• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI - DOCRPIJM d9c41fa59f BAB IIIBAB 3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DAFTAR ISI - DOCRPIJM d9c41fa59f BAB IIIBAB 3"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3 i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR GAMBAR ...ii

DAFTAR TABEL ...ii

BAB 3... 1

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA ... 1

3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang... 1

3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya ... 1

3.1.2 Arahan Penataan Ruang ... 3

3.1.3 Arahan Wilayah Pengembangan Strategis... 7

3.1.4 Arahan Rencana Pembangunan Daerah ... 11

3.2 Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya... 13

3.2.1 Rencana Induk Penyediaan Air Minum (RISPAM)... 13

3.2.2 Strategi Sanitasi Kota (Ssk) ... 28

3.2.2.1 Latar Belakang... 28

3.2.2.2 Wilayah Cakupan SSK ... 28

3.2.2.3 Maksud Dan Tujuan ... 30

3.2.2.4 Metodologi... 30

3.2.2.5 Sumber Data ... 31

3.2.2.6 Proses Penyepakatan Data ... 31

3.2.2.7 Posisi SSK Dan Kaitannya Dengan Dokumen Perencanaan Lain ... 31

3.2.2.8 Kerangka Pengembangan Sanitasi ... 32

(2)

BAB 3 ii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Tahapan Pembangunan Nasional ... 1

Gambar 3.2 Strategi Pembangunan Nasional... 3

Gambar 3.3 Strategi pelaksanaan berdasar pendekatan tanggap kebutuhan .... 13

Gambar 3.4 Wilayah kajian SSK Kabupaten Bolaang Mongondow Utara ... 29

Gambar 3.5 Posisi SSK Dan Kaitannya Dengan Dokumen Perencanaan Lain ... 31

Gambar 3.6 Peta Tahapan Pengembangan Air Limbah ... 40

Gambar 3.7 Peta Pengembangan Persampahan ... 42

Gambar 3.8 Peta Rencana Sistem Pusat- Pusat Permuki Man (Struktur Ruang) Kabupaten Bolaang Mongondow Utara... 50

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Visi Misi Sanitasi Kabupaten Bolaang Mongondow Utara ... 32

Tabel 3.2 Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kabupaten Bolaang Mongondow Utara ... 41

Tabel 3.3 Tujuan, Sasaran Dan Tahapan Penc Apaian Pengembangan Drainase ... 43

(3)

BAB 3 1

BAB 3

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR

BIDANG CIPTA KARYA

3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang

3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Pembangunan jangka panjang nasional ditetapkan daam UU No 17 Tahun 2007

tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 -2025 yang kemudian

dijabarkan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RP JMN).

RPJMN yang saat ini telah sampai pada tahap ketiga, diarahkan untuk

mempersiapkan proses tinggal landas menuju masyarakat Indonesia yang mandiri,

maju, adil dan makmur, yaitu dengan memantapkan pembangunan yang

menyeluruh diberbagai bidang dengan menekankan pencapaian pada daya saing

kompetitif, perekonomian berdasarkan keunggulan sumber daya alam dan sumber

daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

terus meningkat.

(4)

BAB 3 2 Strategi pembangunan nasional selama 5 (lima) tahun ke depan sebagaimana yang

tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasinal (RPJMN) 2015-2019 berdasarkan kepada:

A. Norma Pembangunan, meliputi antara lain: (1) membangunan untuk

meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat; (2) setiap upaya

meningkatkan kesejahteraan, kemakmuran, produktivas tidak boleh

menciptakan ketimpangan yang makin melebar yang dapat merusak

keseimbangan pembangunan; (3) aktivitas pembangunan tidak boleh

merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan mengganggu

keseimbangan ekosistem.

B. Dimensi Pembangunan

1. Dimensi pembangunan manusia dan masyarakat. Pembangunan mental

dan karakter menjadi salah satu proritas utama pembangunan, tidak

hanya dibirokrasi tetapi juga pada seluruh komponen masyarakat.

2. Dimensi pembangunan sector unggulan. Hal ini meliputi kedaulatan

pangan, ketahanan energy dan ketenagalistrikan, kemaritiman dan

kelautan, pariwisata dan industri. Terkait dengan kedaulatan pangan,

Indonesia mempunyai modal untuk memenuhi kebutuhannya, agar tidak

bergantung kepada negara lain.

Potensi sumber daya air yang besar dan terbarukan dapat dimanfaatkan

untuk mendukung pemenuhan ketahanan energi dan ketenagalistrikan,

sedangkan potensi kemaritiman dan kelautan harus dapat dimanfaatkan

secara optimal. Potensi keindahan alam dan keanekaragaman budaya yang

unik merupakan modal pengembangan pariwisata nasional, sedangkan

potensi industri untuk penciptaan nilai tambah.

3. Dimensi pemerataan dan kewilayahan. Pembangunan harus

meminimalkan kesenjangan baik antar kelompok pendapatan, maupun

antar wilayah, serta untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dengan

prioritas pada wilayah desa, wilayah pinggiran, luar Jawa, dan kawasan

Timur.

C. Kondisi sosial, politik, hukum, dan keamanan yang stabil. Hal ini meliputi

kepastian dan penegakan hukum, keamanan dan ketertiban, politik dan

demokrasi, serta tatakelola dan reformasi birokrasi.

D. Quickwins. Quickwins dilakukan agar output pembangunan segera dapat

terwujud dan dirasakan hasilnya dan sekaligus dapat meningkatkan motivasi

(5)

BAB 3 3 Gambar 3.2 Strategi Pembangunan Nasional

3.1.2 Arahan Penataan Ruang

Rencana tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bolaang

Mongondow Utara saat ini telah dilakukan revisi dan dalam proses

penetapan Peraturan Daerah (Perda).Ini akan berhasil jika dilaksanakan

dengan tepat, dengan konsep pendekatan yang berdasarkan pada potensi

dan permasalahan yang ada agar tercipta suatu kawasan yang menjamin

berlangsungnya kegiatan perkotaan secara aman, nyaman, tertib dan

dinamis. Pembangunan berdasarkan RTRW yang saat ini menjadi wacana

populer merupakan konsep yang tidak mudah merealisasikannya. Konsep

ini secara holistik mirip dengan melestarikan, memelihara budaya adat

tradisional.

Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disingkat

BKPRD adalah badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung

pelaksanaan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan mempunyai fungsi

membantu tugas Bupati dalam koordinasi penataan ruang di daerah

Pembangunan berdasarkan RTRW memiliki maksud/tujuan :

(1) Penataan ruang Daerah bertujuan untuk menjadikan Ruang Wilayah

(6)

BAB 3 4 Kelautan, Industri dan Pariwisata yang mensejahterakan masyarakat serta

berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

(2)Ruang lingkup penataan ruang wilayah kabupaten Bolaang Mongondow

Utara meliputi wilayah perencanan dalam RTRW Kabupaten Bolaang

Mongondow Utara dalam pengertian luas daratan 1.856,86 Km2 yang terdiri

dari 6 kecamatan, sebelah Utara berbatasan dengan Laut Sulawesi, sebelah

Timur berbatasan dengan kecamatan Sangtombolang Kabupaten Bolaang

Mongondow, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Posigadan

Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dan Sebelah Barat berbatasan

dengan Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo.

(3)Rencana pola ruang wilayah, rencana struktur ruang wilayah, penetapan

kawasan strategis, arahan pemanfaatan ruang, ketentuan pidana,

kelembagaan, peran masyarakat ketentuan lain lain dan ketentuan peralihan

serta ketentuan penutup.

Kebijakan penataan ruang Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, terdiri atas:

a. pengembangan kawasan agropolitan;

b. pengembangan kawasan minapolitan;

c. pengembangan kawasan industri;

d. pengembangan kawasan pariwisata; dan

e. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.

Strategi pemanfaatan ruang daerah merupakan pelaksanaan kebijakan penataan

ruang daerah yang meliputi:

(1)Strategi Pengembangan sentra pertanian lahan basah dan kering sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, terdiri atas:

a. meningkatkan kualitas dan produktifitas kawasan pertanian;

b. meningkatkan mekanisasi pertanian;

c. meningkatkan jaringan irigasi; dan

d. meningkatkan teknologi pertanian secara tepat guna.

(2)Strategi Pengembangan sentra perikanan darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal

3 huruf b, terdiri atas:

a.menyiapkan dukungan infrastruktur; dan

b. meningkatkan produktivitas hasil perikanan.

(3)Strategi Pengembangan Kawasan Industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

huruf c, terdiri atas:

(7)

BAB 3 5

b. menyiapkan dukungan infrastruktur; dan

c. meningkatkan produksi bahan baku industri;

(4)Strategi Pengembangan Kawasan Pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

huruf d, terdiri atas:

a. melakukan promosi pariwisata;

b. menyiapkan dukungan infrastruktur; dan

c.mengelola kawasan pariwisata.

(5)Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, huruf e, meliputi:

a. mendukung penetapan kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan ;

b. mengembangkan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan

untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan;

c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak

terbangun di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan negara sebagai

zona penyangga; dan

d. turut serta memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan dan keamanan.

Rencana tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bolaang Mongondow Utara saat

ini telah dilakukan revisi dan dalam proses penetapan Peraturan Daerah (Perda).

Struktur ruang wilayah diwujudkan berdasarkan arahan pengembangan

sistem pusat permukiman perdesaan dan sistem pusat permukiman perkotaan serta

arahan sistem prasarana wilayah, yang meliputi: pusat permukiman perdesaan,

pusat permukiman perkotaan dan sistem prasarana wilayah lainnya dalam ruang

wilayah daerah.

Struktur ruang merupakan suatu sistem yang menggambarakan karakter

pemanfaatan ruang yang terdiri dari strata pusat – pusat pelayanan serta

hierarki pusat yang yang terkait dengan pola transportasi dan sistem prasarana

wilayah lainnya dalam ruang wilayah daerah.

Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara meliputi:

a. pusat-pusat kegiatan;

b. sistem jaringan prasarana utama; dan

(8)

BAB 3 6 Rencana struktur ruang wilayah digambarkan dalam peta dengan skala

ketelitian minimal 1:50.000 dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Peraturan Daerah ini.

Pusat-pusat kegiatan yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara terdiri atas:

a. Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp;) yaitu Desa Boroko Kecamatan

Kaidipang.

b. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) meliputi Desa Pimpi, Kecamatan Bintauna; dan

Desa Bolangitang, Kecamatan Bolangitang Barat.

c. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) yaitu Desa Bohabak, Kecamatan

Bolangitang Timur; Desa Buko, Kecamatan Pinogaluman; dan Desa Sangkub,

Kecamatan Sangkub

d. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yaitu Desa Binjeta, Kecamatan Bolangitang

Timur; Desa Saleo, Kecamatan Bolangitang Timur; dan Desa Jambusarang,

Kecamatan Bolangitang Barat.

e. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) yaitu:

1. Desa Sangtombolang, Kecamatan Sangkub;

2. Desa Sangkub I, Kecamatan Sangkub;

3. Desa Sangkub II di Kecamatan Sangkub;

4. Desa Tuntung, Kecamatan Pinogaluman;

5. Desa Tontulow, Kecamatan Pinogaluman;

6. Desa Tombulang Pantai, Kecamatan Pinogaluman;

7. Desa Biontong, Kecamatan Bolangitang Timur;

8. Desa Biontong I, Kecamatan Bolangitang Timur;

9. Desa Bohabak I, Kecamatan Bolangitang Timur;

10.Desa Bohabak II, Kecamatan Bolangitang Timur;

11.Desa Ollot II, Kecamatan Bolangitang Barat;

12.Desa Sonuo, Kecamatan Bolangitang Barat; dan

13.Desa Bolangitang II, Kecamatan Bolangitang Barat.

(9)

BAB 3 7 3.1.3 Arahan Wilayah Pengembangan Strategis

Konsep pengembangan tata ruang wilayah adalah suatu arah/pendekatan

pengembangan seluruh sistem kegiatan dalam ruang wilayah kabupaten, serta

pengaturan keterkaitan antar elemen tersebut, sebagai dasar penyusunan rencana

tata ruang wilayah. Penyusunan konsep tata ruang itu sendiri didasarkan atas

pertimbangan-pertimbangan terhadap permasalahan, potensi dan peluang

pengembangan wilayah yang dapat mendorong perwujudan pencapaian tujuan

pengembangan tata ruang.

Konsepsi pengembangan tata ruang wilayah Bolaang Mongondow Utara

dirumuskan baik dalam lingkup eksternal maupun internal wilayah.

Beberapa dasar pertimbangan dalam perumusan konsep tata ruang Kabupaten

Bolaang Mongondow Utara adalah sebagai berikut:

Sangkub ditetapkan sebagai Wilayah Sungai Lintas Provinsi dengan DAS Dumoga;

Sangkup; Buyat; Lomboit; Andagile; Bulawa; Tuliawa (tahap pengembangan IV;

konservasi sumber daya air, pendayagunaan SDA, dan pengendalian daya rusak air)

3). Dari rencana kawasan lindung nasional, sebagian wilayah Kabupaten Bolaang

Mongondow Utara di laut barat termasuk ke dalam Kawasan Lindung Taman

Nasional Bogani Nani Wartabone (I/A/4) (Kab. Bolaang Mongondow Utara, Bolaang

Mongondow Selatan, Bolaang Mongondow)

4). Dari rencana kawasan strategis nasional, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

masuk ke dalam Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 18 pulau kecil terluar

Bangkit (Bongkil –Kab. Bolaang Mongondow Utara)

5). Dari rencana Kawasan Minapolitan Nasional, Kabupaten Bolaang

Mongondow Utara juga termasuk ke dalam Kawasan Minapolitan

(10)

BAB 3 8 C. Faktor Internal

1). Kesenjangan wilayah bagian utama dengan hinterlandnya.

2). Adanya rencana Pengembangan Kawasan MINAPOLITAN Kecamatan

Pinogaluman dan Sangkub.

3). Rencana kawasan AGROPOLITAN Kecamatan Pinogaluman dan Sangkub dan

rencana kawasan pangan berkelanjutan

1. Pembangunan dan peningkatan jalan/prasarana transportasi pada akses Desa

-desa sentra pertanian yang dihubungkan dengan sistim jaringan jalan

Provinsi dan Lintas kabupaten, serta dihubungkan dengan pusat-pusat kolektif

dan pemasaran.

2. Pembangunan dan peningkatan irigasi teknis pada area persawahan di Desa

Desa tersebut disertai dengan kegiatan pembangunan untuk mengantisipasi

terjadinya bencana alam seperti banjir yang dapat mengganggu produktifitas

pertanian.

3. Pembangunan dan peningkatan infrastruktur telekomunikasi dan listrik serta

air bersih untuk menunjang sumberdaya pembangunan pertanian.

4. Pengembangan Pola Agropolitan Tanaman Pangan Padi pada Kawasan

terpilih yang mayoritas adalah persawahan, yakni di Kecamatan Sangkub, dengan

pusat di Desa SangTombolang atau di Sangkub III.

Rencana pola pemanfaatan ruang Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dibedakan

atas ruang – ruang yang berfungsi sebagai kawasan lindung dan kawasan

budidaya. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung Sesuai amanat Keputusan

Presiden nomor 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, Kawasan

Lindung di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara meliputi: Kawasan yang

memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya Kawasan Hutan Lindung

Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas, mampu

memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahannya

sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta pemeliharaan

kesuburan tanah.Kawasan hutan lindung sepenuhnya diperuntukan bagi konservasi

hidrologis. Kawasan lain di luar kawasan hutan dimungkinkan sebagai kawasan

lindung bila memenuhi kriteria kawasan hutan lindung. Kelestarian kawasan hutan

lindung Kabupaten Bolaang Mongondow Utara perlu dijaga dan lokasi sebaran

kawasan lindung sebagian besar berada pada kecamatan Bintauna, Sangkub,

(11)

BAB 3 9 c. Kawasan Resapan Air

Kawasan resapan air diperuntukan bagi kegiatan pemanfaatan yang dapat menjaga

kelestarian ketersediaan air bagi daerah bawahannya. Kriteria lain kawasan resapan

air dari pengairan, yaitu bahwa lembah yang lebar di kiri kanan sungai dengan

ukuran lebih lebar 1 Km dapat difungsikan sebagai resapan. Berdasarkan kriteria

tersebut, hampir seluruh wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

termasuk kawasan resapan air.

5. Kawasan Perlindungan Setempat

d. Kawasan Sempadan Sungai

Kawasan sempadan sungai merupakan kawasan sepanjang kiri kanan sungai

termasuk sungai buatan/ kanal/ saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat

penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.

Kawasan sempadan sungai diarahkan pada seluruh aliran sungai yang ada di

wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, baik sungai di kawasan

permukiman dan non permukiman, meliputi dan semua anak sungainya serta

Kali Bodri dengan semua anak

e. Kawasan Sempadan Mata Air dan Sempadan Waduk

Merupakan kawasan yang berbatasan langsung dengan sumber -sumber mata air

dan waduk dengan jarak sekitar 200 m secara terbatas dapat dimanfaatkan untuk

budidaya tanaman keras yang berfungsi lindung, kegiatan wisata.

Pada wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara terdapat 6 mata air yang telah

di kelola oleh pemerintah yang tersebar di enam kecamatan.

f. Kawasan Sempadan Jalan

Kawasan sempada jalan merupakan kawasan sepanjang kanan kiri jalan yang

mempunyai fungsi mempertahankan kelestarian jalan dan sebagai pengaman jalan.

Sesuai Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi Sulawesi Utara nomor: 11 tahun 2004

tentang Garis Sempadan, sempadan jalan dapat dibedakan menjadi:

- Garis Sempadan Jalan Arteri Primer 20 m dari as jalan

- Garis Sempadan Jalan Arteri Sekunder 20 m dari as jalan

- Garis Sempadan Jalan Kolektor Primer 15 m dari as jalan

(12)

BAB 3 10 - Garis Sempadan Jalan Lokal Primer 10 m dari as jalan

- Garis Sempadan Jalan Lokal Sekunder 7 m dari as jalan

- Garis Sempadan Jalan Inspeksi 5 m dari as jalan

Untuk Sempadan Jalan Rel Kereta Api di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

tidak ada.

6. Kawasan Rawan Bencana Alam

7. Kawasan Cagar Budaya dan Cagar Alam

Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan merupakan lokasi bangunan hasil

budidaya manusia yang bernilai tinggi maupun bentukan geologi alam yang khas,

meliputi:

- Komalig ( Rumah Raja ) di Kecamatan Kaidipang

- Bangunan bersejarah lainnya.

Kawasan cagar alam merupakan komponen yang penting dalam lingkup tata ruang,

sehingga pengelolaannya perlu menjadi prioritas. Kawasan cagar alam di Kabupaten

Bolaang Mongondow Utara, meliputi:

- Sumber mata air sungai Bintauna di kecamatan Bintauna

- Sumber Mata air Sangkub kecamatn Sangkub

- Sumber Mata air saleo Kecamatan Bolangitang Timur

- Sumber Mata air Pontak Kecamatan Kaidipang

- Sumber Mata air Dalapuli & Busato Kec. Pinogaluman

B. Rencana Pengelolaan Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya merupakan kawasan yang disediakan untuk berbagai

kegiatan

8. Kawasan Pertanian, yang terbagi dalam beberapa kawasan yaitu:

e. Kawasan pertanian lahan basah, yang dikembangkan di Kecamatan

Sangkub,Bolangitang Timur,Bolangitang Barat Kaidipang dan Pinogluman.

f. Kawasan pertanian lahan kering, dikembangkan pada daerah yang tidak

(13)

BAB 3 11 g. Kawasan perikanan, diprioritaskan dikembangkan di daerah yang tersedia

pasokan air yang cukup dan diarahkan ke Kecamatan Kaidipang dan Pinogaluman.

h. Kawasan peternakan, diprioritaskan dikembangkan di Kecamatan Bolangitang

Timur.

Kawasan Agropolitan, dikembangkan pada daerah perdesaan yang berbasis

pertanian dan memiliki embrio sistem jaringan prasarana kawasan agropolitan,

yaitu pada wilayah Pinogaluman didukung wilayah sekitarnya sebagai hinterland

-nya.

9. Kawasan Permukiman, dikembangkan di daerah yang datar, bukan lahan

irigasi teknis/ kawasan lindung yang memiliki aksesibilitas baik dan tersedia air

bersih.

10. Kawasan Hutan Kota, dikembangkan pada 6 (enam) lokasi tersebar di

enam kecamatan di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.

11. Kawasan Perdagangan, dikembangkan di Kecamatan Kaidipang, Bolangitang

Barat dan Bintauna.

12. Kawasan Industri, dikembangkan pada daerah yang kurang subur, bukan

sawah irigasi teknis, bukan hulu sungai, dengan kemiringan lereng kurang dari 40

%. Kawasan industri di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara diarahkan di

Kecamatan Pinogaluman dan Bolangitang Timur

13. Kawasan Pergudangan, dikembangkan untuk mendukung kawasan pertanian

dan perdagangan dan diarahkan di Kecamatan Bolangitang Timur, sedangkan

untuk mendukung kawasan industri di arahkan di Kecamatan Sangkub..

14. Kawasan Pariwisata, diarahkan pada kawasan sebagai berikut:

e. Pengembangan kawasan wisata Tanjung Dulang, Pantai Batu Pinagut obyek

pendukung makam raja,

f. Pengembangan kawasan rest area Kecamatan Sangkub dengan pantai sebagai

obyek pendukung.

3.1.4 Arahan Rencana Pembangunan Daerah 1). VISI :

Sebagai daerah baru dan sesuai tujuan dari pemekaran itu sendiri untuk

(14)

BAB 3 12 maka pemerintah kabupaten Bolaang Mongondow Utara perlu menyusun Visi,

Misi tujuan dan sasaran dimaksud merupakan pengejawantahan artikulasi

dari apresiasi masyarakat yang menerus diperjuangkan dan ingin

diwujudkan dalam perspektif jangka panjang yakni dengan memperhitungkan

pula Kondisi lingkungan strategis baik internal maupun eksternal.

Proses penetapan Visi dan Misi daerah Bolaang Mongondow Utara

sebenarnya sudah melalui berbagai tahap sejak Kabupaten Bolaang

Mongondow Utara diresmikan sebagai daerah otonom sesuai Un dang –

undang No 10 Tahun 2007.Tujuannya tidak lain pemerintah daerah dan

masyarakat memiliki cita –cita perjuangan yang ingin dicapai

/diwujudkan dalam periode lima tahunan. Dengan mempertimbangkan faktor –

faktor potensi dan daya dukung yang ada yakni Bolmut sebagai daerah

pertanian , mata pencarian masyarakat, hasil pertanian yang

menonjol,komoditas beras sebagai kebutuhan pokok,serta peluang pasar

maka di tetapkan Visi daerah Bolaang Mongondow Utara sebagai

:”KABUPATEN PADI”.

2). MISI

Mewujudkan Bolaang Mongondow Utara yang Mandiri, Religius dan Sejahtera.

a. MANDIRI, adalah satu kemampuan yang dimiliki daerah dari aspek

ekonomi,sosial dan budaya yang diwujudkan dari peran agribisnis dan

agriindustri padi yang tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan dalam

mewujudkan kemandirian pangan, menguasai pasar, dan pesaing domestik dan

internasional. Mandiri juga mengadung makan semakin mantapnya fungsi

kelembagaan pemerintah daerah.

b. RELIGIUS, adalah sebuah sifat dimana ciri dari keadaan Bolaang Mongondow

Utara yang bernuansa agamais serta selalu mengedepankan nilai – nilai agama

dan masyarakat.

c. SEJAHTERA, adalah suatu keadaan dimana masyarakat Bolaang

Mongondow Utara merasakan ketentraman,kenyamanan serta terp enuhi

kebutuhan dasarnya.

Untuk mencapai Visi dan Misi tersebut Pemerintah telah menyusun Grand

Strategi:

(15)

BAB 3 13 2. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia;

3. Membangun Infrastruktur yang Handal;

4. Menumbuhkembangkan Ekonomi Rakyat

3.2 Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

3.2.1 Rencana Induk Penyediaan Air Minum (RISPAM)

Strategi pelaksanaan kebijakan pembangunan air minum dan penyehatan

lingkungan merupakan penjabaran dari kebijakan umum yang tertuang dalam

bab terdahulu. Strategi ini memberikan kerangka umum untuk mewujudkan

keberlanjutan dan penggunaan prasarana dan sarana air minum dan

penyehatan lingkungan yang dibangun secara efektif untuk mewujudkan kualitas

hidup masyarakat yang lebih baik. Strategi-strategi ini saling terkait satu

dengan lainnya, komprehesif, serta berorientasi kepada operasionalisasi

kebijakan dan pencapaian tujuan. Strategi pelaksanaan berdasar pendekatan

tanggap kebutuhan ditampilkan dalam berikut.

Gambar 3.3 Strategi pelaksanaan berdasar pendekatan tanggap kebutuhan

Strategi 1: Mengembangkan kerangka peraturan untuk mendo ro ng

partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan

pengelolaan prasarana dan sarana air minum dan penyehatan lingkungan

Peraturan dibutuhkan untuk meningkatkan peran serta masyarakat dan

melindungi terjadinya penyimpangan terhadap peran serta masyarakat

pada semua tahapan pembangunan, mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, dan

(16)

BAB 3 14 peraturan perlu dilakukan untuk mengakomodasikan pendekatan pembangunan

prasarana dan sarana air minum dan penyehatan lingkungan yang

bertumpu kepada pendekatan tanggap kebutuhan (demand responsive

approach) dan pemberdayaan masyarakat. Prinsip-prinsip good governance

seperti akuntabilitas, transparansi, kesetaraan, penegakan hukum, tan ggap,

berwawasan ke depan, pengawasan, efisiensi dan efektivitas, serta

profesionalisme, menjadi dasar dalam kerangka peraturan tersebut.

Mengingat proses pemberdayaan masyarakat memerlukan waktu yang

tidak dapat dibatasi oleh tahun anggaran maka mekanisme penganggaran

perlu memperhatikan kendala tersebut. Oleh sebab itu, perlu dilakukan

pembaruan mekanisme penganggaran yang terkait dengan proses pemberdayaan

masyarakat. Selain itu, perlu disusun peraturan yang mengatur status hukum

prasarana dan sarana air minum dan penyehatan lingkungan yang

dibangun melalui anggaran bersama (sharing), antara pemerintah dengan

masyarakat; antara anggota masyarakat dengan anggota masyarakat la innya;

antara masyarakat dengan lembaga dengan organisasi masyarakat

setempat atau lembaga swadaya masyarakat, dan bentuk kerjasama keuangan

antara masyarakat dengan pihak lainnya. Hal lain yang juga perlu diatur

adalah mengenai pemindahan aset (transfer asset) dari pemerintah kepada

masyarakat.

Strategi 2 : Meningkatkan investasi untuk pengembangan kapasitas sumber

daya masyarakat pengguna.

Melihat bahwa persoalan utama dalam pengelolaan prasarana dan sara na

air minum dan penyehatan lingkungan adalah terbatasnya kapasitas sumber

daya manusia khususnya sumber daya masyarakat pengguna, maka investasi

untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dalam program air minum

dan penyehatan lingkungan harus ditingkatkan. Peningkatan kapasitas

sumber daya manusia bagi masyarakat pengguna dapat berbentuk bantuan

teknis, penyediaan informasi pilihan, dan fasilitasi dalam pembangunan

prasarana dan sarana air minum dan penyehatan lingkungan.

Bantuan teknis diperlukan untuk membuka wawasan masyarakat terhadap

pilihanpilihan yang sesuai dengan kapasitas dan kemampuan mereka, termasuk

keuntungan dan resiko yang harus dipikulnya. Pilihan-pilihan tersebut

meliputi aspek teknis, pembiayaan, kelembagaan, sosial dan budaya

(17)

BAB 3 15 Kapasitas pemerintah sebagai fasilitator juga perlu ditingkatkan terutama

kapasitas aparat pemerintah daerah yang langsung berhubungan

dengan masyarakat. Peningkatan kapasitas pemerintah dilakukan

melalui pendidikan, pelatihan, seminar/lokakarya, studi banding dan on

the job training melalui Pendanaan bagi peningkatan kapasitas sumberdaya

manusia bersumber pada anggaran pemerintah daerah, pusat, atau kerjasama

dengan pihak lain yang memiliki visi yang sama dalam pembangunan air

minum dan penyehatan lingkungan di Indonesia.

Strategi 3 : Mendorong penerapan pilihan-pilihan pembiayaan untuk

pembangunan, dan pengelolaan prasarana dan sarana air minum dan

penyehatan lingkungan.

Dengan mengacu pada mekanisme pasar yang berprinsip bahwa pengguna

membayar seluruh biaya pelayanan (user pay) maka masyarakat pengguna

pelayanan air minum dan penyehatan lingkungan harus membiayai

seluruh biaya pembangunan prasarana dan sarana air minum dan penyehatan

lingkungan, baik biaya pembangunan maupun biaya operasi dan

pemeliharaannya.

Mengingat keterbatasan kemampuan pendanaan pemerintah saat ini, langkah

pertama yang harus dilakukan adalah memperbaiki cara pandang semua pihak

sehingga biaya pembangunan prasarana dan sarana air minum dan

penyehatan lingkungan harus berdasarkan prinsip pemulihan biaya (cost

recovery), yang artinya semua komponen biaya harus diperhitungkan dan

harus ditanggung oleh pengguna.

Untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut masyarakat harus

diberikan pilihan-pilihan sistem pembiayaan yang sesuai dengan

kemampuan mereka melalui pemberian sebanyak-banyaknya pilihan

pembiayaan dalam pembangunan prasarana dan sarana air minum dan

penyehatan lingkungan serta memfasilitasi proses pemilihan alternatif ter baik

oleh masyarakat, misalnya melalui pola pendanaan bersama (cost sharing)

antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat dalam

pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan seperti proyek WSLIC2,

ProAir atau beberapa proyek yang dikembangkan oleh LSM bersama

masyarakat. Peranan pihak luar (pemerintah, lembaga donor, lembaga non

(18)

BAB 3 16 mengenai perlunya alternatif pembiayaan dalam pembangunan prasarana

dan sarana air minum dan penyehatan lingkungan.

Pemerintah sebagai fasilitator juga berkewajiban melakukan fasilitasi

koordinasi antar pelaku air minum dan penyehatan lingkungan di

daerah, seperti kelompok swadaya masyarakat, lembaga swadaya masyarakat,

donor, pihak swasta, termasuk pemerintah sendiri, guna meningkatkan

efisiensi pembiayaan pembangunan. Koordinasi antar pelaku diharapkan dapat

melakukan sinergi dalam pembiayaan pembangunan air minum dan penyehatan

lingkungan.

Strategi 4 : Menempatkan kelompok pengguna dalam pengambilan

keputusan pada seluruh tahapan pembangunan serta pengelolaan prasarana

dan sarana air minum dan penyehatan lingkungan.

Pengambilan keputusan dalam pembangunan prasarana dan sarana air

minum dan penyehatan lingkungan di Kota kecil dan kawasan perdesaan

sebaiknya dilakukan pada lapisan paling bawah, yaitu masyarakat

pengguna/penerima prasarana dan sarana air minum dan penyehatan

lingkungan. Mereka harus mampu menentukan jenis pelayanan yang

dibutuhkan, teknologi yang diterapkan, pilihan pembiayaan, dan sistem

pengelolaannya termasuk jenis kelembagaannya.

Peningkatan kemampuan masyarakat dalam pengambilan keputusan

dilaksanakan melalui pemberdayaan masyarakat dengan

menggunakan prinsip partisipatif (participatory approach) yang melibatkan

seluruh lapisan masyarakat. Pendekatan tanggap ke butuhan menuntut

masyarakat untuk memahami betul sistem air minum dan penyehatan

lingkungan sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhannya sesuai dengan

kemampuannya.

Strategi 5 : Meningkatkan kemampuan masyarakat dibidang teknik. Pembiayaan

dan kelembagaan dalam pembangunan dan pengelolaan prasarana dan sarana air

minum dan penyehatan lingkungan.

Menjadikan masyarakat sebagai pengambil keputusan berarti

memposisikan masyarakat sebagai penanggung jawab utama dalam pelayanan

air minum dan penyehatan lingkungan. Kondisi ini harus disertai dengan

peningkatan kemampuan masyarakat dalam seluruh aspek, khususnya bidang

(19)

BAB 3 17 Dalam aspek teknik, masyarakat perlu dilatih untuk mengenali dan

memahami karakteristik teknologi yang tepat guna serta sesuai dengan kondisi

daerahnya. Untuk itu, dukungan dalam bentuk bantuan teknis sangat

diperlukan, baik yang berasal dari pemerintah (pusat dan daerah), perguruan

tinggi, LSM, dan swasta.

Bantuan teknis kepada masyarakat diperlukan untuk mengelola,

mengoperasikan dan memelihara prasarana dan sarana air minum dan

penyehatan lingkungan yang dibangun sesuai dengan kaidah-kaidah teknis yang

dapat dipertanggungjawabkan.

Selain itu juga diperlukan pelatihan administrasi pembukuan bagi kelompok

masyarakat pengguna. Pengetahuan administrasi pembukuan

diperlukan untuk menjamin transparansi diantara para pelaku.

Peningkatan kemampuan dalam pengelolaan administrasi selain dilakukan

melalui pelatihan juga dapat dilakukan melalui kerjasama kelembagaan, studi

banding, ataupun melalui magang. Bagi pembangunan air minum dan

penyehatan lingkungan yang dibiayai melalui anggaran non-pemerintah,

seperti LSM, lembaga keuangan internasional, perguruan tinggi, dan sebagainya

perlu adanya pelatihan administrasi pembukuan khusus yang sesuai dengan

tuntutan pemberi bantuan dan atau pinjaman.

Dalam kaitan dengan pengembangan kelembagaan, masyarakat perlu

mengetahui struktur organisasi pengelola prasarana dan sarana air minum

dan penyehatan lingkungan beserta fungsi dan tata kerjanya, kaitan dengan

lembaga lain sejenis, kaitan dengan pemegang saham, tata cara pengembangan

pelayanan prasarana dan sarana air minum dan penyehatan lingkungan beserta

tata cara menggali dana yang dibutuhkan, dan tata cara menyusun laporan

keuangan kepada masyarakat yang transparan dan dapat

dipertanggungjawabkan.

Untuk mendukung hal-hal di atas maka diperlukan pengaturan antara hak

dan kewajiban antara pengelola dan masyarakat pengguna. Pengaturan dan

pembagian hak dan kewajiban tersebut dikembangkan sendiri oleh

pengelola dan masyarakat pengguna, sedangkan pemerintah berperan

sebagai fasilitator untuk mendorong tersusunnya peraturan tersebut serta

mendiseminasikannya kepada masyarakat luas.

Strategi 6 : Menyusun Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM)

(20)

BAB 3 18 kualitas pelayanan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, operasi,

pemeliharaan, dan pengelolaan

Untuk meningkatkan kinerja program air minum dan penyehatan lingkungan

yang berbasis masyarakat, diperlukan upaya perbaikan

mekanisme perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian program. Penyediaan

bantuan teknis atau sejenisnya di tingkat kabupaten, kecamatan, dan bahkan

desa sangat diperlukan, guna meningkatkan kemudahan bagi masyarakat

melakukan konsultasi teknis, serta mendapatkan informasi tentang program

prasarana dan sarana air minum dan penyehatan lingkungan.

Terkait dengan hal tersebut maka NSPM (Norma, Standar, Pedoman, dan Manual)

menjadi alat yang efektif untuk melaksanakan pembinaan teknis bagi

masyarakat pengguna.

Panduan tersebut juga mencakup aspek kelestarian lingkungan, khususnya

tata cara pelestarian sumber daya air baik secara kuantitas yang berkaitan

dengan pelestarian lingkungan sumber air, maupun secara kualitas yang

terkait erat dengan tata cara pengelolaan limbah. Panduan ini

seyogyanya mudah dipahami dan dimengerti oleh kalangan awam, serta

menampilkan gambar yang provokatif dan informatif.

Pendekatan dan teknik yang telah dimiliki dan dipergunakan selama ini,

seperti PRA (Participatory Rural Appraisal), PHAST (Participatory

Hygiene and Sanitation Transformation), CMA (Community Management

Approach), MPA (Methodology for Participatory Assessment) dalam

berbagai proyek, dapat terus dikembangkan dan disebarluaskan.

Strategi 7 : Mendorong konsolidasi penelitian, pengembangan,

dan diseminasi pilihan teknologi untuk mendukung prinsip pemberdayaan

masyarakat.

Hingga saat ini telah banyak uji coba dan pemanfaatan teknologi tepat gu na

di sektor air minum dan penyehatan lingkungan, baik yang dilakukan

oleh pemerintah melalui lembaga penelitian, perguruan tinggi, lembaga

donor, lembaga swadaya masyarakat, bahkan kelompok masyarakat sendiri.

Namun demikian inventarisasi terhadap teknologi tepat guna beserta kelebihan

dan kekurangannya belum pernah dilakukan.

Dalam rangka mendukung prinsip informed choice maka kegiatan inventarisasi

(21)

BAB 3 19 dapat memanfaatkannya sebagai pedoman dalam pembangunan

prasarana dan sarana air minum dan penyehatan lingkungan. Agar

masyarakat mudah mengakses informasi-informasi tersebut diperlukan

kesiapan lembaga yang bertanggung jawab terhadap kegiatan inventarisasi

tersebut.

Kegiatan lain yang perlu ditingkatkan adalah sosialisasi dan diseminasi

hasil- hal penelitian dan pengembangan tersebut kepada pemerintah baik pusat

maupun daerah, masyarakat dan pelaku lain di bidang air minum dan penyehatan

lingkungan.

Strategi 8 : Mengembangkan motivasi masyarakat melalui pendidikan

formal dan informal.

Motivasi yang melatar-belakangi tumbuhnya kebutuhan terhadap air

minum berbeda dari motivasi yang melatarbelakangi kebutuhan terhadap

penyehatan lingkungan. Praktek kegiatan pengelolaan penyehatan lingkungan

dan kebiasaan

hidup sehat lebih bersifat pribadi. Dengan sendirinya perubahan -perubahan

yang terjadi terletak di tingkat individu dan rumah tangga. Implikasinya,

jangka waktu yang diperlukan untuk mewujudkan perbaikan dalam

pelayanan penyehatan lingkungan relatif lebih lama dibandingkan dengan

perbaikan pelayanan air minum. Hal ini disebabkan pengelolaan penyehatan

lingkungan memerlukan lebih banyak waktu untuk mensosialisasikan

pentingnya perubahan perilaku hidup bersih dan sehat.

Upaya tersebut di atas dilaksanakan antara lain melalui penyadaran

masyarakat, pendidikan di sekolah, dan pelatihan partisipatif yang

melibatkan keluarga dan masyarakat. Peningkatan kesadaran dan

pengetahuan masyarakat melalui metoda partisipatif terbukti efektif dalam

meningkatkan manfaat dan pelayanan bidang air minum dan penyehatan

lingkungan.

Untuk meningkatkan pemahaman (awareness) masyarakat terhadap

pentingnya air minum dan penyehatan lingkungan maka penyadaran perlu

diberikan sejak sekolah dasar. Murid sekolah dasar diberikan

contoh-contoh dan gambar- gambar yang merangsang imajinasi mereka dalam

berperilaku hidup bersih dan sehat sehingga mereka mempunyai bekal

(22)

BAB 3 20 juga dapat dilakukan melalui majalah yang diterbitkan khusus yang memuat

pesan-pesan tentang kesehatan lingkungan, pembahasan dan diskusi yang

difasilitasi oleh guru-guru yang sudah dilatih.

Strategi 9 : Meningkatkan pelestarian dan pengelolaan lingkungan,

khususnya sumber daya air. Untuk keberlanjutan pelayanan air minum dan

penyehatan lingkungan maka sumber daya air yang meliputi air permukaan, air

tanah baik air tanah dalam maupun dangkal, dan mata air perlu mendapatkan

perhatian dalam penyusunan kebijakan, strategi, dan program air minum dan

penyehatan lingkungan. Kesadaran bahwa daya dukung lingkungan

mempunyai batas perlu disebarluaskan, serta harus diiku ti dengan

pengadaan peraturan perundangan dan penegakan hukum yang ketat. Selain itu

perlu diterapkan pula sistem insentif, reward dan dis-insentif bagi para pelaku

yang terlibat pada pemanfaatan sumber daya air.

Terkait dengan upaya menyelamatkan kelestarian sumber daya air maka

diperlukan strategi terpadu untuk meningkatkan kualitas lingkungan, melalui

perlindungan kawasan penyangga mata air, rehabilitasi wilayah tangkapan

air, pengurangan eksploitasi air tanah, dan peningkata n pengelolaan air

limbah dan persampahan.

Mengingat daya dukung lingkungan mikro untuk menerima beban pencemaran

dari air limbah, baik rumah tangga ataupun industri kecil dan industri

rumah tangga, sangat terbatas dan jumlah penduduk terus bertambah setiap

tahunnya maka pengelolaan air limbah, baik rumah tangga ataupun industri

kecil dan industri rumah tangga perlu ditingkatkan. Hal ini dapat

dilakukan dengan menerapkan teknologi sederhana, tepat guna, akrab

lingkungan, dan mudah dikelola.

Kondisi yang sama juga didapati pada pengelolaan persampahan. Dengan

semakin tingginya laju pertumbuhan penduduk maka jumlah timbulan sampah

yang dihasilkan semakin meningkat. Namun demikian luas lahan yang

tersedia sebagai tempat pembuangan akhir (TPA) semakin terbatas.

Implikasinya, masyarakat seringkali membuang sampah ke badan air

sehingga mencemari badan air tersebut. Untuk itu diperlukan upaya

untuk menanggulangi persoalan tersebut, antara lain melalui

peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya upaya daur ulang

(recycle), pengurangan volume (reduce), dan penggunaan kembali (reuse).

(23)

BAB 3 21 (termasuk penegakan hukum) ataupun penerapan sistem insentif, reward dan

dis-insentif.

Strategi 10: Mempromosikan perubahan pendekatan dalam

pengelolaan prasarana dan sarana air minum dan penyehatan

lingkungan, dari pendekatan berdasarkan batasan administrasi menjadi

pendekatan sistem.

Pendekatan penanganan program air minum dan penyehatan lingkung an

yang berdasarkan batasan administratif (wilayah perkotaan dan perdesaan)

tidak tepat lagi untuk diterapkan. Hal ini berdasarkan, bahwa untuk mencapai

pengelolaan air minum dan penyehatan lingkungan yang efektif dan efisien

serta mengatasi keterbatasan sumber daya maka cakupan wilayah

pelayanan tidak dapat dibatasi oleh batas administrasi.

Kenyataan saat ini menunjukkan adanya kawasan perkotaan yang memiliki

karakteristik perdesaan dan tidak terlayani oleh sistem perkotaan, seperti

yang terjadi pada wilayah pinggiran Kota, ataupun di kantong-kantong

permukiman di pusat Kota. Demikian halnya di kawasan perdesaan, ada sistem

yang cukup besar sehingga tidak dapat dikelola oleh masyarakat, tetapi

dipandang tidak potensial untuk dikelola oleh lembaga formal yang sebagai

pengelola air minum dan penyehatan lingkungan diperkotaan seperti

PDAM, PDAL, Dinas Kebersihan. Kekakuan dalam cara berpikir dan ego isme

kewilayahan, dengan berlindung kepada peraturan perundang-undangan

dalam era desentralisasi dan otonomi daerah, menjadi kendala utama

dalam pengembangan dan peningkatan pelayanan air minum dan

penyehatan lingkungan. Kendala-kendala ini yang menyebabkan rendahnya

keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan air minum dan penyehatan

lingkungan selama ini, sehingga masyarakat tidak dan belum mendapatkan

pelayanan air minum dan penyehatan lingkungan sebagaimana yang

diharapkan.

Untuk mengatasi kendala tersebut maka perlu adanya perubahan

pendekatan dalam pembangunan prasarana dan sarana air minum dan

penyehatan lingkungan dengan lebih mensinergikan seluruh sumber daya

antar daerah. Pendekatan sistem regional dalam pembangunan prasarana

dan sarana air minum dan penyehatan lingkungan merupakan alternatif

(24)

BAB 3 22 Pendekatan sistem regional harus terus dikembangkan untuk mengatasi masalah

secara komprehensif, integratif dan koordinatif.

Strategi 11: Meningkatkan kualitas pengelolaan prasarana dan sarana air

minum dan penyehatan lingkungan yang dilakukan oleh masyarakat

pengguna.

Pengelolaan prasarana dan sarana air minum dan penyehatan lingkungan

oleh masyarakat pengguna pada umumnya dilaksanakan melalui Unit

Pengelola Sarana (UPS). Lembaga tersebut, beserta sumber daya manusia ,

perangkat lunak dan perangkat kerasnya, yang menentukan keberlanjutan

pelayanan prasarana dan sarana air minum dan penyehatan lingkungan yang

dikelola oleh masyarakat. Oleh sebab itu, keberadaan unit-unit pengelola

sarana ini sangat diperlukan.

Dalam rangka mendukung prinsip keberlanjutan pelayanan air minum dan

penyehatan lingkungan kepada masyarakat maka bantuan teknis kepada UPS

perlu ditingkatkan, antara lain melalui bantuan teknis, bantuan

pengelolaan administrasi, bantuan pengembangan sumber daya manusia, dan

bantuan pengembangan komunikasi yang baik dengan masyarakat pengguna.

Selain itu, guna meningkatkan kualitas pelayanan, lembaga tersebut perlu

diberikan peningkatan keterampilan pemeriksaan kualitas air secara

sederhana.

Peningkatan kualitas pengelolaan juga perlu dilakukan terhadap sistem

yang telah terbangun tetapi tidak berkelanjutan. Upaya-upaya khusus yang

dilakukan dapat dilakukan melalui beberapa tahap; tahap pertama, melakukan

inventarisasi atas sistem yang tidak berfungsi, tahap kedua, melakukan kajian

untuk menemukan penyebab dari tidak berfungsinya sistem tersebut. Tahapan

yang terakhir adalah melakukan rencana kerja bersama masyarakat p engguna

untuk memperbaiki sistem tersebut.

Strategi 12 : Meningkatkan kepedulian masyarakat pengguna. Penggunaan

dan pemanfaatan prasarana dan sarana air minum dan penyehatan

lingkungan akan efektif apabila prasarana dan sarana yang dibangun

mudah dioperasikan, mudah dipelihara, serta memenuhi prinsip kesetaraan,

yaitu dapat bermanfaat bagi setiap anggota masyarakat. Untuk itu

diperlukan upaya untuk melibatkan masyarakat secara aktif dalam s etiap

tahapan pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan. Keterlibatan

(25)

BAB 3 23 meningkatkan rasa memiliki masyarakat terhadap prasarana dan sarana air

minum dan penyehatan lingkungan serta sebagai upaya melakukan perubahan

perilaku masyarakat secara bertahap. Rasa memiliki dari masyarakat akan

melahirkan kepedulian dalam memelihara prasarana dan sarana yang

dibangun. Lebih luas lagi, kepedulian masyarakat perlu didorong bukan

saja dalam memeliharan prasarana dan sarana, tetapi juga dalam menjaga

keberlanjutan sumber air baik kuantitas maupun kualitasnya, dan

menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari.

Kepedulian masyarakat tersebut perlu dibangun dan dibangkitkan dengan

upaya- upaya kampanye penyadaran tentang pentingnya air minum dan

penyehatan lingkungan bagi kesehatan dan kesejahteraannya.

Strategi 13: Menerapkan upaya khusus pada masyarakat

yang kurang beruntung untuk mencapai kesetaraan pelayanan air minum dan

penyehatan lingkungan. Air minum dan penyehatan lingkungan pada dasarnya

merupakan sektor yang bersifat tidak diskriminatif. Semua orang berhak

mendapatkan pelayanan air minum dan penyehatan lingkungan. Perbedaan

tingkat pelayanan terjadi karena adanya perbedaan tingkat kebutuhan dan

kemampuan untuk mendapatkan pelayanan.

Perbedaan tingkat kebutuhan, biasanya terjadi karena adanya ketidaksamaan

kualitas pelayanan yang ingin diperoleh masyarakat. Untuk mengatasi perbedaan

kemampuan untuk mendapatkan pelayanan air minum dan penyehatan

lingkungan dapat diatasi antara lain melalui penawaran pilihan pelayanan

yang memungkinkan masyarakat mendapatkan pilihan yang sesuai

dengan kemampuannya. Khusus untuk masyarakat yang kurang beruntung

perlu dibantu baik oleh kelompok masyarakatnya sendiri yang lebih mampu,

pihak pemerintah, maupun pihak lain yang terkait.

Kesenjangan yang terjadi saat ini tidak hanya terjadi pada tingkat pelayanan,

namun juga kesenjangan dalam berpartisipasi. Pada umumnya yang

kurang/tidak dapat berpartisipasi secara aktif adalah masyarakat yang kurang

beruntung baik miskin atau cacat dan perempuan.

Dalam upaya keberlanjutan pelayanan air minum dan penyehatan lingkungan,

kesenjangan berpartisipasi dalam seluruh tahapan pembangunan harus

dihilangkan. Oleh karenanya diperlukan upaya-upaya khusus untuk

mendorong masyarakat yang kurang beruntung dan perempuan dapat

(26)

BAB 3 24 masyarakat kurang beruntung dan perempuan untuk mengemukakan

pendapatnya. Upaya untuk mendorong keberanian masyarakat dapat

dilakungan dengan cara pendekatan sosio-kultural.

Strategi 14 : Mengembangkan pola monitoring dan

evaluasi hasil pembangunan prasarana dan sarana air minum dan penyehatan

lingkungan yang berorientasi kepada pencapaian tujuan dan ketepatan sasaran.

Sasaran dan tujuan pembangunan prasarana dan sarana air minum dan

penyehatan lingkungan dapat dicapai dengan penguatan sistem pembangunan

prasarana dan sarana air minum dan penyehatan lingkungan itu sendiri, yang

dimulai dengan perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan, serta monitoring

dan evaluasi sebagai umpan balik untuk mengetahui keberhasilan program.

Untuk itu, perlu dilakukan penyempurnaan sub sistem monitoring dan

evaluasi yang selama ini dipergunakan agar lebih berorientasi kepada

penilaian pencapaian tujuan.

Pola monitoring dan evaluasi yang berorientasi kepada pencapaian target fisik

sebagaimana dilakukan selama ini seringkali menghasilkan data dan

informasi yang keliru (tidak tepat) mengenai tingkat pelayanan air minum dan

penyehatan lingkungan. Hal ini disebabkan karena pola monitoring dan evaluasi

tersebut tidak memperhatikan tingkat pemanfaatan dan pelayanan prasarana

dan sarana air minum dan penyehatan lingkungan yang dilakukan oleh

masyarakat.

Strategi 15 : Mengembangkan komponen kegiatan monitoring

dan evaluasi dalam empat tingkat. Pada dasarnya monitoring dan evaluasi adalah

suatu proses arus informasi timbal balik antara kegiatan yang terjadi di

lapangan dengan desain awal program yang dilakukan oleh pihak pemrakarsa,

baik di pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Dalam pra kteknya

pemrakarsa tidak melakukan proses tersebut sehingga arus informasi yang

diharapkan tidak terjadi sehingga tidak bisa dilakukan umpan balik terhadap

desain awal program. Banyak penyebab timbulnya kemacetan dalam arus

informasi, antara lain tidak adanya kesepakatan dan kesadaran mengenai

perlunya monitoring dan evaluasi dilakukan, ketidaksiapan perangkat lunak

dan keras untuk mendukung proses tersebut, tumpang tindihnya kewenangan

antar tingkat pemerintahan. Untuk mengatasi hal tersebut maka

diperlukan sistem monitoring dan evaluasi yang dimulai pada tingkat

paling bawah yaitu masyarakat pengguna, kemudian dikelompokkan

(27)

BAB 3 25 a. Monitoring dan evaluasi di tingkat masyarakat pengguna

Berbeda dengan sistem yang selama ini dijalankan, pendekatan partisipatif bagi

seluruh pihak terkait memberi kesempatan pada masyarakat pengguna

untuk terlibat secara aktif pada kegiatan monitoring dan evaluasi mulai

dari pengumpulan data, analisis persoalan, pemilihan alternatif pemecahan,

perencanaan teknis, pelaksanaan, hingga pengelolaan. Proses tersebut

membangun kemampuan dan kapasitas masyarakat pengguna dalam mengambil

keputusan.

Prinsip terpenting dalam kegiatan monitoring dan evaluasi ini adalah bahwa

temuan yang diperoleh pada setiap tingkat digunakan untuk menentukan

langkah perbaikan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan

disepakati bersama oleh masyarakat. Indikator kinerja pembangunan

prasarana dan sarana air minum dan penyehatan lingkungan pada tingkatan

ini ditentukan dan disepakati oleh masyarakat yang bersangkutan.

Peran pihak luar, seperti pemerintah daerah, dalam kegiatan monitoring dan

evaluasi di tingkat masyarakat ini adalah sebagai fasilitator atau pemandu

proses. Aspek penting yang perlu mendapatkan perhatian adalah sistem

pencatatan data, lembaga yang bertanggungjawab dalam pendataan tersebut,

serta sistem informasi yang memudahkan semua pihak untuk mendapatkan data

tersebut.

b. Monitoring dan evaluasi di tingkat kabupaten/Kota.

Sesuai dengan amanat otonomi daerah, pemerintah pusat berkewajiban untuk

memberikan panduan umum sebagai pedoman bagi pemerintah

kabupaten/Kota. Begitu pula halnya pada sistem monitoring dan evaluasi,

pemerintah pusat memberikan panduan umum sistem monitoring dan

evaluasi beserta indikator kinerja pembangunan prasarana dan sarana air

minum dan penyehatan lingkungan. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah

dilakukannya pengelompokan secara nasional dalam pendataan untuk

penyusunan kebijakan air minum dan penyehatan lingkungan berskala nasional.

Namun demikian, pemerintah kabupaten/Kota mempunyai kewenangan

untuk melakukan modifikasi sesuai dengan karakteristik wilayahnya. Untuk

mendapatkan informasi hasil monitoring dan evaluasi di tingkat

masyarakat pengguna, aparat pemerintah kabupaten/Kota harus proaktif

(28)

BAB 3 26 Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yaitu pemerintah pusat

yang diwakili oleh pemerintah propinsi.

c. Monitoring dan evaluasi di tingkat propinsi

Peranan daerah propinsi dalam monitoring dan evaluasi adalah sebagai

perpajangan tangan pemerintah pusat, sehingga berkewajiban untuk

mengkoordinasikan dan mendokumentasikan hasil monitoring dan evaluasi

yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten dan Kota dalam wilayahnya.

Untuk selanjutnya peranan pemerintah propinsi ini harus disosialisasikan,

mengingat lebih menonjolnya peran pemerintah kabupaten/Kota

sehingga masih banyak dipertanyakan mengenai peran pemerintah propinsi

yang seharusnya.

d. Monitoring dan evaluasi di tingkat pusat.

Monitoring dan evaluasi di tingkat pusat diperlukan sebagai upaya

untuk terus melakukan umpan balik terhadap kebijakan air minum dan

penyehatan lingkungan sehingga diperoleh suatu kebijakan air minum

dan penyehatan lingkungan yang rasional, operasional, dan sesuai dengan

kebutuhan masyarakat. Karena proses monitoring dan evaluasi merupakan

proses yang dinamis maka kebijakan nasional air minum dan penyehatan

lingkungan juga merupakan kebijakan yang dinamis yang selalu berupaya

beradaptasi/menyesuaikan diri dengan kondisi masyarakat. Sebagaimana

dijelaskan di atas bahwa pengelompokan data yang diperoleh dari

tingkat propinsi, kabupaten/Kota, dan masyarakat pengguna membutuhkan

klarifikasi dan pemeriksaan langsung. Hal ini diperlukan untuk melihat

kesahihan data serta menyesuaikan data yang ada dengan perubahan yang

terjadi di masyarakat.

Strategi 16 : Mengembangkan dan menyebarluaskan

indikator kinerja pembangunan prasarana dan sarana air minum dan penyehatan

lingkungan.

Sebagai tindak lanjut dari perlunya penyempurnaan sistem monitoring

dan evaluasi adalah perlunya penyusunan dan penyebarluasan

indikator-indikator kinerja pembangunan prasarana dan sarana air minu m dan

penyehatan lingkungan. Indikator kinerja tersebut dibutuhkan sebagai sarana

untuk terus melakukan monitoring hasil pembangunan prasarana dan sarana

(29)

BAB 3 27 berkesinambungan sehingga pencapaian tujuan dalam setiap tahapan dapat

diketahui. Pada tingkat nasional, indikator kinerja pembangunan prasarana dan

sarana air minum dan penyehatan lingkungan disusun secara generik sehingga

dapat dimasukkan muatan-muatan lokal sesuai dengan karakteristik daerah.

Namun demikian memastikan adanya indikator partisipatif dalam setiap

proyek air minum dan penyehatan lingkungan (AMPL) penting untuk

dilakukan.

Kebijakan nasional ini bersifat umum sehingga dalam pelaksanaan

dibutuhkan suatu penterjemahan yang lebih operasional dari pihak yang

berkepentingan. Adopsi dan adaptasi kebijakan nasional akan berbeda di

setiap daerah, disesuaikan dengan karakteristik dan permasalahan yang

dihadapi oleh masing- masing daerah.

Kebijakan nasional ini perlu dijabarkan lebih lanjut oleh masing -masing

instansi teknis terkait sebagai panduan dalam operasionalisasi kebijakan

dalam pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan. Sebagaimana

dalam penyusunan kebijakan maka penjabaran kebijakan dalam bentuk

rencana strategis sektoral yang disusun oleh instansi teknis harus tetap

melibatkan seluruh stakeholder dan dilaksanakan melalui pendeka tan

partisipatif.

Selain itu, rencana strategis sektoral juga harus mampu mengadopsi

karakteristik dan budaya yang dimiliki oleh masing-masing daerah di Indonesia

sehingga tidak terjadi lagi generalisasi pelaksanaan pembangunan air minum

dan penyehatan lingkungan yang menjadi penyebab utama dalam

kegagalan keberlanjutan pelayanan prasarana dan sarana air minum dan

penyehatan lingkungan. Rencana sistem jaringan sumber daya air meliputi:

a. jaringan sumber daya air lintas negara dan lintas provinsi untuk mendukung

air baku pertanian, terdiri atas jaringan primer lintas kabupaten, dan jaringan air

baku untuk kawasan pertanian yang bersifat strategis provinsi dan/atau

nasional jika ada dalam wilayah provinsi;

b. jaringan sumber daya air untuk kebutuhan air baku industri untuk

mendukung kawasan industri yang bersifat strategis provinsi dan/atau nasional

jika ada dalam wilayah provinsi;

c. jaringan air baku untuk kebutuhan air minum, terdiri atas jaringan a ir

(30)

BAB 3 28 mendukung kawasan perkotaan di wilayah provinsi; dansistem pengendalian

banjir di wilayah provinsi dan/atau lintas wilayah provinsi.

3.2.2 Strategi Sanitasi Kota (SSK)

3.2.2.1 Latar Belakang

Sektor sanitasi memegang peranan penting dalam perkembangan

pembangunan suatu daerah. Minimnya perhatian terhadap sektor sanitasi, dapat

mengakibatkan permasalahan yang dapat menggangu pembangunan yang ada.

Menyadari perlunya perhatian lebih terhadap sektor sanitasi, Pemerintah

Kabupaten Bolaang Mongondow Utara kemudian menyusun strategi untuk

pengelolaan sanitasi, yang tertuang dalam dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten

(SSK), dimana SSK merupakan dokumen rencana strategis berjangka menengah

yang disusun untuk percepatan sektor sanitasi suatu Kabupaten/ Kota, yang berisi

tentang potret kondisi sanitasi kota saat ini, rencana strategi dan rencana

tindak pembangunan sanitasi jangka menengah. SSK dibutuhkan agar pengelolaan

sanitasi kabupaten bisa berjalan secara sistematis, terencana, terpadu,

terintegrasi,tepat sasaran, sesuai kebutuhan, berkelanjutan dan melibatkan seluruh

pemangku kepentingan.

3.2.2.2 Wilayah Cakupan SSK

Wilayah kajian SSK yang menjadi kesepakatan Pokja Sanitasi Permukiman

Kabupaten Bolaang Mongondow Utara adalah mencakup seluruh wilayah

(31)
(32)

BAB 3 30 3.2.2.3 Maksud Dan Tujuan

Maksud penyusunan dokumen SSK ini adalah sebagai pedoman dalam

perencanaan, pemrograman kegiatan yang terkait pembangunan dan pengelolaan

sektor sanitasi agar pembangunan sanitasi Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

dapat berlangsung secara sistematis, terintegrasi dan berkelanjutan.

Tujuan penyusunan SSK adalah:

1. Sebagai dokumen rencana pembangunan 5 tahunan sektor sanitasi

2. Memberikan gambaran kebijakan pengelolaan sanitasi Kab upaten Bolaang

Mongondow Utara selama 5 tahun

3. Sebagai dasar dan pedoman bagi semua pihak yang akan terlibat dalam

pengelolaan sanitasi.

3.2.2.4 Metodologi

a. Metode Penyusunan Secara umum metode dalam penyusunan SSK terdiri dari

beberapa langkah, yaitu:

1. Pengkajian Buku Putih dan Dokumen Rujukan Lainnya.

Pengkajian Buku Putih dan Dokumen rujukan lainnya dimaksudkan untuk

mengingatkan kembali mengenai hal – hal yang dituliskan dakam Buku Putih

maupun dokumen lainnya.

2. Penetapan Visi dan Misi SanitasI

Setelah pengkajian buku putih dan dokumen rujukan lainnya dilaksanakan,

maka dilakukan penetapan visi dan misi sanitasi kabupaten, yang akan menjadi

acuan.

3.Perumusan Arah Pengembangan Strategi Perumusan arah pengembangan strategi

meliputi kebijakan dan Arahan Strategi, Tujuan, Sasaran dan Tahapan Pencapaian

(33)

BAB 3 31 3.2.2.5 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penyusunan SSK adalah mengacu dari Buku Putih

Sanitasi dan dokumen – dokumen perencanaan strategis lainnya dari berbagai

SKPD, yang menyangkut pengelolaan sanitasi kabupaten.

3.2.2.6 Proses Penyepakatan Data

Penyepakatan data diperoleh melalui diskusi (focus group discussion) yang

dilakukan secara mendalam oleh pihak – pihak yang terlibat dalam sanitasi.

Diskusi dilaksanakan untuk memberikan gambaran yang jelas terkait dengan

kebutuhan daerah untuk pembangunan di sektor sanitasi.

3.2.2.7 Posisi SSK Dan Kaitannya Dengan Dokumen Perencana an Lain

Posisi SSK dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan lainnya digambarkan sebagai berikut:

(34)

BAB 3 32 Berdasarkan gambar tersebut, dapat dijelaskan bahwa RPJMD merupakan sumber

dasar dalam penyusunan SSK. Renja SKPD dan Renstra SKPD yang merupakan

rencana pembangunan daerah khususnya dalam pengelolaan sanitasi.

3.2.2.8 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Tabel 3.1 Visi Misi Sanitasi Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

Visi generasi sekarang dan mendatang.

(35)

BAB 3 40 244

(36)

BAB 3 41 Tabel 3.2 Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kabupaten Bolaang

Mongondow Utara

No. Sistem

Cakupan Layanan eksisting (%)

Target Cakupan Layanan* (%)

Jangka Jangka Jangka

A Sistem On-site

1 Individual (tangki

36,89 40 50 100%

2 Komunal (MCK,

MCK++)

3,85 15 20 -

B Sistem Off-site

1 Skala Kota - - 5 10

2 Skala Wilayah - - 5 25

Ket :

(37)
(38)

BAB 3 43 Tabel 3.3 Tujuan, Sasaran Dan Tahapan Penc Apaian Pengembangan Drainase

Gambar

Gambar 3.1 Tahapan Pembangunan Nasional
Gambar 3.2 Strategi Pembangunan Nasional
Gambar 3.3 Strategi  pelaksanaan   berdasar   pendekatan   tanggap
Gambar 3.4  Wilayah kajian SSK Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pembuatan Sistem Pendukung Keputusan Inventory Spare Part Dengan Metode Simple Additive Weighting, yaitu metode pembobotan yang mencari penjumlahan terbobot dari rating kinerja

Dia mengimbau kepada masyarakat Kabu- paten Serang bagi yang sudah terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap atau DPT, warga yang belum terdaftar sebagai pemilih, baru beru- sia 17

Karena sebab itulah peneliti mengambil judul “Analisis Perbandingan dalam Perlindungan Nasabah di Lembaga Keuangan Perbankan Dan Lembaga Keuangan Non

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata persentase pembagian hasil yang diterima nelayan pemilik sebesar 64% dan nelayan penggarap sebesar 36%, sedangkan kondisi ketahanan

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, lemahnya citra teh celup dalam negeri diduga karena harga konsumen produk teh celup itu sendiri lebih rendah dari pada

1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI 2 BAB 1 Akun E Learning UM Kendari 3 A Membuat Akun B Memperbaharui Profile Akun 3 4 BAB 2 Konfigurasi Administrasi Kelas A Administrasi Kelas B Pengaturan Kelas BAB

Tujuan dari proses ini adalah untuk memberikan bumbu pada keripik sesuai dengan rasa yang diinginkan sehingga bumbu tercampur secara merata pada

Mengingat, produksi filet patin yang diharapkan dapat menjadi alternatif sumber protein hewan bagi masyarakat, tetapi selama ini sering mengalami penurunan kualitas