• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III - DOCRPIJM 1472e65935 BAB IIIBAB 3.compressed

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB III - DOCRPIJM 1472e65935 BAB IIIBAB 3.compressed"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

1 | B a b I I I – K o t a K o t a m o b a g u

BAB III

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS

INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

3.1

Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan

Penataan Ruang

3.1.1 Arahan pembangunan berdasarkan Perpres 2 Tahun 2015 tentang

RPJMN 2015-2019 dan Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019.45

Tahapan Pembangunan Nasional

Strategi pembangunan nasional selama 5 (lima) tahun ke depan sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 berdasarkan kepada :

A. Norma Pembangunan, meliputi antara lain:

(1) membangun untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat; (2) setiap upaya meningkatkan kesejahteran, kemakmuran, produktivitas tidak

boleh menciptakan ketimpangan yang makin melebar yang dapat

merusakkeseimbangan pembangunan;

(3) aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan mengganggu keseimbangan ekosistem.

B. Dimensi Pembangunan;

1. Dimensi pembangunan manusia dan masyarakat. Pembangunan mental dan

karaktermenjadi salah satu prioritas utama pembangunan, tidak hanya di birokrasi tetapi juga pada seluruh komponen masyarakat.

2. Dimensi pembangunan sektor unggulan. Hal ini meliputi kedaulatan pangan,

ketahanan energi dan ketenagalistrikan, kemaritiman dan kelautan, pariwisata dan industri. Terkait dengan kedaulatan pangan, Indonesia mempunyai modal untuk memenuhi kebutuhannya,agar tidak tergantung kepada negara lain. Potensi sumber daya air yang besar danterbarukan dapat dimanfaatkan untuk mendukung pemenuhan ketahanan energi dan ketenagalistrikan, sedangkan potensi kemaritiman dan kelautan harus dapat dimanfaatkan secara optimal. Potensi keindahan alam dan keanekaragaman budaya yang unik merupakan modal pengembangan pariwisata nasional, sedangkan potensi industri untuk penciptaan nilai tambah.

3. Dimensi pemerataan dan kewilayahan. Pembangunan harus meminimalkan kesenjangan,baik antar kelompok pendapatan, maupun antar wilayah, serta untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dengan prioritas pada wilayah desa, wilayah pinggiran, luar Jawa, dan Kawasan Timur.

(2)

2 | B a b I I I – K o t a K o t a m o b a g u

Gambar 3.1

Arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 - 2025

Berdasarkan arahan RPJPN 2005 – 2025 pada periode 2015 – 2019 daya saing perekonomian Indonesia semakin kuat dan kompetitif, salah satunya melalui terpenuhinya ketersediaan infrastruktur yang didukung oleh mantapnya kerja sama pemerintah dan dunia usaha. RPJPN juga mengarahkan terpenuhinya penyediaan air minum dan sanitasi untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, yang dapat diartikan meningkatkan akses air minum dan sanitasi bagi seluruh penduduk Indonsia (100%). Sejalan dengan itu pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat. Kondisi ini semakin mendorong terwujudnya Kota tanpa permukiman kumuh. Pengembangan infrastruktur perdesaan juga akan terus dikembangkan, terutama untuk mendukung pembangunan pertanian.

Dalam rangka mewujudkan cita-cita dan visi pembangunan jangka panjang, periode 2015- 2019 menjadi sangat penting karena merupakan titik kritis untuk meletakkan landasan yang kokoh untuk mendorong ekonomi Indonesia agar dapat maju lebih cepat dan bertransformasi dari kondisi saat ini sebagai negara berpenghasilan menengah menjadi negara maju dengan penghasilan per kapita yang cukup tinggi. Meskipun demikian, upaya peningkatan kinerja perekonomian Indonesia perlu memperhatikan kondisi peningkatan kesejahteraan yang berkelanjutan, warga yang berkepribadian dan berjiwa gotong royong, dan masyarakat memiliki keharmonisan antar kelompok sosial, serta postur perekonomian yang semakin mencerminkan pertumbuhan yang berkualitas, yakni bersifat inklusif, berbasis luas, berlandaskan keunggulan sumber daya manusia serta kemampuan IPTEK dan bergerak menuju kepada keseimbangan antar sektor ekonomi dan antar wilayah, serta makin mencerminkan keharmonisan antara manusia dan lingkungan. Maka dari itu, ditetapkan visi pembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah: “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong

-Royong”. tenaga listrik yang handal dan efisien

(3)

3 | B a b I I I – K o t a K o t a m o b a g u

Salah satu tantangan pokok dalam mewujudkan visi pembangunan 2015 -2019 adalah terbatasnya ketersediaan infrastruktur untuk mendukung peningkata n kemajuan ekonomi. Untuk itu, ketersediaan infrastruktur permukiman harus ditingkatkan untuk mendukung agenda pembangunan nasional yang tercantum dalam Nawacita seperti membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah -daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, serta meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing ekonomi. Maka dari itu, salah satu arahan kebijakan umum RPJMN 2015 -2019 adalah mempercepat pembangunan infrastuktur untuk pertumbuhan dan pemerataan.

Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat konektivitas nasional

untuk mencapai keseimbangan pembangunan, mempercepat penyediaan

infrastruktur dasar (perumahan, air bersih, sanitasi, dan listrik), menjamin ketahanan air, pangan dan energi untuk mendukung ketahanan nasional, dan mengembangkan sistem transportasi massal perkotaan, yang seluruhnya dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan meningkatkan peran kerjasama Pemerintah -Swasta. Adapun sasaran pokok yang ingin dicapai pada tahun 2019 terkait pembangunan perumahan dan kawasan permukiman adalah terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat untuk bertempat tinggal pada hunian yang layak yang didukung oleh prasarana, sarana dan utilitas yang memadai, meliputi akses terhadap air minum dan sanitasi yang layak dan terjangkau dan diprioritaskan dalam rangka meningkatkan standar hidup penduduk 40 persen terbawah. Sasaran pembangunan kawasan permukiman yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:

1. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen;

2. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia;

3. Optimalisasi penyediaan layanan air minum;

4. Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan prinsip jaga air, hemat air dan simpan air secara nasional;

5. Penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang

mendukung;

6. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar;

7. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk

keserasiannya terhadap lingkungan.

3.1.2

Arahan Penataan Ruang

Rencana Tata Tuang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang dijadikan sebagai pedoman untuk:

a. Penyusunan rencana pembangunan jangkapanjang nasional

b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional

c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan pekermbangan antar

wilayah provinsi, serta keserasian antar sektor e. Penetapn lokasi dan fungsi ruang untuk investasi f. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan g. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota

(4)

4 | B a b I I I – K o t a K o t a m o b a g u

A. Penataan Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

Kriteria

i. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan international,

ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani

iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

B. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

Kriteria

 Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,

 Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau

 Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

C. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (KSN)

Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:

 Pertahanan dan keamanan,

a. Diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan

negara berdasarkan geostrategi nasional

b. Diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan, atau

c. Merupakan wilayah kedaulatan Negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas

 Pertumbuhan ekonomi

a. Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,

b. Memiliki ssektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional,

c. Memiliki potensi ekspor,

d. Didukung jaringan prasana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi, e. Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,

f. Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau

g. Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

 Sosial dan budaya

a. Merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional,

b. Merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta jati diri bangsa

c. Merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan

d. Merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional,

e. Memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau

f. Memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.

 Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

(5)

5 | B a b I I I – K o t a K o t a m o b a g u

b. Pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir

c. Memiliki sumber daya alam strategis nasional

d. Berfungsi sebaai pusat pengedalian dan pengembangan atariksa e. Berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir; atau f. Berfungsi sebagai lokasi pengunaan teknologi tinggi strategis.

 Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup

a. Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati,

b. Merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan,

c. Memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara

d. Memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklom makro

e. Menuntu prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup, rawan bencana alam nasional

f. Sangat menentukan dalam perubahan zona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

D. Arahan RTRW Provinsi dan Kota Kotamobagu

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi ditetapkan melalui Peraturan Daerah Provinsi, dan beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW Provinsi Yaitu:

I. Rencana Kawasan Lindung

Rencana kawasan lindung di wilayah Provinsi Sulawesi Utara seluas 701.855 Ha, meliputi

a. Kawasan hutan lindung

Kawasan hutan lindung seluas 162.099 ha adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya maupun sekitarnya sebagai pengatur tata air , pencegahan banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah.

Kawasan hutan lindung meliputi:

1. Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Timur, Bolaang

Mongondow Selatan, Bolaang Mongondow Utara dan Kota Kotamobagu;

2. Minahasa

3. Minahasa Selatan dan Minahasa Tenggara

4. Minahasa Utara

5. Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Siau Tagulandang Biaro; 6. Kepulauan Talaud;

7. Kota Bitung

8. Kota Manado, meliputi bakau dan darat;

9. Kota Tomohon

b. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan

bawahannya, berupa kawasan resapan air

Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (aquifer) yang berguna sebagai sumber air. Kawasan resapa air meliputi:

1. Kawasan Bulude Sahengbalira dab Kalumelahan, Bentihu Langinang,

Bialangsoa, Palenti, Wulo, Batukakiraeng, Sahendarumang,

(6)

6 | B a b I I I – K o t a K o t a m o b a g u

2. Puncak tertinggi pulau karakelang di Kepulauan Talaud, sekitar gunung Soputan di Minahasa Tenggara dan Minahasa Selatan, gunung Lokon, gunung Tatawiran di Tomohon, gunung Tumpa di Manado dan gunung Klabat, gunung Dua Saudara di Minahasa Utara dan Bitung

3. Pegunungan Buludaweketan dengan puncak-puncaknya adalah gunung

Poniki, gunung Matabulewa, gunung Bumbungon di Bolaang Mongondow;

4. Daearah yang memiliki kemiringan lahan diatas 30 ditetapkan sebagai kawasan resapan air yang tersebar di seluruh wilayah provinsi.

c. Kawasan perlindungan setempat, meliputi; sempadan pantai,

sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, dan kawasan sekitar mata air

1. Kawasan Sempadan sungai, dengan lebar 100 meter dari pasang muka air laut tertinggi, mencakup seluruh garis pantai terutama yang berpotensi abrasi di seluruh wilayah provinsi;

2. Kawasan Sempadan sungai dengan lebar 100 meter dari muka air sungai, mancakup wlayah sungai-sungai besar yang terdapat di wilayah Provinsi, yaitu sungai Ranoyapo, sungai Poigar, Ongkak Mongondow, sungai Ranowangko dan sungai Talawaan;

d. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya

meliputi;kawasan suaka alam laut, suaka margasatwa, cagar alam, kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional dan taman nasional laut, taman wisata alam darat dan taman wisata alam laut, serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan

e. Kawasan rawan bencana alam, meliputi: rawan gempa, rawan tanah

longsor, rawan gelombang pasang, kawasan rawan gerakkan tanah

dan rawan banjir;

f. Kawasan lindung geologi, meliputi kawasan cagar alam geologi dan

kawasan rawan bencana alam geologi.

g. Kawasan perubahan peruntukan yang berdampak penting atau

cakupan yang luas (DPCLS)

h. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya

berupa kawasan resapan air

Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi yang berguna sebagai sumber air. Kawasa resapan air meliputi:

 Kawasan Bulude Sahengbalira dab Kalumelahan, Bentihu Langinang,

Bialangsoa, Palenti, Wulo, Batukakiraeng, Sahendarumang, Pananembaen, Bongkonsio dan Batungbakara di Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Siau Tagulandang Biaro;

 Puncak tertinggi pulau karakelang di Kepulauan Talaud, sekitar gunung Soputan di Minahasa Tenggara dan Minahasa Selatan, gunung Lokon, gunung Tatawiran di Tomohon, gunung Tumpa di Manado dan gunung Klabat, gunung Dua Saudara di Minahasa Utara dan Bitung

 Pegunungan Buludaweketan dengan puncak-puncaknya adalah gunung

(7)

7 | B a b I I I – K o t a K o t a m o b a g u

i. Kawasan perlindungan setempat

Kawasan ini meliputi; sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, dan kawasan sekitar mata air

 Kawasan Sempadan sungai, dengan lebar 100 meter dari pasang muka air laut tertinggi, mencakup seluruh garis pantai terutama yang berpotensi abrasi di seluruh wilayah provinsi;

 Kawasan Sempadan sungai dengan lebar 100 meter dari muka air sungai, mancakup wlayah sungai-sungai besar yang terdapat di wilayah Provinsi, yaitu sungai Ranoyapo, sungai Poigar, Ongkak Mongondow, sungai Ranowangko dan sungai Talawaan;

 Kawasan Sempan danau, dengan lebar 100 meter dari muka air danau, yaitu Danau Tondano (Minahasa) dan Danau Miat (terdapat di Minahasa selatan dan Bolaang Mongondow), Danau Iloloi (Bolaang Mongondow), Danau Tampusu (Minahasa), Danau

Mokobang, Danau Bulilin (Minahasa Tenggara), Danau

Pangolombian dan Danau Linow (Kota Tomohon); serta Danau Makalehi dan Danau Kapeta (Kepulauan Siau Tagulandang Biaro);

 Kawasan sekitar mata air, dengan lebar 200 meter dari pusat mata air, meliputi semua wilayah yang ada di wilayah Provinsi.

j. Kawasan suaka alam, pelestarian dan cagar budaya

1. Suaka Alam (SA) Laut, meliputi;

i. SA Laut Selat Lembeh di Bitung

ii. SA Laut Sidat di Minahasa dan Minahasa Selatan

2. Suaka Margasatwa (SM) dan Suaka Marga Satwa Laut, meliputi;

i. SM Guung Manembo-nembo di Minahasa dan Minahasa Selatan;

ii. SM Karakelang utara – Selatan di Kepulauan Talaud 3. Cagar Alam (CA) dan Cagar Alam Laut, meliputi

i. CA Dua Saudara, di Bitung

ii. CA Tangkoko-Batuangus, di Bitung

iii. CA Gunung Ambang, terbagi antara Minahasa Selatan dan

Bolaang Mongondow

iv. CA Gunung Lokon di Tomohon.

k. Kawasan Rawan Bencana Alam

 Kawasan rawan gempa, meliputi seluruh wilayah Provinsi yaitu kawasan berada disekitar wilayah patahan lempeng kulit bumi terluar;

 Kawasan rawan tanah longsor;

 Kawasan rawan gelombang pasang yang meliputi pesisir pantai utara dan selatan Provinsi yang memili elevasi rendah;

 Kawasan rawan gerakan tanah di gunung Lokon Kota Tomohon, Gunung Api Klabat di Kabupaten Minahasa Selatan serta kawasan sekitar danau Tondano di Kabupaten Minahasa Selatan;

 Kawasan rawan banjir yang meliputi daerah muara sungai, dataran banjir dan dataran aluvial terutama di sepanjang sungai di Manado, Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongondow, Minahasa Tenggara, dan Bolaang Mongondow Timur.

l. Kawasan lindung geologi

(8)

8 | B a b I I I – K o t a K o t a m o b a g u

keunikan geologi, Gunung Awu, Wuhu dan Ruang di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Gunung Karakelang di Kabupaten Kepulauan Talaud, Gunung Tangkoko di Kota Bitung serta Gunung Mahawu di Kota Tomohon, Gunung Lokom Empung dan Gunung Soputas di Kabupaten Minahasa Selatan dan Tenggara,

 Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi, yaitu meliputi 9

(sembilan) gunung berapi aktif, yaitu:

i. Gunung Awu

ii. Gunung Karangetang

iii. Gunung Ruang

iv. Gunung Soputan

v. Gunung Lokon

vi. Gunung Ambang

vii. Gunung Tangkoko

viii. Gunung Sub Marine 1922

ix. Gunung Karakelang

 Kawasan Rawan Gempa Bumi meliputi kawasan yang terletak di zona patahan aktif, yaitu; Sesar Amurang – Belang, Sesar Ratatotok, Sesar Likupang, Selat Lembeh, Sesar yang termasuk dalam sistem Sesar Bolaang Mongondow, dan Sesar Manado – Kema.

 Kawasan Rawan Gelombang Tsunami meliputi daerah pesisir pantai

dengan elevasi rendah dan/atau berpotensi atau pernah mengalami tsunami yang tersebar diseluruh wilayah provinsi.

m. Kawasan perubahan peruntukan yang berdampak penting dan

cakupan yang luas serta bernilai strategis (DPLCS), meliputi:

1. Kabupaten Bolaang Mongondow dengan luasa kurang lebih 222.98 Ha

2. Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dengan luasan kurang lebih

10.17 Ha

3. Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan luasan kurang lebih

59.40 Ha

4. Kabupaten Kepulauan Sangihe dengan luasan kurang lebih 4,96 Ha

5. Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dengan luasa kurang

lebih 65.21 Ha

6. Kabupaten Minahasa Selatan dengan luasan kurang lebih 92.90 Ha 7. Kabupaten Minahasa Utara dengan luasan kurang lebih 103.62 Ha 8. Kota Bitung dengan luasan kurang lebih 52.46 Ha

9. Kota Manado dengan luasan kurang lebih 91.46 Ha

II. Rencana Kawasan Budi Daya

(9)

9 | B a b I I I – K o t a K o t a m o b a g u

dengan potensi sumber daya yang ada dengan memperhatikan optimasi pemanfaatannya.

Kawasan Budidaya meliput:

a. Kawasan Peruntukkan Hutan Produksi

Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud adalah:

i. Kawasan hutan produksi terbatas (HPT) di Provinsi Sulawesi Utara dengan luas kurang lebih 213.836 Ha dari luas Provinsi Sulawesi utara

ii. Kawasan hutan produksi tetap, yaitu kawasan peruntukan Hutan

Produksi Tetap (HP) di wilayah Provinsi Sulawesi utara kurang lebih 65.415 Ha dari luas Wilayah Provinsi

iii. Kawasan hutan produksi yang dapat dikorenversi, yaitu kawasan peruntukkan Hutan Produksi dapat di Konversi (HPK) Bintauna di Bolaang Mongondow luas kurang lebih 14.867 Ha dari luas wilayah Provinsi.

b. Kawasan peruntukkan hutan rakyat

Kawasan peruntukkan Hutan Rakyat direncanakan pada lahan-lahan yang tidak dimanfaatkan dan menanaminya dengan tanaman-tanaman yang dapat berfungsi ganda, seperti sebagai penghasil buah, penghasil kayu dan lain-lain yang sekaligus juga berfungsi ekologis. Rencana pengembangan kawasan hutan rakyat dilaksanakan pada kebun Raya Minahasa di Minahasa dan Taman Hutan Rakyat Gunung Tumpa di Manado dan Minahasa Utara.

c. Kawasan peruntukkan pertanian

Kawasan peruntukkan Pertanian, terdiri atas:

i. Kawasan Peruntukkan Tanaman Pangan, tersebar di seluruh wilayah

Provinsi terdapat di:

a. Dumoga, Lolayan an lolak di Kabupaten Bolaang Mongondow

b. Bintauna – Bolangitang di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

c. Dimembe di Minahasa Utara

d. Tondano di Minahasa

e. Tumpaan di Minasa Selatan

f. Seluruh Kabupaten dan Kota yang memiliki lahan berpotensi pengembangan budidaya tanaman pangan;

ii. Kawasan Peruntukkan Hortikultura, terdiri atas:

a. Budidaya tanaman sayur-sayuran jenis dataran tinggi (kubis, wortel, kentang, buncis, bawang daun) di Minahasa, Minahasa Selatan, Tomohon dan didataran tinggi Bolaang Mongondow,

Modoinding, Modayag dan Passi di Kabupaten Bolaang Mongondow (MODASI);

b. Budidaya tanaman rambutan dikembangkan di Minahasa Selatan

dan Minahasa Utara

c. Budidaya tanaman buak salak dikembangkan di Siau Tagulandang

Biaro dan Minahasa Tenggara

(10)

10 | B a b I I I – K o t a K o t a m o b a g u

e. Budidaya tanaman semangka dikembangkan di Minahasa Selatan

dan Minahasa Tenggara

f. Budidaya tanaman nenas dikembangkan di Bolaang Mongondow

dan Minahasa Selatan

g. Budidaya tanaman matoa dikembangkan di Bolaang Mongondow,

Bolaang Mongondow Selatan dan Bolaang Mongondow Timur dan Bolaang Mongondow utara;

iii. Kawasan Peruntukkan Pertanian, berupa kawasan Agropolitan:

a. Klabat Minahasa Utara; b. Pakakaan di Minahasa; c. Agropolitan Modoinding;

d. Dumoga di Bolaang Mongondow;

e. Dagho di Kepulauan Sangihe; f. Siau di Kepualaun Sitaro;

g. Tombatu di Minahasa Tenggara;

iv. Kawasan Peruntukkan, tersebar di seluruh wilayah Provinsi, dengan komoditas perkebunan yang dikembangkan adalah Kelapa, cengkih, pala, cacao/coklat 13 komoditi, vanili dan kopi, jambu mente, casievera, lada, kemiri, aren, jarak pagar, pisang abaka, kelapa sawit (Bolaang Mongondow dan Bolaang Mongondow Utara);

v. Kawasan Peruntukkan Peternakan unggas berupa ayam kampung,

ayam potong, bebek dan angsa tersebar di seluruh Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi;

vi. Kawasan Peruntukkan Peternakan Sapi dan Kuda, berada di Minahasa, Minahasa Utara, Minahasa Tenggara, Minahasa Selatan, Tomohon, manado, Bitung, Kepulauan Talaud, Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Sitaro;

vii. Kawasan Peruntukkan Peternakan Babi, berada di Minahasa, Minahasa

Utara, Minahasa Tenggara, Minahasa Selatan, Tomohon, Manado, Bitung, Kepulauan Talaud, Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Sitaro;

viii. engembangan Kawasan Peruntukkan Pertanian, berupa kawasan

Agropolitan di Klabat Minahasa Utara, Kawasan Agropolitan Rurukan di Tomohon, Kawasan Agropolitan Pakakaan di Minahasa, Kawasan Agropolitas Modoinding di Minahasa Selatan, Kawasan Agropolitan Dumoga di Bolaang Mongondow, Kawasan Agropolitan Dagho di Kepulauan Sangihe, Kawasan Agropolitan Siau di Kepl. Sitaro;

ix. Kawasan Perkebunan Komoditi Unggulan

a. Cengkeh : Kabupaten Minahasa, Minahasa Utara, Minahasa Selatan, Minahasa Tenggara, Bolaang Mongondow Timur dan Bolaang Mongondow Selatan;

b. Kelapa : Kabupaten Minahasa, Minahasa Utara, Minahasa Selatan, Minahasa Tenggara, Bolaang Mongondow Utara dan Bolaang Mongondow;

c. Kakao : Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow utara, Bolaang

Mongondow Selatan dan Bolaang Mongondow Timur;

d. Pala: Kabupaten Minahasa Utara, Kepl. Sitaro, Kepl. Sangihe dan Kepl. Talaud

x. Kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B), dengan luas

(11)

11 | B a b I I I – K o t a K o t a m o b a g u

a. Lahan Sawah eksisting dengan luas kurang lebih 52.236,24 Ha b. Lahan Sawah Cadangan dengan luas kurang lebih 55.124,73 Ha c. Lahan Kering (holtikultura, tanaman pangan, agropolitas dan

peternakan), tersebar di seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara

d. Kawasan peruntukkan kelautan dan perikanan

i. Kawasan peruntukan perikanan tangkap meliputi sepanjang pesisir

laut yang terdapat di Kepulauan Talaud, Kepulauan Sangihe, Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Manado, Bitung, Minahasa Utara, Minahasa

Tenggara, Minahasa Selatan, Bolaang Mongondow, Bolaang

Mongondow Utara, Bolaang Mongondow Selatan,Bolaang Mongondow Timur, dan Minahasa.

ii. Kawasan peruntukan perikanan budidaya (perikanan budidaya ikan

dan rumput laut) meliputi sepanjang pesisir laut di Manado, Bitung, Minahasa Utara, Tomohon (Budidaya Air Tawar) Minahasa Tenggara,

Minahasa Selatan, Minahasa, Bolaang Mongondow, Bolaang

Mongondow Utara, Bolaang Mongondow Selatan, Mongondow Timur, Kotamobagu (Budidaya Air Tawar) dan Danau Tondano (Budidaya Air Tawar) di Minahasa, Sangihe, Sitaro, Talaud.

iii. Pengelolaan ruang wilayah laut dilakukan melalui penetapan Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil.

iv. Kawasan pengolahan ikan berupa pelabuhan perikanan meliputi

Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bitung, Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Dagho di Kepulauan Sangihe dan PPP Tumumpa di Manado, Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Amurang di Minahasa Selatan, PPI Belang di Minahasa Tenggara, PPI Boroko di Bolaang Mongondow Utara, PPI Dodepo di Bolaang Mongondow Selatan, PPI Kema, PPI Likupang, PPI Wori di Minahasa Utara, PPI Kali Jengki di Manado, dan PPI di Kepulauan Talaud.

v. Kawasan industrialisasi perikanan terdapat di : Kepulauan Talaud, Kepulauan Sangihe, Minahasa Utara, Sitaro, Manado, Tomohon, Minahasa Selatan, Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongondow, Bitung, Minahasa, Minahasa Tenggara, Bolaang Mongondow Timur, Kotamobagu, Bolaang Mongondow Selatan.

vi. Pengelolaan dan pengembangan Kawasan Minapolitan Wilayah

Provinsi, meliputi :

 Existing : Kepulauan Sangihe, Manado, Minahasa Utara, Bolaang Mongodow Utara, Minahasa Selatan, Bitung, Minahasa, Minahasa tenggara, Bolaang Mongondow;

 Proyeksi : Kepulauan Talaud, Kepulauan Sitaro, Bolaang Mongondow

Selatan, Bolaang Mongondow Timur.

 Pengembangan Kawasan Konservasi : Konservasi Laut Mane’e di Pulau

(12)

12 | B a b I I I – K o t a K o t a m o b a g u

Arakan), Bolaang Mongondow, Bitung, Konservasi Penyu di (Kecamatan Kombi desa Toloun sampai Parentek) Minahasa (Proyeksi), Minahasa Tenggara (Desa Tumbak dan Desa Bentenan), Bolaang Mongondow Timur, Bolaang Mongondow Selatan.

vii. Reklamasi pantai, pemerintah, pemerintah daerah dan setiap orang yang akan melaksanakan reklamasi wajib membuat perencanaan reklamasi, yaitu : penentuan lokasi, penyusunan rencana induk, studi kelayakan, dan penyusunan rencana detail. Penentuan lokasi reklamasi dan lokasi sumber material reklamasi pertimbangkan aspek teknis, aspek lingkungan hidup, dan aspek sosial ekonomi (tabulasi).

e. Kawasan peruntukkan pertambangan

Kawasan Peruntukan Pertambangan terdiri atas:

i. Kawasan peruntukan pertambangan mineral logam terdiri atas:

a. Nikel Kromit terdapat di Kabupaten Kepulauan Talaud – Pulau Rainis;

b. Timah Hitam terdapat di Kabupaten Kepulauan Sangihe - Pulau Lipang;

c. Emas terdapat di Bolaang Mongondow (Lolayan dan Dumoga); Bolaang Mongondow Selatan (Bolaang Uki); Bolaang Mongondow Timur (Modayag dan Kotabunan); Minahasa Selatan (Motoling Timur, Tompaso Baru, Tatapaan, Ranoyapo, Amurang Barat dan Tenga); Minahasa Tenggara (Ratotok); Minahasa (Pineleng); Minahasa Utara (Likupang Timur dan Likupang Barat); Kepulauan Sangihe (Tabukan Selatan Tenggara, Tabukan Selatan Tengah, Tabukan Selatan, Manganitu Selatan dan Tamako);

d. Bijih Besi terdapat di Bolaang Mongondow Utara (Bolangitang);

Minahasa Utara (Likupang Timur); dan Kepulauan Siau

Tagulandang Biaro (Siau Barat Selatan); Manganitu Selatan;

e. Pasir Besi / Pasir Besi Titan terdapat di Bolaang Mongondow (Lolak,

Inobonto/Lolan, Poigar); Bolaang Mongondow Utara

(Sangkup/Busingo, Bintauna); Bolaang Mongondow Timur

(Kotabunan); Minahasa Selatan (Kecamatan Tenga ds. Moinit, Sapa, Molinou, Sidate, Kecamatan Sinonsayang ds. Poigar); Minahasa Tenggara (Belang); Minahasa (Kecamatan Tombariri – Pantai, Poopoh dan Teling); Kabupaten Kepulauan Talaud (Kecamatan Karakelang, Pulau Salibabu, Melonguane, Beo, Essang, Tampanama); Kabupaten Kepulauan Sangihe (Tabukan Utara, Kendahe, Tabukan Selatan, Tabukan Selatan Tengah, Manganitu, Tabukan Tengah); Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Tagulandang); bagian utara Pulau Sangihe Besar dan Pulau Tagulandang;

f. Mangan terdapat di Bolaang Mongondow Utara dan Minahasa Utara

(Likupang Barat);

g. Barit terdapat di Kepulauan Sangihe (Tabukan Selatan); dan Belerang terdapat di Bolaang Mongondow (Modayag); Minahasa Selatan (Kota Menara) dan Tomohon (Rurukan).

ii. Kawasan peruntukan pertambangan mineral non logam dan batuan,

(13)

13 | B a b I I I – K o t a K o t a m o b a g u

a. Andesit terdapat di Kabupaten Minahasa Tenggara (Kecamatan Belang); Kabupaten Minahasa (Kecamatan Sonder, Pineleng dan Langowan); Kabupaten Kepulauan Talaud (Pulau Karakelang); Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Kecamatan Siau Tengah); Kabupaten Kepulauan Sangihe (Manganitu); Kabupaten Minahasa Utara (Kecamatan Kauditan); Kota Bitung (Bitung Utara);

b. Batu apung di Woloan dan Tara-tara, perkiraan luas sebaran kurang lebih 373,88 Ha dengan cadangan diperkirakan sebanyak kurang lebih 44.478.125 m3;

c. Perlit di Kasuang, perkiraan luas sebaran kurang lebih 100 Ha dengan cadangan diperkirakan sebanyak kurang lebih 1.000.000 m3;

d. Tras di Tomohon dan Enemawira (Kabupaten Kepulauan Sangihe);

e. Batu Belah, terdapat di lereng Gunung Tumpaan; Lempung, terdapat di daerah Radey, Tokin, Karimbow, Mangkit, Basaan, dan Ratatotok;

f. Pasir, terdapat di sebagian endapan sungai, pantai dan hasil endapan gunung api, terutama di sekitar kaki Gunung Soputan dengan ketebalan sekitar kurang lebih 30 meter;

g. Batu Gamping dan kapur, terdapat di Bolaang Mongondow (Lolak, Passi, Dumoga, Domisili – Pangi); Kabupaten Minahasa Tenggara; Kabupaten Talaud (Kecamaan Rainis); Basaan, Mangkit, Ratatotok, dan Blongko;

h. Basalt terdapat di Bebali (Siau), Pangulu – Manganitu, dengan cadangan diperkirakan sebanyak kurang lebih 10.250.600 m3;

i. Pasir Volkanis terdapat di Tabukan Utara dan Tagulandang (Pulau Ruang);

j. Zeolit terdapat di Lamango (Pulau Biaro);

Batu apung terdapat di Pulau Mahangetang, dengan cadangan diperkirakan sebanyak kurang lebih 240.000 m3;

k. Batu setengah permata terdapat di Tagulandang

l. Lempung terdapat di Mengawa (Tamako), dengan cadangan

diperkirakan sebanyak kurang lebih 2.200.000 m3;

m. Sirtu terdapat di Minahasa Selatan (Sinonsayang, Ranoyapo, Tenga, Amurang, Tumpaan, Tatapaan, Amurang Timur, Amurang Barat); dan sekitar Gunung Awu, Gunung Karangetang;

n. Barit, terdapat di Tabukan Selatan, dengan cadangan diperkirakan sebanyak kurang lebih 6.240 ton.

o. Semen, terdapat di Kabupaten Minahasa Tenggara dan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur.

iii. Kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi, terdapat di Cekungan Minahasa dan Cekungan Teluk Tomini.

iv. Kawasan peruntukan pertambangan panas bumi, terdapat di Klaster Lahendong, Klaster Tompaso, Klaster Gunung Ambang, Klaster Gunung Dua Saudara, Klaster Airmadidi dan Klaster Kotamobagu.

(14)

14 | B a b I I I – K o t a K o t a m o b a g u

a. Minahasa Utara - Bitung (Mineral Logam, Mineral Non Logam, Batuan dan Panas Bumi);

b. Manado – Minahasa Utara (Mineral Logam, Mineral Non Logam dan Batuan)

c. Minahasa Selatan – Minahasa Tenggara (Mineral Logam, Mineral Non Logam dan Batuan);

d. Minahasa – Minahasa Utara (Mineral Logam, Mineral Non Logam, Batuan dan Panas Bumi);

e. Bolaang Mongondow Timur – Minahasa Tenggara (Mineral Logam, Mineral Non Logam dan Batuan);

f. Bolaang Mongondow – Bolaang Mongondow Timur – Bolaang

Mongondow Selatan – Kota Kotamobagu (Mineral Logam, Mineral Non Logam, Batuan dan Panas Bumi); dan

g. Minahasa Selatan – Bolaang Mongondow (Mineral Logam, Mineral Non Logam dan Batuan).

f. Kawasan peruntukkan industri

Kawasan Peruntukan Industri Wilayah Provinsi, terdiri atas:

i. kawasan peruntukan industri besar meliputi Kauditan - Bitung - Kema (KABUPATENIMA) di Minahasa Utara dan Bitung serta kawasan industri terpadu Bitung di Bitung;

ii. kawasan peruntukan industri sedang berupa Kawasan Kapitu-Amurang di Minahasa Selatan; dan

iii. kawasan peruntukan industri kecil dan menengah (IKM) tersebar di seluruh Kabupaten/Kota wilayah Provinsi;

iv. Kawasan pendukung kawasan ekonomi khusus Tanjung Merah Bitung, di Likupang, Minahasa Utara, Tahuna – Petta Kepulauan Sangihe, Melonguane - Lirung Kepulauan Talaud, Ratatotok – Lakban Minahasa Tenggara

g. Kawasan peruntukkan pariwisata

Kawasan peruntukan pariwisata, terdiri atas:

 Kawasan pariwisata budaya, berupa pengembangan kawasan wisata

budaya Bukit Tengkorak Pulau Makalehi di Kepulauan Siau, Tagulandang, Biaro.

 Kawasan pariwisata alam, terdiri atas:

 Kawasan wisata, yaitu :

1. Kawasan wisata Malalayang – Kalasey (Malasey) di Manado dan Minahasa;

2. Kawasan wisata Danau Tondano dan sekitarnya di Minahasa;

3. Kawasan wisata Daerah Aliran Sungai (DAS) Tondano di Minahasa, Minahasa Utara dan Manado;

(15)

15 | B a b I I I – K o t a K o t a m o b a g u

 Pengembangan kawasan wisata, yaitu :

1. pengembangan kawasan wisata pantai Manado-Minahasa-Bitung

Pantai Utara (MAHABINTURA), meliputi: Wawontulap-Tanawangko-Tasik-Ria-Boulevard-Manado-Tanjung-Pisok-Likupang-Tanjung

Pulisan Karondoran-Selat Lembeh-Bitung-Tanjung Merah-Tasikoki-Batu Nona-Kema;

2. pengembangan kawasan wisata bahari di dalam kawasan Taman

Nasional Laut Bunaken;

3. pengembangan kawasan ekowisata di kawasan Taman Nasional

Dumoga Nani Warta Bone;

4. pengembangan kawasan wisata Kota Pantai dan ekowisata Manado;

5. pengembangan kawasan wisata Kota Bahari dan wisata laut : Pulau Ruang, Pulau Para, Pulau Mahoro, Pulau Tagulandang dan Gunung Api Bawah Laut Mahangetang; dan

6. pengembangan kawasan wisata Pulau di Perbatasan antar negara, yaitu : Pulau Miangas, Marore dan Gugusan Pulau Nanusa, Intata - Kakorotan dan Pulau Bongkil, Pulau Makalehi, Pulau Mantehage;

7. Kawasan pariwisata buatan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas:

o pengembangan kawasan wisata Kota Bunga di Tomohon; dan

o pengembangan kawasan wisata Pulau Khusus Ketangkasan, yaitu di

Pulau Siladen Manado dan Pulau Gangga Minahasa Utara.

8. Kawasan pariwisata yang bernilai strategis nasional, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, yaitu terdapat di Kawasan Pinabetengan dan Bukit Kasih Kanonang

h. Kawasan peruntukkan permukiman

Kawasan Peruntukan Permukiman, terdiri atas:

i. Kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan, terdiri atas:

o klaster Manado - Airmadidi - Bitung;

o klaster Manado - Wori;

o klaster Manado - Tumpaan - Amurang;

o klaster Tondano - Eris - Kombi;

o klaster Tomohon - Kawangkoan - Tompaso;

o klaster Tomohon - Tondano - Airmadidi;

o klaster Manado - Pineleng - Tomohon;

o klaster Airmadidi - Tatelu - Likupang;

o klaster Amurang - Poigar - Inobonto;

o klaster Amurang - Motoling - Tompaso Baru;

o klaster Amurang - Kawangkoan;

o klaster Kotamobagu - Dumoga;

o klaster Kotamobagu - Tompaso Baru;

(16)

16 | B a b I I I – K o t a K o t a m o b a g u

o klaster Lolak - Bolang Itang - Boroko;

o klaster Lolak - Kotamobagu - Dumoga;

o klaster Dumoga - Molibagu - Pinolosian;

o klaster Pinolosian - Kotabunan - Belang;

o klaster Tompaso - Ratahan - Belang; dan

o klaster Belang - Atepoko - Kema.

ii. Kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan di kepulauan, terdiri atas:

a. klaster P. Bunaken - P. Manado Tua - P. Nain - Manado;

b. klaster P. Talisei - P. Bangka - Likupang;

c. klaster P. Siau - P. Tagulandang - P. Biaro;

d. klaster Tahuna – Tatoareng – Dagho - Manalu;

Gambar 3.2

Peta Kegiatan Strategis Nasional (KSN)

(17)

17 | B a b I I I – K o t a K o t a m o b a g u

Gambar 3.3

Peta Kawasan Strategis Provinsi (KSP)

Sumber : Bappeda Provinsi Sulut

3.1.3

Arahan Wilayah Pengembangan Strategis

Berisikan arahan fungsi pengembangan wilayah dan indikasi program di 35 WPS. Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau merupakan rencana rinci dan operasionalisasi dari RTRWN.

a. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang antara lain

mencakup arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya, serta arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH.

b. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang memberikan arahan

batasan wilayah mana yang dapat dikembangkan dan yang harus dikendalikan.

c. Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, rusunawa, agropolitan, dll.

I. TUJUAN PENATAAN RUANG PULAU SULAWESI

a. Pusat pengembangan ekonomi kelautan berbasis keberlanjutan

pemanfaatan sumber daya kelautan dan konservasi laut;

b. Lumbung pangan padi nasional di bagian selatan Pulau Sulawesi dan

lumbung pangan jagung nasional di bagian utara Pulau Sulawesi;

c. Pusat perkebunan kakao berbasis bisnis di bagian tengah Pulau Sulawesi;

d. Pusat pertambangan mineral, aspal, panas bumi, serta minyak dan gas

(18)

18 | B a b I I I – K o t a K o t a m o b a g u

e. Pusat pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata,

serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan

pameran (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition/MICE);

f. Kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang

negara yang berbatasan dengan Negara Filipina dan Negara Malaysia

dengan memperhatikan keharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan dan

keamanan negara, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan

hidup;

g. Jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan keterkaitan

antar wilayah, efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah;

h. Kawasan perkotaan nasional yang berbasis mitigasi dan adaptasi bencana;

dan

i. Kelestarian kawasan berfungsi lindung yang bervegetasi hutan tetap paling

sedikit 40% (empat puluh persen) dari luas Pulau Sulawesi sesuai dengan

kondisi ekosistemnya.

II. KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG PULAU SULAWESI

1) Kebijakan untuk mewujudkan pusat pengembangan ekonomi kelautan

berbasis keberlanjutan pemanfaatan sumber daya kelautan dan

konservasi laut,

2) Strategi untuk pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat

pengembangan perikanan berbasis mitigasi dan adaptasi dampak

pemanasan global

3) Strategi untuk pengembangan kawasan minapolitan dengan

memperhatikan potensi lestari

4) Strategi untuk pelestarian kawasan konservasi laut yang memiliki

keanekaragaman hayati tinggi

5) Kebijakan untuk mewujudkan lumbung pangan padi nasional di bagian

selatan Pulau Sulawesi dan lumbung pangan jagung nasional di bagian

utara Pulau Sulawesi

6) Strategi untuk pengembangan sentra pertanian tanaman pangan padi

dan jagung yang didukung dengan industri pengolahan dan industri jasa

untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional

7) Strategi untuk pengembangan jaringan prasarana sumber daya air untuk

meningkatkan luasan lahan pertanian tanaman pangan padi dan jagung

8) Strategi untuk pemertahanan kawasan peruntukan pertanian pangan

(19)

19 | B a b I I I – K o t a K o t a m o b a g u

9) Kebijakan untuk mewujudkan pusat perkebunan kakao berbasis bisnis di

bagian tengah Pulau Sulawesi

10) Strategi untuk pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat

industry pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan kakao yang

bernilai tambah tinggi dan ramah lingkungan

11) Strategi untuk pengembangan sentra-sentra perkebunan kakao dengan

prinsip pembangunan berkelanjutan

12) Kebijakan untuk mewujudkan pusat pertambangan mineral, aspal, panas

bumi, serta minyak dan gas bumi di Pulau Sulawesi

13) Strategi untuk pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat

pengembangan pertambangan mineral berupa nikel serta minyak dan gas

bumi yang ramah lingkungan

14) Strategi untuk pengembangan kawasan peruntukan pertambangan

mineral, aspal, panas bumi, serta minyak dan gas bumi dengan

memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup

15) Kebijakan untuk mewujudkan pusat pariwisata cagar budaya dan ilmu

pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan,

perjalanan insentif, konferensi dan pameran

16) Strategi untuk pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat

pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, serta

penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan

pameran

17) Strategi untuk pengembangan kawasan peruntukan pariwisata cagar

budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan

pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran

18) Kebijakan untuk mewujudkan kawasan perbatasan negara sebagai

beranda depan dan pintu gerbang negara yang berbatasan dengan

Negara Filipina dan Negara Malaysia dengan memperhatikan

keharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan dan keamanan negara,

kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan hidup

19) Strategi untuk pengembangan kawasan perbatasan negara dengan

pendekatan kesejahteraan, pertahanan dan keamanan negara, serta

lingkungan hidup

20) Strategi untuk pemertahanan eksistensi 14 (empat belas) pulau kecil

terluar yang meliputi Pulau Lingian, Pulau Salando, Pulau Dolangan,

Pulau Bangkit (Bongkil), Pulau Mantewaru, Pulau Makalehi, Pulau

(20)

20 | B a b I I I – K o t a K o t a m o b a g u

Miangas, Pulau Marampit, Pulau Intata, dan Pulau Kakarutan sebagai

titik-titik garis pangkal kepulauan Indonesia

21) Kebijakan untuk mewujudkan jaringan transportasi antarmoda yang

dapat meningkatkan keterkaitan antarwilayah, efisiensi ekonomi, serta

membuka keterisolasian wilayah

22) Strategi untuk pengembangan jaringan transportasi yang terpadu untuk

meningkatkan keterkaitan antarwilayah, efisiensi, dan daya saing

ekonomi wilayah

23) Strategi untuk pengembangan jaringan transportasi untuk meningkatkan

aksesibilitas kawasan perbatasan negara, kawasan tertinggal dan

terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil

24) Kebijakan untuk mewujudkan kawasan perkotaan nasional yang berbasis

mitigasi dan adaptasi bencana

25) Strategi untuk pengendalian perkembangan kawasan perkotaan dan

wilayah pesisir yang rawan bencana

26) Strategi untuk pengembangan prasarana dan sarana perkotaan pada

kawasan rawan bencana

27) Kebijakan untuk mewujudkan kelestarian kawasan berfungsi lindung

yang bervegetasi hutan tetap paling sedikit 40% (empat puluh persen)

dari luas pulau Sulawesi sesuai dengan kondisi ekosistemnya

28) Strategi untuk pemantapan kawasan berfungsi lindung dan rehabilitasi

kawasan berfungsi lindung yang terdegradasi

29) Strategi untuk pengendalian kegiatan budi daya yang berpotensi

mengganggu kawasan berfungsi lindung

30) Strategi untuk pengembangan koridor ekosistem antarkawasan

(21)

21 | B a b I I I – K o t a K o t a m o b a g u

Gambar 3.4

Sebaran 35 Wilayah Pengembangan Strategis di Indonesia

Gambar 3.5

(22)

22 | B a b I I I – K o t a K o t a m o b a g u

3.1.4

Arahan Rencana Pembangunan Daerah

A. TUJUAN PEMBANGUNAN

Berdasarkan visi dan misi yang telah disebutkan sebelumnya, maka untuk lima tahun kedepan tujuan pembangunan daerah adalah:

1. Tercapainya Kota Kotamobagu sebagai pusat pertumbuhan ekonomi

regional di kawasan Bolmong Raya dan Sulut bagian Barat-Selatan.

2. Terwujudnya Kotamobagu sebagai kota jasa yang menjadi andalan dan pemicu perkembangan ekonomi kota.

3. Tersedianya infrastruktur yang memadai di Kota Kotamobagu.

4. Terselenggaranya pelayanan publik yang optimal.

5. Terwujudnya iklim usaha yang kondusif dan kompetitif di Kota

Kotamobagu.

6. Tersedianya sentra atau pusat pengembangan agroindustri berbasis

petani/kelompok tani.

7. Tersedianya dan tersebarnya pusat-pusat kegiatan agrobisnis yang memberi akses luas kepada kelompok usaha mikro, kecil, dan menengah.

8. Terbukanya akses pasar komoditi agroindustri dan agribisnis berbasis produksi rakyat.

9. Tersedianya sekolah-sekolah unggulan untuk jenjang pendidikan TK, SD,

SMP, SMU dan SMK bertaraf internasional.

10.Terselenggaranya pendidikan tinggi yang andal dan bermutu

11.Tersedianya pusat-pusat layanan kesehatan yang bermutu dan

menyenangkan.

12.Terbangunnya rumah sakit yang memberi layanan kesehatan berkualitas

dan menyenangkan.

13.Terselenggaranya pendidikan yang bermutu dan andal untuk

menyediakan tenaga keperawatan dan paramedis.

14.Terwujudnya kota Kotamobagu yang bersih, sehat, tertata, teatur dan memiliki lingkungan hudup yang berkualitas.

15.Terbangunnya pusat kebudayaan yang menjadi ikon budaya di Bolmong

Raya.

16.Terselenggaranya pemerintahan yang baik, responsif dan berorientasi melayani masyarakat.

17.Terselenggaranya perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan

pembangunan yang melibatkan partisipasi publik.

18.Terwujudnya kesetaraan gender, perlindungan terhadap kesehatan ibu

(23)

23 | B a b I I I – K o t a K o t a m o b a g u

19.Terselenggaranya tertib sosial yang menghormati supermasi hukum dan

warisan leluhur yang mengendepankan budaya mototabian,

mototanoban bo mototompian.

20. Terselenggaranya praktik politik dan demokrasi yang bersendikan

Falsafah Dodandian Paloko-Kinalang

B. SASARAN PEMBANGUNAN

Sasaran Pembangunan Kota Kotamobagu dalam lima tahun kedepan (2008

-2013) adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya kualitas sumberdaya manusia melalui peningkatan

layanan kesehatan dan pendidikan.

2. Terwujudnya tata pemerintahan yang menerapkan prinsip-prinsip Good

Governance dan Clean Goverment, menghargai supermasi hukum, dan

berkeadilan.

3. Meningkatnya fasilitas layanan publik, lingkungan yang berkualitas, bersih, sehat, tertata dan nyaman.

4. Meningkatnya kualitas dan ketersediaan sarana dan prasarana

perkotaan.

5. Terwujudnya pelayanan prima, terciptanya iklim usaha kondusif dan

kompetitif, dan meningkatnya daya saing daerah.

6. Meningkatnya ekonomi masyarakat, nilai tambah produk-produk

pertanian, industri kreatif, serta meningkatnya panetrasi pasar

produk-produk khas Kotamobagu.

7. Terwujudnya kehidupan sosial dan politik yang dinamis, egaliter,

menghargai kesetaraan gender, dan demokratis bersendikan Falsafah

Dodandian Paloko-Kinalang.

8. Terwujudnay pengembangan budaya, pelestarian nilai-nilai luhur

leluhur untuk menjadi modal sosial bagi kemajuan kota dan mekanisme

ketahanan sosial dan masyarakat.

9. Meningkatnya sinergitas dengan daerah-daerah lain, khususnya di Bolmong Raya untuk mempercepatan pertumbuhan Kota Kotamobagu.

10.Mengembangkan kerjasama internasional untuk peningkatan kualitas pendidikan, layanan kesehatan, dan memacu perekonomian

C. KEBIJAKAN UMUM PEMBANGUNAN

Arah kebijakan umum pembangunan Kota Kotamobagu dalam lima tahun

kedepan adalah sebagai berikut:

(24)

24 | B a b I I I – K o t a K o t a m o b a g u

layanan kesehatan dan pendidikan.

1. Peningkatan mutu pendidikan yang tercermin dari mutu lulusan

semua jenjang pendidikan.

2. Pengembangan sekolah unggulan untuk jenjang pendidikan TK, SD, SMP, SMU, dan SMK yang dapat dijangkau masyarakat luas.

3. Peningkatan jumlah sekolah di jenjang TK, SD, SMP, SMU dan SMK yang memenuhi standar nasional.

4. Pengembangan sekolah di jenjang TK, SD, SMP, SMU dan SMK yang

memenuhi standar internasional.

5. Pengembangan kerjasama dan kemitraan sekolah unggulan tingkat

SD, SMP, SMU dan SMK di Kotamobagu dengan sekolah unggulan

setingkat di negara lain.

6. Pengembangan kerjasama dan kemitraan sekolah unggulan tingkat

SD, SMP, SMU, dan SMK di Kotamobagu dengan sekolah unggulan setingkat di daerah lain.

7. Peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang

berkualitas melalui Wajib Belajar Pendidikan Dasar sembilan tahun.

8. Peningkatan jumlah dan perbaikan fasilitas pendidikan (gedung

sekolah, laboratorium, perpusatakaan, laboratorium bahasa, fasilitas olahraga, bengkel kerja, dll).

9. Peningkatan jumlah dan kualitas tenaga kependidikan

berkualifikasi standar nasional dan internasional.

10. Pendistribusian tenaga pendidik yang lebih merata dan sesuai

keahlian.

11. Pemberian insentif dan beasiswa (sekolah lanjut) kepada guru

berperastasi.

12. Pemberian beasiswa kepada siswa dan mahasiswa kurang mampu dan berprestasi.

13. Penguatan KBK (kurikulum berbasis kompetensi) dan muatan lokal

(mulok).

14. Peningkatan pendidikan informal & nonformal (pelatihan, kursus

singkat, magang) yang bermutu dan dapat dijangkau masyarakat

luas.

15. Pengembangan pendidikan ketrampilan berstandar regional.

16. Peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas.

(25)

25 | B a b I I I – K o t a K o t a m o b a g u

masyarakat (rumah sakit, puskesmas, klinik kesehatan, posyandu).

18. Pengembangan rumah sakit berstandar nasional.

19. Peningkatan standarisasi pelayanan rumah sakit, puskesmas,

puskesmas pembantu dan posyandu.

20. Pengembangan kerjasama kemitraan rumah sakit dan puskesmas

unggulan dengan rumah sakit dan puskesmas unggulan di negara

lain.

21. Pengembangan kerjasama kemitraan dengan rumah sakit dan

puskesmas model di daerah lain.

22. Peningkatan kuantitas dan kualitas tenaga medis dan paramedis.

23. Pengembangan sistem jaminan kesehatan.

24. Peningkatan kesehatan lingkungan dan pola hidup sehat.

25. Peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat sejak usia dini.

26. Pendistribusian tenaga medis dan paramedis yang lebih merata.

27. Pemberian insentif dan beasiswa (sekolah lanjut) kepada tenaga medis dan paramedis.

28. Pengembangan lembaga pendidikan keperawatan dan paramedis

berstandar regional.

29. Pengembangan kemitraan dengan lembaga pendidikan

keperawatan dan paramedis rujukan/model di daerah lain.

30. Pengembangan kemitraan dengan lembaga pendidikan

(26)

26 | B a b I I I – K o t a K o t a m o b a g u

Tabel 3.1

Strategi dan Arah Kebijakan Kota Kotamobagu V I S I :

TERWUJUDNYA KOTAMOBAGU SEBAGAI KOTA MODEL JASA DI KAWASAN BOLAANG MONGONDOW RAYA MENUJU MASYARAKAT

YANG SEJAHTERA, BERBUDAYA, DAN BERDAYA SAING MISI 1

MENINGKATKAN KINERJA PEMERINTAHAN YANG CLEAN GOVERNMENT DAN GOOD GOVERNANCE YANG BEBAS KOLUSI, KORUPSI DAN NEPOTISME

BERSENDIKAN FALSAFAH DODANDIAN PALOKO-KINALANG

Tujuan Sasaran Strategis Arah Kebijakan

(27)
(28)

28 | B a b I I I – K o t a K o t a m o b a g u

Meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan dan kesehatan untuk menghasilkan sumberdaya manusia yang professional dan berdaya saing.

(29)
(30)

30 | B a b I I I – K o t a K o t a m o b a g u

2.2.1. Meningkatkan jumlah mutu

Menjadikan Kotamobagu sebagai pusat pertumbuhan ekonomi berbasis jasa serta mempertahankan keunikan kota kotamobagu sebagai kawasan

(31)

31 | B a b I I I – K o t a K o t a m o b a g u

mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi serta pengembangan kawasan strategis yang berwawasan lingkungan hidup

(32)

32 | B a b I I I – K o t a K o t a m o b a g u

Mengembangkan kehidupan sosial budaya yang dinamis namun tetap melestarikan nilai-nilai luhur dan jati diri yang religius

bersendikan kearifan lokal Bolaang Mongondow

(33)
(34)

34 | B a b I I I – K o t a K o t a m o b a g u

Misi 5 :

Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dengan konsep ekonomi kerakyatan, insentif investasi serta pemberdayakan pelaku bisnis dalam

pengembangan koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah berdasarkan

prinsip ”Moposad dan Pogogutat Motolu Adi”.

(35)

35 | B a b I I I – K o t a K o t a m o b a g u

3.2 Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

3.2.1 Rencana Kawasan Permukiman (RKP), berisikan:

i. Visi dan misi pengembangan kawasan permukiman

ii. Rencana pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman

kabupaten/kota

Arahan pengelolaan kawasan permukiman yaitu :

1. Mengembangkan fungsi perkotaan berdasarkan arahan yang ditetapkan dalam hirarki pusat-pusat permukiman.

2. Mengembangkan sarana dan prasarana permukiman pusat Kecamatan dan pinggiran kota untuk memacu percepatan pembangunan wilayah sekitar.

3. Meningkatkan interaksi ruang antara pusat permukiman dengan pinggiran kota yang selaras dan optimal.

4. Mengembangkan kawasan perumahan pada zona aman bencana.

5. Membuat arahan dan mekanisme pengendalian pembangunan untuk

menjamin perumahan dibangun pada kawasan aman bencana.

6. Memperhatikan proyeksi pertambahan penduduk dengan ketersediaan

lahan permukiman perlu atau tidaknya untuk pengembangan vertikal.

7. Meningkatkan sumber-sumber air memperluas pelayanan air bersih

sampai ke tingkat pinggiran kota;

(36)

36 | B a b I I I – K o t a K o t a m o b a g u

9. Meningkatkan kualitas dan penyediaan fasilitas dan utilitas lingkungan/ pemukiman;

10. Kebijakan pembangunan pada daerah pesisir/perumahan nelayan;

11. Akses fisik ke kota/PKL terdekat.

Pola Sebaran Permukiman

Sebaran perumbuhan kawasan permukiman diarahkan pada pola multiple sub

-nucleus dimana pusat kota dianggap kawasan berkepadatan tinggi kemudian

berjarak tertentu dengan kutub-kutub permukiman di kawasan sekitarnya dan

selanjutnya berjarak tertentu terhadap permukiman di pinggiran kota. Antara

satu pusat permukiman dengan lainnya berada pada jarak jangkauan yang

menjadi green belt. Pola pertumbuhan permukiman, tidak menganut sistim

aglomerasi yang menerus atau langsung melebar dari permukiman yang ada,

namun diarahkan ke area baru pada jarak yang cukup jauh dari pusat

permukiman yang sudah padat. Dengan demikian, maka tidak terjadi pemusatan

kepadatan pada daerah permukiman baru. Kondisi topografi yang relatif datar

dan landai serta faktor geologisnya, juga menjadi dasar pertimbangan terhadap

penerapan konsep pola ini. Resiko banjir, genangan serta resiko bencana dapat

diminimalisir dimana terdapat ruang-ruang diantara kelompok-kelompok

permukiman.

(37)

37 | B a b I I I – K o t a K o t a m o b a g u

Pola Kepadatan

Kepadatan bangunan permukiman, mengikuti arahan kepadatan bangunan

yang berorientasi pada pola kepadatan rendah dan sedang yang tersebar

secara proporsional di wilayah Kelurahan. Permukiman berkepadatan rendah

diarahkan didaerah yang membutuhkan areal hijau untuk keperluan resapan

air dan fungsi lainnya. Sedangkan kawasan yang diarahkan untuk permukiman

berkepadatan sedang ditujukan pada daerah yang menjadi daerah

pertumbuhan baru yang sedang dan akan cepat tumbuh dalam waktu dekat.

Pengelompokan kepadatan permukiman dibagi menjadi:  kepadatan rendah (dibawah 30 unit rumah per hektar),  

kepadatan sedang (antara 30 s/d 60 unit per hektar) dan  

kepadatan tinggi (diatas 60 unit per hektar).

Angka kepadatan ini dapat bernilai relatif menurut pembandingnya. Bernilai

kepadatan netto dibandingkan dengan luasan efektif fungsi terbangun,

sebaliknya bernilai brutto bilai dibandingkan dengan luasan total wilayah yang

bersangkutan.

Berdasarkan karakteristik kawasan dan rencana pengelolaan ruang untuk

fungsi fungsi ekonomi dan ekologi, hanya di Kelurahan Gogagoman, Mogolaing

dan Kotamobagu yang memiliki kepadatan sedang sampai tinggi. Di Kelurahan

lainnya, secara umum masih dapat diarahkan pada tingkat kepadatan rendah

sampai sedang.

Tabel 3. 2 Kebutuhan jumlah rumah Jumlah

Jumla h rumah

Rumah Jumla h

Rasio- yang masi

Tahun yang Ruma h yang

backlog harus

harus ada

disediaka n dipenuhi

2014 33320 27323 0.82 5998

2019 36512 30670 0.84 5842

2024 39703 34144 0.86 5558

(38)

38 | B a b I I I – K o t a K o t a m o b a g u

Gambar 3.7 Image Blok Permukiman yang dilengkapi dengan RTH

Tabel 3. 3 Arahan Tata Bangunan di Kecamatan Kotamobagu Selatan

Kecamatan Kotamobagu Selatan KategoriGempa KepadatanPenduduk KepadatanBangunan maksimumKDB maksimumKLB TLM

Kelurahan Motoboi Kecil A 92 25.00 50 100 2

Kelurahan Pobundayan A 95 25.00 50 100 2

Kelurahan Mongondow A 57 25.00 50 100 2

Desa Tabang A 92 25.00 50 100 2

Desa Poyow a Besar II A 86 25.00 50 100 2

Desa Poyow a Besar I A 75 25.00 50 100 2

Desa Bungko A 65 25.00 50 100 2

Desa Poyow a Kecil A 77 25.00 50 100 2

C 20.00 40 40 1

Desa Kopandakan I A 84 30.00 50 100 2

Tabel 3. 4 Arahan Tata Bangunan di Kecamatan Kotamobagu Barat

Kecamatan Kotamobagu Barat Kategori Kepadatan Kepadatan KDB KLB TLM Gempa Penduduk Bangunan maksimum maksimum

Kelurahan Kotamobagu A 112 30 50 200 4

Kelurahan Gogagoman A 126 35 60 240 4

Kelurahan Mogolaing A 117 30 50 200 4

C 20 40 160 4

Kelurahan Molinow A 64 20 50 100 2

C 20 40 40 1

Kelurahan Mongkonai A 35 15 50 100 2

Kelurahan Mongkonai Barat A 48 20 50 100 2

Tabel 3. 5 Arahan Tata Bangunan di Kecamatan Kotamobagu Utara

Kecamatan Kotamobagu Utara Kategori Kepadatan Kepadatan KDB KLB TLM Gempa Penduduk Bangunan maksimum maksimum

Kelurahan Genggulang A 57 20 40 80 2

Kelurahan Upai A 77 20 40 80 2

Kelurahan Biga A 90 20 40 80 2

(39)

39 | B a b I I I – K o t a K o t a m o b a g u

Kelurahan Bilalang I A 102 30 40 80 2

Kelurahan Bilalang II A 96 30 40 80 2

Kelurahan Sia A 60 20 40 80 2

Tabel 3. 6 Arahan Tata Bangunan di Kecamatan Kotamobagu Timur

Kecamatan Kotamobagu Timur Kategori Kepadatan Kepadatan KDB KLB TLM Gempa Penduduk Bangunan maksimum maksimum

Kelurahan Motoboi Besar A 25 20 40 80 2

C 20 40 40 1

Kelurahan Matali A 77 30 40 80 2

Kelurahan Kotabangon A 85 30 40 80 2

Kelurahan Tumubui A 109 30 40 80 2

Kelurahan Kobo Besar A 76 20 40 80 2

C 20 40 40 1

Kelurahan Sinindian A 91 30 40 80 2

C 20 40 40 1

Desa Kobo Kecil A 34 20 40 80 2

Desa Moyag A 81 20 40 80 2

Desa Moyag Tampoan A 89 30 40 80 2

(40)

40 | B a b I I I – K o t a K o t a m o b a g u

(41)

41 | B a b I I I – K o t a K o t a m o b a g u

Gambar 3. 9 Peta Rencana Pengembangan Perumahan Permukiman Kota Kotamobagu

Pola Ruang Perdagangan & Jasa

Ruang fasilitas perniagaan meliputi ruang untuk kegiatan perdagangan dan

jasa-jasa yang berhubungan dengan perniagaan. Kebutuhan ruang untuk

fasilitas pertokoan, pusat perbelanjaan (shoping center), pasar, maupun pusat

perkantoran swasta, adalah yang termasuk dalam kelompok ini. Kebutuhan

ruang untuk fasilitas tersebut perlu dipertimbangkan untuk dipersiapkan

menghadapi kebutuhan sampai 20 tahun kedepan. Kondisi eksiting tahun

2009, di Kota Kotamobagu menunjukkan adanya pusat pertokoan dan pusat

perbelanjaan yang dilengkapi pasar lingkungan di Kecamatan kotamobagu

Barat, yaitu di Kelurahan Gogagoman. Kawasan tersebut menjadi pusat tujuan

belanja bagu penduduk di seluruh wilayah Kecamatan, sehingga di Kota

Kotamobagu hanya terjadi satu titik pemusatan pertumbuhan dan keramaian

(42)

42 | B a b I I I – K o t a K o t a m o b a g u

berdampak pada ketidakseimbangan perkembangan kota, karena tidak ada

pusat-pusat sejenis di Kecamatan lainnya. Menuju pembangunan ruang kota

sampai tahun 2029, dialokasikan penyebaran pusat-pusat pertumbuhan dan

perdagangan di pusat-pusat Kecamatan dan Kelurahan. Perhitungan

kebutuhan jumlah dan luasan mengacu pada standar yang berlaku, yang

khususnya berdasarkan acuan jumlah penduduk yang berkembang sampai

tahun 2029 dan tersebar di Kecamatan-kecamatan. Tabel-tabel di halaman

berikut, menunjukkan hasil perhitungan kebutuhan jenis dan angka luasan

fasilitas perniagaan dan jasa di wilayah kota.

(43)

43 | B a b I I I – K o t a K o t a m o b a g u

Gambar 3. 11 Gambar 4.7. image kompleks PKL

Pola Ruang Pertanian dan Perkebunan

1. Konsep Pola

Jenis kegiatan budidaya non terbangun berupa kegiatan pertanian dalam arti

luas, yang berdasar SK Mentan No 683/Kpts/Um/8/1981 dan

837/Kpts/Um/11/1980, meliputi kegiatan pertanian yang difungsikan sebagai

kawasan penyangga, kegiatan pertanian lahan kering (palawija) kegiatan

pertanian tanaman tahunan atau perkebunan, dan kegiatan pertanian tanaman

hias, peternakan, dan perikanan.

Berdasarkan fungsi pemanfaatan ruang Kota Kotamobagu terdapat lahan yang

sesuai bagi pengembangan pertanian dan secara operasional, strategi

pengembangannya adalah memanfaatkan secara optimal kawasan budidaya

untuk pengembangan pertanian yang didasarkan pada kesesuaian lahan. Dalam

tata ruang Kota Kotamobagu lokasi atau penyebaran kawasan budidaya

pertanian tidak dijelaskan secara eksplisit mengingat terjadinya tumpang tindih

lokasi untuk masing-masing usaha pertanian.

Pengembangan kawasan budidaya pertanian secara keseluruhan diarahkan

untuk budidaya tanaman pangan lahan basah, tanaman pangan lahan kering,

perkebunan/ tanaman tahunan, holtikultura, peternakan dan perikanan darat

Secara garis besar penggunaan areal pertanian di Kota Kotamobagu

(44)

44 | B a b I I I – K o t a K o t a m o b a g u

Intensifikasi

Pemanfaatan lahan di Kota Kotamobagu relatif sudah dilakukan secara optimal,

namun demikian, untuk menunjang arah pembangunan pertanian d kawasan

kota yang menuju pada pola agribisnis da agroindustri, maka diperlukan

intensifikasi lahan yang sudah dimanfaatkan untuk mendorong sektor produksi

dan peningkatan ilmu pengetahuan dibidang pertanian tanaman pangan padi

swah pada khususnya. Terdapat dukungan irigasi teknis dan jalan usaha tani

yang seharusnya menjadi dorongan kearah oeningkatan produktifitas. Oleh

karena itu untuk peningkatan produksi dan pendapatan masyarakat, upaya yang

harus ditempuh adalah intensifikasi.

Rehabilitasi Tanaman Tahunan

Sebagian besar tanaman tahunan yang ada merupakan tanaman kelapa, buah

-buahan, cengkeh yang diantaranya sudah berumur tua. Dalam waktu sampai 20

tahun mendatang tanaman tersebut akan kurang produktif atau sama sekali

tidak produktif lagi atau yang dikenal dengan lahan tidur. Untuk meningkatkan

produktivitas tanah tersebut akan ditempuh upaya-upaya rehabilitasi tanaman

tanaman perkebunan dengan tanaman baru dan dengan menggunakan bibit

unggul.

2. Alokasi dan Pola / Tatanan Ruang

Ruang Pertanian sawah, diprioritaskan pada lahan yang sudah terbentuk dan

menjadi sabuk hijau diantara kantung-kantung permukiman di pinggiran kota.

Sawah di tengah kota akan mengalami perubahan fungsi sesuai dengan pola

pertumbuhan permukiman di kawasan perkotaan. Ruang pertanian sawah dan

perkebunan menjadi andalan dalam penyediaan RTH perkotaan yang bersifat

produktif menjadi andalan dalam penyediaan RTH perkotaan yang bersifat

produktif.

Pola Ruang Industri dan Pergudangan

1.Konsep Pola

Untuk memperoleh kelayakan ekonomis pemilihan lokasi industri dan

pergudangan dilakukan dengan menekan biaya produksi. Hal tersebut ditempuh

dengan mengacu pada pertimbangan sumberdaya energi, suplai air, dan

transportasi sebagai pertimbangan utama. Kegiatan industri diarahkan

pengembangannya dalam bentuk pengembangan sentra-sentra industri kecil

Gambar

Gambar 3.2 Peta Kegiatan Strategis Nasional (KSN)
Gambar 3.3 Peta Kawasan Strategis Provinsi (KSP)
Gambar 3.4 Sebaran 35 Wilayah Pengembangan Strategis di Indonesia
Gambar 3. 6 Pola Pertumbuhan sebaran permukima
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sejalan dengan temuan menyangkut fenomena aktifitas komunikasi melalui penggunaan internet yang mengacu pada dimensi orientasi khalayak dalam level selektifitas

Rasa terima kasih juga ingin penulis sampaikan kepada I Gede Oeinada, S.S., M.Hum., yang telah member banyak ilmu tentang penerjemahan pada saat perkuliahan sehingga

Hasil penelitian dan pengembangan menunjukkan bahwa uji kelompok kecil, uji kelompok besar dan uji ahli menyatakan bahwa produk “papan berpeluang” menarik dan layak

Sesuai hasil penelitian, pada indikator ini terdata sejumlah 50% subjek dari unsur siswa memilih skala 3 yang menyatakan bahwa ilustrasi yang disajikan pada Buku Sekolah

BOK merupakan bantuan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mendukung operasional puskesmas dalam rangka pencapaian program kesehatan prioritas nasional,

Sifat penelitian dalam skripsi ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat–sifat suatu individu, keadaan, gejala atau

Bila penulangan konstruksi beton menggunakan tulangan jaring, maka akan berlaku pera- turan sebagai berikut : jaringan digambar dalam bentuk empat persegi panjang pada gambar

Miskin Kategori Keluarga Miskin Presentasi dan diskusi Melakukan diskusi kelompok: -Kelompok penyaji mempersentasikan hasil diskusi-kelompok pembahas mengkritisi hasil presentasi