• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lingkungan Hidup

Dalam dokumen RPJMD (2016-2021) – BAPPEDA SULUT (Halaman 138-144)

ARUS PETIKEMAS TAHUN 2010 S.D MEI

II PELAYANAN BARANG

2.3.1.7. Lingkungan Hidup

Dalam konteks pembangunan negara dan pemberdayaan masyarakat, segala aktivitas dan kegiatan tidak dapat mengenyampingkan eksistensi lingkungan pada titik dan batas tertentu. Karenanya, pembangunan dan pemberdayaan yang tidak memberikan perhatian serius terhadap lingkungan, sebaliknya justru akan menghasilkan anti-pembangunan dan anti-pemberdayaan, bahkan dapat berakibat pada kemerosotan kesejahteraan masyarakat sehingga meningkatkan angka kemiskinan.

Permasalahan lingkungan hidup pada Tahun 2016-2021, masih akan diperhadapkan pada pencemaran air, udara, tanah, persampahan, dan limbah B3 serta kerusakan lingkungan baik darat, pesisir, dan laut. Sebagian besar masalah lingkungan ini bersumber dari kegiatan domestik, industri agro, industri manufaktur, industri pertambangan,

industri jasa, dari sektor tranportasi serta lemahnya law enforcement yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan iklim. Pengendalian pencemaran air dan kerusakan lingkungan serta penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) adalah salah satu upaya dalam meminimalisasi permasalahan lingkungan tersebut.

Target Indonesia untuk secara sukarela menurunkan emisi GRK sebesar 26% pada tahun 2020 merupakan komitmen yang harus ditindaklanjuti dalam pelaksanaan berbagai program dan kegiatan Tahun 2016-2021, diantaranya melalui pengendalian sumber-sumber pencemaran dan perusakan SDA, peningkatan kualitas lingkungan DAS, pengendalian kemerosotan KEHATI, peningkatan peran serta masyarakat serta menahan laju deforestasi.

Posisi geografis Sulawesi Utara yang terletak di daerah tropis dan kepulauan rentan terhadap dampak perubahan iklim. Dampak perubahan iklim yang terjadi seperti kenaikan temperatur, perubahan intensitas dan periode hujan, pergeseran musim hujan/kemarau, dan kenaikan muka air laut sehingga perlunya antisipasi dalam melestarikan lingkungan hidup.Sumberdaya air mempunyai peran penting sebagai sumber vital kehidupan manusia. Pasokan air juga digunakan untuk berbagai sektor pembangunan diantaranya air minum perkotaan, air industri dan air irigasi. Pada kenyataannya pemanfaatan air untuk memenuhi kebutuhan sektor industri dan jasa masih mengandalkan air tanah secara berlebih sehingga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap sumberdaya air tanah maupun lingkungan antara lain penurunan muka air tanah, intrusi air laut, serta amblesan tanah. Potensi air tanah di pulau Sulawesi digambarkan dengan jumlah cekungan airtanah makro yang telah dikenali dimana distribusi cekungan air tanah tersebut pada Provinsi Sulawesi Utara sebanyak 6 cekungan.

Tabel 2.55.Cekungan Air Tanah di Prov. Sulawesi Utara, 2014.

Air Tanah Peringkat

Penyelidikan

Kuantitas Air Tanah (juta m3/tahun)

No Nama Luas (KM) Bebas Tertekan

1 Manado 1.042 Pendahuluan 525 67 2 Kotamobagu 3.386 Pendahuluan 1.110 100 3 Dumoga 2.578 Diketahui 1.166 93 4 Kotabunan 1.168 Diketahui 620 24 5 Maelang 1.023 Diketahui 460 23 6 Ponigu 2.605 Diketahui 909 45

Sumber : Kementerian PU, RI 2014

Menurut data Badan Pertanahan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014, Provinsi Sulawesi Utara memiliki 30 sungai dengan sungai terpanjang yaitu Sungai Dumoga dengan panjang 87,2 kilometer di Kabupaten Bolaang Mongondow diikuti oleh Sungai Poigar dengan panjang 54,2 kilometer dan Sungai Sangkub di Kabupaten Bolaang

Mongondow Utara dengan panjang 53,6 kilometer. Sungai terpendek adalah sungai Salongo di Bolaang Mongondow Selatan dengan panjang 9,1 kilometer.

Sulawesi Utara memiliki ketersediaan air yang melimpah di wilayah daratan namun di wilayah kepulauan kuantitas terbatas karena sebagian besar topografinyaberbukit-bukit dengan Kualitasnya rata-rata cukup baik. Isu global lingkungan hidup terkait dengan permasalahan sumber air di Sulawesi Utara dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Permasalahan kuantitas air, yaitu perbedaan debit air sungai yang signifikan antara musim kemarau dan musim hujan, yang menunjukkan telah terjadi degradasi pada sempadan, Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Daerah Tangkapan Air (DTA). Permasalahan ini terjadi pada sungai-sungai maupun danau-danau di Sulawesi Utara, permasalahan lainnya yakni khususnya Danau Tondano mengalami penurunan dari tahun 1934 kedalaman danau masih mencapai 40 m, 28 m tahun 1974, 27 meter tahun 1983, 23 m Tahun 1999 dan tahun 2001 menjadi 20 m, telah terjadi pendangkalan Danau Tondano rata-rata per tahun 1,5 m (Unima- JICA, 2000), selain faktor alamiah, pendangkalan Danau Tondano di pengaruhi oleh banyaknya enjeng gondok.

b. Permasalahan kualitas air, yaitu penurunan kualitas air akibat berbagai aktifitas seperti pertanian, pembukaan lahan baru, perikanan, peternakan, dan penambangan Galian C atau mineral non logam, penambangan mineral logam (emas, pasir besi, mangan) dan Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI). Khusus untuk daerah perkotaan cenderung disebabkan akibat aktifitas domestik dan industri, baik dari pabrik maupun dari usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Dalam penyajian analisisnya dilakukan beberapa pendekatan- pendekatan, hal ini dilakukan agar analisis lebih fokus serta untuk mengatasi keterbatasan data yang ada.Dengan pendekatan ini, diharapkan informasi yang disajikan dapat mewakili kondisi sumber air di Sulawesi Utara. Berikut ini adalah pendekatan yang dimaksud: Kondisi Umum Sumber Air di Sulawesi Utara

Sulawesi Utara memiliki 40 sungai yang tersebar di 15 Kabupaten/Kota, dari 40 sungai tersebut terdapat 2 sungai skala prioritas Nasional yakni Sungai Tondano dan Sungai Talawaan serta 1 sungai lintas Provinsi yakni Sungai Sangkub. Untuk jelasnya pembagian kewenangan sumber air sungai di Sulawesi Utara dapat dilihat pada Tabel II. 4.

No Sumber Air Keterangan A. Air Sungai

I Sungai Lintas Provinsi 1 (satu) Sungai

1. Sungai Sangkub Provinsi Sulawesi Utara & Provinsi

Gorontalo

II Sungai Lintas Kabupaten/Kota 9 (Sembilan) sungai

1. Sungai Tondano Kab. Minahasa, Kota Tomohon, Kab.

Minahasa Utara & Kota Manado

2. Sungai Dumoga Kab. Bolaang Mongondow & Kota

Kotamobagu

3. Sungai Ranoyapo Kab. Minahasa Selatan & Kab. Minahasa

4. Sungai Ranowangko Kab. Tomohon & Kab. Minahasa

5. Sungai Maruasey Kota Tomohon, Kab. Minahasa & Kab.

Minahasa Selatan

6. Sungai Malalayang/Minangga Kota Tomohon, Kab. Minahasa & Kota Manado

7. Sungai Sario Kab. Minahasa & Kota Manado

8. Sungai Sawangan/Tikala Kab. Minahasa & Kota Manado

9. Sungai Poigar Kab. Minahasa Selatan & Kab. Bolaang

Mongondow

III Total Sungai 40 (empat puluh) sungai B Air Danau & Embung

I Danau Lintas Kab/Kota

1. Danau Moat Kab. Minahasa Selatan & Kab. Bolaang

Mongondow Timur

II Total Danau 20 (dua puluh) Danau

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Prov. Sulut

a. Sungai

Status Kuantitas Air dan Kecenderungannya

Sungai di Sulawesi Utara umumnya tidak memiliki panjang hingga diatas 100 km, ini dikarenakan topografi wilayah Sulawesi Utara yang berbukit-bukit dan dekat dengan laut. Sungai terpanjang di Sulawesi Utara adalah Sungai Dumoga dengan panjang 87,2 km melintasi 2 Kabupaten/Kota yakni wilayah Bolaang Mongondow dan Kota Kotamobagu.

Sungai yang menjadi prioritas Nasional di Provinsi Sulawesi Utara adalah Sungai Tondano dan Sungai Talawaan, sedangkan sungai lintas Provinsi adalah Sungai Sangkub yang bagian hulunya berada di Provinsi Gorontalo dan hilirnya berada di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Provinsi Sulawesi Utara.

Lebar dan kedalaman sungai di Sulawesi Utara bervariasi dari hulu sampai ke hilir, bagian hulu umumnya lebih sempit, mencapai kisaran 1,5 meter sampai dengan 20 meter.Bagian rentang dan hillir melebar seiring bersatunya beberapa anak sungai ke sungai utama.Kedalaman sungai juga bervariasi, terdapat perbedaan kedalaman (tinggi muka air) sungai yang signifikan antara musim kemarau dengan musim hujan.

Sungai terlebar di Sulawesi Utara adalah Sungai Dumoga dan Sungai Ranoyapo (lebar permukaan mencapai 85 m).Sungai terdalam adalah Sungai Dumoga (mencapai 6 m). Sungai dengan debit terbesar adalah Batang Dumoga (mencapai 99,6 m3/dt). Gambaran mengenai

profil sungai-sungai di Sulawesi Utara dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.57. Profil Sungai - Sungai di Sulawesi Utara No. Nama Sungai Panjang

(km)

Lebar (m)

Kedalaman (m)

Debit (m3/dtk)

Permukaan Dasar Maks Min

1 Dumoga 87.2 13 - 85 10 - 80 0.5 - 6 99.6 8.73 2 Poigar 54.2 15 - 75 10 - 65 0.5 - 4 82.5 12.07 3 Sangkub 53.6 20 - 80 17 - 40 0.75 - 2 93.79 15.1 4 Ranoyapo 51.9 10 - 85 5 - 75 0.5 - 5 99.6 12.86 5 Hanga 43.3 0 0 0 0 0 6 Ongkau Mongondow 42.1 5 - 35 4 - 30 0.5 - 2 35.35 3.77 7 Tondano 39.9 20 - 75 10 - 40 0.5 - 2.5 83.6 18.5 8 Tuodan 37.5 0 0 0 0 0 9 Talawaan 34.8 10 - 40 5 - 30 0.5 - 4 49.4 7.1 10 Ayong 30.2 0 0 0 0 0 11 Minanga 26.8 10 - 15 5 - 10 0.5 - 2 20.03 5.6 12 Kalekak 25 0 0 0 0 0 13 Nuangan 22.7 0 0 0 0 0 14 Tikala 23.6 15 - 25 10 - 20 0.5 - 2 31.8 9.6 15 Kuma 22.3 0 0 0 0 0 16 Sukuyon 21.8 0 0 0 0 0

17 Paniki 21.2 0 0 0 0 0 18 Likupang 21.2 0 0 0 0 0 19 Lobong 20.8 0 0 0 0 0 20 Ranowangko 20 4 - 45 2 - 25 0.5 - 2.5 52.2 3.22 21 Milangodaa 19 0 0 0 0 0 22 Moayat 17.2 0 0 0 0 0 23 Pusian 16.3 0 0 0 0 0 24 Tobayangan 16.1 0 0 0 0 0 25 Kotolidaan 13.2 0 0 0 0 0 26 Potule 12.1 0 0 0 0 0 27 Moyosiboi 11.2 0 0 0 0 0 28 Sonduk 11.2 0 0 0 0 0 29 Ampadoab 10 7.56 7 7 15 13 30 Matabulu 9.6 0 0 0 0 0 31 Alongo 9.1 0 0 0 0 0 32 Buwun 8 8 7.42 6 6.00 4.50 33 Bolang 7 7.95 7.60 4 3.00 2.00 34 Tarun 5.85 4.46 4.01 2 16.02 14 35 Tadunan 5 7 6.3 3.20 2.00 1.75 36 Malabut 4 5.45 5 2 2.00 1.00 37 Arelo 3.15 2.05 2 2.5 20.33 19 38 Binanga 3 6.20 5.43 2.41 1.75 1.25 39 Masili 2 6.75 5.30 4.5 2.00 1.50 40 Tattas 2 6 5.75 2 1.50 1.00

Sumber: Badan Lingkungan Hidup Prov. Sulut

Kualitas Air Sungai

Kualitas sumber air di Sulawesi Utara, umumnya cukup baik, kecuali beberapa sungai tertentu yang mendapat tekanan cukup tinggi baik oleh kegiatan 143ector143c, 143ector143c, pertambangan baik mineral logam maupun mineral non logam, perikanan, pertanian serta aktifitas lainnya. Aktifitas manusia (buangan 143ector143c) sangat dominan mempengaruhi kualitas sumber air di Sulawesi Utara, jika dibandingkan dengan pengaruh alami ataupun kegiatan 143ector lainnya. Untuk menentukan kualitas sumber air perlu dilakukan uji laboratorium terhadap parameter pencemar, baik yang bersifat umum maupun parameter pencemar spesifik.

Dalam dokumen RPJMD (2016-2021) – BAPPEDA SULUT (Halaman 138-144)