• Tidak ada hasil yang ditemukan

RPJMD (2016-2021) – BAPPEDA SULUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RPJMD (2016-2021) – BAPPEDA SULUT"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

3.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU 3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD

3.1.1.1.Perkembangan Pendapatan Daerah

Kemandirian daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah dan

desentralisasi fiskal menjadi issue yang dihadapi oleh setiap

Pemerintahan Daerah, karena kebutuhan daerah (fiscal need) yang tidak

seimbang dengan kapisitas fiskal (fiscal capacity) akan menimbulkan

kesenjangan fiskal (fiscal gap). Pemerintah Daerah harus dapat

meningkatkan PAD tanpa harus melanggar norma-norma dengan cara mengoptimalisasi potensi yang ada. Optimalisasi PAD dari sisi penerimaan hendaknya diikuti dengan pengelolaan penggunaan anggaran dari sisi

pengeluaran dan dikelola dengan baik dengan prinsif value for money

serta dilakukan secara komprehensif dengan berbagai strategi sesuai dengan kaidah pengelolaan keuangan daerah dan keuangan negara, dengan peningkatan prosedur pengendalian dari intern pemerintah

daerah agar terpenuhi prinsifstewardship dan accountability.

Pendapatan Asli Daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih yang diperoleh dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Peengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan serta Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah, sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada Pasal 285 ayat (1), Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah pada Pasal 21 ayat (1) dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pda Pasal 26 ayat (1). Pengertian pendapatan asli daerah seharusnya tidak perlu menjadi perdebatan lagi karena dalam peraturan peundang-undangan sudah diatur dengan jelas, objek pendapatan asli daerah dalam pelaksanaannya harus memiliki dasar hukum yang jelas untuk dipungut atau tidaknya. Untuk Pajak Daerah dan Retribusi Daerah diatur dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan pelaksanaan di Daerah harus diatur dengan Peraturan Daerah, dan Pemerintah Daerah dilarang melakukan pungutan diluar yagn telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada Pasal 286 ayat (2).

(2)

Peraturan Daerah sesuai Pasal 58 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 hal ini juga diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pada Pasal 128 ayat (2).

Reformasi peraturan perundang-undangan sudah memberikan perubahan yang mendasar, hal ini dapat kita cermati pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Di dalam Undang-Undang tersebut mengubah sistem yang

semulanya open list menjadi close list, Pemerintah Daerah hanya dapat

melakukan pungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang tersebut, dan penambahan jenis pungutan untuk Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012. Kebijakan Pemerintah Pusat sesuai dengan Undang-Undang memberikan kewenangan Pemerintah Daerah dengan memperluas basis Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dalam hal kewenangan penetapan tarif. Dalam hal pengawasan pungutan daerah telah diubah dari represif menjadi preventif yaitu setiap Peraturan Daerah mengenai Pajak Daerah dan Retribusi Daerah harus mendapat persetujuan dari Pemerintah Pusat.

Pemerintah Pusat dapat melakukan pembatalan Peraturan Daerah karena melanggar aturan yang lebih tinggi dan tidak diatur dalam peraturan perundangan. Karena seusai dengan Undnang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan akan diakui keberadaannya dan memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan (Pasal 8 ayat (2). Apabila Pemerintah Daerah membuat suatu produk hukum khususnya Pajak Daerah dan Retribusi Daerah melanggar ketentuan peraturan yang lebih tinggi, maka Pemeritah Pusat melalui Menteri Keuangan memberikan sanksi diantaranya :

1. Pelanggaran terhadap prosedur penetapan Ranperda menjadi Perda berupa sanksi penundaan DAU dan/atau DBH Pajak Penghasilan bagi daerah yang tidak memperoleh DAU sebesar 10% setiap penyaluran;

2. Pelanggaran Perda terhadap larangan pemungutan PDRD berdasarkan Perda yang dibatalkan berupa pemotongan DAU dan atau DBH Pajak Penghasilan sebesar perkiraan penerimaan PDRD yang telah dipungut berdasarkan Perda yang dibatalkan untuk setiap periode penyaluran DAU dan/atau DBH Pajak Penghasilan. Apabila belum tercantum dalam RAPBD maka sanksi sebesar 5% setiap penyaluran DAU dan/atau DBH Pajak Penghasilan.

(3)

A. Pajak Daerah

Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :

a. Pajak Provinsi meliputi : Pajak Kenderaan Bermotor

(PKB), Bea Balik Nama kenderaan Bermotor (BBNKB), Pajak Bahan Bakar Kenderaan Bermotor (PBBKB), Pajak Air Permukaan dan Pajak Rokok. Pembagian Pajak Provinsi ke Kabupaten/Kota diatur dalam Pasal 95 dengan persentase yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi dan alokasinya dituangkan dalam Surat Keputusan Kepala Daerah. Dalam Undang-Undang tersebut terdapat sisi kelemahan yaitu tidak adanya sanksi yang diberikan oleh Pemerintah Pusat ke

Pemerintah Provinsi mengenai keterlambatan

penyaluran ke Kabupaten/Kota. Hal ini diperlukan agar Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota memiliki kepastian untuk memprediksi arus kas masuk dan dapat digunakan untuk mendukung program kegiatan yang dianggarkan dalam APBD. Apabila tidak terdapatnya sanksi tentu Pemerintah Provinsi melakukan penyaluran tidak sesuai dengan ketentuan sehingga merugikan daerah secara berkelanjutan. Perubahan regulasi tersebut diperlukan agar Pementah memiliki

kepastian dalam proses penganggaran dan

pelaksanaan;

b. Pajak Kabupaten/Kota meliputi : Pajak Hotel, Pajak

(4)

B. Retribusi Daerah

Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan. Retribusi daerah terdiri atas 3 (tiga) jenis, yaitu :

1. Retribusi Jasa Umum, yaitu pungutan atas pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh pribadi atau badan. Retribusi Jasa umum meliputi Retribusi Pelayanan Kesehatan, Retribusi Persampahan/Kebersihan, Retribusi KTP dan Akte Capil, Retribusi Pemakaman/Pengabuan Mayat, Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum, Pelayanan Pasar, Retribusi Pengujian Kenderaan Bermotor, Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran, Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta, Pelayanan Tera/Tera Ulang, Retribusi Penyedotan Kakus, Retribusi Pengolahan Limbah Cair, Retribusi Pelayanan Pendidikan, sert Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi; 2. Retribusi Jasa Usaha, yaitu pungutan atas pelayanan yang

disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsif komersial yang meliputi :

a. Pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan

kekayaan Daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal; dan/atau

b. Pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum

disediakan secara memadai oleh swasta.

Retribusi Jasa Usaha meliputi Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah, Retribusi Pasar Grosir/Pertokoan. Retribusi Tempat Pelelangan, Retribusi Terminal, Retribusi Tempat Khusus Parkir, Retribusi Tempat Penginapan/pesanggrahan/Villa, Retribusi Rumah Potong Hewan, Retribusi Pelayanan Kepelabuhan, Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga, Retribusi Penyeberangan di Air, serta Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.

3. Retribusi Perizinan Tertentu, yaitu pungutan atas pelayanan

(5)

C. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

Jenis pendapatan yang mencakup bagian laba atas penyertaan

modal pada perusahaan milik daerah/BUMD, milik

pemerintah/BUMN dan perusahaan milik swasta. Peran BUMD dalam peningkatan pendapatan asli daerah sangat dibutuhkan sekali dalam menggerakan ekonomi. Kinerja dari BUMD dari sisi internal, harus mampu menjadi pemacu utama pertumbuhan dan pengembangan ekonomi, sedangkan dari sisi eksternal BUMD dituntud untuk menarik investasi asing maupun domestik agar

perumbuhan ekonomi di daerah memberikan multiplier effect yang

besar. Pendapatan dari jenis ini sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah antara lain : Laba Atas Penyertaan Modal pada BUMD, Laba Atas Penyertaan Modal pada BUMD dan Laba Atas Penyertaan Modal pada Perusahaan Patungan/Milik Swasta.

D. Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

Jenis pendapatan yang dianggarkan untuk menampung penerimaan daerah yang tidak termasuk jenis pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis pendapatan ini seperti : Hasil Penjualan Aset Daerah yang Tidak Dipisahkan, Jasa Giro, Pendapatan Bunga Deposito, Tuntutan Ganti Kerugian Daerah, Komisi, Potongan dan Selisih NIlai Tukar, Pendapatan Denda Atas Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan, Pendapatan Denda Pajak, Pendapatan Denda BPHTB, Pendapatan Denda Retribusi, Pendapatan Hasil Eksekusi Atas Jaminan, Pendapatan dari Pengembalian, Fasilitas Sosial dan Fasiltas Umum, Pendapatan dari Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan, Pendapatan dari Angsuran/Cicilan Penjualan dan Hasil Pengelolaan Dana Bergulir

(6)

jenis Retribusi Perizinanan Tertentu yaitu Retribusi Izin Usaha Perikanan dan Retribusi Jasa Usaha yaitu Retribusi Tempat Pelelangan dan Retribusi Pelayanan Kepelabuhan dengan syarat fasilitasnya sudah disediakan oleh Pemerintah Daerah. Sedangkan dari Dana Bagi Hasil Perikanan dari Pemerintah Pusat seluruh Kabupaten/Kota hanya memperoleh alokasi bagi rata yang sama.

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sumber pendapatan pemerintah daerah berasal dari PAD, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah. Tabel 3.1 memperlihatkan kontribusi dari tiap sumber pendapatan tersebut. Jumlah PAD Pemerintah memperlihatkan peningkatan pada kurun waktu 2010-2015. Tahun 2010, PAD Pemerintah provinsi sebesar 418.737.660.717 selanjutnya meningkat

sebesar 535.087.974.492 pada tahun 2011. Pada tahun 2012 PAD

mencapai 633.650.532.712 dan tahun 2013 meningkat mencapai

789.631.753.619. Pada tahun 2014 PAD terus meningkat mencapai

937.681.926.708 dan pada tahun 2015 PAD Provinsi Sulawesi Utara

mencapai 1.012.692.676.656. Pendapatan pemerintah daerah di Sulawesi Utara mengalami peningkatan dari tahun ke tahun pada kurun waktu periode 2010-2015 sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 3.1. Pajak daerah pada tahun 2010 baru mencapai 373.703.162.730 selanjutnya

pada tahun 2011 meningkat menjadi 477.202.210.410. Pada tahun

2012, pajak daerah dapat mencapai 554.846.120.068 dan meningkat terus sehingga pada tahun 2013 mencapai 667.921.445.991. Tahun 2014 pajak daerah dapat mencapai 785.141.595.219 dan tahun 2015 mencapai 836.969.180.599.

Retribusi daerah pada tahun 2010 berjumlah 11.898.613.199 dan pada tahun 2011 menurun signifikan menjadi 8.866.0383.871. Selanjutnya pada tahun 2012 meningkat menjadi 14.790.120.410. Pada tahun 2013

retribusi daerah meningkat secara signifikan mencapai 25.269.649.522

(7)

Tabel 3.1. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara, 2010-2015

2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata Rata

pertumbuhan PENDAPATAN 1.158.671.349.178 1.365.705.443.665 1.834.908.287.642 2.062.083.087.023 2.320.810.782.597 2.527.705.785.301 17,21 PENDAPATAN ASLI DAERAH

418.737.660.717 535.087.974.492 633.650.532.712 789.631.753.619 937.681.926.708 1.012.692.676.656 19,51 Pajak Daerah

373.703.162.730 477.202.210.410 554.846.120.068 667.921.445.991 785.141.595.219 836.969.180.599 17,70

Retribusi Daerah 11.898.613.199 8.866.083.871 14.790.120.410 25.269.649.522 34.468.179.481 54.026.351.326 41,07 Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah Yang Dipisahkan 13.553.666.293 23.107.361.219 24.433.970.535 33.010.612.361 29.410.022.489 33.225.161.415 22,68

Lain-Lain Pendapatan Asli

Daerah Yang Sah 19.582.218.495 25.912.318.992 39.580.321.699 63.430.045.745 88.662.129.519 88.471.983.316 36,98

DANA PERIMBANGAN 650.530.096.329 729.361.142.173 933.366.697.430 1.029.942.555.904 1.093.949.317.889 1.173.041.386.645 12,78 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil

Bukan Pajak 74.309.883.329 80.361.935.173 99.292.276.430 89.912.138.904 84.421.635.889 69.347.787.645 -0,34

Dana Alokasi Umum 558.781.013.000 619.711.007.000 790.534.491.000 885.684.277.000 949.852.622.000 1.026.948.809.000 13,17 Dana Alokasi Khusus 17.439.200.000 29.288.200.000 43.539.930.000 54.346.140.000 59.675.060.000 76.744.790.000 35,97 LAIN-LAIN PENDAPATAN

DAERAH YANG SAH 89.403.592.132 101.256.327.000 267.891.057.500 242.508.777.500 289.179.538.000 341.971.722.000 41,17

Pendapatan Hibah - 571.578.000 501.216.000 544.804.000 - - -34,54

Dana Penyesuaian dan Otonomi

Khusus 89.403.592.132 100.684.749.000 267.389.841.500 241.963.973.500 289.179.538.000 340.495.874.000 41,19

(8)

-Rincian realisasi pendapatan daerah tahun 2010-2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.2. REALISASI PENDAPATAN DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA

JENIS PENERIMAAN TAHUN ANGGARAN

2011 TAHUN ANGGARAN2012 TAHUN ANGGARAN2013 TAHUN ANGGARAN2014 TAHUN ANGGARAN2015

PENDAPATAN ASLI DAERAH 535.087.974.492 633.307.258.500 787.258.567.366 937.066.549.692 1.012.848.137.232

PAJAK DAERAH 477.202.210.410 554.845.819.018 667.486.863.891 785.079.848.719 836.955.752.699

1 Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) 155.247.795.242 176.131.942.531 209.315.814.738 234.544.552.863 261.160.456.435

2 Pajak Kendaraan di Atas Air (PKAA)

20.993.850 - - -

-3 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

(BBN-KB) 214.280.095.110 242.429.707.500 299.791.105.950 282.966.828.750 258.208.662.193

4 Bea Balik Nama Kendaraan di Atas Air

(BBN-KAA) 7.163.600 , - -

-5 Pajak Bahan Bakar Kendaraan

Bermotor (PBB-KB) 105.246.824.618 134.032.032.677 156.602.634.526 196.938.425.823 203.967.373.500

6 Pajak Pengambilan & Pemanfaatan Air

Permukaan (P3AP) 2.399.337.990 2.252.136.310 1.777.308.677 1.252.568.300 1.206.845.310

7 Pajak Pengambilan & Pemanfaatan Air

Bawah Tanah (P3ABT) - - - -

-8 Pajak Rokok

- - - 69.377.472.983 112.412.415.261

RETRIBUSI DAERAH 8.866.083.871 14.576.496.775 22.360.933.010 34.264.708.481 54.023.297.875

1 Retribusi Pelayanan Kesehatan 2.391.051.438 3.145.957.945 3.149.199.814 3.981.215.139 39.847.581.178

2 Retribusi Pelayanan

Persampahan/Kebersihan - - - - 1.575.000

3 Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang

- - - - 150.286.000

4 Retribusi Penggantian Biaya Cetak

Peta & Jasa Ketatausahaan 1.460.710.843 54.667.200 - -

-5 Retribusi Pelayanan Pendidikan

10.070.000 2.790.000 - -

-6 Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah 4.000.137.915 1.904.394.391 1.553.657.718 2.017.696.863 1.832.008.433

7 Retribusi Tempat Pelelangan Ikan

- - - -

-8 Retribusi Tempat Pelelangan Hasil

Bumi - - - 22.000.000 22.000.000

9 Retribusi Tempat Pariwisata

- - - - 47.240.000

10 Retribusi Tempat Rekreasi dan

(9)

11 Retribusi Penjualan Produksi Usaha

Daerah 92.040.000 123.277.000 135.380.500 106.536.950 146.610.000

12 Retribusi Usaha Perikanan 234.054.875 362.018.000 500.669.025 482.913.625 817.564.298

13 Retribusi Izin Trayek 259.203.500 240.977.000

28.416.000 14.425.000 45.379.000

14 Retribusi Izin Angkutan Sewa 107.125.000 32.600.000

- -

-15 Pendapatan JAMKESMAS

- 8.202.054.439 11.748.703.618 27.503.371.604 11.081.553.966

16 Pendapatan JAMKESDA

- - 1.189.398.758 -

-17 Pendapatan ASKES

- - 3.749.944.477 -

-HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH

YANG DIPISAHKAN 23.107.361.219 24.433.970.535 33.010.612.361 29.410.022.489 33.225.161.415

1 BUMN/BUMD

- - - 102.172.379 106.513.453

2 Perusahaan Swasta 23.107.361.219 24.433.970.535 33.010.612.361 29.307.850.110 33.118.647.962 LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH

YANG SAH 25.912.318.992 39.450.972.172 64.400.158.104 88.311.970.003 88.643.925.243

1 Hasil Penjualan Aset Daerah yang

tidak dipisahkan 664.401.275 200.144.848 342.443.216 3.128.168.675 94.718.040

2 Penerimaan Jasa Giro 1.456.378.570 2.225.748.315 3.247.427.892 3.021.253.963 2.108.718.578

3 Pendapatan Bunga 15.626.252.860 23.737.232.423 28.334.652.018 43.871.763.447 41.821.482.181

4 Tuntutan Ganti Kerugian Daerah

(TGR) 2.492.497.093 60.578.200 6.105.073.515 12.701.950.717 1.861.775.838

5 Pendapatan Denda Keterlambatan

Pelaksanaan Pekerjaan 58.186.141 294.903.323 360.802.462 1.582.063.506 109.211.561

6 Pendapatan Denda Pajak 1.440.930.075 9.403.840.339 15.189.701.100 16.795.256.000 15.796.343.800

7 Pendapatan dari Pengembalian 1.713.355.391 601.334.774 1.108.958.600 91.304.586 21.846.966.410

8 Fasilitas Sosial & Fasilitas Umum

- 6.000.000 - -

-9 Penyelenggaraan Pendidikan & Latihan 617.930.000 1.116.000.000 895.300.000 663.750.000 665.992.000

10 Hasil dari Pemanfaatan Kekayaan

Daerah - - 895.300.000 -

-11 Hasil Penjualan Aset Lainnya

- - 895.300.000 - 6.350.000

12 Dana Bergulir

- - - 259.766.394

-13 Lain-lain Penerimaan 1.842.387.587 1.805.189.950 2.045.863.886 5.107.512.715 1.090.621.835

14 Pendapatan Kerjasama Pemanfaatan

Kekayaan Daerah - - 4.979.335.415 1.089.180.000 3.241.745.000

(10)

BAGI HASIL PAJAK / BAGI HASIL BUKAN

PAJAK 80.361.935.173 99.269.530.986 89.719.222.438 84.421.636.889 69.347.787.645 1 BAGI HASIL PAJAK 67.382.287.273 94.801.410.258 84.068.115.460 69.660.411.783 53.877.796.443

- Pajak Bumi & Bangunan (PBB) 7.933.345.957 12.454.422.169 10.773.157.175

-

-- Bea Perolehan Hak Atas Tanah &

Bangunan (BPHTB) 4.019.289 - - - 2.894.504.600

- Pajak Penghasilan (PPh 25 & 29

WPOPDN) 1.700.948.353 2.599.182.730 2.767.915.506 1.639.942.579 32.611.667.800 - Pajak Penghasilan (PPh Pasal 21) 30.781.650.092 45.668.352.372 38.774.515.554 45.871.201.233

-- PBB Migas 26.260.308.258 29.176.812.305 27.699.064.757 18.639.918.754 15.385.491.593 - Upah Pungut PBB Migas 702.015.324 1.118.227.017 1.154.127.690 790.393.367 660.540.000 - PBB Panas Bumi

- 3.679.690.286 2.783.361.390 2.041.087.416 2.118.641.650 - Hasil Cukai Tembakau

- 104.723.379 - -

-- Upah Pungut PBB Panas Bumi

- - 115.973.388 85.045.305 44.152.500

- BH PBB Perkebunan

- - - 101.099.991 96.152.000

- BH PBB Perhutanan

- - - 17.647.645 60.135.300

- BH PBB Non Migas

- - - 448.779.325

-- Upah Pungut PBB Perkebunan,

Perhutanan & Non Migas - - - 25.296.168 6.511.000

2 BAGI HASIL BUKAN PAJAK 12.979.647.900 4.468.120.728 5.651.106.978 14.761.225.106 15.469.991.202

- Iuran Hak Pengusahaan Hutan

- 10.080.946 - -

-- Provisi Sumber Daya Hutan

(PSDH) - 17.649.586 56.874.880 82.963.832 19.092.750

- Dana Reboisasi

- - - -

-- Iuran Tetap (Landrent) 166.307.121 376.513.962 574.464.688 1.133.380.513 3.084.805.608 - Iuran Eksploitasi / Royalti 273.396.749 4.063.876.234 4.748.401.674 12.548.143.448 11.571.856.044 - Pertambangan Minyak 364.273.135

-- -

-- Pertambangan Gas Bumi 8.424.183.898

-- -

-- Pertambangan Panas Bumi 3.421.848.432

-- 996.737.313 794.236.800 - Hasil Cukai Tembakau 329.638.565 - 271.365.736

-

(11)

DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) 29.288.200.000 43.539.930.000 54.346.140.000 59.675.060.000 76.744.790.000

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG

SAH 101.256.327.000 267.891.057.500 242.225.659.500 289.179.538.000 341.971.722.000

1 DANA PENYEIMBANG DARI

PEMERINTAH - - - -

-2 DANA HIBAH 571.578.000 501.216.000 261.686.000

-

-3 DANA PENYESUAIAN 100.684.749.000 267.389.841.500 241.963.973.500 289.179.538.000 340.495.874.000

4 BANTUAN BENCANA ALAM

- - - - 1.475.848.000

5 BANTUAN KEUANGAN DARI

PROPINSI/PEMDA LAINNYA - - - -

-6 DANA ED HOC 1

- - - -

-7 DANA OTONOMI KHUSUS

- - - -

-8 DANA PILKADA

- - - -

(12)

Tabel 3.3. Pertumbuhan Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi UtaraYear on Year, 2010-2015 PENDAPATAN 207.034.094.487 0,178682328 469.202.843.977 0,343560792 227.174.799.381 0,123807168 258.727.695.574 0,125469093 206.895.002.704 0,089147726 PENDAPATAN

ASLI DAERAH 116.350.313.775 0,277859683 98.562.558.220 0,184198791 155.981.220.907 0,246162850 148.050.173.089 0,187492679 75.010.749.948 0,079995943

Pajak Daerah 103.499.047.680 0,276955236 77.643.909.658 0,162706517 113.075.325.923 0,203795831 117.220.149.228 0,175499903 51.827.585.380 0,066010495 Retribusi

Daerah -3.032.529.328 -0,254864099 5.924.036.539 0,668168340 10.479.529.112 0,708549276 9.198.529.959 0,364014940 19.558.171.845 0,567426889 Hasil

Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

9.553.694.926 0,704879014 1.326.609.316 0,057410680 8.576.641.826 0,351013022 -3.600.589.872 -0,109073707 3.815.138.926 0,129722408

Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

6.330.100.497 0,323257577 13.668.002.707 0,527471228 23.849.724.046 0,602565190 25.232.083.774 0,397793876 -190.146.203 -0,002144616

DANA

PERIMBANGAN 78.831.045.844 0,121179706 204.005.555.257 0,279704447 96.575.858.474 0,103470435 64.006.761.985 0,062145953 79.092.068.756 0,072299573

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak

6.052.051.844 0,081443431 18.930.341.257 0,235563532 -9.380.137.526 -0.094469961 -5.490.503.015 -0,061065203 -15.073.848.244 -0,178554325

Dana Alokasi

Umum 60.929.994.000 0,109040917 170.823.484.000 0,275650234 95.149.786.000 0,120361334 64.168.345.000 0,072450586 77.096.187.000 0,081166473 Dana Alokasi

Khusus 11.849.000.000 0,679446305 14.251.730.000 0,486603137 10.806.210.000 0,248190799 5.328.920.000 0,098055170 17.069.730.000 0,286044622

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH

11.852.734.868 0,132575600 166.634.730.500 1,645672280 -25.382.280.000 -0,094748515 46.670.760.500 0,192449778 52.792.184.000 0,182558505

Pendapatan

Hibah 571.578.000 -70.362.000 -0,123101309 43.588.000 0,086964502 -544.804.000 -1 -Dana

Penyesuaian dan Otonomi Khusus

11.281.156.868 0,126182367 166.705.092.500 1.655713444 -25.425.868.000 -0,095089132 47.215.564.500 0,195134688 51.316.336.000 0,177454935

(13)

3.1.1.2. Perkembangan Belanja Pemerintah Daerah

Realisasi Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Utara selang Tahun

2010-2015, mengalami kenaikan secara signifikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010

belanja daerah mencapai 1.137.423.444.598 dan meningkat pada tahun 2011

mencapai 1.285.864.832.396. Pada tahun 2012, belanja daerah mencapai

1.771.118.335.760 dan meningkat pada tahun 2013 hingga mencapai

2.025.590.874.885. Tahun 2014 belanja daerah mencapai 2.229.484.466.963 dan tahun 2015 mencapai 2.693.083.788.018.

Belanja tidak langsung pada tahun 2010 mencapai 632.041.038.970 dan meningkat pada tahun 2011 menjadi 626.908.175.514. Tahun 2012 belanja tidak langsung mencapai 860.233.283.307 sedangkan pada tahun 2013 berkurang menjadi 921.771.690.539. Pada tahun 2014, belanja tidak langsung mencapai

1.141.016.761.807 dan meningkat pada tahun 2015 menjadi sebesar

1.409.339.275.747.

Belanja langsung pada tahun 2010 mencapai 505.382.405.628 dan meningkat pada tahun 2011 menjadi 658.956.656.882 Tahun 2012 belanja tidak langsung mencapai

910.885.052.453 sedangkan pada tahun 2013 meningkat mencapai

1.103.819.184.346. Pada tahun 2014, belanja tidak langsung berkurang menjadi

1.088.467.705.156 dan meningkat pada tahun 2015 menjadi sebesar

1.283.744.512.271.

Belanja modal pada tahun 2010 mencapai 164.360.062.551 dan meningkat pada tahun 2011 menjadi 233.630.332.387. Tahun 2012 belanja modal mencapai 350.596.718.100 sedangkan pada tahun 2013 meningkat menjadi 387.136.384.941. Pada tahun 2014, belanja modal mencapai 506.723.317.942 dan meningkat pada tahun 2015 menjadi sebesar 757.277.044.717.

Dalam RPJMD Provinsi Sulawesi Utara 2016-2021 belanja daerah digunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan daerah yang terdiri atas urusan pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan. Belanja daerah tersebut diprioritaskan untuk mendanai urusan pemerintahan wajib terkait pelayanan dasar yang ditetapkan dengan standar pelayanan minimal serta berpedoman pada standar teknis dan harga satuan regional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Belanja daerah untuk urusan pemerintahan wajib yang tidak terkait dengan pelayanan dasar dan urusan pemerintahan pilihan berpedoman pada analisis standar belanja dan standar harga satuan regional.

(14)

modal, (m) kepemudaan dan olahraga, (n) statistik, (o) persandian, (p) kebudayaan, (q) perpustakaan, dan (r) kearsipan. Urusan pemerintahan pilihan meliputi: (a) kelautan dan perikanan, (b) pariwisata, (c) pertanian, (d) kehutanan, (e) energi dan sumber daya mineral, (f) perdagangan, (g) perindustrian, dan (h) transmigrasi.

Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara menetapkan target capaian kinerja setiap belanja, baik dalam konteks daerah, satuan kerja perangkat daerah, maupun program dan kegiatan, yang bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran dan memperjelas efektifitas dan efisiensi penggunaan anggaran. Program dan kegiatan harus memberikan informasi yang jelas dan terukur serta memiliki korelasi langsung dengan keluaran yang diharapkan dari program dan kegiatan dimaksud ditinjau dari aspek indikator, tolok ukur dan target kinerjanya.

a. Belanja Tidak Langsung

Penganggaran belanja tidak langsung memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Belanja Pegawai

a) Penganggaran untuk gaji pokok dan tunjangan Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD) disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan serta memperhitungkan rencana kenaikan gaji pokok dan tunjangan PNSD serta pemberian gaji ketiga belas.

b) Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan pengangkatan Calon PNSD sesuai formasi pegawai yang dibutuhkan

c) Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkat, tunjangan keluarga dan mutasi pegawai

dengan memperhitungkan acress yang besarnya maksimum 2,5%

(dua koma lima per seratus) dari jumlah belanja pegawai untuk gaji pokok dan tunjangan.

d) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD serta PNSD dibebankan pada APBD Tahun rencana dengan mempedomani Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan sebagaimana diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.

(15)

mempedomani Undang Nomor 40 Tahun 2004, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011, Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2013 tentang Perubahan Kesembilan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2013 tentang Penahapan Kepesertaan Program Jaminan Sosial.

f) Penganggaran Tambahan Penghasilan PNSD harus memperhatikan kemampuan keuangan daerah dengan persetujuan DPRD sesuai amanat Pasal 63 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005. Kebijakan dan penentuan kriterianya ditetapkan terlebih dahulu dengan peraturan kepala daerah sebagaimana diatur dalam Pasal 39 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.

g) Penganggaran Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

h) Tunjangan profesi guru PNSD dan dana tambahan penghasilan guru PNSD yang bersumber dari APBN Tahun Rencana melalui dana transfer ke daerah dianggarkan dalam APBD pada jenis belanja pegawai, dan diuraikan ke dalam obyek dan rincian obyek belanja sesuai dengan kode rekening berkenaan.

2) Belanja Hibah dan Bantuan Sosial

Penganggaran belanja hibah dan bantuan sosial yang bersumber dari APBD mempedomani peraturan kepala daerah yang telah disesuaikan dengan Pasal 298 ayat (4) dan ayat (5) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber dari APBD, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber dari APBD, serta peraturan perundang-undangan lain di bidang hibah dan bantuan sosial.

3) Belanja Bagi Hasil Pajak

a) Penganggaran dana Bagi Hasil Pajak Daerah yang bersumber dari pendapatan pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota harus mempedomani Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.

(16)

APBD atau dicantumkan dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan Perubahan APBD.

b) Penganggaran dana bagi hasil yang bersumber dari retribusi daerah dilarang untuk dianggarkan dalam APBD sebagaimana maksud Pasal 94 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 dan Pasal 18 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005.

4) Belanja Bantuan Keuangan

a) Belanja bantuan keuangan dari pemerintah daerah dianggarkan dalam APBD sesuai dengan kemampuan keuangan daerah setelah alokasi belanja yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan dipenuhi oleh pemerintah daerah Provinsi Sulawesi Utara.

Belanja bantuan keuangan tersebut, harus didasarkan pada pertimbangan untuk mengatasi kesenjangan fiskal, membantu pelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang tidak tersedia alokasi dananya dan/atau menerima manfaat dari pemberian bantuan keuangan tersebut, serta dalam rangka kerjasama antar daerah sesuai kemampuan keuangan masing-masing daerah.

Pemberian bantuan keuangan dapat bersifat umum dan bersifat khusus. Bantuan keuangan yang bersifat umum digunakan untuk mengatasi kesenjangan fiskal dengan menggunakan formula antara lain variabel: pendapatan daerah, jumlah penduduk, jumlah penduduk miskin dan luas wilayah yang ditetapkan dengan peraturan kepala daerah. Bantuan keuangan yang bersifat khusus digunakan untuk membantu capaian kinerja program prioritas pemerintah daerah penerima bantuan keuangan sesuai dengan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan penerima bantuan. Pemanfaatan bantuan keuangan yang bersifat khusus ditetapkan terlebih dahulu oleh pemberi bantuan.

b) Bantuan keuangan kepada partai politik harus dialokasikan dalam APBD Tahun Anggaran 2020 dan dianggarkan pada jenis belanja bantuan keuangan, obyek belanja bantuan keuangan kepada partai politik dan rincian obyek belanja nama partai politik penerima bantuan keuangan. Besaran penganggaran bantuan keuangan kepada partai politik berpedoman kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran Dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran Dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik.

(17)

diatur dalam Pasal 72 ayat (1) huruf e Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dan Pasal 98 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014.

Dari aspek teknis penganggaran, dalam APBD pemberi bantuan keuangan, belanja bantuan keuangan tersebut harus diuraikan daftar nama pemerintah daerah/desa selaku penerima bantuan keuangan sebagai rincian obyek penerima bantuan keuangan sesuai kode rekening berkenaan.

5) Belanja Tidak Terduga

Penganggaran belanja tidak terduga dilakukan secara rasional dengan mempertimbangkan kemungkinan adanya kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi sebelumnya, diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah. Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk mendanai kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan terjadi berulang, seperti kebutuhan tanggap darurat bencana, penanggulangan bencana alam dan bencana sosial, dana pendamping DAK yang tidak tertampung dalam bentuk program dan kegiatan pada Tahun Anggaran yang direncanakan, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya.

b. Belanja Langsung

Penganggaran belanja langsung dalam rangka melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Penganggaran belanja langsung dalam APBD digunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan daerah yang terdiri atas urusan pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan. Urusan pemerintahan wajib terdiri atas urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar dan urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar.

Penganggaran belanja langsung dituangkan dalam bentuk program dan kegiatan, yang manfaat capaian kinerjanya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik dan keberpihakan pemerintah daerah kepada kepentingan publik. Penyusunan anggaran belanja pada setiap program dan kegiatan untuk urusan pemerintahan wajib terkait pelayanan dasar ditetapkan dengan SPM dan berpedoman pada standar teknis dan harga satuan regional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Penyusunan anggaran belanja pada setiap program dan kegiatan untuk urusan pemerintahan wajib yang tidak terkait dengan pelayanan dasar dan urusan pemerintahan pilihan berpedoman pada analisis standar belanja dan standar harga satuan regional.

(18)

Selain itu, penganggaran belanja barang dan jasa agar mengutamakan produksi dalam negeri dan melibatkan usaha mikro dan usaha kecil serta koperasi kecil tanpa mengabaikan prinsip efisiensi, persaingan sehat, kesatuan sistem dan kualitas kemampuan teknis.

2) Belanja Pegawai

Dalam rangka meningkatkan efisiensi anggaran daerah, penganggaran honorarium bagi PNSD dan Non PNSD memperhatikan asas kepatutan, kewajaran dan rasionalitas dalam pencapaian sasaran program dan kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan waktu pelaksanaan kegiatan dalam rangka mencapai target kinerja kegiatan dimaksud. Berkaitan dengan hal tersebut, pemberian honorarium bagi PNSD dan Non PNSD dibatasi dan hanya didasarkan pada pertimbangan bahwa keberadaan PNSD dan Non PNSD dalam kegiatan benar-benar memiliki peranan dan kontribusi nyata terhadap efektifitas pelaksanaan kegiatan dimaksud dengan memperhatikan pemberian Tambahan Penghasilan bagi PNSD sesuai ketentuan tersebut pada a.1).f) dan pemberian Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sesuai ketentuan tersebut pada a.1).g).

Suatu kegiatan tidak diperkenankan diuraikan hanya ke dalam jenis belanja pegawai, obyek belanja honorarium dan rincian obyek belanja honorarium PNSD dan Non PNSD. Besaran honorarium bagi PNSD dan Non PNSD dalam kegiatan ditetapkan dengan keputusan kepala daerah. 3) Belanja Barang dan Jasa

a) Pemberian jasa narasumber/tenaga ahli dalam kegiatan dianggarkan pada jenis Belanja Barang dan Jasa dengan menambahkan obyek dan rincian obyek belanja baru serta besarannya ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.

b) Penganggaran uang untuk diberikan kepada pihak ketiga/masyarakat hanya diperkenankan dalam rangka pemberian hadiah pada kegiatan yang bersifat perlombaan atau penghargaan atas suatu prestasi. Alokasi belanja tersebut dianggarkan pada jenis Belanja Barang dan Jasa sesuai kode rekening berkenaan.

c) Penganggaran belanja barang pakai habis disesuaikan dengan kebutuhan nyata yang didasarkan atas pelaksanaan tugas dan fungsi SKPD, jumlah pegawai dan volume pekerjaan serta memperhitungkan estimasi sisa persediaan barang.

d) Pengembangan pelayanan kesehatan di luar cakupan penyelenggaraan jaminan kesehatan yang disediakan oleh BPJS hanya diberikan kepada Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD. Pengembangan pelayanan kesehatan tersebut hanya berupa pelayanan

(19)

pada Rumah Sakit Umum Daerah setempat/Rumah Sakit Umum Pusat di daerah.

e) Penganggaran Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor milik pemerintah daerah dialokasikan pada masing-masing SKPD sesuai amanat Pasal 6 ayat (3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 dan besarannya sesuai dengan masing-masing peraturan daerah.

f) Pengadaan barang/jasa yang akan diserahkan kepada pihak ketiga/masyarakat pada tahun anggaran berkenaan, dianggarkan pada jenis belanja barang dan jasa dengan mempedomani Pasal 298 ayat (4) dan ayat (5) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012, serta peraturan perundang-undangan lain dibidang hibah dan bantuan sosial.

Pengadaan belanja barang/jasa yang akan diserahkan kepada pihak ketiga/masyarakat pada tahun anggaran berkenaan dimaksud dianggarkan sebesar harga beli/bangun barang/jasa yang akan diserahkan kepada pihak ketiga/masyarakat ditambah seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunan barang/jasa sampai siap diserahkan

g) Penganggaran belanja perjalanan dinas dalam rangka kunjungan kerja dan studi banding, baik perjalanan dinas dalam negeri maupun perjalanan dinas luar negeri, dilakukan secara selektif, frekuensi dan jumlah harinya dibatasi serta memperhatikan target kinerja dari perjalanan dinas dimaksud sehingga relevan dengan substansi kebijakan pemerintah daerah. Hasil kunjungan kerja dan studi banding dilaporkan sesuai peraturan perundang-undangan. Khusus penganggaran perjalanan dinas luar negeri berpedoman pada Instruksi Presiden Nomor 11 Tahun 2005 tentang Perjalanan Dinas Luar Negeri dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pedoman Perjalanan Dinas Ke Luar Negeri Bagi Pejabat/Pegawai di lingkungan Kementerian Dalam Negeri, Pemerintah Daerah, dan Pimpinan serta Anggota DPRD.

4) Belanja Modal

a) Pemerintah daerah Sulawesi Utara memprioritaskan alokasi belanja modal pada APBD untuk pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana yang terkait langsung dengan peningkatan pelayanan dasar kepada masyarakat.

b) Penganggaran untuk barang milik daerah dilakukan sesuai dengan kemampuan keuangan dan kebutuhan daerah berdasarkan prinsip

efisiensi, efektifitas, ekonomis dan transparansi dengan

mengutamakan produk-produk dalam negeri.

(20)

disusun dengan memperhatikan kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi SKPD serta ketersediaan barang milik daerah yang ada. Selanjutnya, perencanaan kebutuhan barang milik daerah merupakan salah satu dasar bagi SKPD dalam pengusulan anggaran untuk

kebutuhan barang milik daerah yang baru (new initiative) dan angka

dasar (baseline) serta penyusunan RKA-SKPD. Khusus penganggaran

untuk pembangunan gedung dan bangunan milik daerah mempedomani Peraturan Presiden Nomor 73 Tahun 2011 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara.

Selanjutnya, untuk efisiensi penggunaan anggaran, pembangunan gedung kantor baru milik pemerintah daerah tidak diperkenankan sesuai dengan Surat Menteri Keuangan Nomor S-841/MK.02/2014 tanggal 16 Desember 2014 hal Penundaan/Moratorium Pembangunan Gedung Kantor Kementerian Negara/Lembaga, kecuali penggunaan anggaran tersebut terkait langsung dengan upaya peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan publik.

c) Penganggaran pengadaan tanah untuk kepentingan umum

mempedomani Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2015 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2012 tentang Biaya Operasional dan Biaya Pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Yang Bersumber Dari APBD.

d) Penganggaran belanja modal digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan aset tetap dan aset lainnya (aset tak berwujud) yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan, digunakan dalam kegiatan pemerintahan dan

memenuhi nilai batas minimal kapitalisasi aset (capitalization

threshold).

Nilai aset tetap dan aset lainnya yang dianggarkan dalam belanja modal tersebut adalah sebesar harga beli/bangun aset ditambah seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunan aset sampai aset tersebut siap digunakan, sesuai maksud Pasal 27 ayat (7) huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, Pasal 53 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 dan Lampiran I Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) 01 dan PSAP 07, Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan serta Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 17 tentang Akuntansi Aset Tak Berwujud Berbasis Akrual.

(21)

kapitalisasi aset (capitalization threshold), dan dapat memperpanjang masa manfaat atau yang dapat memberikan manfaat ekonomi dimasa yang akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, atau peningkatan mutu produksi atau peningkatan kinerja dianggarkan dalam belanja modal sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I PSAP Nomor 7, Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 dan Pasal 53 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.

5) Surplus/Defisit APBD

a) Surplus atau defisit APBD adalah selisih antara anggaran pendapatan daerah dengan anggaran belanja daerah.

b) Dalam hal APBD diperkirakan surplus, dapat digunakan untuk pembiayaan pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo, penyertaan modal (investasi) daerah, pembentukan dana cadangan, dan/atau pemberian pinjaman kepada pemerintah pusat/pemerintah daerah lain dan/atau pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial. Pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial tersebut diwujudkan dalam bentuk program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat yang dianggarkan pada SKPD yang secara fungsional terkait dengan tugasnya melaksanakan program dan kegiatan tersebut.

c) Dalam hal APBD diperkirakan defisit, pemerintah daerah menetapkan penerimaan pembiayaan untuk menutup defisit tersebut, yang bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya, pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman, dan/atau penerimaan kembali pemberian pinjaman atau penerimaan piutang.

d) Dalam penyusunan perencanaan penganggaran dan pembahasan dalam hal ini KUA dan PPAS antara Kepala Daerah dengan DPRD pada bulan Juni-Juli terkait dengan Belanja perlu prinsip kehati-hatian

(prudential) bagi Pemerintah Daerah. Hal ini perlu dikaitkan dengan penyusunan asumsi kebijakan, pertumbuhan ekonomi dan proyeksi pendapatan serta kondisi ekonomi makro daerah, dengan wajib mempedomani penetapan batas maksimal defisit APBD yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan melaporkan posisi surplus/defisit APBD kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan setiap semester sesuai maksud Pasal 106 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 dan Pasal 57 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.

(22)

Tabel 3.4. Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Provinsi Sulawesi Utara

No TAHUN

Total belanja untuk pemenuhan kebutuhan

aparatur (Rp)

Total pengeluaran (Belanja +

Pembiayaan Pengeluaran) Prosentase (Rp)

(a) (b) (a) / (b) x100%

1 2013 466,453,608,591.00 2,065,590,874,885.00 22.58

2 2014 502,786,008,836.00 2,279,484,466,963.00 22.06

(23)

Tabel 3.5. Proporsi Realisasi Belanja Terhadap Anggaran Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Utara, 2010 2015

URAIAN 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata Rata

Pertumbuhan

BELANJA 1.137.423.444.598 1.285.864.832.396 1.771.118.335.760 2.025.590.874.885 2.229.484.466.963 2.693.083.788.018 19,20

BELANJA TIDAK LANGSUNG 632.041.038.970 626.908.175.514 860.233.283.307 921.771.690.539 1.141.016.761.807 1.409.339.275.747 18,17

Belanja Pegawai 328.811.979.819 368.886.615.819 380.581.933.699 395.525.192.657 467.712.986.916 521.408.421.930 9,80

Belanja Hibah 114.013.707.140 39.085.000.000 279.993.486.000 262.920.571.500 294.610.568.350 548.284.694.000 128,54

Belanja Bantuan Sosial 46.816.744.500 29.553.813.400 500.000.000 5.230.000.000 12.316.500.000 300.000.000 169,75

Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kab/Kota dan Pemerintahan Desa

137.100.431.295 187.539.904.485 198.156.413.252 256.177.099.086 293.834.636.812 327.901.115.304 19,60

Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kab/Kota dan Pemerintahan Desa dan Partai Politik

4.000.000.000 1.043.603.350 931.330.356 899.999.857 69.957.385.674 9.833.144.513 1.499,81

Belanja Tidak Terduga 1.298.176.216 799.238.460 70.120.000 1.018.827.439 1.586.104.055 429.250.000 241,21

Belanja Subsidi - - - - 998.580.000 1.182.650.000 1,84

BELANJA LANGSUNG 505.382.405.628 658.956.656.882 910.885.052.453 1.103.819.184.346 1.088.467.705.156 1.283.744.512.271 21,27

Belanja Pegawai 48.481.822.978 55.670.172.018 56.662.657.400 7.928.415.934 35.073.021.920 22.775.699.434 -8,77

Belanja Barang dan Jasa 292.540.520.099 369.656.152.477 503.625.676.953 645.754.383.471 546.671.365.294 503.691.768.120 16,37

(24)

Tabel 3.6. REKAPITULASI REALISASI ANGGARAN BELANJA DAERAH UNTUK KESELARASAN DAN KETERPADUAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN FUNGSI DALAM KERANGKA PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

Tahun Anggaran 2014-2015

URAIAN Tahun 2015REALISASI (Rp)Tahun 2014

PELAYANAN UMUM 1.398.757.250.018,00 1.185.732.757.558,00

Perencaaan Pembangunan 21.308.669.892,00 19.906.307.711,00

Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan

Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian 1.359.373.637.376,00 1.141.460.434.650,00

Ketahanan Pangan 11.969.755.248,00 9.288.257.406,00

Kearsipan 449.403.400,00 247.294.000,00

Komunikasi dan Informatika 5.655.784.102,00 5.206.115.185,00

Perpustakaan 9.624.348.606,00

KETERTIBAN DAN KEAMANAN 23.287.098.397,00 20.658.785.171,00

Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri 23.287.098.397,00 20.658.785.171,00

EKONOMI 265.588.325.368,00 294.146.115.410,00

Perhubungan 25.831.117.768,00 31.673.382.454,00

Tenaga Kerja 18.616.980.273,00 19.286.352.362,00

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah 11.993.197.407,00 11.503.952.015,00

Penanaman Modal 10.905.091.789,00 12.356.218.251,00

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa 14.458.509.286,00 8.867.849.505,00

Pertanian 99.799.256.111,00 107.310.015.190,00

(25)

Energi dan Sumberdaya Mineral 13.540.063.560,00 17.398.402.255,00

Kelautan dan Perikanan 31.179.277.156,00 43.333.475.831,00

Perdagangan 15.152.324.023,00 21.393.494.027,00

Perindustrian 4.195.797.402,00 2.751.877.893,00

Transmigrasi 113.553.000,00

LINGKUNGAN HIDUP 8.067.767.644,00 7.816.832.838,00

Lingkungan Hidup 8.067.767.644,00 7.816.832.838,00

PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM 598.050.663.419,00 341.587.358.937,00

Pekerjaan Umum 598.050.663.419,00 341.587.358.937,00

KESEHATAN 205.563.313.437,00 185.072.017.131,00

Kesehatan 205.563.313.437,00 185.072.017.131,00

PARIWISATA DAN BUDAYA 29.299.260.282,00 47.185.138.194,00

Kebudayaan 981.955.100,00 1.161.467.600,00

Pariwisata 28.317.305.182,00 46.023.670.594,00

PENDIDIKAN 123.167.492.030,00 109.213.865.126,00

Pendidikan 82.363.232.911,00 85.908.697.108,00

Pemuda dan Olahraga 29.670.546.147,00 23.305.168.018,00

Perpustakaan 11.133.712.972,00

PERLINDUNGAN SOSIAL 41.302.578.269,00 38.071.596.598,00

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 7.963.273.327,00 7.428.276.900,00

Sosial 33.339.304.942,00 30.643.319.698,00

(26)

Belanja daerah Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2010-2015 menunjukkan kinerja yang positif dimana pada tahun 2010 belanja daerah sejumlah 1.137.423.444.598 yang kemudian naik pada tahun 2011 menjadi sebesar 1.443.702.565.121. Pada tahun 2012, belanja mencapai 1.817.969.042.396 dan naik menjadi 2.276.652.783.917 pada tahun 2013. Pada tahun 2014 belanja mencapai 2.452.618.546.301 dan pada tahun 2015 menjadi 2.641.789.104.

Gambar 3.1. menjelaskan tentang alokasi belanja beberapa urusan wajib provinsi 2014-2015. Secara umum urusan pemerintahan umum mencakup (Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi, Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian, Ketahanan Pangan, Kearsipan, Komunikasi dan Informasi, Perpustakaan, dan Perencanaan Pembangunan) mendapatkan alokasi belanja relatif besar dibandingkan dengan urusan wajib pemerintahan provinsi lainnya. Alokasi belanja untuk pendidikan dan kesehatan 2015 sebesar 9 persen, dan relatif menurun dibandingkan dengan alokasi tahun 2014 sebesar 13,20 persen. Penurunan alokasi belanja pada bidang pendidikan dan kesehatan diikuti dengan kenaikan alokasi belanja infrastruktur (khusus kewenangan ke-PUan) menjadi 16,3 persen pada tahun 2015.

(27)

GAMBAR 3.1. ALOKASI BELANJA BEBERAPA URUSAN WAJIB PROVINSI SULUT 2014-2015 (%)

Sumber: Kajian Fiskal Regional (KFR), 2015. Kanwil Perbendaharaan Kemenkeu Sulawesi Utara

Penambahan alokasi belanja untuk meningkatkan pelayanan dasar wajib publik bidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur, perlu dilakukan. Tindakan tersebut, selain menjalankan amanat Undang Undang Pemerintahan Daerah dalam penyelenggaraan otonomi daerah, pada hakikinya untuk mewujudkan pelayanan dasar berdasarkan standar pelayanan nasional kepada masyarakat sampai ke daerah terpencil, terisolasi, kepulauan, dan perbatasan. Pelayanan dasar wajib publik yang semakin merata penyebarannya sampai menjangkau daerah-daerah pinggiran dan terpencil, dalam jangka menengah dan panjang akan dapat meningkatkan tingkat kecerdasan dan kesehatan masyarakat, serta bersamaan dapat mewujudkan kehidupan masyarakat semakin baik dan sejahtera.

(28)

GAMBAR 3.2. RATIO BELANJA PEGAWAI DAN BELANJA MODAL SULAWESI UTARA, 2015

Sumber: KFR Sulut, 2015

Data pada Tabel 3.2.5 menjelaskan proporsi alokasi untuk membiayai belanja modal lebih besar dibandingkan dengan proporsi untuk membayar gaji pegawai. Semakin besar proporsi belanja modal dan semakin kecil proporsi belanja pegawai menjelaskan arah alokasi belanja pemerintah provinsi Sulawesi Utara struktur belanja pemerintah daerah semakin baik. Proporsi alokasi belanja modal lebih besar dari alokasi belanja pegawai pada tahun 2015, dan diharapkan alokasi belanja modal semakin besar dan dapat mencapai lebih dari 30 persen total belanja pemerintah pada tahun 2019, seperti diharapkan dalam dokumen RPJMN 2015-2019.

3.1.2 Neraca Daerah

(29)

Tabel 3.7. Neraca Daerah Provinsi Sulawesi Utara per 31 Desember tahun 2014-2015

URAIAN 2014 2015

ASET

ASET LANCAR

Kas di Kas Daerah 105.779.061.331,00 289.952.169.506,00

Kas di Bendahara Penerimaan 14.164.568,00 258.646.398,00

Kas di Bendahara Pengeluaran 124.030.574,00 1.297.569.751,00

Kas di BLUD 0,00 0,00

Kas Lainnya 0,00 0,00

Setara Kas 0,00 0,00

Investasi Jangka Pendek 0,00 0,00

Piutang Pendapatan 107.438.036.756,85 77.874.572.765,00

Piutang Lainnya 226.269.700,00 7.472.461.358,00

Penyisihan Piutang (16.507.390.160,93) 0,00

Beban Dibayar Dimuka 0,00 0,00

Persediaan 8.109.778.627,68 11.941.240.396,11

(30)

INVESTASI JANGKA PANJANG

Investasi Jangka Panjang Non Permanen Investasi Jangka Panjang Kepada Entitas Lainnya

0,00 0,00

Investasi dalam Obligasi 0,00 0,00

Investasi dalam Proyek Pembangunan 0,00 0,00

Dana Bergulir 0,00 0,00

Deposito Jangka Panjang 0,00 0,00

Investasi Non Permanen Lainnya 944.147.700,00 944.147.700,00

JUMLAH Investasi Jangka Panjang Non Permanen 944.147.700,00 944.147.700,00

Investasi Jangka Panjang Permanen

Penyertaaan Modal Pemerintah Daerah 441.246.145.214,22 309.998.809.442,41

Investasi Permanen Lainnya 0,00 0,00

JUMLAH Investasi Jangka Panjang Permanen 441.246.145.214,22 309.998.809.442,41

ASET TETAP

Tanah 1.912.807.806.041,00 1.249.651.119.407,00

Peralatan Mesin 509.419.482.669,69 436.174.808.164,19

Gedung dan Bangunan 747.904.683.678,76 606.321.804.649,76

(31)

Aset Tetap Lainnya 43.286.607.827,00 20.209.128.862,22

Konstruksi Dalam Pengerjaan 123.570.678.419,00 89.004.948.226,00

Akumulasi Penyusutan (1.018.287.110.995,00) 0,00

JUMLAH ASET TETAP 3.622.360.125.023,15 3.228.299.462.220,65

DANA CADANGAN

Dana Cadangan 0,00 0,00

JUMLAH DANA CADANGAN 0,00 0,00

ASET LAINNYA

Tagihan Jangka Panjang 12.505.426.277,98 12.553.922.624,74

Kemitraan dengan Pihak Ketiga 45.613.510.000,00 45.613.510.000,00

Aset Tidak Berwujud 0,00 0,00

Aset Lain-lain 580.139.816.946,25 590.489.176.937,25

JUMLAH ASET LAINNYA 638.258.793.224,23 648.656.649.561,99

JUMLAH ASET 4.907.993.162.558,20 4.576.695.729.099,16 KEWAJIBAN

KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) 5.327.952.853,00 541.079.318,00

(32)

Bagian Lancar Utang Jangka Panjang 0,00 0,00

Pendapatan Diterima Dimuka 0,00 0,00

Utang Beban 123.613.801.997,00 0,00

Utang Jangka Pendek Lainnya 13.374.943.550.15 135.977.769,881,75

JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 142.316.698.400,15 136.518.849.199,75

KEWAJIBAN JANGKA PANJANG

Utang Dalam Negeri 0,00 0,00

Utang Jangka Panjang Lainnya 0,00 0,00

JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PANJANG 0,00 0,00

JUMLAH KEWAJIBAN 142.316.698.400,15 136.518.849.199,75

EKUITAS

EKUITAS 4.765.676.646.158,05 4.440.176.879.899,41

(33)

Tabel 3.8. Rata-Rata Pertumbuhan Neraca Daerah

No. Uraian Rata-Rata Pertumbuhan(%)

1 ASET

1.1. ASET LANCAR 9,07

1.1.1. Kas 11,20

1.1.2. Piutang 12,54

1.1.3. Persediaan 141,05

INVESTASI JANGKA PANJANG 18,35

1.2. ASET TETAP 15,08

1.2.1. Tanah 29,61

1.2.2. Peralatan dan mesin 15,22

1.2.3. Gedung dan bangunan 16,85

1.2.4. Jalan, irigasi, dan jaringan 18,59

1.2.5. Aset tetap lainnya 34,76

1.2.6. Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP) 74,57

1.3. ASET LAINNYA 155,13

1.3.1. Tagihan penjualan angsuran

-1.3.2. Tagihan tuntutan ganti kerugian daerah 78,64

1.3.3. Kemitraan dengan pihak kedua

-Kemitraan dengan pihak ketiga -0,41

1.3.4. Aset tak berwujud

-Aset Lain-lain 672,27

JUMLAH ASET DAERAH 17

2 KEWAJIBAN

2.1. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 42,10

2.1.1. Utang perhitungan pihak ketiga 178,91

2.1.2. Uang muka dari kas daerah

-2.1.3. Pendapatan diterima dimuka

-Utang Jangka Pendek Lainnya 32,69

(34)

3.1. EKUITAS DANA LANCAR 16,63

3.1.1. SILPA 30,52

3.1.2. Cadangan piutang 7,41

3.1.3. Cadangan persediaan 184,22

Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang

jangka pendek 63,40

Pendapatan yang ditangguhkan 903,97

3.2. EKUITAS DANA INVESTASI

3.2.1. Diinvestasikan dalam aset tetap 15,85

3.2.2. Diinvestasikan dalam aset lainnya 193,81

Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang 19,69

(35)

3.2. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu

3.2.1. Proporsi Penggunaan Anggaran

Proporsi penggunaan perhitungan anggaran selang 3 tahun terakhir menunjukkan bahwa penyerapan anggaran semakin baik, ditunjukkan dengan semakin berkurangnya jumlah SILPA.

Tabel 3.9 Proporsi Penggunaan Anggaran Perhitungan Anggaran

No. Uraian 2013 2014 2015

Rp % dariSiLPA Rp % dari SiLPA Rp % dariSiLPA

1 Jumlah SiLPA 247,891,387,423 290,708,659,939 100,583,941,952

2 Pelampauan penerimaan PAD 34,381,256,462 13,87 25,562,392,869 8,79

-3 Pelampauan penerimaan danaperimbangan 20,292,276,430 8,18 -

-4 Pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah - -

-5 Sisa penghematan belanja atauakibat lainnya 12,430,535,871 5,01 12,236,695,363 4,21 290,708,659,939 289

6 Kewajiban kepada pihak ketigasampai dengan akhir tahun

belum terselesaikan 34,324,708,077 13,85 53,157,359,849 18,29

(36)

-3.2.2. Analisis Pembiayaan

Pembiayaan Daerah disediakan untuk menganggarkan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Adapun pembiayaan daerah tersebut terdiri dari :

1. Penerimaan pembiayaan bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan

Anggaran Tahun Lalu; Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan; Penerimaan Pinjaman Daerah; Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman; Penerimaan Piutang Daerah dan Penerimaan Kembali Penyertaan Modal (Investasi) Daerah.

2. Pengeluaran Pembiayaan digunakan untuk Pembentukan Dana

Cadangan; Penyertaan Modal Pemerintah Daerah pada Perusahaan Daerah; Pembayaran Pokok Utang; Pemberian Pinjaman Daerah dan Sisa lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berjalan (SILPA).

Sisa pembiayaan APBD Provinsi Sulawesi utara tahun pada 2015 adalah penerimaan pembiayaan dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu Sebesar Rp. 84.011.897.091.

(37)

Tabel 3.10. Realisasi Pembiayaan Daerah Provinsi Sulawesi Utara

No Jenis Penerimaan dan PengeluaranPembiayaan Daerah Realisasi 2014JUMLAH

(Rp) Realisasi 2015(Rp)

3 4

3.1 Penerimaan Pembiayaan

3.1.1 Sisa lebih perhitungan anggarantahun sebelumnya (SILPA) 148.282.819.301 84.011.897.091 3.1.2 Pencairan Dana Cadangan

3.1.3 Hasil penjualan kekayaan daerahyang dipisahkan 3.1.4 Penerimaan Pinjaman daerah

3.1.5 Penerimaan kembali pemberianpinjaman 3.1.6 Penerimaan piutang

JUMLAH PENERIMAAN

PEMBIAYAAN 148.282.819.301 84.011.897.091

3.2 Pengeluaran pembiayaan 3.2.1 Pembentukan dana cadangan

3.2.2 penyertaan modal investasi daerah 25.000.000.000 25.000.000.000 3.2.3 Pembayaran utang pokok

3.2.4 Pemberian pinjaman daerah

3.2.5 Bantuan keuangan ke Kab/Kota utkSanitasi (hibah) JUMLAH PENGELUARAN

PEMBIAYAAN 25.000.000.000 25.000.000.000

JUMLAH PEMBIAYAAN NETTO 123.282.819.301.49 59.011.897.091 Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah

3.3. Kerangka Pendanaan

Pengelolaan keuangan daerah khususnya dalam penentuan alokasi anggaran mengalami perubahan pendekatan dari money follow function

(38)

Kebijakan keuangan daerah terdiri atas kebijakan pendapatan, kebijakan belanja daerah dan kebijakan pembiayaan. Kebijakan pendapatan diarahkan kepada ketersediaan dana yang berkelanjutan dengan jumlah yang memadai. Sehingga berbagai potensi pendapatan daerah harus teridentifikasi dan di optimalkan. Kebijakan belanja akan diarahkan bagi program dan kegiatan prioritas yang mendukung prioritas pembangunan daerah. Sedangkan kebijakan pembiayaan diarahkan untuk menutup defisit anggaran pada pos-pos pembiayaan.

3.3.1. Analisis Pengeluaran Periodik Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama

Tabel.3.11 Pengeluaran Periodik,Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Provinsi Sulawesi Utara

No Uraian Tahun 2015

A Belanja Tidak Langsung 1 Belanja Gaji

dan Tunjangan 326.389.293.345

2 Belanja Penerimaan Anggota dan Pimpinan

DPRD serta Operasional KDH/WKDH 6.445.500.000

3 Belanja Bunga

-4 Belanja bagi hasil 327.901.115.304

B Belanja Langsung

1 Belanja honorarium PNS khusus untuk

guru dan tenaga medis. 14.599.769.500 2 Belanja Beasiswa Pendidikan PNS 1.059.500.000 3 Belanja Jasa Kantor (khusus tagihan

bulanan kantor seperti listrik, air, telepon dan sejenisnya)

97.649.587.403

4 Belanja sewa gedung kantor (yang telah ada

kontrak jangka panjangnya) 5.241.340.367 5 Belanja sewa perlengkapan dan peralatan

kantor ( yang telah ada kontrak jangka panjangnya)

4.612.465.249

C Pembiayaan Pengeluaran

1 Pembentukan Dana Cadangan

-2 Pembayaran pokok utang

-TOTAL (A+B+C) 783,898,571,168

(39)

3.3.2. Proyeksi Data Masa lalu

(40)

Tabel.3.12. Proyeksi Pendapatan Daerah 2016-2021

NO JENIS PENERIMAAN Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021

PENDAPATAN 2.901.548.814.000 3.778.071.398.864 4.008.020.190.752 4.318.463.230.402 4.518.476.537.140 4.826.037.984.561 A PENDAPATAN ASLI DAERAH 1.041.115.350.000 1.114.476.631.000 1.186.318.719.000 1.260.704.163.000 1.342.287.561.000 1.429.779.635.000

I Pajak Daerah 895.736.150.000 968.673.031.000 1.034.583.719.000 1.105.614.963.000 1.182.857.761.000 1.266.912.635.000 1 Pajak Kendaraan Bermotor

(PKB) 270.318.065.000 289.537.147.000 307.777.987.000 327.168.000.000 348.106.752.000 370.733.691.000

2 Bea Balik Nama Kendaraan

Bermotor (BNN KB) 273.144.599.000 292.290.754.000 310.705.071.000 330.279.491.000 351.417.378.000 374.259.508.000

3 Pajak Bahan Bakar Kendaraan

Bermotor (PBB KB) 223.123.486.000 238.742.130.000 254.021.626.000 270.787.054.000 289.200.573.000 309.444.613.000

4 Pajak Air Permukaan (PAP) 1.250.000.000 1.250.000.000 1.275.000.000 1.300.000.000 1.325.000.000 1.350.000.000

5 Pajak Rokok 127.900.000.000 146.853.000.000 160.804.035.000 176.080.418.000 192.808.058.000 211.124.823.000 II Retribusi Daerah 56.729.200.000 57.153.600.000 57.735.000.000 58.889.200.000 59.079.800.000 60.367.000.000

III Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah Yang dipisahkan 45.000.000.000 45.000.000.000 50.000.000.000 52.000.000.000 55.000.000.000 57.000.000.000 IV Lain-Lain Pendapatan Asli

Daerah yang sah 43.650.000.000 43.650.000.000 44.000.000.000 44.200.000.000 45.350.000.000 45.500.000.000

B DANA PERIMBANGAN 1.855.433.464.000 2.658.094.767.864 2.815.701.471.752 3.050.259.067.402 3.166.188.976.140 3.380.758.349.561

I Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil

Bukan Pajak 121.662.128.000 121.662.128.000 121.662.128.000 121.662.128.000 121.662.128.000 121.662.128.000 II Dana Alokasi Umum (DAU) 1.065.545.204.000 1.814.614.570.145 1.932.559.687.299 1.991.297.866.299 2.052.972.954.299 2.196.272.403.681

III Dana Alokasi Khusus (DAK) 668.226.132.000 721.818.069.719 761.479.656.453 937.299.073.103 991.553.893.841 1.062.823.817.88 0

C LAIN-LAIN PENDAPATAN

(41)

TABEL.3.13. RANCANGAN BELANJA BAGI HASIL PAJAK PROVINSI KE KABUPATEN/KOTA SE-PROVINSI SULAWESI UTARA 2017-2021

NO JENIS PENERIMAAN 2017 2018 2019 2020 2021

A PENDAPATAN ASLI DAERAH

I PAJAK DAERAH

1 PaJak Kendaraan Bermotor (PKB) 84.255.309.777 89.563.394.217 95.205.888.000 101.299.064.832 107.883.504.081 2 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

(BBNKB) 85.056.609.414 85.056.609.414 96.111.331.881 85.056.609.414 108.909.516.828

3 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

(PBB-KB) 162.105.906.270 162.105.906.270 162.105.906.270 162.105.906.270 210.112.892.227 4 Pajak Air Permukaan (PAP) 606.250.000 618.375.000 630.500.000 642.625.000 654.750.000 5 Pajak Rokok 102.797.100.000 112.562.824.500 123.256.292.600 134.965.640.600 147.787.376.100

Gambar

Tabel 3.1. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara, 2010-2015
Tabel 3.2. REALISASI PENDAPATAN DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA
Tabel 3.3. Pertumbuhan Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Year on Year, 2010-2015
Tabel 3.4. Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diterjemahkan dalam sasaran daerah yang diturunkan dari Misi II : Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Wonogiri Melalui Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Pelatihan

1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 90 tahun 2019 yang mengharuskan perubahan penyesuaian penganggaran dan belanja di Kebumen dengan nomenklatur baru. Sumber daya

Skenario intervensi parameter model pesimis pada laju peningkatan komitmen penganggaran daerah dalam bentuk belanja program RTH diasumsikan dari 0,50 persen dari

3. Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Membangun Desa terdapat 11 kegiatan dengan realisasi anggaran belanja langsung pada program ini

Merupakan data-data yang diperoleh langsung untuk mengetahui bagaimana penerapan prinsip GCG dalam dunia perbankan, manfaat yang dirasakan jika menerapkan prinsip GCG,

pelaku ekonomi daerah. f) Masih rendahnya daya saing produk yang dihasilkan oleh masyarakat. g) Belum terwujudnya swasembada pangan dalam upaya peningkatan. ketahanan

Bahwa dalam rangka memberikan arah dan tujuan dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah sesuai dengan visi, misi Kepala Daerah sebagaimana amanat

bahwa dalam rangka mendorong peningkatan kinerja Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan untuk penyesuaian penganggaran dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah