• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Plug-in Angklung dalam Software Kontakt 5.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Plug-in Angklung dalam Software Kontakt 5."

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

i

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Singgih Baruna 08208244005

JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

Suroso (Ayahanda) serta orang terkasih dan teman-teman yang senantiasa

(6)

vi

“Kehidupan Akhirat itu lebih baik dan kekal”

(7)

vii

sehingga karya tulis Skripsi yang dipenuhi sebagai syarat kelulusan program studi

S-1 dengan judul “Pengembangan Plug-in Angklung dalam Software Kontakt 5” ini dapat terselesaikan dengan baik

Proses penulisan ini dapat terealisasikan karena adanya peranan dari

berbagai pihak, baik itu berupa sumbangan pikiran, waktu, maupun tenaga. Oleh

karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih secara mendalam kepada

beberapa pihak yang telah berperan dalam penyelesaian Tugas Akhir Skripsi ini,

yaitu kepada:

1. Dr. Hanna Sri Mudjilah, M. Pd. selaku Dosen Pembimbing I atas segala

perhatian dalam bentuk waktu, nasehat, kritik, dan saran yang sangat

berguna dalam penyusunan skripsi ini;

2. Agus Untung Yulianta, M. Pd. selaku Dosen Pembimbing II sekaligus

Dosen Pembimbing Akademik, yang telah meluangkan waktu dan

menyumbangkan ide, ilmu, serta wawasan dalam proses penulisan ini;

3. Dra. Heni Kusumawati, M.Pd. sebagai penguji validitas instrumen

penelitian;

4. Dr. Ismet Ruchimat, sebagai “ahli angklung” atas koreksi dan saran untuk

produk plug-in angklung yang dikembangkan;

5. Putranto Aditomo sebagai “ahli musik digital” untuk kritik yang diberikan

mengenai pengembangan plug-in angklung;

6. Seluruh responden, atas kesediaannya bekerjasama dan segala bantuan

yang diberikan; dan

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah

membantu dalam proses penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum mencapai hasil yang sempurna.

(8)
(9)

ix

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Pengembangan ... 8

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 8

G. Manfaat Pengembangan ... 10

H. Pentingnya Pengembangan ... 11

I. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan ... 11

J. Definisi Istilah ... 12

BAB II KAJIAN TEORI ... 14

A. Diskripsi Teori ... 14

1. Plug-In ... 14

2. Sampling dan Sampler ... 15

3. Kontakt 5 ... 22

4. Angklung ... 28

B. Kajian Penelitian yang Relevan ... 33

C. Pertanyaan Penelitian ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

(10)

x

A. Hasil Pengembangan ... 68

B. Revisi Produk ... 76

C. Hasi Uji Coba Produk ... 77

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 80

A. Kesimpulan Tentang Produk ... 80

B. Saran Pemanfaatan Produk ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 83

(11)

xi

Table 3. Angket ahli digitalrecording ... 50

Table 4. Angket responden ... 51

Tabel 5. Hasil angket penilaian ahli materi ... 73

Tabel 6. Hasil angket penilaian ahli digital recording ... 75

(12)

xii

Gambar 2. Info pane ... 24

Gambar 3. Knobs ... 24

Gambar 4. Button ... 25

Gambar 5. Dreop-Down Menu ... 25

Gambar 6. Scroll Bars ... 26

Gambar 7. Value Fields ... 26

Gambar 8. Tampilan Software Kontakt 5 ... 27

Gambar 9. Angklung ... 29

Gambar 10. Skema Prosedur Pengembangan Borg & Gall ... 37

Gambar 11. Langkah-langkah Penelitian Research & Development ... 38

Gambar 12. Model pengembangan Plug-in Angklung ... 39

Gambar 13. Signal Chain ... 52

Gambar 14. Mikrofon Condenser AKG Perception 220 ... 54

Gambar 15. Audio Interface Focusrite Scarlette 2i4 ... 55

Gambar 16. Posisi Mikrofon ... 57

Gambar 17. Data Suara Angklung Orkestra dalam Cubase 5 ... 59

Gambar 18. Data Suara Angklung Staccatto dalam Cubase 5 ... 60

Gambar 19. Data Suara Angklung Crescendo dalam Cubase 5... 60

Gambar 20. Data Suara Angklung ArtFill dalam Cubase 5 ... 61

Gambar 21. Data Suara Angklung Bass dalam Cubase 5 ... 61

Gambar 22. Import File to Zone ... 63

Gambar 23. Tampilan Pilihan Plug-in Angklung ... 64

Gambar 24. Folder FilePlug-in Angklung ... 66

Gambar 25. Tampilan Browser dalam Kontakt5... 66

Gambar 26. Tuts Piano Virtual dalam Kontakt ... 67

Gambar 27. Review Audio oleh Ahli Audio ... 70

Gambar 28. Range Penilaian dari Ahli Angklung ... 74

Gambar 29. Range Penilaian dari Ahli Digital Recording ... 75

(13)

xiii

Gambar 35. Angklung Crescendo ... 90

Gambar 36. Angklung Delay ... 90

Gambar 37. Angklung Orkestra ... 91

Gambar 38. Persiapan merekam angklung... 108

Gambar 39. Alat merekam angklung ... 108

Gambar 40. Proses merekam angklung ... 109

Gambar 41. Proses review audio oleh ahli audio ... 109

Gambar 42. Validasi produk oleh Dr. Ismet Ruchimat sebagai ahli materi ... 110

Gambar 43. Validasi produk oleh Putranto Aditomo sebagai ahli digital recording 110 Gambar 44. Validasi produk oleh Putranto Aditomo sebagai ahli digital recording 111 Gambar 45. Uji Coba kepada responden... 111

(14)

xiv

Lampiran II. Instrumen penelitian... 92

Lampiran III. Lembar perizinan ... 104

(15)

xv

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (1) menghasilkan sebuah produk berupa plug-in angklung dalam software Kontakt 5 yang tervalidasi dalam membantu para musisi dalam hal memenuhi kebutuhan rekaman (recording); (2) mengetahui kelayakan produk plug-in angklung untuk digunakan para musisi digital recording.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (research and development atau R&D). Proses penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu (1) Potensi Masalah; (2) Pengumpulan Data; (3) Desain Draft Produk; (4) Validasi Desain; (5) Revisi Desain dan (6) Uji Coba Produk. Tahap validasi desain dilakukan oleh 3 (tiga) orang ahli dalam bidang audio, materi (angklung), rekaman (recording). Subjek uji coba dilakukan terhadap musisi yang berkecimpung dalam dunia digital recording di daerah Yogyakarta yang berjumlah 30 orang. Instrumen penelitian yang digunakan berupa angket yang terdiri atas angket untuk ahli angklung, ahli digital recording dan 30 orang musisi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis statistik deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini berbentuk plug-in yang hanya berjalan dengan adanya software Kontakt 5. Produk plug-in angklung ini memiliki (angklung solo, angklung crescendo, angklung orkestra, angklung attack, angklung staccato, angklung delay dan angklung artfill). Pilihan suara yang berkapasitas total 1.99GB; (2) Data hasil penilaian dari para ahli disimpulkan bahwa produk plug-in angklung layak digunakan di lapangan. Uji coba terhadap 30 responden menunjukkan produk plug-in angklung layak digunakan untuk kebutuhan rekaman (recording). Hal itu ditunjukkan dengan hasil angket yang dilakukan terhadap 30 responden, dengan presentasi 89,75% dan hasilnya masuk dalam kategori layak atau baik karena berada di antara kategori setuju dan sangat setuju.

(16)

1

A. Latar Belakang Masalah

Angklung merupakan salah satu alat musik bambu yang berkembang

pesat di Jawa Barat. Dalam perkembangannya, angklung telah menjadi

kebanggaan Bangsa Indonesia sejak ditetapkannya angklung sebagai alat

pendidikan musik melalui surat keputusan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan No. 082/1968 pada tanggal 23 Agustus 1968. Bahkan UNESCO

telah mengumumkan melalui nomination file no. 00393 for inscription on the

representative list of the intangible cultural heritage in 2010, bahwa : pada

tanggal 16 November 2010 melalui pengesahan UNESCO dalam sidang ke-5

di Nairobi, Kenya, angklung telah diakui dunia sebagai “Representative List of

the Intangible Cultural Heritage of Humanity” (Daftar Representatif Budaya

Tak Benda Warisan Manusia). Hal ini tidak lepas dari peranan bapak Daeng

Soetigna yang telah berhasil mengembangkan angklung buhun (pentatonik

salendro), menjadi angklung yang bernada diatonis kromatis. Serta

pihak-pihak lain yang terus berjuang untuk melestarikan dan mempromosikan

angklung.

Ketetapan UNESCO yang menjadikan angklung sebagai warisan

budaya tak benda Indonesia, tentu saja memiliki syarat ketentuan yang harus

dipenuhi oleh Indonesia. Salah satunya adalah Angklung harus

(17)

angklung oleh UNESCO. Inilah yang menjadi tugas bangsa Indonesia, untuk

lebih mencintai, melestarikan, bahkan mengembangkan kesenian angklung

agar tidak kalah dengan keberadaan musik pop sekarang ini.

Sebagai alat musik tradisional, angklung merupakan kebanggaan

bangsa Indonesia yang mulai mendapat sorotan dunia Internasional, namun

banyak masyarakat umum belum dapat mengapresiasi dengan baik kesenian

angklung. Kondisi organologi angklung dirasa belum praktis untuk kebutuhan

pertunjukan maupun recording. Untuk memainkan satu oktaf (do, re, mi, fa,

sol, la, si, do), angklung membutuhkan sebuah kelompok dengan jumlah

maksimal delapan orang. Hal ini dikarenakan setiap orang hanya dapat

membunyikan satu buah angklung yang berarti satu nada, tetapi pada tingkat

yang sudah mahir setiap orang bisa membunyikan sampai tiga buah angklung.

Satu set angklung Pa Daeng ini memiliki jangkauan dua setengah oktaf yang

berisi tiga puluh nada kromatis. Hal ini menyebabkan jumlah pemain yang

diperlukan untuk memainkan angklung Pa Daeng mencapai lebih dari lima

belas orang. Dalam perkembangannya, satu set angklung ini sudah dapat

dimainkan oleh satu orang dengan bantuan satu buah stand angklung. Akan

tetapi, tetap saja memerlukan ruang yang cukup besar.

Untuk keperluan pertunjukan maupun recording, proses miking

(pengambilan suara angklung dengan microphone) harus dilakukan dengan

baik. Ruang akustik angklung yang terpisah memerlukan teknik miking yang

(18)

proses balancing yang harus dilakukan jika angklung dikolaborasikan dengan

alat musik modern yang sudah memiliki perangkat pengeras suara.

Perkembangan musik di era sekarang ini sangat dipengaruhi oleh

perkembangan teknologi. Salah satu contoh yang paling mudah ditemukan

adalah alat musik elektrik. Kemudahan dan kelebihan akan fasilitas ini

semakin menjadikan alat musik elektrik sangat popular, sedangkan alat musik

tradisional dengan keterbatasannya harus tetap ada dalam perannya sebagai

identitas sebuah bangsa.

Banyak cara telah dilakukan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap

kesenian tradisional terutama angklung. Berbagai upaya telah dilakukan guna

menarik masyarakat untuk mengapresiasi kesenian angklung ini. Kolaborasi

antara angklung dan alat musik modern seperti drum dan alat musik elektrik

merupakan salah satu cara menarik apresiasi dengan menunjukkan sesuatu

yang berbeda. Dengan kekurangan yang dimiliki angklung, kolaborasi

keduanya akan memunculkan permasalahan-permasalahan yang harus

dihadapi pelaku seni maupun produser seni.

Perkembangan teknologi saat ini telah membantu untuk mengatasi

permasalahan-permasalahan tersebut. Upaya untuk mengemas angklung agar

dapat dinikmati oleh kalangan luas banyak dilakukan dengan bantuan

teknologi. Dengan teknologi yang serba canggih, kini angklung dapat masuk

di berbagai jalur musik. Sekarang ini teknologi menjadi bagian penting dalam

(19)

Menurut Miarso (2007:62) teknologi adalah proses yang meningkatkan

nilai tambah, proses tersebut menggunakan atau menghasilkan suatu produk ,

produk yang dihasilkan tidak terpisah dari produk lain yang telah ada, dan

karena itu menjadi bagian integral dari suatu sistem. Dalam dunia musik,

perkembangan teknologi telah memunculkan cara baru sebagai alternatif

untuk membantu orang-orang yang bekerja dalam bidang musik. Salah satu

teknologi yang dianggap sebagai penemuan besar adalah ditemukannya alat

yang dapat merubah data audio analog menjadi data audio digital. Hal ini

menyebabkan data audio yang berupa data analog dapat diproses oleh

komputer dalam bentuk data digital. Sejak itu ahli komputer telah

mengembangkan Sampler yang awalnya berupa hardware menjadi Sampler

dalam bentuk software.

Sampler sendiri digunakan untuk menirukan sumber suara dengan

hasil yang sangat realistis. Saat ini software sampler telah digunakan untuk

keperluan rekaman maupun pertunjukan. Software ini memudahkan para

musisi untuk memainkan berbagai suara alat musik tanpa memiliki atau

memainkan alat yang sesungguhnya. Dengan memanfaatkan teknologi MIDI

(Musical Instrument Digital Interface), sampler dapat dimainkan

menggunakan berbagai jenis MIDI controller, seperti MIDI keyboard dan

Drum Pad.

Softwaresampler telah menjadi alternatif para musisi untuk membantu

musisi dalam melakukan pekerjaannya. Salah satu software sampler yang

(20)

(perpustakaan sampling suara) dari berbagai alat musik di dunia. Walaupun

begitu produsen lain juga menawarkan produk berupa sampling audio

Libraries atau disebut plug-in instrument. Disebut plug-in karena suara

instrumen dapat dimasukkan ke dalam software sampler untuk melengkapi

pilihan instrumen musik yang belum ada di dalam sofware sampler. Akan

tetapi dari berbagai pilihan yang ada, masih sangat jarang ditemukan plug-in

dengansuara angklung.

Penelitian ini berawal dari penulis yang latar belakangnya merupakan

pelaku seni yang berkecimpung di dunia angklung yang merasakan kondisi

langsung dari permasalahan tersebut. Dalam upaya mencari produk-produk

angklung untuk kebutuhan recording, pencarian data dan sumber dilakukan

melalui sebuah forum diskusi online milik Agus Hardiman yang di dalamnya

terdapat anggota-anggota pelaku audio recording dari seluruh penjuru

Indonesia. Data dari forum diskusi di beberapa website menunjukan

permintaan plug-in angklung untuk kebutuhan recording banyak ditemukan.

Sampai kemudian Agus Hardiman mengeluarkan produk plug-in angklung

gratis yang dalam waktu singkat menarik perhatian pelaku musik digital. Hal

ini dapat dilihat dengan parameter banyaknya musik yang diunggah di internet

yang mengikut sertakan plug-in angklung milik Agus Hardiman.

Agus Hardiman adalah music producer, arranger, audio enginer,

audio lecture, sound designer, book author dan music technology advisor.

Beliau memiliki beberapa perusahaan rekaman dan sekolah audiodigital serta

(21)

Monica dan Andra and The Backbone. Beliau juga beberapa kali mendapatkan

penghargaan salah satunya “The Best Music Producer Of The Year” of

„Bukan Milikmu Lagi‟ Agnes Monica, Anugrah Musik Indonesia (AMI)

Award 2006.

Produk plug-in angklung yang sudah ada pada saat ini, dapat dijadikan

sebagai alternatif oleh para musisi untuk dapat berkarya dengan alat musik

tradisional Indonesia. Khususnya bagi orang-orang yang ingin melestarikan

angklung sebagai upaya mempopulerkan angklung. Akan tetapi masih banyak

variasi suara angklung yang dapat dimainkan dengan berbagai teknik dan

berbagai format permainan angklung yang belum dimasukkan ke dalam

Sampling audioLibraries atau plug-in angklung yang telah beredar. Dinamik,

artikulasi dan format permainan angklung akan menghasilkan suara yang

berbeda-beda. Contohnya suara angklung dengan menggunakan teknik

staccato akan berbeda dengan suara angklung dengan menggunakan teknik

crescendo, begitu juga suara angklung dalam format angklung tunggal akan

berbeda dengan suara angklung dalam format orkestra. Terlebih lagi suara

angklung dapat dijadikan suara yang lebih bervariasi dengan memasukkan

efek-efek pengolah data suara. Hal inilah yang belum ada pada beberapa

produk plug-in angklung yang ada termasuk milik Agus Hardiman.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis bermaksud untuk

melakukan penelitian mengenai pengembangan plug-in angklung dengan

menggunakan program Kontakt 5. Penelitian ini bukan penelitian

(22)

dalam Kontakt 5 yang akan menambah fungsi dari Kontakt 5 itu sendiri, (yaitu

dengan menambah suara angklung sebagai plug-in dalam Kontakt 5).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasikan

beberapa masalah sebagai berikut :

1. Ketetapan UNESCO agar Indonesia dapat melestarikan dan

mensosialisasikan angklung secara menyeluruh dalam jangka waktu lima

tahun harus terpenuhi.

2. Angklung masih memiliki kekurangan dalam hal balancing ketika

dikolaborasikan dengan alat musik modern.

3. Angklung masih belum praktis dan efektif untuk kebutuhan rekaman

(recording) maupun pertunjukkan (performance).

4. Pemanfaatan Kontakt 5 sebagai pengembangan angklung virtual belum

maksimal, terutama untuk kebutuhan recording.

5. Plug-in angklung yang banyak beredar kurang memiliki variasi suara

angklung.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi, maka penelitian ini dibatasi

hanya pada angklung masih belum praktis dan efektif untuk kebutuhan rekaman

(recording) maupun pertunjukkan (performance), sehingga perlu dikembangkan

(23)

kelayakan dan keefektivan produk yang dihasilkan untuk kebutuhan rekaman

(recording).

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka permasalahan pada

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah mengembangkan sebuah plug-in angklung dalam software

Kontakt 5?

2. Bagaimanakah kelayakan dan keefektivan produk plug-in angklung yang

telah dibuat untuk kebutuhan rekaman (recording)?

E. Tujuan Pengembangan

Tujuan pengembangan ini adalah untuk menghasilkan sebuah produk

berupa plug-in angklung dalam software Kontakt 5. Produk yang telah

dihasilkan, diharapkan mampu membantu para musisi dalam hal memenuhi

kebutuhan rekaman (recording).

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Sesuai dengan tujuan pengembangan, produk yang dikembangkan

dalam penelitian ini berupa sebuah plug-in angklung yang berisikan tentang

tiruan bunyi angklung yang dapat digunakan untuk kebutuhan rekaman atau

pertunjukkan. Produk plug-in angklung ini memiliki beberapa jenis suara

(24)

crescendo (suara angklung yang mengeras), angklung orkestra (suara 3 set

angklung), angklung attack (suara angklung dengan aksen), angklung staccato

(suara angklung dengan teknik staccato), dan angklung artfill (suara angklung

yang dimainkan dengan cara-cara tertentu yang menghasilkan suara unik).

Produk yang dikembangkan adalah plug-in angklung dan untuk menunjang

produk yang dihasilkan maka perlu menggunakan perangkat keras (hardware)

dan perangkat lunak (software) berupa seperangkat komputer, MIDI keyboard,

speaker dan softwareKontakt 5.

1. Software (Perangkat Lunak)

Dalam merancang produk berupa plug-in Angklung memerlukan

software penunjang di antaranya:

a. Software untuk merekam dan mengolah suara angklung yaitu

Cubase 5

b. Software untuk memproses sampling suara yang telah direkam dan

dijadikan sebuah plug-in angklungyaitu KONTAKT 5.

2. Hardware (perangkat keras)

Aplikasi dapat dijalankan dengan baik jika ditunjang Hardware

sebagai berikut :

a. Pentium atau Athlon XP class running at 1.4 GHz or higher

b. Sistem operasi Microsoft Windows XP (SP2), Windows Vista, Windows

7 (32/64 Bit)

c. RAM minimal 1GB

(25)

e. Monitor berwarna (SVGA) dengan resolusi monitor 1074 X 768 Pixel

Berdasarkan latar belakang, fokus penelitian dan tujuan penelitian

tersebut, maka hasil pengembangan ini diharapkan memberikan manfaat baik

secara teoretis maupun secara praktis.

1. Secara Teoretis

Hasil pengembangan ini diharapkan berguna bagi pemikiran dan

pengembangan plug-in angklung dengan program KONTAKT 5 serta dapat

berguna untuk menambah khasanah pengembangan di Universitas Negeri

Yogyakarta.

2. Secara Praktis

Hasil pengembangan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

dalam hal plug-in angklung di Indonesia, serta memberikan kontribusi

kepada para musisi dalam menuangkan karya angklungnya.

Pengembangan ini dapat berupaya meningkatkan produktivitas dan

kreativitas musisi dengan inovasi penggunaan plug-in sebagai salah satu

(26)

H. Pentingnya Pengembangan

Pentingnya pengembangan produk plug-in angklung ini yaitu:

a. Angklung merupakan alat musik tradisional asli Indonesia yang perlu

dilestarikan dan dikembangkan kedalam bentuk yang lebih inovatif agar

dapat memenuhi kebutuhan masyarakat untuk berbagai kebutuhan.

b. Proses kreasi musik di jaman sekarang sudah mengalami berbagai

perkembangan. Para musisi dituntut untuk dapat melakukan proses kreasi

dalam berbagai kondisi, yang salah satunya yaitu melakukan proses kreasi

secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, adanya pengembangan plug-in

angklung mampu memudahkan musisi dalam melakukan proses kreasi

yang demikian.

c. Pengembangan plug-in angklung sebagai salah satu fasilitas alternatif

untuk membantu musisi, karena angklung masih dirasa belum praktis dan

efektif untuk kebutuhan rekaman (recording) maupun pertunjukkan

(performance).

I. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

Dalam uraian ini perlu dikemukakan beberapa asumsi dan keterbatasan

pengembangan. Adapun asumsi dan keterbatasan pengembangan adalah

sebagai berikut :

1. Asumsi

a. Menghasilkan produk plug-in angklung yang mampu memberi

(27)

b. Proses kreasi dapat dilakukan dengan lebih efektif dan kreatif karena

musisi dapat dengan mudah mengakses suara angklung untuk keperluan

karya mereka.

c. Memberi kesempatan masyarakat luas untuk dapat mengapresiasi karya

musik angklung dengan memberikan fasilitas plug-in angklung kepada

musisi untuk berkreasi.

2. Keterbatasan Pengembangan

Produk dari penelitian dan pengembangan ini memiliki

keterbatasan, antara lain:

a. Kurangnya tenaga ahli untuk mengembangkan produk yang

professional.

b. Kurangnnya fasilitas teknologi alat pengembangan produk plug-in

angklung.

J. Definisi Istilah

Agar terhindar dari kesalahpahaman dalam memahami penelitian ini

definisi-definisi terkait dengan penelitian akan dikemukakan sebagai

berikut:

1. Virtual Instrument

Virtual Instrument merupakan tiruan dari instrumen nyata yang

sesungguhnya, dan dikemas dalam bentuk software maupun hardware.

Virtual Instrumen berjalan dengan sistem operasi komputer, seperti

(28)

2. DAW (Digital Audio Workstation)

DAW merupakan software yang digunakan untuk recording

(rekaman). Software recording yang terkenal diantara adalah AbletonLive,

Cubase, Nuendo, Sonar dan N-Track. DAW yang digunakan dalam proses

pengembangan produk ini adalah CUBASE 5.

3. MIDI

David Miles Huber mengatakan, Musical Instrument Digital Interface

(MIDI) adalah bahasa komunikasi digital yang dapat diakses oleh beberapa

hardware dan software untuk berkomunikasi satu sama lain. Menurut

Milstead (2001: 109) MIDI merupakan protocol standar yang telah

digunakan sejak tahun 1983 sebagai bahasa yang digunakan untuk

berkomunikasi antara alat musik elektronik dengan alat musik elektronik

lainnya ataupun dengan perangkat komputer.

Komunikasi antara perangkat dapat terjadi apabila keduanya memiliki

fitur MIDI ini. Cara kerja MIDI ini adalah dengan mengirimkan perintah

dari perangkat ke perangkat lainnya melalui pesan digital (pesan kode

angka), yang dapat direspon sesuai dengan perintah yang dikirimkan.

Dalam hal ini MIDI dapat digunakan untuk pemicu diantaranya adalah

(29)

14

1. Plug-in

Plug-in adalah istilah yang sering digunakan dalam dunia

pemrograman, baik pemrograman software maupun website. Gallagher (1991:

159) menyatakan bahwa,

“Plug-in. A piece of software that requires a host program to operate and that extends the capabilities of the host. Audio/music plug-ins fall into three very broad categories: audio processors and effects, virtual (software) instruments, and MIDI data processors and effects.”

Sebuah plug-in adalah sebuah aplikasi yang menggunakan sumber

daya dari softwarelain sebagai “tuan rumah (host)”. Ini berarti bahwa plug-in

tidak memerlukan elemen antarmuka pengguna yang kompleks. Namun, harus

melakukan fungsi dasar tertentu agar suatu software host dapat memasukan

plug-in sebagai fungsi tambahan salah satu fiturnya. Plug-in berfungsi untuk

melengkapi fitur yang belum ada dalam software utama.

Pengertian plug-in menurut Purba (2006:55) adalah sebuah program,

biasanya berukuran kecil, dibuat untuk diintegrasikan pada aplikasi induk.

Fungsi plug-in adalah membuat fungsi tambahan yang tidak terdapat dalam

aplikasi. Contohnya, language-pack pada Winamp, yaitu untuk mengubah

bahasa teks yang ada pada Winamp.

Pengertian ini juga diperkuat oleh Sidik dan Husni bahwa plug-in

menyebutkan bahwa plug-in adalah adalah program tambahan yang disisipkan

(30)

kemampuan standar suatu browser web. Dari pengertian tersebut dapat

diartikan bahwa plug-in merupakan bagian dari software yang dapat dipasang

pada aplikasi induk untuk menambah kemampuan maupun fitur dalam

software induk.

Jenis-jenis pilihan suara angklung di dalam Kontakt 5 menurut

pengertian tersebut dapat dikatakan sebagai plug-in, karena suara angklung

yang sebelumnya tidak ada dalam Kontakt 5 sengaja dimasukkan ke dalam

Kontakt 5 untuk menjadi satu kesatuan dan menambah fitur suara yang belum

ada pada Kontakt 5. Suara sampling angklung tidak akan berjalan tanpa

adanya Kontakt 5 sebagai aplikasi induk. Plug-in dalam penelitian ini bekerja

di dalam software Kontakt 5 sebagai software induk.

2. Sampling dan Sampler

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat perubahan

besar dalam kehidupan manusia. Dalam bidang musik telah muncul berbagai

upaya dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi untuk produksi musik.

Sampling merupakan salah satu hasil teknologi yang dimanfaatkan di dunia

musik untuk memudahkan musisi untuk mengakses dan mengeksplorasi musik

mereka.

Sampling adalah proses perekaman sumber suara satu bagian pada satu

waktu, setiap bagian dari hasil sampling kemudian diimpor ke sampler (Sam

McGuire, Roy Pritts, 2008: 1). Sampler merupakan nama alat software yang

(31)

dan memproses data hasil sampling menjadi sebuah instrumen virtual untuk

dimainkan. Sebuah sampling alat musik dapat dimainkan dengan keyboard

controller.

Sampler digunakan untuk meniru sumber suara dengan potensi untuk

hasil yang sangat realistis. Menurut McGuire dan Roy Pritts (2008: 2), proses

sampling dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu:

a. Merekam data suara yang akan dibuat instrumen sampling. Data suara bisa

meliputi suara yang bersumber dari alat musik maupun suara manusia.

b. Data suara kemudian melakukan proses editing.

c. Hasil data sampling lalu dipetakan ke dalam sampler. Proses pemetaan

meliputi peletakan setiap hasil sampel ke zona yang tepat dan terhubung

dengan keyboard.

d. Terakhir, MIDI pad ataupun MIDI controller digunakan untuk memicu

data suara yang telah di masukan ke dalam sampler.

(32)

Sampler menggunakan bahasa komunikasi yang disebut MIDI. Hal ini

menyebabkan sampler dapat terhubung dengan keyboard controller, roda

modulasi, pitch bender, pedal volume, pedal sustain atau apapun yang bisa

mengirimkan sinyal MIDI untuk mengontrol langsung semua fitur yang ada

pada sampler. Bahkan dengan adanya bahasa MIDI di dalam sampler, kita

dapat mengubah permainan yang kita mainkan menjadi sebuah notasi balok.

Sampler biasanya terfokus pada satu kategori kelompok alat musik.

Contohnya seperti instrumen orkestra, paduan suara, alat tradisional hingga

alat combo seperti gitar elektrik dan bass elektrik. Ada juga sampler yang

memiliki campuran dari berbagai kategori alat musik yang berbeda.

Sampler terdiri atas dua macam, yaitu sampler hardware dan sampler

software. Hampir semua sampler memiliki fitur untuk dapat melakukan

sampling sesuai keinginan musisi, akan tetapi ada beberapa sampler yang

hanya terbatas untuk dimainkan dan tidak memiliki pilihan untuk digunakan

sebagai pembuatan sampling suara. Sampler biasanya memiliki suara bawaan

dari produsennya, tetapi untuk yang ingin memiliki suara yang lain bisa

membeli sound library yang mana merupakan produk dari produsen yang

sama. Kualitasnya juga berbeda, semakin baik kualitas suara sampling itu

semakin mahal harga yang harus dikeluarkan untuk memilikinya.

Menurut Mc.Guire dan Roy Pritts (2008), sampler memiliki fitur-fitur

(33)

a. Fitur pengeditan dasar

Bagian penting dari setiap sampler adalah data-data suara.

Data-data ini dapat direkam langsung ke sampler, atau bisa juga dengan cara

diimport (memasukan data suara ke dalam sampler) dari hasil rekaman

yang sudah ada di dalam hardisk. Sebelum proses lebih lanjut, yang perlu

diperhatikan adalah data suara yang akan melalui proses sampling harus

memiliki kualitas yang baik. Termasuk menghilangkan suara-suara yang

tidak diinginkan untuk masuk ke dalam sampler.

b. Mengedit panjang durasi dari setiap data-data suara

Panjang durasi data suara juga harus disesuaikan dengan

kebutuhan. Kebanyakan samplers, memungkinkan penggunanya untuk

mengubah panjang pendeknya durasi dari data-data suara tersebut. Tapi

sebagian sampler juga ada yang tidak memiliki fitur ini. Jadi penggunanya

harus menggunakan softwareaudio editor untuk mengganti proses ini.

c. Playback direction/ arah pemutaran

Pengeditan dasar juga termasuk menyesuaikan arah pemutarandari

data-data suara tersebut. Proses inilah yang dapat mengatur kearah mana

data suara itu diputar, maju atau mundur. Umumnya, arah pemutaran data

suara adalah maju dan mengakibatkan data suara yang dimainkan seperti

data suara yang asli. Data suara juga dapat dimainkan mundur, yang

membuat hasil yang sama sekali berbeda. Hal ini berguna sebagai efek

(34)

d. Control/ Kontrol volume

Mengatur tingkat volume setiap data suara adalah yang utama dari

fungsi editing. Sampler dapat meningkatkan atau menurunkan tingkat

volume data suara. Jika level data suara tersebut terlalu tinggi, maka akan

mengakibatkan kliping dan distorsi (kerusakan pada suara yang

mengakibatkan suara menjadi kotor).

e. Pitch shifting/ Pengaturan tinggi rendah nada

Samplers mampu menggeser tinggi rendah nada setiap data suara.

Sistem pergeseran pitch pada sampler-sampler kebanyakan masih

mengikuti sistem pergeseran analog, yaitu dimana data suara akan diputar

lebih cepat untuk menghasilkan nada yang lebih tinggi. Begitu pula

sebaliknya, data suara akan diputar lebih lambat untuk menghasilkan nada

yang lebih rendah. Hal ini membuat kualitas hasil sampling tidak

terdengar realistik, karena pergeseran pitch yang terlalu besar

menyebabkan perubahan jelas yang berpengaruh pada durasi dan

kecepatan data suara. Hal ini dapat diatasi dengan merekam setiap

data-data suara yang dibutuhkan. Sehingga mengurangi penggunaan pengaturan

pitch untuk merekayasa nada yang diinginkan.

f. Looping

Looping berfungsi mengulang sebagian atau seluruh bagian dari

setiap data-data suara. Dahulu, looping digunakan untuk mengatasi

(35)

suara panjang dan berkelanjutan memiliki ukuran data yang besar,

sehingga membutuhkan kapasitas ruang penyimpanan yang lebih besar.

Looping memutar data suara yang durasinya pendek dengan

mengulang-ulang agar menghasilkan suara dengan durasi yang lebih

panjang sesuai keinginan. Adanya looping ini dapat menghasilkan sampel

instrumen yang panjang namun kapasitas ruang penyimpanannya yang

kecil, contohnya suara string pada keyboard akan berbunyi pada saat

tombol keyboard ditekan, ketika tombol keyboard ditekan terus-menerus

tanpa berhenti maka suara string akan mengikuti dengan bunyi sesuai

berapa lama durasi tombol itu di tekan. Hal ini merupakan contoh

penggunaan looping, bahwa sebenarnya sumber suara string pada

keyboard hanya diulang-ulang dengan fitur looping ini, tapi pada saat ini

banyak sampler yang menggunakan data suara yang memang benar-benar

panjang dengan tujuan menghasilkan suara yang lebih realistik. Hal ini di

sebabkan karena jika diamati looping akan terdengar seperti mesin yang

mengulang-ulang suara. Apalagi jika suara asli yang diulang memiliki

durasi yang sangat pendek akan semakin mudah untuk mengetahui bahwa

intrumen yang dimainkan adalah hasil looping.

Looping juga bisa digunakan sebagai efek, dengan memberikan

irama yang menarik dan dapat juga untuk memperpanjang suara yang

(36)

g. Menggunakan GUI

Fitur sampler lain yang telah menjadi standar adalah digunakannya

graphic user interface (GUI) untuk mempermudah pengguna dalam

mengoperasikan sampler tersebut. Konsumen mengharapkan tampilan

grafis yang bersahabat untuk sebuah alat, walaupun dalam kaitannya

dengan sampler tidak ada hubungannya dengan suara yang dihasilkan.

Software Sampler modern kini bisa menarik data suara yang ada pada

audio track di dalam DAW (Digital Audio Workstation) dengan

menggunakan mouse ke dalam sampler. Hal ini merupakan sebuah

keuntungan yang besar dibandingkan dengan sistem sebelumnya, di mana

data audio dalam audio track DAW harus dieksport menjadi data WAV.

Kemudian data tersebut dapat diimport ke sampler.

h. Project Manager

Di samping GUI, sebuah project manager adalah salah satu fitur

yang menjadi pertimbangan dalam memilih sampler. Tidak semua sampler

memiliki project manager. Pekerja profesional yang memiliki data-data

yang sangat banyak, ini adalah fitur yang harus dipertimbangkan sebagai

sebuah prioritas. Sebuah project manager tidak hanya berupa daftar

sederhana dari data yang merupakan bagian dari setiap proyek. Project

manage juga mencakup tampilan semua data, fitur pencarian, daftar

informasi data dan penyimpanan. Inti dari fungsi project manage adalah

untuk membantu mengatur data-data dengan jumlah yang banyak. Untuk

(37)

yang digunakan lebih sedikit dan tidak memerlukan sistem manajemen

data.

Software sampler memiliki kinerja yang berbeda satu dengan yang

lainnya. Maka dari itu produsen software sampler biasanya mempublikasikan

minimum requirement/ permintaan minimal hardware yang akan digunakan

untuk mendukung software tersebut agar bisa berjalan dengan baik. Sebab

untuk software sampler dengan kualitas suara yang tinggi akan membutuhkan

lebih banyak memori baik random access memory (RAM) maupun memori

penyimpanan data dalam bentuk HardDrive.

Dalam penelitian ini software sampler yang dipakai adalah software

Kontakt 5.

3. Kontakt 5

Kontakt merupakan salah satu software sampling yang paling banyak

digunakan seperti dalam pernyataan Pejrolo (2011: 191) bahwa “Among the

most used software samplers are Kontakt by Native Instruments,…”. Kontakt

merupakan software sampling yang merupakan produk dari produsen yang

bernama Native Instrument. Angka 5 dalam “Kontakt 5” adalah sebuah nama

yang membedakan dari generasi sebelumnya yaitu Kontakt 4, Kontakt 3,

Kontakt 2 dan Kontakt. Seperti kebanyakan software buatan Native Instrumen,

software ini menawarkan lebih dari sekedar softwaresampling. Lebih tepatnya

disebut Kontakt karena sebagai alat untuk memanipulasi suara.

Kontakt telah menyediakan sound bank (kumpulan suara) instrumen

(38)

tersebut harus didapatkan dengan harga yang relatif sangat mahal, sesuai

dengan kualitas dan kelebihannya.

Menurut Native Instrument (2013: 17), Kontakt 5 merupakan program

yang dapat dioperasikan dengan dua cara, yaitu :

a. Stand-Alone Operation (berdiri sendiri)

Stand-Alone Operation” adalah ketika membuka aplikasi

Kontakt 5, Kontakt akan mulai sebagai program yang berdiri sendiri yang

menyediakan menu aplikasi sendiri, seperti aplikasi-aplikasi lain yang ada

pada komputer.

b. Plug-in Operation

Plug-in Opration” Kontakt dapat digunakan sebagai instrumen

virtual dalam Program DAW. Program DAW akan terhubung sebagai satu

kesatuan dengan Kontakt, dan dapat merekam MIDI track dengan suara

yang bersumber dari Kontakt. Track tersebut dapat ditambahkan berbagai

efek atau plug-in yang sudah ada di dalam DAW.

Software Kontak 5 dapat digunakan untuk kebutuhan recording

ataupun untuk kebutuhan live performance. Kontakt 5 dapat terhubung dengan

sebuah MIDI keyboard seperti kebanyakan software sampler. Dapat terhubung

dengan sebuah USB ataupun kabel MIDI in/out. Kontakt seperti keyboard

pada umumnya yang memiliki banyak pilihan suara, hanya saja Kontakt

merupakan software yang membutuhkan komputer dan MIDIcontroller untuk

(39)

Tampilan Kontakt 5 dirancang untuk memudahkan penggunanya untuk

mengoperasikan program Kontakt 5. Berikut adalah penjelasan dan fungsi dari

setiap unsur-unsur dasar tampilan yang akan ditemui di dalam Kontakt 5

menurut Native Instrument (2013: ), yaitu:

a. Info Pane

Info Pane adalah sebuah tampilan yang terletak di bagian bawah

jendela Kontakt, tepat di atas status bar paling bawah. Pengguna dapat

memilih tombol bertuliskan Info di bagian atas jendela untuk dapat

memunculkan atau menyembunyikan tampilan Info Pane. Info Pane akan

menampilkan bantuan dalam bentuk teks singkat tentang informasi suatu

bagian yang sedang ditunjuk oleh mouse. Bahasa Info Pane tersedia dalam

lima bahasa: Inggris , Jerman, Perancis , Spanyol dan Jepang.

Gambar 2. Info Pane (Sumber: Native Instrument, 2013)

b. Knobs

Knobs adalah elemen tampilan yang paling sering digunakan untuk

mengatur tombol-tombol numerik parameters. Knobs dirancang

menyerupai Knobs yang asli dengan cara penggunaanya diputar untuk

memilih suatu nilai tertentu.

Gambar 3. Knobs

(40)

c. Buttons

Buttons muncul diberbagai tampilan parameter yang dapat

dinyalakan (on) dan dimatikan (off). Keadaan saat tombol sedang on

ditandai dengan warna latar belakang yang lebih terang, dan keadaan off

ditandai dengan warna latar belakang lebih gelap.

Gambar 4. Button

(Sumber: Native Instrument, 2013)

d. Drop-Down menu

Menu ini digunakan untuk memilih suatu daftar nilai. Menu ini

mirip dengan tombol, tetapi disertai dengan ikon panah kecil di sisi kanan

tombol. Sebagian menu memiliki sub–menu, dengan meng-Klik Drop-Down Menu akan membuka Sub-Menu yang ditawarkan.

Gambar 5. Drop-Down menu (Sumber: Native Instrument, 2013)

e. Scroll Bars

Scroll Bar muncul di batas bawah atau kanan jendela Kontakt 5

yang digunakan untuk melihat bagian tampilan yang tidak terlihat dalam

(41)

juga dapat melakukan zoom in (diperbesar) dan zoom out (diperkecil), hal

ini ditandai dengan " + " dan " - " tombol di salah satu ujung scroll bars.

Gambar 6. Scroll Bars (Sumber: Native Instrument, 2013)

f. ValueFields

Value Fields sering muncul di tempat-tempat yang tidak

memungkinkan adanya ruang yang cukup untuk tombol-tombol atau

kontrol lainnya. Value Fields memiliki fungsi yang sama dengan knob

namun dengan cara operasi yang sedikit berbeda, yaitu dengan cara

mengubah nilai angka naik ataupun turun.

Gambar 7. Value Fields (Sumber: Native Instrument, 2013)

g. Saving and Loading Presets

Saving and Loading Presets berguna untuk memudahkan pengguna

membuka sebuah sebuah pengaturan Kontakt 5 yang dibutuhkan. Hal ini

akan menghemat waktu karena penggunanya tidak lagi mengatur ulang

(42)

Berikut ini adalah bagian-bagian utama yang terlihat pada tampilan

software Kontakt 5:

Gambar 8. Tampilan software Kontakt 5 (Sumber: Native Instrument, 2013)

Keterangan:

1) Control Panel Utama, menyediakan tombol menu utama. Seperti File,

Options dan Keys.

2) Browser (sebelah kiri tampilan Kontakt) menyediakan fungsi untuk

mengelola file-fileKontakt.

3) The Rack, bagian ini yang mempunyai bagian terluas dari tampilan

Kontakt. Di dalam gambar tersebut, Kontakt 5 sedang dalam modus

(43)

instrument rack yang setiap instrument rack ini memiliki suara atau

setting-an yang berbeda.

4) Instrument Rack, yaitu isi dari Multi Rack. Judul instrumen akan

ditampilkan pada ukuran tampilan normal, berisi nama instrumen dan

berbagai parameter, seperti saluran MIDI input, tingkat output, posisi

panning, dan tuning.

5) Instrument Rack yang telah diminimalkan untuk menghemat layar

space.

6) The Output, bagian ini menampilkan output masing-masing channel

dan setiap channel mempunyai empat Aux Channels.

7) The Info Pane, yang menampilkan beberapa penjelasan tentang file

instrumen yang sedang dipilih, dan penjelasan singkat tentang bagian

yang sedang ditunjuk oleh mouse.

8) The Status Bar, yang menampilkan status Kontakt 5 saat menjalankan

tugasnya.

4. Angklung

Angklung merupakan alat musik tradisional yang seluruh bagian

tubuhnya terbuat dari bambu. Asal-usul kata angklung menurut Ubun

(1994:58) berasal dari kata angka (nada) dan lung (patah/hilang), maka tidak

aneh apabila ketika mendengar bunyi dari alat musik angklung itu terdengar

seperti terpatah-patah. Karakter bunyi yang khas dari angklung adalah

(44)

pergolakan antara tabung-tabung bambu yang disusun secara vertikal dengan

tabung bambu yang yang dijadikan sebagai penopangnya. Sumber bunyi alat

musik ini terletak pada lubang tabung bambu yang telah diraut menyerong

pada bagian badannya.

Gambar 9. Angklung. (Sumber: Ageing Permana, 2012)

Angklung terdiri atas susunan dua tabung bambu dengan perbedaan

ukuran panjang yaitu tabung bambu panjang dan pendek. Tabung-tabung

tersebut disusun secara vertikal dengan arah lubang resonansi yang searah.

Dalam perkembangannya angklung dikembangkan dengan susunan hingga

tiga tabung bambu. Mengenai bentuk angklung ini J. Kunst dalam Daryana

(2007: 19) lebih detail mengungkapkan sebagai berikut :

(45)

Dari paparan tersebut dapat disimpulakan bahwa angklung di Jawa

Barat terdiri atas dua tabung dan tiga tabung, dan dibingkai sedemikian rupa

untuk menempat kan tabung-tabung angklung. Tabung tersebut terdiri atas

tabung besar dan tabung kecil yang mempunyai jarak interval satu oktaf.

Sumber bunyi dalam angklung yaitu tabung yang bergerak ke kanan dan

kekiri dalam sebuah bingkai yang digoyang-goyangkan (shake).

Belum ada sumber yang jelas mengenai kapan alat musik angklung

muncul. Namun Prier (1991: 18) menyatakan bahwa:

“Pada waktu orang hindu datang ke Jawa, mereka telah menemukan macam-macam alat musik. Dalam relief candi Borobudur terdapat alat musik lokal maupun alat musik yang di impor dari India yaitu gendang, termasuk gendang dari tanah dengan kulit hanya di satu sisi, kledi, suling,

angklung, alat tiup semacam hobo, xylophone (bentuknya setengah gambang setengah calung), sapek, sitar, harpa, dengan 10 dawai, lonceng dari perunggu dalam macam-macam ukuran, gong, saron dan bonang.”

Pada saat ini, sebagian besar kesenian angklung yang ada hanya

disajikan untuk kebutuhan hiburan saja. Padahal dimasa lalu angklung pernah

digunakan sebagai upacara ritual. Seperti yang dikatakan Masunah (2003: 2)

bahwa, musik angklung secara fungsional bergeser menjadi seni pertunjukan,

meskipun di beberapa tempat masih berfungsi sebagai bagian dari upacara.

Angklung juga kerap di hubungkan dengan kepercayaan masyarakat dan padi.

Ritual penanaman padi tersebut bertujuan untuk menghaturkan rasa syukur

dan menghargai sosok Nyi Pohaci Sanghyang Asri oleh masyarakat Kanékés

(golongan masyarakat Sunda), karena diyakini bahwa peranNya berpengaruh

pada kelangsungan daur hidup mereka. Wiramihardja (2010: 4) mengatakan

(46)

digunakan untuk upacara-upacara yang berhubungan dengan padi. Dari

pernyataan tersebut nampak bahwa adanya suatu transformasi yang terjadi

pada angklung dari berupa medium dalam suatu ritual penanaman padi hingga

menjadi alat musik pertunjukan.

Angklung merupakan alat musik perkusi bernada, yang dilihat dari

sumber bunyinya termasuk ke dalam jenis idiophone. Sachs, Mahillon dan

Horbostel dalam Banoe (2006: 61) menyatakan bahwa idiophone adalah jenis

alat musik yang sumber bunyinya dari sentuhan atas badan alat musik itu

sendiri. Menurut Kawit dalam Masunah (2003: 2), kesenian yang termasuk ke

dalam rumpun angklung di Jawa Barat berjumlah 21 jenis. Sampai saat ini

banyak ragam jenis angklung di Jawa Barat yang masih bertahan, namun

beberapa lainnya dalam kondisi hampir punah. Ragam jenis angklung yang

tersebar di Jawa Barat yang masih bertahan sampai saat ini diantaranya adalah

(47)

Tabel 1: Jenis-jenis angklung yang berkembang di Jawa barat

Jenis Angklung Tempat Peralatan Fungsi Ciri Musik

Angklung

Angklung secara umum terbagi menjadi dua menurut jenisnya yaitu

angklung buhun (tradisional) dan angklung Pa Daeng (modern). Dari sisi

bentuk, angklung Pa Daeng tidak ada perbedaan yang mendasar dengan

angklung buhun, hanya saja tangga nadanya berbeda. Angklung Pa Daeng

menggunakan tangga nada diatonis kromatis sedangkan angklung buhun

(48)

Angklung modern tersebut merupakan hasil inovasi dari Daeng

Soetigna (Pa Daeng) yang dikembangkan dengan bekal keilmuan musik

Baratnya. Dengan konsep angklung bertangga nada diatonis kromatis tersebut

membuat kiprah angklung menjadi semakin populer di khalayak umum,

karena menjadikannya dapat dimainkan oleh siapapun bahkan jangkauan

materi lagunya lebih luas. Alat musik sederhana ini tidak hanya popular di

Indonesia, melainkan juga di kalangan mancanegara. Di mancanegara,

angklung diterima dengan baik dan senang oleh banyak pihak. Atas prestasi

yang telah dirajut oleh angklung baik di aspek pertunjukan maupun

pendidikan, Pemerintah Indonesia menetapkan angklung sebagai alat musik

pendidikan. Hal tersebut dinyatakan pada tanggal 23 Agustus 1968 dalam SK

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Np.082/1986 yang ditandatangani oleh

Sekretaris Jenderal atas nama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

(Wiramihardja, 2010 : lampiran).

Dari keseluruhan jenis angklung yang ada, angklung Pa Daeng dipilih

sebagai fokus objek penelitian ini. Angklung Pa Daeng menjadi angklung

yang secara umum dapat dimainkan berbagai kalangan dan telah digemari

dimana-mana baik sebagai media pertunjukan maupun pendidikan.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang

dilakukan Nicolas Agung Pramudya (2013) dengan judul skripsi

(49)

media interaktif menggunakan macromedia direktor mx”. Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa aplikasi media pembelajaran interaktif dengan

materi Teknik Rekaman Musik Digital yang dihasilkan efektif dan dapat

membantu mahasiswa dalam pembelajaran teknik rekaman digital. Hal ini

ditunjukkan oleh hasil penelitian, yang menunjukkan 89,25% responden

mengatakan aplikasi media pembelajaran interaktif teknik rekaman musik

digital tersebut baik dan sangat membantu pengguna dalam proses

merekam sederhana secara digital. Penelitian tersebut relevan dengan

penelitian ini karena menghasilkan produk yang berhubungan dengan

dunia rekaman dan sama-sama memiliki tujuan berguna dan efektif bagi

pemakainya.

2. Penelitian kedua yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian

yang dilakukan oleh Aulia Annasaai (2014) dengan judul “Aplikasi

angklung 15 Nada Diatonis Berbasis Android”. Dengan hasil penelitian

bahwa aplikasi “Angklung 15 Nada” ini dapat berjalan pada semua

smartphone berbasis android Ice Cream Sandwich dan Jelly Bean serta

menghasilkan suara dengan baik. Penelitian tersebut relevan dengan

penelitian ini karena menghasilkan produk angklung virtual yang

selanjutnya akan diujikan kepada responden untuk mengetahui keefektifan

produk yang bersangkutan. Produk angklung virtual sama-sama

menggunakan teknik sampling dalam proses pembuatannya dengan

(50)

C. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan dalam penelitian ini terkait produk plug-in angklung yang

dihasilkan, pertanyaan penelitiannya adalah sebagai berikut :

a. Bagaimanakah mengembangkan sebuah plug-in angklung dalam

softwareKontakt 5?

b. Bagaimanakah kelayakan dan keefektivan produk plug-in angklung

yang telah dibuat untuk kebutuhan rekaman (recording)?

c. Bagaimana tanggapan para pengguna setelah mencoba produk yang

(51)

36

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan

pengembangan atau R&D (Research and Development). Beberapa model

pengembangan yang populer salah satunya adalah model pengembangan Borg

dan Gall. Borg and Gall (1983:772) mendefinisikan penelitian pengembangan

yaitu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk.

Langkah-langkah dalam proses ini pada umumnya dikenal sebagai penelitian

R&D, yang terdiri atas pengkajian terhadap hasil-hasil penelitian sebelumnya

yang berkaitan dengan validitas komponen-komponen pada produk yang akan

dikembangkan, mengembangkannya menjadi sebuah produk, pengujian

terhadap produk yang dirancang, dan peninjauan ulang dan mengoreksi

produk tersebut berdasarkan hasil uji coba. Hal itu sebagai indikasi bahwa

produk temuan dari kegiatan pengembangan yang dilakukan mempunyai

obyektivitas.

Deskripsi tentang prosedur dan langkah-langkah penelitian

pengembangan sudah banyak dikembangkan dalam pengembangan produk.

Borg & Gall (1983:772) menyatakan bahwa prosedur penelitian

pengembangan pada dasarnya terdiri atas dua tujuan utama, yaitu

mengembangkan produk dan menguji keefektifan produk dalam mencapai

tujuan. Tujuan pertama disebut sebagai fungsi pengembang, sedangkan tujuan

(52)

pengembangan lebih tepat diartikan sebagai upaya pengembangan yang

sekaligus disertai dengan upaya validasinya.

Secara konseptual, pendekatan penelitian dan pengembangan

mencakup 10 langkah umum, sebagaimana diuraikan Borg & Gall (1983:

775), seperti model berikut ini:

Gambar 10. Skema prosedur pengembangan Borg & Gall (Borg & Gall, 1983:775)

Metode penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono (2010: 407)

adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk

tertentu, dan menguji keefektivan produk tersebut. Menurut Sugiyono (2009:

297) untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang

bersifat analisis kebutuhan, maka perlu menguji keefektivan produk tersebut

supaya dapat berfungsi di masyarakat luas.

Adapun langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut

(53)

Gambar 11. Langkah-langkah penelitian Research & Development (Sugiyono, 2010: 409).

Dalam memilih metode penelitian ini, langkah-langkah yang

digunakan dengan mengadopsi langkah-langkah penelitian R & D dari

Sugiyono dan Borg & Gall. Pertimbangan memilih metode penelitian didasari

pernyataan Mukminan (2004: 18) bahwa ada beberapa pertimbangan yang

perlu diperhatikan sebelum memilih model, yaitu:

1. Model tersebut mempunyai bentuk yang sederhana

2. Mempunyai unsur identifikasi, pengembangan dan evaluasi 3. Model tersebut mungkin untuk diterapkan

4. Terjangkau dalam pembelajaran secara umum serta sudah teruji

Secara garis besar, model yang digunakan sebagai landasan penelitian

(54)

Gambar 12. Model Pengembangan Plug-in Angklung

Model penelitian yang dipakai dalam penelitian ini akan dijadikan

acuan menghasilkan prosedur untuk mengembangkan produk plug-in

angklung. Prosedur pengembangan yang digunakan yaitu: (1) potensi dan

masalah; (2) pengumpulan data; (3) desain draft produk; (4) validasi desain; (5)

revisi desain; (6) uji coba produk.

B. Prosedur Pengembangan

Berdasarkan model penelitian yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu

model pengembangan Research and Development (R&D), langkah-langkah

yang untuk mengembangkan produk plug-in angklung dengan program

Kontakt 5 ini adalah sebagai berikut :

1. Potensi Masalah

Potensi masalah dalam penelitian ini mengangkat pengembangan

plug-in angklung dengan program Kontakt 5. Masalah tersebut ditemukan

(55)

literatur dan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan perencanaan

produk.

Kegiatan observasi atau pengamatan lapangan dilakukan dalam waktu

sebulan sebelum penelitian. Observasi ini dilakukan di Yogakarta,

kususnya pada komunitas musik digital. Observasi juga dilakukan di

internet, baik dalam website maupun forum. Internet dapat mewakili

komunitas musik digital dengan cakupan yang luas, yaitu dari seluruh

Indonesia, bahkan ada beberapa yang berasal dari Luar Negeri.

Dalam penelitian ini, permasalahan yang ditemukan di lapangan

adalah kesulitan untuk menemukan plug-in angklung dengan variasi suara

yang beragam. Padahal dalam perkembangan teknik dan format permainan

angklung telah memunculkan berbagai variasi suara yang

bermacam-macam.

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara analisis kebutuhan. Analisis

kebutuhan dilakukan dengan cara wawancara dan diskusi dengan pelaku

dan ahli audio, ahli materi, ahli digital recording, pengumpulan literatur

dan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan yang dibutuhkan untuk

perencanaan produk plug-in angklung. Pada tahap analisis kebutuhan yang

dilakukan kepada ahli materi dilakukan dengan cara melakukan wawancara

tentang seputar plug-in angklung. Sedangkan denganahli digital recording

dilakukan wawancara yang lebih kepada teknis plug-in instrument.

(56)

cara mengumpulkan buku-buku dan artikel, contohnya buku-buku tentang

audio sampling,virtual instrument, MIDI, dan buku maupun artikel tentang

musik digital.

3. Desain draft produk

Desain produk merupakan proses merancang produk yang

dikembangkan berdasarkan pada data-data yang telah dikumpulkan dari

literatur maupun data dari para ahli. Dalam hal ini, produk yang

dikembangkan adalah sebuah plug-in angklung yang merujuk pada simulasi

memainkan angklung dengan bantuan program Kontakt 5. Produk plug-in

angklung dikembangkan dengan teknik sampling dan melalui beberapa

langkah. Langkah yang dipakai mengadopsi langkah-langkah menurut Sam

McGuire-Roy Pritts dalam bukunya yang berjudul Audio Sampling A

Practical Guide.

4. Validasi

Validasi dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa ahli untuk

menilai produk tersebut. Dalam hal ini, para pakar tersebut adalah Dr. Ismet

Ruchimat sebagai ahli materi. Dan sebagai ahli virtual instrument dan

digital recording adalah Putranto Aditomo. Namun sebelum produk di

validasi oleh pakar-pakar diatas, data suara rekaman angklung di validasi

dan di konsultasikan kepada Surya Eka Priyatna, M.Cs selaku ahli audio.

Hal ini dilakukan agar data suara yang diproses adalah data suara yang

(57)

audio dilakukan dengan mengirimkan audio dengan format wave yang

kemudian di proses dan di review.

Validasi oleh ahli materi dan ahli digital recording dilakukan dengan

cara mempersilahkan para ahli untuk encoba langsung produk plug-in

angklung. Kemudian para ahli dimohon untuk mengisi angket dan lembar

saran untuk menilai produk tersebut.

5. Revisi desain

Setelah dilakukan validasi oleh para ahli, perlu dilakukan revisi desain,

apabila memang ditemukan beberapa kelemahan dan ketidaksesuaian

dalam produk tersebut. Revisi juga dilakukan atas dasar saran dan masukan

dari para ahli. Hal ini dilakukan dengan cara mempersilahkan para ahli

untuk mencoba kembali produk yang sudah direvisi. Masukan dan saran

kemudian diolah dan disaring untuk selanjutnya di terapkan pada produk.

6. Uji coba produk

Uji coba produk merupakan uji coba awal yang dilakukan pada

beberapa subjek untuk mengetahui efektifitas produk sebelum dilaksanakan

uji penelitian pada subjek yang lebih luas. Uji penelitian dilakukan terhadap

beberapa orang yaitu beberapa musisi dan pengelola musik digital. Dalam

penelitian ini responden uji coba produk berjumlah 30 orang. Responden

adalah pelaku musik digital di daerah Yogyakarta, yang akan menilai

produk plug-in angklung dengan cara mengisi angket. Proses uji coba

(58)

komunitas-komunitas musik digital, dan kemudian melakukan pengujian pada anggota

komunitas musik digital tersebut.

C. Desain Uji Coba Produk

1. Desain Uji Coba

Uji coba pemakaian produk dilakukan berada pada tingkat uji coba

pemakaian terbatas, uji coba pemakaian terbatas maksudnya dilakukan oleh

beberapa responden, data pada saat uji coba pemakaian produk berupa angket.

Tujuan dilakukan tahap ini adalah untuk mengetahui tingkat kelayakan produk

yang sedang dikembangkan sebelum melakukan uji coba produk yang

sebenarnya.

Beberapa fungsi dari pengujian menurut Myers dalam Pressman (2002:

148) adalah sebagai berikut:

a. Pengujian merupakan proses eksekusi suatu program dengan maksud

menemukan kesalahan.

b. Pengujian yang sukses adalah pengujian yang mengungkap semua

kesalahan yang belum pernah ditemukan.

Menurut Pressman (2002: 148) pengujian program dapat dilakukan

dengan cara mengetahui fungsi yang ditentukan, dimana program dirancang

untuk melakukan fungsi tersebut. Kemudian pengujian dilakukan dengan

mempertimbangkan atau memantau bahwa masing-masing fungsi dari

(59)

kesalahan pada setiap fungsi. Davis dalam Pressman (2002: 149) menjelaskan

bahwa untuk lebih efektif, pengujian harus dilakukan oleh pihak ketiga.

Pengujian dilakukan setelah semua sampel suara terimplementasi

dalam Kontakt 5 dan menjadi sebuah bentuk fisik yang nyata sebagai sebuah

plug-in angklung. Pengujian dilakukan dengan media komputer dan semua

responden menjalankan plug-in angklung dengan Kontakt 5 yang sudah

disediakan di komputer. Dengan menjalankan program Kontakt 5 maka akan

diketahui sejauh mana realistisitas variasi dan kualitas suara hasil proses

sampling. Cara pengujian yaitu dengan menjalankan program Kontakt 5 dan

membuka fileplug-in angklung instrumen dari hasil sampling sebagai simulasi

memainkan angklung dengan berbagai pilihan suara yang ditawarkan.

2. Subjek Coba

Subjek dalam penelitian ini adalah musisi berjumlah 30 orang yang

diambil dengan teknik sampling acak di Yogyakarta. Kriteria yang harus ada

pada subjek coba penelitian ini adalah musisi yang berkecimpung dalam dunia

digital recording, lebih khususnya adalah musisi yang dapat mengoperasikan

Kontakt 5.

3. Data Uji Coba Ahli dan Responden

Data yang diungkap dalam tahap hasil uji coba ini adalah:

a. Ketepatan isi materi yang diperoleh dari ahli materi.

b. Ketepatan desain produk yang diperoleh dari ahli digital recording.

c. Keunggulan dan kelebihan produk yang diperoleh dari ahli digital

(60)

d. Masukan dan saran dari para ahli untuk kepentingan penyempurnaan

produk plug-in angklung.

e. Kelayakan produk yang dibuat untuk membantu musisi yang

membutuhkan plug-in angklung untuk kebutuhan pertunjukan maupun

recording.

f. Hasil analisis data suara yang diperoleh dari ahli audio.

g. Data penilaian atas penggunaan plug-in angklung oleh responden

4. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Yogyakarta. Perancangan produk plug-in

angklung dengan Kontakt 5 dilaksanakan pada bulan Desember 2014 sampai

Februari 2015. Uji coba produk dilaksanakan pada bulan Maret 2015.

5. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Suharsimi (1993), pengambilan data merupakan langkah yang

dilakukan untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian.

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

a. Angket

Menurut Sugiyono (2008: 142), angket merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pernyataan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab.

Angket yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga jenis, yaitu angket

untuk ahli angklung, angket untuk ahli digitalrecording dan angket untuk

Gambar

Gambar 8. Tampilan software Kontakt 5  (Sumber: Native Instrument, 2013)
Gambar 9. Angklung.
Tabel 1: Jenis-jenis angklung yang berkembang di Jawa barat
Gambar 11.  Langkah-langkah penelitian Research & Development (Sugiyono, 2010: 409).
+7

Referensi

Dokumen terkait

Variabel yang termasuk dalam diagram C adalah keandalan (X2) dan empati (X5). Indikator variabel keandalan yang masuk dalam kuadran C yaitu ketepatan dosen dalam

And then Virgil and his mother bade Cely and her mother goodbye, Virgil’s mother stating that they would call again and Cely’s mother nodding in agreement?. Virgil and his

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka pada penelitian ini dirancang dan dibuat sebuah kursi roda dengan menggunakan remote control (joystick) sebagai pengendali gerak dari

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan cabai merah besar untuk horeka & warung cenderung menurun dan menunjukkan trend negatif dan berpengaruh

Berdasarkan kajian pustaka yang telah dilakukan oleh penulis untuk menyusun artikel yang berjudul pengembangan perangkat pembelajaran matematika dengan pendekatan

Analisa akan dilakukan dengan menggunakan program Slope/W dengan membuat variasi ketebalan tanah lunak dan geometri timbunan yaitu kemiringan lereng timbunan dan lebar sisi

While the HTML5 delivery option offers a quick and simple way of embedding video with a native tag inside Google Chrome, there are some missing features such as access to microphone

dan pada penelitian dengan varian waktu yang berbeda yang dilakukan Sujud, Hardiasari Ratih, Nuryati Anik, dan Marpiah Siti, ada perbedaan jumlah trombosit