• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DENGAN MEMANFAATKAN LKS DAN ALAT PERAGA PAPAN BERPAKU SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN SIMETRI LIPAT DAN PENCERMINAN BAGI PESERTA DIDIK KELAS V SD REJOSARI 03 SEMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DENGAN MEMANFAATKAN LKS DAN ALAT PERAGA PAPAN BERPAKU SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN SIMETRI LIPAT DAN PENCERMINAN BAGI PESERTA DIDIK KELAS V SD REJOSARI 03 SEMA"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DENGAN MEMANFAATKAN LKS DAN ALAT PERAGA PAPAN BERPAKU SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR

MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN SIMETRI LIPAT DAN PENCERMINAN BAGI PESERTA DIDIK KELAS V SD REJOSARI 03

SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata I Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

DISUSUN OLEH

Nama : Antonius Novan S.N.

NIM : 4102905018

Program Studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Matematika

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS V TAHUN AJARAN 2006/2007 PADA POKOK

BAHASAN SIMETRI LIPAT DAN PENCERMINAN MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DENGAN

MEMANFAATKAN LKS DAN ALAT PERAGA PAPAN BERPAKU DI SD REJOSARI 03 SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata I Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

DISUSUN OLEH

Nama : Antonius Novan S.N.

NIM : 4102905018

Program Studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Matematika

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2007

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa isi skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dirujuk dalam skripsi ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka.

Semarang, 30 Juli 2007

Antonius Novan Setyo Nugroho NIM. 4102905018

(4)

ABSTRAK

Latar belakang penelitian ini adalah bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang digunakan dalam berbagai bidang kehidupan, yaitu sebagai salah satu ilmu yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu keadaan ekonomi orang tua siswa tergolong kurang mampu ada yang buruh, tukang becak, ibu rumah tangga, pedagang bahkan yang tidak bekerja karena PHK. Dengan keadaan seperti ini penulis ingin meneliti siswa kelas V SDN Rejosari 03 dengan menerapkan model pembelajaran Tutor sebaya dengan memanfaatkan LKS dan alat peraga papan berpaku pada pokok bahasan simetri lipat dan pencerminan aktivitas belajar dan hasil belajar dapat meningkat. Di samping rata-rata hasil belajar matematika di SDN Rejosari 03 kurang memuaskan dan lebih rendah dibanding hasil belajar mata pelajaran yang lain. Permasalahan yang muncul adalah: apakah melalui implementasi model pembelajaran Tutor Sebaya dengan memanfaatkan LKS dan Alat Peraga Papan Berpaku dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar peserta didik kelas V tahun ajaran 2006/2007 pada pokok bahasan Simetri Lipat dan Pencerminan di SD Rejosari 03 Semarang?

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan aktivitas belajar peserta didik kelas V tahun ajaran 2006/2007 pada pokok bahasan Simetri Lipat dan Pencerminan melalui implementasi model pembelajaran tutor sebaya dengan memanfaatkan LKS dan alat peraga papan berpaku di SD Rejosari 03 Semarang.

Subjek penelitian yang diambil adalah siswa kelas V SDN Rejosari 03 dengan jumlah 25 anak. Penelitian ini dilakukan melalui 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Tindakan penelitian dalam siklus I materi yang diberikan pada pertemuan I dan II adalah sub pokok bahasan Membahas tentang melakukan lipatan untuk membentuk simetri (bangun seimbang, sama bentuk/ukuran), banyaknya simetri lipat suatu bangun datar dan membuat hasil pencerminan suatu bangun datar dengan menggunakan alat peraga papan berpaku serta siklus II juga dilakukan pertemuan I dan II dimana sub pokok bahasan yang diberikan adalah membahas tentang materi simetri lipat dan pencerminan dengan melakukan pencerminan untuk membentuk bayangan terhadap sumbu tegak dengan latihan soal yang bervariasi dengan menggunakan alat peraga papan berpaku.

Hasil yang diperoleh setelah dilaksanakan penelitian tindakan kelas adalah: 1. Hasil belajar dan aktivitas belajar siswa meningkat.

2. Kegiatan pembelajaran lebih hidup dengan keaktifan siswa dalam belajar baik secara kelompok maupun individu.

Adapun simpulan dari penelitian ini adalah dengan implementasi model pembelajaran tutor sebaya dengan memanfaatkan LKS dan alat peraga papan berpaku hasil belajar dan aktivitas belajar peserta didik kelas V SD Negeri Rejosari 03 meningkat.

(5)

PENGESAHAN

SKRIPSI

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar Peserta Didik Kelas V Tahun Ajaran 2006/2007 Pada Pokok Bahasan Simetri Lipat dan Pencerminan Melalui Implementasi Model Pembelajaran Tutor Sebaya dengan Memanfaatkan

LKS dan Alat Peraga Papan Berpaku Di SD Rejosari 03 Semarang

Telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan alam Universitas Negeri Semarang pada: Hari : Kamis

Tanggal : 9 Agustus 2007 Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Drs. Kasmadi Imam S., M S. Drs. Supriyono, M Si.

NIP.130781011 NIP 130815345

Pembimbing Utama Ketua Penguji

Dra. Kusni, M.Si. Drs. Moch. Chotim.M.S. NIP. 130 515 748 NIP. 130 781 008 Pembimbing Pendamping Anggota Penguji

Dra. Nurkaromah D., M.Si. Dra. Kusni, M.Si. NIP. 131 876 228 NIP. 130 515 748

Dra. Nurkaromah D., M.Si. NIP. 131 876 228

(6)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

1. Berbahagialah Orang yang Lapar dan Haus akan kebenaran, karena Mereka akan

Dipuaskan.

2. Sedikit tidak berkekurangan dan banyak tidak berkelebihan dan, bersyukurlah

senantiasa dalam segala hal.

Persembahan :

1. Isteriku dan anakku Agatha Meisya Denova Sari yang tercinta

2. Ayah dan Ibu tercinta

3. Teman-teman di kampus UNNES 4. Pembaca yang berbahagia

(7)

KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar Peserta Didik Kelas V Tahun Ajaran 2006/2007 Pada Pokok Bahasan Simetri Lipat dan Pencerminan

Melalui Implementasi Model Pembelajaran Tutor Sebaya dengan Memanfaatkan LKS

dan Alat Peraga Papan Berpaku Di SD Rejosari 03 Semarang.

Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri

Semarang yang telah banyak memberikan fasilitas.

2. Bapak Drs. Kasmadi Imam S, M.S. Selaku Dekan Fakultas MIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan fasilitas dan ijin penelitian bagi penulis. 3. Bapak Drs. Supriyono, M.Si. Selaku Ketua Jurusan Matematika yang telah

membantu dalam memberikan berbagai fasilitas dan ijin bagi kelancaran penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak M. Fajar S., S.Si, M.Si. Selaku Dosen Wali yang telah memberikan semangat dan dorongan sehingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Ibu Dra. Kusni, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan masukan dan dengan sabar membimbing penulis sejak awal hingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Ibu Dra. Nurkaromah D, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan petunjuk, arahan, dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

(8)

7. Bapak-Ibu Dosen Jurusan Matematika yang telah memberikan bekal, ilmu dan pengetahuan kepada penulis dalam menempuh pendidikan di UNNES.

8. Bapak Slamet Rijanto, Ama.Pd. selaku Kepala Sekolah SDN Rejosari 03 yang telah memberikan fasilitas kepada penulis dalam mengadakan penelitian dan penulisan skripsi.

9. Ibu M. Lilik S., S.Pd. Selaku guru SDN Rejosari 03 yang telah membantu dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dalam rangka penelitian.

10. Istri dan anakku tercinta yang telah memberi dukungan, dorongan dan semangat. 11. Kedua orangtuaku tercinta yang telah memberi dorongan, semangat selama kuliah

dan pembuatan skripsi.

12. Teman-teman seperjuangan yang sudah mau bekerjasama dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh karena itu penulis memohon kritik atau saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Penulis berharap agar skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang berkaitan dengan skripsi ini.

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

JUDUL ... ii

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

PENGESAHAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul... 1

B. Permasalahan ... 2

C. Cara Pemecahan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 3

E. Manfaat Penelitian ... 3

F. Sistematika Penulisan ... 4

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Landasan Teori... 6

B. Media Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 17

C. Tutor Sebaya ... 18

D. Penggunaan Alat Peraga Dalam Pembelajaran Matematika... 21

E. Alat Peraga Papan Berpaku ... 24

F. Materi Simetri Lipat dan Pencerminan ... 26

(10)

G. Kerangka Berpikir... 29

H. Hipotesis Tindakan ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Subyek Penelitian ... 31

C. Rencana Penelitian... 31

D. Teknik Pengumpulan Data... 39

E. Indikator Keberhasilan... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 40

B. Pembahasan ... 49

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan... 52

B. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA... 54

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 RPP Siklus I ... 55

Lampiran 2 Pembagian Kelompok Siklus I... 57

Lampiran 3 LKS Tugas Kelompok Siklus I Pertemuan 2 ... 58

Lampiran 4 LKS Tugas Kelompok Siklus I Pertemuan 1 ... 60

Lampiran 5 LKS Tugas Individu Siklus I Pertemuan 1 ... 61

Lampiran 6 LKS Tugas Individu Siklus I Pertemuan 2 ... 62

Lampiran 7 LKS Tugas Rumah Siklus I Pertemuan 1 ... 63

Lampiran 8 LKS Tugas Rumah Siklus I Pertemuan 2 ... 64

Lampiran 9 LKS Ulangan Harian Siklus I ... 65

Lampiran 10 Hasil Analisis Ulangan Harian Siklus I ... 67

Lampiran 11 RPP Siklus II... 68

Lampiran 12 LKS Tugas Kelompok Siklus II... 70

Lampiran 13 LKS Tugas Individu Siklus II ... 72

Lampiran 14 LKS Tugas Rumah Siklus II ... 73

Lampiran 15 LKS Ulangan Harian Siklus II ... 74

Lampiran 16 Hasil Analisis Ulangan Harian Siklus II ... 76

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jadwal Pertemuan ... 77

Tabel 2 Lembar Observasi Pengamatan Kegiatan Pembelajaran Siklus I ... 78

Tabel 3 Lembar Observasi Pengamatan Siswa Siklus I... 79

Tabel 4 Lembar Pengamatan Guru Siklus I ... 80

Tabel 5 Daftar Nama Peserta Tes... 81

Tabel 6 Daftar Nilai Tugas Kelompok Siklus I ... 82

Tabel 7 Daftar Nilai Tugas Individu Siklus I... 83

Tabel 8 Daftar Nilai Tugas Rumah Siklus I... 84

Tabel 9 Daftar Nilai Ulangan Harian Siklus I... 85

Tabel 10 Daftar Nilai Tes Akhir Pembelajaran dan Nilai Tugas Siklus I... 86

Tabel 11 Analisis Ulangan Harian Siklus I... 87

Tabel 12 Lembar Observasi Pengamatan Kegiatan Pembelajaran Siklus II... 88

Tabel 13 Lembar Observasi Pengamatan Siswa Siklus II ... 89

Tabel 14 Daftar Nilai Tugas Kelompok Siklus II ... 90

Tabel 15 Daftar Nilai Tugas Individu Siklus II ... 91

Tabel 16 Daftar Nilai Tugas Rumah Siklus II ... 92

Tabel 17 Daftar Nilai Ulangan Harian Siklus II ... 93

Tabel 18 Daftar Nilai Tes Akhir Pembelajaran dan Nilai Tugas Siklus II ... 94

Tabel 19 Analisis Ulangan Harian Siklus I... 95

Tabel 20 Lembar Pengamatan Guru Siklus II... 96

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 ... 97

Gambar 2 ... 97

Gambar 3 ... 98

Gambar 4 ... 98

Gambar 5 ... 99

Gambar 6 ... 99

Gambar 7 ... 100

Gambar 8 ... 100

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Judul

Matematika adalah ilmu pengetahuan yang digunakan dalam berbagai bidang

kehidupan, yaitu sebagai salah satu ilmu yang mendukung perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Oleh karena itu matematika selalu dituntut untuk mengimbangi dan melayani

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang secara

pesat. Matematika sebagai dasar ilmu-ilmu dasar dituntut peranannya semakin

besar.

Pelajaran matematika terdiri atas bagian-bagian matematika yang dipilih guna

menumbuh kembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi peserta

didik serta berpadu pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Upaya

peningkatan prestasi Peserta Didik Sekolah Dasar merupakan tugas guru dan

berjangka panjang karena menyangkut masalah pendidikan peserta didik.

Meningkatkan prestasi peserta didik harus melalui proses pendidikan yang baik dan

terarah.

Peneliti sebagai guru kelas dan sekaligus sebagai guru mata pelajaran

matematika perlu meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar matematika

peserta didik Sekolah Dasar. Oleh karena itu maka guru merasa tertantang untuk

berusaha mencari ide guna mencari bagaimana meningkatkan hasil belajar dan

aktivitas belajar peserta didik.

(15)

Dari pengamatan peneliti sehari-hari masih menemukan sebagian besar peserta

didik kelas V SD Rejosari 03, nilai matematika pada pokok bahasan Simetri Lipat

dan Pencerminan kurang memuaskan. Hal ini dimungkinkan karena pemahaman

dan konsep tentang simetri lipat dan pencerminan yang belum begitu dikuasai

dengan baik oleh peserta didik.

Upaya peningkatan hasil belajar dan aktivitas belajar matematika peserta didik

Sekolah Dasar pada pokok bahasan Simetri Lipat dan Pencerminan kelas V SD

Rejosari 03 dapat tercapai bila proses belajar mengajar di kelas berlangsung dengan

baik, berdaya guna dan berhasil guna. Hal tersebut dapat terlaksana bila guru

berperan langsung dalam mengajar dan mendidik peserta didik sehingga dapat

ditingkatkan kemampuannya, dibina secara teratur dan berkesinambungan.

Berdasarkan uraian diatas perlu dilakukan penelitian dengan judul ” Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar Peserta Didik Kelas V Tahun

Ajaran 2006/2007 Pada Pokok Bahasan Simetri Lipat dan Pencerminan Melalui

Implementasi Model Pembelajaran Tutor Sebaya dengan Memanfaatkan LKS dan

Alat Peraga Papan Berpaku Di SD Rejosari 03 Semarang”.

B. Permasalahan

Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam alasan pemilihan judul dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut : apakah melalui implementasi model

pembelajaran Tutor Sebaya dengan memanfaatkan LKS dan Alat Peraga Papan

Berpaku dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar peserta didik kelas

V tahun ajaran 2006/2007 pada pokok bahasan Simetri Lipat dan Pencerminan di

SD Rejosari 03 Semarang?

(16)

C. Cara Pemecahan Masalah

Untuk memecahkan masalah akan digunakan metode Tutor Sebaya dengan

memanfaatkan LKS dan Alat Peraga Papan Berpaku dimana guru memilih materi

yang dapat dipelajari peserta didik secara mandiri lalu membagi para peserta didik

menjadi beberapa kelompok kecil yang heterogen sebanyak sub-sub materi yang

akan disampaikan guru. Peserta Didik yang pandai-pandai disebar dalam setiap

kelompok dan bertindak sebagai tutor. Masing-masing kelompok diberi tugas

mempelajari satu sub materi dan berdiskusi dengan peserta didik yang pandai

sebagai tutor sebaya. Setelah diskusi peserta didik kembali ke tempat duduk

masing-masing, guru memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk

menyampaikan hasil diskusi di depan kelas dan Guru bertindak sebagai

narasumber, setelah wakil kelompok maju guru langsung memberi kesimpulan dan

klarifikasi seandainya ada pemahaman peserta didik yang perlu diluruskan lalu guru

memberikan penilaian dari hasil diskusi kelompok, hal ini berguna untuk memacu

semangat belajar peserta didik.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan

aktivitas belajar peserta didik kelas V tahun ajaran 2006/2007 pada pokok bahasan

Simetri Lipat dan Pencerminan melalui implementasi model pembelajaran tutor

sebaya dengan memanfaatkan LKS dan alat peraga papan berpaku di SD Rejosari

03 Semarang.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi peserta didik :

(17)

-Peserta didik lebih termotivasi untuk belajar matematika

-Peserta didik lebih terbuka kepada teman sebayanya, sehingga mau berperan

dalam kelompoknya

-Meningkatkan prestasi peserta didik

2. Manfaat bagi peneliti :

-Guru mengetahui kesulitan peserta didik dalam mempelajari matematika

-Guru bisa mengembangkan pembelajaran di sekolah

-Guru bersemangat dalam mengajar

3. Manfaat bagi sekolah :

Dengan adanya penelitian ini, proses pembelajaran di sekolah dapat meningkat,

sehingga kemampuan dan prestasi belajar peserta didik semakin baik serta

kualitas sekolah meningkat.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :

1. Bagian Awal Skripsi

Pada bagian ini berisi : halaman judul, abstrak, halaman pengesahan, halaman

motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi dan daftar tabel serta daftar

lampiran.

2. Bagian Isi

Bab I : Pendahuluan

Mengemukakan latar belakang, permasalahan, cara pemecahan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika

penulisan.

(18)

Bab II : Landasan Teori dan Hipotesis

Berisi teori yang mendasari permasalahan yang meliputi belajar dan

pembelajaran matematika, Teori Belajar Matematika, Faktor Yang

Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar, media lembar kerja siswa,

tutor sebaya, penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika,

alat peraga papan berpaku, materi simetri lipat dan pencerminan dan

dikemukakan juga kerangka berpikir serta hipotesis tindakan.

Bab III : Metode Penelitian

Bab ini berisi tentang subyek penelitian, obyek penelitian, rencana

penelitian dan indikator keberhasilan.

Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini mengemukakan hasil penelitian yang dilakukan dan

pembahasan terhadap hasil penelitian.

Bab V : Penutup

Bab ini mengemukakan kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran

berdasarkan kesimpulan.

3. Bagian Akhir

Pada bagian akhir skripsi ini berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang

mendukung tersusunnya skripsi.

(19)

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Landasan Teori

1. Belajar dan Pembelajaran Matematika

Matematika memiliki nilai-nilai yang sangat penting dalam pembentukan

sumber daya manusia yang berkualitas. Dari beberapa ahli mendefinisikan belajar

menurut visi masing-masing . Diantaranya menurut Herman Hudoyo ( 1979 : 14 )

bahwa belajar merupakan suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman atau

pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku, misalnya setelah

belajar matematika, peserta didik mendemonstrasikan pengetahuan dan

keterampilan matematikanya dimana sebelumnya ia tidak dapat melakukan

meskipun pada dasarnya belajar itu merupakan suatu proses.

Menurut Sodjadi dan Masriyah ( Suyitno 1997 : 2 ) dikemukakan bahwa

matematika memiliki obyek kajian yang abstrak. Matematika mendasarkan diri pada

kesepakatan-kesepakatan, dan sepenuhnya menggunakan pola pikir deduktif

aksiomatis dan matematika berlandaskan kebenaran konsistensi. Nilai-nilai ini

diperlukan dalam pengajaran matematika, yang bertujuan untuk dapat menumbuh

kembangkan dan membentuk pribadi peserta didik sehingga sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Menurut W.S. Winkel belajar adalah suatu aktivitas mental / psikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman ketrampilan dan nilai-nilai

sikap.

(20)

Selanjutnya pengertian pembelajaran menurut Fountana adalah proses

perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman.

Menurut Moogan (Mustaqim 2001 : 33 ) dikemukakan bahwa belajar adalah

perubahan tingkah laku yang relatif tetap merupakan hasil pengalaman yang lalu.

Sedangkan Nasution menyatakan belajar merupakan aktifitas yang

menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar baik aktual maupun

potensial; perubahan itu pada dasarnya berupa didapatkannya kemampuan baru

yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan perubahan itu terjadi karena usaha.

Dari berbagai pengertian belajar yang oleh beberapa ahli tersebut di atas, dapat

disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses atau usaha seseorang dengan adanya

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan latihan, baik berupa

pengetahuan, sikap maupun ketrampilan baru.

Peristiwa belajar yang disertai dengan proses pembelajaran akan lebih terarah

dan sistematik daripada belajar yang hanya semata-mata dari pengalaman dalam

kehidupan sosial di masyarakat. Belajar dengan proses pembelajaran ada peran guru,

bahan belajar dan lingkungan kondusif yang sengaja diciptakan.

Menurut sosiologi, belajar adalah jantungnya dari proses sosiologi, pembelajaran

adalah rekayasa sosio-psikologis untuk memelihara kegiatan belajar tersebut

sehingga tiap individu yang belajar akan belajar seoptimal dalam mencapai tingkat

kedewasaan dan dapat hidup sebagai anggota masyarakat yang baik.

Sama halnya dengan belajar, mengajarpun sebenarnya suatu proses, yakni usaha

yang dilakukan oleh guru untuk membimbing, mengatur, mengorganisasikan

lingkungan yang ada di sekitar peserta didik. Sehingga dapat menumbuh

(21)

kembangkan peserta didik untuk melakukan proses belajar guru sebagai pemimpin

dan fasilitator dalam kegiatan tersebut.

Di samping itu banyak teori dan prinsip-prinsip belajar namun terdapat beberapa

prinsip-prinsip yang berlaku umum yang dapat dipakai sebagai dasar dalam upaya

pembelajaran yaitu sebagai berikut :

a. Perhatian dan motivasi.

Hal ini mempunyai peranan sangat penting dalam kegiatan belajar. Tanpa

adanya perhatian tidak mungkin belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik.

b. Keaktifan

Proses belajar mengajar akan berhasil dengan baik apabila antara guru dan

murid sama-sama aktif.

c. Keterlibatan Langsung.

Belajar melalui pengalaman langsung tidak sekedar mengamati tetapi terlibat

langsung dan bertanggung jawab atas hasilnya.

d. Pengulangan.

Belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia.

e. Tantangan.

Dalam belajar terdapat hambatan, jika hambatan telah dapat diatasi maka

tujuan belajar akan dapat dicapai.

2. Komponen-komponen dalam Pembelajaran

Dikatakan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (1997 : 15) bahwa arti kata

pembelajaran adalah cara, proses menjadikan orang belajar. Irvan Junaedi

mengemukakan bahwa pembelajaran berarti proses membuat orang belajar .

(22)

Sedangkan menurut Udin Sarifudin Winata Putra menyatakan bahwa pembelajaran

yakni proses membuat orang melakukan proses belajar sesuai dengan rancangan.

Dalam arti sempit proses pembelajaran adalah proses pendidikan dalam lingkup

persekolahan, sehingga arti dari proses pembelajaran adalah proses sosialisasi

individu peserta didik dengan lingkungan sekolah, seperti guru, fasilitan dan teman

sesama peserta didik.

Menurut konsep komunikasi pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional

antara peserta didik dengan guru, dan peserta didik dengan peserta didik , dalam

rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi peserta

didik yang bersangkutan.

Guru berperan sebagai komunikator, peserta didik sebagai komunikan, dan

materi yang akan dikomunikasikan berisi pesan-pesan berupa ilmu pengetahuan.

Dalam komunikasi banyak arah dalam pembelajaran, pesan-pesan tersebut bisa

berubah, yaitu antara guru dengan peserta didik dan sebaliknya, serta antara peserta

didik dengan peserta didik.

Sedangkan Bahtia Rifai ( Suhito 2000 : 4 ) prestasi berarti hasil kerja secara

maksimal. Sedangkan A. Gozali ( Suhito 2000 : 4 ) prestasi adalah hasil kerja dalam

suatu lapangan yang telah dicapai dengan sangat mengagumkan. Oemar Hamalik

(Suhito 2000 : 4 ) mengemukakan berprestasi adalah hasil interaksi antara beberapa

faktor yang mempengaruhi, baik dalam individu maupun dari luar individu yang

bersangkutan .

Dalam kegiatan belajar mengajar tidaklah bisa lepas dari komponen-komponen

yang harus ada didalam kegiatan ( proses ) belajar mengajar.

(23)

Komponen-komponen tersebut antara lain :

a. Tujuan yang hendak dicapai.

b. Materi bahan pelajaran .

c. Metode dan alat.

d. Alat penilaian.

Adapun keempat komponen yang telah disebutkan di atas tidaklah dapat berdiri

sendiri melainkan saling interelasi, saling berhubungan dan saling berpengaruh.

Tujuan dalam dalam proses belajar mengajar merupakan komponen pertama yang

harus ditetapkan dalam kegiatan proses belajar mengajar yang berfungsi sebagai

indikator keberhasilan pengajaran.

Tujuan ini merupakan rumusan tingkah laku dan kemampuan yang harus dicapai

dan dimiliki oleh peserta didik, setelah ia menyelesaikan pengalaman dan kegiatan

belajar mengajar. Materi / bahan pelajaran isi tujuan pengajaran yang hendak

dicapai. Materi yang tersedia dan dirumuskan menjadi satu kemasan sedemikian

rupa dalam proses kegiatan belajar mengajar sangatlah mendukung tercapainya

tujuan. Metode dan alat merupakan jembatan atau media untuk tercapainya tujuan

yang hendak dicapai.

Metode pengajaran diusahakan sesuai dengan tujuan dan materi yang akan

diajarkan. Tidak kalah pentingnya untuk mengetahui apakah tujuan dapat dicapai

atau tidak, maka kita harus mengadakan penilaian terhadap peserta didik, karena

suatu proses kegiatan belajar mengajar tanpa diakhiri dengan penilaian tidak akan

bisa mengukur berhasil atau tidaknya suatu proses kegiatan.

(24)

Dari uraian di atas maka ke empat komponen tersebut saling berpengaruh dan

saling mendukung agar kegiatan belajar mengajar dapat mencapai tujuan yang

seoptimal mungkin dan sesuai yang diharapkan

3. Teori Belajar Matematika

Ada beberapa teori belajar yang populer dan cocok untuk diterapkan pada

pembelajaran matematika di Pendidikan Dasar, yaitu teori belajar yang diajukan

oleh William Brownell, Zoltan P. Dienes, Jean Piaget, Richard Skemp, David

Ausubel, Jerome S. Brunner dan Robert M. Gagne.

a. Teori Belajar dariWilliam Brownell

Teori ini dikenal pula dengan nama Meaning Theory. Menurut William

Brownell, dalam mengajarkan matematika di Pendidikan Dasar sebaiknya:

1. Menggunakan alat peraga benda konkret

2. Materi disajikan secara permanen dan terus menerus dalam waktu yang lama

b. Teori Belajardari Zoltan P. Dienes

Zoltan bersekolah di Hongaria, Perancis dan Inggris. Dia ahli matematika dan

psikologi. Menurut Zoltan P. Dienes, dalam mengajarkan matematika di Pendidikan

Dasar, materi bahan ajar harus disajikan dengan cara sebagai berikut:

1. Suatu konsep matematika disajikan dengan berbagai cara / sajian

2. Masing-masing cara penyajian dibandingkan, sampai peserta didik mengerti

dan menangkap konsep yang diajarkan

Misalnya, guru ingin mengenalkan konsep tiga kepada peserta didik, guru

disarankan menggunakan tiga mangga, tiga kelereng dan tiga benda konkret yang

lain.

(25)

c. Teori Belajardari Jean Piaget

Piaget adalah ahli psikologi dari Swiss. Menurut Jean Piaget, perkembangan

intelektual manusia ada 4 tahap,yaitu:

• Tahap Gerak Sensoris (0 – 2 tahun)

• Tahap Pra-Operasional (2 – 7 tahun)

• Tahap Operasional Konkret (7-12 tahun), dan

• Tahap Operasional Formal (13 tahun atau lebih)

Akan tetapi, peserta didik usia 12 – 15 tahun (usia SMP) adalah masa transisi

dari tahap Operasional Konkret ke tahap Operasional Formal. Oleh karena itu, Jean

Piaget menganjurkan agar dalam mengajarkan matematika di Pendidikan Dasar

perlu memanfaatkan alat peraga benda konkret. Alasan yang dikemukakan Piaget,

anak-anak SD dan SMP perkembangan intelektualnya cenderung masih berada

dalam tahap Operasional Konkret.

d. Teori Belajar dariRichard Skemp

Dia seorang ahli matematika dan psikologi dari Inggris. Dialah yang

mendefinisikan perkalian sebagai 2 x 3 = 2 + 2 + 2. Padahal, kita memakai definisi

yang menyatakan bahwa 2 x 3 = 3 + 3.

Menurut Richard Skemp, belajar matematika perlu dua tahap, yaitu sebagai berikut:

1. Perlu menggunakan benda-benda konkret untuk memberikan basisi bagi

peserta didik dalam menghayati ide-ide matematika yang abstrak

2. Tingkat abstrak, yaitu mulai meninggalkan benda konkret untuk menuju ke

pemahaman matematika yang memang memuat objek-objek abstrak

(26)

e. Teori Belajar dari David Ausubel

Teorinya disebut sebagai Theory of Meaning Verbal Meaning atau Teori Belajar

Bermakna. David Ausubel berpendapat bahwa pembelajaran matematika dengan

metode ekspositori efektif adalah metode yang paling efisien dan efektif. Dalam

ekspositori efektif, guru menjelaskan materi bahan ajar dengan ceramah dan tanya –

jawab, memberi contoh soal, memberi latihan, kemudian guru berkeliling

memeriksa pekerjaan peserta didik dan memberikan bantuan individual jika

diperlukan, lalu dengan tanya jawab, guru – peserta didik memecahkan soal latihan,

guru memberikan tugas rumah dan selanjutnya guru membahas tugas rumah pada

pertemuan berikutnya.

f. Teori Belajar dari Jerome S. Brunner

Dalam pembelajaran matematika, Brunner sangat mendukung penggunaan

metode pertemuan. Ada tiga tahapan pembelajaran yang disarankan Brunner untuk

digunakan secara berurutan. Ketiga tahap tersebut adalah sebagai berikut:

• Tahap enactive, yaitu penggunaan benda konkret dalam belajar,

• Tahap econic, yaitu penggunaan gambar atau grafik,

• Tahap symbolic, berarti guru sudah bisa menggunakan kata-kata dan simbol.

g. Teori Belajar dari Robert M. Gagne

Prof. Robert M. Gagne memakai matematika sebagai medium untuk

menerapkan teori-teorinya tentang belajar dengan bekerja sama dengan University

of Maryland Mathematics Project. Gagne lebih menekankan kepada hasil belajar

daripada proses.

Menurut Gagne, ada delapan jenis tingkatan belajar, yaitu sebagai berikut:

1. Belajar signal, yaitu proses belajar yang muncul karena ketidaksengajaan

(27)

2. Belajar stimulus respons, yaitu proses belajar yang terjadi karena kesengajaan

dan terkait pula dengan keaktifan fisik. Stimulus diberikan kepada seseorang dan

orang yang diberi dapat memberikan respons atau reaksi yang berbeda – beda

3. Belajar merangkai (chaining), adalah proses belajar yang menggabungkan dua

atau lebih tingkah laku dalam belajar stimulus respons

4. Asosiasi verbal, yaitu proses belajar yang sudah menggabungkan antara konsep

dengan nama konsepnya. Peserta didik sudah mulai mengungkapkan ide dan

argumentasi yang rasional

5. Belajar diskriminasi, yaitu proses belajar yang mulai membedakan berbagai

objek, konsep atau prinsip dalam matematika. Misalnya pada konsep bilangan,

selanjutnya mulai dikembangkan beberapa jenis bilangan dengan segala

sifat-sifatnya. Ada bilangan bulat, bilangan rasional, pecahan dan sebagainya.

6. Belajar konsep, yaitu belajar mengenal sifat-sifat yang sama pada suatu konsep.

Arahnya menuju ke prinsip atau teorema yang melekat pada konsepnya.

7. Belajar teorema / urutan, adalah jenis belajar yang sudah mengaitkan antara

prinsip yang satu dengan prinsip yang lain dalam suatu konsep. Misalnya belajar

konsep segitiga, yang diteruskan dengan pendalaman terhadap teorema

pendukung yang berkaitan dengan segitiga tersebut.

8. Problem solving, adalah proses belajar yang paling tinggi karena harus mampu

memanfaatkan pengetahuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah.

Soal matematika hanya bisa disebut masalah jika peserta didik memiliki

pengetahuan prasyarat untuk memecahkan masalahnya, peserta didik belum tahu

algoritmanya dan peserta didik mau mengerjakannya.

(28)

4. Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

a. Menurut Herman Hudojo (1988:6) proses belajar yang kita kehendaki bisa

tercapai bila faktor-faktor berikut dapat kita kelola sebaik-baiknya.

1. Peserta didik

Kegagalan atau keberhasilan belajar sangat tergantung pada peserta didik.

2. Pengajar

Kemampuan pengajar dalam menyampaikan dalam penguasaan materi yang

diajarkan sangat mempengaruhi terjadinya proses belajar mengajar

3. Prasarana dan Sarana

Ruangan yang nyaman, buku teks, alat bantu belajar, laboratorium

matematika dan lain-lain akan meningkatkan kualitas belajar peserta didik.

4. Penilaian

Penilaian dapat meningkatkan kegiatan belajar, sehingga diharapkan dapat

memperbaiki hasil belajar.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan menjadi 2 faktor, yaitu :

1. Faktor Internal (faktor dalam dalam)

Yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar yang

berasal dari peserta didik yang sedang belajar. Faktor dari dalam ini meliputi

kondisi fisiologis dan kondisi psikologi. Kondisi fisiologis adalah keadaan

jasmani dari seseorang yang sedang belajar, keadaan jasmani dapat

dikatakan sebagai latar belakang aktivitas belajar. Sedangkan kondisi

psikologis yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah

kecerdasan, bakat, minat, motivasi, emosi dan kemampuan kognitif.

(29)

2. Faktor Eksternal (faktor luar)

Yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang dapat

mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor luar ini diantaranya faktor

lingkungan dan faktor instrumental. Faktor lingkungan meliputi kurikulum,

sarana dan fasilitas, guru/ tenaga pengajar.

b. Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Purwodarminto (1982:768) dijelaskan “suatu

pembelajaran yang telah dicapai atau dikerjakan”. Jadi hasil belajar merupakan

hasil yang telah dicapai secara maksimum oleh seseorang setelah melakukan

kegiatan belajar. Hasil belajar pada penelitian ini adalah hasil belajar

matematika yaitu yang telah dicapai oleh peserta didik pada mata pelajaran

matematika setelah mengalami proses belajar.

Hasil belajar diperoleh masing-masing peserta didik berbeda-beda. Hal ini

disebabkan oleh beberapa faktor seperti dikemukakan oleh Nana Sudjana

(1987:42) bahwa “Hasil belajar yang dicapai peserta didik dipengaruhi oleh dua

faktor utama yaitu faktor dari dalam diri peserta didik dan faktor dari luar

peserta didik terutama yang dimilikinya”. Seseorang dapat dikatakan telah

belajar sesuatu apabila dirinya telah terjadi suatu perubahan, namun tidak semua

perubahan yang terjadi pada diri seseorang karena proses belajar, misalnya

perubahan yang terjadi karena kematangan.

Setelah mencapai hasil belajar maka orang itu mempunyai tingkah laku yang

baru. Menurut TIM pengembangan Universitas Negeri Semarang (Sulistyani,

2003:14), ada lima syarat agar perubahan tingkah laku dapat disebut hasil

belajar, yaitu :

(30)

1) Hasil belajar sebagai pencapai tujuan belajar

2) Hasil belajar harus sebagai buah dari proses kegiatan yang disadari

3) Hasil belajar sebagai produk latihan

4) Hasil belajar merupakan tingkah laku yang berfungsi efektif dalam kurun

waktu tertentu

5) Hasil belajar harus berfungsi operasional dan potensial yang merupakan

tingkah laku itu sendiri yang berfungsi positif bagi pengembangan tingkah

laku lainnya.

B. Media Lembar Kerja Siswa ( LKS )

Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu jenis alat bantu pembelajaran,

bahkan ada yang menggolongkan dalam jenis alat peraga pembelajaran matematika,

secara umum LKS merupakan seperangkat pembelajaran sebagai pelengkap / sarana

pendukung pelaksanaan Rencana Pembelajaran (Hidayah dan Sugiarto 2006: 8).

Lembar Kerja Peserta didik berupa lembaran kertas yang berupa informasi maupun

soal-soal (pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik), LKS ini

sangat baik digunakan untuk menggalakkan keterlibatan peserta didik dalam belajar

baik dipergunakan dalam penerapan metode tertimbang maupun untuk memberikan

latihan pengembangan. Dalam proses pembelajaran matematika, LKS dapat

difungsikan dengan tujuan untuk menemukan konsep / prinsip, juga dapat ditujukan

untuk aplikasi konsep / prinsip.

Pelaksanaan pembelajaran matematika Sekolah Dasar (SD) dengan

menggunakan alat bantu berupa alat peraga dilengkapi dengan LKS yang berupa

pertanyaan-pertanyaan kognitif–produktif yang dilaksanakan dengan tepat akan

(31)

mendorong creative thingking (berfikir kreatif) peserta didik secara optimal, mampu

menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (joyful learning) dan efektif.

C. Tutor Sebaya

Sekolah memiliki banyak potensi yang dapat ditingkatkan efektifitasnya untuk

menunjang keberhasilan suatu program pengajaran. Potensi yang ada di sekolah,

yaitu semua sumber-sumber daya yang dapat mempengaruhi hasil dari proses

belajar mengajar. Keberhasilan suatu program program pengajaran tidak

disebabkan oleh satu macam sumber daya, tetapi disebabkan oleh perpaduan antara

berbagai sumber-sumber daya saling mendukung menjadi satu sistem yang integral.

(Wijaya, dkk. 1988).

Dalam arti luas sumber belajar tidak harus selalu guru. Sumber belajar dapat

orang lain yang bukan guru, melainkan teman dari kelas yang lebih tinggi, teman

sekelas, atau keluarganya di rumah. Sumber belajar bukan guru dan berasal dari

orang yang lebih pandai disebut tutor. Ada dua macam tutor, yaitu tutor sebaya dan

tutor kakak. Tutor sebaya adalah teman sebaya yang lebih pandai, dan tutor kakak

adalah tutor dari kelas yang lebih tinggi (Harsunarko, 1989, h.13).

Sehubungan dengan itu ada beberapa pendapat mengenai tutor sebaya,

diantaranya adalah:

Dedi Supriyadi (1985, h.36) mengemukakan bahwa Tutor sebaya adalah seorang

atau beberapa orang peserta didik yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu

peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Tutor tersebut diambil dari

kelompok yang prestasinya lebih tinggi.

(32)

Ischak dan Warji (1987, h.44) mengemukakan bahwa Tutor sebaya adalah

sekelompok peserta didik yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran, memberikan

bantuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan

pelajaran yang dipelajarinya.

Conny Semiawan, dkk (1987, h.70) mengemukakan bahwa Peserta didik yang

pandai dapat memberikan bantuan belajar kepada peserta didik yang kurang pandai.

Bantuan tersebut dapat dilakukan kepada teman-teman sekelasnya di luar sekolah.

Mengingat bahwa peserta didik adalah unsur pokok dalam pengajaran maka

peserta didiklah yang harus menerima dan mencapai berbagai informasi pengajaran

yang pada akhirnya dapat mengubah tingkah lakunya sesuai dengan yang

diharapkan. Untuk itu, maka peserta didik harus dijadikan sebagai sumber

pertimbangan didalam pemilihan sumber pengajaran (Sudirman, dkk. 1987, h.210).

Tutor sebaya aadalah sumber belajar selain guru, yaitu teman sebaya yang lebih

pandai memberikan bantuan belajar kepada teman-teman sekelasnya di sekolah.

Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan. Bahasa

teman sebaya lebih mudah dipahami. Dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan,

rendah diri, malu dan sebagainya untuk bertanya ataupun minta bantuan.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Longstreth (Muntasir, dkk. 1985, h.82-83)

tentang hubungan anak dengan anak, sebagai berikut:

”Interaksi kawan membukakan mata anak terhadap pola tingkah laku yang

berlaku dalam kebudayaan itu, dan yang sering dilakukan; dan dengan demikian ia

condong untuk mempelajari bentuk-bentuk tingkah laku yang dipakai untuk

pergaulan yang berlaku...”.

(33)

Tugas sebagai tutor merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman yang justru

sebenarnya merupakan kebutuhan anak itu sendiri. Dalam persiapan ini antara lain

mereka berusaha mendapatkan hubungan dan pergaulan baru yang mantap dengan

teman sebaya, mencari perannya sendiri, mengembangkan kecakapan intelektual

dan konsep-konsep yang penting, mendapatkan tingkah laku yang bertanggung

jawab secara sosial (Dinkmeyer, 1985, h.164-165). Dengan demikian beban yang

diberikan kepada mereka akan memberi kesempatan untuk mendapatkan perannya,

bergaul dengan orang-orang lain dan bahkan mendapatkan pengetahuan dan

pengalaman.

Prosedur Penyelenggaraan Tutor Sebaya

Menurut Branley (1974, h.53) ada tiga model dasar dalam menyelenggarakan

proses pembelajaran dengan tutor, yaitu:

1. Student to student

2. Group to tutor

3. Student to student

Adapun penyebaran dari tiga model ini adalah sebagai berikut:

Murid

Tutor Murid

Murid

Murid Murid

Gambar 1

Tutor

Gambar 2

Group

(34)

Tutor Murid

Murid

Murid

Murid

Gambar 3

Dalam pembelajaran dengan pendekatan Tutor sebaya, Si Tutor hendaknya

adalah peserta didik yang mempunyai kemampuan lebih dibandingkan dengan

teman-teman pada umumnya, sehingga pada saat ia memberikan pengayaan atau

membimbing teman-temannya ia sudah menguasai bahan yang akan disampaikan

kepada teman-teman lainnya.

D. Penggunaan Alat Peraga Dalam Pembelajaran Matematika

Adalah suatu hal yang logis bila dalam proses pembelajaran seorang guru

menggunakan media pembelajaran, agar tidak terjadi kesesatan dalam proses

pembelajaran perlu digunakan sarana untuk membantu komunikasi dalam

pembelajaran di kelas yang disebut media.

Dalam proses pembelajaran, media yang digunakan untuk memperlancar

komunikasi disebut Media Instruksional Edukatif ( Rohman, 1997 : 4 )

Ciri-ciri umum Media Instruksional Edukatif :

(35)

1. Media Instruksional Edukatif dengan alat peraga langsung dan tidak langsung

2. Media Instruksional Edukatif digunakan dalam proses komunikasi instruksional

3. Media Instruksional Edukatif merupakan alat yang efektif dalam instruksional

4. Media Instruksional Edukatif memiliki muatan normatif bagi keperluan

pendidikan

5. Media Instruksional Edukatif erat kaitannya dengan metode mengajar khususnya

maupun komponen-komponen instruksional lainnya

Sejalan dengan istilah Media Instruksional Edukatif ada istilah alat peraga. Kedua

hal ini sulit dipisahkan namun dapat dibedakan, tetapi pada dasarnya alat peraga

adalah salah satu unsur dalam media edukatif karena alat peraga merupakan alat

bantu visual dalam pembelajaran biasanya berupa gambar, model, benda atau

alat-alat lain yang memberikan pengalaman visual yang nyata kepada peserta didik.

Alat bantu visual bertujuan untuk :

1. Memperkenalkan, membentuk, serta memperjelas pengertian dan konsep yang

abstrak kepada peserta didik.

2. Mengembangkan sikap-sikap yang dikehendaki

3. Mendorong kegiatan peserta didik lebih lanjut

Alat peraga / alat bantu visual sering digunakan oleh guru apabila proses

pembelajaran matematika di kelas, peserta didik sulit memahami konsep secara

abstrak, sehingga alat peraga tersebut dapat membantu guru dalam berkomunikasi

dengan peserta didik dan alat peraga sebagai perantara yang membuat peserta didik

dapat lebih mudah memahami suatu konsep matematika.

Alat peraga sebagai komponen penting dalam KBM ditingkat dasar, karena alat

peraga mempunyai beberapa fungsi dan manfaat sebagai berikut:

(36)

a. Dengan alat peraga anak akan belajar matematika dengan gembira, terangsang,

tertarik dan bersikap positif terhadap matematika.

b. Dengan disajikan konsep abstrak matematika dalam bentuk kongkrit, maka

peserta didik pada tingkat-tingkat yang lebih rendah akan lebih mudah

memahami dan mengerti.

c. Alat peraga dapat membantu daya tilik ruang, karena tidak membayangkan

bentuk-bentuk geometri ruang.

d. Anak menyadari bahwa ada hubungan antara ilmu dengan alam sekitar dan

masyarakat.

Pemakaian alat peraga dalam pengajaran matematika dikaitkan dengan hal-hal

sebagai berikut:

a. Pembentukan Konsep.

b. Pemahaman Konsep.

c. Latihan dan Penguatan.

d. Melayani Perbedaan Individu.

e. Pengukuran.

f. Pengamatan dan Penemuan Sendiri.

g. Pemecahan Masalah.

h. Mengundang Berfikir dan Berdiskusi.

i. Mengundang untuk Berpartisipasi Aktif.

Alat peraga dapat berupa benda nyata dan dapat pula berupa gambar atau

diagramnya. Keuntungan alat-alat peraga real (nyata) adalah dapat dipindah-pindah

atau dimanipulasi, sedangkan kelemahannya adalah tidak dapat disajikan dalam

bentuk tulisan atau buku.

(37)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat alat peraga sederhana

adalah sebagai berikut:

a. Bahan harus kuat dan tahan lama.

b. Bentuk warnanya menarik.

c. Sederhana dan mudah dikelola (fisibel).

d. Seimbang dengan ukuran fisik anak.

e. Dapat menyajikan dan memperjelas konsep.

f. Tidak membahayakan peserta didik.

g. Bila diharapkan peserta didik aktif, alat peraga itu supaya dapat dimanipulasi,

seperti diraba, dipegang, dipindah atau dipasang dan dicopot.

E. Alat Peraga Papan Berpaku

Bahwa belajar peserta didik akan meningkat bila ada motivasi. Oleh karena itu

dalam proses pembelajaran diperlukan faktor-faktor yang dapat memotivasi peserta

didik untuk belajar bahkan untuk pengajarnya. Misalnya: upaya untuk membuat

sebuah pengajaran menjadi ”kaya dan menarik”, dapat menimbulkan dan

meningkatkan minat belajar peserta didik, sikap guru dan penilaiannya menjadi

lebih baik, suasana sekolah bagi guru dan peserta didik menjadi menyenangkan.

Bahwa pada dasarnya, peserta didik belajar melalui sesuatu yang konkrit,

mengingat pola perkembangan berpikir peserta didik Sekolah Dasar pada umumnya

sudah memerlukan contoh-contoh benda konkrit. Untuk memahami sebuah konsep

abstrak, peserta didik memerlukan benda-benda konkrit sebagai

perantara/visualisasinya. Konsep abstrak pada peserta didik dapat dicapai melalui

tingkatan belajar yang berbeda-beda. Bahkan, orang dewasapun yang pada

umumnya sudah memahami konsep abstrak, pada keadaan tertentu seringkali masih

(38)

memerlukan visualisasi. Selanjutnya, konsep abstrak yang baru dipahami anak akan

mengendap, melekat dan tahan lama bila peserta didik belajar melalui ”berbuat”

dan pengertian bukan hanya melalui mengingat sebuah fakta yang ada, karena

beberapa hal tersebut maka untuk menunjang keberhasilan belajar peserta didik,

mutlak diperlukan peraga, dalam hal ini: papan berpaku.

Papan berpaku dimaksud, banyak sekali manfaatnya dalam pengajaran

matematika di Sekolah Dasar. Harga murah dan juga dapat dibuat sendiri. Bnetuk

papan berpaku bisa persegi atau persegi panjang, sesuai dengan kebutuhan. Cara

pembuatannya: papan yang disediakan permukaannya dihaluskan menggunakan

amplas kemudian dicat sesuai dengan warna lingkungan sekitar dan permukaannya

digambar kotak-kotak persegi berukuran 2 cm x 2 cm dan pada setiap titik sudutnya

ditancapi paku yang agak besar / sekitar 2,5 cm sehingga mudah dalam

pengoperasiannya. Peralatan pendukungnya adalah karet gelang.

(39)

Beberapa manfaat / kegunaan papan berpaku antara lain:

a. Guru dapat dengan mudah dan cepat menunjukkan bermacam – macam

bentuk bangun datar seperti: persegi, persegi panjang, segitiga, trapesium,

jajar genjang, belah ketupat dan layang-layang.

b. Peserta didik akan dengan cepat belajar bila mengikuti dalam memahami

materi yang terkait dengan yang diajarkan.

c. Bentuk geometri yang diajarkan bentuknya sesuai dengan kenyataan,

dibandingkan jika pengajaran dengan contoh-contoh dari benang, sehingga

tidak mewujudkan persepsi siwa.

F. Materi Simetri Lipat dan Pencerminan a. Simetri Lipat

- Mengulang Pengertian Simetri Lipat

Jika sebuah benda dilipat melalui sumbu simetrinya yang kedua bagiannya

dapat secara tepat saling menutupinya, benda tersebut dikatakan memiliki

simetri lipat. Perhatikan gambar berikut.

Bangun-bangun tersebut mempunyai simetri lipat. Garis tempat melipat

ditunjukkan dengan garis putus-putus. Garis tersebut disebut garis simetri

atau sumbu simetri.

Dalam kisah sehari-hari, sering dijumpai bangun-bangun yang memiliki

simetri lipat, misal : kupu-kupu, pesawat terbang, bejana dan lainnya.

(40)

- Mengenal Simetri Lipat dan Menentukan Sumbu Simetri Bangun-Bangun

Datar

• Simetri lipat disebut juga simetri sumbu karena tempat melipatnya berupa

sumbu ( garis ).

Sumbu Simetri

• Simetri lipat disebut juga simetri cermin karena sumbu simetrinya

seolah-olah sebagai cermin sehingga setengah bagian bangun yang satu

merupakan bayangan dari setengah bagian yang lainnya.

A D

B F E

C

EF sebagai simetri cermin sehingga EDCF merupakan bayangan dari

AEFB.

Selanjutnya perhatikan gambar berikut !

Bangun persegi merupakan contoh bangun yang memiliki simetri lipat.

Sumbu-sumbu simetrinya ditunjukkan dengan garis putus-putus.

Dengan demikian bangun persegi memiliki empat simetri lipat.

(41)

b. Pencerminan

- Membuat Bangun dan Mengamati Hasil Pencerminan

Perhatikan contoh pencerminan dengan menggunakan papan berpaku.

Cara kerja sbb :

1. Buatlah papan berpaku yang panjangnya 60 cm, lebar 40 cm dan jarak

antar paku dengan papan 2 cm

2. Buat bangun segitiga menggunakan karet gelang pada papan berpaku

3. Perhatikan bayangan karet gelang pada cermin

. . . . . . .

- Membuat Hasil Pencerminan Suatu Bangun Pada Kertas Bertitik

(42)

Dari gambar-gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa penentuan hasil

pencerminan dapat dilakukan dengan cara menghitung titiknya yaitu :

Contoh untuk cermin tegak :

- Menghitung jarak titik A ke cermin ( ada 3 titik )

- Menghitung jarak cermin ke titik A¹ yang merupakan bayangan titik A (

ada 3 titik ke sebelah kanan )

- Menghitung jarak titik B ke cermin ( ada 8 titik )

- Menghitung jarak cermin ke titik B¹ yang merupakan bayangan titik B (

ada 8 titik ke sebelah kanan )

- Menghubungkan titik A¹ dengan titik B¹ sehingga membentuk ruas garis

A¹B¹

Model alat peraga yang nantinya digunakan dalam penelitian adalah :

- Kertas yang berbentuk bangun / suatu simbol yang mudah dilipat

- Menggunakan papan berpaku yang terbuat dari triplek dengan ukuran 60

cm x 40 cm dengan jarak antar paku 2 cm

- Kertas / buku petak

G. Kerangka Berpikir

Dengan memperhatikan landasan teori yang telah dipaparkan sebelumnya dapat

dikatakan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar pada pokok bahasan Simetri Lipat

dan Pencerminan tepat jika dilakukan dengan menggunakan bantuan alat peraga

Papan Berpaku dan Lembar Kerja Peserta didik (LKS) dengan bantuan metode

pembelajaran Tutor Sebaya.

Alat peraga model Papan Berpaku dan Lembar Kerja Peserta didik (LKS)

mempunyai fungsi dapat membantu, dan membimbing langkah berfikir peserta

(43)

didik, sehingga dalam belajar geometri khususnya menentukan Simetri Lipat dan

Pencerminan suatu bangun datar.

Selain meningkatkan hasil belajar matematika, penggunaan alat peraga dalam

kegiatan belajar mengajar akan membantu dan memotivasi peserta didik untuk

belajar aktif dan bersikap positif terhadap matematika.

Sehingga dalam penyelesaian pokok bahasan Simetri Lipat dan Pencerminan

perlu menggunakan metode pembelajaran tutor sebaya dengan memanfaatkan LKS

dan Alat Peraga Papan Berpaku karena dengan cara ini hasil yang didapatkan akan

meningkat.

H. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir diatas dapat dirumuskan hipotesis tindakan

sebagai berikut : Melalui Implementasi Model Pembelajaran Tutor Sebaya dengan

Memanfaatkan LKS dan Alat Peraga Papan Berpaku pada pokok bahasan Simetri

Lipat dan Pencerminan maka hasil belajar dan aktivitas belajar peserta didik kelas

V tahun ajaran 2006/2007 di SD Rejosari 03 Semarang dapat ditingkatkan.

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subyek Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Rejosari 03 Semarang dengan subyek

penelitian adalah peserta didik kelas V SD Negeri Rejosari 03 sebanyak 25 peserta

didik terdiri dari 10 putri dan 15 putra serta Guru Kelas V SD Rejosari 03.

B. Rencana Penelitian

Penelitian ini direncanakan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri

dari empat tahap yaitu : perencanaan (planning), implementasi (tindakan), observasi

(pengamatan) dan refleksi.

1. Siklus 1

a. Perencanaan

- Membuat rencana pembelajaran mengenai Simetri Lipat dan Pencerminan.

- Mengelompokkan peserta didik yang akan bertindak sebagai tutor

kemudian menentukan kelompok-kelompok secara acak dengan anggota

minimal 5 orang dan masing-masing kelompok terdapat satu orang tutor.

- Membuat rangkuman materi yang akan diberikan dan membuat soal-soal

dalam bentuk lembar kerja siswa untuk disampaikan ke setiap kelompok

terutama tutor agar tutor dapat mempelajarinya.

- Menyiapkan alat peraga papan berpaku.

(45)

- Membuat soal-soal tugas rumah.

- Menyiapkan lembar pengamatan/observasi peserta didik.

- Menyiapkan lembar pengamatan/observasi guru.

- Menyiapkan buku nilai.

b. Implementasi

Tindakan / Implementasi dilakukan 2 (dua) kali pertemuan

Pertemuan I

1. Guru memberi pertanyaan mengenai macam-macam bangun datar

sebagai apersepsi.

2. Ada beberapa peserta didik menjawab pertanyaan dan maju ke depan

menggambar di papan tulis.

3. Guru mulai melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan pokok

bahasan Simetri Lipat dan Pencerminan dan Sub Bahasan Membuat Hasil

Pencerminan Suatu Bangun Datar Terhadap Sumbu Tegak dan memberi

contoh cara mengerjakan.

4. Peserta didik memperhatikan penjelasan Guru.

5. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya

mengenai perihal yang kurang / belum jelas untuk materi yang telah

diterangkan.

6. Peserta didik menggunakan kesempatan bertanya mengenai materi yang

kurang / belum jelas.

7. Peserta didik tidak ada yang bertanya karena sudah jelas.

(46)

8. Guru memberi soal di papan tulis untuk dikerjakan peserta didik.

9. Peserta didik mengerjakan soal latihan di papan tulis yang telah diberikan

oleh Guru.

10. Guru memberikan soal tertulis untuk dikerjakan peserta didik secara

kelompok dengan alat bantu penggaris.

11. Guru, peneliti dan pengamat mengamati jalannya diskusi kelompok.

12. Guru menyuruh setiap kelompok untuk mewakili kelompoknya maju ke

depan melaporkan hasil kerja kelompoknya.

13. Guru memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan

tanggapan mengenai hasil laporan kelompok temannya.

14. Guru memberikan soal tertulis untuk dikerjakan secara individu di

Lembar Kerja Siswa yang telah tersedia.

15. Peserta didik mengerjakan soal tertulis di Lembar Kerja Siswa.

16. Guru, peneliti dan pengamat mengoreksi hasil kerja peserta didik.

17. Guru memberikan tugas di rumah.

c. Observasi dan Evaluasi

Observasi terhadap kegiatan belajar dilakukan pada saat implementasi

untuk mengetahui jalannya proses pembelajaran. Pada akhir siklus pertama

diakhiri dengan tes. Berdasarkan hasil observasi, hasil wawancara dan hasil

tes, maka tahap berikutnya dapat dilaksanakan.

Pertemuan II

1. Guru memberikan pertanyaan mengenai membuat hasil pencerminan

suatu bangun datar terhadap sumbu tegak sebagai apersepsi.

(47)

2. Ada beberapa peserta didik menjawab pertanyaan dan maju ke depan

menggambar di papan tulis.

3. Guru mulai melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan pokok

bahasan Simetri Lipat dan Pencerminan dan Sub Bahasan Membuat Hasil

Pencerminan Suatu Bangun Datar Terhadap Sumbu Tegak dengan

Bantuan Papan Berpaku dan memberi contoh cara mengerjakan.

4. Peserta didik memperhatikan penjelasan Guru.

5. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya

mengenai perihal yang kurang / belum jelas untuk materi yang telah

diterangkan.

6. Peserta didik menggunakan kesempatan bertanya mengenai materi yang

kurang / belum jelas.

7. Peserta didik tidak ada yang bertanya karena sudah jelas.

8. Guru memberi soal di papan tulis untuk dikerjakan peserta didik.

9. Peserta didik mengerjakan soal latihan di papan tulis yang telah diberikan

oleh Guru.

10. Guru memberikan soal tertulis untuk dikerjakan peserta didik secara

kelompok dengan alat bantu penggaris.

11. Guru, peneliti dan pengamat mengamati jalannya diskusi kelompok.

12. Guru menyuruh setiap kelompok untuk mewakili kelompoknya maju ke

depan melaporkan hasil kerja kelompoknya.

13. Guru memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan

tanggapan mengenai hasil laporan kelompok temannya.

(48)

14. Guru memberikan soal tertulis untuk dikerjakan secara individu di

Lembar Kerja Siswa yang telah tersedia.

15. Peserta didik mengerjakan soal tertulis di Lembar Kerja Siswa.

16. Guru, peneliti dan pengamat mengoreksi hasil kerja peserta didik.

17. Guru memberikan tugas di rumah.

c. Observasi dan Evaluasi

Observasi terhadap kegiatan belajar dilakukan pada saat implementasi

untuk mengetahui jalannya proses pembelajaran. Pada akhir siklus pertama

diakhiri dengan tes. Berdasarkan hasil observasi, hasil wawancara dan hasil

tes, maka tahap berikutnya dapat dilaksanakan.

d. Refleksi

Selama penelitian dilaksanakan, hasilnya dianalisis dan dikaji

keberhasilan dan kegagalannya. Dari data yang diperoleh pada saat proses

belajar mengajar apabila hasil analisis pada siklus 1 ada revisi dan

kekurangan maka analisis direfleksikan untuk menentukan tindakan pada

siklus 2 dalam rangka mencapai tujuan.

2. Siklus 2

a. Perencanaan

- Menyempurnakan rencana pembelajaran yang sudah ada di siklus 1.

- Memperbaiki bentuk kelompok-kelompok yang sudah terbentuk agar

didapat hasil yang lebih baik dari siklus 1.

(49)

- Menyiapkan soal-soal yang bervariasi dan sedikit lebih sulit sesuai dengan

materi yang diberikan.

- Menyiapkan tugas rumah.

- Menyiapkan lembar pengamatan / observasi peserta didik.

- Menyiapkan lembar pengamatan / observasi guru.

- Menyiapkan buku nilai.

b. Implementasi

Tindakan / Implementasi dilakukan 2 (dua) kali pertemuan

Pertemuan I

1. Guru memberi pertanyaan cara membuat hasil pencerminan bangun datar

terhadap sumbu tegak dengan menggunakan alat peraga papan berpaku .

2. Ada beberapa peserta didik menjawab pertanyaan dan maju ke depan

menggambar di papan tulis.

3. Guru mulai melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan pokok

bahasan Simetri Lipat dan Pencerminan dan Sub Bahasan Membuat Hasil

Pencerminan Suatu Bangun Datar Terhadap Sumbu Tegak dengan

menggunakan alat peraga papan berpaku dan memberi contoh cara

mengerjakan.

4. Peserta didik memperhatikan penjelasan Guru.

5. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya

mengenai perihal yang kurang / belum jelas untuk materi yang telah

diterangkan.

(50)

6. Peserta didik menggunakan kesempatan bertanya mengenai materi yang

kurang / belum jelas.

7. Peserta didik tidak ada yang bertanya karena sudah jelas.

8. Guru memberi soal di papan tulis untuk dikerjakan peserta didik.

9. Peserta didik mengerjakan soal latihan di papan tulis yang telah diberikan

oleh Guru.

10. Guru memberikan soal tertulis untuk dikerjakan peserta didik secara

kelompok dengan alat bantu penggaris.

11. Guru, peneliti dan pengamat mengamati jalannya diskusi kelompok.

12. Guru menyuruh setiap kelompok untuk mewakili kelompoknya maju ke

depan melaporkan hasil kerja kelompoknya.

13. Guru memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan

tanggapan mengenai hasil laporan kelompok temannya.

14. Guru memberikan soal tertulis untuk dikerjakan secara individu di

Lembar Kerja Siswa yang telah tersedia.

15. Peserta didik mengerjakan soal tertulis di Lembar Kerja Siswa.

16. Guru, peneliti dan pengamat mengoreksi hasil kerja peserta didik.

17. Guru memberikan tugas di rumah.

c. Observasi dan Evaluasi

Observasi terhadap kegiatan belajar dilakukan pada saat implementasi

untuk mengetahui jalannya proses pembelajaran. Pada akhir siklus pertama

diakhiri dengan tes. Berdasarkan hasil observasi, hasil wawancara dan hasil

tes, maka tahap berikutnya dapat dilaksanakan.

(51)

Pertemuan II

1. Guru menjelaskan membuat hasil pencerminan suatu bangun datar

terhadap sumbu tegak dengan bantuan alat peraga untuk mengingatkan

peserta didik sebelum melaksanakan ulangan harian.

2. Guru memberikan kesempatan peserta didik untuk bertanya kembali

sebelum ulangan harian dimulai.

3. Peserta didik sudah jelas.

4. Guru memberi soal ulangan harian pada Lembar Tes Tertulis.

5. Peserta didik mengerjakan soal ulangan harian dengan tertib.

6. Guru, peneliti dan pengamat mengadakan pengamatan.

7. Setelah peserta didik mengerjakan soal ulangan, soal tes dikumpulkan.

8. Guru peneliti dan pengamat mengadakan kerjasama / kolaborasi

mengoreksi hasil kerja peserta didik.

c. Observasi dan Evaluasi

Observasi terhadap kegiatan belajar dilakukan pada saat implementasi

untuk mengetahui jalannya proses pembelajaran. Pada akhir siklus pertama

diakhiri dengan tes. Berdasarkan hasil observasi, hasil wawancara dan hasil

tes, maka tahap berikutnya dapat dilaksanakan.

d. Refleksi

Setelah hasil-hasil pekerjaan dari siklus 2 dijadikan satu dan dianalisa

oleh semua anggota penelitian, langkah berikutnya yang dilakukan adalah

melakukan refleksi apakah pembelajaran berhasil.

(52)

C. Tehnik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dengan menggunakan metode pengamatan (observasi)

dan penelitian pada saat pembelajaran Pokok Bahasan Simetri Lipat dan

Pencerminan dengan menggunakan papan berpaku berlangsung diamati secara

kelompok maupun individu untuk mendapatkan hasil belajar yang diinginkan. Data

yang diambil berupa tugas kelompok, tes individu, tugas rumah dan tes akhir.

D. Indikator Keberhasilan

Berdasarkan ketetapan Depdikbud ketuntasan belajar tercapai jika ketuntasan

individual mencapai minimal 65% dan secara klasikal 85%.

Dan berdasarkan pengalaman guru yang mengajar di kelas V SDN Rejosari 03

yang lebih mengetahui kemampuan peserta didik, maka peneliti menentukan bahwa

penelitian ini dikatakan berhasil jika ketuntasan individu mencapai minimal 70%

dan secara klasikal 75% kemudian untuk aktivitas belajar peserta didik dikatakan

berhasil jika ≥ 70%.

(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Hasil Penelitian Siklus I

a. Berdasarkan pada Tabel 2 - 4 (Lembar Observasi / pengamatan) baik pada

pertemuan I dan pertemuan II adanya peningkatan keaktifan belajar peserta didik

antara lain :

1. Peserta didik yang aktif bertanya dari 4 peserta didik menjadi 6 peserta didik,

(16% menjadi 24%)

2. Peserta didik yang mengerjakan soal di papan tulis dari 2 peserta didik

menjadi 3 peserta didik (8% menjadi 12%)

3. Peserta didik yang menanggapi kelompok lain pada saat diadakan diskusi dari

1 kelompok menjadi 2 kelompok (20% menjadi 40%)

b. Berdasarkan data pada tabel 6 (Daftar nilai tugas kelompok)

Pertemuan I :

Dari 25 peserta didik dalam tugas kelompok ini dibagi menjadi 5 kelompok.

1. Ada 2 kelompok atau 40% yang memperoleh nilai 100 yaitu kelompok I dan

IV.

2. Ada 1 kelompok atau 20% yang memperoleh nilai 90.

3. Ada 1 kelompok atau 20% yang memperoleh nilai 80.

4. Ada 1 kelompok atau 20% yang memperoleh nilai 70.

5. Nilai rata-rata 88.

(54)

Pertemuan II :

1. Dalam tugas kelompok hanya ada 1 (satu) atau 20% yang memperoleh nilai

100 yaitu kelompok I.

2. 1 (satu) kelompok atau 20% yang memperoleh nilai 90 yaitu kelompok III.

3. 1 (satu) kelompok atau 20% yang memperoleh nilai 80 yaitu kelompok IV.

4. 1 (satu) kelompok atau 20% yang memperoleh nilai 70 yaitu kelompok II.

5. 1 (satu) kelompok atau 20% yang memperoleh nilai 50 yaitu kelompok V.

6. Nilai rata-rata yang diperoleh 78.

c. Berdasarkan data pada Tabel 7 (Daftar Nilai Tugas Individu)

Pertemuan I :

Dari 25 peserta didik yang diamati dan diteliti :

1. Ada 6 (enam) peserta didik atau 24% yang mendapat nilai 100.

2. Yang mendapat nilai ≥ 70 ada 10 (sepuluh) peserta didik atau 40%.

3. Serta yang mendapat nilai ≤ 60 ada 9 (sembilan) peserta didik atau 36%.

4. Nilai tertinggi 100, terendah 30 dan nilai rata-rata 70,4.

Pertemuan II :

1. Hanya ada 4 (empat) peserta didik atau 16% yang mendapat nilai 100.

2. Peserta didik yang mendapat nilai ≥ 70 ada 10 (sepuluh) peserta didik atau

40%.

3. Peserta didik yang mendapat nilai ≤ 60 ada 11 (sebelas) peserta didik atau

44%.

4. Nilai tertinggi 100, terendah 20 dan nilai rata-rata 62,8.

(55)

Apabila dilihat pada tabel 6 dari nilai rata-rata tugas kelompok dari 88

menjadi 78 dan pada tabel 7 pada tugas individu nilai rata-rata dari 70,4 menjadi

62,8, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan sub pokok bahasan pada

pertemuan I yaitu : Melakukan lipatan untuk membentuk simetri lipat (bangun

seimbang, sama bentuk / ukuran) dan pada pertemuan II : Melakukan lipatan

untuk membentuk simetri (bangun seimbang, sama bentuk / ukuran) banyaknya

simetri lipat suatu bangun datar dan membuat hasil pencerminan suatu bangun

datar dengan menggunakan bantuan alat peraga papan berpaku.

d. Berdasarkan data pada tabel 8 (Daftar Nilai Tugas Rumah)

Pertemuan I :

Dari 25 peserta didik yang dimati dan diteliti :

1. Ada 6 (enam) peserta didik atau 24% yang mendapat nilai 100.

2. Peserta didik yang mendapat nilai ≥ 70-90 ada 9 (sembilan) peserta didik atau

36%.

3. Peserta didik yang mendapat nilai ≤ 60 ada 10 (sepuluh) atau 40%.

4. Nilai rata-rata 72,8.

Pertemuan II :

Dari 25 peserta didik yang diamati dan diteliti :

1. Ada 7 (tujuh) peserta didik atau 28% yang mendapat nilai 100.

2. Peserta didik yang mendapat nilai ≥ 70-90 ada 10 (sepuluh) peserta didik atau

40%.

3. Peserta didik yang mendapat nilai ≤ 60 ada 8 (tujuh) atau 32%.

4. Nilai tertinggi 100, terendah 40 dan nilai rata-rata 77,6.

Gambar

Gambar 1 Gambar 2
 Gambar 3
Tabel 1
Tabel 4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan data hasil penelitian yang diperoleh, bahwa motivasi belajar siswa setelah menggunakan Model Pembelajaran kooperatif STAD dalam proses belajar mengalami

Keller yang dikutip oleh Ariparabowo (2007) menyatakan, faktor pembentuk citra merek (brand image) dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok terdiri dari (1) Favorability

package comratingbymovies.nidos; import java.io.IOException; import org.apache.hadoop.io.LongWritable; import org.apache.hadoop.io.Text; import org.apache.hadoop.mapred.JobConf;

Yang dimaksud dengan “rehabilitasi” adalah pembangunan kembali lingkungan hunian perkotaan atau lingkungan hunian perdesaan melalui perbaikan dan/atau pembangunan

Informasi keuangan di atas untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada tanggal-tanggal 30 September 2011 dan 2010 diambil dari laporan keuangan konsolidasi yang tidak diaudit,

Dalam suatu hari Rasul saw kedatangan sepasang suami istri yg mengadukan kematian putri mereka, kalau putrinya bisa hidup lagi maka mereka akan masuk islam,

(tinjauan ulang), (2) Penggunaan model mind map dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SD Negeri 5 Bumirejo Tahun Ajaran 2013/2014, itu terbukti dari

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai acuan dalam ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang pertanian, sehingga penelitian ini dapat menjadi sumber