• Tidak ada hasil yang ditemukan

RPJMD (2016-2021) – BAPPEDA SULUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RPJMD (2016-2021) – BAPPEDA SULUT"

Copied!
363
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1. Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah

Provinsi Sulawesi Utara terletak di wilayah paling utara pulau Sulawesi, dan dikenal sebagai provinsi kepulauan. Ahli geologi Indonesia yang merumuskan geomorfologi Pulau Sulawesi sebagaimana dikutip oleh Tazrief Landoala (2013) menjelaskan bahwa secara geologi, pulau Sulawesi merupakan wilayah yang geologinya sangat komplek, karena merupakan perpaduan antara dua rangkaian orogen yaitu Busur kepulauan Asia timur dan sistem pegunungan sunda. Geomorfologi Pulau Sulawesi terjadi akibat tabrakan dua pulau (Sulawesi bagian Timur dan Sulawesi bagian Barat) antara 19 sampai 13 juta tahun yang lalu, terdorong oleh tabrakan antara lempeng benua yang merupakan fundasi Sulawesi Timur bersama Pulau-Pulau Banggai dan Sula, yang pada gilirannya merupakan bagian dari lempeng Australia, dengan Sulawesi Barat yang selempeng dengan pulau-pulau Kalimantan, Jawa dan Sumatra, Sulawesi menjadi salah satu wilayah geologis paling rumit di dunia.

Sederhananya boleh dikata bahwa busur Sulawesi Barat lebih vulkanis, dengan banyak gunung berapi aktif di Sulawesi Utara dan vulkan mati di Sulawesi Selatan. Sedangkan busur Sulawesi Timur, tidak ada sisa-sisa vulkanisme, tapi lebih kaya mineral. Sumber-sumber minyak dan gas bumi dari zaman Tertiary tersebar di kedua busur itu, terutama di Teluk Tomini, Teluk Tolo, Teluk Bone, serta di Selat Makassar. Perbedaan geomorfologi kedua pulau yang bertabrakan secara dahsyat itu menciptakan topografi yang bergunung-gunung, di mana satu barisan gunung segera diikuti barisan gunung lain, yang tiba-tiba dipotong secara hampir tegak lurus oleh barisan gunung lain. Hal ini kurang lebih seperti kalau taplak meja disorong dari beberapa sudut dan arah sekaligus. Makanya jarang dijumpai pemandangan seperti di Jawa, Sumatera, atau Kalimantan, di mana gunung-gunung seperti kerucut dikelilingi areal persawahan atau hutan sejauh mata memandang. Kecuali di Sulawesi Selatan (itupun di selatan Kabupaten Enrekang), tidak ditemukan hamparan tanah pertanian yang rata sebagaimana yang ada di wilayah ini.

(2)

benteng alam dari kelompok induknya, dan lewat waktu puluhan atau ratusan tahun, mengembangkan bahasa sendiri.

Provinsi Sulawesi Utara dengan Ibukota Manado terletak pada 0°15 5°34 Lintang Utara dan 123°07-27°10 Bujur Timur. Selanjutnya peta Provinsi Sulawesi Utara dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Peta Provinsi Sulawesi Utara, 2015

Sumber: Bappeda Provinsi Sulawesi Utara, 2016

(3)

Provinsi Sulawesi Utara memiliki tiga kabupaten kepulauan yang letaknya berbatasan langsung dengan wilayah Negara Republik Filipina, yaitu Kabupaten Kepualuan Talaud, Kabupaten kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Siau, Tagulandang Biaro.

2.1.1.1. Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Provinsi Sulawesi Utara mempunyai batas-batas:

Utara : Laut Sulawesi, Republik Filipina, dan Lautan Pasifik Timur : Laut Maluku

Selatan : Teluk Tomini Barat : Provinsi Gorontalo

Wilayah Sulawesi Utara seluas 15.376,99 Km2, dengan luas laut (ZEE) 190.000 Km2. Luas Perairan territorial 161.540 Km2, . Panjang garis pantai 2.395,99 Km2 dengan Luas Hutan Mangrove 12036,29 HA. Terdapat 287 Pulau (59 berpenghuni, 228 kosong).

Kabupaten Bolaang Mongondow sebagai kabupaten terluas, yaitu 3.547,49 km2 atau 23,22%. Luas wilayah hanya sebesar 0,72% dari luas wilayah Indonesia. Jumlah pulau sebanyak 286 pulau. Jumlah desa yang terletak di daerah pesisir sebanyak 627 desa dan bukan wilayah pesisir jumlahnya sebanyak 867 desa.

2.1.1.2. Letak dan Kondisi Geografis

Sulawesi Utara memiliki posisi strategis karena berhadapan langsung dengan kawasan Asia Timur (Cina, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, ASEAN) dan Pasifik yang menjadi pusat perdagangan dan pertumbuhan ekonomi regional. Kondisi ini menciptakan iklim yang menarik bagi para wisatawan, pelaku bisnis, dan para investor domestik dan internasional untuk berkunjung di Sulawesi Utara.

Gambar 2.2.

Peta Posisi Provinsi Sulawesi Utara Sebagai Gerbang Utara Indonesia

Sumber: Bappeda Prov. Sulut 2015.

Posisi semenanjung wilayah Sulawesi Utara yang terletak di tepian Samudra Pasifik, diapit oleh 2 (dua) Alur Laut Kepulauan Indonesia

(4)

(ALKI II) yang melewati Selat Makassar antara Pulau Kalimantan dan Pulau Sulawesi, dan ALKI III yang melewati Laut Maluku antara Pulau Sulawesi dan Kepulauan Maluku Utara dan Maluku. Posisi strategis ini menciptakan keunikan dan keunggulan khusus bagi Sulawesi Utara karena sangat dekat dengan pasar Asia Timur dan Pasifik.

Tabel 2.1. Perbandingan Jarak Antara Pelabuhan Bitung Terhadap Pelabuhan Negara Tujuan, 2015

PELABUHAN

3.526 3.365 4.142 4.408 3.429 9.574

Bitung Direct (Mil Laut)

1.346 1.423 1.901 2.113 2.220 6.651

Beda Jarak (Mil Laut)

2.180 1.942 2.241 2.295 1.209 2.923

Beda Jam (Jam) 346,46 336,11 349,11 351,46 364,24 378,76 Beda Hari (Hari) 14,44 14,00 14,55 14,64 15,18 15,78

Sumber: Badan Pengelola (BP KAPET) Manado-Bitung, 2015.

Catatan: Asumsi kecepatan Kapal Ocean going 23 knot. Asumsi kecepatan kapal feeder domestik 10 knot. Waktu transit tiga hari pada setiap pelabuhan (Priok dan Singapura).

Posisi strategis dan keunggulan pelabuhan Bitung di kawasan Pasifik (pada Tabel 2.1) memperlihatkan ada perbedaan dari aspek jarak, jam, hari, dan biaya antara pelabuhan Bitung dibandingkan dengan Pelabuhan Tanjung Priok dan Singapura untuk pelabuhan tujuan Kaohsiung (Taiwan), Hongkong, Shanghai, Busan (Korsel), Tokyo, dan Los Angeles. Dilihat dari aspek jarak dan waktu, pelabuhan Bitung jauh lebih dekat dan lebih pendek waktunya untuk akses ke beberapa pelabuhan utama di Asia Timur dan Pasifik. Demikian juga dilihat dari aspek biaya kapal, jauh lebih murah dari pelabuhan Bitung dibandingkan dari pelabuhan Tanjung Priok dan Singapura. Jadi pelabuhan Bitung jauh lebih efisien untuk menjangkau beberapa pelabuhan utama di Asia Timur dan Pasifik. Sulawesi Utara memiliki jaringan logistik laut dari pelabuhan Bitung yang efisien untuk menjangkau pasar dikawasan Pasifik dan Asia Timur, dapat meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global dengan pelayaran langsung dari pelabuhan Bitung ke pelabuhan luar wilayah Indonesia. Walaupun sampai saat ini, pelayaran dari pelabuhan Bitung ke negara tujuan ekspor masih dalam bentuk tidak terjadwal.

(5)

Bitung, disebabkan oleh terbatasnya ketersediaan Ocean Going Container, Main Line Operator (MLO), dan kemampuan PT. Pelindo IV untuk membangun pelayaran langsung internasional dari Bitung. Umumnya yang menggunakan jasa pelayaran langsung ke Singapura adalah exportir kelas menengah dan kecil. Biaya pengiriman per kontainer bisa lebih murah antara US$250-US$300, dibandingkan dengan pengiriman melalui Jakarta atau Surabaya. Untuk memudahkan perusahaan pelayaran Swire beroperasi di pelabuhan Bitung, PT. Pelindo memberikan keringanan untuk pembayaran sewa container yard. Hanya saja insentif ini tidak berlangsung lama, hanya sekitar sekitar 3 bulan. Insentif yang diberikan tidak sebanding dengan biaya untuk mereposisi ocean going container dari Singapura ke Bitung. Pelayaran langsung ini akhirnya hanya berlangsung kurang dari 3 tahun, disebabkan pelayanan dan insentif yang diberikan pelabuhan Bitung kalah bersaing dengan pelabuhan Madang (PNG), dimana jalur pelayaran ini berawal dari Madang-Bitung-Singapura. Selain diberikan insentif yang memadai, jumlah kontainer berkembang semakin pesat dan ruang kosong yang tersedia dalam kapal semakin berkurang untuk menampung kontainer yang dimuat dari pelabuhan Bitung.

Gambar 2.3.

Peta Jaringan Pelayaran dan Rencana Kedepan Dari dan Ke Bitung

Sumber: Bappeda Prov. Sulut, 2016

(6)

Di Era Pasifik, Sulawesi Utara dan beberapa provinsi di Kawasan Timur bagian utara bukan lagi berada di wilayah pinggiran (periphery) tetapi kawasan timur bagian utara Indonesia berada di centrum peredaran perdagangan dunia dan pertumbuhan ekonomi dunia, ketika peta Indonesia diperluas pada peta dunia. Peluang ini membuktikan bahwa Sulawesi Utara Sebagai Pintu Gerbang Indonesia ke Asia Timur dan Pasifik bukan sebuah impian, melainkan sebuah solusi bagi Pemerintah Daerah dan masyarakat Sulawesi Utara pada khususnya dan Indonesia pada umumnya seperti yang telah diprediksi Dr. Sam Ratulangi (1936). Peningkatan peran aktif dalam perdagangan dunia, oleh Pemerintah Daerah Sulawesi Utara secara langsung maupun tidak langsung melalui kerjasama regional yang terintegrasi dan terpadu seperti BIMP-EAGA, ASEAN, EAST ASIA, dan APEC perlu dioptimalkan, terlebih pada tahun 2015 era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah dimulai. Singkatnya, Sulawesi Utara berada pada posisi sangat strategis untuk mengoptimalkan perdagangan bebas di kawasan Asia Timur dan Pasifik.

2.1.1.3. Topografi a. Gunung-gunung

Sebagian besar wilayah dataran Sulawesi Utara terdiri dari pegunungan dan bukit-bukit diselingi oleh lembah yang membentuk dataran. Gunung-gunung terletak berantai dengan ketinggian di atas 1000m dari permukaan laut. Beberapa gunung di Sulawesi Utara yaitu, Gunung Klabat (1895m), Gunung Lokon (1579m), Gunung Mahawu (1331m), Gunung Soputan (1789m), Gunung Dua Saudara (1468m) (wilayah Bitung), Gunung Awu (1784m), Gunung Ruang (1245m), Gunung Karangetan (1320m), Gunung Dalage (1165m), Gunung Ambang (1689m), Gunung Gambula (1954m), dan Gunung Batu-Balawan (1970m).

b. Dataran Rendah dan Dataran Tinggi

(7)

2.1.1.4. Geologi

Kekayaan geologi yang sangat unik di miliki Provinsi Sulawesi Utara terjadi akibat keberadaan tumbukan antara 2 (dua) island arc

(Sangihe dan Halmahera) yang menumpang diatas lempeng laut Maluku, sementara di tempat-tempat lain dibagian dunia ini: lempeng benua bertumbukan dengan lempeng samudera. Hal ini menjadikan Sulawesi Utara memiliki keunggulan geologi yang unik untuk dijadikan dayatarik wisata tetapi juga sebagai pusat studi keilmu-bumian dibandingkan dengan daerah lainnya. Berdasarkan Peta Geologi Bersistem Indonesia (1:250.000) yang diterbitkan oleh Puslitbang Geologi (1994) sebagaimana dikutip dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Utara, struktur geologi di wilayah Propinsi Sulawesi Utara terdiri dari formasi-formasi sebagai berikut :

1) Qal (Aluvium) : zona derajat kekuatan geologi teknik sangat rendah dibentuk oleh endapan alluvium (Qal) berupa lanau pasiran dan endapan pantai, bongkah, kerakal, kerikil, pasir dan lumpur. Satuan ini pada umumnya menempati pesisir pantai seperti di Nanasi, Boyongpante, Sidate dan Tawaang. Di daerah sepanjang pantai utara Bolaang Mongondow seperti Boroko, Bolangitang, Biontong, Batulintik, Lolak dan Lolan umumnya berupa alluvium dan endapan pantai. Di Kota Manado zona ini terdapat di Pantai Tumumpa dan di pantai bagian utara Manado yang berhubungan dengan pantai di Kecamatan Wori (Kabupaten Minahasa Utara).

2) Qs (Endapan Danau dan Sungai) : Pada zona derajat kekuatan geologi teknik rendah dibentuk dari endapan sungai (Qs) terdapat di daerah sepanjang sungai (DAS) Tondano dari Kairagi sampai ke muara, daerah pesisir Likupang dan pesisir Tanawangko-Tumpaan. 3) Ql (Batu gamping Terumbu Koral) : Batu gamping terumbu koral,

kebanyakan terdapat di antara daerah pasang naik dan pasang surut. Di barat Amurang dan di Pulau Siladen, batuan ini telah sedikit terangkat.

4) Qv (Batuan Gunungapi Muda): Lava, Bom, Lapili dan Abu; membentuk gunung api strato muda, antara lain, G. Soputan, G. Mahawu, G. Lokon, G. Klabat, G. Tangkoko; Lava yang dikeluarkan oleh G. Soputan dan G. Lokon terutama berkomposisi basal, sedangkan G. Mahawu dan G. Tangkoko berkomposisi andesit. Satuan ini paling banyak terdapat di daerah Minahasa dan Bitung. 5) Qtv (Tufa Tondano): Klastika kasar gunung api, yang terutama

berkomposisi andesit, tersusun dari komponen menyudut hingga menyudut tanggung, tercirikan oleh banyak pecahan batu apung; batu apung lapili, breksi, ignimbrite sangat padat, berstruktur aliran. Satuan ini membentuk punggungan yang menggelombang rendah, tersebar paling banyak di daerah Manado, sekitar jalur jalan

Tanahwangko Amurang, daerah sekitar G. Lolombulan di

Kecamatan Tenga dan Sinonsayang.

(8)

dan Paslaten, satuan ini juga membentuk punggungan menggelombang rendah. Endapan piroklastika ini diperkirakan berasal dari dan terjadi sebagai hasil letusan hebat pada waktu pembentukan Kaldera Tondano.

7) Tps (Breksi dan Batupasir): Terutama breksi-konglomerat kasar, berselingan dengan batu pasir halus hingga kasar (grewak), batalanau dan lempung berwarna kelabu kecoklatan. Breksi berkomposisi andesit piroksen terdapat di P. Nain Besar dan P. Nain Kecil, dan P. Talise. Di P. Bangka terdapat batuan klastika yang sangat lapuk, yang oleh Koperbeg (1928) disebut batu pasir berbesi . Satuan ini juga banyak terdapat di daerah Likupang Barat dan Likupang Timur (sekitar G. Tamba).

8) Tmv/Tmvl (Batuan Gunungapi): Terutama terdiri dari breksi, lava dan tuf. Aliran lava pada umumnya berkomposisi andesit sampai basal. Mineralisasi termasuk emas dan perak terdapat dalam urat kuarsa di sungai dekat Paslaten. Di Pulau Lembeh satuan ini tersusun dari aliran lava dan breksi yang berkomposisi andesit; di Papusungan telah termineralisasikan dan mengandung mineral pirit. Pulau Lembeh dengan bentuknya hampir setengah lingkaran, diperkirakan oleh Verbeek (1908) sebagai bagian dari kawah tua. Di daerah Bolaang Mongondow terletak di daerah G. Ulutalogon G. Bumbungan.

9) Tms (Batuan Sedimen): Batu pasir kasar, grewak, batu gamping napalan, dan batu gamping. Batu pasirnya tersusun terutama dari butiran andesit dan setempat bersifat gampingan. Singkapan lapisan batu pasir napalan dan batu pasir kelabu di Tanjung Flesko miring ke arah utara sekitar 15o-20o. Satuan ini dikolerasikan dengan batu

pasir tufaan yang berumur Miosen awal hingga Miosen Akhir di dalam lembar Kotamobagu (Apandi 1977).

10) Ttv (batuan Gunungapi): Lava, aglomerat dan breksi. Lava, kelabu dan hijau, bersifat andesit, basal dan diabas; kebanyakan terpecahkan amigdaloid. Aglomerat dan breksi, tersusun daripada pecahan andesit, sebagian terkersikkan dan mengandung pirit. Breksinya mengandung sisipan batu pasir hijau tua, rijang, batupasir kwarsa dan batu gamping. Satuan ini mempunyai hubungan jari-jemari dengan batuan sedimen Formasi Tinombo (Tts). Di daerah Bolaang Mongondow, satuan ini menyusun Pegunungan Buludawa dan juga terdapat di daerah Bintauna.

11) Gr, tr (Batuan Terobosan): Terutama terdiri dari granit (gr) dan setempat-setempat terjadi pula trakit (tr); mungkin terjadi dalam beberapa kala. Di beberapa tempat sekitar kontak batuan terobosan mineralisasi terjadi dan terlihat mineral-mineral pirit dan kalkopirit. Batuan terobosan ini menerobos batuan yang lebih tua Tts dan Tms. 12) Tts (Formasi Tinombo Ahlburg 1913): Serpih dan batu pasir dengan

sisipan batu gamping dan rijang. Serpih kelabu dan merah, getas sebagian gampingan; rijangnya mengandung radiolarian. Batu pasir, grawake dan kwarsa, kelabu dan hijau, pejal, berbutir halus sampai sedang, sebagian mengandung pirit. Satuan batuan ini diterobos oleh granit, dan trakit, seperti yang terdapat di Bolangitang dan Kaidipang. Dengan batuan gunung api (Ttv) satuan ini mempunyai

(9)

13) Qa ( Aluvium) : Kerakal, kerikil, pasir dan lanau asal gunung api, lempung, lumpur dan kepingan koral. Aluvium merupakan endapan sungai, rawa dan pantai. Dataran alluvium yang luas terdapat di Tabukan Utara.

14) Qhav (Batuan Gunung Api Awu) : Aglomerat, lava, tuf, timbunan awan panas, endapan jatuhan dan lahar. Batuan dihasilkan oleh gunung api Awu di P. Sangihe yang letusannya berjenis St. Vincent dan Vulkano. Lava bersusun andesit. Endapan awan panas meliputi daerah sekitar kawah, lembah dan beberapa pantai seperti Mitung dan Bahu. Daerah laharan meliputi lembah-lembah Laine, Kalekuba, Muade, Beha, Patung , Tonggenaha, Apendakile, Biwai, Bunahe, Pato, Sura, Maselihe, Sarukadel, Melebuhi-Akembala dan Kolongan. Formasi geologi lainnya yang terdapat di Kabupaten Kepulauan

Sangihe-Sitaro dan Talaud adalah Qhkv batuan gunug api

Karangetang,Qhrv batuan gunung api ruang, Qppformasi Pintareng,

Qtsv batuan gunung api Sahendaruman, Qtkv batuan gunung api

Kalama, QTtv batuan gunung api Tamata, QTmv batuan gunung api

Malingge, Qti batuan terobosan, Tpbv batuan gunung api Bukide,

danTnbvbatuan gunung api Biaro.

Dengan mengetahui sifat sifat dan ciri tanah pada masing-masing kelompok tanah (kelas tanah) sehingga memudahkan pengguna tanah untuk mengelola tanah tersebut agar dapat berproduksi secara optimal. Dalam hal ini peruntukan sumber daya tanah dapat dievaluasi.

2.1.1.5. Hidrologi

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2004, Sumber Daya Air adalah air, sumber air dan daya air yang terkandung di dalamnya. Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas ataupun di bawah permukaan tanah, air tanah, air hujan dan air laut yang berada di darat. Sedangkan air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah, dan air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau butiran di bawah permukaan tanah.

(10)

Berpedoman pada ekosistem DAS, maka Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat dibagi menjadi:

(1). Sub sistem DAS bagian hulu (Upland watershed),

(2). Sub sistem DAS bagian tengah (Midland watershed) dan (3). Sub sistem DAS bagian hilir / pantai (Lowland watershed).

Tabel 2.2. Luas SWP DAS Provinsi Sulawesi Utara

No. SWP DAS Ha %

1 Buyat 87909 6.18

2 Dumoga Mongondow 204736 14.39

3 Essang 79737 5.60

4 Kep.Nanusa 3954 0.28

5 Kep.Nusa Tabukan 1205 0.08

6 Kep.Tatoareng 2200 0.15

7 Likupang 97951 6.88

8 Mahena 50852 3.57

9 Molibagu 116167 8.16

10 P.Biaro Ds 2726 0.19

11 P.Bunakan Ds 4891 0.34

12 P.Kabaruan 10940 0.77

13 P.Lembeh 5767 0.41

14 P.Lirung 11272 0.79

15 P.Siau Ds 13905 0.98

16 P.Tagulandang Ds 7897 0.55

17 P.Talise Ds 7476 0.53

18 Poigar 81520 5.73

19 Ranoyapo 87154 6.12

20 Ratahan Pantai 98754 6.94

21 Sangkub Langi 287019 20.17

22 Tondano 54124 3.80

23 Tumpaan 104891 7.37

J u m l a h 1423047 100.00

Sumber: RTRW Prov. Sulut, 2014

(11)

melimpahnya air pada musim hujan, dan sebaliknya sangat minimumnya air pada musim kemarau.

Wilayah Provinsi Sulawesi Utara terdiri dari 23 Satuan Wilayah Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (SWP DAS) yang terbagi dalam 66 SWP SUBDAS- dengan luas 1.423.047 ha. SWP DAS berperan dalam tata hidroorologis wilayah, yaitu dalam hal pasokan air pengaturan secara alamiah yang mampu mengendalikan aliran air dan penyediaan air dalam bentuk reservoir alami. Bencana alam dalam bentuk banjir dan tanah longsor di musim hujan dan kekeringan sungai, anak sungai serta pendangkalan danau yang melanda Sulawesi Utara adalah indikasi sangat diperlukannya penanganan yang terencana, sistematis dan berkelanjutan di wilayah SWP DAS. SWP DAS terluas di Sulawesi Utara adalah Sangkub Langi yang diikuti Dumoga Mongondow, Molibagu, Tumpaan, Ratahan Pantai, Likupang, Ranoyapo, Poigar, Esang, Tondano, Mahena dan seterusnya. Perhatian terhadap lingkungan SWP DAS sangat berperan dalam menunjang pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Harmonisasi pembangunan dan lingkungan harus dijamin kelangsungannya secara berkelanjutan. Perencanaan tata ruang wilayah, dengan demikian perlu menganalisis penataan ruang yang optimal antara kawasan lindung dan kawasan budidaya secara jangka panjang.

Nilai tingkat kualitas suatu DAS atau sub DAS dapat diukur dari dua parameter yaitu tingkat erosi dan fluktuasi debit sungai yang mengalir dalam beberapa kondisi curah hujan yang berbeda. Kandungan lumpur yang terbawa oleh aliran sungai berasal dari daerah aliran sungai yang mengalami proses erosi. Dengan demikian, kualitas lahan akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas sumber daya air.

Provinsi Sulawesi Utara memiliki enam belas Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Tondano, DAS Kosibidan, DAS Sangkup, DAS Ranoyapo, DAS Pororosen, DAS Poigar, DAS Ongkak Mongondow, DAS Nuangan, DAS Ranowangko/Nimangan, DAS Likupang, DAS Buyat, DAS Bolangitang, DAS Ayong, DAS Andegile, DAS Dumoga dan DAS Bone (berdasarkan Peta Pembagian DAS Sulawesi Utara). Berdasarkan Keputusan Presiden No.12 Tahun 2012 tentang Pembagian Wilayah Sungai, Provinsi Sulawesi Utara terbagi atas 3 (tiga) Wilayah Sungai yang menjadi kewenangan Balai Wilayah Sungai Sulawesi 1 adalah:

1) Wilayah Sungai Tondano-Sangihe-Talaud-Miangas (Wilayah Sungai Strategis Nasional);

2) Wilayah Sungai Dumoga Sangkub (Wilayah Sungai Lintas Propinsi); dan

(12)

Keadaan sumber daya air di Provinsi Sulawesi Utara dipengaruhi oleh air permukaan atau sungai-sungai yang mengalir. Terdapat sungai-sungai besar diwilayah ini yaitu antara lain Sungai Talawaan, Sungai Tondano, Sungai Ranowangko, Sungai Ranoyapo, Sungai Poigar, Ongkak Mongondow, dan Sungai Sangkup. Sungai sungaii tersebut sampai saat ini belum ditetapkan kawasan sempadannya. Bersamaan dengan pemanfaatan sumberdaya air permukaan/sungai, maka di Provinsi Sulawesi Utara telah dilakukan pengembangan wilayah sungai (PWS) seiring dengan pengembangan daerah irigasi pada 12 (dua belas) lokasi yang tersebar di empat kabupaten yang ada dengan luas total 66.902 ha (BAPPEDA Provinsi SULUT, 2014).

Di antara kedua belas lokasi tersebut, PWS Dumoga-Mongondow di Kabupaten Bolaang Dumoga-Mongondow merupakan salah satu PWS terbesar yang telah dikembangkan. Sebagai prasarana penunjang bagi kegiatan budidaya pertanian tanaman pangan lahan basah atau persawahan, maka pengembangan sistem irigasi pada dasarnya mengikuti potensi pengembangan/perluasan daerah persawahan. Proyek-proyek irigasi yang relatif besar ada di daerah irigasi Kasinggolan-Toraut, daerah irigasi Dumoga, daerah irigasi Sangkup, daerah irigasi Ayong-Bolangat dan daerah Irigasi Lolak. Danau-danau di Sulawesi Utara secara potensial mempunyai nilai ekonomi bagi pengembangan bidang-bidang kepariwisataan, pengairan, dan energi. Danau-danau tersebut adalah Danau Tondano luas 4.278Ha di Kabupaten Minahasa, Danau Moat seluas 617ha di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Pada umumnya sungai-sungai dimanfaatkan untuk berbagai keperluan antara lain irigasi, sumber tenaga listrik, dan sumber air minum. Sungai-sungai tersebut terletak di Kabupaten Minahasa yaitu: Sungai Tondano (40Km), Sungai Poigar (54,2Km), Sungai Ranoyapo (51,9Km), Sungai Talawaan (34,8Km). Sungai besar lainnya terdapat di daerah Kabupaten Bolaang Mongondow yaitu Sungai Dumoga (87,2Km), Sungai Sangkup (53,6Km), Sungai Ongkaw (42,1Km), dan lainnya.

2.1.1.6. Klimatologi

Data yang diperoleh di stasiun Klimatologi Kayuwatu tahun 2015 ini menngunakan metode yang digunakan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika dalam memprediksi cuaca jangka pendek maupun cuaca jangka panjang. Analisis yang digunakan adalah analisis radar, analisis satelit, analisis perbedaan tekanan, analisis pola angin (streamline) dan masih banyak lagi. Metode-metode tersebut umumnya masih terpusat pada data di permukaan, sementara analisis distribusi lapisan atas masih jarang digunakan.

(13)

vertikal. Pola distribusi terbentuk berdasarkan garis yang menghubungkan nilai-nilai yang sama pada setiap parameter cuaca. Analisis udara atas sangat penting dalam memprediksi cuaca harian atau prediksi jangka pendek. Manfaat mengetahui pola distribusi unsur-unsur cuaca adalah untuk mempelajari pola penyebaran unsur-unsur cuaca di lapisan atas atmosfer pada saat terjadinya hujan dan juga pada saat tidak hujan.

Tabel 2.3 Keadaan Curah Hujan di Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara 2011-2015.

Curah Hujan 2011 2012 2013 2014 2015

Januari/January 387 332,2 312 527 721

Pebruari/Pebruary 213 398,5 267 490 262

Maret/March 105 485,7 540 107 176

April/April 430 340,3 302 362 101

Mei/May 587 308,0 246 318 302

Juni/June 259 214,9 163 116 254

Juli/July 194 31,3 204 350 48

Agustus/August 424 86,0 63 327 133

September/September 243 113,0 68 161 89

Oktober/October 251 136,0 119 201 59

Nopember/November 281 412,9 412 309 249

Desember/December 589 476,1 442 452 961

RATA-RATA/AVERAGE

330,3 277,9 262 310 279,6

Sumber : Stasiun Klimatologi Kayuwatu Manado, 2015.

Keadaan cuaca atau suhu di Sulawesi Utara sangat vital fungsi dan perannya dalam aktifitas kehidupan masyarakat dan pembangunan daerah. Cuaca berkaitan dengan aktivitas manusia sehari-hari, baik secara langsung maupun tidak langsung. Misalnya, penerbangan pesawat yang tertunda karena adanya hujan deras atau adanya badai guntur dan lain-lain. Hal ini menjadi menarik kerena manusia tidak mempunyai kontrol atas cuaca. Diperlukan informasi cuaca yang akurat agar dapat meminimalisir efek negatif cuaca seperti kecelakaan pesawat terbang, korban jiwa dan materi karena banjir dan sebagainya.

(14)

Tabel dibawah ini menggambarkan keadaan suhu di Manado yang datanya diambil dari Stasiun Klimatologi Kayuwatu Manado.

Tabel 2.4. Keadaan Suhu per bulan Provinsi Sulawesi Utara 2011-2015.

BULAN 2011 2012 2013 2014 2015

Januari/January 25,6 25,3 25,6 25,6 25,9

Pebruari/Pebruary 25,9 25,7 25,8 25,7 25,4

Maret/March 26,4 25,5 25,8 26,6 26,0

April/April 26,5 26,2 25,9 26,3 26,8

Mei/May 26,6 26,7 26,9 26,8 26,3

Juni/June 26,6 26,8 27,1 27,3 26,9

Juli/July 26,4 27,3 26,6 26,2 27,7

Agustus/August 26,3 27,6 27,6 26,7 27,0

September/September 26,5 26,6 27,6 26,9 27,1

Oktober/October 26,6 26,6 27,1 26,7 27,6

Nopember/November 25,9 25,9 26,0 25,9 26,4

Desember/December 25,7 25,7 25,8 26,0 26,1

Rata-Rata/Average 26,3 26,1 26,5 26,4 26,6

Keadaan suhu di provinsi Sulawesi Utara menunjukkan tipe iklim tropis yang sangat khas dimana wilayah ini memiliki iklim khatulistiwa panas-lembab dengan sub iklim angin musim. Iklim

panas-lembab menjadi ciri khas daerah yang berada di garis khatulistiwa atau pada tempat yang berada pada koordinat 15 LU dan 15 LS. Pada tipe iklim ini terdapat sedikit hujan sepanjang tahun dengan variasi musim hanya ditunjukkan oleh sedikit atau banyaknya hujan. Suhu udara di Provinsi Sulawesi Utara (Suhu Udara Kering) pada bayangan maksimum rata-rata di siang hari 26 derajat sampai 32 derajat. Pada malam hari, suhu minimum rata-rata bervariasi dari 21-27 derajat Celsius. Rentang suhu udara sehari-hari dan tahunan sangat kecil.

(15)

Apabila ditinjau dari keadaan geografi Provinsi Sulawesi Utara dari aspek jumlah curah hujan, wilayah ini dikategorikan memiliki iklim hutan hujan tropis. Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter. Intensitas hujan adalah banyaknya curah hujan persatuan jangka waktu tertentu. Apabila dikatakan intensitasnya besar berarti hujan lebat dan kondisi ini sangat berbahaya karena berdampak dapat menimbulkan banjir, longsor dan efek negatif terhadap tanaman. Tabel dibawah ini menggambarkan curah hujan satu dasawarsa sejak tahun 2003 sampai tahun 2013 di Provinsi Sulawesi Utara.

Hujan merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Presipitasi sendiri dapat berwujud padat (misalnya salju dan hujan es) atau aerosol (seperti embun dan kabut). Hujan terbentuk apabila titik air yang terpisah jatuh ke bumi dari awan. Tidak semua air hujan sampai ke permukaan bumi karena sebagian menguap ketika jatuh melalui udara kering. Hujan jenis ini disebut sebagai virga. Intensitas curah hujan adalah jumlah curah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan waktu, yang terjadi pada satu kurun waktu air hujan terkonsentrasi.

Jika diperhatikan grafik curah hujan selama 5 tahun terakhir yaitu pada tahun 2011 sampai tahun 2015, terlihat bahwa pada bulan Februari tahun 2006 terjadi anomali cuaca dimana rata-rata hujan yang biasanya hanya mencapai 300 mm. Besarnya intensitas curah hujan berbeda-beda tergantung dari lamanya curah hujan dan frekuensi kejadiannya. Intensitas curah hujan yang tinggi pada umumnya berlangsung dengan durasi pendek dan meliputi daerah yang tidak luas. Hujan yang meliputi daerah luas, jarang sekali dengan intensitas tinggi, tetapi dapat berlangsung dengan durasi cukup panjang. Kombinasi dari intensitas hujan yang tinggi dengan durasi panjang jarang terjadi, tetapi apabila terjadi berarti sejumlah besar volume air bagaikan ditumpahkan dari langit. Adapun jenis-jenis hujan berdasarkan besarnya curah hujan (definisi BMKG), diantaranya yaitu hujan kecil antara 0 21 mm per hari, hujan sedang antara 21 50 mm per hari dan hujan besar atau lebat di atas 50 mm per hari.

(16)

seperti daerah Kota Tomohon, Langowan di Kabupaten Minahasa, Modoinding di Kabupaten Minahasa Selatan, Modayag di Kota Kotamobagu, dan Pasi di Kabupaten Bolaang Mongondow. Daerah yang paling banyak menerima curah hujan adalah Kabupaten Minahasa. Suhu udara rata 25°C. Suhu udara maksimum rata-rata tercatat 30°C dan suhu udara minimum rata-rata-rata-rata 22,1°C dan kelembaban udara tercatat 73,4%.

2.1.1.7. Penggunaan Lahan a. Kawasan Lindung

Kawasan lindung wilayah provinsi Sulawesi Utara dalam Rencana Tata Ruang Wilayah seluas 701.855 Ha, meliputi:

a. Kawasan hutan lindung;

b. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, berupa kawasan resapan air;

c. Kawasan perlindungan setempat, meliputi: sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, dan kawasan sekitar mata air;

d. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya meliputi: kawasan suaka alam laut, suaka margasatwa, cagar alam, kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional dan taman nasional laut, taman wisata alam darat dan taman wisata alam laut, serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;

e. Kawasan rawan bencana alam, meliputi: rawan gempa, rawan tanah longsor, rawan gelombang pasang dan rawan banjir;

f. Kawasan lindung geologi, meliputi: kawasan cagar alam geologi, kawasan rawan gerakan tanah dan kawasan rawan bencana alam geologi.

g. Kawasan perubahan peruntukan yang berdampak penting atau cakupan yang luas (DPCLS).

Kawasan hutan lindung seluas 162.099 Ha meliputi:

a. Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Timur, Bolaang Mongondow Selatan, Bolaang Mongondow Utara, dan Kotamobagu;

b. Minahasa; c. Minahasa Selatan dan Minahasa Tenggara; Minahasa Utara;

e. Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Siau Tagulandang Biaro; f. Kepulauan Talaud;

(17)

h. Manado, meliputi bakau dan darat; i. Tomohon.

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya meliputi:

a. Kawasan Bulude Sahengbalira dan Kalumelahana, Bentihu Langinang, Bialangsoa, Palenti, Wulo, Batukakiraeng, Sahendarumang, Pananembaen, Bongkonsio dan Batungbakara di Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Siau Tagulandang Biaro;

b. Puncak tertinggi Pulau Karakelang di Kepulauan Talaud, sekitar Gunung Soputan di Minahasa Selatan dan Minahasa, Gunung Lokon, Gunung Tatawiran di Tomohon, Gunung Tumpa di Manado dan Gunung Klabat, Gunung Dua Saudara di Minahasa Utara dan Bitung;

c. Pegunungan Buludaweketan dengan puncak-puncaknya adalah Gunung Poniki, Gunung Matabulewa, Gunung Bumbungon di Bolaang Mongondow;

d. Daerah yang memiliki kemiringan lahan diatas 30º ditetapkan sebagai kawasan resapan air yang tersebar di seluruh wilayah provinsi.

Kawasan perlindungan setempat meliputi :

a. Kawasan Sempadan Pantai, dengan lebar 100 meter dari pasang muka air laut tertinggi, mencakup seluruh garis pantai terutama yang berpotensi abrasi di seluruh wilayah provinsi;

b. Kawasan Sempadan Sungai, dengan lebar 100 meter dari muka air sungai, mencakup wilayah sungai-sungai besar yang terdapat di wilayah Provinsi, yaitu Sungai Ranoyapo, Sungai Poigar, Ongkak Mongondow, Sungai Sangkup, Sungai Tondano, Sungai Malalayang, Sungai

Ranowangko dan Sungai Talawaan;

c. Kawasan Sempadan Danau, dengan lebar 100 meter dari muka air danau, yaitu Danau Tondano (Minahasa) dan Danau Moat (terdapat di Minahasa Selatan dan Bolaang Mongondow), Danau Iloloi (Bolaang Mongondow), Danau Tampusu (Minahasa), Danau Mokobang, Danau Bulilin (Minahasa Selatan), Danau Pangolombian dan Danau Linow (Kota Tomohon); serta Danau Makalehi dan Danau Kapeta (Kepulauan Siau Tagulandang Biaro);

d. Kawasan sekitar mata air, dengan lebar 200 meter dari pusat mata air, meliputi semua wilayah yang ada di wilayah Provinsi. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya terdiri dari :

a. Suaka Alam (SA) Laut, meliputi:

1. SA Laut Selat Lembeh di Bitung;

(18)

b. Suaka Margasatwa (SM) dan Suaka Marga Satwa Laut, meliputi:

1. SM Gunung Manembo-nembo, di Minahasa dan Minahasa Selatan;

2. SM Karakelang Utara - Selatan di Kepulauan Talaud. Cagar Alam (CA) dan Cagar Alam Laut, meliputi:

1. CA Dua Saudara, di Bitung;

2. CA Tangkoko-Batuangus, di Bitung;

3. CA Gunung Ambang, terbagi antara Minahasa Selatan dan Bolaang Mongondow.

4. CA Gunung Lokon di Tomohon.

Kawasan Pantai Berhutan Bakau (HB), meliputi :

Rencana Pengembangan kawasan pantai HB Esang, HB Beo, HB Rainis, HB Karakelang Selatan di Kepulauan Talaud, HB Pulau Bangka, HB Likupang, HB Tg.Pisok di Minahasa Utara, HB Kuma, HB Manalu, HB Tamako di Kepulauan Sangihe, HB Siau, HB Tagulandang, HB Pasighe, HB Pulau Biaro di Kepulauan Siau Biaro Tagulandang, HB Tg. Kelapa, HB Tg.Walintau, HB Bentenan di Minahasa Selatan, HB Salimburung, HB Dumisil, HB Dumi, HB Kaidipang, HB Bohabak, HB Duminanga, HB Tg. Dodepo di Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongodow Timur dan Bolaang Mongondow Selatan, HB Tg. Pulisan di Minahasa Utara.

Kawasan Taman Nasional (TN) dan Taman Nasional Laut, yang meliputi:

1. TN Bogani Nani Wartabone, berada di Provinsi Sulawesi Utara dan Provinsi Gorontalo, dengan rincian di Bolaang Mongondow, di Bolaang Mongondow Selatan dan di Bolaang Mongondow Utara;

2. TN Laut Bunaken, dengan rincian di Manado, di Minahasa, di Minahasa Selatan dan di Minahasa Utara.

Kawasan Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Alam Laut, meliputi: rencana pengembangan Taman Wisata Alam (TWA) Batu Putih, di Bitung dan TWA Batu Angus, di Bitung;

Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan, meliputi: rencana pengembangan Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan (CBP) Bukit Kasih Kanonang dan Batu Pinabetengan di Minahasa; Kawasan Taman Hutan Rakyat meliputi kawasan hutan Gunung Tumpa di Kota Manado.

Kawasan rawan bencana alam meliputi:

(19)

b. Kawasan rawan tanah longsor, meliputi:

1. Kepulauan Sangihe dan Siau Tagulandang Biaro: Manganitu, Tamako dan Siau Timur;

2. Manado : Kec. Wanea, Kec. Singkil, Kec. Tuminting, Kec. Tikala, Kec. Mapanget, Kec. Bunaken, Kec. Malalayang, dan Kec. Wenang;

3. Jalur jalan Manado-Amurang; 4. Jalur jalan Manado-Tomohon;

5. Jalur jalan Noongan-Ratahan-Belang (Minahasa Tenggara); dan

6. Torosik (Bolaang Mongondow Selatan).

c. Kawasan rawan gelombang pasang yang meliputi pesisir pantai utara dan selatan Provinsi yang memiliki elevasi rendah;

d. Kawasan rawan gerakan tanah di Gunung Lokon Kota Tomohon, Gunung Api Klabat di Kabupaten Minahasa Utara, dan Gunung Soputan di Kabupaten Minahasa Selatan serta kawasan sekitar danau Tondano di

Kabupaten Minahasa Selatan;

e. Kawasan rawan banjir yang meliputi daerah muara sungai, dataran banjir dan dataran aluvial terutama di sepanjang sungai di Manado, Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongondow, Minahasa Tenggara, dan Bolaang Mongondow Timur.

Kawasan lindung geologi meliputi :

a. Kawasan Cagar Alam Geologi yang terletak di Lahendong dan sekitarnya di Tomohon sebagai kawasan yang memiliki keunikan geologi, Leilem dan sekitarnya di Minahasa dan Bukit Kasih Kanonang Kawangkoan di Minahasa, Kawasan Cagar Alam Geologi yang memiliki keunikan proses geologi berupa kemunculan solfatara dan fumarol yang terletak di Gunung Awu Kabupaten Kepulauan Sangihe, Gunung Banua Wuhu di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Gunung Karangetang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Gunung Tangkoko di Kota Bitung, Gunung Mahawu di Kota Tomohon, Gunung Lokon Empung di Kota Tomohon dan Gunung Soputan di Kabupaten Minahasa Selatan.

b. Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi, yang meliputi 9 (sembilan) gunung berapi aktif, yaitu:

1. Gunung Awu, dengan ketinggian kurang lebih 1.320 m dpl, berada di bagian utara Kepulauan Sangihe dan Gunung Mahangetang (dibawah laut) di Kec. Tatoareng, serta Gunung Api Bawah Laut P. Lipang, Kec. Marore, Kepulauan Sangihe;

(20)

(Kepulauan Siau Tagulandang Biaro);

3. Gunung Ruang, dengan ketinggian kurang lebih 714 m dpl dan Gunung Submarine Banua Wuhu di Kecamatan Tamako Kabupaten Kepulauan Sangihe;

4. Gunung Soputan di Minahasa Selatan;

5. Gunung Lokon, dengan ketinggian kurang lebih 1.580 m dpl dan Gunung Mahawu, dengan ketinggian kurang lebih 1.311 m dpl di Tomohon;

6. Gunung Ambang, dengan ketinggian kurang lebih 1.689 m dpl di Bolaang Mongondow;

7. Gunung Tangkoko di Bitung;

8. Gunung Sub Marine 1922 di Kabupaten Kepulauan Sangihe;

9. Gunung Karakelang, di Kabupaten Kepulauan Talaud.

c. Kawasan Rawan Gempa Bumi meliputi kawasan yang terletak di zona patahan aktif, yaitu: Sesar Amurang -Belang, Sesar Ratatotok, Sesar Likupang, Selat Lembeh, Sesar yang termasuk dalam sistem sesar Bolaang Mongondow, dan sesar Manado Kema..

d. Kawasan Rawan Gelombang Tsunami meliputi daerah pesisir pantai dengan elevasi rendah dan/atau berpotensi atau pernah mengalami tsunami yang tersebar diseluruh wilayah provinsi.

Kawasan perubahan peruntukan yang berdampak penting dan cakupan yang luas serta bernilai strategis (DPCLS), meliputi :

a. Kabupaten Bolaang Mongondow dengan luasan kurang lebih 222.98 Ha;

b. Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dengan luasan kurang lebih10.17 Ha;

c. Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan luasan kurang lebih 59.40 Ha;

d. Kabupaten Kepulauan Sangihe dengan luasan kurang lebih 4.96 Ha;

e. Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dengan luasan kurang lebih 65.21 Ha;

f. Kabupaten Minahasa Selatan dengan luasan kurang lebih 92.90 Ha;

g. Kabupaten Minahasa Utara dengan luasan kurang lebih 103.62 Ha;

(21)

b. Kawasan Budidaya

Penetapan kawasan ini dititik beratkan pada usaha untuk memberikan arahan pengembangan berbagai kegiatan budidaya sesuai dengan potensi sumber daya yang ada dengan memperhatikan optimasi pemanfaatannya.

2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah

Potensi pengembangan wilayah sebagaimana yang sudah dikaji dalam Rencana Tata Ruang Wilayah provinsi Sulawesi Utara Berdasarkan deskripsi karakteristik wilayah, dapat diidentifikasi wilayah yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Kawasan Budidaya dengan luasan 745.291 Ha meliputi :

a. kawasan peruntukan hutan produksi; b. kawasan peruntukan hutan rakyat; c. kawasan peruntukan pertanian; d. kawasan peruntukan perikanan; e. kawasan peruntukan pertambangan; f. kawasan peruntukan industri;

g. kawasan peruntukan pariwisata; h. kawasan peruntukan permukiman; i. kawasan peruntukan lainnya;

j. Kawasan pesisir dan pulau - pulau kecil; k. Kawasan pulau-pulau kecil terluar.

2.1.2.1. Kawasan Hutan Yang Dapat Dikonversi

Kawasan peruntukan hutan produksi meliputi :

a. Kawasan hutan produksi terbatas, yaitu Kawasan Peruntukan Hutan Produksi Terbatas (HPT) di Provinsi Sulawesi Utara dengan luas kurang lebih 213.836 Ha dari luas Provinsi, meliputi: HPT Salibabu I & II, HPT Kabaruan di Pulau Salibabu, Kepulauan Talaud; HPT Pulau Bangka, HPT Pulau Talise, HPT Gunung Wiau, HPT Saoan di Minahasa Utara; HPT Gunung Tatawiran dan HPT Gunung Insarang di Minahasa dan Tomohon; HPT Kayuwatu di Minahasa; HPT Sungai Togop, HPT Gunung Surat , HPT Gunung Sinonsayang, HPT Gunung Simbalang, dan HPT Gunung Mintu di Minahasa Selatan; HPT Sungai Ayong-Lobong, HPT Sungai Andagile Sungai Gambuta Sungai Biau, HPT Molibagu-Pinolosian-Kombot, HPT Sungai Tanganga Sungai Salongo Sungai Molibagu, HPT Sungai Dumoga, HPT Mintu, dan HPT Gunung Bumbungon di Bolaang Mongondow.

(22)

Bolaang Mongondow.

c. Kawasan hutan yang dapat dikonversi, yaitu Kawasan Peruntukan Hutan Produksi dapat dikonversi (HPK) Bintauna di Bolaang Mongondow luas kurang lebih 14.867 Ha dari luas wilayah Provinsi.

Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat direncanakan pada lahan-lahan yang tidak dimanfaatkan dan menanaminya dengan tanaman-tanaman yang dapat berfungsi ganda, seperti sebagai penghasil buah, penghasil kayu dan lain-lain yang sekaligus juga berfungsi ekologis. Rencana pengembangan kawasan hutan rakyat dilaksanakan pada kebun Raya Minahasa di Minahasa dan Taman Hutan Rakyat Gunung Tumpa di Manado dan Minahasa Utara.

2.1.2.2. Kawasan Peruntukan Pertanian

Kawasan Peruntukan Pertanian, terdiri dari Kawasan peruntukan tanaman pangan, Kawasan peruntukan hortikultura, Kawasan peruntukan perkebunan; d. Kawasan peternakan dan Kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B). Pengembangan Kawasan Peruntukan Pertanian, berupa Kawasan Agropolitan di Klabat Minahasa Utara, Kawasan Agropolitan Rurukan di Tomohon, Kawasan Agropolitan Pakakaan di Minahasa, Kawasan Agropolitan Modoinding di Minahasa Selatan, Kawasan Agropolitan Dumoga di Bolaang Mongondow, Kawasan Agropolitan Dagho di Kepulauan Sangihe, Kawasan Agropolitan Siau di Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, dan kawasan peternakan di seluruh provinsi dengan pengembangan infrastruktur penunjang jaringan transportasi darat, laut, udara, jaringan sumber daya air, jaringan energi, jaringan telekomunikasi, pasar komoditas, sentra produksi, rumah potong hewan, pasar ternak, dan jaringan pemasaran;

Kawasan Peruntukan Tanaman Pangan, tersebar di seluruh wilayah provinsi, terdapat di :

a. Dumoga, Lolayan dan Lolak di Kab. Bolaang Mongondow; b. Bintauna - Bolangitang di Kab. Bolaang Mongondow Utara; c. Dimembe di Minahasa Utara;

d. Tondano di Minahasa;

e. Tumpaan di Manahasa Selatan;

f. Seluruh Kabupaten dan kota yang memiliki lahan berpotensi untuk pengembangan budidaya tanaman pangan.

Kawasan Peruntukan Hortikultura, terdiri dari :

(23)

Kabupaten Bolaang Mongondow (MODASI);

b. Budidaya tanaman rambutan dikembangkan di Minahasa Selatan dan Minahasa Utara;

c. Budidaya tanaman buah salak dikembangkan di Siau Tagulandang Biaro dan Minahasa Tenggara;

d. Budidaya tanaman mangga, duku/langsat, durian dan pisang dikembangkan di Minahasa Utara, Minahasa Selatan, Minahasa Tenggara, dan Bolaang Mongondow; e. Budidaya tanaman semangka dikembangkan di Minahasa

Selatan dan Minahasa Tenggara;

f. Budidaya tanaman nanas dikembangkan di Bolaang Mongondow dan Minahasa Selatan;

g. Budidaya tanaman matoa dikembangkan di Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Selatan, Bolaang Mongondow Timur dan Bolaang Mongondow Utara.

Kawasan Peruntukan Pertanian, berupa kawasan Agropolitan : a. Klabat Minahasa Utara;

b. Pakakaan di Minahasa; c. Agropolitan Modoinding;

d. Dumoga di Bolaang Mongondow; e. Dagho di Kepulauan Sangihe;

f. Siau di Kepulauan Siau Tagulandang Biaro; g. Tombatu di Minahasa Tenggara.

Kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) dengan luas kurang lebih 405.000 Ha, terdiri dari :

a. Lahan sawah eksisting dengan luas kurang lebih 52.236,24 Ha, meliputi:

1. Minahasa, luas kurang lebih 7.576,91 Ha;

2. Minahasa Selatan, luas kurang lebih 5.390,88 Ha; 3. Minahasa Utara, luas kurang lebih 3.146,09 Ha; 4. Minahasa Tenggara, luas kurang lebih 2.977,78 Ha; 5. Bolaang Mongondow, luas kurang lebih 22.099,19 Ha; 6. Bolaang Mongondow Utara, luas kurang lebih 5.730,64

Ha;

7. Bolaang Mongondow Timur, luas kurang lebih 1.655,75 Ha;

8. Bolaang Mongondow Selatan, luas kurang lebih 1.331,63 Ha;

9. Kepulauan Sangihe, luas kurang lebih 9,10 Ha; 10. Kepulauan Talaud, luas kurang lebih 212,14 Ha; 11. Kota Manado, luas kurang lebih 79,96 Ha;

(24)

b. Lahan sawah cadangan dengan luas kurang lebih 55.124,73 Ha, meliputi:

1. Bolaang Mongondow, luas kurang lebih 18.818,25 Ha; 2. Bolaang Mongondow Selatan, luas kurang lebih 8.594,23

Ha;

3. Bolaang Mongondow Timur, luas kurang lebih 400,69 Ha; 4. Bolaang Mongondow Utara, luas kurang lebih 5.090,31

Ha;

5. Minahasa, luas kurang lebih 2.569,55 Ha;

6. Minahasa Selatan, luas kurang lebih 8.409,32 Ha; 7. Minahasa Tenggara, luas kurang lebih 6.884,42 Ha; 8. Minahasa Utara, luas kurang lebih 4.357,96 Ha.

c. Lahan kering (holtikultura, tanaman pangan,

agropolitan dan peternakan), tersebar diseluruh Kabupaten / Kota di Provinsi Sulawesi Utara.

2.1.2.3. Kawasan Peruntukan Perkebunan

Kawasan Peruntukan Perkebunan, tersebar di seluruh wilayah provinsi, dengan komoditas perkebunan yang dikembangkan adalah kelapa, cengkeh, pala, cacao/coklat 13 komoditi, vanili dan kopi, jambu mente, casievera, lada, kemiri, aren, jarak pagar, pisang abaka, kelapa sawit (Bolaang Mongondow dan Bolaang Mongondow Utara), sedangkan Kawasan Peruntukan Peternakan meliputi kawasan peruntukan peternakan unggas, kawasan peruntukan peternakan sapi, kawasan peruntukan peternakan kuda, dan kawasan peruntukan peternakan babi.

Kawasan peruntukan peternakan unggas berupa ayam kampung, ayam potong, bebek, dan angsa tersebar di seluruh Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi. Kawasan peruntukan peternakan sapi dan kuda berada di Minahasa, Minahasa Utara, Minahasa Tenggara, Minahasa Selatan, Tomohon, Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongondow Selatan dan Bolaang Mongondow Timur. Kawasan peruntukan peternakan babi berada di Minahasa, Minahasa Utara, Minahasa Tenggara, Minahasa Selatan, Tomohon, Manado, Bitung, Kepulauan Talaud, Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.

Kawasan perkebunan komoditi unggulan mencakup :

a. Cengkeh : Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Utara, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Tenggara, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, dan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan;

(25)

Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Tenggara, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Kabupaten Bolaang Mongondow;

c. Kakao : Bolaang Mongondow, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dan Bolaang Mongondow Timur;

d. Pala : Kabupaten Minahasa Utara, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud.

2.1.2.4. Kawasan Peruntukan Perikanan

Kawasan Peruntukan Perikanan terdiri dari :kawasan peruntukan perikanan tangkap; kawasan peruntukan budidaya perikanan; kawasan pengolahan ikan; Kawasan industrialisasi perikanan; Kawasan minapolitan; Kawasan konservasi.

Kawasan peruntukan perikanan tangkap meliputi sepanjang pesisir laut yang terdapat di Kepulauan Talaud, Kepulauan Sangihe, Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Manado, Bitung, Minahasa Utara, Minahasa Tenggara, Minahasa Selatan, Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongondow Selatan,Bolaang Mongondow Timur, dan Minahasa. Pengelolaan ruang wilayah laut dilakukan melalui penetapan Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil.

Kawasan peruntukan budidaya perikanan (perikanan budidaya ikan dan rumput laut) meliputi sepanjang pesisir laut di Manado, Bitung, Minahasa Utara, Tomohon (Budidaya Air Tawar) Minahasa Tenggara, Minahasa Selatan, Minahasa, Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongondow Selatan, Mongondow Timur, Kotamobagu (Budidaya Air Tawar) dan Danau Tondano (Budidaya Air Tawar) di Minahasa, Sangihe, Sitaro, Talaud.

(26)

Kawasan industrialisasi perikanan terdapat di : Kepulauan Talaud, Kepulauan Sangihe, Minahasa Utara, Sitaro, Mando, Tomohon, Minahasa Selatan, Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongondow, Bitung, Minahasa, Minahasa Tenggara, Bolaang Mongondow Timur, Kotamobagu, Bolaang Mongondow Selatan.

Pengelolaan dan pengembangan Kawasan Minapolitan meliputi:

a. Existing : Kepulauan Sangihe, Manado, Minahasa Utara, Bolaang Mongodow Utara, Minahasa Selatan, Bitung, Minahasa, Minahasa tenggara, Bolaang Mongondow;

b. Proyeksi : Kepulauan Talaud, Kepulauan Sitaro, Bolaang Mongondow Selatan, Bolaang Mongondow Timur.

Pengembangan Kawasan Konservasi meliputi : Konservasi Laut Mane e di Pulau Intata Kepulauan Talaud, Kawasan Konservasi Laut Daerah di Kepulauan Sangihe, Kawasan Konservasi Laut Daerah di Sitaro, Konservasi Terumbu Karang di Malayang-Kalasey, Konservasi Terumbu Karang Minahasa Utara (Desa Bahoi), Bolaang Mongondow Utara (Proyeksi), Kawasan Konservasi Laut Daerah di Minahasa Selatan (Desa Blongko, Kecamatan Tatapaan Desa Wawontulap sampai Arakan), Bolaang Mongondow, Bitung, Konservasi Penyu di (Kecamatan Kombi desa Toloun sampai Parentek) Minahasa (Proyeksi), Minahasa Tenggara (Desa Tumbak dan Desa Bentenan), Bolaang Mongondow Timur, Bolaang Mongondow Selatan.

2.1.2.5. Kawasan Peruntukan Pertambangan

Kawasan Peruntukan Pertambangan terdiri dari :

a. kawasan peruntukan pertambangan meliputi mineral logam, mineral bukan logam dan batuan;

b. kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi; c. kawasan peruntukan pertambangan panas

bumi;

d. Kawasan strategis pertambangan provinsi.

Kawasan peruntukan pertambangan mineral logam terdiri dari :

a. Nikel Kromit terdapat di Kabupaten Kepulauan Talaud Pulau Rainis;

b. Timah Hitam terdapat di Kabupaten Kepulauan Sangihe - Pulau Lipang;

(27)

(Modayag dan Kotabunan); Kabupaten Minahasa Selatan (Motoling Timur, Tompaso Baru, Tatapaan, Ranoyapo, Amurang Barat dan Tenga); Kabupaten Minahasa Tenggara (Ratotok); Kabupaten Minahasa (Pineleng); Kabupaten Minahasa Utara (Likupang Timur dan Likupang Barat, Kecamatan Talawaan dan Kecamatan Dimembe); Kabupaten Kepulauan Sangihe (Tabukan Selatan Tenggara, Tabukan Selatan Tengah, Tabukan Selatan, Manganitu Selatan dan Tamako);

d. Bijih Besi terdapat di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolangitang); Kabupaten Minahasa Utara (Likupang Timur); dan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Siau Barat Selatan); Manganitu Selatan;

e. Pasir Besi / Pasir Besi Titan terdapat di Kabupaten Bolaang Mongondow (Lolak, Inobonto/Lolan, Poigar); Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Sangkup/Busingo, Bintauna); Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Kotabunan); Kabupaten Minahasa Selatan (Kecamatan Tenga desa Moinit, Sapa, Molinou, Sidate, Kecamatan Sinonsayang desa Poigar); Kabupaten Minahasa Tenggara (Belang); Kabupaten Minahasa (Kecamatan Tombariri Pantai, Poopoh dan Teling); Kabupaten Kepulauan Talaud (Kecamatan Karakelang, Pulau Salibabu, Melonguane, Beo, Essang, Tampanama); Kabupaten Kepulauan Sangihe (Tabukan Utara, Kendahe, Tabukan Selatan, Tabukan Selatan Tengah, Manganitu, Tabukan Tengah); Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Tagulandang); bagian utara Pulau Sangihe Besar dan Pulau Tagulandang;

f. Mangan terdapat di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Kabupaten Minahasa Utara (Likupang Barat);

g. Barit terdapat di Kabupaten Kepulauan Sangihe (Tabukan Selatan); dan Belerang terdapat di Kabupaten Bolaang Mongondow (Modayag); Kabupaten Minahasa Selatan (Kota Menara) dan Kota Tomohon (Rurukan).

Kawasan Strategis Pertambangan Provinsi, meliputi :

a. Minahasa Utara - Bitung (Mineral Logam, Mineral Bukan logam, Batuan dan Panas Bumi);

b. Manado Minahasa Utara (Mineral Logam, Mineral Bukan logam dan Batuan)

c. Minahasa Selatan Minahasa Tenggara (Mineral Logam, Mineral Bukan logam dan Batuan);

d. Minahasa Minahasa Utara (Mineral Logam, Mineral Bukan logam, Batuan dan Panas Bumi);

e. Bolaang Mongondow Timur Minahasa Tenggara (Mineral Logam, Mineral Bukan logam dan Batuan);

(28)

Logam, Mineral Bukan logam, Batuan dan Panas Bumi); dan g. Minahasa Selatan Bolaang Mongondow (Mineral Logam,

Mineral Bukan logam dan Batuan).

2.1.2.6. Kawasan Peruntukan Industri

Kawasan Peruntukan Industri Wilayah Provinsi, terdiri dari :

a. kawasan peruntukan industri besar meliputi Kauditan -Bitung - Kema (KABIMA) di Minahasa Utara dan -Bitung serta kawasan industri terpadu Bitung di Bitung;

b. kawasan peruntukan industri sedang berupa Kawasan Kapitu-Amurang di Minahasa Selatan;

c. kawasan peruntukan industri kecil dan menengah (IKM) tersebar di seluruh Kabupaten/Kota wilayah Provinsi; dan

d. kawasan pendukung kawasan ekonomi khusus Tanjung Merah Bitung, di Likupang, Minahasa Utara, Tahuna Petta Kepulauan Sangihe, Melonguane - Lirung Kepulauan Talaud, Ratatotok Lakban Minahasa Tenggara, Amurang Minahasa Selatan, Inobonto Labuan Uki Bolaang

Mongondow, Tomohon.

2.1.2.7. Kawasan Peruntukan Pariwisata

Kawasan peruntukan pariwisata terdiri dari kawasan pariwisata budaya, kawasan pariwisata alam, kawasan pariwisata buatan; dan Kawasan pariwisata yang bernilai strategis nasional. Kawasan pariwisata budaya berupa pengembangan kawasan wisata budaya Bukit Tengkorak Pulau Makalehi di Kepulauan Siau, Tagulandang, Biaro.

Kawasan pariwisata alam, terdiri dari : a. Kawasan wisata, yaitu :

1. Kawasan wisata Malalayang Kalasey (Malasey) Manado dan Minahasa;

2. Kawasan wisata Danau Tondano dan sekitarnya di Minahasa;

3. Kawasan wisata Daerah Aliran Sungai (DAS) Tondano di Minahasa, Minahasa Utara dan Manado;

4. Kawasan wisata/koridor wisata Manado Wori Likupang Lembeh di Manado, Minahasa Utara dan Bitung.

b. Pengembangan kawasan wisata, yaitu :

(29)

2. pengembangan kawasan wisata bahari di dalam kawasan Taman Nasional Laut Bunaken;

3. pengembangan kawasan ekowisata di kawasan Taman Nasional Dumoga Nani Warta Bone;

4. pengembangan kawasan wisata Kota Pantai dan ekowisata Manado;

5. pengembangan kawasan wisata Kota Bahari dan wisata laut : Pulau Ruang, Pulau Para, Pulau Mahoro, Pulau Tagulandang dan Gunung Api Bawah Laut Mahangetang; 6. pengembangan kawasan wisata Pulau di Perbatasan

antar negara, yaitu : Pulau Miangas, Marore dan Gugusan Pulau Nanusa, Intata - Kakorotan dan Pulau Bongkil, Pulau Makalehi, Pulau Mantehage.

Kawasan pariwisata buatan, terdiri dari :

a. Pengembangan kawasan wisata Kota Bunga di Tomohon; b. pengembangan kawasan wisata Pulau Khusus

Ketangkasan, yaitu di Pulau Siladen Manado dan Pulau Gangga Minahasa Utara.

Kawasan pariwisata yang bernilai strategis nasional, yaitu terdapat di Kawasan Pinabetengan dan Bukit Kasih Kanonang di Kabupaten Minahasa.

2.1.2.8. Kawasan Peruntukan Pemukiman

Kawasan Peruntukan Permukiman terdiri dari kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan; dan kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan di kepulauan. Kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan, terdiri dari :

a. klaster Manado - Airmadidi - Bitung; b. klaster Manado - Wori;

c. klaster Manado - Tumpaan - Amurang; d. klaster Tondano - Eris - Kombi;

e. klaster Tomohon - Kawangkoan - Tompaso; f. klaster Tomohon - Tondano - Airmadidi; g. klaster Manado - Pineleng - Tomohon; h. klaster Airmadidi - Tatelu - Likupang; i. klaster Amurang - Poigar - Inobonto;

j. klaster Amurang - Motoling - Tompaso Baru; k. klaster Amurang - Kawangkoan;

l. klaster Kotamobagu - Dumoga;

(30)

t. klaster Belang - Atepoko - Kema.

Kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan di

kepulauan, terdiri dari :

a. klaster P. Bunaken - P. Manado Tua - P. Nain - Manado; b. klaster P. Talisei - P. Bangka - Likupang;

c. klaster P. Siau - P. Tagulandang - P. Biaro; d. klaster Tahuna Tatoareng Dagho - Manalu; e. klaster P. Marore - P. Kawaluso (perbatasan); f. klaster Kepulauan Nanusa;

g. klaster Kabupatenaruan Salibabu -Karakelang; dan

h. klaster Miangas.

2.1.2.9. Kawasan Peruntukan Lainnya

Kawasan peruntukan lainnya meliputi:

a. Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan; dan b. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Kawasan peruntukan pertahaan dan keamanan meliputi: a. Kawasan Pertahanan :

1. Komando Daerah Militer (KODAM) di Manado; 2. Komando Resor Militer (KOREM 131 Santiago);

3. Komando Distrik Militer (KODIM) yang tersebar di Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi;

4. Batalyon Artileri Medan (YON ARMED) Lalow di Bolaang Mongondow;

5. Kompi Kavaleri Serbu (KI KAVSER) Ilo-ilo Wori di Minahasa Utara;

6. Kompi Senapan B Batalyon Infantri (Yonif) 712 Wiratama Airmadidi di Minahasa Utara;

7. Gudang Amunisi TNI Angkatan Darat, di Tomohon;

8. Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (LANTAMAL) di Manado;

9. Pangkalan TNI Angkatan Laut (LANAL) di Bitung; dan 10. Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (LANTAMAL) Wori

di MinahasaUtara;

11. Pangkalan TNI Angkatan Laut (LANAL) Melonguane di Kepulauan Talaud;

12. Pos TNI Angkatan Laut (POSAL) di Kabupaten Bolaang Mangondow Timur;

13. Pos TNI Angkatan Laut (POSAL) di Kabupaten Bolaang Mangondow;

14. Pangkalan TNI Angkatan Udara (LANUD) Bandar Udara Sam Ratulangi di Manado;

15. Pangkalan TNI Angkatan Udara (LANUD) di Talawaan Kabupaten Minahasa Utara;

(31)

Kabupaten minahasa Utara;

17. Detasemen TNI Angkatan Udara Melonguane di Kabupaten Kepulauan Talaud;

18. Detasemen TNI Angkatan Udara Miangas di Kabupaten. Kepulauan Talaud;

19. Detasemen PASKHAS TNI Angkatan Udara di desa Kalawiran Kecamatan Kakas Kabupaten Minahasa;

20. Daerah Latihan Tempur TNI Angkatan Udara di desa Kalawiran Kecamatan Kakas Kabupaten Minahasa;

21. Pusat Latihan Olahraga Dirgantara / Federasi Aerosport seluruh Indonesia di desa Kalawiran Kecamatan Kakas Kabupaten Minahasa;

22. Daerah Latihan SAR dan Survival di desa Toulimembet Kecamatan Kakas Kabupaten Minahasa.

b. Kawasan Keamanan :

1. Kepolisian Sektor (POLSEK) yang berada dalam tingkatan Kecamatan/Kota/Polsek KP3/Polsek Bandara; 2. Kepolisian Resorth yang berada di tingkat

kabupaten/kota dalam wilayah provinsi.

3. Kepolisian Daerah Sulawesi Utara (POLDA) Manado. 4. Markas Komando Sat Brimob di Desa Kalasey II

Kecamatan Mandolang Kabupaten Minahasa;

5. Detasemen A Brimob di Kelurahan Paniki BAwah Kecamatan Mapanget Kota Manado;

6. Subden A Brimob di Talaud;

7. Subden B Brimob (akan ditentukan kemudian lokasinya) 8. Subden C Brimob di Ratatotok;

9. Detasemen B Brimob di Kabupaten Bolmong; 10. Subden A Brimob di Bolmong;

11. Subden B Brimob di Dumoga;

12. Subden C Brimob (akan ditentukan kemudian lokasinya) 13. Detasemen C Brimob di Bolmut;

14. Detasemen Gegana Brimob (akan ditentukan kemudian lokasinya);

15. Detasemen Kimia, Biologi dan Radioaktif (KBR) (akan ditentukan kemudian lokasinya);

16. Sekolah Polisi Negara di Daerah Mapanget Kota Manado; 17. Puslabfor di desa Maumbi Kabupaten Minahasa Utara; 18. Direktorat Polisi Perairan di Bitung;

19. Sat Polair di Sindulang Manado; 20. Sat Polair di Tahuna; dan

21. Sat Polair di Talaud.

(32)

2.1.3. Wilayah Rawan Bencana

Wilayah rawan bencana sebagaimana sudah diidentifikasi dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Utara 2014-2034 dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Kawasan Rawan Gempa yang meliputi seluruh wilayah provinsi yaitu kawasan yang berada di sekitar wilayah patahan lempeng kulit bumi terluar

2. Kawasan rawan tanah longsor meliputi:

- Kepulauan Sangihe, Kepualuan Siau Tagulandang Biaro Manganitu, Siau Timur dan Tamako.

- Manado; Kecamatan Wanea, kecamatan Singkil, Kecamatan Tuminting, kecamatan Tikala, Kecamatan Mapanget, Kecamatan Bunaken, Kecamatan Malalayang dan Kecamatan Wenang.

- Jalur jalan Manado-Amurang - Jalur Jalan Manado-Tomohon

- Jalur Jalan Noongan-Ratahn-Belang (Minahasa Tenggara) - Torosik (Bolaang Mongondow Selatan

3. Kawasan rawan gelombang pasang meliputi pesisir pantai utara dan selatan Provinsi yang memiliki elevasi rendah.

4. Kawasan rawan gerakan tanah meliputi Gunung Lokon Kota Tomohon, Gunung Api Klabat Minahasa utara dan Gunung Soputan di Kabupaten Minahasa Selatan serta Kawasan sekitar danau Tondano di Kabupaten Minahasa.

5. Kawasan Rawan banjir, yang meliputi daerah muara sungai, dataran banjir dan dataran alluvial terutama di sepanjang sungai di Manado, Bolaang mongondow Utara, Bolaang Mongondow, Minahasa Tenggara dan Bolaang mongondow Timur.

(33)

Tomohon dan Gunung Soputan di Kabupaten Minahasa Selatan.

7. Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi, yang meliputi 9 (sembilan) gunung berapi aktif, yaitu: Gunung Awu, dengan ketinggian kurang lebih 1.320 m dpl, berada di bagian utara Kepulauan Sangihe dan Gunung Mahangetang (dibawah laut) di Kec. Tatoareng, serta Gunung Api Bawah Laut P. Lipang, Kec. Marore, Kepulauan Sangihe; Gunung Karangetang, dengan ketinggian kurang lebih 1.827 m dpl, berada di bagian utara Pulau Siau (Kepulauan Siau Tagulandang Biaro); Gunung Ruang, dengan ketinggian kurang lebih 714 m dpl dan Gunung Submarine Banua Wuhu di Kecamatan Tamako Kabupaten Kepulauan Sangihe; Gunung Soputan di Minahasa Selatan; Gunung Lokon, dengan ketinggian kurang lebih 1.580 m dpl dan Gunung Mahawu, dengan ketinggian kurang lebih 1.311 m dpl di Tomohon; Gunung Ambang, dengan ketinggian kurang lebih 1.689 m dpl di Bolaang Mongondow; Gunung Tangkoko di Bitung; Gunung Sub Marine 1922 di Kabupaten Kepulauan Sangihe; dan Gunung Karakelang, di Kabupaten Kepulauan Talaud.

8. Kawasan Rawan Gempa Bumi meliputi kawasan yang terletak di zona patahan aktif, yaitu: Sesar Amurang - Belang, Sesar Ratatotok, Sesar Likupang, Selat Lembeh, Sesar yang termasuk dalam sistem sesar Bolaang Mongondow, dan sesar Manado -Kema.

9. Kawasan Rawan Gelombang Tsunami meliputi daerah pesisir pantai dengan elevasi rendah dan/atau berpotensi atau pernah mengalami tsunami yang tersebar diseluruh wilayah provinsi.

(34)

2.1.4. DEMOGRAFI

2.1.4.1. Jumlah Penduduk

Penduduk Sulawesi Utara pada tahun 2015 berjumlah 2.412.118 jiwa. Jika dibandingkan pada periode awal RPJMD sebelumnya, pada tahun 2010 terdapat 2.270.596 jiwa. Dikaitkan dengan luas wilayah yang ada, terlihat adanya ketimpangan penyebaran penduduk di mana Kota Manado sekitar 19,5% dari jumlah penduduk Sulawesi Utara hanya memiliki 1,04% luas wilayah Sulawesi Utara. Di sisi lain, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan yang memiliki penduduk sebesar 2,3%, mendiami 11,68% wilayah Sulawesi Utara.

(35)

Tabel 2.5.Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi Utara, 2005-2015

Kabupaten/Kota

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 *) Regency/City

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

01. Bolaang Mongondow

431 725 437 089 442 415

02. Minahasa 787 952 795 351 801 776

261 948 262 090 262 060

71. Manado 377 949 382 834 388 435

72. Bitung 141 297 144 885 149 385

(36)

Tabel 2.3 memperlihatkan Penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan adalah wilayah yang paling sedikit jumlah penduduknya dibandingkan dengan kabupaten/kota se-Sulawesi Utara yaitu sebanyak 61.177 orang. Sex Ratio Penduduk Sulawesi Utara sebesar 104,18 yang artinya jumlah penduduk laki-laki 4% lebih banyak dibanding jumlah penduduk perempuan. Jika dilihat per kabupaten/kota, sex ratio terbesar berada di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur yang 109,8. Hal ini berarti penduduk laki-laki lebih banyak 10% daripada penduduk perempuan.

Tabel 2.6. Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi Utara Berdasarkan Sex Ratio, 2014

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara, 2015.

(37)

hindu sebanyak 26252 dan yang beragama budha sebanyak 24717 orang. Selengkapnya dapat dilihat pada table dibawah ini.

Tabel 2.7. Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi Utara Berdasarkan Agama, 2015

Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota dan Agama yang Dianut di Provinsi Sulawesi Utara, 2015

Population by Regency/City and Religion in Sulawesi Utara Province, 2015

Kabupaten/Kota Regency/City

Islam Islam

Protestan Christian

Katolik Catholic

Hindu Hindu

Budha Buddha

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Kabupaten/Regency 1. BOLAANG

MONGONDOW

176668 49783 3597 21144 513

2. MINAHASA 23163 413434 53245 623 298

3. KEPULAUAN SANGIHE 31648 95987 1721 28 253

4. KEPULAUAN TALAUD 2774 75725 4483 9 194

5. MINAHASA SELATAN 23111 168531 7191 42 1462

6. MINAHASA UTARA 35827 193846 20157 52 347

7. BOLAANG

MONGONDOW UTARA

62045 15427 164 25 0

8. SIAU TAGULANDANG BIARO

2290 67755 1020 5 10

9. MINAHASA TENGGARA

19056 89177 1426 6 3

10. BOLAANG MONGONDOW SELATAN

59090 2573 120 36 3

11. BOLAANG

MONGONDOW TIMUR

47605 18949 3597 19 5

Kota/City

1. MANADO 130517 289530 36816 2309 14327

2. BITUNG 87076 169575 8275 703 3739

3. TOMOHON 4040 65542 23482 119 1828

4. KOTAMOBAGU 92324 18949 2040 1132 1735

(38)

Tabel. 2.8. Sebaran Jumlah Aparatur Sipil Negara (Asn) Berdasarkan Jenis Kelamin Di Provinsi/Kabupaten/Kota

NO. PROVINSI/KABUPATEN/KOTA JENIS KELAMIN

LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

A. Provinsi:

1 Sulawesi Utara 2.788 2.645 5.433

B. Kabupaten:

1 Kepulauan Talaud 1.746 2.905 4.651

2 Kepulauan Sangihe 1.928 2.845 4.773

3 Kepulauan Siau-Tagulandang-Biaro 865 1.703 2.568

4 Bolaang Mongondow 2.238 4.628 6.866

5 Bolaang Mongondow Utara 1.050 1.590 2.640

6 Bolaang Mongondow Selatan 818 1.095 1.913

7 Bolaang Mongondow Timur 902 1.110 2.012

8 Minahasa 2.193 3.000 5.193

9 Minahasa Tenggara 1.079 1.821 2.900

10 Minahasa Selatan 1.852 2.416 4.268

11 Minahasa Utara 1.358 2.625 3.983

C. Kota:

1 Kotamobagu 1.004 1.679 2.683

2 Tomohon 1.133 2.076 3.209

3 Bitung 1.403 2.516 3.919

4 Manado 2.729 5.152 7.881

JUMLAH 25.086 39.806 64.892

Tabel diatas menjelaskan sebaran Aparatur Sipil Negara di Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2015 dimana jumlah ASN mencapai 64.892 orang, terdiri dari 25080 ASN pria dan 39806 ASN perempuan. Dari angka ini dapat disimpulkan bahwa tingkat pelayanan public di Sulawesi Utara yang diukur dari cakupan ketersediaan aparatur sipil Negara per jumlah penduduk diperoleh angka 38. Hal ini berarti 1 ASN melayani 38 penduduk.

2.1.4.2. Rasio Ketergantungan

(39)

penduduk yang belum produktif dan tidak produktif. Menurut kabupaten/kota rasio ketergantungan yang paling tinggi adalah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan sebesar 58,56%. Kemudian menyusul Kabupaten Minahasa Selatan sebesar 58,15 dan yang terendah Kota Manado sebesar 43,99%. Periode 2015-2020 merupakan puncak bonus demografi Sulut (lihat grafis). Penduduk usia produktif 15 sampai 65 tahun, lebih banyak dari kelompok 0-15 tahun dan 65 tahun ke atas. Bonus demografi ini bila dimanfaatkan optimal, bisa menjadi kekuatan dahsyat Sulut untuk maju. Bonus demografi ini harus dimanfaatkan dengan optimal. Karena penduduk usia produktif melebihi kelompok usia tak produktif. Periode 2015-2020 adalah puncak demografi Sulut. Namun sebaliknya, tanpa manajemen cerdas, maka bonus demografi ini malah bisa menimbulkan bencana. Karena jika penduduk usia produktif menganggur, maka memicu kemiskinan dan kriminalitas. Bonus penduduk ini bisa jadi anugerah tetapi juga bisa jadi bencana jika tak dikelola dengan baik. Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, Sulut telah masuk masa bonus demografi sekira tahun 2003 (lihat grafis). Dan puncaknya pada 2015-2020. Di masa ini, penduduk usia produktif Sulut melimpah jumlahnya. Banyak berkesempatan menghasilkan uang secara mandiri. Tak perlu bergantung pada keluarga atau orang lain. Sedangkan anak-anak, balita, remaja, dan oma opa yang ditanggung hidupnya, jumlahnya tinggal sedikit. Misalnya, dari lima anggota keluarga, tiga orang bisa bekerja lalu menghasilkan uang. Dan dua anggota keluarga ditanggung hidupnya oleh tiga orang itu. Sebaliknya, periode sebelum atau sesudah masa bonus demografi, dari lima anggota keluarga, tiga keluarga tak bisa kerja. Sehingga dua yang kerja menanggung beban tiga anggota keluarga mereka. Rasio ketergantungan penduduk Sulut era ini di bawah 50 persen. Sedangkan penduduk produktif atau yang bisa bekerja lebih dari 50 persen. Saat angka ketergantungan di bawah 50 persen, maka saat itulah masa bonus demografi.

Bonus demografi Provinsi Sulawesi Utara akan dinikmati sekira 25 sampai 30 tahun. Puncaknya pada 2015-2020 ini. Setelahnya, 2020 ke atas, rasio ketergantungan semakin besar. Sampai pada sekira tahun 2040, bonus demografi Sulut berakhir. Puncak demografi saat ini, harus dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah. Ada beberapa hal yang harus dilakukan agar bonus demografi ini bisa bermanfaat. Pertama, suplai tenaga kerja yang besar dan berkualitas. Sehingga akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Kedua, perempuan harus semakin terdidik memasuki pasar kerja. Agar lebih banyak membantu peningkatan pendapatan keluarga. Ketiga tabungan masyarakat yang meningkat harus diinvestasikan secara produktif. Dan keempat, kebijakan investasi pemerintah dan swasta yang membuka lapangan kerja.

2.1.4.3. Laju Pertumbuhan Penduduk

Gambar

Tabel 2.5.Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi Utara, 2005-2015
Tabel 2.6. Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi Utara Berdasarkan Sex Ratio,2014
Tabel 2.7. Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi Utara Berdasarkan Agama, 2015
Tabel 2.9. Penduduk Usia Kerja dan Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Utara  Agustus 2010 �Februari 2014 (000 jiwa)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tahapan penyusunan RPJMD Provinsi Sulawesi Utara tahun 2016-2021 disusun dengan pendekatan perencanaan yang terstruktur, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008

Penganggaran belanja langsung dituangkan dalam bentuk program dan kegiatan, yang manfaat capaian kinerjanya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat dalam rangka peningkatan

Kesejahteraan Rakyat Yang Berkeadilan. Sumberdaya manusia yang berkualitas tercermin dari meningkatnya akses pendidikan yang berkualitas pada semua jenjang pendidikan dengan

Berbeda dengan penyelenggaraan aspek atrategik, program prioritas bagi penyelenggaraan urusan pemerintahan dilakukan agar setiap urusan (wajib) dapat diselenggarakan

2016 2021 Jumlah Kabupaten/ Kota yang mampu melaksanakan perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan 5 Kabupa ten/ Kota 8 Kabup aten/ Kota 10 Kabup aten/ Kota 15 Kabup aten/ Kota 15 Kabup