PENGEMBANGAN MODUL BIMBINGAN KONSELING BIDANG BIMBINGAN PRIBADI TENTANG REPRODUKSI SEHAT
BAGI KELAS X DI SMA NEGERI 1 PARENGAN TUBAN
SKRIPSI
Oleh : FITROTIN NIM :D03211040
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
ABSTRAK
Fitrotin, D03211040. 2016. Pengembangan Modul Bimbingan Konseling Bidang Bimbingan Pribadi Tentang Reproduksi Sehat Bagi Kelas X Di SMA Negeri 1 Parengan
Tuban. Skripsi Bimbingan Konseling Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sunana Ampel Surabaya.
Kata kunci: Pengembangan modul, bimbingan pribadi, reproduksi sehat
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk bimbingan konseling bidang bimbingan pribadi yang memuat materi tentang reproduksi sehat bagi siswa kelas X. Modul reproduksi sehat sangat diperlukan untuk membantu guru BK dalam memberikan layanan bimbingan pribadi di SMA Negeri 1 Parengan Tuban.
Penelitian ini menggunakan metode research and development (R&D) yang bertujuan menghasilkan produk pengembangan. Dalam penelitian ini digunakan strategi Borg and Gall. Validasi ahli meliputi ahli materi dan ahli media dengan ketentuan seorang ahli materi dan seorang ahli media. Subyek uji coba merupakan siswa kelas X berjumlah 30 orang dan dilakukan dengan teknik sampling. Teknik analisis data uji coba dilakukan dengan analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Spesifikasi Produk ... 8
E. Pentingnya Pengembangan ... 9
F. Definisi Operasional ... 9
G. Sistematika Pembahasan ... 10
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bimbingan Konseling Pribadi Tentang Reproduksi Sehat ... 12
2. Pendidikan Reproduksi Sehat ... 19
3. Siswa Sebagai Remaja ... 22
B. Modul Sebagai Media Layanan Bimbingan... 28
1. Modul ... 28
2. Modul Sebagai Media Layanan Bimbingan Bagi Siswa ... 36
C. Pengembangan Modul tentang Reproduksi Sehat Sebagai Media Layanan Bimbingan Pribadi ... 37
1. Modul Sebagai Media Layanan Bimbingan Pribadi Bagi Siswa .. 37
2. Manfaat Pengembangan Modul Bimbingan Pribadi tentang Reproduksi Sehat Bagi Siswa dan Guru ... 40
BAB III. METODE PENELITINAN A. Model Penelitian Pengembangan ... 41
B. Prosedur Penelitian Pengembangan ... 41
1. Identifikasi Potensi dan Masalah ... 42
2. Perumusan Tujuan Pembelajaran ... 43
3. Perumusan Materi ... 43
4. Desain Produk ... 45
5. Pengembangan Instrumen Validasi ... 47
6. Produksi ... 47
7. Validasi ... 48
8. Uji Coba Produk ... 48
9. Revisi ... 48
C. Uji Coba Produk ... 49
1. Desain Uji Coba ... 49
3. Jenis Data... 50
4. Instrumen Pengumpulan Data ... 51
5. Teknik Analisis Data ... 54
BAB IV. HASIL PENGEMBANGAN A. Penyajian Data Uji Coba ... 57
B. Analisis Data ... 70
C. Revisi Produk ... 71
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 74
B. Saran ... 75
DAFTAR PUSTAKA ... 77
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Dalam era globalisasi ini, dunia mengalami perubahan-perubahan pesat di bidang
sosial, ekonomi, sosial, politik, dan komunikasi yang diikuti oleh perubahan dalam hal
norma sosial dan perilaku seksual. Proses perubahan tersebut mempengaruhi cara
pandang masyarakat terhadap seksualitas dan membentuk perilaku seksual yang bergeser
dari nilai dan norma yang ada dalam masyarakat kita. Dahulu Indonesia merupakan
bangsa Timur, yang sangat teguh memandang seksualitas sebagai hal yang tabu dan
sakral. Sementara bangsa Barat memandang dan mengekspresikan seksualitas demikian
terbuka serta menganggap hal tersebut sebagai Hak Asasi Manusia. Namun, saat ini
perbedaan nila-nilai tersebut mulai tampak kabur sebagai dampak globalisasi informasi
dari segala penjuru dunia yang dapat diakses secara cepat dan mudah. Individu yang
terkena dampak tersebut meliputi semua lapisan, baik orang tua, dewasa, anak-anak, dan
terutama pada kalangan remaja. Juga dari daerah perkotaan hingga desa dan pelosok
negeri.
Kemudahan dalam memperoleh informasi, kenyataanya tidak selalu berdampak
positif bagi masyarakat. Informasi yang disediakan oleh media sering kali tidak lengkap
dan bahkan ada yang menyesatkan masyarakat. Tidak terkecuali informasi seprutar
masalah seks yang banyak dimuat oleh media, terutama media online yang sangat mudah
penyebar luasannya. Banyak sekali media yang hanya setengah-setengah dalam
pembahasan masalah seks, akibatnya banyak terjadi penyimpangan. Beberapa contohnya
adanya seks bebas, aborsi, kehamilan yang tidak diinginkan, dan penyakit seks menular.
Jumlah kasus aborsi di Indonesia setiap tahun mencapai 2,3 juta, 30% di antaranya
sebelum nikah, penederita HIV/AIDS yang 50% penderitanya merupakan kalangan
remaja, dan terjadinya kehamilan tidak diinginkan (KTD) hingga 27% dalam lingkup
pranikah dan 12,5% terjadi di kalangan pelajar1.
Penyimpangan seksual sangat rentan terjadi dikalangan remaja. Hal ini
dimungkinkan karena pada masa ini remaja berada pada potensi seksual yang aktif terkait
dorongan yang dipengaruhi oleh hormon. Selain itu para remaja juga tidak mempunyai
informasi yang cukup mengenai aktivitas seksual itu sendiri. Sehingga para remaja ini
mencari tahu dengan berbagai cara, termasuk dengan menggunakan internet yang lingkup
jaringannya sangat luas dan memungkinkan adanya kesalahan informasi tentang seks atau
reproduksi yang salah.
Hurlock mengatakan bahwa minat terhadap seks pada usia remaja semakin
meningkat. Meningkatnya minat terhadap seks menyebabkan para siswa atau remaja
selalu berusaha mencari berbagai informasi mengenai seks2. Informasi yang mereka
dapatkan biasanya lebih banyak dari teman sebaya, situs-situs porno, atau
majalah-majalah yang isinya seputar seks. Tingginya kebutuhan remaja saat ini akan informasi
reprosuksi sehat, dapat dilihat dari banyaknya remaja yang mencari informasi terbaru
tentang seks. Hal ini dapat diartikan bahawa, kebutuhan remaja akan informasi reproduksi
sehat merupakan kebutuhan pokok yang identik dengan kebutuhan dasar lainnya.
Informasi mengenai reproduksi sehat di sekolah memang selama ini sudah
terselip di beberapa mata pelajaran yaitu, biologi, penjaskes, dan agama. Pada pelajaran
biologi, ada pembahasan mengenai pembuahan yaitu pertemuan antara sel telur dengan
sperma yang dapat mengakibatkan kehamilan. Namun, demikian materi tersebut hanya
terbatas pada bagaimana proses pembuahan itu terjadi, sehingga siswa kurang mengetahui
1
http://kompas.com/read/2009/02/16/11310897/2.3.Juta.Kasus.Aborsi.per.Tahun..30.Persen.Oleh.Remaja
2
akan detail pada kehidupan layaknya sebagai manusia sosial. Pada akhirnya, siswa
memilih jalan lain untuk memenuhi keingin tahuan mereka seputar seks. Menonton film
porno dan membeli majalah dewasa, salah satu jalan mereka. Hal tersebut sangat mudah
dilakukan oleh siswa dengan membuka situs-situs porno yang ada dalam internet yang
sangat banyak, selain itu hampir semua persewaan film juga menyediakan film porno.
Dari hasil wawancara yang peneliti dengan beberapa siswa menguatkan fakta
diatas bahwa menonton film porno adalah hal yang wajar, dan sebaliknya bagi mereka
yang belum menonton film porno dianggap aneh. Bahkan tak jarang remaja saling
bertukar informasi tentang hal tersebut, dengan dalih pendidikan seks untuk
membenarkan tindakan mereka.
Fakta diatas tersebut sangat memprihatinkan, sehingga para siswa atau remaja
tersebut membutuhkan informasi yang sitematis dan menyeluruh tentang masalah seks
terkait dengan perkembangan mereka. Dalam pemberian pemahaman mengenai
reproduksi sehat pada siswa, pihak sekolah adalah pihak yang berkompeten disamping
orang tua siwa. Idealnya, pengetahuan mengenai reproduksi sehat dimasukkan di dalam
kurikulum dan dijadikan sebagai mata pelajaran sendiri. Tetapi hal tersebut masih
menjadi wacana sampai saat ini karena terbentur kebijakan yang diambil oleh pemerintah.
Berdasarkaan fakta dan fenomena diatas, dapat diketahui bahwa siswa
benar-benar membutuhkan modul reproduksi sehat yang sesuai dengan tingkat perkembangan
mereka. Untuk itulah diperlukan materi reproduksi sehat yang cukup relevan bagi siswa,
tujuannya agar mereka mendapatkan informasi yang tepat sehingga dapat mengerti dan
mampu berperilaku sesuai standar norma yang berlaku dalam masyarakat. Oleh karena itu
materi reproduksi sehat sangat penting untuk disampaikan kepada para siswa.
Peran guru Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah sebagai salah satu
aspek pribadi, sosial, karier, dan akademik peserta didik. Guru BK di sekolah juga
diharapkan dapat memberikan bantuan kepada siswa dalam perencanaan individual,
pemberian layanan responsif, dan pengembangan dukungan sistem. Melalui layanan
bimbingan dan konseling, peserta didikdapat memperoleh bimbingan mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan masalah pribadi. Efektifitas bimbingan pribadi secara langsung
dan tidak langsung berpengaruh terhadap kepribadian siswa. Pelaksanaan layanan pribadi
baik secara individu maupun kelompok diharapkan mampu menumbuhkan pemahaman
diri siswa seutuhnya dan memberi kematangan kepribadian siswa.
Hasil wawancara peneliti dengan guru BK di SMA Negeri 1 Parengan, ada
beberapa halangan dan kendala dalam pelaksanaan program layanan dan bimbingan
dalam sekolah antara lain anggapan tentang tidak pentingnya BK dalam sekolah dan
dalam keterkaitan akan masa depan siswa bahkan untuk memperoleh jam pelajaran dalam
kelas perlu perjuangan yang sangat keras, keterbatasan waktu, belum adanya media yang
tepat dan dapat meminimalisir proses bimbingan dengan waktu jam pelajaran yang sangat
terbatas, kewenangan yang belum sepenuhnya guru BK dapatkan dalam sekolah untuk
mengurus siswa yang ditangani, anggapan siswa yang memandang guru BK sebagai
polisi sekolah serta belum adanya media yang tepat dan dapat meminimalisisr waktu
pembelajaran dan bimbingan dengan jam pelajara yang begitu singkat menjadi halangan
dan kendala guru BK dalam pelaksanaan program layanan dan bimbingan dalam sekolah.
Berbagai hambatan diatas menunjukkan bahwa pelaksanaan bimbingan dan
konseling pribadi di SMAN 1 Parengan mengalami kendala dan belum bisa mencapai
hasil yang optimal. Melihat persoalan diatas maka guru BK dituntut untuk memiliki
kreatifitas dalam memberikan bimbingan pada siswa agar mencapai hasil yang optimal.
Usaha yang dapat dilakukan untuk membuat layanan bimbingan menjadi menarik
pemberian layanan bimbingan, misalnya dalam menggunakan layanan bimbingan pribadi
dapat menggunakan modul atau pemutaran film dokumener yang berhubungan dengan
materi layanan bimbingan pribadi yang disampaikan guru BK.
Media merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses pemberian
bimbingan. Penggunaaan media bimbingan sangat dianjurkan agar prsoses bimbingan
antara guru BK dan siswa berjalan dengan baik, tidak membosanka, serta dapat
merangsang keaktifan, minat dan kreativitas siswa. Hal tersebut mendorong peneliti untuk
memanfaatkan teknologi dalam layanan bimbingan dan konseling dan secara spesifik
diarahkan pada pembuatan modul.
Modul merupakan salah satu media alat bantu yang berisi rangkaian kegiatan
yang berisi rangkaian kegiatan dan tujuan belajar yang jelas dan sistematik, sehingga
memungkinkan siswa mempelajarinya sendiri di rumah. Modul dalam pengembangan ini
adalah sebagai media penyampaian informasi. Hal ini dapat membantu siswa agar lebih
mengetahui secara detail tentang reproduksi sehat, selain itu dengan adanya modul dapat
mengatasi keterbatasan jam masuk kelas bagi guru pembimbing karena dengan adanya
modul yang sistematis siswa dapat belajar secara mandiri di rumah3.
Peneliti menggunakan modul dalam penelitian ini karena modul merupakan salah
satu cara yang efektif untuk menumbuhkan minat siswa untuk belajar tentang reproduksi
sehat. Di dalam modul juga memuat rangkaian kegiatan pelaksanaan bimbingan secara
sistematis, juga terdapat tujuan bimbingan yang dirumuskan secara spesifik (khusus dan
jelas) sehingga siswa dapat belajar secara sistematis dan jelas arah pembelajarannya.
Selain itu tampilan gambar dalam sebuah modul dapat menarik perhatian siswa dan
mempermudah siswa dalam memahami isi materi dalam modul. Siswa juga dapat belajar
mandiri meskipun tidak disampaikan secara langsung oleh narasumber atau guru. Modul
3
dapat membuat siswa belajar secara mandiri, tetapi guru BK tetap harus membimbing
siswa dalam memahami isi materi yang ada dalam modul tersebut.
Maksud dan tujuan diadakannya modul juga sangat baik bagi proses layanan
bimbingan dalam bimbingan konseling, diantaranya tujuan bimbingan dapat dicapai
secara efektif dan efisien, siswa dapat belajar mandiri, siswa benar-benar menjadi titik
pusat kegiatan belajar mengajar dan bimbingan, kemajuan siswa dapat diikuti dengan
frekuensi yang lebih tinggi melalui evaluasi yang di lakukan pada setiap modul berakhir,
modul disusun berdasarkan konsep “mastery learning” suatu konsep yang menekankan
bahwa siswa harus secara optimal menguasai bahan pelajaran yang disajikan dalam
modul. Sehingga dengan menggunakan modul, proses bimbingan pribadi akan lebih
sistematis, efektif, dan efisien karena modul disusun dengan sekaligus evaluasi dan
lembar-lembar tes di bagian akhir bab dan akhir modul. Tentunya hal diatas akan sangat
bermanfaat bagi siswa maupun guru BK khususnya dan bagi sekolah juga masyarakat
umumnya.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuaraikan diatas, penulis tertarik untuk
melakukan pengembangan modul tentang reproduksi sehat yang di kemas dan nantinya
akan di praktikan dalam bentuk layanan bimbigan pribadi dalam bimbingan konseling.
Hal ini merujuk pada peran sekolah di samping peran orang tua dalam membimbing
siswa (remaja), yang dalam masa perkembangannya membutuhkan bimbingan dan arahan
yang tepat dari pihak-pihak dan lingkungan yang benar-benar sesuai dan baik bagi remaja
(siswa). Modul ini nantinya akan merujuk dari isi layanan bimbingan pribadi di SMA,
yaitu isi layanan bimbingan pribadi kelas X pada point ke tiga yang berbunyi “memahami
perkembangan psikoseksual yang sehat” yang di dalamnya akan di bahas secara lengkap
dan detil mulai dari mulai perkembangan remaja, sistem reproduksi, perilakunya, hingga
Dengan berdasar uraian diatas maka penulis merumuskan judul “Pengembangan
Modul Bimbingan Konseling Bidang Layanan Bimbingan Pribadi tentang Reproduksi
Sehat Bagi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Parengan Tuban”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang telah diuraikan diatas, maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana layanan bimbingan konseling pribadi tentang reproduksi sehat kelas X di
SMAN 1 Parengan Tuban?
2. Bagaimana modul sebagai media layanan Bimbingnan Konseling bagi siswa kelas X
di SMAN 1 Parengan Tuban
3. Apakah pengembangan modul Bimbingan Konseling bidang layanan bimbingan
pribadi tentang reproduksi sehat bermanfaat bagi siswa dan guru di SMAN 1
parengan Tuban?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan peneliti dengan pengembangan yang dilakukan ini adalah :
1. Untuk mengetahui layanan Bimbingan Konseling bidang layanan pribadi tentang
psikoseksual yang sehat bagi siswa di SMAN 1 Parengan Tuban
2. Untuk mengetahui modul sebagai media layanan Bimbingan Konseling bidang
layanan pribadi bagi siswa di SMAN 1 Parengan Tuban
3. Mengembangkan produk modul yang dapat dimanfaatkan oleh guru dan siswa dalam
layanan bimbingan pribadi tentang reproduksi sehat pada pelajaran Bimbingan
Konseling.
4. Menghasilkan produk modul Bimbingan Konseling sebagai penunjang proses layanan
5. Mengetahui tanggapan dan manfaat yang dirasakan oleh guru dan siswa di SMAN 1
Parengan setelah adanya modul sebagai media layanan bimbingan pribadi dalam
proses Bimbingan dan Konseling.
D. Spesifikasi Produk
Produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini memiliki spesifikasi
sebagai berikut:
1. Produk yang dikembangkan oleh peneliti adalah berupa modul yang berisi materi
reproduksi sehat, modul ini dibuat berdasarkan komponen-komponen modul
bimbingan yaitu adanya:
a) Halaman judul
b) Tujuan pembelajaran
c) Kata pengantar
d) Daftar isi
e) Pendahuluan
f) Materi modul
g) Latihan-latihan
h) Evaluasi
2. Modul ini bersifat sebagai layanan informasi bimbingan konseling dalam bidang
bimbingan pribadi.
E. Pentingnya Pengembangan
Penelitian ini penting dilakukan, apabila dilihat dari manfaat yang dihasilkan dari
pengembangan materi ini. Dan hasil pengembangan modul materi reproduksi sehat ini
diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara teoritik maupun secara praktis
sebagai berikut :
1) Secara Teoritis
a. Hasil pengembangan modul reproduksi sehat ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi ilmiah bagi pengembang reproduksi sehat secara umum.
b. Hasil reproduksi sehat ini mampu memberikan gambaran bagi pengembang
selanjutnya.
2) Secara Praktis
a. Bagi pembimbing/guru BK, dapat menggunakan manfaat dari hasil produk
pengembangan modul dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling
terutama bidang bimbingan pribadi
b. Bagi siswa, akan adanya pemahaman bagi siswa tentang pentingnya layanan
bimbingan dan konseling terutama bidang bimbingan pribadi.
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan tentang apa yang dimaksud
dalam penelitian ini, maka penulis menuliskan definisi operasional sebagai berikut:
a. Pengembangan adalah suatu usaha untuk mengembangkan suatu produk yang efektif
b. Modul adalah suatu unit program pengajaran yang memiliki karakteristik antara lain
berbentuk unit pengajaran terkecil yang lengkap, berisi rangkaian kegiatan belajar
yang dirancang secara sistematik, berisi tujuan belajar yang dirumuskan secara jelas
dan khusus sehingga memungkinkan sswa dapat belajar mandiri4.
c. Reproduksi sehat adalah perilaku individu yang berkaitan dengan fungsi dan proses
reproduksi termasuk perilaku seksual yang sehat.
d. Modul reproduksi sehat adalah suatu unit program terkecil berisi rangkaian kegiatan
belajar yang didesain secara khusus agar memungkinkan siswa dapat belajar mandiri
dalam mencapai tujuan reproduksi yang sehat.
G. Sistematika Pembahasan
Bab Pertama menjelaskan tentang gambaran mengapa, bagaimana, dan untuk apa
pengembangan ini dilakukan. Oleh karena itu dalam langkah awal ini dipaparkan
tentang; latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, spesifikasi produk,
pentingnya pengembangan, definisi operasional, dan sistematika pembahasan.
Bab Kedua merupakan kajian pustaka tentang pengembanagan modul reproduksi
sehat sebagai media bimbingan konseling bidang layanan bimbingan pribadi yang
meliputi penjelasan bimbingan konseling bidang layanan bimbingan pribadi, modul
sebagai media layanan bimbingan pribadi bagi siswa, dan pengembangan modul tentang
reproduksi sehat sebagai media layanan bimbingan pribadi di SMAN 1 Parengan
Tuban.
Bab Ketiga adalah menjelaskan metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian pengembangan ini, yang didalamnya menjelaskan model penelitian
pengembangan, prosedur penelitian pengembangan, dan uji coba produk.
4
Bab Keempat adalah membahas tentang hasil pengembangan yang telah di
lakukan sesuai dengan prosedur pengembangan, dan didalamnya di paparkan penyajian
data uji coba, analisis data, dan revisi produk.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Bimbingan Konseling Pribadi Tentang Reproduksi Sehat
1. Bimbingan Konseling Pribadi a) Pengertian Bimbingan
Bimbingan merupakan upaya untuk membantu individu berkembang sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya secara bertahap dalam proses yang matang.
Rochman Natawidjaja mengartikan bimbingan sebagai proses pemberian bantuan
kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut
dapat memahami dirinya, sehingga sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak
wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat.
Pendapat Rochman Natawidjaja mengemukakan bahwa dengan adanya
layanan bimbingan, individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, akan
mencapai kemampuan untuk memahami dirinya, kemampuan untuk mengarahkan
dirinya sesuai dengan potensi dan kemampuannya dalam menccapai penyesuaian diri
dengan lingkungan baik keluarga, sekolah, maupun masyarakat1.
Menurut Abu Ahmadi bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada
individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan
diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi
hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik2.
1
Syamsu Yusuf LN & A. Juntika Nur Ikhsan. (2006). Landasan Bimbingan Dan Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hlm. 6
2
Moh. Surya juga mengemukakan bahwa bimbingan merupakan sebagai suatu
proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sistematis dari pembimbing
kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahama diri dan
perwujudan diri, dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan
penyesuaian diri dengan lingkungannya.
Senada dengan pendapat M. Surya, Prayitno mengemukakan bahwa
bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang (individu) atau
sekelompok orang agar mereka dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang
mandiri3.
Berdasarkan definisi-definisi yang telah dipaparkan diatas, dapat disimpulakn
bahwa, bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu secara kontinu
dan sitematis, serta bertujuan untuk membantu proses pengembangan potensi diri
melalui pola-pola sosial yang dilakukannya sehari-hari di lingkungan sekolah,
keluarga dan masyarakat. Pola-pola sosial yang dimaksud adalah pola-pola dimana
individu tersebut dapat melakukan penyesuaian diri dengan lingkungannya.
b) Bimbingan Pribadi
Bimbingan pribadi merupakan salah satu bidang bimbingan yang ada di
seekolah. Terdapat beragam pengertian bimbingan pribadi yang dikemukakan oleh
para ahli, diantaranya adalah pendapat Abu Ahmadi sebagai berikut:
“bimbingan pribadi adalah seperangkat usaha bantuan kepada siswa agar dapat
menghadapi sendiri masalah-masalah pribadi yang dialaminya, mengadakan penyesuaian pribadi, dan kegiatan rekreatif yang bernilai guna, serta berdaya upaya sendiri dalam memecahkan masala-maslah pribadi, rekreasi dan sosial yang dialaminya4”.
3
Sulistyarini & Moh. Jauhar. (2014). dasar-dasar Konseling. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Hlm. 174 4
Inti dari pengertian bimbingan pribadi yang di kemukakan oleh Abu Ahmadi
tersebut adalah bimbingan pribadi yang diberikan kepada pribadi, agar mampu
menghadapi dan memecahkan permasalahan pribadi secara mandiri.
Hal ini sejalan dengan pengertian bimbingan pribadi menurut Dewa Ketut
Sukardi yang mengungkapkan bahwa bimbingan pribadi merupakan usaha bimbingan
dalam menghadapi dan memecahkan masalah pribadi, seperti penyesuaian diri,
menghadapi konflik, dan pergaulan5.
Syamsu Yusuf dan A. Juantika Nur I. Juga mengemukakan pendapatnya
mengenai bimbingan pribadi sebagai berikut:
“bimbingan pribadi adalah bimbingan untuk membantu individu dalam
memecahkan masalah-masalah pribadi. Yang tergolong dalam masalah pribadi adalah maslah hubungan dengan sesama teman, dengan dosen, serta staf, permasalahan sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan, dengan masyarakat tempet mereka tinggal, dan penyelesaian
konflik”6 .
Inti dari pendapat diatas, bimbingan pribadi adalah suatu proses bimbingan
bagi individu-individu dalam memecahkan masalah-masalah pribadi seperti masalah
hubungan dengan sesama individu, permasalahan perbedaan sifat, kamampuan serta
penyesuaian diri baik dalam lingkungan pendidikan maupun dalam masyarakat
sekitar dan penyelesaian konflik.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan pribadi
merupakan bimbingan yang diberikan oleh seorang ahli kepada individu atau
5
Dewa Ketut Sukardi. (1993). Bimbingan Konseling Di Sekolah. Jakarta: Rineka cipta. Hlm. 11 6
kelompok, dalam membantu individu untuk menghadapi dan memecahkan
masalah-masalah pribadi, seperti penyesuaian diri, menghadapi konflik dan pergaulan.
c) Tujuan Bimbingan Pribadi
Menurut Syamsu Yusuf dan A. Juantika Nurihsan tujuan dari bimbingan
pribadi adalah sebagai berikut:
1) Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi,
keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah, tempat kerja, maupun
masyarakat pada umumnya.
2) Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling
menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
3) Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara
yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, serta mampu meresponnya secara
positif sesuai dengan ajaran yang dianut.
4) Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik
yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan, baik fisik maupun psikis.
5) Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
6) Memiliki kemampuan menentukan pilihan secara sehat.
7) Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau mengahargai orang lain,
tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.
8) Memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan dalam bentuk komitmen
9) Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudakan
dalam bentuk persahabatan, persaudaraan atau silaturahmi terhadap sesama
manusia.
10)Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik baik yang bersifat internal
maupun orang lain.
11)Memiliki kemampuan ntuk mengambil keputusan secara efektif7.
Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
bimbingan pribadi bertujuan untuk memantapkan kepribadian agar dapat berkembang
sesuai dengan tugas-tugas perkembangannya dan dapat mengembangkan kemampuan
individu tersebut serta dapat melakukan penyesuaian diri dengan norma yang ada
disekelilingnya.
d) Fungsi Bimbingan Pribadi
Fungsi dalam bimbingan pribadi yang diungkapkan oleh Totok dalam buku
Rima Puspita yaitu:
1) Berubah menuju pertumbuhan, pada bimbingan ini, konselor secara
berkesinambungan memfasilitasi individu agar mampu menjadi agen perubahan
bagi diri dan lingkungannya. Konselor juga berusaha membantu individu dengan
sedemikian rupa sehingga individu mampu menggunakan segala sumber daya
yang dimilikinya untuk berubah.
2) Pemahaman diri secara penuh dan utuh. Individu memahami kelemahan dan
kekuatan yang ada dalam dirinya, serta kesempatan dan tantangan yang ada di
luar dirinya. Individu diharapkan mampu mencapai tingkat kedewasaan dan
kepribadian yang utuh dan penuh, sehingga individu tidak memiliki kepribadian
7
yang terpecah lagi dan mampu mengintegrasi diri dalam segala aspek kehidupan
secara utuh, selaras, serasi, dan seimbang.
3) Berlatih tingkah laku baru yang lebih sehat, bimbingan pribadi digunakan sebagai
media untuk menciptakan dan melatih perilaku baru yang lebih sehat.
4) Menghilangkan gejala-gejala yang disfungsional. Konselor membantu individu
dalam menghilangkan atau menyembuhkan gejala yang mengganggu sebagai
akibat dari krisis8.
Dari uraian fungsi bimbimbingan pribadi yang telah dipaparkan diatas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa fungsi bimbingan pribadi adalah merubah dan mengajak
individu untuk memahami dirinya secara penuh dan utuh serta menjadi tolak ukur
perubahan menuju pribadi yang lebih baik atas dirinya sendiri, melatih dan
menciptakan pribadi yang lebih sehat, aktif, dan kreatif.
e) Isi Layanan Bimbingan pribadi di SMA
Isi layanan bimbingan pribadi untuk setiap tingkatan kelas adalah sebagai berikut:
Kelas X
1) Melatih cara pengendalian dan mengarahkan emosi
2) Membuat keptusan yang di dasarkan pada nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat
3) Memahami perkembangan psikoseksual yang sehat
4) Memahami terbentuknya prasangka dan mengaji akibat-akibatnya
5) Mengetahui bagaimana mengatur dan menggunakan waktu secara efektif
6) Menggambarkan situasi di sekolah dan di rumah, serta keterkaitannya
7) Memahami situasi dan cara-cara mengendalikan konflik
8
8) Membedakan bermacam-macam alternatif membuat pilihan dengan bermacam
resiko yang mungkin dihadapi.
Kelas XI
1) Menjabarkan ciri-ciri dan kemampuan diri sendiri yang paling dihargai
2) Menemukan cara-cara untuk mengembangkan sikap yang lebih positif
3) Menilai secara terus menerus pengaruh kegiatan waktu luang terhadap
kesehatan fisik dan mental
4) Menemukan strategi untuk mengatasi penyimpangan dan prasangka terhadap
orang lain
5) Menilai bahwa menghindari tanggung jawab itu, akan menuntut kemampuan
mengelola lingkungan secara efektif
6) Menilai keadaan dan keefektifan hubungan sosial dan hubungan keluarga
7) Menerapkan nilai-nilai yang berlaku dalam pemecahan masalah pada situasi
konflik
8) Menelaah keputusan yang telah dibuat agar membantu keputusan dimasa
depan, termasuk pemilihan program khusus.
Kelas XII
1) Memahami dan menghargai keunikan diri sendiri
2) Memahami bahwa sikap dan nilai-nilai mempengaruhi kehidupan
3) Menelaah keterampilan pribadi yang dapat menunjang kepuasaan fisik dan
mental
4) Menghargai adanya perbedaan latar belakang budaya
6) Memahami perlu memelihara hubungan yang efektif sepanjang hayat
7) Menilai kemampuan komunikasi dan penyelesaian konflik serta cara
mengatasi selanjutnya
8) Menilai kecakapan dalam membuat alternatif pilihan mengumpulkan
informasi, dan menilai konsekuensi dari keputusan yang dibuat
Dalam penelitian ini, peneliti akan mengacu pada isi layanan bimbingan
pribadi untuk kelas X poin ketiga, yaitu memahami perkembangan psikoseksual yang
sehat. Adapun materi yang akan dikembangkan adalah mengenai “reproduksi sehat “.
Ruang lingkup bimbingan pribadi sangat luas maka modul reproduksi sehat
bimbingan pribadi yang dibuat peneliti masih sederhana. Hanya materi-materi
tertentu saja yang dikembangkan. Berdasarkan permasalahan dilapangan maka
peneliti memilih materi berikut untuk dikembangkan.
a. Pertumbuhan dan perkembangan remaja
b. Sistem reproduksi
c. Perkembangan seksualitas remaja
d. Resiko perilaku seksual remaja
2. Pendidikan Reproduksi Sehat a. Pengertian Reproduksi Sehat
Reproduksi sehat adalah perilaku individu yang berkaitan dengan fungsi
dan proses reproduksi termasuk perilaku yang sehat. Salah satu penunjang
terciptanya reproduksi sehat adalah pendidikan seks. Pendidikan seks adalah
upaya memeberikan pengetahuan tentang perubahan biologis, psikologis, dan
b. Tujuan Reproduksi Sehat
Menurut Yani Widyastuti tujuan reproduksi sehat yaitu sebagai berikut9:
1) Untuk membantu remaja agar memahami dan menyadari ilmu tersebut,
sehingga remaja memiliki sikap dan perilaku sehat dan tentu saja bertanggung
jawab kaitannya dengan masalah kehidupan reproduksi
2) Meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran, dan kemampuan remaja
dalam memelihara organ reproduksi
3) Agar seluruh remaja dan keluarganya memiliki pengetahuan, kesadaran sikap
dan perilaku reproduksi sehat sehingga menjadikan remaja siap sebagai
keluarga yang berkualitas.
Menurut BKKBN tujuan dari reproduksi sehat adalah sebagai berikut10 :
1) Terhindar dari penyakit reproduksi
2) Terhindar dari penyakit menular seksual (IMS), HIV/AIDS
3) Tidak melakukan pelecehan seksual
4) Terhindar dari pelecehan seksual
5) Agar kelak dapat melanjutkan keturunan secara sehat.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
tujuan reproduksi sehat adalah :
1. Membentuk pengertian tentang reproduksi sehat sehingga mengurangi
ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan
penyesuaian seksual (peran, tuntutan, tanggung jawab)
9
Yani Widyastuti, dkk. (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya. Hlm. 5 10
2. Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap reproduksi sehat
dalam semua manifestasi yang bervariasi termasuk perananya didalam
kehidupan manusia
3. Memberikan pengertian yang memadai tentang perubahan fisik, mental dan
proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada
para remaja termasuk didalamnya fungsi dan kebutuhan akan seks
4. Membantu remaja dalam mengembangkan kepribadiannya sehingga mampu
untuk mengambil keputusan yang bertanggung jawab
5. Memberi pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa
kepuasan kepada kedua individu dan kehidupan keluarga
6. Memberikan pengertian akan kebutuhan nilai moral dalam membuat
keputusan berhubungan dengan perilaku seksual
7. Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual
8. Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seks yang tidak rasional dan
eksploitasi yang berlebihan
9. Memberikan pengertian tentang kondisi yang dapat membuat individu
melakukan aktifitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran.
c. Materi Reproduksi Sehat
Materi yang akan disampaikan dalam modul ini adalah sebagai berikut:
1) Pertumbuhan dan perkembangan remaja, yang terdiri dari: tumbuh kembang
dan masa pubertas
2) Sistem reproduksi, yang terdiri dari: alat reproduksi, permasalahan alat
3) Perkembangan seksualitas remaja, yang terdiri dari: perilaku seksual remaja,
cara-cara yang biasa di lakukan dalam mengatasi dorongan seksual,
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja, pengertian perilaku sehat
dan bertanggung jawab, dampak aktivitas perilaku seksual remaja
4) Resiko perilaku seksual remaja, yang terdiri dari: secara medis terdiri dari
kehamilan yang tidak dikehendaki, aborsi, penyakit menular seksual,
infertilitas atau kemandulan, dan kanker leher rahim, secara psikologis da
sosial, tanda-tanda infeksi menular seksual.
3. Siswa Sebagai Remaja a. Pengertian Remaja
Menurut Kartini Kartono adolescence (masa remaja) merupakan periode
antara pubertas dan kedewasaan. Usia yang diperkirakan 12 sampai 21 tahun
untuk anak gadis yang lebih cepat matang dari pada anak laki-laki, dan antara 13
sampai 22 tahun bagi anak laki-laki.
Sedangkan definisi menurut WHO, remaja adalah suatu ketika individu
berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual
sekundernya sampai ia mencapai kematangan seksual, individu mengalami
perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak mencapai dewasa,
terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan
yang lebih mandiri11.
Definisi diatas menunjukkan bahwa seseorang yang dikatakan sebagai
remaja adalah individu yang telah menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya
11
dan berkembang kearah kematangan seksual. Selain itu, dari segi psikologis
mengalami perkembangan dari anak-anak menuju ke dewasa, serta menuju
kemandirian dalam hal ekonomi.
Untuk batasan usia remaja, Andi Mappire mengemukakan batasan usia
remaja antar 12-21 tahun, dengan pembagian masa remaja awal antara 13-17
tahun dan masa remaja akhir 17-21 tahun.
Dari berbagai pendapat mengenai pengertian remaja yang telah dijabarkan
diatas, dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak
menuju dewasa yang berkisar antar usia 12 sampai 21 tahun, dimana pada masa
tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, psikologis serta
menuju kepada kematangan ekonomi.
b. Karakteristik Remaja
1) Perkembangan Fisik dan Seksual Remaja
Menurut Sarlito Wirawan Sarwono masa remaja adalah masa peralihan
dari anak-anak ke dewasa, bukan hanya dalam artian psikologis tetapi juga
fisik. Bahkan perubahan-perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan
gejala primer dalam pertumbuhan remaja, sedangkan perubahan psikologis
muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan fisik itu.
Diantar perubahan-perubahan fisik tersebut, yang terbesar
pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adala pertumbuhan tubuh
(badan mulai bertambah tinggi dan panjang), mulai berfungsinya alat-alat
reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basar pada laki-laki),
Istilah tanda-tanda kelamin primer menunjukan pada organ badan
yang langsung berhubungan dengan persetubuhan dan proses reproduksi.
Jadi pada anak perempuan hal tadi adalah rahim, dan saluran telur, vagina,
bibir kemaluan, dan klitoris. Sedangkan pada anak laki-laki yaitu penis,
testis, dan skrotum. Tanda-tanda kelamin sekunder adalah tanda-tanda
jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan persetubuhan dan proses
reproduksi, namun merupakan tanda-tanda yang khas perempuan dan
laki-laki.
2) Perkembangan kognitif atau inteligensi remaja
Yang dimaksud perkembangan kognitif adalah perubahan
kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa.
Piaget melihat seseorang berkembang melalui 4 tahap perkembangan
kognitif yaitu sensorimotori (0-2 tahun), praoperasional (2-7 tahun),
operasional konkrit (7-11 tahun), dan operasional formal (11 tahun ke atas
sampai dewasa). Dengan demikian seorang remaja yang berusia antara
13-21 tahun berada padah tahap operasional formal. Remaja sudah mulai
memantapkan pemikiran operasional formalnya dan menggunakannya
dengan lebih konsisten.
Ciri-ciri perkembangan kognitif operasi formal menurut Bracee
dan Bracee12 antara lain :
a. Individu telah memiliki pengetahuan gagasan inderawi yang cukup
baik
b. Individu mampu memahami hubungan antara 2 (dua) ide atau lebih.
12
c. Individu dapat melaksanakan tugas tanpa perintah / instruksi dari
gurunya.
d. Individu dapat menjawab secara praktis (applied), menyeluruh
(comprehensive), mengartikan (interpretative) suatu informasi yang
dangkal.
Dari beberapa pandangan ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
perkembangan kognitif atau inteligensi remaja mulai masuk dalam tahap
operasional formal. Dalam tahap ini remaja sudah mulai berpikir abstrak,
idealistis, maupun logika.
3) Perkembangan afektif atau emosi remaja
Perkembangan afektif menyangkut perasaan, moral dan emosi.
Perkembangan afektif remaja mencakup proses belajar perilaku dengan orang
lain atau sosialisasi. Sebagian besar sosialisasi berlangsung lewat pemodelan
dan peniruan orang lain.
Menurut Hurlock mengemukakan bahwa remaja mengalami
ketegangan emosi yang meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan
kelenjar13. Adapun meningginya emosi terutama karena anak laki-laki dan
perempuan berada di bawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru,
sedangkan selama masa kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri untuk
menghadapi keadaan-keadaan itu. Remaja yang merupakan masa peralihan
dari masa anak-anak dan masa dewasa, statusnya menjadi agak kabur, baik
bagi dirinya maupun bagi lingkungannya.
13
Dari pandangan ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan
emosi remaja sering berubah-ubah. Perubahan emosi ini sangat dipengaruhi
oleh lingkungan remaja.
4) Perkembangan sosial
Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang
sesuai dengan tuntutan sosial. Seseorang memerlukan 3 proses untuk mampu
bersosialisasi (sozialed), dimana masing-masing proses tersebut terpisah dan
sangat berbeda satu sama lain tetapi saling berkaitan sehingga kegagalan
dalam satu proses akan menurunkan kadar sosialisasi individu.
Menurut Sarlito Wirawan Sarwono menyatakan bahwa perkembangan
sosial pada masa puber ini dapat dilihat dari 2 ciri khas yaitu mulai
terbentuknya kelompok teman sebaya baik sesama jenis kelamin maupun
dengan lawan jenis dan mulai memisahkan diri dari orang tua14.
Di Indonesia perkembangan sosial remaja masih ada keterbatasannya.
Di satu sisi walaupun ingin melepas dari orang tua namun kebanyakan remaja
awal masih tinggal bersama orang tua. Selain itu juga secara ekonomi masih
bergantung kepada orang tua. Mereka juga belum bisa kawin, secara budaya
hubungan seksual tidak diperkenankan sesuai dengan norma agama dan sosial,
meskipun mereka sudah bisa mengadakan kencan-kencan dengan teman
lawan jenis. Mereka berusaha mencapai kebebasan dalam berpacaran.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perkembangan sosial pada
masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri. Pada masa ini
sosialisasi anak lebih luas dan berkembang, mereka mulai menjalin hubungan
14
dengan teman-teman laki-lakinya dan mengadakan kencankencan (dating).
Anak lebih mementingkan teman daripada keluarga dan mulai timbul banyak
pertentangan dengan orang tua.
5) Tugas Perkembangan Remaja
Tugas-tugas perkembangan remaja menurut Carballo15 adalah sebagai berikut:
1) Menerima dan mengintergrasikan pertumbuhan badannya dalam
kepribadiannya
2) Menentukan peran dan fungsi seksualnya yang adekuat (memenuhi
syarat) dalam kebudayaan tempatnya berada
3) Mencapai kedewasaan dengan kemandirian, kepercayaan diri, dan
kemampuan untuk menghadapi kehidupannya
4) Mencapai posisi yang diterima oleh masyarakat
5) Mengembangkan hati nurani, tanggung jawab, moralitas, dan nilai-nilai
yang sesuai dengan lingkungan dan kebudayaan
6) Memecahkan problem-problem nyata dalam pengalaman sendiri dalam
kaitannya dengan lingkungan.
Selain memiliki ciri-ciri karakteristik remaja juga memiliki tugas
perkembangan sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh Robert Havighurst
bahwa tugas perkembangan remaja adalah menerima kondisi fisik serta dapat
memanfaatkannya secara optimal, mempersiapkan karir ekonomi, menjalin
hubungan yang serius serta mulai menemukan jati dirinya16.
15
Ibid hlm.15 16
Dari pendapat-pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa tugas-tugas perkembangan remaja adalah sebagai berikut :
a) Menerima keadaan fisiknya dan peranannya sebagai pria atau wanita
b) Dapat menjalin hubungan yang baik dengan teman sebayanya baik itu
dengan suasana sesama jenis ataupun dengan lawan jenisnya
c) Dapat mencapai kedewasan dengan kemandirian, kepercayaan diri dan
kemampuan untuk menghadapi kehidupan
d) Mempersiapkan karir ekonomi
e) Mempersiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga
f) Mempersiapkan tingkah laku sosial yang bertanggung jawab
g) Mencapai sistem nilai dan etika tertentu sebagai pedoman tingkah laku
h) Memecahkan problem-problem nyata dalam pengalaman sendiri dalam
kaitannya dengan lingkungan
i) Mencapai sistem nilai dan etika tertentu sebagai pedoman tingkah laku.
B. Modul Sebagai Media Layanan Bimbingan 1. Modul
a. Pengertian Modul
Modul merupakan salah satu metode pengajaran yang selama ini telah
dikembangkan oleh para ahli. Ada beberapa pengertian mengenai modul yang
diungkapakan oleh para ahli.
jelas dan khusus sehingga memungkinkan siswa dapat belajar mandiri dan merupakan realisasi dari perbedan individu17.
Sedangkan menurut Nasution modul adalah suatu unit yang lengkap, yang
berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaina kegiatan belajar yang disusun
untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus
dan jelas18.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, modul
adalah suatu unit pengajaran terkecil yang berisi rangkaian kegiatan dan tujuan
belajar yang jelas dan sistematik, sehingga memungkinkan siswa untuk belajar
secara mandiri.
b. Karakteristik Modul
B. Suryosubroto mengungkapkan bahwa karakteristik modul adalah
sebagai berikut19 :
1) Modul merupakan unit pengajaran terkecil dan lengkap
2) Modul itu memuat rangkaian kegiatan belajar yang direncanakan secara
sistematis
3) Modul memuat tujuan belajar yang dirumuskan secara jelas dan spesifik
(khusus)
4) Modul memungkinkan siswa belajar sendiri (independent)
5) Modul merupakan realisasi pengakuan perbedaan individual dan merupakan
salah satu perwujudan pengajaran individual.
Menurut Nana Sujana dan Ahmad Rivai karakteristik modul sebagai berikut20 :
17
Nana Sujana. (2008). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Hlm. 132 18
Nasution. (2008). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hlm. 205 19
a) Berbentuk unit pengajaran terkecil dan lengkap
b) Berisi rangkaian kegiatan belajar yang dirancang secara sistematik
c) Berisi tujuan belajar yang dirumuskan secara jelas dan khusus
d) Memungkinkan siswa belajar mandiri
e) Merupakan realisasi perbedaan individual serta perwujudan pengajaran
individual.
Dari dua pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik
sebuah modul untuk layanan bimbingan adalah sebagai berikut :
1. Modul memuat rangkain kegiatan pelaksanaan bimbingan yang dirancang
secara sistematis
2. Di dalam sebuah modul terdapat tujuan bimbingan yang dirumuskan secara
spesifik (khusus dan jelas)
3. Modul memungkinkan siswa untuk belajar mandiri
4. Modul merupakan realisasi dari perbedaan individual.
c. Maksud dan Tujuan Modul
Menurut Nasution tujuan dari modul yaitu21 :
1) Membuka kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut kecepatan masing-masing. Dianggap siswa bahwa siswa tidak akan mencapai hasil yang sama dalam waktu yang sama dan tidak bersedia mempelajari sesuatu pada waktu yang sama.
2) Memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut cara masing-masing, oleh sebab mereka menggunakan teknik yang berbeda-beda untuk memecahkan masalah-masalah tertentu berdasarkan latar belakang pengetahuan dan kebiasaan masing-masing.
3) Memberikan pilihan dari sejumlah besar topik dalam rangka suatu mata pelajaran, mata kuliah, bidang studi atau disiplin bila kita anggap bahwa
20
Nana Sujana & Ahmad Rivai. (2007). Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Hlm. 133 21
pelajar tidak mempunyai pola minat yang sama atau motivasi yang sama untuk mencapai tujuan yang sama.
4) Memberi kesempatan pada siswa untuk mengenal kelebihan dan kekurangannya dan memperbaiki kelemahannya melalui modul remedial, ulangan-ulangan atau variasi dalam belajar.
Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai maksud dan tujuan
digunakannya modul adalah sebagai berikut22 :
Penggunaan modul dalam kegiatan belajar mengajar bertujuan agar tujuan pendidikan bisa dicapai secara efektif dan efisien. Para siswa dapat mengikuti program pengajaran sesuai dengan kecepatan dan kemampuan sendiri, lebih banyak belajar mandiri, dapat mengetahui hasil belajar sendiri, menekankan penguasaan bahan pelajaran secara optimal (mastery learning), yaitu dengan tingkat penguasaan 80%.
Berdasarkan kedua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
maksud dan tujuan modul sebagai layanan bimbingan adalah sebagai berikut :
1) Tujuan bimbingan dapat dicapai secara efektif dan efisien
2) Siswa dapat belajar mandiri
3) Siswa benar-benar menjadi titik pusat kegiatan belajar mengajar dan
bimbingan
4) Kemajuan siswa dapat diikuti dengan frekuensi yang lebih tinggi melalui
evaluasi yang dilakukan pada setiap modul berakhir
5) Modul disusun dengan berdasarkan konsep ”mastery learning” suatu konsep
yang menekankan bahwa siswa harus secara optimal menguasai bahan
pelajaran yang disajikan dalam modul itu.
22
d. Unsur-unsur yang Terdapat Dalam Modul
Menurut Nana Sujana dan Ahmad Rivai unsur-unsur sebuah modul adalah
sebagai berikut23 :
1) Pedoman Guru
Pedoman guru berisi petunjuk-petunjuk agar guru mengajar secara efisien
serta memberikan penjelasan kepada siswa mengenai jenis kegiatan,
waktu, alat yang digunakan dan petunjuk evaluasinya.
2) Lembaran Kegiatan Siswa
Memuat pelajaran-pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa, susunan materi
sesuai dengan tujuan instruksional yang akan dicapai, disusun langkah demi
langkah, sehingga memudahkan siswa dalam belajar. Dalam lembaran
kegiatan siswa ini tercantum kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan siswa.
3) Lembaran Kerja
Lembaran kerja ini menyertai lembaran kegiatan siswa, yang dipakai untuk
menjawab atau mengerjakan soal-soal, tugas atau masalah-masalah yang
harus dipecahkan.
4) Kunci Lembaran Kerja
Berfungsi untuk mengevaluasi atau mengoreksi sendiri hasil pekerjaan
siswa bila terdapat kekeliruan dalam pekerjaannya, siswa dapat meninjau
kembali pekerjaannya.
5) Lembaran Tes
Lembaran tes merupakan alat evaluasi untuk mengukur keberhasilan tujuan
yang telah dirumuskan.
23
6) Kunci lembaran Tes
Kunci lembaran tes merupakan alat koreksi terhadap penilaian yang akan
dilaksanakan oleh siswa sendiri.
e. Prosedur Penyusunan Modul
Menurut Nana Sujana dan Ahmad Rivai langkah-langkah dalam
menyusun modul adalah sebagai berikut24:
1) Menyusun kerangka modul
a) Menetapkan atau merumuskan tujuan instruksional umum
b) Merinci tujuan instruksional umum menjadi tujuan instruksional khusus
c) Menyusun butir-butir evaluasi
d) Mengidentifikasi pokok-pokok materi pelajaran sesuai dengan tujuan
khusus
e) Menyusun pokok-pokok materi dalam urutan yang logis
f) Menyusun langkah-langkah kegiatan belajar siswa
g) Memeriksa langkah-langkah kegiatan belajar untuk mencapai semua
tujuan
h) Mengidentifikasi alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan belajar
dengan modul tersebut.
2) Menulis program secara rinci meliputi :
a) Pembuatan petunjuk guru
b) Lembaran kegiatan siswa
c) Lembar kerja siswa
d) Lembar jawaban
24
e) Lembar tes
f) Lembar jawabab tes.
Setelah peneliti mengkaji pendapat para ahli, mengenal langkah-langkah
penyusunan modul di atas, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa
langkah-langkah menyusun modul sebagai modul bimbingan pribadi tentang reproduksi
sehat adalah sebagai berikut : a) merumuskan tujuan modul, b) menyusun
petunjuk penggunaan modul, c) menyusun materi modul, dan d) membuat lembar
evaluasi.
f. Penyusunan Garis Besar Modul
Komponen-komponen garis-garis besar isi modul tersebut adalah sebagai
berikut25 :
1) Judul
Yang dimaksud dengan “judul atau topik” dalam hal ini adalah
judul progran media pembelajaran yang akan dikembangkan.
2) Pokok bahasan atau sub pokok bahasan
Pokok atau sub pokok bahasan yang menjadi fokus materi
pembelajaran haruslah dirumuskan secara singkat dan jelas serta
mencerminkan materi yang akan dikemas. Untuk suatu topik atau judul
satuan bahan pembelajaran dapat saja mencakup satu atau lebih pokok
atau sub pokok bahasan. Tidak ada patokan yang kaku. Perumusan ini
dapat bersifat tematik atau frasa.
3) Tujuan pembelajaran
25
Tujuan pembelajaran ini menjadi pedoman atau arah bagi penulisan
bahan belajar modul. Tujuan pembelajaran dapat dibagi menjadi : a. tujuan
pembelajaran umum, dan b. tujuan pembelajaran khusus.
Berdasarkan tujuan pembelajaraan yang ada, penulis modul dapat
mempertimbangkan seberapa dalam dan seberapa luas materi pembelajaran
yang akan diuraikan didalam modul yang akan ditulisnya.
4) Pokok-pokok materi
Pokok-pokok materi yang dirumuskan didalam garis-garis besar isi
modul akan digunakan penulis modul sebagai landasan untuk menjabarkan
materi modul secara rinci. Sehubungan dengan hal itu, sebaiknya perumusan
pokok-pokok materi modul didalam garis-garis besar isi modul dilakukan
dengan menggunakan pendekatan pada tujuan pembelajaran khusus yang
telah ditetapkan. Artinya setiap pembelajaran khusus yang ada dimulai dari
tujuan khusus yang pertama diidentifikasi dulu secara tuntas apa yang
menjadi pokok-pokok materi.
5) Penilaian
Informasi yang dicantumkan dalam penilaian, akan memberikan
gambaran pada penulis modul tentang bentuk dan butir-butir penilaian yang
perlu dikembangkan penulis.
6) Kepustakaan
Untuk menghasilkan garis-garis besar isi modul tentut menuntut kita
mencari bahan-bahan kepustakaan yang relevan dan substansi yang akan
Tidak hanya bahan-bahan kepustakaan yang kita gunakan menyusun
garis-garis besar isi modul saja yang diperlukan dicantumkan atau dituliskan tetapi
juga termasuk bahan-bahan kepustakaan yang menurut kita perlu dipelajari
oleh penulis modul dan media lain atau oleh pengembang butir-butir tes
penilaian.
Bahan kepustakaan ini tidak terbatas hanya bahan cetak saja tetapi
juga yang berupa media non cetak. Dalam kaitan ini perlu disebutkan judul
program, institusi yang memproduksi, lama putar dan harganya serta tempat
dimana media non cetak ini dapat dengan mudah diperoleh.
2. Modul sebagai Media Layanan Bimbingan Bagi Siswa
Media pendidikan adalah segala wujud yang dapat dipakai sebagai sumber
belajar yang dapat merangsang pikiran, perasan, perhatian, dan kemauan sehingga
mendorong terjadinya proses belajar mengajar ketingkat yang lebih efektif dan
efisien.
Adapun salah satu alat mengajar atau bagian dari media pendidikan adalah
modul. Modul adalah suatu uraian materi yang lengkap, jelas dan dilengkapi dengan
tujuan pengajaran yang jelas dan khusus, serta umpan balik yang disusun untuk
membantu guru BK dalam menyampaikan informasi kepada siswa sebagai bentuk
layanan bimbingan untuk mencapai tujuan belajarnya.
Penting kiranya dilakukan penyampaian informasi mengenai reproduksi sehat
ini melalui modul oleh guru BK untuk siswa sebagai remaja. Agar penyampaian
informasi lebih mudah dan siswa sebagai remaja lebih mudah memahami materi
C. Pengembangan Modul Tentang Reproduksi Sehat Sebagai Media Layanan Bimbingan Pribadi
1. Modul Sebagai Media Layanan Bimbingan Pribadi Bagi Siswa
Dalam penelitian pengembangan ini, peneliti berusaha untuk mengembangkan
media sebagai alat bantu dalam pelaksanaan bimbingan pribadi yang berbentuk
modul reproduksi sehat bagi siswa SMA kelas X. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia pengembangan diartikan sebagai suatu proses, cara perbuatan
mengembangkan modul, seperti telah dibahas diawal diartikan sebagai suatu unit
program terkecil dan berisi rangkaian kegiatan belajar yang didesain secara khusus
agar memungkinkan siswa dapat belajar mandiri dalam mencapai tujuan-tujuan
belajar.
Berdasarkan makna istilah pengembangan dan modul tersebut di atas,
maka pengembangan modul bimbingan pribadi tentang reproduksi sehat ini dapat
merupakan sebagai proses kegiatan mengembangkan unit terkecil dan berisi
rangkaian kegiatan bimbingan yang didesain secara khusus agar memungkinkan
siswa dapat memahami dan mengerti tentang pertumbuhan dan perkembangan
remaja, sistem reproduksi, perkembangan seksualitas remaja dan resiko perilaku
seksual remaja. Dalam hal ini proses kegiatan yang dimaksud adalah dengan
melakukan beberapa uji coba dan revisi sehingga menghasilkan suatu modul
bimbingan pribadi tentang reproduksi sehat yang baik dan layak.
Modul yang akan peneliti kembangkan dalam penelitian ini adalah modul
yang nantinya berisikan materi-materi mengenai reproduksi sehat yang harus
isi layanan bimbingan pribadi untuk kelas X point ketiga yaitu memahami
perkembangan psikoseksual yang sehat. Pemberian modul bimbingan pribadi dikelas
X diharapkan dapat menjadi dasar materi bagi kelanjutan pemberian modul
bimbingan pribadi dikelas XI dan XII.
Pengembangan modul reproduksi sehat bagi siswa SMA kelas X ini
diharapkan dapat menjadi dasar pemberian materi. Peneliti memilih materi mengenai
reproduksi sehat karena pemahaman siswa SMA mengenai reproduksi sehat sangat
penting dalam mempersiapkan dan menjaga diri dari ancaman pergaulan bebas.
Adanya keterbatasan dalam hal biaya, waktu serta kemampuan dari peneliti
sendiri, maka peneliti hanya mengambil beberapa materi yang akan digunakan
sebagai bahan materi untuk pengembangan modul ini. Berikut ini akan peneliti
jabarkan mengenai penyusunan modul reproduksi sehat bagi siswa SMA kelas X :
a. Halaman judul
b. Kata pengantar
c. Tujuan pembelajaran
d. Daftar isi
e. Pendahuluan
f. Materi modul
Kegiatan layanan I: Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
1) Tujuan bimbingan
2) Lembar materi/bacaan tentang tumbuh kembang remaja, dan masa pubertas
3) Latihan
Kegiatan layanan 2 : Sistem Reproduksi
1) Tujuan bimbingan
2) Lembar materi/ bacaan tentang alat reproduksi, permasalahan alat-alat
reproduksi, pemeliharan alat-alat reproduksi
3) Latihan
4) Lembar evaluasi
Kegiatan layanan 3. Perkembangan Seksualitas Remaja
1) Tujuan bimbingan
2) Lembar materi/bacaan, terdiri dari : perilaku seksual remaja, cara-cara yang
biasa dilakukan orang dalam mengatasi dorongan seksual, faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku seksual remaja, pengertian perilaku sehat &
bertanggung jawab, dan dampak aktivitas 8 perilaku seksual remaja, cara yang
dilakukan remaja untuk mengatasi masalah psikoseksual.
3) Latihan
4) Lembar evaluasi
Kegiatan layanan 4 . Resiko Perilaku Seksual Remaja
1) Tujuan bimbingan
2) Lembar materi/bacaan tentang secara medis terdiri dari kehamilan tidak
dikehendaki, aborsi, penyakit menular seksual, infertilitas atau kemandulan,
kanker leher rahim, secara psikologis dan sosial
3) Latihan
4) Lembar evaluasi
2. Manfaat Pengembangan Modul Bimbingan Pribadi Tentang Reproduksi Sehat Bagi Siswa dan Guru
Banyak pihak yang nantinya akan merasakan dampak dan manfaat adanya
pengembangan modul bimbingan pribadi tentang reproduksi sehat ini. Dan dengan
adanya pengembangan modul ini dapat dirasakan manfaatnya oleh siswa dan guru.
Antara lain:
a. Bagi pembimbing/guru BK, dapat menggunakan manfaat dari hasil produk
pengembangan modul dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling
terutama bidang bimbingan pribadi
b. Bagi siswa, akan adanya pemahaman bagi siswa tentang pentingnya layanan
BAB III
METODE PENELITIAN A. Model Penelitian Pengembangan
Model pengembangan modul pada mata pelajaran Bimbingan Konseling ini
mengadopsi dari model pengembang merujuk pada langkah-langkah yang
digambarkan dalam bentuk Borg and Gall oleh Sugiyono. Adapun proses model
pengembangan Borg and Gall, antar lain: (1) Potensi dan masalah, (2)
Pengumpulan data, (3) Desain produk, (4) Validasi desain, (5) Revisi desain, (6)
Uji coba produk, (7) Revisi produk, (8) Uji coba pemakaian, (9) Revisi produk,
(10) Produksi masal. Bila langkah-langkah tersebut digambarkan dalam bentuk
flow chart maka akan diperoleh pengembangan sebagai berikut:
p
X
Gambar 1. Langkah-Langkah Tahapan Penelitian Pengembangan Model Borg and Gall1
B. Prosedur Penelitian Pengembangan
Nana Syaodih Sukmadinata. (2013). Metode Penelitia Pendidikan. Bandung: remaja rosdakarya. Hlm. 164
3. Pengembangan Materi.
4. Desain Produk.
5. Pengembangan Instrumen validasi.
6. Produksi
7. Validasi
8. Uji coba produk
9. Revisi
10. Produksi Masal.
Uraian tentang langkah-langkah di atas adalah:
1. Identifikasi Potensi dan Masalah.
Identifikasi merupakan kegiatan awal yang harus dilakukan sebelum
melakukan kegiatan produksi. Langkah awal yang dilakukan adalah observasi
tujuan untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran nyata mengenai media
yang selama ini dipakai dalam proses pembelajaran sehari-hari khususnya pada
mata pelajaran Bimbingan Konseling bidang layanan pribadi tentang
memahami perkembangan psikoseksual yang sehat pada materi layanan
bimbingan pribadi kelas X sehingga pengembang dapat mengetahui media
yang tepat untuk dikembangkan dalam proses belajar sehingga mencapai
keefektifan dalam belajar.
Hasil wawancara yang di dapat dari SMAN 1 Parengan Tuban yakni
guru BK melakukan proses pembelajaran bidang layanan bimbingan pribadi
point ke 3 di kelas X dengan bekerja sama dengan puskesmas daerah setempat
untuk memberikan ajaran pengetahuan tentang reproduksi sehat pada siswa.
Sedangkan secara psikologis siswa akan lebih terbuka dan merasa lebih aman
dan nyaman ketika pengetahuan akan hal yang sentimentil disampaikan oleh
sehingga dari sini dapat dilihat bahwa guru dan siswa membutuhkan alternatif
lain agar materi dalam layanan bimbingan pribadi ini dapat tersampaikan
dengan baik dan tertanam dalam diri siswa.
2. Perumusan Tujuan Pembelajaran.
Tujuan merupakan dasar acuan bagi kita untuk melakukan sesuatu.
Tujuan dapat memberi arah kepada tindakan yang baru dilakukan. Tujuan
pembelajaran dalam pengembangan modul bimbingan pribadi ini siswa di
harapkan ;
Tujuan pembelajaran umum :
1. Memahami masalah reproduksi sehat pada remaja
2. Memiliki sikap dan perilaku sehat serta bertanggung jawab bagi diri dan
orang lain
3. Bijak dan terampil dalam mengambil keputusan yang tepat dan baik bagi
diri dan lingkungan sosialnya.
Tujuan pembelajaran khusus :
1. Terampil dalam mengahadapi masa tumbuh kembang dan masa pubertas
2. Menjelaskan sistem reproduksi, alat reproduksi, permasalahan alat
reproduksi, dan pemeliharaan alat reproduksi
3. Memahami perkembangan seksualitas remaja, perilaku seksual remaja,
dan dampaknya
4. Membangun perilaku sehat dan bertanggung jawab
5. Menjelaskan dan memahami resiko perilaku seksual remaja.
3. Perumusan Materi
Isi pembelajaran yang akan diajarkan untuk siswa kelas X SMAN 1
Parengan Tuban mengacu pada materi layanan konseling pribadi point ke 3,