i
Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Singgih Baruna 08208244005
JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
v
Suroso (Ayahanda) serta orang terkasih dan teman-teman yang senantiasa
vi
“Kehidupan Akhirat itu lebih baik dan kekal”
vii
sehingga karya tulis Skripsi yang dipenuhi sebagai syarat kelulusan program studi
S-1 dengan judul “Pengembangan Plug-in Angklung dalam Software Kontakt 5” ini dapat terselesaikan dengan baik
Proses penulisan ini dapat terealisasikan karena adanya peranan dari
berbagai pihak, baik itu berupa sumbangan pikiran, waktu, maupun tenaga. Oleh
karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih secara mendalam kepada
beberapa pihak yang telah berperan dalam penyelesaian Tugas Akhir Skripsi ini,
yaitu kepada:
1. Dr. Hanna Sri Mudjilah, M. Pd. selaku Dosen Pembimbing I atas segala
perhatian dalam bentuk waktu, nasehat, kritik, dan saran yang sangat
berguna dalam penyusunan skripsi ini;
2. Agus Untung Yulianta, M. Pd. selaku Dosen Pembimbing II sekaligus
Dosen Pembimbing Akademik, yang telah meluangkan waktu dan
menyumbangkan ide, ilmu, serta wawasan dalam proses penulisan ini;
3. Dra. Heni Kusumawati, M.Pd. sebagai penguji validitas instrumen
penelitian;
4. Dr. Ismet Ruchimat, sebagai “ahli angklung” atas koreksi dan saran untuk
produk plug-in angklung yang dikembangkan;
5. Putranto Aditomo sebagai “ahli musik digital” untuk kritik yang diberikan
mengenai pengembangan plug-in angklung;
6. Seluruh responden, atas kesediaannya bekerjasama dan segala bantuan
yang diberikan; dan
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah
membantu dalam proses penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum mencapai hasil yang sempurna.
ix
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Batasan Masalah ... 7
D. Rumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Pengembangan ... 8
F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 8
G. Manfaat Pengembangan ... 10
H. Pentingnya Pengembangan ... 11
I. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan ... 11
J. Definisi Istilah ... 12
BAB II KAJIAN TEORI ... 14
A. Diskripsi Teori ... 14
1. Plug-In ... 14
2. Sampling dan Sampler ... 15
3. Kontakt 5 ... 22
4. Angklung ... 28
B. Kajian Penelitian yang Relevan ... 33
C. Pertanyaan Penelitian ... 35
BAB III METODE PENELITIAN ... 36
x
A. Hasil Pengembangan ... 68
B. Revisi Produk ... 76
C. Hasi Uji Coba Produk ... 77
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 80
A. Kesimpulan Tentang Produk ... 80
B. Saran Pemanfaatan Produk ... 80
DAFTAR PUSTAKA ... 83
xi
Table 3. Angket ahli digitalrecording ... 50
Table 4. Angket responden ... 51
Tabel 5. Hasil angket penilaian ahli materi ... 73
Tabel 6. Hasil angket penilaian ahli digital recording ... 75
xii
Gambar 2. Info pane ... 24
Gambar 3. Knobs ... 24
Gambar 4. Button ... 25
Gambar 5. Dreop-Down Menu ... 25
Gambar 6. Scroll Bars ... 26
Gambar 7. Value Fields ... 26
Gambar 8. Tampilan Software Kontakt 5 ... 27
Gambar 9. Angklung ... 29
Gambar 10. Skema Prosedur Pengembangan Borg & Gall ... 37
Gambar 11. Langkah-langkah Penelitian Research & Development ... 38
Gambar 12. Model pengembangan Plug-in Angklung ... 39
Gambar 13. Signal Chain ... 52
Gambar 14. Mikrofon Condenser AKG Perception 220 ... 54
Gambar 15. Audio Interface Focusrite Scarlette 2i4 ... 55
Gambar 16. Posisi Mikrofon ... 57
Gambar 17. Data Suara Angklung Orkestra dalam Cubase 5 ... 59
Gambar 18. Data Suara Angklung Staccatto dalam Cubase 5 ... 60
Gambar 19. Data Suara Angklung Crescendo dalam Cubase 5... 60
Gambar 20. Data Suara Angklung ArtFill dalam Cubase 5 ... 61
Gambar 21. Data Suara Angklung Bass dalam Cubase 5 ... 61
Gambar 22. Import File to Zone ... 63
Gambar 23. Tampilan Pilihan Plug-in Angklung ... 64
Gambar 24. Folder FilePlug-in Angklung ... 66
Gambar 25. Tampilan Browser dalam Kontakt5... 66
Gambar 26. Tuts Piano Virtual dalam Kontakt ... 67
Gambar 27. Review Audio oleh Ahli Audio ... 70
Gambar 28. Range Penilaian dari Ahli Angklung ... 74
Gambar 29. Range Penilaian dari Ahli Digital Recording ... 75
xiii
Gambar 35. Angklung Crescendo ... 90
Gambar 36. Angklung Delay ... 90
Gambar 37. Angklung Orkestra ... 91
Gambar 38. Persiapan merekam angklung... 108
Gambar 39. Alat merekam angklung ... 108
Gambar 40. Proses merekam angklung ... 109
Gambar 41. Proses review audio oleh ahli audio ... 109
Gambar 42. Validasi produk oleh Dr. Ismet Ruchimat sebagai ahli materi ... 110
Gambar 43. Validasi produk oleh Putranto Aditomo sebagai ahli digital recording 110 Gambar 44. Validasi produk oleh Putranto Aditomo sebagai ahli digital recording 111 Gambar 45. Uji Coba kepada responden... 111
xiv
Lampiran II. Instrumen penelitian... 92
Lampiran III. Lembar perizinan ... 104
xv
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menghasilkan sebuah produk berupa plug-in angklung dalam software Kontakt 5 yang tervalidasi dalam membantu para musisi dalam hal memenuhi kebutuhan rekaman (recording); (2) mengetahui kelayakan produk plug-in angklung untuk digunakan para musisi digital recording.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (research and development atau R&D). Proses penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu (1) Potensi Masalah; (2) Pengumpulan Data; (3) Desain Draft Produk; (4) Validasi Desain; (5) Revisi Desain dan (6) Uji Coba Produk. Tahap validasi desain dilakukan oleh 3 (tiga) orang ahli dalam bidang audio, materi (angklung), rekaman (recording). Subjek uji coba dilakukan terhadap musisi yang berkecimpung dalam dunia digital recording di daerah Yogyakarta yang berjumlah 30 orang. Instrumen penelitian yang digunakan berupa angket yang terdiri atas angket untuk ahli angklung, ahli digital recording dan 30 orang musisi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis statistik deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini berbentuk plug-in yang hanya berjalan dengan adanya software Kontakt 5. Produk plug-in angklung ini memiliki (angklung solo, angklung crescendo, angklung orkestra, angklung attack, angklung staccato, angklung delay dan angklung artfill). Pilihan suara yang berkapasitas total 1.99GB; (2) Data hasil penilaian dari para ahli disimpulkan bahwa produk plug-in angklung layak digunakan di lapangan. Uji coba terhadap 30 responden menunjukkan produk plug-in angklung layak digunakan untuk kebutuhan rekaman (recording). Hal itu ditunjukkan dengan hasil angket yang dilakukan terhadap 30 responden, dengan presentasi 89,75% dan hasilnya masuk dalam kategori layak atau baik karena berada di antara kategori setuju dan sangat setuju.
1
A. Latar Belakang Masalah
Angklung merupakan salah satu alat musik bambu yang berkembang
pesat di Jawa Barat. Dalam perkembangannya, angklung telah menjadi
kebanggaan Bangsa Indonesia sejak ditetapkannya angklung sebagai alat
pendidikan musik melalui surat keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 082/1968 pada tanggal 23 Agustus 1968. Bahkan UNESCO
telah mengumumkan melalui nomination file no. 00393 for inscription on the
representative list of the intangible cultural heritage in 2010, bahwa : pada
tanggal 16 November 2010 melalui pengesahan UNESCO dalam sidang ke-5
di Nairobi, Kenya, angklung telah diakui dunia sebagai “Representative List of
the Intangible Cultural Heritage of Humanity” (Daftar Representatif Budaya
Tak Benda Warisan Manusia). Hal ini tidak lepas dari peranan bapak Daeng
Soetigna yang telah berhasil mengembangkan angklung buhun (pentatonik
salendro), menjadi angklung yang bernada diatonis kromatis. Serta
pihak-pihak lain yang terus berjuang untuk melestarikan dan mempromosikan
angklung.
Ketetapan UNESCO yang menjadikan angklung sebagai warisan
budaya tak benda Indonesia, tentu saja memiliki syarat ketentuan yang harus
dipenuhi oleh Indonesia. Salah satunya adalah Angklung harus
angklung oleh UNESCO. Inilah yang menjadi tugas bangsa Indonesia, untuk
lebih mencintai, melestarikan, bahkan mengembangkan kesenian angklung
agar tidak kalah dengan keberadaan musik pop sekarang ini.
Sebagai alat musik tradisional, angklung merupakan kebanggaan
bangsa Indonesia yang mulai mendapat sorotan dunia Internasional, namun
banyak masyarakat umum belum dapat mengapresiasi dengan baik kesenian
angklung. Kondisi organologi angklung dirasa belum praktis untuk kebutuhan
pertunjukan maupun recording. Untuk memainkan satu oktaf (do, re, mi, fa,
sol, la, si, do), angklung membutuhkan sebuah kelompok dengan jumlah
maksimal delapan orang. Hal ini dikarenakan setiap orang hanya dapat
membunyikan satu buah angklung yang berarti satu nada, tetapi pada tingkat
yang sudah mahir setiap orang bisa membunyikan sampai tiga buah angklung.
Satu set angklung Pa Daeng ini memiliki jangkauan dua setengah oktaf yang
berisi tiga puluh nada kromatis. Hal ini menyebabkan jumlah pemain yang
diperlukan untuk memainkan angklung Pa Daeng mencapai lebih dari lima
belas orang. Dalam perkembangannya, satu set angklung ini sudah dapat
dimainkan oleh satu orang dengan bantuan satu buah stand angklung. Akan
tetapi, tetap saja memerlukan ruang yang cukup besar.
Untuk keperluan pertunjukan maupun recording, proses miking
(pengambilan suara angklung dengan microphone) harus dilakukan dengan
baik. Ruang akustik angklung yang terpisah memerlukan teknik miking yang
proses balancing yang harus dilakukan jika angklung dikolaborasikan dengan
alat musik modern yang sudah memiliki perangkat pengeras suara.
Perkembangan musik di era sekarang ini sangat dipengaruhi oleh
perkembangan teknologi. Salah satu contoh yang paling mudah ditemukan
adalah alat musik elektrik. Kemudahan dan kelebihan akan fasilitas ini
semakin menjadikan alat musik elektrik sangat popular, sedangkan alat musik
tradisional dengan keterbatasannya harus tetap ada dalam perannya sebagai
identitas sebuah bangsa.
Banyak cara telah dilakukan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap
kesenian tradisional terutama angklung. Berbagai upaya telah dilakukan guna
menarik masyarakat untuk mengapresiasi kesenian angklung ini. Kolaborasi
antara angklung dan alat musik modern seperti drum dan alat musik elektrik
merupakan salah satu cara menarik apresiasi dengan menunjukkan sesuatu
yang berbeda. Dengan kekurangan yang dimiliki angklung, kolaborasi
keduanya akan memunculkan permasalahan-permasalahan yang harus
dihadapi pelaku seni maupun produser seni.
Perkembangan teknologi saat ini telah membantu untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan tersebut. Upaya untuk mengemas angklung agar
dapat dinikmati oleh kalangan luas banyak dilakukan dengan bantuan
teknologi. Dengan teknologi yang serba canggih, kini angklung dapat masuk
di berbagai jalur musik. Sekarang ini teknologi menjadi bagian penting dalam
Menurut Miarso (2007:62) teknologi adalah proses yang meningkatkan
nilai tambah, proses tersebut menggunakan atau menghasilkan suatu produk ,
produk yang dihasilkan tidak terpisah dari produk lain yang telah ada, dan
karena itu menjadi bagian integral dari suatu sistem. Dalam dunia musik,
perkembangan teknologi telah memunculkan cara baru sebagai alternatif
untuk membantu orang-orang yang bekerja dalam bidang musik. Salah satu
teknologi yang dianggap sebagai penemuan besar adalah ditemukannya alat
yang dapat merubah data audio analog menjadi data audio digital. Hal ini
menyebabkan data audio yang berupa data analog dapat diproses oleh
komputer dalam bentuk data digital. Sejak itu ahli komputer telah
mengembangkan Sampler yang awalnya berupa hardware menjadi Sampler
dalam bentuk software.
Sampler sendiri digunakan untuk menirukan sumber suara dengan
hasil yang sangat realistis. Saat ini software sampler telah digunakan untuk
keperluan rekaman maupun pertunjukan. Software ini memudahkan para
musisi untuk memainkan berbagai suara alat musik tanpa memiliki atau
memainkan alat yang sesungguhnya. Dengan memanfaatkan teknologi MIDI
(Musical Instrument Digital Interface), sampler dapat dimainkan
menggunakan berbagai jenis MIDI controller, seperti MIDI keyboard dan
Drum Pad.
Softwaresampler telah menjadi alternatif para musisi untuk membantu
musisi dalam melakukan pekerjaannya. Salah satu software sampler yang
(perpustakaan sampling suara) dari berbagai alat musik di dunia. Walaupun
begitu produsen lain juga menawarkan produk berupa sampling audio
Libraries atau disebut plug-in instrument. Disebut plug-in karena suara
instrumen dapat dimasukkan ke dalam software sampler untuk melengkapi
pilihan instrumen musik yang belum ada di dalam sofware sampler. Akan
tetapi dari berbagai pilihan yang ada, masih sangat jarang ditemukan plug-in
dengansuara angklung.
Penelitian ini berawal dari penulis yang latar belakangnya merupakan
pelaku seni yang berkecimpung di dunia angklung yang merasakan kondisi
langsung dari permasalahan tersebut. Dalam upaya mencari produk-produk
angklung untuk kebutuhan recording, pencarian data dan sumber dilakukan
melalui sebuah forum diskusi online milik Agus Hardiman yang di dalamnya
terdapat anggota-anggota pelaku audio recording dari seluruh penjuru
Indonesia. Data dari forum diskusi di beberapa website menunjukan
permintaan plug-in angklung untuk kebutuhan recording banyak ditemukan.
Sampai kemudian Agus Hardiman mengeluarkan produk plug-in angklung
gratis yang dalam waktu singkat menarik perhatian pelaku musik digital. Hal
ini dapat dilihat dengan parameter banyaknya musik yang diunggah di internet
yang mengikut sertakan plug-in angklung milik Agus Hardiman.
Agus Hardiman adalah music producer, arranger, audio enginer,
audio lecture, sound designer, book author dan music technology advisor.
Beliau memiliki beberapa perusahaan rekaman dan sekolah audiodigital serta
Monica dan Andra and The Backbone. Beliau juga beberapa kali mendapatkan
penghargaan salah satunya “The Best Music Producer Of The Year” of
„Bukan Milikmu Lagi‟ Agnes Monica, Anugrah Musik Indonesia (AMI)
Award 2006.
Produk plug-in angklung yang sudah ada pada saat ini, dapat dijadikan
sebagai alternatif oleh para musisi untuk dapat berkarya dengan alat musik
tradisional Indonesia. Khususnya bagi orang-orang yang ingin melestarikan
angklung sebagai upaya mempopulerkan angklung. Akan tetapi masih banyak
variasi suara angklung yang dapat dimainkan dengan berbagai teknik dan
berbagai format permainan angklung yang belum dimasukkan ke dalam
Sampling audioLibraries atau plug-in angklung yang telah beredar. Dinamik,
artikulasi dan format permainan angklung akan menghasilkan suara yang
berbeda-beda. Contohnya suara angklung dengan menggunakan teknik
staccato akan berbeda dengan suara angklung dengan menggunakan teknik
crescendo, begitu juga suara angklung dalam format angklung tunggal akan
berbeda dengan suara angklung dalam format orkestra. Terlebih lagi suara
angklung dapat dijadikan suara yang lebih bervariasi dengan memasukkan
efek-efek pengolah data suara. Hal inilah yang belum ada pada beberapa
produk plug-in angklung yang ada termasuk milik Agus Hardiman.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis bermaksud untuk
melakukan penelitian mengenai pengembangan plug-in angklung dengan
menggunakan program Kontakt 5. Penelitian ini bukan penelitian
dalam Kontakt 5 yang akan menambah fungsi dari Kontakt 5 itu sendiri, (yaitu
dengan menambah suara angklung sebagai plug-in dalam Kontakt 5).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasikan
beberapa masalah sebagai berikut :
1. Ketetapan UNESCO agar Indonesia dapat melestarikan dan
mensosialisasikan angklung secara menyeluruh dalam jangka waktu lima
tahun harus terpenuhi.
2. Angklung masih memiliki kekurangan dalam hal balancing ketika
dikolaborasikan dengan alat musik modern.
3. Angklung masih belum praktis dan efektif untuk kebutuhan rekaman
(recording) maupun pertunjukkan (performance).
4. Pemanfaatan Kontakt 5 sebagai pengembangan angklung virtual belum
maksimal, terutama untuk kebutuhan recording.
5. Plug-in angklung yang banyak beredar kurang memiliki variasi suara
angklung.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi, maka penelitian ini dibatasi
hanya pada angklung masih belum praktis dan efektif untuk kebutuhan rekaman
(recording) maupun pertunjukkan (performance), sehingga perlu dikembangkan
kelayakan dan keefektivan produk yang dihasilkan untuk kebutuhan rekaman
(recording).
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka permasalahan pada
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah mengembangkan sebuah plug-in angklung dalam software
Kontakt 5?
2. Bagaimanakah kelayakan dan keefektivan produk plug-in angklung yang
telah dibuat untuk kebutuhan rekaman (recording)?
E. Tujuan Pengembangan
Tujuan pengembangan ini adalah untuk menghasilkan sebuah produk
berupa plug-in angklung dalam software Kontakt 5. Produk yang telah
dihasilkan, diharapkan mampu membantu para musisi dalam hal memenuhi
kebutuhan rekaman (recording).
F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
Sesuai dengan tujuan pengembangan, produk yang dikembangkan
dalam penelitian ini berupa sebuah plug-in angklung yang berisikan tentang
tiruan bunyi angklung yang dapat digunakan untuk kebutuhan rekaman atau
pertunjukkan. Produk plug-in angklung ini memiliki beberapa jenis suara
crescendo (suara angklung yang mengeras), angklung orkestra (suara 3 set
angklung), angklung attack (suara angklung dengan aksen), angklung staccato
(suara angklung dengan teknik staccato), dan angklung artfill (suara angklung
yang dimainkan dengan cara-cara tertentu yang menghasilkan suara unik).
Produk yang dikembangkan adalah plug-in angklung dan untuk menunjang
produk yang dihasilkan maka perlu menggunakan perangkat keras (hardware)
dan perangkat lunak (software) berupa seperangkat komputer, MIDI keyboard,
speaker dan softwareKontakt 5.
1. Software (Perangkat Lunak)
Dalam merancang produk berupa plug-in Angklung memerlukan
software penunjang di antaranya:
a. Software untuk merekam dan mengolah suara angklung yaitu
Cubase 5
b. Software untuk memproses sampling suara yang telah direkam dan
dijadikan sebuah plug-in angklungyaitu KONTAKT 5.
2. Hardware (perangkat keras)
Aplikasi dapat dijalankan dengan baik jika ditunjang Hardware
sebagai berikut :
a. Pentium atau Athlon XP class running at 1.4 GHz or higher
b. Sistem operasi Microsoft Windows XP (SP2), Windows Vista, Windows
7 (32/64 Bit)
c. RAM minimal 1GB
e. Monitor berwarna (SVGA) dengan resolusi monitor 1074 X 768 Pixel
Berdasarkan latar belakang, fokus penelitian dan tujuan penelitian
tersebut, maka hasil pengembangan ini diharapkan memberikan manfaat baik
secara teoretis maupun secara praktis.
1. Secara Teoretis
Hasil pengembangan ini diharapkan berguna bagi pemikiran dan
pengembangan plug-in angklung dengan program KONTAKT 5 serta dapat
berguna untuk menambah khasanah pengembangan di Universitas Negeri
Yogyakarta.
2. Secara Praktis
Hasil pengembangan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
dalam hal plug-in angklung di Indonesia, serta memberikan kontribusi
kepada para musisi dalam menuangkan karya angklungnya.
Pengembangan ini dapat berupaya meningkatkan produktivitas dan
kreativitas musisi dengan inovasi penggunaan plug-in sebagai salah satu
H. Pentingnya Pengembangan
Pentingnya pengembangan produk plug-in angklung ini yaitu:
a. Angklung merupakan alat musik tradisional asli Indonesia yang perlu
dilestarikan dan dikembangkan kedalam bentuk yang lebih inovatif agar
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat untuk berbagai kebutuhan.
b. Proses kreasi musik di jaman sekarang sudah mengalami berbagai
perkembangan. Para musisi dituntut untuk dapat melakukan proses kreasi
dalam berbagai kondisi, yang salah satunya yaitu melakukan proses kreasi
secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, adanya pengembangan plug-in
angklung mampu memudahkan musisi dalam melakukan proses kreasi
yang demikian.
c. Pengembangan plug-in angklung sebagai salah satu fasilitas alternatif
untuk membantu musisi, karena angklung masih dirasa belum praktis dan
efektif untuk kebutuhan rekaman (recording) maupun pertunjukkan
(performance).
I. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
Dalam uraian ini perlu dikemukakan beberapa asumsi dan keterbatasan
pengembangan. Adapun asumsi dan keterbatasan pengembangan adalah
sebagai berikut :
1. Asumsi
a. Menghasilkan produk plug-in angklung yang mampu memberi
b. Proses kreasi dapat dilakukan dengan lebih efektif dan kreatif karena
musisi dapat dengan mudah mengakses suara angklung untuk keperluan
karya mereka.
c. Memberi kesempatan masyarakat luas untuk dapat mengapresiasi karya
musik angklung dengan memberikan fasilitas plug-in angklung kepada
musisi untuk berkreasi.
2. Keterbatasan Pengembangan
Produk dari penelitian dan pengembangan ini memiliki
keterbatasan, antara lain:
a. Kurangnya tenaga ahli untuk mengembangkan produk yang
professional.
b. Kurangnnya fasilitas teknologi alat pengembangan produk plug-in
angklung.
J. Definisi Istilah
Agar terhindar dari kesalahpahaman dalam memahami penelitian ini
definisi-definisi terkait dengan penelitian akan dikemukakan sebagai
berikut:
1. Virtual Instrument
Virtual Instrument merupakan tiruan dari instrumen nyata yang
sesungguhnya, dan dikemas dalam bentuk software maupun hardware.
Virtual Instrumen berjalan dengan sistem operasi komputer, seperti
2. DAW (Digital Audio Workstation)
DAW merupakan software yang digunakan untuk recording
(rekaman). Software recording yang terkenal diantara adalah AbletonLive,
Cubase, Nuendo, Sonar dan N-Track. DAW yang digunakan dalam proses
pengembangan produk ini adalah CUBASE 5.
3. MIDI
David Miles Huber mengatakan, Musical Instrument Digital Interface
(MIDI) adalah bahasa komunikasi digital yang dapat diakses oleh beberapa
hardware dan software untuk berkomunikasi satu sama lain. Menurut
Milstead (2001: 109) MIDI merupakan protocol standar yang telah
digunakan sejak tahun 1983 sebagai bahasa yang digunakan untuk
berkomunikasi antara alat musik elektronik dengan alat musik elektronik
lainnya ataupun dengan perangkat komputer.
Komunikasi antara perangkat dapat terjadi apabila keduanya memiliki
fitur MIDI ini. Cara kerja MIDI ini adalah dengan mengirimkan perintah
dari perangkat ke perangkat lainnya melalui pesan digital (pesan kode
angka), yang dapat direspon sesuai dengan perintah yang dikirimkan.
Dalam hal ini MIDI dapat digunakan untuk pemicu diantaranya adalah
14
1. Plug-in
Plug-in adalah istilah yang sering digunakan dalam dunia
pemrograman, baik pemrograman software maupun website. Gallagher (1991:
159) menyatakan bahwa,
“Plug-in. A piece of software that requires a host program to operate and that extends the capabilities of the host. Audio/music plug-ins fall into three very broad categories: audio processors and effects, virtual (software) instruments, and MIDI data processors and effects.”
Sebuah plug-in adalah sebuah aplikasi yang menggunakan sumber
daya dari softwarelain sebagai “tuan rumah (host)”. Ini berarti bahwa plug-in
tidak memerlukan elemen antarmuka pengguna yang kompleks. Namun, harus
melakukan fungsi dasar tertentu agar suatu software host dapat memasukan
plug-in sebagai fungsi tambahan salah satu fiturnya. Plug-in berfungsi untuk
melengkapi fitur yang belum ada dalam software utama.
Pengertian plug-in menurut Purba (2006:55) adalah sebuah program,
biasanya berukuran kecil, dibuat untuk diintegrasikan pada aplikasi induk.
Fungsi plug-in adalah membuat fungsi tambahan yang tidak terdapat dalam
aplikasi. Contohnya, language-pack pada Winamp, yaitu untuk mengubah
bahasa teks yang ada pada Winamp.
Pengertian ini juga diperkuat oleh Sidik dan Husni bahwa plug-in
menyebutkan bahwa plug-in adalah adalah program tambahan yang disisipkan
kemampuan standar suatu browser web. Dari pengertian tersebut dapat
diartikan bahwa plug-in merupakan bagian dari software yang dapat dipasang
pada aplikasi induk untuk menambah kemampuan maupun fitur dalam
software induk.
Jenis-jenis pilihan suara angklung di dalam Kontakt 5 menurut
pengertian tersebut dapat dikatakan sebagai plug-in, karena suara angklung
yang sebelumnya tidak ada dalam Kontakt 5 sengaja dimasukkan ke dalam
Kontakt 5 untuk menjadi satu kesatuan dan menambah fitur suara yang belum
ada pada Kontakt 5. Suara sampling angklung tidak akan berjalan tanpa
adanya Kontakt 5 sebagai aplikasi induk. Plug-in dalam penelitian ini bekerja
di dalam software Kontakt 5 sebagai software induk.
2. Sampling dan Sampler
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat perubahan
besar dalam kehidupan manusia. Dalam bidang musik telah muncul berbagai
upaya dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi untuk produksi musik.
Sampling merupakan salah satu hasil teknologi yang dimanfaatkan di dunia
musik untuk memudahkan musisi untuk mengakses dan mengeksplorasi musik
mereka.
Sampling adalah proses perekaman sumber suara satu bagian pada satu
waktu, setiap bagian dari hasil sampling kemudian diimpor ke sampler (Sam
McGuire, Roy Pritts, 2008: 1). Sampler merupakan nama alat software yang
dan memproses data hasil sampling menjadi sebuah instrumen virtual untuk
dimainkan. Sebuah sampling alat musik dapat dimainkan dengan keyboard
controller.
Sampler digunakan untuk meniru sumber suara dengan potensi untuk
hasil yang sangat realistis. Menurut McGuire dan Roy Pritts (2008: 2), proses
sampling dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu:
a. Merekam data suara yang akan dibuat instrumen sampling. Data suara bisa
meliputi suara yang bersumber dari alat musik maupun suara manusia.
b. Data suara kemudian melakukan proses editing.
c. Hasil data sampling lalu dipetakan ke dalam sampler. Proses pemetaan
meliputi peletakan setiap hasil sampel ke zona yang tepat dan terhubung
dengan keyboard.
d. Terakhir, MIDI pad ataupun MIDI controller digunakan untuk memicu
data suara yang telah di masukan ke dalam sampler.
Sampler menggunakan bahasa komunikasi yang disebut MIDI. Hal ini
menyebabkan sampler dapat terhubung dengan keyboard controller, roda
modulasi, pitch bender, pedal volume, pedal sustain atau apapun yang bisa
mengirimkan sinyal MIDI untuk mengontrol langsung semua fitur yang ada
pada sampler. Bahkan dengan adanya bahasa MIDI di dalam sampler, kita
dapat mengubah permainan yang kita mainkan menjadi sebuah notasi balok.
Sampler biasanya terfokus pada satu kategori kelompok alat musik.
Contohnya seperti instrumen orkestra, paduan suara, alat tradisional hingga
alat combo seperti gitar elektrik dan bass elektrik. Ada juga sampler yang
memiliki campuran dari berbagai kategori alat musik yang berbeda.
Sampler terdiri atas dua macam, yaitu sampler hardware dan sampler
software. Hampir semua sampler memiliki fitur untuk dapat melakukan
sampling sesuai keinginan musisi, akan tetapi ada beberapa sampler yang
hanya terbatas untuk dimainkan dan tidak memiliki pilihan untuk digunakan
sebagai pembuatan sampling suara. Sampler biasanya memiliki suara bawaan
dari produsennya, tetapi untuk yang ingin memiliki suara yang lain bisa
membeli sound library yang mana merupakan produk dari produsen yang
sama. Kualitasnya juga berbeda, semakin baik kualitas suara sampling itu
semakin mahal harga yang harus dikeluarkan untuk memilikinya.
Menurut Mc.Guire dan Roy Pritts (2008), sampler memiliki fitur-fitur
a. Fitur pengeditan dasar
Bagian penting dari setiap sampler adalah data-data suara.
Data-data ini dapat direkam langsung ke sampler, atau bisa juga dengan cara
diimport (memasukan data suara ke dalam sampler) dari hasil rekaman
yang sudah ada di dalam hardisk. Sebelum proses lebih lanjut, yang perlu
diperhatikan adalah data suara yang akan melalui proses sampling harus
memiliki kualitas yang baik. Termasuk menghilangkan suara-suara yang
tidak diinginkan untuk masuk ke dalam sampler.
b. Mengedit panjang durasi dari setiap data-data suara
Panjang durasi data suara juga harus disesuaikan dengan
kebutuhan. Kebanyakan samplers, memungkinkan penggunanya untuk
mengubah panjang pendeknya durasi dari data-data suara tersebut. Tapi
sebagian sampler juga ada yang tidak memiliki fitur ini. Jadi penggunanya
harus menggunakan softwareaudio editor untuk mengganti proses ini.
c. Playback direction/ arah pemutaran
Pengeditan dasar juga termasuk menyesuaikan arah pemutarandari
data-data suara tersebut. Proses inilah yang dapat mengatur kearah mana
data suara itu diputar, maju atau mundur. Umumnya, arah pemutaran data
suara adalah maju dan mengakibatkan data suara yang dimainkan seperti
data suara yang asli. Data suara juga dapat dimainkan mundur, yang
membuat hasil yang sama sekali berbeda. Hal ini berguna sebagai efek
d. Control/ Kontrol volume
Mengatur tingkat volume setiap data suara adalah yang utama dari
fungsi editing. Sampler dapat meningkatkan atau menurunkan tingkat
volume data suara. Jika level data suara tersebut terlalu tinggi, maka akan
mengakibatkan kliping dan distorsi (kerusakan pada suara yang
mengakibatkan suara menjadi kotor).
e. Pitch shifting/ Pengaturan tinggi rendah nada
Samplers mampu menggeser tinggi rendah nada setiap data suara.
Sistem pergeseran pitch pada sampler-sampler kebanyakan masih
mengikuti sistem pergeseran analog, yaitu dimana data suara akan diputar
lebih cepat untuk menghasilkan nada yang lebih tinggi. Begitu pula
sebaliknya, data suara akan diputar lebih lambat untuk menghasilkan nada
yang lebih rendah. Hal ini membuat kualitas hasil sampling tidak
terdengar realistik, karena pergeseran pitch yang terlalu besar
menyebabkan perubahan jelas yang berpengaruh pada durasi dan
kecepatan data suara. Hal ini dapat diatasi dengan merekam setiap
data-data suara yang dibutuhkan. Sehingga mengurangi penggunaan pengaturan
pitch untuk merekayasa nada yang diinginkan.
f. Looping
Looping berfungsi mengulang sebagian atau seluruh bagian dari
setiap data-data suara. Dahulu, looping digunakan untuk mengatasi
suara panjang dan berkelanjutan memiliki ukuran data yang besar,
sehingga membutuhkan kapasitas ruang penyimpanan yang lebih besar.
Looping memutar data suara yang durasinya pendek dengan
mengulang-ulang agar menghasilkan suara dengan durasi yang lebih
panjang sesuai keinginan. Adanya looping ini dapat menghasilkan sampel
instrumen yang panjang namun kapasitas ruang penyimpanannya yang
kecil, contohnya suara string pada keyboard akan berbunyi pada saat
tombol keyboard ditekan, ketika tombol keyboard ditekan terus-menerus
tanpa berhenti maka suara string akan mengikuti dengan bunyi sesuai
berapa lama durasi tombol itu di tekan. Hal ini merupakan contoh
penggunaan looping, bahwa sebenarnya sumber suara string pada
keyboard hanya diulang-ulang dengan fitur looping ini, tapi pada saat ini
banyak sampler yang menggunakan data suara yang memang benar-benar
panjang dengan tujuan menghasilkan suara yang lebih realistik. Hal ini di
sebabkan karena jika diamati looping akan terdengar seperti mesin yang
mengulang-ulang suara. Apalagi jika suara asli yang diulang memiliki
durasi yang sangat pendek akan semakin mudah untuk mengetahui bahwa
intrumen yang dimainkan adalah hasil looping.
Looping juga bisa digunakan sebagai efek, dengan memberikan
irama yang menarik dan dapat juga untuk memperpanjang suara yang
g. Menggunakan GUI
Fitur sampler lain yang telah menjadi standar adalah digunakannya
graphic user interface (GUI) untuk mempermudah pengguna dalam
mengoperasikan sampler tersebut. Konsumen mengharapkan tampilan
grafis yang bersahabat untuk sebuah alat, walaupun dalam kaitannya
dengan sampler tidak ada hubungannya dengan suara yang dihasilkan.
Software Sampler modern kini bisa menarik data suara yang ada pada
audio track di dalam DAW (Digital Audio Workstation) dengan
menggunakan mouse ke dalam sampler. Hal ini merupakan sebuah
keuntungan yang besar dibandingkan dengan sistem sebelumnya, di mana
data audio dalam audio track DAW harus dieksport menjadi data WAV.
Kemudian data tersebut dapat diimport ke sampler.
h. Project Manager
Di samping GUI, sebuah project manager adalah salah satu fitur
yang menjadi pertimbangan dalam memilih sampler. Tidak semua sampler
memiliki project manager. Pekerja profesional yang memiliki data-data
yang sangat banyak, ini adalah fitur yang harus dipertimbangkan sebagai
sebuah prioritas. Sebuah project manager tidak hanya berupa daftar
sederhana dari data yang merupakan bagian dari setiap proyek. Project
manage juga mencakup tampilan semua data, fitur pencarian, daftar
informasi data dan penyimpanan. Inti dari fungsi project manage adalah
untuk membantu mengatur data-data dengan jumlah yang banyak. Untuk
yang digunakan lebih sedikit dan tidak memerlukan sistem manajemen
data.
Software sampler memiliki kinerja yang berbeda satu dengan yang
lainnya. Maka dari itu produsen software sampler biasanya mempublikasikan
minimum requirement/ permintaan minimal hardware yang akan digunakan
untuk mendukung software tersebut agar bisa berjalan dengan baik. Sebab
untuk software sampler dengan kualitas suara yang tinggi akan membutuhkan
lebih banyak memori baik random access memory (RAM) maupun memori
penyimpanan data dalam bentuk HardDrive.
Dalam penelitian ini software sampler yang dipakai adalah software
Kontakt 5.
3. Kontakt 5
Kontakt merupakan salah satu software sampling yang paling banyak
digunakan seperti dalam pernyataan Pejrolo (2011: 191) bahwa “Among the
most used software samplers are Kontakt by Native Instruments,…”. Kontakt
merupakan software sampling yang merupakan produk dari produsen yang
bernama Native Instrument. Angka 5 dalam “Kontakt 5” adalah sebuah nama
yang membedakan dari generasi sebelumnya yaitu Kontakt 4, Kontakt 3,
Kontakt 2 dan Kontakt. Seperti kebanyakan software buatan Native Instrumen,
software ini menawarkan lebih dari sekedar softwaresampling. Lebih tepatnya
disebut Kontakt karena sebagai alat untuk memanipulasi suara.
Kontakt telah menyediakan sound bank (kumpulan suara) instrumen
tersebut harus didapatkan dengan harga yang relatif sangat mahal, sesuai
dengan kualitas dan kelebihannya.
Menurut Native Instrument (2013: 17), Kontakt 5 merupakan program
yang dapat dioperasikan dengan dua cara, yaitu :
a. Stand-Alone Operation (berdiri sendiri)
“Stand-Alone Operation” adalah ketika membuka aplikasi
Kontakt 5, Kontakt akan mulai sebagai program yang berdiri sendiri yang
menyediakan menu aplikasi sendiri, seperti aplikasi-aplikasi lain yang ada
pada komputer.
b. Plug-in Operation
“Plug-in Opration” Kontakt dapat digunakan sebagai instrumen
virtual dalam Program DAW. Program DAW akan terhubung sebagai satu
kesatuan dengan Kontakt, dan dapat merekam MIDI track dengan suara
yang bersumber dari Kontakt. Track tersebut dapat ditambahkan berbagai
efek atau plug-in yang sudah ada di dalam DAW.
Software Kontak 5 dapat digunakan untuk kebutuhan recording
ataupun untuk kebutuhan live performance. Kontakt 5 dapat terhubung dengan
sebuah MIDI keyboard seperti kebanyakan software sampler. Dapat terhubung
dengan sebuah USB ataupun kabel MIDI in/out. Kontakt seperti keyboard
pada umumnya yang memiliki banyak pilihan suara, hanya saja Kontakt
merupakan software yang membutuhkan komputer dan MIDIcontroller untuk
Tampilan Kontakt 5 dirancang untuk memudahkan penggunanya untuk
mengoperasikan program Kontakt 5. Berikut adalah penjelasan dan fungsi dari
setiap unsur-unsur dasar tampilan yang akan ditemui di dalam Kontakt 5
menurut Native Instrument (2013: ), yaitu:
a. Info Pane
Info Pane adalah sebuah tampilan yang terletak di bagian bawah
jendela Kontakt, tepat di atas status bar paling bawah. Pengguna dapat
memilih tombol bertuliskan Info di bagian atas jendela untuk dapat
memunculkan atau menyembunyikan tampilan Info Pane. Info Pane akan
menampilkan bantuan dalam bentuk teks singkat tentang informasi suatu
bagian yang sedang ditunjuk oleh mouse. Bahasa Info Pane tersedia dalam
lima bahasa: Inggris , Jerman, Perancis , Spanyol dan Jepang.
Gambar 2. Info Pane (Sumber: Native Instrument, 2013)
b. Knobs
Knobs adalah elemen tampilan yang paling sering digunakan untuk
mengatur tombol-tombol numerik parameters. Knobs dirancang
menyerupai Knobs yang asli dengan cara penggunaanya diputar untuk
memilih suatu nilai tertentu.
Gambar 3. Knobs
c. Buttons
Buttons muncul diberbagai tampilan parameter yang dapat
dinyalakan (on) dan dimatikan (off). Keadaan saat tombol sedang on
ditandai dengan warna latar belakang yang lebih terang, dan keadaan off
ditandai dengan warna latar belakang lebih gelap.
Gambar 4. Button
(Sumber: Native Instrument, 2013)
d. Drop-Down menu
Menu ini digunakan untuk memilih suatu daftar nilai. Menu ini
mirip dengan tombol, tetapi disertai dengan ikon panah kecil di sisi kanan
tombol. Sebagian menu memiliki sub–menu, dengan meng-Klik Drop-Down Menu akan membuka Sub-Menu yang ditawarkan.
Gambar 5. Drop-Down menu (Sumber: Native Instrument, 2013)
e. Scroll Bars
Scroll Bar muncul di batas bawah atau kanan jendela Kontakt 5
yang digunakan untuk melihat bagian tampilan yang tidak terlihat dalam
juga dapat melakukan zoom in (diperbesar) dan zoom out (diperkecil), hal
ini ditandai dengan " + " dan " - " tombol di salah satu ujung scroll bars.
Gambar 6. Scroll Bars (Sumber: Native Instrument, 2013)
f. ValueFields
Value Fields sering muncul di tempat-tempat yang tidak
memungkinkan adanya ruang yang cukup untuk tombol-tombol atau
kontrol lainnya. Value Fields memiliki fungsi yang sama dengan knob
namun dengan cara operasi yang sedikit berbeda, yaitu dengan cara
mengubah nilai angka naik ataupun turun.
Gambar 7. Value Fields (Sumber: Native Instrument, 2013)
g. Saving and Loading Presets
Saving and Loading Presets berguna untuk memudahkan pengguna
membuka sebuah sebuah pengaturan Kontakt 5 yang dibutuhkan. Hal ini
akan menghemat waktu karena penggunanya tidak lagi mengatur ulang
Berikut ini adalah bagian-bagian utama yang terlihat pada tampilan
software Kontakt 5:
Gambar 8. Tampilan software Kontakt 5 (Sumber: Native Instrument, 2013)
Keterangan:
1) Control Panel Utama, menyediakan tombol menu utama. Seperti File,
Options dan Keys.
2) Browser (sebelah kiri tampilan Kontakt) menyediakan fungsi untuk
mengelola file-fileKontakt.
3) The Rack, bagian ini yang mempunyai bagian terluas dari tampilan
Kontakt. Di dalam gambar tersebut, Kontakt 5 sedang dalam modus
instrument rack yang setiap instrument rack ini memiliki suara atau
setting-an yang berbeda.
4) Instrument Rack, yaitu isi dari Multi Rack. Judul instrumen akan
ditampilkan pada ukuran tampilan normal, berisi nama instrumen dan
berbagai parameter, seperti saluran MIDI input, tingkat output, posisi
panning, dan tuning.
5) Instrument Rack yang telah diminimalkan untuk menghemat layar
space.
6) The Output, bagian ini menampilkan output masing-masing channel
dan setiap channel mempunyai empat Aux Channels.
7) The Info Pane, yang menampilkan beberapa penjelasan tentang file
instrumen yang sedang dipilih, dan penjelasan singkat tentang bagian
yang sedang ditunjuk oleh mouse.
8) The Status Bar, yang menampilkan status Kontakt 5 saat menjalankan
tugasnya.
4. Angklung
Angklung merupakan alat musik tradisional yang seluruh bagian
tubuhnya terbuat dari bambu. Asal-usul kata angklung menurut Ubun
(1994:58) berasal dari kata angka (nada) dan lung (patah/hilang), maka tidak
aneh apabila ketika mendengar bunyi dari alat musik angklung itu terdengar
seperti terpatah-patah. Karakter bunyi yang khas dari angklung adalah
pergolakan antara tabung-tabung bambu yang disusun secara vertikal dengan
tabung bambu yang yang dijadikan sebagai penopangnya. Sumber bunyi alat
musik ini terletak pada lubang tabung bambu yang telah diraut menyerong
pada bagian badannya.
Gambar 9. Angklung. (Sumber: Ageing Permana, 2012)
Angklung terdiri atas susunan dua tabung bambu dengan perbedaan
ukuran panjang yaitu tabung bambu panjang dan pendek. Tabung-tabung
tersebut disusun secara vertikal dengan arah lubang resonansi yang searah.
Dalam perkembangannya angklung dikembangkan dengan susunan hingga
tiga tabung bambu. Mengenai bentuk angklung ini J. Kunst dalam Daryana
(2007: 19) lebih detail mengungkapkan sebagai berikut :
Dari paparan tersebut dapat disimpulakan bahwa angklung di Jawa
Barat terdiri atas dua tabung dan tiga tabung, dan dibingkai sedemikian rupa
untuk menempat kan tabung-tabung angklung. Tabung tersebut terdiri atas
tabung besar dan tabung kecil yang mempunyai jarak interval satu oktaf.
Sumber bunyi dalam angklung yaitu tabung yang bergerak ke kanan dan
kekiri dalam sebuah bingkai yang digoyang-goyangkan (shake).
Belum ada sumber yang jelas mengenai kapan alat musik angklung
muncul. Namun Prier (1991: 18) menyatakan bahwa:
“Pada waktu orang hindu datang ke Jawa, mereka telah menemukan macam-macam alat musik. Dalam relief candi Borobudur terdapat alat musik lokal maupun alat musik yang di impor dari India yaitu gendang, termasuk gendang dari tanah dengan kulit hanya di satu sisi, kledi, suling,
angklung, alat tiup semacam hobo, xylophone (bentuknya setengah gambang setengah calung), sapek, sitar, harpa, dengan 10 dawai, lonceng dari perunggu dalam macam-macam ukuran, gong, saron dan bonang.”
Pada saat ini, sebagian besar kesenian angklung yang ada hanya
disajikan untuk kebutuhan hiburan saja. Padahal dimasa lalu angklung pernah
digunakan sebagai upacara ritual. Seperti yang dikatakan Masunah (2003: 2)
bahwa, musik angklung secara fungsional bergeser menjadi seni pertunjukan,
meskipun di beberapa tempat masih berfungsi sebagai bagian dari upacara.
Angklung juga kerap di hubungkan dengan kepercayaan masyarakat dan padi.
Ritual penanaman padi tersebut bertujuan untuk menghaturkan rasa syukur
dan menghargai sosok Nyi Pohaci Sanghyang Asri oleh masyarakat Kanékés
(golongan masyarakat Sunda), karena diyakini bahwa peranNya berpengaruh
pada kelangsungan daur hidup mereka. Wiramihardja (2010: 4) mengatakan
digunakan untuk upacara-upacara yang berhubungan dengan padi. Dari
pernyataan tersebut nampak bahwa adanya suatu transformasi yang terjadi
pada angklung dari berupa medium dalam suatu ritual penanaman padi hingga
menjadi alat musik pertunjukan.
Angklung merupakan alat musik perkusi bernada, yang dilihat dari
sumber bunyinya termasuk ke dalam jenis idiophone. Sachs, Mahillon dan
Horbostel dalam Banoe (2006: 61) menyatakan bahwa idiophone adalah jenis
alat musik yang sumber bunyinya dari sentuhan atas badan alat musik itu
sendiri. Menurut Kawit dalam Masunah (2003: 2), kesenian yang termasuk ke
dalam rumpun angklung di Jawa Barat berjumlah 21 jenis. Sampai saat ini
banyak ragam jenis angklung di Jawa Barat yang masih bertahan, namun
beberapa lainnya dalam kondisi hampir punah. Ragam jenis angklung yang
tersebar di Jawa Barat yang masih bertahan sampai saat ini diantaranya adalah
Tabel 1: Jenis-jenis angklung yang berkembang di Jawa barat
Jenis Angklung Tempat Peralatan Fungsi Ciri Musik
Angklung
Angklung secara umum terbagi menjadi dua menurut jenisnya yaitu
angklung buhun (tradisional) dan angklung Pa Daeng (modern). Dari sisi
bentuk, angklung Pa Daeng tidak ada perbedaan yang mendasar dengan
angklung buhun, hanya saja tangga nadanya berbeda. Angklung Pa Daeng
menggunakan tangga nada diatonis kromatis sedangkan angklung buhun
Angklung modern tersebut merupakan hasil inovasi dari Daeng
Soetigna (Pa Daeng) yang dikembangkan dengan bekal keilmuan musik
Baratnya. Dengan konsep angklung bertangga nada diatonis kromatis tersebut
membuat kiprah angklung menjadi semakin populer di khalayak umum,
karena menjadikannya dapat dimainkan oleh siapapun bahkan jangkauan
materi lagunya lebih luas. Alat musik sederhana ini tidak hanya popular di
Indonesia, melainkan juga di kalangan mancanegara. Di mancanegara,
angklung diterima dengan baik dan senang oleh banyak pihak. Atas prestasi
yang telah dirajut oleh angklung baik di aspek pertunjukan maupun
pendidikan, Pemerintah Indonesia menetapkan angklung sebagai alat musik
pendidikan. Hal tersebut dinyatakan pada tanggal 23 Agustus 1968 dalam SK
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Np.082/1986 yang ditandatangani oleh
Sekretaris Jenderal atas nama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Wiramihardja, 2010 : lampiran).
Dari keseluruhan jenis angklung yang ada, angklung Pa Daeng dipilih
sebagai fokus objek penelitian ini. Angklung Pa Daeng menjadi angklung
yang secara umum dapat dimainkan berbagai kalangan dan telah digemari
dimana-mana baik sebagai media pertunjukan maupun pendidikan.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan Nicolas Agung Pramudya (2013) dengan judul skripsi
media interaktif menggunakan macromedia direktor mx”. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa aplikasi media pembelajaran interaktif dengan
materi Teknik Rekaman Musik Digital yang dihasilkan efektif dan dapat
membantu mahasiswa dalam pembelajaran teknik rekaman digital. Hal ini
ditunjukkan oleh hasil penelitian, yang menunjukkan 89,25% responden
mengatakan aplikasi media pembelajaran interaktif teknik rekaman musik
digital tersebut baik dan sangat membantu pengguna dalam proses
merekam sederhana secara digital. Penelitian tersebut relevan dengan
penelitian ini karena menghasilkan produk yang berhubungan dengan
dunia rekaman dan sama-sama memiliki tujuan berguna dan efektif bagi
pemakainya.
2. Penelitian kedua yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh Aulia Annasaai (2014) dengan judul “Aplikasi
angklung 15 Nada Diatonis Berbasis Android”. Dengan hasil penelitian
bahwa aplikasi “Angklung 15 Nada” ini dapat berjalan pada semua
smartphone berbasis android Ice Cream Sandwich dan Jelly Bean serta
menghasilkan suara dengan baik. Penelitian tersebut relevan dengan
penelitian ini karena menghasilkan produk angklung virtual yang
selanjutnya akan diujikan kepada responden untuk mengetahui keefektifan
produk yang bersangkutan. Produk angklung virtual sama-sama
menggunakan teknik sampling dalam proses pembuatannya dengan
C. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan dalam penelitian ini terkait produk plug-in angklung yang
dihasilkan, pertanyaan penelitiannya adalah sebagai berikut :
a. Bagaimanakah mengembangkan sebuah plug-in angklung dalam
softwareKontakt 5?
b. Bagaimanakah kelayakan dan keefektivan produk plug-in angklung
yang telah dibuat untuk kebutuhan rekaman (recording)?
c. Bagaimana tanggapan para pengguna setelah mencoba produk yang
36
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan
pengembangan atau R&D (Research and Development). Beberapa model
pengembangan yang populer salah satunya adalah model pengembangan Borg
dan Gall. Borg and Gall (1983:772) mendefinisikan penelitian pengembangan
yaitu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk.
Langkah-langkah dalam proses ini pada umumnya dikenal sebagai penelitian
R&D, yang terdiri atas pengkajian terhadap hasil-hasil penelitian sebelumnya
yang berkaitan dengan validitas komponen-komponen pada produk yang akan
dikembangkan, mengembangkannya menjadi sebuah produk, pengujian
terhadap produk yang dirancang, dan peninjauan ulang dan mengoreksi
produk tersebut berdasarkan hasil uji coba. Hal itu sebagai indikasi bahwa
produk temuan dari kegiatan pengembangan yang dilakukan mempunyai
obyektivitas.
Deskripsi tentang prosedur dan langkah-langkah penelitian
pengembangan sudah banyak dikembangkan dalam pengembangan produk.
Borg & Gall (1983:772) menyatakan bahwa prosedur penelitian
pengembangan pada dasarnya terdiri atas dua tujuan utama, yaitu
mengembangkan produk dan menguji keefektifan produk dalam mencapai
tujuan. Tujuan pertama disebut sebagai fungsi pengembang, sedangkan tujuan
pengembangan lebih tepat diartikan sebagai upaya pengembangan yang
sekaligus disertai dengan upaya validasinya.
Secara konseptual, pendekatan penelitian dan pengembangan
mencakup 10 langkah umum, sebagaimana diuraikan Borg & Gall (1983:
775), seperti model berikut ini:
Gambar 10. Skema prosedur pengembangan Borg & Gall (Borg & Gall, 1983:775)
Metode penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono (2010: 407)
adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk
tertentu, dan menguji keefektivan produk tersebut. Menurut Sugiyono (2009:
297) untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang
bersifat analisis kebutuhan, maka perlu menguji keefektivan produk tersebut
supaya dapat berfungsi di masyarakat luas.
Adapun langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut
Gambar 11. Langkah-langkah penelitian Research & Development (Sugiyono, 2010: 409).
Dalam memilih metode penelitian ini, langkah-langkah yang
digunakan dengan mengadopsi langkah-langkah penelitian R & D dari
Sugiyono dan Borg & Gall. Pertimbangan memilih metode penelitian didasari
pernyataan Mukminan (2004: 18) bahwa ada beberapa pertimbangan yang
perlu diperhatikan sebelum memilih model, yaitu:
1. Model tersebut mempunyai bentuk yang sederhana
2. Mempunyai unsur identifikasi, pengembangan dan evaluasi 3. Model tersebut mungkin untuk diterapkan
4. Terjangkau dalam pembelajaran secara umum serta sudah teruji
Secara garis besar, model yang digunakan sebagai landasan penelitian
Gambar 12. Model Pengembangan Plug-in Angklung
Model penelitian yang dipakai dalam penelitian ini akan dijadikan
acuan menghasilkan prosedur untuk mengembangkan produk plug-in
angklung. Prosedur pengembangan yang digunakan yaitu: (1) potensi dan
masalah; (2) pengumpulan data; (3) desain draft produk; (4) validasi desain; (5)
revisi desain; (6) uji coba produk.
B. Prosedur Pengembangan
Berdasarkan model penelitian yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu
model pengembangan Research and Development (R&D), langkah-langkah
yang untuk mengembangkan produk plug-in angklung dengan program
Kontakt 5 ini adalah sebagai berikut :
1. Potensi Masalah
Potensi masalah dalam penelitian ini mengangkat pengembangan
plug-in angklung dengan program Kontakt 5. Masalah tersebut ditemukan
literatur dan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan perencanaan
produk.
Kegiatan observasi atau pengamatan lapangan dilakukan dalam waktu
sebulan sebelum penelitian. Observasi ini dilakukan di Yogakarta,
kususnya pada komunitas musik digital. Observasi juga dilakukan di
internet, baik dalam website maupun forum. Internet dapat mewakili
komunitas musik digital dengan cakupan yang luas, yaitu dari seluruh
Indonesia, bahkan ada beberapa yang berasal dari Luar Negeri.
Dalam penelitian ini, permasalahan yang ditemukan di lapangan
adalah kesulitan untuk menemukan plug-in angklung dengan variasi suara
yang beragam. Padahal dalam perkembangan teknik dan format permainan
angklung telah memunculkan berbagai variasi suara yang
bermacam-macam.
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara analisis kebutuhan. Analisis
kebutuhan dilakukan dengan cara wawancara dan diskusi dengan pelaku
dan ahli audio, ahli materi, ahli digital recording, pengumpulan literatur
dan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan yang dibutuhkan untuk
perencanaan produk plug-in angklung. Pada tahap analisis kebutuhan yang
dilakukan kepada ahli materi dilakukan dengan cara melakukan wawancara
tentang seputar plug-in angklung. Sedangkan denganahli digital recording
dilakukan wawancara yang lebih kepada teknis plug-in instrument.
cara mengumpulkan buku-buku dan artikel, contohnya buku-buku tentang
audio sampling,virtual instrument, MIDI, dan buku maupun artikel tentang
musik digital.
3. Desain draft produk
Desain produk merupakan proses merancang produk yang
dikembangkan berdasarkan pada data-data yang telah dikumpulkan dari
literatur maupun data dari para ahli. Dalam hal ini, produk yang
dikembangkan adalah sebuah plug-in angklung yang merujuk pada simulasi
memainkan angklung dengan bantuan program Kontakt 5. Produk plug-in
angklung dikembangkan dengan teknik sampling dan melalui beberapa
langkah. Langkah yang dipakai mengadopsi langkah-langkah menurut Sam
McGuire-Roy Pritts dalam bukunya yang berjudul Audio Sampling A
Practical Guide.
4. Validasi
Validasi dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa ahli untuk
menilai produk tersebut. Dalam hal ini, para pakar tersebut adalah Dr. Ismet
Ruchimat sebagai ahli materi. Dan sebagai ahli virtual instrument dan
digital recording adalah Putranto Aditomo. Namun sebelum produk di
validasi oleh pakar-pakar diatas, data suara rekaman angklung di validasi
dan di konsultasikan kepada Surya Eka Priyatna, M.Cs selaku ahli audio.
Hal ini dilakukan agar data suara yang diproses adalah data suara yang
audio dilakukan dengan mengirimkan audio dengan format wave yang
kemudian di proses dan di review.
Validasi oleh ahli materi dan ahli digital recording dilakukan dengan
cara mempersilahkan para ahli untuk encoba langsung produk plug-in
angklung. Kemudian para ahli dimohon untuk mengisi angket dan lembar
saran untuk menilai produk tersebut.
5. Revisi desain
Setelah dilakukan validasi oleh para ahli, perlu dilakukan revisi desain,
apabila memang ditemukan beberapa kelemahan dan ketidaksesuaian
dalam produk tersebut. Revisi juga dilakukan atas dasar saran dan masukan
dari para ahli. Hal ini dilakukan dengan cara mempersilahkan para ahli
untuk mencoba kembali produk yang sudah direvisi. Masukan dan saran
kemudian diolah dan disaring untuk selanjutnya di terapkan pada produk.
6. Uji coba produk
Uji coba produk merupakan uji coba awal yang dilakukan pada
beberapa subjek untuk mengetahui efektifitas produk sebelum dilaksanakan
uji penelitian pada subjek yang lebih luas. Uji penelitian dilakukan terhadap
beberapa orang yaitu beberapa musisi dan pengelola musik digital. Dalam
penelitian ini responden uji coba produk berjumlah 30 orang. Responden
adalah pelaku musik digital di daerah Yogyakarta, yang akan menilai
produk plug-in angklung dengan cara mengisi angket. Proses uji coba
komunitas-komunitas musik digital, dan kemudian melakukan pengujian pada anggota
komunitas musik digital tersebut.
C. Desain Uji Coba Produk
1. Desain Uji Coba
Uji coba pemakaian produk dilakukan berada pada tingkat uji coba
pemakaian terbatas, uji coba pemakaian terbatas maksudnya dilakukan oleh
beberapa responden, data pada saat uji coba pemakaian produk berupa angket.
Tujuan dilakukan tahap ini adalah untuk mengetahui tingkat kelayakan produk
yang sedang dikembangkan sebelum melakukan uji coba produk yang
sebenarnya.
Beberapa fungsi dari pengujian menurut Myers dalam Pressman (2002:
148) adalah sebagai berikut:
a. Pengujian merupakan proses eksekusi suatu program dengan maksud
menemukan kesalahan.
b. Pengujian yang sukses adalah pengujian yang mengungkap semua
kesalahan yang belum pernah ditemukan.
Menurut Pressman (2002: 148) pengujian program dapat dilakukan
dengan cara mengetahui fungsi yang ditentukan, dimana program dirancang
untuk melakukan fungsi tersebut. Kemudian pengujian dilakukan dengan
mempertimbangkan atau memantau bahwa masing-masing fungsi dari
kesalahan pada setiap fungsi. Davis dalam Pressman (2002: 149) menjelaskan
bahwa untuk lebih efektif, pengujian harus dilakukan oleh pihak ketiga.
Pengujian dilakukan setelah semua sampel suara terimplementasi
dalam Kontakt 5 dan menjadi sebuah bentuk fisik yang nyata sebagai sebuah
plug-in angklung. Pengujian dilakukan dengan media komputer dan semua
responden menjalankan plug-in angklung dengan Kontakt 5 yang sudah
disediakan di komputer. Dengan menjalankan program Kontakt 5 maka akan
diketahui sejauh mana realistisitas variasi dan kualitas suara hasil proses
sampling. Cara pengujian yaitu dengan menjalankan program Kontakt 5 dan
membuka fileplug-in angklung instrumen dari hasil sampling sebagai simulasi
memainkan angklung dengan berbagai pilihan suara yang ditawarkan.
2. Subjek Coba
Subjek dalam penelitian ini adalah musisi berjumlah 30 orang yang
diambil dengan teknik sampling acak di Yogyakarta. Kriteria yang harus ada
pada subjek coba penelitian ini adalah musisi yang berkecimpung dalam dunia
digital recording, lebih khususnya adalah musisi yang dapat mengoperasikan
Kontakt 5.
3. Data Uji Coba Ahli dan Responden
Data yang diungkap dalam tahap hasil uji coba ini adalah:
a. Ketepatan isi materi yang diperoleh dari ahli materi.
b. Ketepatan desain produk yang diperoleh dari ahli digital recording.
c. Keunggulan dan kelebihan produk yang diperoleh dari ahli digital
d. Masukan dan saran dari para ahli untuk kepentingan penyempurnaan
produk plug-in angklung.
e. Kelayakan produk yang dibuat untuk membantu musisi yang
membutuhkan plug-in angklung untuk kebutuhan pertunjukan maupun
recording.
f. Hasil analisis data suara yang diperoleh dari ahli audio.
g. Data penilaian atas penggunaan plug-in angklung oleh responden
4. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Yogyakarta. Perancangan produk plug-in
angklung dengan Kontakt 5 dilaksanakan pada bulan Desember 2014 sampai
Februari 2015. Uji coba produk dilaksanakan pada bulan Maret 2015.
5. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Suharsimi (1993), pengambilan data merupakan langkah yang
dilakukan untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian.
Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
a. Angket
Menurut Sugiyono (2008: 142), angket merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pernyataan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab.
Angket yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga jenis, yaitu angket
untuk ahli angklung, angket untuk ahli digitalrecording dan angket untuk