MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DENGAN MEMANFAATKAN LKS DAN ALAT PERAGA PAPAN BERPAKU SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR
MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN SIMETRI LIPAT DAN PENCERMINAN BAGI PESERTA DIDIK KELAS V SD REJOSARI 03
SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata I Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
DISUSUN OLEH
Nama : Antonius Novan S.N.
NIM : 4102905018
Program Studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Matematika
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS V TAHUN AJARAN 2006/2007 PADA POKOK
BAHASAN SIMETRI LIPAT DAN PENCERMINAN MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DENGAN
MEMANFAATKAN LKS DAN ALAT PERAGA PAPAN BERPAKU DI SD REJOSARI 03 SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata I Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
DISUSUN OLEH
Nama : Antonius Novan S.N.
NIM : 4102905018
Program Studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Matematika
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa isi skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dirujuk dalam skripsi ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka.
Semarang, 30 Juli 2007
Antonius Novan Setyo Nugroho NIM. 4102905018
ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini adalah bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang digunakan dalam berbagai bidang kehidupan, yaitu sebagai salah satu ilmu yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu keadaan ekonomi orang tua siswa tergolong kurang mampu ada yang buruh, tukang becak, ibu rumah tangga, pedagang bahkan yang tidak bekerja karena PHK. Dengan keadaan seperti ini penulis ingin meneliti siswa kelas V SDN Rejosari 03 dengan menerapkan model pembelajaran Tutor sebaya dengan memanfaatkan LKS dan alat peraga papan berpaku pada pokok bahasan simetri lipat dan pencerminan aktivitas belajar dan hasil belajar dapat meningkat. Di samping rata-rata hasil belajar matematika di SDN Rejosari 03 kurang memuaskan dan lebih rendah dibanding hasil belajar mata pelajaran yang lain. Permasalahan yang muncul adalah: apakah melalui implementasi model pembelajaran Tutor Sebaya dengan memanfaatkan LKS dan Alat Peraga Papan Berpaku dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar peserta didik kelas V tahun ajaran 2006/2007 pada pokok bahasan Simetri Lipat dan Pencerminan di SD Rejosari 03 Semarang?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan aktivitas belajar peserta didik kelas V tahun ajaran 2006/2007 pada pokok bahasan Simetri Lipat dan Pencerminan melalui implementasi model pembelajaran tutor sebaya dengan memanfaatkan LKS dan alat peraga papan berpaku di SD Rejosari 03 Semarang.
Subjek penelitian yang diambil adalah siswa kelas V SDN Rejosari 03 dengan jumlah 25 anak. Penelitian ini dilakukan melalui 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Tindakan penelitian dalam siklus I materi yang diberikan pada pertemuan I dan II adalah sub pokok bahasan Membahas tentang melakukan lipatan untuk membentuk simetri (bangun seimbang, sama bentuk/ukuran), banyaknya simetri lipat suatu bangun datar dan membuat hasil pencerminan suatu bangun datar dengan menggunakan alat peraga papan berpaku serta siklus II juga dilakukan pertemuan I dan II dimana sub pokok bahasan yang diberikan adalah membahas tentang materi simetri lipat dan pencerminan dengan melakukan pencerminan untuk membentuk bayangan terhadap sumbu tegak dengan latihan soal yang bervariasi dengan menggunakan alat peraga papan berpaku.
Hasil yang diperoleh setelah dilaksanakan penelitian tindakan kelas adalah: 1. Hasil belajar dan aktivitas belajar siswa meningkat.
2. Kegiatan pembelajaran lebih hidup dengan keaktifan siswa dalam belajar baik secara kelompok maupun individu.
Adapun simpulan dari penelitian ini adalah dengan implementasi model pembelajaran tutor sebaya dengan memanfaatkan LKS dan alat peraga papan berpaku hasil belajar dan aktivitas belajar peserta didik kelas V SD Negeri Rejosari 03 meningkat.
PENGESAHAN
SKRIPSI
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar Peserta Didik Kelas V Tahun Ajaran 2006/2007 Pada Pokok Bahasan Simetri Lipat dan Pencerminan Melalui Implementasi Model Pembelajaran Tutor Sebaya dengan Memanfaatkan
LKS dan Alat Peraga Papan Berpaku Di SD Rejosari 03 Semarang
Telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan alam Universitas Negeri Semarang pada: Hari : Kamis
Tanggal : 9 Agustus 2007 Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
Drs. Kasmadi Imam S., M S. Drs. Supriyono, M Si.
NIP.130781011 NIP 130815345
Pembimbing Utama Ketua Penguji
Dra. Kusni, M.Si. Drs. Moch. Chotim.M.S. NIP. 130 515 748 NIP. 130 781 008 Pembimbing Pendamping Anggota Penguji
Dra. Nurkaromah D., M.Si. Dra. Kusni, M.Si. NIP. 131 876 228 NIP. 130 515 748
Dra. Nurkaromah D., M.Si. NIP. 131 876 228
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
1. Berbahagialah Orang yang Lapar dan Haus akan kebenaran, karena Mereka akan
Dipuaskan.
2. Sedikit tidak berkekurangan dan banyak tidak berkelebihan dan, bersyukurlah
senantiasa dalam segala hal.
Persembahan :
1. Isteriku dan anakku Agatha Meisya Denova Sari yang tercinta
2. Ayah dan Ibu tercinta
3. Teman-teman di kampus UNNES 4. Pembaca yang berbahagia
KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar Peserta Didik Kelas V Tahun Ajaran 2006/2007 Pada Pokok Bahasan Simetri Lipat dan Pencerminan
Melalui Implementasi Model Pembelajaran Tutor Sebaya dengan Memanfaatkan LKS
dan Alat Peraga Papan Berpaku Di SD Rejosari 03 Semarang.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri
Semarang yang telah banyak memberikan fasilitas.
2. Bapak Drs. Kasmadi Imam S, M.S. Selaku Dekan Fakultas MIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan fasilitas dan ijin penelitian bagi penulis. 3. Bapak Drs. Supriyono, M.Si. Selaku Ketua Jurusan Matematika yang telah
membantu dalam memberikan berbagai fasilitas dan ijin bagi kelancaran penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak M. Fajar S., S.Si, M.Si. Selaku Dosen Wali yang telah memberikan semangat dan dorongan sehingga terselesaikannya skripsi ini.
5. Ibu Dra. Kusni, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan masukan dan dengan sabar membimbing penulis sejak awal hingga terselesaikannya skripsi ini.
6. Ibu Dra. Nurkaromah D, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan petunjuk, arahan, dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Bapak-Ibu Dosen Jurusan Matematika yang telah memberikan bekal, ilmu dan pengetahuan kepada penulis dalam menempuh pendidikan di UNNES.
8. Bapak Slamet Rijanto, Ama.Pd. selaku Kepala Sekolah SDN Rejosari 03 yang telah memberikan fasilitas kepada penulis dalam mengadakan penelitian dan penulisan skripsi.
9. Ibu M. Lilik S., S.Pd. Selaku guru SDN Rejosari 03 yang telah membantu dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dalam rangka penelitian.
10. Istri dan anakku tercinta yang telah memberi dukungan, dorongan dan semangat. 11. Kedua orangtuaku tercinta yang telah memberi dorongan, semangat selama kuliah
dan pembuatan skripsi.
12. Teman-teman seperjuangan yang sudah mau bekerjasama dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh karena itu penulis memohon kritik atau saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Penulis berharap agar skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang berkaitan dengan skripsi ini.
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL ... ii
PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
PENGESAHAN ... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul... 1
B. Permasalahan ... 2
C. Cara Pemecahan Masalah ... 3
D. Tujuan Penelitian ... 3
E. Manfaat Penelitian ... 3
F. Sistematika Penulisan ... 4
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Landasan Teori... 6
B. Media Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 17
C. Tutor Sebaya ... 18
D. Penggunaan Alat Peraga Dalam Pembelajaran Matematika... 21
E. Alat Peraga Papan Berpaku ... 24
F. Materi Simetri Lipat dan Pencerminan ... 26
G. Kerangka Berpikir... 29
H. Hipotesis Tindakan ... 30
BAB III METODE PENELITIAN A. Subyek Penelitian ... 31
C. Rencana Penelitian... 31
D. Teknik Pengumpulan Data... 39
E. Indikator Keberhasilan... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 40
B. Pembahasan ... 49
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan... 52
B. Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA... 54
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 RPP Siklus I ... 55
Lampiran 2 Pembagian Kelompok Siklus I... 57
Lampiran 3 LKS Tugas Kelompok Siklus I Pertemuan 2 ... 58
Lampiran 4 LKS Tugas Kelompok Siklus I Pertemuan 1 ... 60
Lampiran 5 LKS Tugas Individu Siklus I Pertemuan 1 ... 61
Lampiran 6 LKS Tugas Individu Siklus I Pertemuan 2 ... 62
Lampiran 7 LKS Tugas Rumah Siklus I Pertemuan 1 ... 63
Lampiran 8 LKS Tugas Rumah Siklus I Pertemuan 2 ... 64
Lampiran 9 LKS Ulangan Harian Siklus I ... 65
Lampiran 10 Hasil Analisis Ulangan Harian Siklus I ... 67
Lampiran 11 RPP Siklus II... 68
Lampiran 12 LKS Tugas Kelompok Siklus II... 70
Lampiran 13 LKS Tugas Individu Siklus II ... 72
Lampiran 14 LKS Tugas Rumah Siklus II ... 73
Lampiran 15 LKS Ulangan Harian Siklus II ... 74
Lampiran 16 Hasil Analisis Ulangan Harian Siklus II ... 76
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jadwal Pertemuan ... 77
Tabel 2 Lembar Observasi Pengamatan Kegiatan Pembelajaran Siklus I ... 78
Tabel 3 Lembar Observasi Pengamatan Siswa Siklus I... 79
Tabel 4 Lembar Pengamatan Guru Siklus I ... 80
Tabel 5 Daftar Nama Peserta Tes... 81
Tabel 6 Daftar Nilai Tugas Kelompok Siklus I ... 82
Tabel 7 Daftar Nilai Tugas Individu Siklus I... 83
Tabel 8 Daftar Nilai Tugas Rumah Siklus I... 84
Tabel 9 Daftar Nilai Ulangan Harian Siklus I... 85
Tabel 10 Daftar Nilai Tes Akhir Pembelajaran dan Nilai Tugas Siklus I... 86
Tabel 11 Analisis Ulangan Harian Siklus I... 87
Tabel 12 Lembar Observasi Pengamatan Kegiatan Pembelajaran Siklus II... 88
Tabel 13 Lembar Observasi Pengamatan Siswa Siklus II ... 89
Tabel 14 Daftar Nilai Tugas Kelompok Siklus II ... 90
Tabel 15 Daftar Nilai Tugas Individu Siklus II ... 91
Tabel 16 Daftar Nilai Tugas Rumah Siklus II ... 92
Tabel 17 Daftar Nilai Ulangan Harian Siklus II ... 93
Tabel 18 Daftar Nilai Tes Akhir Pembelajaran dan Nilai Tugas Siklus II ... 94
Tabel 19 Analisis Ulangan Harian Siklus I... 95
Tabel 20 Lembar Pengamatan Guru Siklus II... 96
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 ... 97
Gambar 2 ... 97
Gambar 3 ... 98
Gambar 4 ... 98
Gambar 5 ... 99
Gambar 6 ... 99
Gambar 7 ... 100
Gambar 8 ... 100
BAB I PENDAHULUAN
A. Alasan Pemilihan Judul
Matematika adalah ilmu pengetahuan yang digunakan dalam berbagai bidang
kehidupan, yaitu sebagai salah satu ilmu yang mendukung perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Oleh karena itu matematika selalu dituntut untuk mengimbangi dan melayani
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang secara
pesat. Matematika sebagai dasar ilmu-ilmu dasar dituntut peranannya semakin
besar.
Pelajaran matematika terdiri atas bagian-bagian matematika yang dipilih guna
menumbuh kembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi peserta
didik serta berpadu pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Upaya
peningkatan prestasi Peserta Didik Sekolah Dasar merupakan tugas guru dan
berjangka panjang karena menyangkut masalah pendidikan peserta didik.
Meningkatkan prestasi peserta didik harus melalui proses pendidikan yang baik dan
terarah.
Peneliti sebagai guru kelas dan sekaligus sebagai guru mata pelajaran
matematika perlu meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar matematika
peserta didik Sekolah Dasar. Oleh karena itu maka guru merasa tertantang untuk
berusaha mencari ide guna mencari bagaimana meningkatkan hasil belajar dan
aktivitas belajar peserta didik.
Dari pengamatan peneliti sehari-hari masih menemukan sebagian besar peserta
didik kelas V SD Rejosari 03, nilai matematika pada pokok bahasan Simetri Lipat
dan Pencerminan kurang memuaskan. Hal ini dimungkinkan karena pemahaman
dan konsep tentang simetri lipat dan pencerminan yang belum begitu dikuasai
dengan baik oleh peserta didik.
Upaya peningkatan hasil belajar dan aktivitas belajar matematika peserta didik
Sekolah Dasar pada pokok bahasan Simetri Lipat dan Pencerminan kelas V SD
Rejosari 03 dapat tercapai bila proses belajar mengajar di kelas berlangsung dengan
baik, berdaya guna dan berhasil guna. Hal tersebut dapat terlaksana bila guru
berperan langsung dalam mengajar dan mendidik peserta didik sehingga dapat
ditingkatkan kemampuannya, dibina secara teratur dan berkesinambungan.
Berdasarkan uraian diatas perlu dilakukan penelitian dengan judul ” Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar Peserta Didik Kelas V Tahun
Ajaran 2006/2007 Pada Pokok Bahasan Simetri Lipat dan Pencerminan Melalui
Implementasi Model Pembelajaran Tutor Sebaya dengan Memanfaatkan LKS dan
Alat Peraga Papan Berpaku Di SD Rejosari 03 Semarang”.
B. Permasalahan
Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam alasan pemilihan judul dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut : apakah melalui implementasi model
pembelajaran Tutor Sebaya dengan memanfaatkan LKS dan Alat Peraga Papan
Berpaku dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar peserta didik kelas
V tahun ajaran 2006/2007 pada pokok bahasan Simetri Lipat dan Pencerminan di
SD Rejosari 03 Semarang?
C. Cara Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan masalah akan digunakan metode Tutor Sebaya dengan
memanfaatkan LKS dan Alat Peraga Papan Berpaku dimana guru memilih materi
yang dapat dipelajari peserta didik secara mandiri lalu membagi para peserta didik
menjadi beberapa kelompok kecil yang heterogen sebanyak sub-sub materi yang
akan disampaikan guru. Peserta Didik yang pandai-pandai disebar dalam setiap
kelompok dan bertindak sebagai tutor. Masing-masing kelompok diberi tugas
mempelajari satu sub materi dan berdiskusi dengan peserta didik yang pandai
sebagai tutor sebaya. Setelah diskusi peserta didik kembali ke tempat duduk
masing-masing, guru memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk
menyampaikan hasil diskusi di depan kelas dan Guru bertindak sebagai
narasumber, setelah wakil kelompok maju guru langsung memberi kesimpulan dan
klarifikasi seandainya ada pemahaman peserta didik yang perlu diluruskan lalu guru
memberikan penilaian dari hasil diskusi kelompok, hal ini berguna untuk memacu
semangat belajar peserta didik.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan
aktivitas belajar peserta didik kelas V tahun ajaran 2006/2007 pada pokok bahasan
Simetri Lipat dan Pencerminan melalui implementasi model pembelajaran tutor
sebaya dengan memanfaatkan LKS dan alat peraga papan berpaku di SD Rejosari
03 Semarang.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi peserta didik :
-Peserta didik lebih termotivasi untuk belajar matematika
-Peserta didik lebih terbuka kepada teman sebayanya, sehingga mau berperan
dalam kelompoknya
-Meningkatkan prestasi peserta didik
2. Manfaat bagi peneliti :
-Guru mengetahui kesulitan peserta didik dalam mempelajari matematika
-Guru bisa mengembangkan pembelajaran di sekolah
-Guru bersemangat dalam mengajar
3. Manfaat bagi sekolah :
Dengan adanya penelitian ini, proses pembelajaran di sekolah dapat meningkat,
sehingga kemampuan dan prestasi belajar peserta didik semakin baik serta
kualitas sekolah meningkat.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
1. Bagian Awal Skripsi
Pada bagian ini berisi : halaman judul, abstrak, halaman pengesahan, halaman
motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi dan daftar tabel serta daftar
lampiran.
2. Bagian Isi
Bab I : Pendahuluan
Mengemukakan latar belakang, permasalahan, cara pemecahan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
penulisan.
Bab II : Landasan Teori dan Hipotesis
Berisi teori yang mendasari permasalahan yang meliputi belajar dan
pembelajaran matematika, Teori Belajar Matematika, Faktor Yang
Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar, media lembar kerja siswa,
tutor sebaya, penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika,
alat peraga papan berpaku, materi simetri lipat dan pencerminan dan
dikemukakan juga kerangka berpikir serta hipotesis tindakan.
Bab III : Metode Penelitian
Bab ini berisi tentang subyek penelitian, obyek penelitian, rencana
penelitian dan indikator keberhasilan.
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini mengemukakan hasil penelitian yang dilakukan dan
pembahasan terhadap hasil penelitian.
Bab V : Penutup
Bab ini mengemukakan kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran
berdasarkan kesimpulan.
3. Bagian Akhir
Pada bagian akhir skripsi ini berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang
mendukung tersusunnya skripsi.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Landasan Teori
1. Belajar dan Pembelajaran Matematika
Matematika memiliki nilai-nilai yang sangat penting dalam pembentukan
sumber daya manusia yang berkualitas. Dari beberapa ahli mendefinisikan belajar
menurut visi masing-masing . Diantaranya menurut Herman Hudoyo ( 1979 : 14 )
bahwa belajar merupakan suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman atau
pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku, misalnya setelah
belajar matematika, peserta didik mendemonstrasikan pengetahuan dan
keterampilan matematikanya dimana sebelumnya ia tidak dapat melakukan
meskipun pada dasarnya belajar itu merupakan suatu proses.
Menurut Sodjadi dan Masriyah ( Suyitno 1997 : 2 ) dikemukakan bahwa
matematika memiliki obyek kajian yang abstrak. Matematika mendasarkan diri pada
kesepakatan-kesepakatan, dan sepenuhnya menggunakan pola pikir deduktif
aksiomatis dan matematika berlandaskan kebenaran konsistensi. Nilai-nilai ini
diperlukan dalam pengajaran matematika, yang bertujuan untuk dapat menumbuh
kembangkan dan membentuk pribadi peserta didik sehingga sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Menurut W.S. Winkel belajar adalah suatu aktivitas mental / psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman ketrampilan dan nilai-nilai
sikap.
Selanjutnya pengertian pembelajaran menurut Fountana adalah proses
perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman.
Menurut Moogan (Mustaqim 2001 : 33 ) dikemukakan bahwa belajar adalah
perubahan tingkah laku yang relatif tetap merupakan hasil pengalaman yang lalu.
Sedangkan Nasution menyatakan belajar merupakan aktifitas yang
menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar baik aktual maupun
potensial; perubahan itu pada dasarnya berupa didapatkannya kemampuan baru
yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan perubahan itu terjadi karena usaha.
Dari berbagai pengertian belajar yang oleh beberapa ahli tersebut di atas, dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses atau usaha seseorang dengan adanya
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan latihan, baik berupa
pengetahuan, sikap maupun ketrampilan baru.
Peristiwa belajar yang disertai dengan proses pembelajaran akan lebih terarah
dan sistematik daripada belajar yang hanya semata-mata dari pengalaman dalam
kehidupan sosial di masyarakat. Belajar dengan proses pembelajaran ada peran guru,
bahan belajar dan lingkungan kondusif yang sengaja diciptakan.
Menurut sosiologi, belajar adalah jantungnya dari proses sosiologi, pembelajaran
adalah rekayasa sosio-psikologis untuk memelihara kegiatan belajar tersebut
sehingga tiap individu yang belajar akan belajar seoptimal dalam mencapai tingkat
kedewasaan dan dapat hidup sebagai anggota masyarakat yang baik.
Sama halnya dengan belajar, mengajarpun sebenarnya suatu proses, yakni usaha
yang dilakukan oleh guru untuk membimbing, mengatur, mengorganisasikan
lingkungan yang ada di sekitar peserta didik. Sehingga dapat menumbuh
kembangkan peserta didik untuk melakukan proses belajar guru sebagai pemimpin
dan fasilitator dalam kegiatan tersebut.
Di samping itu banyak teori dan prinsip-prinsip belajar namun terdapat beberapa
prinsip-prinsip yang berlaku umum yang dapat dipakai sebagai dasar dalam upaya
pembelajaran yaitu sebagai berikut :
a. Perhatian dan motivasi.
Hal ini mempunyai peranan sangat penting dalam kegiatan belajar. Tanpa
adanya perhatian tidak mungkin belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik.
b. Keaktifan
Proses belajar mengajar akan berhasil dengan baik apabila antara guru dan
murid sama-sama aktif.
c. Keterlibatan Langsung.
Belajar melalui pengalaman langsung tidak sekedar mengamati tetapi terlibat
langsung dan bertanggung jawab atas hasilnya.
d. Pengulangan.
Belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia.
e. Tantangan.
Dalam belajar terdapat hambatan, jika hambatan telah dapat diatasi maka
tujuan belajar akan dapat dicapai.
2. Komponen-komponen dalam Pembelajaran
Dikatakan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (1997 : 15) bahwa arti kata
pembelajaran adalah cara, proses menjadikan orang belajar. Irvan Junaedi
mengemukakan bahwa pembelajaran berarti proses membuat orang belajar .
Sedangkan menurut Udin Sarifudin Winata Putra menyatakan bahwa pembelajaran
yakni proses membuat orang melakukan proses belajar sesuai dengan rancangan.
Dalam arti sempit proses pembelajaran adalah proses pendidikan dalam lingkup
persekolahan, sehingga arti dari proses pembelajaran adalah proses sosialisasi
individu peserta didik dengan lingkungan sekolah, seperti guru, fasilitan dan teman
sesama peserta didik.
Menurut konsep komunikasi pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional
antara peserta didik dengan guru, dan peserta didik dengan peserta didik , dalam
rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi peserta
didik yang bersangkutan.
Guru berperan sebagai komunikator, peserta didik sebagai komunikan, dan
materi yang akan dikomunikasikan berisi pesan-pesan berupa ilmu pengetahuan.
Dalam komunikasi banyak arah dalam pembelajaran, pesan-pesan tersebut bisa
berubah, yaitu antara guru dengan peserta didik dan sebaliknya, serta antara peserta
didik dengan peserta didik.
Sedangkan Bahtia Rifai ( Suhito 2000 : 4 ) prestasi berarti hasil kerja secara
maksimal. Sedangkan A. Gozali ( Suhito 2000 : 4 ) prestasi adalah hasil kerja dalam
suatu lapangan yang telah dicapai dengan sangat mengagumkan. Oemar Hamalik
(Suhito 2000 : 4 ) mengemukakan berprestasi adalah hasil interaksi antara beberapa
faktor yang mempengaruhi, baik dalam individu maupun dari luar individu yang
bersangkutan .
Dalam kegiatan belajar mengajar tidaklah bisa lepas dari komponen-komponen
yang harus ada didalam kegiatan ( proses ) belajar mengajar.
Komponen-komponen tersebut antara lain :
a. Tujuan yang hendak dicapai.
b. Materi bahan pelajaran .
c. Metode dan alat.
d. Alat penilaian.
Adapun keempat komponen yang telah disebutkan di atas tidaklah dapat berdiri
sendiri melainkan saling interelasi, saling berhubungan dan saling berpengaruh.
Tujuan dalam dalam proses belajar mengajar merupakan komponen pertama yang
harus ditetapkan dalam kegiatan proses belajar mengajar yang berfungsi sebagai
indikator keberhasilan pengajaran.
Tujuan ini merupakan rumusan tingkah laku dan kemampuan yang harus dicapai
dan dimiliki oleh peserta didik, setelah ia menyelesaikan pengalaman dan kegiatan
belajar mengajar. Materi / bahan pelajaran isi tujuan pengajaran yang hendak
dicapai. Materi yang tersedia dan dirumuskan menjadi satu kemasan sedemikian
rupa dalam proses kegiatan belajar mengajar sangatlah mendukung tercapainya
tujuan. Metode dan alat merupakan jembatan atau media untuk tercapainya tujuan
yang hendak dicapai.
Metode pengajaran diusahakan sesuai dengan tujuan dan materi yang akan
diajarkan. Tidak kalah pentingnya untuk mengetahui apakah tujuan dapat dicapai
atau tidak, maka kita harus mengadakan penilaian terhadap peserta didik, karena
suatu proses kegiatan belajar mengajar tanpa diakhiri dengan penilaian tidak akan
bisa mengukur berhasil atau tidaknya suatu proses kegiatan.
Dari uraian di atas maka ke empat komponen tersebut saling berpengaruh dan
saling mendukung agar kegiatan belajar mengajar dapat mencapai tujuan yang
seoptimal mungkin dan sesuai yang diharapkan
3. Teori Belajar Matematika
Ada beberapa teori belajar yang populer dan cocok untuk diterapkan pada
pembelajaran matematika di Pendidikan Dasar, yaitu teori belajar yang diajukan
oleh William Brownell, Zoltan P. Dienes, Jean Piaget, Richard Skemp, David
Ausubel, Jerome S. Brunner dan Robert M. Gagne.
a. Teori Belajar dariWilliam Brownell
Teori ini dikenal pula dengan nama Meaning Theory. Menurut William
Brownell, dalam mengajarkan matematika di Pendidikan Dasar sebaiknya:
1. Menggunakan alat peraga benda konkret
2. Materi disajikan secara permanen dan terus menerus dalam waktu yang lama
b. Teori Belajardari Zoltan P. Dienes
Zoltan bersekolah di Hongaria, Perancis dan Inggris. Dia ahli matematika dan
psikologi. Menurut Zoltan P. Dienes, dalam mengajarkan matematika di Pendidikan
Dasar, materi bahan ajar harus disajikan dengan cara sebagai berikut:
1. Suatu konsep matematika disajikan dengan berbagai cara / sajian
2. Masing-masing cara penyajian dibandingkan, sampai peserta didik mengerti
dan menangkap konsep yang diajarkan
Misalnya, guru ingin mengenalkan konsep tiga kepada peserta didik, guru
disarankan menggunakan tiga mangga, tiga kelereng dan tiga benda konkret yang
lain.
c. Teori Belajardari Jean Piaget
Piaget adalah ahli psikologi dari Swiss. Menurut Jean Piaget, perkembangan
intelektual manusia ada 4 tahap,yaitu:
• Tahap Gerak Sensoris (0 – 2 tahun)
• Tahap Pra-Operasional (2 – 7 tahun)
• Tahap Operasional Konkret (7-12 tahun), dan
• Tahap Operasional Formal (13 tahun atau lebih)
Akan tetapi, peserta didik usia 12 – 15 tahun (usia SMP) adalah masa transisi
dari tahap Operasional Konkret ke tahap Operasional Formal. Oleh karena itu, Jean
Piaget menganjurkan agar dalam mengajarkan matematika di Pendidikan Dasar
perlu memanfaatkan alat peraga benda konkret. Alasan yang dikemukakan Piaget,
anak-anak SD dan SMP perkembangan intelektualnya cenderung masih berada
dalam tahap Operasional Konkret.
d. Teori Belajar dariRichard Skemp
Dia seorang ahli matematika dan psikologi dari Inggris. Dialah yang
mendefinisikan perkalian sebagai 2 x 3 = 2 + 2 + 2. Padahal, kita memakai definisi
yang menyatakan bahwa 2 x 3 = 3 + 3.
Menurut Richard Skemp, belajar matematika perlu dua tahap, yaitu sebagai berikut:
1. Perlu menggunakan benda-benda konkret untuk memberikan basisi bagi
peserta didik dalam menghayati ide-ide matematika yang abstrak
2. Tingkat abstrak, yaitu mulai meninggalkan benda konkret untuk menuju ke
pemahaman matematika yang memang memuat objek-objek abstrak
e. Teori Belajar dari David Ausubel
Teorinya disebut sebagai Theory of Meaning Verbal Meaning atau Teori Belajar
Bermakna. David Ausubel berpendapat bahwa pembelajaran matematika dengan
metode ekspositori efektif adalah metode yang paling efisien dan efektif. Dalam
ekspositori efektif, guru menjelaskan materi bahan ajar dengan ceramah dan tanya –
jawab, memberi contoh soal, memberi latihan, kemudian guru berkeliling
memeriksa pekerjaan peserta didik dan memberikan bantuan individual jika
diperlukan, lalu dengan tanya jawab, guru – peserta didik memecahkan soal latihan,
guru memberikan tugas rumah dan selanjutnya guru membahas tugas rumah pada
pertemuan berikutnya.
f. Teori Belajar dari Jerome S. Brunner
Dalam pembelajaran matematika, Brunner sangat mendukung penggunaan
metode pertemuan. Ada tiga tahapan pembelajaran yang disarankan Brunner untuk
digunakan secara berurutan. Ketiga tahap tersebut adalah sebagai berikut:
• Tahap enactive, yaitu penggunaan benda konkret dalam belajar,
• Tahap econic, yaitu penggunaan gambar atau grafik,
• Tahap symbolic, berarti guru sudah bisa menggunakan kata-kata dan simbol.
g. Teori Belajar dari Robert M. Gagne
Prof. Robert M. Gagne memakai matematika sebagai medium untuk
menerapkan teori-teorinya tentang belajar dengan bekerja sama dengan University
of Maryland Mathematics Project. Gagne lebih menekankan kepada hasil belajar
daripada proses.
Menurut Gagne, ada delapan jenis tingkatan belajar, yaitu sebagai berikut:
1. Belajar signal, yaitu proses belajar yang muncul karena ketidaksengajaan
2. Belajar stimulus respons, yaitu proses belajar yang terjadi karena kesengajaan
dan terkait pula dengan keaktifan fisik. Stimulus diberikan kepada seseorang dan
orang yang diberi dapat memberikan respons atau reaksi yang berbeda – beda
3. Belajar merangkai (chaining), adalah proses belajar yang menggabungkan dua
atau lebih tingkah laku dalam belajar stimulus respons
4. Asosiasi verbal, yaitu proses belajar yang sudah menggabungkan antara konsep
dengan nama konsepnya. Peserta didik sudah mulai mengungkapkan ide dan
argumentasi yang rasional
5. Belajar diskriminasi, yaitu proses belajar yang mulai membedakan berbagai
objek, konsep atau prinsip dalam matematika. Misalnya pada konsep bilangan,
selanjutnya mulai dikembangkan beberapa jenis bilangan dengan segala
sifat-sifatnya. Ada bilangan bulat, bilangan rasional, pecahan dan sebagainya.
6. Belajar konsep, yaitu belajar mengenal sifat-sifat yang sama pada suatu konsep.
Arahnya menuju ke prinsip atau teorema yang melekat pada konsepnya.
7. Belajar teorema / urutan, adalah jenis belajar yang sudah mengaitkan antara
prinsip yang satu dengan prinsip yang lain dalam suatu konsep. Misalnya belajar
konsep segitiga, yang diteruskan dengan pendalaman terhadap teorema
pendukung yang berkaitan dengan segitiga tersebut.
8. Problem solving, adalah proses belajar yang paling tinggi karena harus mampu
memanfaatkan pengetahuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah.
Soal matematika hanya bisa disebut masalah jika peserta didik memiliki
pengetahuan prasyarat untuk memecahkan masalahnya, peserta didik belum tahu
algoritmanya dan peserta didik mau mengerjakannya.
4. Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
a. Menurut Herman Hudojo (1988:6) proses belajar yang kita kehendaki bisa
tercapai bila faktor-faktor berikut dapat kita kelola sebaik-baiknya.
1. Peserta didik
Kegagalan atau keberhasilan belajar sangat tergantung pada peserta didik.
2. Pengajar
Kemampuan pengajar dalam menyampaikan dalam penguasaan materi yang
diajarkan sangat mempengaruhi terjadinya proses belajar mengajar
3. Prasarana dan Sarana
Ruangan yang nyaman, buku teks, alat bantu belajar, laboratorium
matematika dan lain-lain akan meningkatkan kualitas belajar peserta didik.
4. Penilaian
Penilaian dapat meningkatkan kegiatan belajar, sehingga diharapkan dapat
memperbaiki hasil belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan menjadi 2 faktor, yaitu :
1. Faktor Internal (faktor dalam dalam)
Yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar yang
berasal dari peserta didik yang sedang belajar. Faktor dari dalam ini meliputi
kondisi fisiologis dan kondisi psikologi. Kondisi fisiologis adalah keadaan
jasmani dari seseorang yang sedang belajar, keadaan jasmani dapat
dikatakan sebagai latar belakang aktivitas belajar. Sedangkan kondisi
psikologis yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah
kecerdasan, bakat, minat, motivasi, emosi dan kemampuan kognitif.
2. Faktor Eksternal (faktor luar)
Yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang dapat
mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor luar ini diantaranya faktor
lingkungan dan faktor instrumental. Faktor lingkungan meliputi kurikulum,
sarana dan fasilitas, guru/ tenaga pengajar.
b. Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Purwodarminto (1982:768) dijelaskan “suatu
pembelajaran yang telah dicapai atau dikerjakan”. Jadi hasil belajar merupakan
hasil yang telah dicapai secara maksimum oleh seseorang setelah melakukan
kegiatan belajar. Hasil belajar pada penelitian ini adalah hasil belajar
matematika yaitu yang telah dicapai oleh peserta didik pada mata pelajaran
matematika setelah mengalami proses belajar.
Hasil belajar diperoleh masing-masing peserta didik berbeda-beda. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor seperti dikemukakan oleh Nana Sudjana
(1987:42) bahwa “Hasil belajar yang dicapai peserta didik dipengaruhi oleh dua
faktor utama yaitu faktor dari dalam diri peserta didik dan faktor dari luar
peserta didik terutama yang dimilikinya”. Seseorang dapat dikatakan telah
belajar sesuatu apabila dirinya telah terjadi suatu perubahan, namun tidak semua
perubahan yang terjadi pada diri seseorang karena proses belajar, misalnya
perubahan yang terjadi karena kematangan.
Setelah mencapai hasil belajar maka orang itu mempunyai tingkah laku yang
baru. Menurut TIM pengembangan Universitas Negeri Semarang (Sulistyani,
2003:14), ada lima syarat agar perubahan tingkah laku dapat disebut hasil
belajar, yaitu :
1) Hasil belajar sebagai pencapai tujuan belajar
2) Hasil belajar harus sebagai buah dari proses kegiatan yang disadari
3) Hasil belajar sebagai produk latihan
4) Hasil belajar merupakan tingkah laku yang berfungsi efektif dalam kurun
waktu tertentu
5) Hasil belajar harus berfungsi operasional dan potensial yang merupakan
tingkah laku itu sendiri yang berfungsi positif bagi pengembangan tingkah
laku lainnya.
B. Media Lembar Kerja Siswa ( LKS )
Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu jenis alat bantu pembelajaran,
bahkan ada yang menggolongkan dalam jenis alat peraga pembelajaran matematika,
secara umum LKS merupakan seperangkat pembelajaran sebagai pelengkap / sarana
pendukung pelaksanaan Rencana Pembelajaran (Hidayah dan Sugiarto 2006: 8).
Lembar Kerja Peserta didik berupa lembaran kertas yang berupa informasi maupun
soal-soal (pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik), LKS ini
sangat baik digunakan untuk menggalakkan keterlibatan peserta didik dalam belajar
baik dipergunakan dalam penerapan metode tertimbang maupun untuk memberikan
latihan pengembangan. Dalam proses pembelajaran matematika, LKS dapat
difungsikan dengan tujuan untuk menemukan konsep / prinsip, juga dapat ditujukan
untuk aplikasi konsep / prinsip.
Pelaksanaan pembelajaran matematika Sekolah Dasar (SD) dengan
menggunakan alat bantu berupa alat peraga dilengkapi dengan LKS yang berupa
pertanyaan-pertanyaan kognitif–produktif yang dilaksanakan dengan tepat akan
mendorong creative thingking (berfikir kreatif) peserta didik secara optimal, mampu
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (joyful learning) dan efektif.
C. Tutor Sebaya
Sekolah memiliki banyak potensi yang dapat ditingkatkan efektifitasnya untuk
menunjang keberhasilan suatu program pengajaran. Potensi yang ada di sekolah,
yaitu semua sumber-sumber daya yang dapat mempengaruhi hasil dari proses
belajar mengajar. Keberhasilan suatu program program pengajaran tidak
disebabkan oleh satu macam sumber daya, tetapi disebabkan oleh perpaduan antara
berbagai sumber-sumber daya saling mendukung menjadi satu sistem yang integral.
(Wijaya, dkk. 1988).
Dalam arti luas sumber belajar tidak harus selalu guru. Sumber belajar dapat
orang lain yang bukan guru, melainkan teman dari kelas yang lebih tinggi, teman
sekelas, atau keluarganya di rumah. Sumber belajar bukan guru dan berasal dari
orang yang lebih pandai disebut tutor. Ada dua macam tutor, yaitu tutor sebaya dan
tutor kakak. Tutor sebaya adalah teman sebaya yang lebih pandai, dan tutor kakak
adalah tutor dari kelas yang lebih tinggi (Harsunarko, 1989, h.13).
Sehubungan dengan itu ada beberapa pendapat mengenai tutor sebaya,
diantaranya adalah:
Dedi Supriyadi (1985, h.36) mengemukakan bahwa Tutor sebaya adalah seorang
atau beberapa orang peserta didik yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Tutor tersebut diambil dari
kelompok yang prestasinya lebih tinggi.
Ischak dan Warji (1987, h.44) mengemukakan bahwa Tutor sebaya adalah
sekelompok peserta didik yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran, memberikan
bantuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan
pelajaran yang dipelajarinya.
Conny Semiawan, dkk (1987, h.70) mengemukakan bahwa Peserta didik yang
pandai dapat memberikan bantuan belajar kepada peserta didik yang kurang pandai.
Bantuan tersebut dapat dilakukan kepada teman-teman sekelasnya di luar sekolah.
Mengingat bahwa peserta didik adalah unsur pokok dalam pengajaran maka
peserta didiklah yang harus menerima dan mencapai berbagai informasi pengajaran
yang pada akhirnya dapat mengubah tingkah lakunya sesuai dengan yang
diharapkan. Untuk itu, maka peserta didik harus dijadikan sebagai sumber
pertimbangan didalam pemilihan sumber pengajaran (Sudirman, dkk. 1987, h.210).
Tutor sebaya aadalah sumber belajar selain guru, yaitu teman sebaya yang lebih
pandai memberikan bantuan belajar kepada teman-teman sekelasnya di sekolah.
Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan. Bahasa
teman sebaya lebih mudah dipahami. Dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan,
rendah diri, malu dan sebagainya untuk bertanya ataupun minta bantuan.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Longstreth (Muntasir, dkk. 1985, h.82-83)
tentang hubungan anak dengan anak, sebagai berikut:
”Interaksi kawan membukakan mata anak terhadap pola tingkah laku yang
berlaku dalam kebudayaan itu, dan yang sering dilakukan; dan dengan demikian ia
condong untuk mempelajari bentuk-bentuk tingkah laku yang dipakai untuk
pergaulan yang berlaku...”.
Tugas sebagai tutor merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman yang justru
sebenarnya merupakan kebutuhan anak itu sendiri. Dalam persiapan ini antara lain
mereka berusaha mendapatkan hubungan dan pergaulan baru yang mantap dengan
teman sebaya, mencari perannya sendiri, mengembangkan kecakapan intelektual
dan konsep-konsep yang penting, mendapatkan tingkah laku yang bertanggung
jawab secara sosial (Dinkmeyer, 1985, h.164-165). Dengan demikian beban yang
diberikan kepada mereka akan memberi kesempatan untuk mendapatkan perannya,
bergaul dengan orang-orang lain dan bahkan mendapatkan pengetahuan dan
pengalaman.
Prosedur Penyelenggaraan Tutor Sebaya
Menurut Branley (1974, h.53) ada tiga model dasar dalam menyelenggarakan
proses pembelajaran dengan tutor, yaitu:
1. Student to student
2. Group to tutor
3. Student to student
Adapun penyebaran dari tiga model ini adalah sebagai berikut:
Murid
Tutor Murid
Murid
Murid Murid
Gambar 1
Tutor
Gambar 2
Group
Tutor Murid
Murid
Murid
Murid
Gambar 3
Dalam pembelajaran dengan pendekatan Tutor sebaya, Si Tutor hendaknya
adalah peserta didik yang mempunyai kemampuan lebih dibandingkan dengan
teman-teman pada umumnya, sehingga pada saat ia memberikan pengayaan atau
membimbing teman-temannya ia sudah menguasai bahan yang akan disampaikan
kepada teman-teman lainnya.
D. Penggunaan Alat Peraga Dalam Pembelajaran Matematika
Adalah suatu hal yang logis bila dalam proses pembelajaran seorang guru
menggunakan media pembelajaran, agar tidak terjadi kesesatan dalam proses
pembelajaran perlu digunakan sarana untuk membantu komunikasi dalam
pembelajaran di kelas yang disebut media.
Dalam proses pembelajaran, media yang digunakan untuk memperlancar
komunikasi disebut Media Instruksional Edukatif ( Rohman, 1997 : 4 )
Ciri-ciri umum Media Instruksional Edukatif :
1. Media Instruksional Edukatif dengan alat peraga langsung dan tidak langsung
2. Media Instruksional Edukatif digunakan dalam proses komunikasi instruksional
3. Media Instruksional Edukatif merupakan alat yang efektif dalam instruksional
4. Media Instruksional Edukatif memiliki muatan normatif bagi keperluan
pendidikan
5. Media Instruksional Edukatif erat kaitannya dengan metode mengajar khususnya
maupun komponen-komponen instruksional lainnya
Sejalan dengan istilah Media Instruksional Edukatif ada istilah alat peraga. Kedua
hal ini sulit dipisahkan namun dapat dibedakan, tetapi pada dasarnya alat peraga
adalah salah satu unsur dalam media edukatif karena alat peraga merupakan alat
bantu visual dalam pembelajaran biasanya berupa gambar, model, benda atau
alat-alat lain yang memberikan pengalaman visual yang nyata kepada peserta didik.
Alat bantu visual bertujuan untuk :
1. Memperkenalkan, membentuk, serta memperjelas pengertian dan konsep yang
abstrak kepada peserta didik.
2. Mengembangkan sikap-sikap yang dikehendaki
3. Mendorong kegiatan peserta didik lebih lanjut
Alat peraga / alat bantu visual sering digunakan oleh guru apabila proses
pembelajaran matematika di kelas, peserta didik sulit memahami konsep secara
abstrak, sehingga alat peraga tersebut dapat membantu guru dalam berkomunikasi
dengan peserta didik dan alat peraga sebagai perantara yang membuat peserta didik
dapat lebih mudah memahami suatu konsep matematika.
Alat peraga sebagai komponen penting dalam KBM ditingkat dasar, karena alat
peraga mempunyai beberapa fungsi dan manfaat sebagai berikut:
a. Dengan alat peraga anak akan belajar matematika dengan gembira, terangsang,
tertarik dan bersikap positif terhadap matematika.
b. Dengan disajikan konsep abstrak matematika dalam bentuk kongkrit, maka
peserta didik pada tingkat-tingkat yang lebih rendah akan lebih mudah
memahami dan mengerti.
c. Alat peraga dapat membantu daya tilik ruang, karena tidak membayangkan
bentuk-bentuk geometri ruang.
d. Anak menyadari bahwa ada hubungan antara ilmu dengan alam sekitar dan
masyarakat.
Pemakaian alat peraga dalam pengajaran matematika dikaitkan dengan hal-hal
sebagai berikut:
a. Pembentukan Konsep.
b. Pemahaman Konsep.
c. Latihan dan Penguatan.
d. Melayani Perbedaan Individu.
e. Pengukuran.
f. Pengamatan dan Penemuan Sendiri.
g. Pemecahan Masalah.
h. Mengundang Berfikir dan Berdiskusi.
i. Mengundang untuk Berpartisipasi Aktif.
Alat peraga dapat berupa benda nyata dan dapat pula berupa gambar atau
diagramnya. Keuntungan alat-alat peraga real (nyata) adalah dapat dipindah-pindah
atau dimanipulasi, sedangkan kelemahannya adalah tidak dapat disajikan dalam
bentuk tulisan atau buku.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat alat peraga sederhana
adalah sebagai berikut:
a. Bahan harus kuat dan tahan lama.
b. Bentuk warnanya menarik.
c. Sederhana dan mudah dikelola (fisibel).
d. Seimbang dengan ukuran fisik anak.
e. Dapat menyajikan dan memperjelas konsep.
f. Tidak membahayakan peserta didik.
g. Bila diharapkan peserta didik aktif, alat peraga itu supaya dapat dimanipulasi,
seperti diraba, dipegang, dipindah atau dipasang dan dicopot.
E. Alat Peraga Papan Berpaku
Bahwa belajar peserta didik akan meningkat bila ada motivasi. Oleh karena itu
dalam proses pembelajaran diperlukan faktor-faktor yang dapat memotivasi peserta
didik untuk belajar bahkan untuk pengajarnya. Misalnya: upaya untuk membuat
sebuah pengajaran menjadi ”kaya dan menarik”, dapat menimbulkan dan
meningkatkan minat belajar peserta didik, sikap guru dan penilaiannya menjadi
lebih baik, suasana sekolah bagi guru dan peserta didik menjadi menyenangkan.
Bahwa pada dasarnya, peserta didik belajar melalui sesuatu yang konkrit,
mengingat pola perkembangan berpikir peserta didik Sekolah Dasar pada umumnya
sudah memerlukan contoh-contoh benda konkrit. Untuk memahami sebuah konsep
abstrak, peserta didik memerlukan benda-benda konkrit sebagai
perantara/visualisasinya. Konsep abstrak pada peserta didik dapat dicapai melalui
tingkatan belajar yang berbeda-beda. Bahkan, orang dewasapun yang pada
umumnya sudah memahami konsep abstrak, pada keadaan tertentu seringkali masih
memerlukan visualisasi. Selanjutnya, konsep abstrak yang baru dipahami anak akan
mengendap, melekat dan tahan lama bila peserta didik belajar melalui ”berbuat”
dan pengertian bukan hanya melalui mengingat sebuah fakta yang ada, karena
beberapa hal tersebut maka untuk menunjang keberhasilan belajar peserta didik,
mutlak diperlukan peraga, dalam hal ini: papan berpaku.
Papan berpaku dimaksud, banyak sekali manfaatnya dalam pengajaran
matematika di Sekolah Dasar. Harga murah dan juga dapat dibuat sendiri. Bnetuk
papan berpaku bisa persegi atau persegi panjang, sesuai dengan kebutuhan. Cara
pembuatannya: papan yang disediakan permukaannya dihaluskan menggunakan
amplas kemudian dicat sesuai dengan warna lingkungan sekitar dan permukaannya
digambar kotak-kotak persegi berukuran 2 cm x 2 cm dan pada setiap titik sudutnya
ditancapi paku yang agak besar / sekitar 2,5 cm sehingga mudah dalam
pengoperasiannya. Peralatan pendukungnya adalah karet gelang.
Beberapa manfaat / kegunaan papan berpaku antara lain:
a. Guru dapat dengan mudah dan cepat menunjukkan bermacam – macam
bentuk bangun datar seperti: persegi, persegi panjang, segitiga, trapesium,
jajar genjang, belah ketupat dan layang-layang.
b. Peserta didik akan dengan cepat belajar bila mengikuti dalam memahami
materi yang terkait dengan yang diajarkan.
c. Bentuk geometri yang diajarkan bentuknya sesuai dengan kenyataan,
dibandingkan jika pengajaran dengan contoh-contoh dari benang, sehingga
tidak mewujudkan persepsi siwa.
F. Materi Simetri Lipat dan Pencerminan a. Simetri Lipat
- Mengulang Pengertian Simetri Lipat
Jika sebuah benda dilipat melalui sumbu simetrinya yang kedua bagiannya
dapat secara tepat saling menutupinya, benda tersebut dikatakan memiliki
simetri lipat. Perhatikan gambar berikut.
Bangun-bangun tersebut mempunyai simetri lipat. Garis tempat melipat
ditunjukkan dengan garis putus-putus. Garis tersebut disebut garis simetri
atau sumbu simetri.
Dalam kisah sehari-hari, sering dijumpai bangun-bangun yang memiliki
simetri lipat, misal : kupu-kupu, pesawat terbang, bejana dan lainnya.
- Mengenal Simetri Lipat dan Menentukan Sumbu Simetri Bangun-Bangun
Datar
• Simetri lipat disebut juga simetri sumbu karena tempat melipatnya berupa
sumbu ( garis ).
Sumbu Simetri
• Simetri lipat disebut juga simetri cermin karena sumbu simetrinya
seolah-olah sebagai cermin sehingga setengah bagian bangun yang satu
merupakan bayangan dari setengah bagian yang lainnya.
A D
B F E
C
EF sebagai simetri cermin sehingga EDCF merupakan bayangan dari
AEFB.
Selanjutnya perhatikan gambar berikut !
Bangun persegi merupakan contoh bangun yang memiliki simetri lipat.
Sumbu-sumbu simetrinya ditunjukkan dengan garis putus-putus.
Dengan demikian bangun persegi memiliki empat simetri lipat.
b. Pencerminan
- Membuat Bangun dan Mengamati Hasil Pencerminan
Perhatikan contoh pencerminan dengan menggunakan papan berpaku.
Cara kerja sbb :
1. Buatlah papan berpaku yang panjangnya 60 cm, lebar 40 cm dan jarak
antar paku dengan papan 2 cm
2. Buat bangun segitiga menggunakan karet gelang pada papan berpaku
3. Perhatikan bayangan karet gelang pada cermin
. . . . . . .
- Membuat Hasil Pencerminan Suatu Bangun Pada Kertas Bertitik
Dari gambar-gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa penentuan hasil
pencerminan dapat dilakukan dengan cara menghitung titiknya yaitu :
Contoh untuk cermin tegak :
- Menghitung jarak titik A ke cermin ( ada 3 titik )
- Menghitung jarak cermin ke titik A¹ yang merupakan bayangan titik A (
ada 3 titik ke sebelah kanan )
- Menghitung jarak titik B ke cermin ( ada 8 titik )
- Menghitung jarak cermin ke titik B¹ yang merupakan bayangan titik B (
ada 8 titik ke sebelah kanan )
- Menghubungkan titik A¹ dengan titik B¹ sehingga membentuk ruas garis
A¹B¹
Model alat peraga yang nantinya digunakan dalam penelitian adalah :
- Kertas yang berbentuk bangun / suatu simbol yang mudah dilipat
- Menggunakan papan berpaku yang terbuat dari triplek dengan ukuran 60
cm x 40 cm dengan jarak antar paku 2 cm
- Kertas / buku petak
G. Kerangka Berpikir
Dengan memperhatikan landasan teori yang telah dipaparkan sebelumnya dapat
dikatakan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar pada pokok bahasan Simetri Lipat
dan Pencerminan tepat jika dilakukan dengan menggunakan bantuan alat peraga
Papan Berpaku dan Lembar Kerja Peserta didik (LKS) dengan bantuan metode
pembelajaran Tutor Sebaya.
Alat peraga model Papan Berpaku dan Lembar Kerja Peserta didik (LKS)
mempunyai fungsi dapat membantu, dan membimbing langkah berfikir peserta
didik, sehingga dalam belajar geometri khususnya menentukan Simetri Lipat dan
Pencerminan suatu bangun datar.
Selain meningkatkan hasil belajar matematika, penggunaan alat peraga dalam
kegiatan belajar mengajar akan membantu dan memotivasi peserta didik untuk
belajar aktif dan bersikap positif terhadap matematika.
Sehingga dalam penyelesaian pokok bahasan Simetri Lipat dan Pencerminan
perlu menggunakan metode pembelajaran tutor sebaya dengan memanfaatkan LKS
dan Alat Peraga Papan Berpaku karena dengan cara ini hasil yang didapatkan akan
meningkat.
H. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir diatas dapat dirumuskan hipotesis tindakan
sebagai berikut : Melalui Implementasi Model Pembelajaran Tutor Sebaya dengan
Memanfaatkan LKS dan Alat Peraga Papan Berpaku pada pokok bahasan Simetri
Lipat dan Pencerminan maka hasil belajar dan aktivitas belajar peserta didik kelas
V tahun ajaran 2006/2007 di SD Rejosari 03 Semarang dapat ditingkatkan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Rejosari 03 Semarang dengan subyek
penelitian adalah peserta didik kelas V SD Negeri Rejosari 03 sebanyak 25 peserta
didik terdiri dari 10 putri dan 15 putra serta Guru Kelas V SD Rejosari 03.
B. Rencana Penelitian
Penelitian ini direncanakan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri
dari empat tahap yaitu : perencanaan (planning), implementasi (tindakan), observasi
(pengamatan) dan refleksi.
1. Siklus 1
a. Perencanaan
- Membuat rencana pembelajaran mengenai Simetri Lipat dan Pencerminan.
- Mengelompokkan peserta didik yang akan bertindak sebagai tutor
kemudian menentukan kelompok-kelompok secara acak dengan anggota
minimal 5 orang dan masing-masing kelompok terdapat satu orang tutor.
- Membuat rangkuman materi yang akan diberikan dan membuat soal-soal
dalam bentuk lembar kerja siswa untuk disampaikan ke setiap kelompok
terutama tutor agar tutor dapat mempelajarinya.
- Menyiapkan alat peraga papan berpaku.
- Membuat soal-soal tugas rumah.
- Menyiapkan lembar pengamatan/observasi peserta didik.
- Menyiapkan lembar pengamatan/observasi guru.
- Menyiapkan buku nilai.
b. Implementasi
Tindakan / Implementasi dilakukan 2 (dua) kali pertemuan
Pertemuan I
1. Guru memberi pertanyaan mengenai macam-macam bangun datar
sebagai apersepsi.
2. Ada beberapa peserta didik menjawab pertanyaan dan maju ke depan
menggambar di papan tulis.
3. Guru mulai melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan pokok
bahasan Simetri Lipat dan Pencerminan dan Sub Bahasan Membuat Hasil
Pencerminan Suatu Bangun Datar Terhadap Sumbu Tegak dan memberi
contoh cara mengerjakan.
4. Peserta didik memperhatikan penjelasan Guru.
5. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya
mengenai perihal yang kurang / belum jelas untuk materi yang telah
diterangkan.
6. Peserta didik menggunakan kesempatan bertanya mengenai materi yang
kurang / belum jelas.
7. Peserta didik tidak ada yang bertanya karena sudah jelas.
8. Guru memberi soal di papan tulis untuk dikerjakan peserta didik.
9. Peserta didik mengerjakan soal latihan di papan tulis yang telah diberikan
oleh Guru.
10. Guru memberikan soal tertulis untuk dikerjakan peserta didik secara
kelompok dengan alat bantu penggaris.
11. Guru, peneliti dan pengamat mengamati jalannya diskusi kelompok.
12. Guru menyuruh setiap kelompok untuk mewakili kelompoknya maju ke
depan melaporkan hasil kerja kelompoknya.
13. Guru memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan
tanggapan mengenai hasil laporan kelompok temannya.
14. Guru memberikan soal tertulis untuk dikerjakan secara individu di
Lembar Kerja Siswa yang telah tersedia.
15. Peserta didik mengerjakan soal tertulis di Lembar Kerja Siswa.
16. Guru, peneliti dan pengamat mengoreksi hasil kerja peserta didik.
17. Guru memberikan tugas di rumah.
c. Observasi dan Evaluasi
Observasi terhadap kegiatan belajar dilakukan pada saat implementasi
untuk mengetahui jalannya proses pembelajaran. Pada akhir siklus pertama
diakhiri dengan tes. Berdasarkan hasil observasi, hasil wawancara dan hasil
tes, maka tahap berikutnya dapat dilaksanakan.
Pertemuan II
1. Guru memberikan pertanyaan mengenai membuat hasil pencerminan
suatu bangun datar terhadap sumbu tegak sebagai apersepsi.
2. Ada beberapa peserta didik menjawab pertanyaan dan maju ke depan
menggambar di papan tulis.
3. Guru mulai melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan pokok
bahasan Simetri Lipat dan Pencerminan dan Sub Bahasan Membuat Hasil
Pencerminan Suatu Bangun Datar Terhadap Sumbu Tegak dengan
Bantuan Papan Berpaku dan memberi contoh cara mengerjakan.
4. Peserta didik memperhatikan penjelasan Guru.
5. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya
mengenai perihal yang kurang / belum jelas untuk materi yang telah
diterangkan.
6. Peserta didik menggunakan kesempatan bertanya mengenai materi yang
kurang / belum jelas.
7. Peserta didik tidak ada yang bertanya karena sudah jelas.
8. Guru memberi soal di papan tulis untuk dikerjakan peserta didik.
9. Peserta didik mengerjakan soal latihan di papan tulis yang telah diberikan
oleh Guru.
10. Guru memberikan soal tertulis untuk dikerjakan peserta didik secara
kelompok dengan alat bantu penggaris.
11. Guru, peneliti dan pengamat mengamati jalannya diskusi kelompok.
12. Guru menyuruh setiap kelompok untuk mewakili kelompoknya maju ke
depan melaporkan hasil kerja kelompoknya.
13. Guru memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan
tanggapan mengenai hasil laporan kelompok temannya.
14. Guru memberikan soal tertulis untuk dikerjakan secara individu di
Lembar Kerja Siswa yang telah tersedia.
15. Peserta didik mengerjakan soal tertulis di Lembar Kerja Siswa.
16. Guru, peneliti dan pengamat mengoreksi hasil kerja peserta didik.
17. Guru memberikan tugas di rumah.
c. Observasi dan Evaluasi
Observasi terhadap kegiatan belajar dilakukan pada saat implementasi
untuk mengetahui jalannya proses pembelajaran. Pada akhir siklus pertama
diakhiri dengan tes. Berdasarkan hasil observasi, hasil wawancara dan hasil
tes, maka tahap berikutnya dapat dilaksanakan.
d. Refleksi
Selama penelitian dilaksanakan, hasilnya dianalisis dan dikaji
keberhasilan dan kegagalannya. Dari data yang diperoleh pada saat proses
belajar mengajar apabila hasil analisis pada siklus 1 ada revisi dan
kekurangan maka analisis direfleksikan untuk menentukan tindakan pada
siklus 2 dalam rangka mencapai tujuan.
2. Siklus 2
a. Perencanaan
- Menyempurnakan rencana pembelajaran yang sudah ada di siklus 1.
- Memperbaiki bentuk kelompok-kelompok yang sudah terbentuk agar
didapat hasil yang lebih baik dari siklus 1.
- Menyiapkan soal-soal yang bervariasi dan sedikit lebih sulit sesuai dengan
materi yang diberikan.
- Menyiapkan tugas rumah.
- Menyiapkan lembar pengamatan / observasi peserta didik.
- Menyiapkan lembar pengamatan / observasi guru.
- Menyiapkan buku nilai.
b. Implementasi
Tindakan / Implementasi dilakukan 2 (dua) kali pertemuan
Pertemuan I
1. Guru memberi pertanyaan cara membuat hasil pencerminan bangun datar
terhadap sumbu tegak dengan menggunakan alat peraga papan berpaku .
2. Ada beberapa peserta didik menjawab pertanyaan dan maju ke depan
menggambar di papan tulis.
3. Guru mulai melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan pokok
bahasan Simetri Lipat dan Pencerminan dan Sub Bahasan Membuat Hasil
Pencerminan Suatu Bangun Datar Terhadap Sumbu Tegak dengan
menggunakan alat peraga papan berpaku dan memberi contoh cara
mengerjakan.
4. Peserta didik memperhatikan penjelasan Guru.
5. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya
mengenai perihal yang kurang / belum jelas untuk materi yang telah
diterangkan.
6. Peserta didik menggunakan kesempatan bertanya mengenai materi yang
kurang / belum jelas.
7. Peserta didik tidak ada yang bertanya karena sudah jelas.
8. Guru memberi soal di papan tulis untuk dikerjakan peserta didik.
9. Peserta didik mengerjakan soal latihan di papan tulis yang telah diberikan
oleh Guru.
10. Guru memberikan soal tertulis untuk dikerjakan peserta didik secara
kelompok dengan alat bantu penggaris.
11. Guru, peneliti dan pengamat mengamati jalannya diskusi kelompok.
12. Guru menyuruh setiap kelompok untuk mewakili kelompoknya maju ke
depan melaporkan hasil kerja kelompoknya.
13. Guru memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan
tanggapan mengenai hasil laporan kelompok temannya.
14. Guru memberikan soal tertulis untuk dikerjakan secara individu di
Lembar Kerja Siswa yang telah tersedia.
15. Peserta didik mengerjakan soal tertulis di Lembar Kerja Siswa.
16. Guru, peneliti dan pengamat mengoreksi hasil kerja peserta didik.
17. Guru memberikan tugas di rumah.
c. Observasi dan Evaluasi
Observasi terhadap kegiatan belajar dilakukan pada saat implementasi
untuk mengetahui jalannya proses pembelajaran. Pada akhir siklus pertama
diakhiri dengan tes. Berdasarkan hasil observasi, hasil wawancara dan hasil
tes, maka tahap berikutnya dapat dilaksanakan.
Pertemuan II
1. Guru menjelaskan membuat hasil pencerminan suatu bangun datar
terhadap sumbu tegak dengan bantuan alat peraga untuk mengingatkan
peserta didik sebelum melaksanakan ulangan harian.
2. Guru memberikan kesempatan peserta didik untuk bertanya kembali
sebelum ulangan harian dimulai.
3. Peserta didik sudah jelas.
4. Guru memberi soal ulangan harian pada Lembar Tes Tertulis.
5. Peserta didik mengerjakan soal ulangan harian dengan tertib.
6. Guru, peneliti dan pengamat mengadakan pengamatan.
7. Setelah peserta didik mengerjakan soal ulangan, soal tes dikumpulkan.
8. Guru peneliti dan pengamat mengadakan kerjasama / kolaborasi
mengoreksi hasil kerja peserta didik.
c. Observasi dan Evaluasi
Observasi terhadap kegiatan belajar dilakukan pada saat implementasi
untuk mengetahui jalannya proses pembelajaran. Pada akhir siklus pertama
diakhiri dengan tes. Berdasarkan hasil observasi, hasil wawancara dan hasil
tes, maka tahap berikutnya dapat dilaksanakan.
d. Refleksi
Setelah hasil-hasil pekerjaan dari siklus 2 dijadikan satu dan dianalisa
oleh semua anggota penelitian, langkah berikutnya yang dilakukan adalah
melakukan refleksi apakah pembelajaran berhasil.
C. Tehnik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dengan menggunakan metode pengamatan (observasi)
dan penelitian pada saat pembelajaran Pokok Bahasan Simetri Lipat dan
Pencerminan dengan menggunakan papan berpaku berlangsung diamati secara
kelompok maupun individu untuk mendapatkan hasil belajar yang diinginkan. Data
yang diambil berupa tugas kelompok, tes individu, tugas rumah dan tes akhir.
D. Indikator Keberhasilan
Berdasarkan ketetapan Depdikbud ketuntasan belajar tercapai jika ketuntasan
individual mencapai minimal 65% dan secara klasikal 85%.
Dan berdasarkan pengalaman guru yang mengajar di kelas V SDN Rejosari 03
yang lebih mengetahui kemampuan peserta didik, maka peneliti menentukan bahwa
penelitian ini dikatakan berhasil jika ketuntasan individu mencapai minimal 70%
dan secara klasikal 75% kemudian untuk aktivitas belajar peserta didik dikatakan
berhasil jika ≥ 70%.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Penelitian Siklus I
a. Berdasarkan pada Tabel 2 - 4 (Lembar Observasi / pengamatan) baik pada
pertemuan I dan pertemuan II adanya peningkatan keaktifan belajar peserta didik
antara lain :
1. Peserta didik yang aktif bertanya dari 4 peserta didik menjadi 6 peserta didik,
(16% menjadi 24%)
2. Peserta didik yang mengerjakan soal di papan tulis dari 2 peserta didik
menjadi 3 peserta didik (8% menjadi 12%)
3. Peserta didik yang menanggapi kelompok lain pada saat diadakan diskusi dari
1 kelompok menjadi 2 kelompok (20% menjadi 40%)
b. Berdasarkan data pada tabel 6 (Daftar nilai tugas kelompok)
Pertemuan I :
Dari 25 peserta didik dalam tugas kelompok ini dibagi menjadi 5 kelompok.
1. Ada 2 kelompok atau 40% yang memperoleh nilai 100 yaitu kelompok I dan
IV.
2. Ada 1 kelompok atau 20% yang memperoleh nilai 90.
3. Ada 1 kelompok atau 20% yang memperoleh nilai 80.
4. Ada 1 kelompok atau 20% yang memperoleh nilai 70.
5. Nilai rata-rata 88.
Pertemuan II :
1. Dalam tugas kelompok hanya ada 1 (satu) atau 20% yang memperoleh nilai
100 yaitu kelompok I.
2. 1 (satu) kelompok atau 20% yang memperoleh nilai 90 yaitu kelompok III.
3. 1 (satu) kelompok atau 20% yang memperoleh nilai 80 yaitu kelompok IV.
4. 1 (satu) kelompok atau 20% yang memperoleh nilai 70 yaitu kelompok II.
5. 1 (satu) kelompok atau 20% yang memperoleh nilai 50 yaitu kelompok V.
6. Nilai rata-rata yang diperoleh 78.
c. Berdasarkan data pada Tabel 7 (Daftar Nilai Tugas Individu)
Pertemuan I :
Dari 25 peserta didik yang diamati dan diteliti :
1. Ada 6 (enam) peserta didik atau 24% yang mendapat nilai 100.
2. Yang mendapat nilai ≥ 70 ada 10 (sepuluh) peserta didik atau 40%.
3. Serta yang mendapat nilai ≤ 60 ada 9 (sembilan) peserta didik atau 36%.
4. Nilai tertinggi 100, terendah 30 dan nilai rata-rata 70,4.
Pertemuan II :
1. Hanya ada 4 (empat) peserta didik atau 16% yang mendapat nilai 100.
2. Peserta didik yang mendapat nilai ≥ 70 ada 10 (sepuluh) peserta didik atau
40%.
3. Peserta didik yang mendapat nilai ≤ 60 ada 11 (sebelas) peserta didik atau
44%.
4. Nilai tertinggi 100, terendah 20 dan nilai rata-rata 62,8.
Apabila dilihat pada tabel 6 dari nilai rata-rata tugas kelompok dari 88
menjadi 78 dan pada tabel 7 pada tugas individu nilai rata-rata dari 70,4 menjadi
62,8, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan sub pokok bahasan pada
pertemuan I yaitu : Melakukan lipatan untuk membentuk simetri lipat (bangun
seimbang, sama bentuk / ukuran) dan pada pertemuan II : Melakukan lipatan
untuk membentuk simetri (bangun seimbang, sama bentuk / ukuran) banyaknya
simetri lipat suatu bangun datar dan membuat hasil pencerminan suatu bangun
datar dengan menggunakan bantuan alat peraga papan berpaku.
d. Berdasarkan data pada tabel 8 (Daftar Nilai Tugas Rumah)
Pertemuan I :
Dari 25 peserta didik yang dimati dan diteliti :
1. Ada 6 (enam) peserta didik atau 24% yang mendapat nilai 100.
2. Peserta didik yang mendapat nilai ≥ 70-90 ada 9 (sembilan) peserta didik atau
36%.
3. Peserta didik yang mendapat nilai ≤ 60 ada 10 (sepuluh) atau 40%.
4. Nilai rata-rata 72,8.
Pertemuan II :
Dari 25 peserta didik yang diamati dan diteliti :
1. Ada 7 (tujuh) peserta didik atau 28% yang mendapat nilai 100.
2. Peserta didik yang mendapat nilai ≥ 70-90 ada 10 (sepuluh) peserta didik atau
40%.
3. Peserta didik yang mendapat nilai ≤ 60 ada 8 (tujuh) atau 32%.
4. Nilai tertinggi 100, terendah 40 dan nilai rata-rata 77,6.