis. Hal ini mengungkapkan bagaimana pendidik/pengajar menjadi seorang literat pendidikan (sains), menemukan cara memberikan pembelajaran kepada peserta didik dengan mempertimbangkan dan berusaha mengintegrasikan keterampilan abad 21, yaitu kemampuan berpikir kritis, menguasai teknologi informasi dan mampu bekerjasama ke dalam proses belajar mengajar yang tepat untuk peserta didiknya (Graham dalam Husamah, 2014).

Menurut Husamah (2014), blended learning memiliki empat komponen yaitu pertama tatap muka (face-to-face), yang merupakan kegiatan pembelajaran berupa proses interaksi langsung antara peserta didik dan pendidik. Kedua, e-learning online yang merupakan kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan jaringan (internet, LAN, WAN) sebagai metode penyampaian, interaksi dan fasilitasi serta didukung berbagai bentuk layanan belajar lainnya. Ketiga, e-learning offline yang merupakan pembelajaran yang dilaksanakan melalui media e-learning yang bersifat offline dapat diwujudkan dalam bentuk CD atau DVD. Keempat, m-learning yang merupakan pembelajaran memanfaatkan mobilitas dari perangkat handled/mobile, seperti ponsel, laptop dan notebook untuk memberikan fungsi pembelajaran yang dapat dilakukan dimana pun dan kapan pun.

(4)

didik (mitra belajar), serta membantu memotivasi keaktifan peserta didik untuk terlibat dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Syarif (2012) mengenai pengaruh blended learning terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa SMK, menunjukkan bahwa motivasi dan prestasi belajar siswa meningkat secara signifikan karena penerapan model pembelajaran blended learning. Hal yang sama juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Novitayati (2014) mengenai pengaruh metode blended learning dan self-regulated terhadap hasil belajar kognitif IPS,

ditemukan bahwa metode blended learning dapat meningkatkan self-regulated siswa dan pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.

(5)

(Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi) dan peningkatan keaktifan serta motivasi belajar siswa. Namun, Noer (dalam Husamah, 2014) mengemukanan mengenai kekurangan blended learning salah satunya adalah kurangnya pengetahuan sumber daya pembelajaran (pengajar, peserta didik, dan orang tua) terhadap penggunaan teknologi.

Pada SMK Tritech (Triadi Teknologi) informatika, model pembelajaran blended learning ini sudah diterapkan sejak berdirinya SMK tersebut pada tahun 2010. SMK Tritech ini adalah SMK berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi yang memiliki tiga kompetensi keahlian yaitu Teknik Keterampilan Jaringan, Multimedia dan Rekayasa Perangkat Lunak. Penggunaan model pembelajaran blended learning pada SMK Tritech Informatika Medan ini dapat dilihat dari terpenuhinya keempat komponen dari blended learning sendiri yaitu pertama, tatap muka (face-to-face) yang mana

terjadi interaksi langsung antaara siswa dan guru di dalam kelas. Kedua, e-learning online yang mana siswa menggunakan jaringan internet selama

proses belajar mengajar berlangsung dan siswa mengakses materi pembelajaran salah satunya dari website sekolah atau ebook. Ketiga, e-learning offlline yang mana terkadang guru menggunakan video/DVD dalam

proses belajar mengajar di dalam kelas. Keempat, m-learning yaitu penggunan perangkat mobile seperti laptop atau notebook dalam menyampaikan materi atau mengakses materi ajar.

(6)

pada TV LCD yang terdapat didalam kelas. Kemudian siswa dapat mengakses materi yang sedang diajarkan oleh guru melalui ebook, website sekolah ataupun melalui flashdisk. Selain penyampaian dan mengakses materi pembelajaran melalui website sekolah, penggunaan model pembelajaran blended learning juga digunakan ketika siswa mengikuti ujian, yang mana

soal-soal ujiannya dapat diakses juga melalui website sekolah. Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara dengan wakil kepala sekolah SMK Tritech Informatika Medan

“anak-anak disini diwajibkan satu orang satu membawa labtop, itu paling lama tiga bulan pertama masuk sekolah mereka harus sudah memiliki labtop masing-masing, karena guru akan menyampaikan materi belajar melalui TV LCD yang terdapat dimasing-masing ruangan kelas, dan anak-anak mengikuti proses belajar dengan membuka materi pembelajaran melalui labtop mereka masing-masing.Ujian kita juga udah pake sistem online, nanti semua soal mata pelajaran dimasukkan ke dalam website, jadi ketika ujian siswa langsung buka dari website itu soal-soalnya.” (komunikasi personal, November 2014)

Selama proses belajar berlangsung, siswa diperbolehkan untuk menggunakan laptopnya. Hal ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengakses hal-hal yang tidak sesuai dengan materi yang sedang diajarkan oleh gurunya. Selain itu, juga terdapat siswa yang sedang memainkan handphone mereka ketika proses belajar di dalam kelas sedang berlangsung.

(7)

mengajar berlangsung, para siswa berkesempatan untuk mengakses hal-hal yang tidak sesuai dengan isi materi yang sedang diajarkan. Berikut kutipan wawancara yang kemukakan oleh wakil kepala sekolah dan guru SMK Tritech Informatika Medan,

“ disini, kendala yang kami hadapi adalah kesempatan anak-anak mengakases internet sepuasnya, yang setiap pagi mereka diberi voucher Rp. 1000 untuk dipakai sepuasnya selama satu hari, terkadang kesempatan ini yang digunakan anak-anak ketika di dalam kelas, mereka membuka yang lain ketika guru sedang mengajar, makanya sekarang saya dan beberapa anggota saya berpatroli untuk memantau kegiatan belajar di kelas, jika ada yang ketahuan membuka yang lain, maka langsung kami tutup laptopnya dan kami sita”. (komunikasi personal, November 2014)

“kendala yang kami hadapi di dalam kelas, kadang anak-anak ini suka membuka yang lain selain materi yang sedang kami ajarkan, karena itu tadi mereka bebas mengakses internet, terkadang mereka juga mengerjakan tugas dari mata pelajaran lain ketika guru sedang menerangkan”. (komunikasi personal, Januari 2015)

Seorang guru yang memiliki perspektif mengajar adalah mereka yang berpengalaman dalam pengaturan sekolah dan memiliki struktur konseptual untuk memahami siswa di kelas. Guru seperti ini biasanya sudah berpengalaman dan mampu mengelaborasi secara baik materi pembelajaran. Mereka tahu cara “membaca” kelas, memahami detail materi pembelajaran,

mampu melihat apa yang terjadi di kelas dan mengetahui apa yang harus dilakukan mengenai apa yang dilihat (Danim, 2010). Pada penerapaan blended learning di SMK Tritech Informatika Medan, ada guru yang menggunakan

(8)

Menurut Undang-undang No 14. Tahun 2005, mengatakan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademis, kompetensi (kompetensi pedagogi, kepribadian, sosial, dan professional), sertifikat akademis, sehat jasmani dna rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Selain itu, guru haruslah memiliki kemampuan atau keahlian sebagai seorang pengajar dalam hal menjalankan tugas mereka. Untuk itu seorang guru dituntut memiliki kemampuan pedagogis yang baik, yang mana guru bertanggungjawab untuk mempromosikan pentingnya belajar bagi siswa, agar dapat mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk kemajuan dibidang pedagogi sendiri (Danim, 2010).

Salah satu kerangka kerja yang dimungkinkan oleh guru dapat mengembangkan pendekatan mereka sendiri untuk pedagogi menurut Hallam dan Ireson (dalam Danim, 2010). Pertama, pertimbangan tujuan pendidikan dan nilai-nilai yang mendukung pengajaran. Kedua, pengetahuan tentang teori belajar. Ketiga, pengetahuan tentang konsep yang berbeda dari mengajar. Keempat, pengetahuan tentang model pengajaran dan pembelajaran serta interaksi dinamis karakteristik siswa, karakteristik lingkungan belajar, tuntutan tugas, proses pengajaran dan pembelajaran, dan jenis pembelajaran. Kelima, memahami bagaimana pedagogi dapat dioperasionalkan di dalam kelas. Keenam, pengetahuan dan keterampilan untuk mengevaluasi praktik, penelitian, dan teori yang berkaitan dengan pendidikan.

(9)

mengetahui atau tidak pernah mendengar istilah blended learning, padahal model pembelajaran blended learning ini sendiri sudah mereka jalankan atau mereka terapkan sejak awal sekolah tersebut didirikan. Berikut ini kutipan wawancaranya

“apa itu blended learning?. Mata pelajaran saya pake sistem online, siswa-siswanya nanti ngambil materi yang udah dimasukkan di website sekolah, kadang nanti mereka saya suruh cari bahan di internet, terus mereka diskusi perkelompok, nanti baru mereka presentasikan hasil diskusinya di depan kelas.”(komunikasi personal, Januari 2015)

“apa itu?. Kalau mata pelajaran saya materinya sudah ada di website sekolah, karena guru-guru wajib memasukkan materi ajarnya ke wbsite sekolah, jadi anak-anak bisa akses terus mereka bisa baca bahan dulu sebelum masuk kelas” (komunikasi personal, Januari 2015)

“apa itu blended learning?, saya baru dengar. Mata pelajaran saya sudah ada di website sekolah, jadi anak-anak tinggal akses materi yang akan saya bawakan di dalam kelas, kadang mereka mencari informasi tambahan dari sumber-sumber lain di internet juga” (komunikasi personal, Januari 2016)

Informasi ini mengisyaratkan bahwa mereka tidak mengetahui model pengajaran dan pembelajaran yang diterapkan oleh sekolah tempat mereka mengajar. Hal ini juga berkaitan dengan bagaimana seorang guru mempersepsikan sesuatu yang berdasarkan dengan pengetahuan dan pengalaman mereka sebelumnya. Persepsi didefinisikan oleh Atkinson (2000) sebagai proses pengorganisasian dan penafsiran stimulus dalam lingkungan dan menyangkut penilaian yang dilakukan individu baik positif maupun negatif terhadap suatu benda, manusia, atau kejadian. Lahey (2007) mendefinisikan persepsi sebagai proses pengorganisasian dan interpretasi informasi yang kita dapatkan dari luar.

(10)

individu berpikir, mengorgansasikan dan menyimpan informasi. Aspek afektif meliputi perasaan yang mempengaruhi bagaimana individu mempersepsi sesuatu. Aspek interpretatif meliputi sejaumana individu memaknai sesuatu. Terkahir aspek evaluatif, meliputi bagaimana individu menilai sesuatu sebagai aspek yang baik dan buruk.

Dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru SMK Tritech Informatika Medan, cenderung mendukung penggunaan dari model pembelajaran blended learning di sekolah mereka, seperti kemudahan yang mereka rasakan ketika mengajar di dalam kelas, guru melihat bahwa siswa-sisnya menjadi lebih mandiri, dan dapat memperoleh informasi tambahan melalui penggunaan jaringan internet, berikut kutipan wawancara

“menurut saya bagus, karena anak-anak tidak hanya mendapatkan informasi dari guru, mereka dapat mencari informasi-informasi tambahan diinternet, dan model seperti ini juga tidak membuat anak-anak bosan, karena mereka tidak hanya mendapatkan ceramah dari guru dan anak-anak menjadi aktif mencari informasi diinternet”. (komunikasi personal, Januari 2015)

“menurut saya cukup bagus, karena anak-anak menjadi lebih mandiri ya, tidak banyak bergantung dengan yang lain. Istilahnya membuat anak-anak menjadi lebih aktif”. (komunikasi personal, Januari 2015)

“kalau menurut saya bagus ya, karena ketika di dalam kelas anak-anak dapat mencari apa yang saya suruh pada saat itu juga, misalnya saya suruh cari simufrasi, nah pada saat itu juga mereka bisa langsung cari apa itu simufrasi”. (komunikasi personal, Januari 2015)

(11)

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Taiwo (2009) mengenai persepsi guru terhadap peran media dalam mengajar di dalam kelas, mengatakan bahwa guru-guru memerlukan pelatihan dalam penggunaan media teknologi yang akan diterapkan di dalam kelas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam penggunaan media teknologi di dalam kelas, guru-guru masih memerlukan pelatihan dalam penerapan media teknologi di dalam kelas yang notabennya mereka memiliki latar belakang pendidikan guru. Sedangkan guru-guru yang ada di SMK Tritech Informatika Medan, sebagian mereka sudah memiliki kompetensi dalam hal penerapan media teknologi di dalam kelas, namun memiliki latar belakang pendidikan bukan guru, untuk itu mereka memerlukan adanya pembinaan dan pengembangan dalam kompetensi pedagogi. Hal ini sesuai dengan Undang-undang N0.14 Tahun 2005 pasal 32 yang berbunyi pembinaan dan pengembangan guru meliputi pengembangan profesi dan karier yaitu pengembangan dan pembinaan kompetensi pedagogi, kopetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi professional.

Berdasarkan pengamatan peneliti, SMK Tritech Informatika Medan adalah SMK yang menggunakan model pembelajaran blended learning yaitu gabungan model pembelajaran tatap muka dan e-learning. Hal ini dilihat dari terpenuhinya keempat komponen blended learning itu sendiri yaitu face to face, e-learning online, e-learning offline, maupun m-learning. Model

(12)

saat ini. Namun, guru-guru yang ada di SMK Tritech ini tidak mengetahui istilah blended learning yang merupakan model pembelajaran yang diterapkan di SMK tersebut, dan model pembelajaran blended learning ini juga sudah mereka gunakan walaupun masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaanyanya. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran persepsi para guru terhadap model pembelajaran blended learning yang ada di SMK Tritech Informatika Medan .

B. Rumusan Masalah

Dari pemaparan di atas, maka dapat dirumuskan “bagaimana persepsi guru

terhadap blended learning pada SMK Tritech Informatika Medan?. C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran persepsi guru terhadap blended learning pada SMK Tritech Informatika.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

(13)

2. Manfaat praktis

a) Pada pihak sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada pihak sekolah mengenai bagaimana persepsi guru terhadap blended learning pada SMK Tritech Informatika. Selain itu juga hasil

penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dalam penerapan model pembelajaran blended learning di SMK Tritech Informatika Medan. Sehingga dapat dilakukan adanya peningkatan kualitas dalam penerapan model pembelajaran blended learning itu sendiri.

b) Pada Guru

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada para guru/staf pangajar mengenai persepsi mereka dan untuk lebih meningkatkan pengetahuan mengenai model pembelajaran blended learning dan mengoptimalkan proses belajar mengajar di dalam

kelas yang sesuai dengan pedagogis. b) Pada penelitian selanjutnya

(14)

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan proposal penelitian ini adalah: BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini, berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Pada bab ini, berisi penguraian teori-teori yang berkaitan dengan tujuan penelitian seperti teori persepsidan teori belended learning.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang penggunaan pendekatan kuantitatif, identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel penelitian, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisa data, dan validas dan reliabilitas alat ukur.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

(15)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti bermaksud untuk mengembangkan tes keterampilan proses sains siswa pada materi termokimia karena materi termokimia menuntut siswa untuk

Dr.HM.Ismai. Etika Birokrasi Dalam Perspektif Manajemen Sumber Daya Manusi a. Malang.Ash- Shiddiqy Press.Hal 129.. meliputi perencanaan dan pengembangan pegawai, pendidikan dan

Posted at the Zurich Open Repository and Archive, University of Zurich. Horunā, anbēru, soshite sonogo jinruigakuteki shiten ni okeru Suisu jin no Nihon zō. Nihon to Suisu no kōryū

Pada tanggal 29 Mei 1945 yakni pada sidang BPUPKI, ia mengajukan pertanyaan “apa dasar negara Indonesia jika kelak merdeka?” Pertanyaan ini dijawab oleh Bung Karno

It will certainly additionally conserve even more time to just look the title or author or author to get up until your book COMLEX Level 2-PE Review Guide (Jbreview) By Mark Kauffman

Bila node sudah terbentuk, langkah selanjutnya adalah memasukkan data kecepatan dan kapasitas pada masing-masing jalan ( link ) yang dibentuk dari dua node yang

Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-benda alam dengan menggunakan peralatan 1.3 Melakukan pengukuran dasar secara teliti dengan menggunakan alat ukur

• Dia dapat melakukan kampanye penjualan dengan segmentasi target yang jelas dan dapat diperhitungkan dalam menyumbang penerimaan bagi organisasinya, dan masih banyak lagi