• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODUL BIMBINGAN KONSELING BIDANG BIMBINGAN PRIBADI TENTANG REPRODUKSI SEHAT BAGI KELAS X DI SMA NEGERI 1 PARENGAN TUBAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODUL BIMBINGAN KONSELING BIDANG BIMBINGAN PRIBADI TENTANG REPRODUKSI SEHAT BAGI KELAS X DI SMA NEGERI 1 PARENGAN TUBAN."

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODUL BIMBINGAN KONSELING BIDANG BIMBINGAN PRIBADI TENTANG REPRODUKSI SEHAT

BAGI KELAS X DI SMA NEGERI 1 PARENGAN TUBAN

SKRIPSI

Oleh : FITROTIN NIM :D03211040

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Fitrotin, D03211040. 2016. Pengembangan Modul Bimbingan Konseling Bidang Bimbingan Pribadi Tentang Reproduksi Sehat Bagi Kelas X Di SMA Negeri 1 Parengan

Tuban. Skripsi Bimbingan Konseling Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan UIN Sunana Ampel Surabaya.

Kata kunci: Pengembangan modul, bimbingan pribadi, reproduksi sehat

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk bimbingan konseling bidang bimbingan pribadi yang memuat materi tentang reproduksi sehat bagi siswa kelas X. Modul reproduksi sehat sangat diperlukan untuk membantu guru BK dalam memberikan layanan bimbingan pribadi di SMA Negeri 1 Parengan Tuban.

Penelitian ini menggunakan metode research and development (R&D) yang bertujuan menghasilkan produk pengembangan. Dalam penelitian ini digunakan strategi Borg and Gall. Validasi ahli meliputi ahli materi dan ahli media dengan ketentuan seorang ahli materi dan seorang ahli media. Subyek uji coba merupakan siswa kelas X berjumlah 30 orang dan dilakukan dengan teknik sampling. Teknik analisis data uji coba dilakukan dengan analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Spesifikasi Produk ... 8

E. Pentingnya Pengembangan ... 9

F. Definisi Operasional ... 9

G. Sistematika Pembahasan ... 10

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Bimbingan Konseling Pribadi Tentang Reproduksi Sehat ... 12

(8)

2. Pendidikan Reproduksi Sehat ... 19

3. Siswa Sebagai Remaja ... 22

B. Modul Sebagai Media Layanan Bimbingan... 28

1. Modul ... 28

2. Modul Sebagai Media Layanan Bimbingan Bagi Siswa ... 36

C. Pengembangan Modul tentang Reproduksi Sehat Sebagai Media Layanan Bimbingan Pribadi ... 37

1. Modul Sebagai Media Layanan Bimbingan Pribadi Bagi Siswa .. 37

2. Manfaat Pengembangan Modul Bimbingan Pribadi tentang Reproduksi Sehat Bagi Siswa dan Guru ... 40

BAB III. METODE PENELITINAN A. Model Penelitian Pengembangan ... 41

B. Prosedur Penelitian Pengembangan ... 41

1. Identifikasi Potensi dan Masalah ... 42

2. Perumusan Tujuan Pembelajaran ... 43

3. Perumusan Materi ... 43

4. Desain Produk ... 45

5. Pengembangan Instrumen Validasi ... 47

6. Produksi ... 47

7. Validasi ... 48

8. Uji Coba Produk ... 48

9. Revisi ... 48

C. Uji Coba Produk ... 49

1. Desain Uji Coba ... 49

(9)

3. Jenis Data... 50

4. Instrumen Pengumpulan Data ... 51

5. Teknik Analisis Data ... 54

BAB IV. HASIL PENGEMBANGAN A. Penyajian Data Uji Coba ... 57

B. Analisis Data ... 70

C. Revisi Produk ... 71

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77

(10)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi ini, dunia mengalami perubahan-perubahan pesat di bidang

sosial, ekonomi, sosial, politik, dan komunikasi yang diikuti oleh perubahan dalam hal

norma sosial dan perilaku seksual. Proses perubahan tersebut mempengaruhi cara

pandang masyarakat terhadap seksualitas dan membentuk perilaku seksual yang bergeser

dari nilai dan norma yang ada dalam masyarakat kita. Dahulu Indonesia merupakan

bangsa Timur, yang sangat teguh memandang seksualitas sebagai hal yang tabu dan

sakral. Sementara bangsa Barat memandang dan mengekspresikan seksualitas demikian

terbuka serta menganggap hal tersebut sebagai Hak Asasi Manusia. Namun, saat ini

perbedaan nila-nilai tersebut mulai tampak kabur sebagai dampak globalisasi informasi

dari segala penjuru dunia yang dapat diakses secara cepat dan mudah. Individu yang

terkena dampak tersebut meliputi semua lapisan, baik orang tua, dewasa, anak-anak, dan

terutama pada kalangan remaja. Juga dari daerah perkotaan hingga desa dan pelosok

negeri.

Kemudahan dalam memperoleh informasi, kenyataanya tidak selalu berdampak

positif bagi masyarakat. Informasi yang disediakan oleh media sering kali tidak lengkap

dan bahkan ada yang menyesatkan masyarakat. Tidak terkecuali informasi seprutar

masalah seks yang banyak dimuat oleh media, terutama media online yang sangat mudah

penyebar luasannya. Banyak sekali media yang hanya setengah-setengah dalam

pembahasan masalah seks, akibatnya banyak terjadi penyimpangan. Beberapa contohnya

adanya seks bebas, aborsi, kehamilan yang tidak diinginkan, dan penyakit seks menular.

Jumlah kasus aborsi di Indonesia setiap tahun mencapai 2,3 juta, 30% di antaranya

(11)

sebelum nikah, penederita HIV/AIDS yang 50% penderitanya merupakan kalangan

remaja, dan terjadinya kehamilan tidak diinginkan (KTD) hingga 27% dalam lingkup

pranikah dan 12,5% terjadi di kalangan pelajar1.

Penyimpangan seksual sangat rentan terjadi dikalangan remaja. Hal ini

dimungkinkan karena pada masa ini remaja berada pada potensi seksual yang aktif terkait

dorongan yang dipengaruhi oleh hormon. Selain itu para remaja juga tidak mempunyai

informasi yang cukup mengenai aktivitas seksual itu sendiri. Sehingga para remaja ini

mencari tahu dengan berbagai cara, termasuk dengan menggunakan internet yang lingkup

jaringannya sangat luas dan memungkinkan adanya kesalahan informasi tentang seks atau

reproduksi yang salah.

Hurlock mengatakan bahwa minat terhadap seks pada usia remaja semakin

meningkat. Meningkatnya minat terhadap seks menyebabkan para siswa atau remaja

selalu berusaha mencari berbagai informasi mengenai seks2. Informasi yang mereka

dapatkan biasanya lebih banyak dari teman sebaya, situs-situs porno, atau

majalah-majalah yang isinya seputar seks. Tingginya kebutuhan remaja saat ini akan informasi

reprosuksi sehat, dapat dilihat dari banyaknya remaja yang mencari informasi terbaru

tentang seks. Hal ini dapat diartikan bahawa, kebutuhan remaja akan informasi reproduksi

sehat merupakan kebutuhan pokok yang identik dengan kebutuhan dasar lainnya.

Informasi mengenai reproduksi sehat di sekolah memang selama ini sudah

terselip di beberapa mata pelajaran yaitu, biologi, penjaskes, dan agama. Pada pelajaran

biologi, ada pembahasan mengenai pembuahan yaitu pertemuan antara sel telur dengan

sperma yang dapat mengakibatkan kehamilan. Namun, demikian materi tersebut hanya

terbatas pada bagaimana proses pembuahan itu terjadi, sehingga siswa kurang mengetahui

1

http://kompas.com/read/2009/02/16/11310897/2.3.Juta.Kasus.Aborsi.per.Tahun..30.Persen.Oleh.Remaja

2

(12)

akan detail pada kehidupan layaknya sebagai manusia sosial. Pada akhirnya, siswa

memilih jalan lain untuk memenuhi keingin tahuan mereka seputar seks. Menonton film

porno dan membeli majalah dewasa, salah satu jalan mereka. Hal tersebut sangat mudah

dilakukan oleh siswa dengan membuka situs-situs porno yang ada dalam internet yang

sangat banyak, selain itu hampir semua persewaan film juga menyediakan film porno.

Dari hasil wawancara yang peneliti dengan beberapa siswa menguatkan fakta

diatas bahwa menonton film porno adalah hal yang wajar, dan sebaliknya bagi mereka

yang belum menonton film porno dianggap aneh. Bahkan tak jarang remaja saling

bertukar informasi tentang hal tersebut, dengan dalih pendidikan seks untuk

membenarkan tindakan mereka.

Fakta diatas tersebut sangat memprihatinkan, sehingga para siswa atau remaja

tersebut membutuhkan informasi yang sitematis dan menyeluruh tentang masalah seks

terkait dengan perkembangan mereka. Dalam pemberian pemahaman mengenai

reproduksi sehat pada siswa, pihak sekolah adalah pihak yang berkompeten disamping

orang tua siwa. Idealnya, pengetahuan mengenai reproduksi sehat dimasukkan di dalam

kurikulum dan dijadikan sebagai mata pelajaran sendiri. Tetapi hal tersebut masih

menjadi wacana sampai saat ini karena terbentur kebijakan yang diambil oleh pemerintah.

Berdasarkaan fakta dan fenomena diatas, dapat diketahui bahwa siswa

benar-benar membutuhkan modul reproduksi sehat yang sesuai dengan tingkat perkembangan

mereka. Untuk itulah diperlukan materi reproduksi sehat yang cukup relevan bagi siswa,

tujuannya agar mereka mendapatkan informasi yang tepat sehingga dapat mengerti dan

mampu berperilaku sesuai standar norma yang berlaku dalam masyarakat. Oleh karena itu

materi reproduksi sehat sangat penting untuk disampaikan kepada para siswa.

Peran guru Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah sebagai salah satu

(13)

aspek pribadi, sosial, karier, dan akademik peserta didik. Guru BK di sekolah juga

diharapkan dapat memberikan bantuan kepada siswa dalam perencanaan individual,

pemberian layanan responsif, dan pengembangan dukungan sistem. Melalui layanan

bimbingan dan konseling, peserta didikdapat memperoleh bimbingan mengenai hal-hal

yang berkaitan dengan masalah pribadi. Efektifitas bimbingan pribadi secara langsung

dan tidak langsung berpengaruh terhadap kepribadian siswa. Pelaksanaan layanan pribadi

baik secara individu maupun kelompok diharapkan mampu menumbuhkan pemahaman

diri siswa seutuhnya dan memberi kematangan kepribadian siswa.

Hasil wawancara peneliti dengan guru BK di SMA Negeri 1 Parengan, ada

beberapa halangan dan kendala dalam pelaksanaan program layanan dan bimbingan

dalam sekolah antara lain anggapan tentang tidak pentingnya BK dalam sekolah dan

dalam keterkaitan akan masa depan siswa bahkan untuk memperoleh jam pelajaran dalam

kelas perlu perjuangan yang sangat keras, keterbatasan waktu, belum adanya media yang

tepat dan dapat meminimalisir proses bimbingan dengan waktu jam pelajaran yang sangat

terbatas, kewenangan yang belum sepenuhnya guru BK dapatkan dalam sekolah untuk

mengurus siswa yang ditangani, anggapan siswa yang memandang guru BK sebagai

polisi sekolah serta belum adanya media yang tepat dan dapat meminimalisisr waktu

pembelajaran dan bimbingan dengan jam pelajara yang begitu singkat menjadi halangan

dan kendala guru BK dalam pelaksanaan program layanan dan bimbingan dalam sekolah.

Berbagai hambatan diatas menunjukkan bahwa pelaksanaan bimbingan dan

konseling pribadi di SMAN 1 Parengan mengalami kendala dan belum bisa mencapai

hasil yang optimal. Melihat persoalan diatas maka guru BK dituntut untuk memiliki

kreatifitas dalam memberikan bimbingan pada siswa agar mencapai hasil yang optimal.

Usaha yang dapat dilakukan untuk membuat layanan bimbingan menjadi menarik

(14)

pemberian layanan bimbingan, misalnya dalam menggunakan layanan bimbingan pribadi

dapat menggunakan modul atau pemutaran film dokumener yang berhubungan dengan

materi layanan bimbingan pribadi yang disampaikan guru BK.

Media merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses pemberian

bimbingan. Penggunaaan media bimbingan sangat dianjurkan agar prsoses bimbingan

antara guru BK dan siswa berjalan dengan baik, tidak membosanka, serta dapat

merangsang keaktifan, minat dan kreativitas siswa. Hal tersebut mendorong peneliti untuk

memanfaatkan teknologi dalam layanan bimbingan dan konseling dan secara spesifik

diarahkan pada pembuatan modul.

Modul merupakan salah satu media alat bantu yang berisi rangkaian kegiatan

yang berisi rangkaian kegiatan dan tujuan belajar yang jelas dan sistematik, sehingga

memungkinkan siswa mempelajarinya sendiri di rumah. Modul dalam pengembangan ini

adalah sebagai media penyampaian informasi. Hal ini dapat membantu siswa agar lebih

mengetahui secara detail tentang reproduksi sehat, selain itu dengan adanya modul dapat

mengatasi keterbatasan jam masuk kelas bagi guru pembimbing karena dengan adanya

modul yang sistematis siswa dapat belajar secara mandiri di rumah3.

Peneliti menggunakan modul dalam penelitian ini karena modul merupakan salah

satu cara yang efektif untuk menumbuhkan minat siswa untuk belajar tentang reproduksi

sehat. Di dalam modul juga memuat rangkaian kegiatan pelaksanaan bimbingan secara

sistematis, juga terdapat tujuan bimbingan yang dirumuskan secara spesifik (khusus dan

jelas) sehingga siswa dapat belajar secara sistematis dan jelas arah pembelajarannya.

Selain itu tampilan gambar dalam sebuah modul dapat menarik perhatian siswa dan

mempermudah siswa dalam memahami isi materi dalam modul. Siswa juga dapat belajar

mandiri meskipun tidak disampaikan secara langsung oleh narasumber atau guru. Modul

3

(15)

dapat membuat siswa belajar secara mandiri, tetapi guru BK tetap harus membimbing

siswa dalam memahami isi materi yang ada dalam modul tersebut.

Maksud dan tujuan diadakannya modul juga sangat baik bagi proses layanan

bimbingan dalam bimbingan konseling, diantaranya tujuan bimbingan dapat dicapai

secara efektif dan efisien, siswa dapat belajar mandiri, siswa benar-benar menjadi titik

pusat kegiatan belajar mengajar dan bimbingan, kemajuan siswa dapat diikuti dengan

frekuensi yang lebih tinggi melalui evaluasi yang di lakukan pada setiap modul berakhir,

modul disusun berdasarkan konsep “mastery learning” suatu konsep yang menekankan

bahwa siswa harus secara optimal menguasai bahan pelajaran yang disajikan dalam

modul. Sehingga dengan menggunakan modul, proses bimbingan pribadi akan lebih

sistematis, efektif, dan efisien karena modul disusun dengan sekaligus evaluasi dan

lembar-lembar tes di bagian akhir bab dan akhir modul. Tentunya hal diatas akan sangat

bermanfaat bagi siswa maupun guru BK khususnya dan bagi sekolah juga masyarakat

umumnya.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuaraikan diatas, penulis tertarik untuk

melakukan pengembangan modul tentang reproduksi sehat yang di kemas dan nantinya

akan di praktikan dalam bentuk layanan bimbigan pribadi dalam bimbingan konseling.

Hal ini merujuk pada peran sekolah di samping peran orang tua dalam membimbing

siswa (remaja), yang dalam masa perkembangannya membutuhkan bimbingan dan arahan

yang tepat dari pihak-pihak dan lingkungan yang benar-benar sesuai dan baik bagi remaja

(siswa). Modul ini nantinya akan merujuk dari isi layanan bimbingan pribadi di SMA,

yaitu isi layanan bimbingan pribadi kelas X pada point ke tiga yang berbunyi “memahami

perkembangan psikoseksual yang sehat” yang di dalamnya akan di bahas secara lengkap

dan detil mulai dari mulai perkembangan remaja, sistem reproduksi, perilakunya, hingga

(16)

Dengan berdasar uraian diatas maka penulis merumuskan judul “Pengembangan

Modul Bimbingan Konseling Bidang Layanan Bimbingan Pribadi tentang Reproduksi

Sehat Bagi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Parengan Tuban”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang telah diuraikan diatas, maka

dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana layanan bimbingan konseling pribadi tentang reproduksi sehat kelas X di

SMAN 1 Parengan Tuban?

2. Bagaimana modul sebagai media layanan Bimbingnan Konseling bagi siswa kelas X

di SMAN 1 Parengan Tuban

3. Apakah pengembangan modul Bimbingan Konseling bidang layanan bimbingan

pribadi tentang reproduksi sehat bermanfaat bagi siswa dan guru di SMAN 1

parengan Tuban?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan peneliti dengan pengembangan yang dilakukan ini adalah :

1. Untuk mengetahui layanan Bimbingan Konseling bidang layanan pribadi tentang

psikoseksual yang sehat bagi siswa di SMAN 1 Parengan Tuban

2. Untuk mengetahui modul sebagai media layanan Bimbingan Konseling bidang

layanan pribadi bagi siswa di SMAN 1 Parengan Tuban

3. Mengembangkan produk modul yang dapat dimanfaatkan oleh guru dan siswa dalam

layanan bimbingan pribadi tentang reproduksi sehat pada pelajaran Bimbingan

Konseling.

4. Menghasilkan produk modul Bimbingan Konseling sebagai penunjang proses layanan

(17)

5. Mengetahui tanggapan dan manfaat yang dirasakan oleh guru dan siswa di SMAN 1

Parengan setelah adanya modul sebagai media layanan bimbingan pribadi dalam

proses Bimbingan dan Konseling.

D. Spesifikasi Produk

Produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini memiliki spesifikasi

sebagai berikut:

1. Produk yang dikembangkan oleh peneliti adalah berupa modul yang berisi materi

reproduksi sehat, modul ini dibuat berdasarkan komponen-komponen modul

bimbingan yaitu adanya:

a) Halaman judul

b) Tujuan pembelajaran

c) Kata pengantar

d) Daftar isi

e) Pendahuluan

f) Materi modul

g) Latihan-latihan

h) Evaluasi

(18)

2. Modul ini bersifat sebagai layanan informasi bimbingan konseling dalam bidang

bimbingan pribadi.

E. Pentingnya Pengembangan

Penelitian ini penting dilakukan, apabila dilihat dari manfaat yang dihasilkan dari

pengembangan materi ini. Dan hasil pengembangan modul materi reproduksi sehat ini

diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara teoritik maupun secara praktis

sebagai berikut :

1) Secara Teoritis

a. Hasil pengembangan modul reproduksi sehat ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi ilmiah bagi pengembang reproduksi sehat secara umum.

b. Hasil reproduksi sehat ini mampu memberikan gambaran bagi pengembang

selanjutnya.

2) Secara Praktis

a. Bagi pembimbing/guru BK, dapat menggunakan manfaat dari hasil produk

pengembangan modul dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling

terutama bidang bimbingan pribadi

b. Bagi siswa, akan adanya pemahaman bagi siswa tentang pentingnya layanan

bimbingan dan konseling terutama bidang bimbingan pribadi.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan tentang apa yang dimaksud

dalam penelitian ini, maka penulis menuliskan definisi operasional sebagai berikut:

a. Pengembangan adalah suatu usaha untuk mengembangkan suatu produk yang efektif

(19)

b. Modul adalah suatu unit program pengajaran yang memiliki karakteristik antara lain

berbentuk unit pengajaran terkecil yang lengkap, berisi rangkaian kegiatan belajar

yang dirancang secara sistematik, berisi tujuan belajar yang dirumuskan secara jelas

dan khusus sehingga memungkinkan sswa dapat belajar mandiri4.

c. Reproduksi sehat adalah perilaku individu yang berkaitan dengan fungsi dan proses

reproduksi termasuk perilaku seksual yang sehat.

d. Modul reproduksi sehat adalah suatu unit program terkecil berisi rangkaian kegiatan

belajar yang didesain secara khusus agar memungkinkan siswa dapat belajar mandiri

dalam mencapai tujuan reproduksi yang sehat.

G. Sistematika Pembahasan

Bab Pertama menjelaskan tentang gambaran mengapa, bagaimana, dan untuk apa

pengembangan ini dilakukan. Oleh karena itu dalam langkah awal ini dipaparkan

tentang; latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, spesifikasi produk,

pentingnya pengembangan, definisi operasional, dan sistematika pembahasan.

Bab Kedua merupakan kajian pustaka tentang pengembanagan modul reproduksi

sehat sebagai media bimbingan konseling bidang layanan bimbingan pribadi yang

meliputi penjelasan bimbingan konseling bidang layanan bimbingan pribadi, modul

sebagai media layanan bimbingan pribadi bagi siswa, dan pengembangan modul tentang

reproduksi sehat sebagai media layanan bimbingan pribadi di SMAN 1 Parengan

Tuban.

Bab Ketiga adalah menjelaskan metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian pengembangan ini, yang didalamnya menjelaskan model penelitian

pengembangan, prosedur penelitian pengembangan, dan uji coba produk.

4

(20)

Bab Keempat adalah membahas tentang hasil pengembangan yang telah di

lakukan sesuai dengan prosedur pengembangan, dan didalamnya di paparkan penyajian

data uji coba, analisis data, dan revisi produk.

(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Bimbingan Konseling Pribadi Tentang Reproduksi Sehat

1. Bimbingan Konseling Pribadi a) Pengertian Bimbingan

Bimbingan merupakan upaya untuk membantu individu berkembang sesuai

dengan kemampuan yang dimilikinya secara bertahap dalam proses yang matang.

Rochman Natawidjaja mengartikan bimbingan sebagai proses pemberian bantuan

kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut

dapat memahami dirinya, sehingga sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak

wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat.

Pendapat Rochman Natawidjaja mengemukakan bahwa dengan adanya

layanan bimbingan, individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, akan

mencapai kemampuan untuk memahami dirinya, kemampuan untuk mengarahkan

dirinya sesuai dengan potensi dan kemampuannya dalam menccapai penyesuaian diri

dengan lingkungan baik keluarga, sekolah, maupun masyarakat1.

Menurut Abu Ahmadi bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada

individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan

diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi

hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik2.

1

Syamsu Yusuf LN & A. Juntika Nur Ikhsan. (2006). Landasan Bimbingan Dan Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hlm. 6

2

(22)

Moh. Surya juga mengemukakan bahwa bimbingan merupakan sebagai suatu

proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sistematis dari pembimbing

kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahama diri dan

perwujudan diri, dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan

penyesuaian diri dengan lingkungannya.

Senada dengan pendapat M. Surya, Prayitno mengemukakan bahwa

bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang (individu) atau

sekelompok orang agar mereka dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang

mandiri3.

Berdasarkan definisi-definisi yang telah dipaparkan diatas, dapat disimpulakn

bahwa, bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu secara kontinu

dan sitematis, serta bertujuan untuk membantu proses pengembangan potensi diri

melalui pola-pola sosial yang dilakukannya sehari-hari di lingkungan sekolah,

keluarga dan masyarakat. Pola-pola sosial yang dimaksud adalah pola-pola dimana

individu tersebut dapat melakukan penyesuaian diri dengan lingkungannya.

b) Bimbingan Pribadi

Bimbingan pribadi merupakan salah satu bidang bimbingan yang ada di

seekolah. Terdapat beragam pengertian bimbingan pribadi yang dikemukakan oleh

para ahli, diantaranya adalah pendapat Abu Ahmadi sebagai berikut:

“bimbingan pribadi adalah seperangkat usaha bantuan kepada siswa agar dapat

menghadapi sendiri masalah-masalah pribadi yang dialaminya, mengadakan penyesuaian pribadi, dan kegiatan rekreatif yang bernilai guna, serta berdaya upaya sendiri dalam memecahkan masala-maslah pribadi, rekreasi dan sosial yang dialaminya4”.

3

Sulistyarini & Moh. Jauhar. (2014). dasar-dasar Konseling. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Hlm. 174 4

(23)

Inti dari pengertian bimbingan pribadi yang di kemukakan oleh Abu Ahmadi

tersebut adalah bimbingan pribadi yang diberikan kepada pribadi, agar mampu

menghadapi dan memecahkan permasalahan pribadi secara mandiri.

Hal ini sejalan dengan pengertian bimbingan pribadi menurut Dewa Ketut

Sukardi yang mengungkapkan bahwa bimbingan pribadi merupakan usaha bimbingan

dalam menghadapi dan memecahkan masalah pribadi, seperti penyesuaian diri,

menghadapi konflik, dan pergaulan5.

Syamsu Yusuf dan A. Juantika Nur I. Juga mengemukakan pendapatnya

mengenai bimbingan pribadi sebagai berikut:

“bimbingan pribadi adalah bimbingan untuk membantu individu dalam

memecahkan masalah-masalah pribadi. Yang tergolong dalam masalah pribadi adalah maslah hubungan dengan sesama teman, dengan dosen, serta staf, permasalahan sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan, dengan masyarakat tempet mereka tinggal, dan penyelesaian

konflik”6 .

Inti dari pendapat diatas, bimbingan pribadi adalah suatu proses bimbingan

bagi individu-individu dalam memecahkan masalah-masalah pribadi seperti masalah

hubungan dengan sesama individu, permasalahan perbedaan sifat, kamampuan serta

penyesuaian diri baik dalam lingkungan pendidikan maupun dalam masyarakat

sekitar dan penyelesaian konflik.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan pribadi

merupakan bimbingan yang diberikan oleh seorang ahli kepada individu atau

5

Dewa Ketut Sukardi. (1993). Bimbingan Konseling Di Sekolah. Jakarta: Rineka cipta. Hlm. 11 6

(24)

kelompok, dalam membantu individu untuk menghadapi dan memecahkan

masalah-masalah pribadi, seperti penyesuaian diri, menghadapi konflik dan pergaulan.

c) Tujuan Bimbingan Pribadi

Menurut Syamsu Yusuf dan A. Juantika Nurihsan tujuan dari bimbingan

pribadi adalah sebagai berikut:

1) Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan

ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi,

keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah, tempat kerja, maupun

masyarakat pada umumnya.

2) Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling

menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.

3) Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara

yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, serta mampu meresponnya secara

positif sesuai dengan ajaran yang dianut.

4) Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik

yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan, baik fisik maupun psikis.

5) Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.

6) Memiliki kemampuan menentukan pilihan secara sehat.

7) Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau mengahargai orang lain,

tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.

8) Memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan dalam bentuk komitmen

(25)

9) Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudakan

dalam bentuk persahabatan, persaudaraan atau silaturahmi terhadap sesama

manusia.

10)Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik baik yang bersifat internal

maupun orang lain.

11)Memiliki kemampuan ntuk mengambil keputusan secara efektif7.

Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

bimbingan pribadi bertujuan untuk memantapkan kepribadian agar dapat berkembang

sesuai dengan tugas-tugas perkembangannya dan dapat mengembangkan kemampuan

individu tersebut serta dapat melakukan penyesuaian diri dengan norma yang ada

disekelilingnya.

d) Fungsi Bimbingan Pribadi

Fungsi dalam bimbingan pribadi yang diungkapkan oleh Totok dalam buku

Rima Puspita yaitu:

1) Berubah menuju pertumbuhan, pada bimbingan ini, konselor secara

berkesinambungan memfasilitasi individu agar mampu menjadi agen perubahan

bagi diri dan lingkungannya. Konselor juga berusaha membantu individu dengan

sedemikian rupa sehingga individu mampu menggunakan segala sumber daya

yang dimilikinya untuk berubah.

2) Pemahaman diri secara penuh dan utuh. Individu memahami kelemahan dan

kekuatan yang ada dalam dirinya, serta kesempatan dan tantangan yang ada di

luar dirinya. Individu diharapkan mampu mencapai tingkat kedewasaan dan

kepribadian yang utuh dan penuh, sehingga individu tidak memiliki kepribadian

7

(26)

yang terpecah lagi dan mampu mengintegrasi diri dalam segala aspek kehidupan

secara utuh, selaras, serasi, dan seimbang.

3) Berlatih tingkah laku baru yang lebih sehat, bimbingan pribadi digunakan sebagai

media untuk menciptakan dan melatih perilaku baru yang lebih sehat.

4) Menghilangkan gejala-gejala yang disfungsional. Konselor membantu individu

dalam menghilangkan atau menyembuhkan gejala yang mengganggu sebagai

akibat dari krisis8.

Dari uraian fungsi bimbimbingan pribadi yang telah dipaparkan diatas, dapat

ditarik kesimpulan bahwa fungsi bimbingan pribadi adalah merubah dan mengajak

individu untuk memahami dirinya secara penuh dan utuh serta menjadi tolak ukur

perubahan menuju pribadi yang lebih baik atas dirinya sendiri, melatih dan

menciptakan pribadi yang lebih sehat, aktif, dan kreatif.

e) Isi Layanan Bimbingan pribadi di SMA

Isi layanan bimbingan pribadi untuk setiap tingkatan kelas adalah sebagai berikut:

 Kelas X

1) Melatih cara pengendalian dan mengarahkan emosi

2) Membuat keptusan yang di dasarkan pada nilai-nilai yang berlaku dalam

masyarakat

3) Memahami perkembangan psikoseksual yang sehat

4) Memahami terbentuknya prasangka dan mengaji akibat-akibatnya

5) Mengetahui bagaimana mengatur dan menggunakan waktu secara efektif

6) Menggambarkan situasi di sekolah dan di rumah, serta keterkaitannya

7) Memahami situasi dan cara-cara mengendalikan konflik

8

(27)

8) Membedakan bermacam-macam alternatif membuat pilihan dengan bermacam

resiko yang mungkin dihadapi.

 Kelas XI

1) Menjabarkan ciri-ciri dan kemampuan diri sendiri yang paling dihargai

2) Menemukan cara-cara untuk mengembangkan sikap yang lebih positif

3) Menilai secara terus menerus pengaruh kegiatan waktu luang terhadap

kesehatan fisik dan mental

4) Menemukan strategi untuk mengatasi penyimpangan dan prasangka terhadap

orang lain

5) Menilai bahwa menghindari tanggung jawab itu, akan menuntut kemampuan

mengelola lingkungan secara efektif

6) Menilai keadaan dan keefektifan hubungan sosial dan hubungan keluarga

7) Menerapkan nilai-nilai yang berlaku dalam pemecahan masalah pada situasi

konflik

8) Menelaah keputusan yang telah dibuat agar membantu keputusan dimasa

depan, termasuk pemilihan program khusus.

 Kelas XII

1) Memahami dan menghargai keunikan diri sendiri

2) Memahami bahwa sikap dan nilai-nilai mempengaruhi kehidupan

3) Menelaah keterampilan pribadi yang dapat menunjang kepuasaan fisik dan

mental

4) Menghargai adanya perbedaan latar belakang budaya

(28)

6) Memahami perlu memelihara hubungan yang efektif sepanjang hayat

7) Menilai kemampuan komunikasi dan penyelesaian konflik serta cara

mengatasi selanjutnya

8) Menilai kecakapan dalam membuat alternatif pilihan mengumpulkan

informasi, dan menilai konsekuensi dari keputusan yang dibuat

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengacu pada isi layanan bimbingan

pribadi untuk kelas X poin ketiga, yaitu memahami perkembangan psikoseksual yang

sehat. Adapun materi yang akan dikembangkan adalah mengenai “reproduksi sehat “.

Ruang lingkup bimbingan pribadi sangat luas maka modul reproduksi sehat

bimbingan pribadi yang dibuat peneliti masih sederhana. Hanya materi-materi

tertentu saja yang dikembangkan. Berdasarkan permasalahan dilapangan maka

peneliti memilih materi berikut untuk dikembangkan.

a. Pertumbuhan dan perkembangan remaja

b. Sistem reproduksi

c. Perkembangan seksualitas remaja

d. Resiko perilaku seksual remaja

2. Pendidikan Reproduksi Sehat a. Pengertian Reproduksi Sehat

Reproduksi sehat adalah perilaku individu yang berkaitan dengan fungsi

dan proses reproduksi termasuk perilaku yang sehat. Salah satu penunjang

terciptanya reproduksi sehat adalah pendidikan seks. Pendidikan seks adalah

upaya memeberikan pengetahuan tentang perubahan biologis, psikologis, dan

(29)

b. Tujuan Reproduksi Sehat

Menurut Yani Widyastuti tujuan reproduksi sehat yaitu sebagai berikut9:

1) Untuk membantu remaja agar memahami dan menyadari ilmu tersebut,

sehingga remaja memiliki sikap dan perilaku sehat dan tentu saja bertanggung

jawab kaitannya dengan masalah kehidupan reproduksi

2) Meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran, dan kemampuan remaja

dalam memelihara organ reproduksi

3) Agar seluruh remaja dan keluarganya memiliki pengetahuan, kesadaran sikap

dan perilaku reproduksi sehat sehingga menjadikan remaja siap sebagai

keluarga yang berkualitas.

Menurut BKKBN tujuan dari reproduksi sehat adalah sebagai berikut10 :

1) Terhindar dari penyakit reproduksi

2) Terhindar dari penyakit menular seksual (IMS), HIV/AIDS

3) Tidak melakukan pelecehan seksual

4) Terhindar dari pelecehan seksual

5) Agar kelak dapat melanjutkan keturunan secara sehat.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

tujuan reproduksi sehat adalah :

1. Membentuk pengertian tentang reproduksi sehat sehingga mengurangi

ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan

penyesuaian seksual (peran, tuntutan, tanggung jawab)

9

Yani Widyastuti, dkk. (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya. Hlm. 5 10

(30)

2. Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap reproduksi sehat

dalam semua manifestasi yang bervariasi termasuk perananya didalam

kehidupan manusia

3. Memberikan pengertian yang memadai tentang perubahan fisik, mental dan

proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada

para remaja termasuk didalamnya fungsi dan kebutuhan akan seks

4. Membantu remaja dalam mengembangkan kepribadiannya sehingga mampu

untuk mengambil keputusan yang bertanggung jawab

5. Memberi pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa

kepuasan kepada kedua individu dan kehidupan keluarga

6. Memberikan pengertian akan kebutuhan nilai moral dalam membuat

keputusan berhubungan dengan perilaku seksual

7. Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual

8. Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seks yang tidak rasional dan

eksploitasi yang berlebihan

9. Memberikan pengertian tentang kondisi yang dapat membuat individu

melakukan aktifitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran.

c. Materi Reproduksi Sehat

Materi yang akan disampaikan dalam modul ini adalah sebagai berikut:

1) Pertumbuhan dan perkembangan remaja, yang terdiri dari: tumbuh kembang

dan masa pubertas

2) Sistem reproduksi, yang terdiri dari: alat reproduksi, permasalahan alat

(31)

3) Perkembangan seksualitas remaja, yang terdiri dari: perilaku seksual remaja,

cara-cara yang biasa di lakukan dalam mengatasi dorongan seksual,

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja, pengertian perilaku sehat

dan bertanggung jawab, dampak aktivitas perilaku seksual remaja

4) Resiko perilaku seksual remaja, yang terdiri dari: secara medis terdiri dari

kehamilan yang tidak dikehendaki, aborsi, penyakit menular seksual,

infertilitas atau kemandulan, dan kanker leher rahim, secara psikologis da

sosial, tanda-tanda infeksi menular seksual.

3. Siswa Sebagai Remaja a. Pengertian Remaja

Menurut Kartini Kartono adolescence (masa remaja) merupakan periode

antara pubertas dan kedewasaan. Usia yang diperkirakan 12 sampai 21 tahun

untuk anak gadis yang lebih cepat matang dari pada anak laki-laki, dan antara 13

sampai 22 tahun bagi anak laki-laki.

Sedangkan definisi menurut WHO, remaja adalah suatu ketika individu

berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual

sekundernya sampai ia mencapai kematangan seksual, individu mengalami

perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak mencapai dewasa,

terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan

yang lebih mandiri11.

Definisi diatas menunjukkan bahwa seseorang yang dikatakan sebagai

remaja adalah individu yang telah menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya

11

(32)

dan berkembang kearah kematangan seksual. Selain itu, dari segi psikologis

mengalami perkembangan dari anak-anak menuju ke dewasa, serta menuju

kemandirian dalam hal ekonomi.

Untuk batasan usia remaja, Andi Mappire mengemukakan batasan usia

remaja antar 12-21 tahun, dengan pembagian masa remaja awal antara 13-17

tahun dan masa remaja akhir 17-21 tahun.

Dari berbagai pendapat mengenai pengertian remaja yang telah dijabarkan

diatas, dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak

menuju dewasa yang berkisar antar usia 12 sampai 21 tahun, dimana pada masa

tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, psikologis serta

menuju kepada kematangan ekonomi.

b. Karakteristik Remaja

1) Perkembangan Fisik dan Seksual Remaja

Menurut Sarlito Wirawan Sarwono masa remaja adalah masa peralihan

dari anak-anak ke dewasa, bukan hanya dalam artian psikologis tetapi juga

fisik. Bahkan perubahan-perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan

gejala primer dalam pertumbuhan remaja, sedangkan perubahan psikologis

muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan fisik itu.

Diantar perubahan-perubahan fisik tersebut, yang terbesar

pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adala pertumbuhan tubuh

(badan mulai bertambah tinggi dan panjang), mulai berfungsinya alat-alat

reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basar pada laki-laki),

(33)

Istilah tanda-tanda kelamin primer menunjukan pada organ badan

yang langsung berhubungan dengan persetubuhan dan proses reproduksi.

Jadi pada anak perempuan hal tadi adalah rahim, dan saluran telur, vagina,

bibir kemaluan, dan klitoris. Sedangkan pada anak laki-laki yaitu penis,

testis, dan skrotum. Tanda-tanda kelamin sekunder adalah tanda-tanda

jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan persetubuhan dan proses

reproduksi, namun merupakan tanda-tanda yang khas perempuan dan

laki-laki.

2) Perkembangan kognitif atau inteligensi remaja

Yang dimaksud perkembangan kognitif adalah perubahan

kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa.

Piaget melihat seseorang berkembang melalui 4 tahap perkembangan

kognitif yaitu sensorimotori (0-2 tahun), praoperasional (2-7 tahun),

operasional konkrit (7-11 tahun), dan operasional formal (11 tahun ke atas

sampai dewasa). Dengan demikian seorang remaja yang berusia antara

13-21 tahun berada padah tahap operasional formal. Remaja sudah mulai

memantapkan pemikiran operasional formalnya dan menggunakannya

dengan lebih konsisten.

Ciri-ciri perkembangan kognitif operasi formal menurut Bracee

dan Bracee12 antara lain :

a. Individu telah memiliki pengetahuan gagasan inderawi yang cukup

baik

b. Individu mampu memahami hubungan antara 2 (dua) ide atau lebih.

12

(34)

c. Individu dapat melaksanakan tugas tanpa perintah / instruksi dari

gurunya.

d. Individu dapat menjawab secara praktis (applied), menyeluruh

(comprehensive), mengartikan (interpretative) suatu informasi yang

dangkal.

Dari beberapa pandangan ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

perkembangan kognitif atau inteligensi remaja mulai masuk dalam tahap

operasional formal. Dalam tahap ini remaja sudah mulai berpikir abstrak,

idealistis, maupun logika.

3) Perkembangan afektif atau emosi remaja

Perkembangan afektif menyangkut perasaan, moral dan emosi.

Perkembangan afektif remaja mencakup proses belajar perilaku dengan orang

lain atau sosialisasi. Sebagian besar sosialisasi berlangsung lewat pemodelan

dan peniruan orang lain.

Menurut Hurlock mengemukakan bahwa remaja mengalami

ketegangan emosi yang meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan

kelenjar13. Adapun meningginya emosi terutama karena anak laki-laki dan

perempuan berada di bawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru,

sedangkan selama masa kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri untuk

menghadapi keadaan-keadaan itu. Remaja yang merupakan masa peralihan

dari masa anak-anak dan masa dewasa, statusnya menjadi agak kabur, baik

bagi dirinya maupun bagi lingkungannya.

13

(35)

Dari pandangan ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan

emosi remaja sering berubah-ubah. Perubahan emosi ini sangat dipengaruhi

oleh lingkungan remaja.

4) Perkembangan sosial

Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang

sesuai dengan tuntutan sosial. Seseorang memerlukan 3 proses untuk mampu

bersosialisasi (sozialed), dimana masing-masing proses tersebut terpisah dan

sangat berbeda satu sama lain tetapi saling berkaitan sehingga kegagalan

dalam satu proses akan menurunkan kadar sosialisasi individu.

Menurut Sarlito Wirawan Sarwono menyatakan bahwa perkembangan

sosial pada masa puber ini dapat dilihat dari 2 ciri khas yaitu mulai

terbentuknya kelompok teman sebaya baik sesama jenis kelamin maupun

dengan lawan jenis dan mulai memisahkan diri dari orang tua14.

Di Indonesia perkembangan sosial remaja masih ada keterbatasannya.

Di satu sisi walaupun ingin melepas dari orang tua namun kebanyakan remaja

awal masih tinggal bersama orang tua. Selain itu juga secara ekonomi masih

bergantung kepada orang tua. Mereka juga belum bisa kawin, secara budaya

hubungan seksual tidak diperkenankan sesuai dengan norma agama dan sosial,

meskipun mereka sudah bisa mengadakan kencan-kencan dengan teman

lawan jenis. Mereka berusaha mencapai kebebasan dalam berpacaran.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perkembangan sosial pada

masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri. Pada masa ini

sosialisasi anak lebih luas dan berkembang, mereka mulai menjalin hubungan

14

(36)

dengan teman-teman laki-lakinya dan mengadakan kencankencan (dating).

Anak lebih mementingkan teman daripada keluarga dan mulai timbul banyak

pertentangan dengan orang tua.

5) Tugas Perkembangan Remaja

Tugas-tugas perkembangan remaja menurut Carballo15 adalah sebagai berikut:

1) Menerima dan mengintergrasikan pertumbuhan badannya dalam

kepribadiannya

2) Menentukan peran dan fungsi seksualnya yang adekuat (memenuhi

syarat) dalam kebudayaan tempatnya berada

3) Mencapai kedewasaan dengan kemandirian, kepercayaan diri, dan

kemampuan untuk menghadapi kehidupannya

4) Mencapai posisi yang diterima oleh masyarakat

5) Mengembangkan hati nurani, tanggung jawab, moralitas, dan nilai-nilai

yang sesuai dengan lingkungan dan kebudayaan

6) Memecahkan problem-problem nyata dalam pengalaman sendiri dalam

kaitannya dengan lingkungan.

Selain memiliki ciri-ciri karakteristik remaja juga memiliki tugas

perkembangan sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh Robert Havighurst

bahwa tugas perkembangan remaja adalah menerima kondisi fisik serta dapat

memanfaatkannya secara optimal, mempersiapkan karir ekonomi, menjalin

hubungan yang serius serta mulai menemukan jati dirinya16.

15

Ibid hlm.15 16

(37)

Dari pendapat-pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa tugas-tugas perkembangan remaja adalah sebagai berikut :

a) Menerima keadaan fisiknya dan peranannya sebagai pria atau wanita

b) Dapat menjalin hubungan yang baik dengan teman sebayanya baik itu

dengan suasana sesama jenis ataupun dengan lawan jenisnya

c) Dapat mencapai kedewasan dengan kemandirian, kepercayaan diri dan

kemampuan untuk menghadapi kehidupan

d) Mempersiapkan karir ekonomi

e) Mempersiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga

f) Mempersiapkan tingkah laku sosial yang bertanggung jawab

g) Mencapai sistem nilai dan etika tertentu sebagai pedoman tingkah laku

h) Memecahkan problem-problem nyata dalam pengalaman sendiri dalam

kaitannya dengan lingkungan

i) Mencapai sistem nilai dan etika tertentu sebagai pedoman tingkah laku.

B. Modul Sebagai Media Layanan Bimbingan 1. Modul

a. Pengertian Modul

Modul merupakan salah satu metode pengajaran yang selama ini telah

dikembangkan oleh para ahli. Ada beberapa pengertian mengenai modul yang

diungkapakan oleh para ahli.

(38)

jelas dan khusus sehingga memungkinkan siswa dapat belajar mandiri dan merupakan realisasi dari perbedan individu17.

Sedangkan menurut Nasution modul adalah suatu unit yang lengkap, yang

berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaina kegiatan belajar yang disusun

untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus

dan jelas18.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, modul

adalah suatu unit pengajaran terkecil yang berisi rangkaian kegiatan dan tujuan

belajar yang jelas dan sistematik, sehingga memungkinkan siswa untuk belajar

secara mandiri.

b. Karakteristik Modul

B. Suryosubroto mengungkapkan bahwa karakteristik modul adalah

sebagai berikut19 :

1) Modul merupakan unit pengajaran terkecil dan lengkap

2) Modul itu memuat rangkaian kegiatan belajar yang direncanakan secara

sistematis

3) Modul memuat tujuan belajar yang dirumuskan secara jelas dan spesifik

(khusus)

4) Modul memungkinkan siswa belajar sendiri (independent)

5) Modul merupakan realisasi pengakuan perbedaan individual dan merupakan

salah satu perwujudan pengajaran individual.

Menurut Nana Sujana dan Ahmad Rivai karakteristik modul sebagai berikut20 :

17

Nana Sujana. (2008). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Hlm. 132 18

Nasution. (2008). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hlm. 205 19

(39)

a) Berbentuk unit pengajaran terkecil dan lengkap

b) Berisi rangkaian kegiatan belajar yang dirancang secara sistematik

c) Berisi tujuan belajar yang dirumuskan secara jelas dan khusus

d) Memungkinkan siswa belajar mandiri

e) Merupakan realisasi perbedaan individual serta perwujudan pengajaran

individual.

Dari dua pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik

sebuah modul untuk layanan bimbingan adalah sebagai berikut :

1. Modul memuat rangkain kegiatan pelaksanaan bimbingan yang dirancang

secara sistematis

2. Di dalam sebuah modul terdapat tujuan bimbingan yang dirumuskan secara

spesifik (khusus dan jelas)

3. Modul memungkinkan siswa untuk belajar mandiri

4. Modul merupakan realisasi dari perbedaan individual.

c. Maksud dan Tujuan Modul

Menurut Nasution tujuan dari modul yaitu21 :

1) Membuka kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut kecepatan masing-masing. Dianggap siswa bahwa siswa tidak akan mencapai hasil yang sama dalam waktu yang sama dan tidak bersedia mempelajari sesuatu pada waktu yang sama.

2) Memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut cara masing-masing, oleh sebab mereka menggunakan teknik yang berbeda-beda untuk memecahkan masalah-masalah tertentu berdasarkan latar belakang pengetahuan dan kebiasaan masing-masing.

3) Memberikan pilihan dari sejumlah besar topik dalam rangka suatu mata pelajaran, mata kuliah, bidang studi atau disiplin bila kita anggap bahwa

20

Nana Sujana & Ahmad Rivai. (2007). Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Hlm. 133 21

(40)

pelajar tidak mempunyai pola minat yang sama atau motivasi yang sama untuk mencapai tujuan yang sama.

4) Memberi kesempatan pada siswa untuk mengenal kelebihan dan kekurangannya dan memperbaiki kelemahannya melalui modul remedial, ulangan-ulangan atau variasi dalam belajar.

Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai maksud dan tujuan

digunakannya modul adalah sebagai berikut22 :

Penggunaan modul dalam kegiatan belajar mengajar bertujuan agar tujuan pendidikan bisa dicapai secara efektif dan efisien. Para siswa dapat mengikuti program pengajaran sesuai dengan kecepatan dan kemampuan sendiri, lebih banyak belajar mandiri, dapat mengetahui hasil belajar sendiri, menekankan penguasaan bahan pelajaran secara optimal (mastery learning), yaitu dengan tingkat penguasaan 80%.

Berdasarkan kedua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

maksud dan tujuan modul sebagai layanan bimbingan adalah sebagai berikut :

1) Tujuan bimbingan dapat dicapai secara efektif dan efisien

2) Siswa dapat belajar mandiri

3) Siswa benar-benar menjadi titik pusat kegiatan belajar mengajar dan

bimbingan

4) Kemajuan siswa dapat diikuti dengan frekuensi yang lebih tinggi melalui

evaluasi yang dilakukan pada setiap modul berakhir

5) Modul disusun dengan berdasarkan konsep ”mastery learning” suatu konsep

yang menekankan bahwa siswa harus secara optimal menguasai bahan

pelajaran yang disajikan dalam modul itu.

22

(41)

d. Unsur-unsur yang Terdapat Dalam Modul

Menurut Nana Sujana dan Ahmad Rivai unsur-unsur sebuah modul adalah

sebagai berikut23 :

1) Pedoman Guru

Pedoman guru berisi petunjuk-petunjuk agar guru mengajar secara efisien

serta memberikan penjelasan kepada siswa mengenai jenis kegiatan,

waktu, alat yang digunakan dan petunjuk evaluasinya.

2) Lembaran Kegiatan Siswa

Memuat pelajaran-pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa, susunan materi

sesuai dengan tujuan instruksional yang akan dicapai, disusun langkah demi

langkah, sehingga memudahkan siswa dalam belajar. Dalam lembaran

kegiatan siswa ini tercantum kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan siswa.

3) Lembaran Kerja

Lembaran kerja ini menyertai lembaran kegiatan siswa, yang dipakai untuk

menjawab atau mengerjakan soal-soal, tugas atau masalah-masalah yang

harus dipecahkan.

4) Kunci Lembaran Kerja

Berfungsi untuk mengevaluasi atau mengoreksi sendiri hasil pekerjaan

siswa bila terdapat kekeliruan dalam pekerjaannya, siswa dapat meninjau

kembali pekerjaannya.

5) Lembaran Tes

Lembaran tes merupakan alat evaluasi untuk mengukur keberhasilan tujuan

yang telah dirumuskan.

23

(42)

6) Kunci lembaran Tes

Kunci lembaran tes merupakan alat koreksi terhadap penilaian yang akan

dilaksanakan oleh siswa sendiri.

e. Prosedur Penyusunan Modul

Menurut Nana Sujana dan Ahmad Rivai langkah-langkah dalam

menyusun modul adalah sebagai berikut24:

1) Menyusun kerangka modul

a) Menetapkan atau merumuskan tujuan instruksional umum

b) Merinci tujuan instruksional umum menjadi tujuan instruksional khusus

c) Menyusun butir-butir evaluasi

d) Mengidentifikasi pokok-pokok materi pelajaran sesuai dengan tujuan

khusus

e) Menyusun pokok-pokok materi dalam urutan yang logis

f) Menyusun langkah-langkah kegiatan belajar siswa

g) Memeriksa langkah-langkah kegiatan belajar untuk mencapai semua

tujuan

h) Mengidentifikasi alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan belajar

dengan modul tersebut.

2) Menulis program secara rinci meliputi :

a) Pembuatan petunjuk guru

b) Lembaran kegiatan siswa

c) Lembar kerja siswa

d) Lembar jawaban

24

(43)

e) Lembar tes

f) Lembar jawabab tes.

Setelah peneliti mengkaji pendapat para ahli, mengenal langkah-langkah

penyusunan modul di atas, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa

langkah-langkah menyusun modul sebagai modul bimbingan pribadi tentang reproduksi

sehat adalah sebagai berikut : a) merumuskan tujuan modul, b) menyusun

petunjuk penggunaan modul, c) menyusun materi modul, dan d) membuat lembar

evaluasi.

f. Penyusunan Garis Besar Modul

Komponen-komponen garis-garis besar isi modul tersebut adalah sebagai

berikut25 :

1) Judul

Yang dimaksud dengan “judul atau topik” dalam hal ini adalah

judul progran media pembelajaran yang akan dikembangkan.

2) Pokok bahasan atau sub pokok bahasan

Pokok atau sub pokok bahasan yang menjadi fokus materi

pembelajaran haruslah dirumuskan secara singkat dan jelas serta

mencerminkan materi yang akan dikemas. Untuk suatu topik atau judul

satuan bahan pembelajaran dapat saja mencakup satu atau lebih pokok

atau sub pokok bahasan. Tidak ada patokan yang kaku. Perumusan ini

dapat bersifat tematik atau frasa.

3) Tujuan pembelajaran

25

(44)

Tujuan pembelajaran ini menjadi pedoman atau arah bagi penulisan

bahan belajar modul. Tujuan pembelajaran dapat dibagi menjadi : a. tujuan

pembelajaran umum, dan b. tujuan pembelajaran khusus.

Berdasarkan tujuan pembelajaraan yang ada, penulis modul dapat

mempertimbangkan seberapa dalam dan seberapa luas materi pembelajaran

yang akan diuraikan didalam modul yang akan ditulisnya.

4) Pokok-pokok materi

Pokok-pokok materi yang dirumuskan didalam garis-garis besar isi

modul akan digunakan penulis modul sebagai landasan untuk menjabarkan

materi modul secara rinci. Sehubungan dengan hal itu, sebaiknya perumusan

pokok-pokok materi modul didalam garis-garis besar isi modul dilakukan

dengan menggunakan pendekatan pada tujuan pembelajaran khusus yang

telah ditetapkan. Artinya setiap pembelajaran khusus yang ada dimulai dari

tujuan khusus yang pertama diidentifikasi dulu secara tuntas apa yang

menjadi pokok-pokok materi.

5) Penilaian

Informasi yang dicantumkan dalam penilaian, akan memberikan

gambaran pada penulis modul tentang bentuk dan butir-butir penilaian yang

perlu dikembangkan penulis.

6) Kepustakaan

Untuk menghasilkan garis-garis besar isi modul tentut menuntut kita

mencari bahan-bahan kepustakaan yang relevan dan substansi yang akan

(45)

Tidak hanya bahan-bahan kepustakaan yang kita gunakan menyusun

garis-garis besar isi modul saja yang diperlukan dicantumkan atau dituliskan tetapi

juga termasuk bahan-bahan kepustakaan yang menurut kita perlu dipelajari

oleh penulis modul dan media lain atau oleh pengembang butir-butir tes

penilaian.

Bahan kepustakaan ini tidak terbatas hanya bahan cetak saja tetapi

juga yang berupa media non cetak. Dalam kaitan ini perlu disebutkan judul

program, institusi yang memproduksi, lama putar dan harganya serta tempat

dimana media non cetak ini dapat dengan mudah diperoleh.

2. Modul sebagai Media Layanan Bimbingan Bagi Siswa

Media pendidikan adalah segala wujud yang dapat dipakai sebagai sumber

belajar yang dapat merangsang pikiran, perasan, perhatian, dan kemauan sehingga

mendorong terjadinya proses belajar mengajar ketingkat yang lebih efektif dan

efisien.

Adapun salah satu alat mengajar atau bagian dari media pendidikan adalah

modul. Modul adalah suatu uraian materi yang lengkap, jelas dan dilengkapi dengan

tujuan pengajaran yang jelas dan khusus, serta umpan balik yang disusun untuk

membantu guru BK dalam menyampaikan informasi kepada siswa sebagai bentuk

layanan bimbingan untuk mencapai tujuan belajarnya.

Penting kiranya dilakukan penyampaian informasi mengenai reproduksi sehat

ini melalui modul oleh guru BK untuk siswa sebagai remaja. Agar penyampaian

informasi lebih mudah dan siswa sebagai remaja lebih mudah memahami materi

(46)

C. Pengembangan Modul Tentang Reproduksi Sehat Sebagai Media Layanan Bimbingan Pribadi

1. Modul Sebagai Media Layanan Bimbingan Pribadi Bagi Siswa

Dalam penelitian pengembangan ini, peneliti berusaha untuk mengembangkan

media sebagai alat bantu dalam pelaksanaan bimbingan pribadi yang berbentuk

modul reproduksi sehat bagi siswa SMA kelas X. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia pengembangan diartikan sebagai suatu proses, cara perbuatan

mengembangkan modul, seperti telah dibahas diawal diartikan sebagai suatu unit

program terkecil dan berisi rangkaian kegiatan belajar yang didesain secara khusus

agar memungkinkan siswa dapat belajar mandiri dalam mencapai tujuan-tujuan

belajar.

Berdasarkan makna istilah pengembangan dan modul tersebut di atas,

maka pengembangan modul bimbingan pribadi tentang reproduksi sehat ini dapat

merupakan sebagai proses kegiatan mengembangkan unit terkecil dan berisi

rangkaian kegiatan bimbingan yang didesain secara khusus agar memungkinkan

siswa dapat memahami dan mengerti tentang pertumbuhan dan perkembangan

remaja, sistem reproduksi, perkembangan seksualitas remaja dan resiko perilaku

seksual remaja. Dalam hal ini proses kegiatan yang dimaksud adalah dengan

melakukan beberapa uji coba dan revisi sehingga menghasilkan suatu modul

bimbingan pribadi tentang reproduksi sehat yang baik dan layak.

Modul yang akan peneliti kembangkan dalam penelitian ini adalah modul

yang nantinya berisikan materi-materi mengenai reproduksi sehat yang harus

(47)

isi layanan bimbingan pribadi untuk kelas X point ketiga yaitu memahami

perkembangan psikoseksual yang sehat. Pemberian modul bimbingan pribadi dikelas

X diharapkan dapat menjadi dasar materi bagi kelanjutan pemberian modul

bimbingan pribadi dikelas XI dan XII.

Pengembangan modul reproduksi sehat bagi siswa SMA kelas X ini

diharapkan dapat menjadi dasar pemberian materi. Peneliti memilih materi mengenai

reproduksi sehat karena pemahaman siswa SMA mengenai reproduksi sehat sangat

penting dalam mempersiapkan dan menjaga diri dari ancaman pergaulan bebas.

Adanya keterbatasan dalam hal biaya, waktu serta kemampuan dari peneliti

sendiri, maka peneliti hanya mengambil beberapa materi yang akan digunakan

sebagai bahan materi untuk pengembangan modul ini. Berikut ini akan peneliti

jabarkan mengenai penyusunan modul reproduksi sehat bagi siswa SMA kelas X :

a. Halaman judul

b. Kata pengantar

c. Tujuan pembelajaran

d. Daftar isi

e. Pendahuluan

f. Materi modul

Kegiatan layanan I: Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja

1) Tujuan bimbingan

2) Lembar materi/bacaan tentang tumbuh kembang remaja, dan masa pubertas

3) Latihan

(48)

Kegiatan layanan 2 : Sistem Reproduksi

1) Tujuan bimbingan

2) Lembar materi/ bacaan tentang alat reproduksi, permasalahan alat-alat

reproduksi, pemeliharan alat-alat reproduksi

3) Latihan

4) Lembar evaluasi

Kegiatan layanan 3. Perkembangan Seksualitas Remaja

1) Tujuan bimbingan

2) Lembar materi/bacaan, terdiri dari : perilaku seksual remaja, cara-cara yang

biasa dilakukan orang dalam mengatasi dorongan seksual, faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku seksual remaja, pengertian perilaku sehat &

bertanggung jawab, dan dampak aktivitas 8 perilaku seksual remaja, cara yang

dilakukan remaja untuk mengatasi masalah psikoseksual.

3) Latihan

4) Lembar evaluasi

Kegiatan layanan 4 . Resiko Perilaku Seksual Remaja

1) Tujuan bimbingan

2) Lembar materi/bacaan tentang secara medis terdiri dari kehamilan tidak

dikehendaki, aborsi, penyakit menular seksual, infertilitas atau kemandulan,

kanker leher rahim, secara psikologis dan sosial

3) Latihan

4) Lembar evaluasi

(49)

2. Manfaat Pengembangan Modul Bimbingan Pribadi Tentang Reproduksi Sehat Bagi Siswa dan Guru

Banyak pihak yang nantinya akan merasakan dampak dan manfaat adanya

pengembangan modul bimbingan pribadi tentang reproduksi sehat ini. Dan dengan

adanya pengembangan modul ini dapat dirasakan manfaatnya oleh siswa dan guru.

Antara lain:

a. Bagi pembimbing/guru BK, dapat menggunakan manfaat dari hasil produk

pengembangan modul dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling

terutama bidang bimbingan pribadi

b. Bagi siswa, akan adanya pemahaman bagi siswa tentang pentingnya layanan

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Model Penelitian Pengembangan

Model pengembangan modul pada mata pelajaran Bimbingan Konseling ini

mengadopsi dari model pengembang merujuk pada langkah-langkah yang

digambarkan dalam bentuk Borg and Gall oleh Sugiyono. Adapun proses model

pengembangan Borg and Gall, antar lain: (1) Potensi dan masalah, (2)

Pengumpulan data, (3) Desain produk, (4) Validasi desain, (5) Revisi desain, (6)

Uji coba produk, (7) Revisi produk, (8) Uji coba pemakaian, (9) Revisi produk,

(10) Produksi masal. Bila langkah-langkah tersebut digambarkan dalam bentuk

flow chart maka akan diperoleh pengembangan sebagai berikut:

p

X

Gambar 1. Langkah-Langkah Tahapan Penelitian Pengembangan Model Borg and Gall1

B. Prosedur Penelitian Pengembangan

Nana Syaodih Sukmadinata. (2013). Metode Penelitia Pendidikan. Bandung: remaja rosdakarya. Hlm. 164

(51)

3. Pengembangan Materi.

4. Desain Produk.

5. Pengembangan Instrumen validasi.

6. Produksi

7. Validasi

8. Uji coba produk

9. Revisi

10. Produksi Masal.

Uraian tentang langkah-langkah di atas adalah:

1. Identifikasi Potensi dan Masalah.

Identifikasi merupakan kegiatan awal yang harus dilakukan sebelum

melakukan kegiatan produksi. Langkah awal yang dilakukan adalah observasi

tujuan untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran nyata mengenai media

yang selama ini dipakai dalam proses pembelajaran sehari-hari khususnya pada

mata pelajaran Bimbingan Konseling bidang layanan pribadi tentang

memahami perkembangan psikoseksual yang sehat pada materi layanan

bimbingan pribadi kelas X sehingga pengembang dapat mengetahui media

yang tepat untuk dikembangkan dalam proses belajar sehingga mencapai

keefektifan dalam belajar.

Hasil wawancara yang di dapat dari SMAN 1 Parengan Tuban yakni

guru BK melakukan proses pembelajaran bidang layanan bimbingan pribadi

point ke 3 di kelas X dengan bekerja sama dengan puskesmas daerah setempat

untuk memberikan ajaran pengetahuan tentang reproduksi sehat pada siswa.

Sedangkan secara psikologis siswa akan lebih terbuka dan merasa lebih aman

dan nyaman ketika pengetahuan akan hal yang sentimentil disampaikan oleh

(52)

sehingga dari sini dapat dilihat bahwa guru dan siswa membutuhkan alternatif

lain agar materi dalam layanan bimbingan pribadi ini dapat tersampaikan

dengan baik dan tertanam dalam diri siswa.

2. Perumusan Tujuan Pembelajaran.

Tujuan merupakan dasar acuan bagi kita untuk melakukan sesuatu.

Tujuan dapat memberi arah kepada tindakan yang baru dilakukan. Tujuan

pembelajaran dalam pengembangan modul bimbingan pribadi ini siswa di

harapkan ;

Tujuan pembelajaran umum :

1. Memahami masalah reproduksi sehat pada remaja

2. Memiliki sikap dan perilaku sehat serta bertanggung jawab bagi diri dan

orang lain

3. Bijak dan terampil dalam mengambil keputusan yang tepat dan baik bagi

diri dan lingkungan sosialnya.

Tujuan pembelajaran khusus :

1. Terampil dalam mengahadapi masa tumbuh kembang dan masa pubertas

2. Menjelaskan sistem reproduksi, alat reproduksi, permasalahan alat

reproduksi, dan pemeliharaan alat reproduksi

3. Memahami perkembangan seksualitas remaja, perilaku seksual remaja,

dan dampaknya

4. Membangun perilaku sehat dan bertanggung jawab

5. Menjelaskan dan memahami resiko perilaku seksual remaja.

3. Perumusan Materi

Isi pembelajaran yang akan diajarkan untuk siswa kelas X SMAN 1

Parengan Tuban mengacu pada materi layanan konseling pribadi point ke 3,

Gambar

Gambar 1. Langkah-Langkah Tahapan Penelitian Pengembangan Model Borg and Gall1
Gambar 3. Desain Tampilan Daftar Isi
Gambar 4. Desain Tampilan tujuan pembelajaran
Tabel 1. Subjek Uji Coba.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan komik tentang need for power sebagai media layanan bimbingan pribadi bagi siswa kelas VII SMP N 1 Yogyakarta4. Penelitian ini

Kebutuhan Siswa akan Layanan Bimbingan dan Konseling Kebutuhan Siswa sebagai peserta didik.. Layanan Bimbingan dan konseling pribadi

Guru SD harus memiliki kemampuan memberikan layanan bimbingan di sekolah, yang mencakup bimbingan pribadi/ sosial/ belajar/ karir, dalam rangka membantu tugas

1 Pendahuluan Guru SD harus memiliki kemampuan memberikan layanan bimbingan di sekolah, yang mencakup bidang bimbingan pribadi/sosial/belajar/karir dalam rangka

Penelitian ini bertujuan menghasilkan desain system Informasi Bimbingan Konseling berbasis Intrumentasi Pemetaan Layanan dan Potensi Qur’an (IPLP-Q) bagi Siswa SMA

Menurut Gysbers dan Henderson (2012) bimbingan klasikal merupakan salah satu bentuk strategi yang diselenggarakan dalam layanan Dasar. Bimbingan klasikal merupakan

Penelitian ini bertujuan menghasilkan desain system Informasi Bimbingan Konseling berbasis Intrumentasi Pemetaan Layanan dan Potensi Qur’an (IPLP-Q) bagi Siswa SMA

permainan ranjau interaksi sosial berkategori sangat baik dan dinyatakan layak digunakan dalam layanan bimbingan kelompok. Sehingga dapat disimpulkan bahwa media