RENCANA STRATEGIS
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
DAERAH KABUPATEN BATANG
TAHUN 2012
–
2017
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1.2 Landasan Hukum 1.3 Maksud dan Tujuan 1.4 Sistematika Penulisan
BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD
2.1 Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi SKPD 2.2 Sumber Daya SKPD
1. Kondisi Kepegawaian 2. Kondisi Perlengkapan 3. Kondisi Keuangan 2.3 Kinerja Pelayanan SKPD
2.4 Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan SKPD
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI
3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD
3.2 Telaahan Visi, Misi dan Program Bupati dan Wakil Bupati 3.3 Telaahan Renstra SKPD
3.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
3.5 Penentuan Isu Isu Strategis
BAB IV VISI,MISI,TUJUAN DAN SASARAN,STRATEGI DAN KEBIJAKAN
4.1 Visi dan Misi SKPD
4.2 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah SKPD 4.3 Strategi dan Kebijakan
BAB V RENCANA PROGRAM,KEGIATAN,INDIKATOR KINERJA,KELOMPOK SASARAN,
DAN PENDANAAN INDIKATIF
5.1 Program dan Kegiatan
BAB VII PENUTUP
Tabel 1 Kondisi Belanja Bappeda Kabupaten Batang Tahun 2012-2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perencanaan adalah suatu proses yang
berkesinambungan yang mencakup keputusan-keputusan
atau pilihan-pilihan alternatif penggunaan sumberdaya untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan
datang. Dalam perencanaan pembangunan daerah Kabupaten
Batang, tujuan yang akan dicapai sesuai dengan visi dan misi
Kabupaten Batang Tahun 2012 - 2017.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Kabupaten Batang sebagai lembaga teknis perencanaan
pembangunan daerah dengan mengacu Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, Undang-Undang Nomor 32 tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi
Strategis (Renstra) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda) Kabupaten Batang Tahun 2012-2017.
Rentsra SKPD adalah sebuah dokumen perencanaan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk periode lima
tahunan, yang akan digunakan sebagai pedoman dalam
penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah
(Renja SKPD) Bappeda Kabupaten Batang dan memberikan
masukan dalam Rencana Kerja Pemerintah Kabupaten Batang
(RKPD). Dalam penyusunan Renstra ini, pedoman utama yang
digunakan adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) Kabupaten Batang Tahun 2012-2017 serta tugas pokok
dan fungsi Bappeda Kabupaten Batang.
Selanjutnya, karena berfungsi sebagai dokumen publik
yang merangkum daftar rencana program kegiatan lima
tahunan di bidang perencanaan pembangunan, maka proses
penyusunan Renstra Bappeda Kabupaten Batang ini juga
dilakukan melalui serangkaian forum musyawarah
perencanaan partisipatif, dengan melibatkan stakeholders di
1.2 LANDASAN HUKUM
Landasan hukum penyusunan Rencana Strategis Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Batang Tahun
2012-2017 adalah:
1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah Propinsi Jawa Tengah;
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam
Lingkungan Propinsi Jawa Tengah jo. Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950;
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara;
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Pembendaharaan Negara;
5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan;
6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan
Negara;
7. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional;
9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2001 tentang
Pelaporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2004 tentang
Rencana Kerja Pemerintah;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang
Pedoman Penyusunan dan penerapan Standar Pelayanan
Minimal;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;
16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota;
17. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
18. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 tahun
2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah;
19. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun
2010-2014;
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8
Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan;
22. Peraturan Daerah provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun
2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013;
23. Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten
Batang 2005-2025;
24. Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 4 Tahun 2008
tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja
25. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2012 tanggal 13
Agustus 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Batang 2012 –
2017 ( Lembaran Daerah Kabupaten Batang Nomor 2
Tahun 2012);
26. Peraturan Bupati Kabupaten Batang Nomor 41 Tahun
2008 tentang Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas, dan
Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Batang;
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN
Renstra Bappeda Kabupaten Batang Tahun 2012 - 2017
disusun dengan maksud untuk:
1. Menyediakan dokumen perencanaan jangka menengah
tingkat SKPD sebagai instrumen untuk mencapai
harmonisasi perencanaan pembangunan daerah dan
acuan resmi dalam menyusun Rencana Kerja (Renja) SKPD
dalam mencapai tujuan pembangunan daerah.
2. Memberikan arah dan pedoman bagi semua personil
dalam melaksanakan tugasnya untuk menentukan
prioritas-prioritas di bidang perencanaan pembangunan,
sehingga tujuan program dan sasaran kegiatan yang telah
3. Mempermudah pengendalian kegiatan serta pelaksanaan
koordinasi dengan instansi terkait, monitoring, analisis,
evaluasi kegiatan baik secara internal maupun eksternal.
4. Memberikan informasi kepada pemangku kepentingan
(stakeholders) tentang rencana pembangunan tahunan.
5. Menjadi kerangka dasar bagi Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah dalam upaya meningkatkan
kualitas perencanaan pembangunan.
Renstra Bappeda Kabupaten Batang Tahun 2012-2017 ini
bertujuan sebagai berikut:
1. Merencanakan perubahan dalam lingkungan yang
semakin kompleks.
2. Mengembangkan pemikiran, sikap dan tindakan yang
berorientasi pada masa depan.
3. Menyediakan satu acuan resmi bagi Bappeda Kabupaten
Batang dalam menentukan prioritas program dan
kegiatan tahunan.
4. Memudahkan seluruh jajaran aparatur Bappeda
Kabupaten Batang dalam mencapai tujuan dengan cara
menyusun program dan kegiatan secara terpadu, terarah
dan terukur.
kebijakan dan program serta kegiatan operasional
tahunan dalam rentang waktu lima tahunan.
6. Menyediakan satu tolok ukur untuk mengukur dan
melakukan evaluasi kinerja tahunan Bappeda Kabupaten
Batang.
1.4 SISTEMATIKA PENULISAN
Rencana Strategis Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kabupaten Batang Tahun 2012–2017 disusun menurut
sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang B. Landasan Hukum C. Maksud dan Tujuan D. Sistematika Penulisan
BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD
A. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi SKPD B. Sumber Daya SKPD
1. Kondisi Kepegawaian 2. Kondisi Perlengkapan 3. Kondisi Keuangan C. Kinerja Pelayanan SKPD
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI
A. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD
B. Telaahan Visi, Misi dan Program Bupati dan Wakil Bupati
C. Telaahan Renstra
D. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
E. Penentuan Isu-isu Strategis
BAB IV VISI,MISI,TUJUAN DAN SASARAN,STRATEGI DAN KEBIJAKAN
A. Visi dan Misi SKPD
B. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah SKPD C. Strategi dan Kebijakan
BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF
A. Program dan Kegiatan
B. Matriks Program dan Kegiatan
BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN
SASARAN RPJMD
BAB VII PENUTUP
BAB II
GAMBARAN PELAYANAN SKPD
2.1 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI
Dalam rangka melaksanakan amanat regulasi Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dan
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah; Pemerintah Kabupaten Batang
telah menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor
4 Tahun 2008 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong
Praja Kabupaten Batang.
Selanjutnya, guna memberikan pedoman pelaksanaan
tugas Pejabat Struktural di lingkungan Pemerintah Daerah
Kabupaten Batang, maka ditetapkan Peraturan Bupati yang
mengatur tentang tugas pokok, fungsi, uraian tugas, dan tata
kerja dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
masing-masing. Untuk Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda), ditetapkan dalam Peraturan Bupati Batang Nomor
dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Batang.
2.1.1 TUGAS POKOK,FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Kabupaten Batang dipimpin oleh seorang Kepala Badan
yang mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan
dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan
pembangunan daerah.
Untuk melaksanakan tugas pokok, Kepala Badan
mempunyai fungsi:
a. perumusan kebijakan teknis di bidang perencanaan
pembangunan;
b. koordinasi perencanaan diantara dinas-dinas dan
satuan lain dalam lingkungan pemerintah daerah;
c. penyusunan Rencana Anggaran Pembangunan
Daerah;
d. penyelenggaraan dan pengkoordinasian penelitian
dan pengembangan untuk kepentingan perencanaan
pembangunan di daerah;
e. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pembangunan
g. pengumpulan dan pengolahan data;
h. penyusunan statistik daerah;
i. pelayanan umum di bidangnya;
j. penyelenggaraan kegiatan administrasi Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah;
k. pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis Badan
(UPTB);
l. pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan
oleh Bupati sesuai tugas dan fungsinya.
Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya,
Kepala Badan mempunyai uraian tugas:
a. menyusun dan merumuskan: (1) kebijakan teknis
rencana program dan kegiatan di bidang
perencanaan pembangunan; (2) kebijakan guna
meningkatkan kapasitas kelembagaan yang meliputi
kegiatan pendidikan dan pelatihan; (3) bahan
kebijakan program legislasi daerah;
b. melaksanakan: (1) pengawasan dan monitoring di
lingkungan badan; (2) tugas kedinasan lain sesuai
dengan perintah atasan untuk kelancaran
pelaksanaan tugas;
c. menyelenggarakan: (1) pelayanan bidang
dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM); (2)
pengumpulan dan pengolahan data; (3) penyusunan
statistik daerah; (4) penelitian dan pengembangan
untuk kepentingan perencanaan pembangunan; (5)
urusan ketatausahaan serta rumah tangga badan; (6)
perizinan sesuai dengan kewenangannya;
d. membina: (1) pegawai di lingkungan badan sesuai
dengan kewenangannya; (2) UPTB di lingkungan
Badan; (3) perizinan sesuai dengan kewenangnnya;
e. mengarahkan: (1) pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan pembangunan; (2) UPTB di lingkungan
Badan;
f. mengkoordinasikan: (1) penelitian dan
pengembangan untuk kepentingan perencanaan
pembangunan; (2) program dan kegiatan bidang
perencanaan pembangunan dan statistik dengan
instansi/lembaga terkait;
g. memfasilitasi instansi terkait dalam penyusunan
Rencana Anggaran Pembangunan Daerah
bersama-sama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) yang
diketuai oleh Sekretaris Daerah;
i. melaksanakan dan mempertanggung jawabkan
pelaksanaan tugas-tugas selaku pengguna anggaran
dan pengguna barang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
j. menyampaikan saran dan pertimbangan kepada
atasan sebagai bahan masukan guna kelancaran
pelaksanaan tugas;
k. melaporkan pelaksanaan tugas kepada atasan
sebagai dasar pengambilan kebijakan.
2.1.2 STRUKTUR ORGANISASI
Susunan organisasi Bappeda Kabupaten Batang
sebagai mana yang diatur dalam Peraturan Bupati Nomor
41 Tahun 2008 terdiri dari:
a. Kepala Badan;
b. Sekretariat, membawahkan:
1) Sub Bagian Penyusunan Rencana Kegiatan;
2) Sub Bagian Keuangan;
3) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
c. Bidang Ekonomi, membawahkan:
1) Sub Bidang Pertanian, Pertambangan dan
2) Sub Bidang Industri, Perdagangan, Koperasi,
Dunia Usaha dan Pariwisata.
d. Bidang Pemerintahan dan Sosial Budaya,
membawahkan:
1) Sub Bidang Pemerintahan;
2) Sub Bidang Sosial Budaya.
e. Bidang Prasarana dan Pengembangan Wilayah,
membawahkan:
1) Sub Bidang Prasarana Wilayah dan Perhubungan;
2) Sub Bidang Pengembangan Wilayah dan Sumber
Daya Alam;
f. Bidang Statistik, Pengendalian dan Evaluasi,
membawahkan:
1) Sub Bidang Statistik;
2) Sub Bidang Pengendalian dan Evaluasi;
g. Bidang Penelitian dan Pengembangan,
membawahkan:
1) Sub Bidang Penelitian;
2) Sub Bidang Pengembangan.
h. Unit Pelaksana Teknis Badan;
BAPPEDA KAB. BATANG Tanggal 12 Juni 2008 INDAGKOP, DU
& PAR SUB BIDANG
PENGEMBAN
SUB BIDANG PEMERINTAHA
N
SUB BID PRASWIL &
SUMBER
SUB BIDANG STATISTIK PRASARANA & PENGEMBANG
BIDANG STATISTIK, PENGENDALI
SUB BAGIAN PENY RENCANA SUB BAGIAN
KEUANGAN
SUB BAGIAN UMUM & KEPEGAW
2.2 SUMBER DAYA SKPD
2.2.1 KONDISI KEPEGAWAIAN
Kondisi personil suatu organisasi sangat menentukan
dalam mendukung pelaksanaan tupoksi yang diemban.
Kondisi personil atau kepegawaian dari Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Batang dapat disampaikan
sebagai berikut:
a. PENDIDIKAN
Jumlah keseluruhan pegawai Bappeda pada bulan Juni
2011 sebanyak 39 orang, yang terdiri dari 26 pegawai
laki-laki dan 13 pegawai perempuan. Selanjutnya bila
dilihat dari tingkat pendidikan formal, maka diketahui
sebagian besar karyawan Bappeda Kabupaten Batang
berpendidikan setingkat Sarjana (S1) yaitu sebanyak 23
orang; selanjutnya secara berturut-turut diikuti oleh yang
berpendidikan Pasca Sarjana (S2) sebanyak 11 orang;
Diploma 1 orang; SMA/Sederajat sebanyak 3 orang; dan
SD/Sederajat sebanyak 1 orang.
b. GOLONGAN DAN ESELON
Dilihat dari golongan kepangkatan, tampak bahwa
sebagian besar pegawai Bappeda Kabupaten Batang
bergolongan III yaitu sebanyak 23 orang, kondisi ini
menunjukan adanya penumpukan golongan di tengah
piramida. Selanjutnya, secara berurutan diikuti oleh
golongan IV sebanyak 9 pegawai, golongan II sebanyak 5
pegawai, golongan I sebanyak 1 orang dan 1 orang
tenaga honorer atau pegawai tidak tetap.
Selanjutnya, dari sisi eselonisasi, diketahui bahwa
sebagian besar pegawai Bappeda Kabupaten Batang
menduduki jabatan staf atau non eselon, yaitu sebanyak
18 orang, selanjutnya secara berurutan pejabat eselon IVa
sebanyak 13 orang, pejabat eselon IIIb sebanyak 5 orang,
pejabat eselon IIIa 1 orang, pejabat eselon IIb 1 orang,
dan 1 orang pejabat fungsional perencana.
c. DIKLAT PENJENJANGAN DAN TEKNIS FUNGSIONAL
Peningkatan pengetahuan dan kemampuan pegawai
sangatlah penting bagi suatu organisasi, termasuk bagi
organisasi seperti Bappeda Kabupaten Batang, yang
merupakan salah satu SKPD kunci dalam Pemerintahan
Peningkatan kemampuan pegawai Bappeda dapat
dilihat dari dua jenis pendidikan dan latihan (Diklat), yaitu
Diklat Penjenjangan dan Diklat Teknis Fungsional.
Pegawai Bappeda yang telah mengikuti Diklat
Penjenjangan sebanyak 21 orang (atau 53,85 persen dari
total pegawai). Kondisi atau komposisi kepesertaannya
dalah 14 orang (66,67 persen) telah mengikuti Diklatpim
IV, masing-masing 3 orang (14,29 persen) telah
mengikuti Diklatpim III dan Diklat Jabatan Fungsional
Perencana, dan 1 orang (4,76 persen) telah mengikuti
Diklatpim II.
Selanjutnya, bila dilihat dari kepesertaan pada Diklat
Teknis Fungsional, maka ada 7 orang (atau 17,95 persen
dari total pegawai) yang telah mengkuti; selengkapnya
adalah 4 orang (57,14 persen) telah mengikuti Diklat
Bendaharawan, 2 orang (28,57 persen) telah mengikuti
Diklat Amdal, dan 1 orang (14,29 persen) telah mengikuti
Diklat KKD.
2.2.2 KONDISI PERLENGKAPAN
Dalam pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tupoksi yang
berlokasi di lingkungan perkantoran sekitar Pendopo
Kabupaten Batang, tepatnya pada sebuah gedung berlantai
tiga, diatas tanah seluas 495 m2.
Dalam operasionalisasinya, Bappeda Kabupaten Batang
didukung dengan beberapa peralatan kantor, yang dapat
disebutkan pada periode Akhir 2011 beberapa diantaranya
sebagai berikut: Personal Computer (PC) sebanyak 19 unit,
Laptop sebanyak 8 unit, Plotter sebanyak 1 unit, Printer
sebanyak sebanyak 29 unit, LCD Proyektor sebanyak sebanyak
3 unit, Digital Camera sebanyak 5 unit, Facsimile 2 unit,
Intercom sebanyak 1 unit, Video Camera sebanyak 1 buah,
Ruang Pertemuan sebanyak 2 buah, dan AC sebanyak 21 unit.
Sedangkan untuk mendukung mobilitas petugas dalam
dinas luar, Bappeda memiliki inventarisasi kendaraan dinas,
yang terdiri atas 2 buah kendaraan roda empat dan 23 buah
kendaraan roda dua.
2.2.3 KONDISI KEUANGAN
Untuk mendukung pelaksanaan tugas Bappeda Kabupaten
Batang, pada setiap tahun telah dialokasikan anggaran belanja
sebagaimana yang tercantum dalam APBD Kabupaten Batang,
Tabel 1
KONDISI BELANJA BAPPEDA KABUPATEN BATANG TAHUN 2007 - 2011
No. SUMBER
TAHUN
2007 2008 2009 2010 2011
1. APBD Kabupaten Batang
5.967.134.144 7.060.534.977 4.426.941.858 4.000.320.886 3.931.395.950
Belanja Tidak Langsung
1.813.877.344 1.986.362.127 1.754.052.258 1.775.883.853 1.564.820.000
Belanja Langsung
4.153.256.800 5.074.172.850 2.672.889.600 2.224.437.033 2.366.575.950
2. APBD Provinsi Jawa Tengah
100.000.000 100.000.000 120.000.000 470.000.000 120.000.000
3. Total 6.067.134.144 7.160.534.977 4.546.941.858 4.470.320.886 4.051.395.950
Sumber: Bappeda Kabupaten Batang, 2011
Berdasarkan pada data dalam tabel di atas, diketahui
bahwa selama tahun 2007-2011, Bappeda mendapatkan
sumber belanja kegiatan dari APBD Kabupaten Batang dan
APBD Provinsi Jawa Tengah. Kemudian, alokasi anggaran yang
diterima cenderung bersifat fluktuatif, dimana dari tahun 2007
cenderung naik pada tahun 2008, namun dari tahun 2008
anggaran untuk belanja langsung dari tahun 2007 sd 2011
cenderung lebih besar daripada alokasi untuk belanja tidak
langsung.
2.3 KINERJA PELAYANAN SKPD.
Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, mekanisme perencanaan pembangunan
daerah ke depan dituntut untuk semakin mengedepankan
pendekatan perencanaan pembangunan partisipatif
(participatory planning).
Mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, sistem Perencanaan Pembangunan
mencakup lima pendekatan dalam seluruh rangkaian
perencanaan, yaitu: politik; teknokratik; partisipatif;
atas-bawah (top-down); dan atas-bawah atas (bottom-up).
Pendekatan politik memandang bahwa pemilihan Kepala
Daerah adalah proses penyusunan rencana, karena rakyat
program-program pembangunan yang ditawarkan masing-masing calon
Kepada Daerah. Oleh karena itu, rencana pembangunan adalah
penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang
ditawarkan Kepala Daerah pada saat kampanye ke dalam
rencana pembangunan jangka menengah. Perencanaan
dengan pendekatan teknokratik dilaksanakan dengan
menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh
lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas
untuk itu. Perencanaan dengan pendekatan partisipatif
dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang
berkepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan.
Pelibatan mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan
menciptakan rasa memiliki. Sedangkan pendekatan
atas-bawah dan atas-bawah-atas dalam perencanaan dilaksanakan
menurut jenjang pemerintahan. Rencana hasil proses
atas-bawah dan atas-bawah atas diselaraskan melalui musyawarah yang
dilaksanakan baik di tingkat kabupaten/kota, kecamatan, dan
desa.
Perencanaan pembanguann terdiri dari empat (4) tahapan
yakni: penyusunan rencana; penetapan rencana; pengendalian
pelaksanaan rencana; dan evaluasi pelaksanaan rencana.
sehingga secara keseluruhan membentuk satu siklus
perencanaan yang utuh.
Tahap penyusunan rencana dilaksanakan untuk
menghasilkan rancangan lengkap satu rencana untuk
ditetapkan yang terdiri dari empat (4) langkah. Langkah
pertama adalah penyiapan rancangan rencana pembangunan
yang bersifat teknokratik, menyeluruh, dan terukur. Langkah
kedua, masing-masing instansi pemerintah menyiapkan
rancangan rencana kerja dengan berpedoman pada rancangan
rencana pembangunan yang telah disiapkan.
Langkah berikutnya adalah melibatkan masyarakat
(stakeholders) dan menyelaraskan rencana pembangunan yang
dihasilkan masing-masing jenjang pemerintahan melalui
musyawarah perencanaan pembangunan. Sedangkan langkah
berikutnya adalah penyusunan rancangan akhir rencana
pembangunan.
Tahap berikutnya adalah penetapan rencana menjadi
produk hukum sehingga mengikat semua pihak untuk
melaksanakannya. Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah ditetapkan
dengan Peraturan Daerah, sedangkan Rencana Kerja
Daerah, Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan
dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran
pembangunan yang tertuang dalam rencana melalui
kegiatan-kegiatan koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana
tersebut oleh pimpinan Lembaga/Satuan Kerja Perangkat
Daerah. Selanjutnya Menteri/Kepala Bappeda menghimpun dan
menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan rencana
pembangunan dari masing-masing pimpinan Lembaga/satuan
Kerja Perangkat Daerah sesuai dengan tugas dan
kewenangannya.
Evaluasi pelaksanaan rencana adalah bagian dari kegiatan
perencanaan pembangunan yang secara sistematis
mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi untuk
menilai pencapaian sasaran, tujuan, dan kinerja
pembangunan. Evaluasi ini dilaksanakan berdasarkan indikator
dan sasaran kinerja yang tercantum dalam dokumen rencana
pembangunan. Indikator dan sasaran kinerja mencakup
masukan (input), keluaran (output), hasil (result), manfaat
(benefit), dan dampak (impact). Dalam rangka perencanaan
pembangunan, setiap Perangkat Daerah berkewajiban untuk
melaksanakan evaluasi kinerja pembangunan yang merupakan
Dalam melaksanakan evaluasi kinerja kegiatan
pembangunan, Perangkat Daerah mengikuti pedoman dan
petunjuk pelaksanaan evaluasi kinerja untuk menjamin
keseragaman metode, materi, dan ukuran yang sesuai untuk
masing-masing jangka waktu sebuah rencana.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan bahwa
perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan
dalam sistem perencanaan pembangunan daerah disusun
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Perencanaan pembangunan daerah dimaksud disusun oleh
pemerintahan daerah sesuai dengan kewenangannya yang
dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.
Penyusunan perencanaan pembangunan daerah juga
dimaksudkan untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi
antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan
pengawasan.
2.3.1 KONDISI UMUM PERENCANAAN SAAT INI
Lima tahun terakhir, pada umumnya, kualitas
penyelenggaraan perencanaan pembangunan daerah di
Kabupaten Batang terus menerus mengalami
adanya peningkatan kualitas penyelenggaraan
perencanaan tersebut meliputi :
a. Meningkatnya intensitas keterlibatan berbagai unsur
pemangku kepentingan pembangunan antara lain:
DPRD, LSM, Lembaga masyarakat tingkat desa,
organisasi profesi, perguruan tinggi, dan sektor
swasta;
b. Meningkatnya kualitas sistem perencanaan dengan
terselenggaranya mekanisme perencanaan
partisipatif;
c. Terselenggaranya forum SKPD dan gabungan SKPD;
d. Meningkatnya konsistensi antara dokumen
perencanaan dengan mekanisme penyusunan
anggaran;
e. Meningkatnya intensitas pendampingan perencanaan
di tingkat kecamatan oleh Bappeda dan SKPD terkait.
Peningkatan kualitas penyelenggaraan perencanaan
tidak lepas dari meningkatnya kapasitas kelembagaan
Bappeda meliputi kapasitas sumber daya manusia, sarana
dan prasarana serta sistem perencanaan sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku, meliputi:
b. Tersedianya hasil-hasil kajian perencanaan, meliputi:
masterplan, grand design, RDTRK, RTRW, data base,
dan kajian sektor lainnya sebagai pendukung
perencanaan;
c. Fasilitasi berbagai forum multistakeholders di bidang
perencanaan dan perumusan kebijakan
pembangunan lainnya;
d. Meningkatnya koordinasi perencanaan intern yang
mantap, sinergis, dan terpadu antara lain melalui
focussed group discussion (FGD);
e. Pemanfaatan teknologi informasi dalam pengelolaan
data dan informasi.
Namun disayangkan, peningkatan kualitas
penyelenggaraan ini belum secara signifikan diikuti oleh
peningkatan kualitas produk perencanaan. Hal ini
disebabkan adanya beberapa tantangan dan
permasalahan pokok antara lain:
a. Perubahan peraturan perundangan dan pedoman
yang mengatur mekanisme perencanaan;
b. Masih adanya persepsi yang salah terhadap posisi
Bappeda sebagai lembaga perencanaan;
c. Belum mantapnya mekanisme perencanaan antara
d. Mengendurnya semangat masyarakat akibat dari
menurunnya kepercayaan terhadap jaminan
kepastian akan direalisasikannya rencana;
e. Lemahnya kapasitas kelembagaan perencanaan di
tingkat basis yang menyebabkan kurang efektifnya
proses perencanaan dan berakibat pada tumbuhnya
perilaku nerabas (shortcutting);
f. Internal birokrasi: lemahnya koordinasi dan masih
adanya ego sektoral antar SKPD, SKPD dengan Desa;
rendahnya kapasitas dan komitmen SKPD pada
proses perencanaan; rendahnya kapasitas fiskal
pemerintah daerah yang berakibat pada lebarnya
celah fiskal (fiscal gap);
g. Internal Bappeda: belum mampu menyediakan
standard operating procedure (SOP) perencanaan,
alat-alat praktis analisis kelayakan kegiatan yang
kredibel; belum meratanya kapasitas analitik SDM
perencanaan; belum optimalnya pengelolaan dan
pemanfaatan data, teknologi informasi dan
komunikasi, penelitian dan pengembangan, serta
pengendalian perencanaan pembangunan.
pembangunan yang bersifat multi aspek, selengkapnya
tampak pada tabel di bawah:
Tabel 2.
Produk Perencanaan Bappeda Kabupaten Batang
Tahun 2009 - 2011
BIDANG 2007 2008 2009 2010 2011
EKONOMI 1. PDRB 1. PDRB 1. PDRB 1. PDRB 1. PDRB
2. IHB 2. IHB 2. IHB 2. IHB 2. IHB
3. IHK 3. IHK 3. IHK 3. IHK 3. IHK
4. Profil Investasi Agro Pagilaran
4. Profil Investasi Agro Pagilaran
4. Peta Potensi Ekonomi
5. Masterplan Tanaman Tembakau
4. Buku Nilai Tukar Petani dan Pemerataan Pendapatan 5. FEDEP 5. Profil Ujung
Negoro
5. Identifikasi Lahan Tanaman Tanaman Cengkeh
Kabupaten Batang
1. Revisi RUTRK IKK Gringsing dan Bawang Kecamatan Baru (Banyuputih, Pecalungan, Kandeman)
2. Survai Pemetaan Kabupaten Batang
2. Resapan Air 2. Publik Hearing RTRW Kab Batang
2. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
3. BKPRD/BP4D 3. BKPRD/BP4D 3. FS Gor Indor
4. NSAD 4. NSAD
5. Survai Pemetaan Kota Batang
5. Tatralok
6. Penataan
Kawasan Lindung
Sumber: Bappeda Kabupaten Batang, 2011
7. Resapan Air Bawah Tanah
3. Batang Dalam Angka
3. Batang Dalam Angka
3. Batang Dalam Angka 4. Kecamatan Dalam
Angka
4. Kecamatan Dalam Angka
4. Kecamatan Dalam Angka
4. Kecamatan Dalam Angka 5. Profil Kabupaten
Batang
5. Profil Kabupaten Batang
5. Profil Kabupaten Batang
SOSBUD 1. Studi Kelayakaan Pembangunan Gedung BLK Kabupaten Batang
1. RAD PUS 1. Penyusunan Profil Tenaga Kerja
1. FS Rumah Sakit Type D Limpung
2. Inventarisasi Sarana Umum Pendidikan dan Kesehatan
2. Pendataan Rumah Tangga Miskin Tahun 2008
2. Penyusunan Indikator Kesra
2. DED Rumah Sakit Type D Limpung
3. Profil Pendidikan per Sekolah Kabupaten Batang
3. Penyusunan
Buku ASIA
3. Pendataan Rumah Tangga Miskin Tahun 2010
4. SMA/MK dan MA, TK/RA, SD dan MI, Sarana Kesehatan
4. Indikator Makro Pendidikan Menengah
5. Koordinasi PUS
dan Jamkesnas
LITBANG 1. RPJP 1. Studi analisis Tingkat Kepuasan Masyarakat
1. Revisi Matrik RPJMD
1. Evaluasi RPJM (Indikator Mikro)
1. Evaluasi Keselarasan/Rel evansi RPJMD Th 2007-2012 dengan RPJMNAS 2. RPJM 2. Studi Analisis
Tingkat Kebutuhan Masyarakat Produk Unggulan Kabupaten Batang
2.4 TANTANGAN DAN PELUANG PENGEMBANGAN PELAYANAN
SKPD
Dalam kurun waktu empat tahun kedepan, dengan
mengoptimalkan pemanfaatan potensi yang dimiliki, Bappeda
diharapkan responsif, kreatif dan inovatif agar mampu
menjawab perubahan lingkungan dan tantangan untuk
mewujudkan perencanaan berkualitas dengan
mengedepankan pendekatan perencanaan partisipatif diawali
dengan meningkatkan kualitas perencanaan teknokratik
melalui peningkatan kapasitas dan komitmen SDM
perencanaan, memantapkan kelembagaan perencanaan di
tingkat basis, serta koordinasi dan komunikasi antar
pemangku kepentingan. Untuk mewujudkan harapan diatas,
beberapa kondisi yang harus disiapkan antara lain sebagai
berikut:
a. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional, diharapkan ke depan tidak lagi sering terjadi
perubahan peraturan atau pedoman penyelenggaraan
perencanaan pembangunan, disisi lain Bappeda
senantiasa perlu bersikap kritis, arif dan cerdas agar
pelaksanaan perencanaan pembangunan tidak
b. Meningkatnya koordinasi antara institusi perencana
dengan pemegang otoritas penganggaran, untuk
menjaga konsistensi antara perencanaan dan
penganggaran, dengan menyikapi secara arif dan cerdas
pemberlakuan peraturan perundangan tentang
perencanaan dan keuangan negara.
c. Meningkatnya kepercayaan masyarakat dan pemangku
kepentingan lainnya terhadap mekanisme perencanaan
dan kredibilitas institusi perencana.
d. Meningkatnya kapasitas sumber daya manusia dan
kelembagaan di tingkat basis dengan harapan dapat
meningkatkan efektivitas proses perencanaan.
e. Mantapnya koordinasi perencanaan pembangunan antar
SKPD, SKPD dengan Desa guna mendukung terwujudnya
perencanaan yang terintegrasi dan sinergis.
f. Meningkatnya kapasitas sumber daya manusia dan unit
perencanaan pada SKPD.
g. Meningkatnya kualitas kebijakan fiskal dalam menyikapi
celah fiskal yang ada sehingga secara optimal dapat
memanfaatkan kapasitas fiskal untuk mencapai tujuan
pembangunan.
i. Tersedianya alat dan metode penilaian kelayakan dan
penetapan skala prioritas kegiatan.
j. Meningkatnya kualitas SDM perencana terhadap
penguasaan keahlian (skill) fungsional perencanaan yang
sesuai tugas pokok dan fungsi Bappeda.
k. Terbukanya peluang mengikuti program beasiswa
pendidikan formal.
l. Mantapnya pengelolaan dan pemanfaatan data,
penguasaan teknologi informasi dan komunikasi,
penelitian dan pengembangan, serta pengendalian dan
evaluasi perencanaan pembangunan.
m. Telaahan RTRW terhadap pelayanan SKPD. Bappeda
sebagai penyusun perencanaan pembangunan daerah
memberikan masukan dalam penyusunan perencanaan
secara makro termasuk juga pada Penyusunan RTRW
Kabupaten Batang. Penyusunan RTRW telah sesuai
dengan amanat Undang-undang No. 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang dan saat ini sudah diperdakan
yaitu Perda No. 7 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten
Batang tahun 2011-2031. Adapun penyusunan KLHS
RTRW Kabupaten Batang tahun 2011-2031 dimaksudkan
untuk melakukan kajian terhadap pemanfaatan ruang
bertujuan untuk mengintegrasikan pertimbangan
lingkungan hidup dan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan di dalam RTRW sehingga kebijakan,
BAB III
ISU-ISU STRATEGIS
BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI
3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN
FUNGSI PELAYANAN SKPD
Dalam melakukan analisis untuk menentukan strategi,
sasaran, program dan kegiatan selama lima tahun ke depan
Renstra Bappeda Kabupaten Batang, menggunakan telaahan
SWOT. Telaahan ini menganalisis faktor-faktor kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi selama
beberapa tahun yang akan datang.
3.1.1 ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL
a. Faktor Kekuatan
Telah ditetapkannya Peraturan Daerah dan
Peraturan Bupati yang memberikan kejelasan
mengenai kedudukan, tugas pokok, fungsi, dan
wewenang yang menjadi tanggung jawab
Bappeda.
Struktur organisasi pada Bappeda terisi oleh staf
fungsi sebagai Badan Perencana Pembangunan
di Daerah dengan tingkat pendidikan yang
cukup memadai.
Aparat Bappeda bekerja secara profesional,
memiliki integritas, dedikasi dan komitmen
yang tinggi.
Pola kerja di Bappeda yang sistematik dan
terjadwal sehingga bisa memberikan hasil yang
optimal, efisien, dan efektif.
Hubungan kerja dan koordinasi yang baik
antara pimpinan dan staf Bappeda sehingga
tercipta suasana kerja yang kondusif dan
nyaman.
Tersedianya sarana, prasarana dan sumber
pembiayaan yang cukup untuk kelancaran
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Bappeda.
Keberadaan Bappeda sebagai lembaga
perencanaan pembangunan daerah.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Nasional yang mengatur
kewenangan perencanaan dan menyusun
evaluasi kinerja pelaksanaan rencana
pembangunan Satuan Kerja Perangkat Daerah.
Ketersediaan Sumber Daya Manusia yang
profesional dan berkualitas.
Dokumen-dokumen perencanaan yang disusun
oleh Bappeda sebagai acuan dalam perencanaan
pembangunan daerah.
Perencanaan pembangunan daerah sudah
dilaksanakan sesuai mekanisme yang diatur.
b. Faktor Kelemahan
Belum memadainya jumlah tenaga teknis
perencanaan, penelitian dan pengkajian.
Dalam pelaksanaannya, perencanaan
pembangunan sering tidak tepat waktu/tidak
sesuai jadwal yang ditetapkan. Hal ini
dikarenakan proses dan mekanismenya yang
membutuhkan siklus waktu yang panjang dalam
rangkaian kegiatan yang berurutan.
Belum tersedianya data-data pembangunan
yang tersusun secara sistematis dan akurat
sehingga menimbulkan kendala dalam
Belum optimalnya pelaksanaan monitoring dan
evaluasi program-program pembangunan yang
dikaitkan dengan dokumen-dokumen
perencanaan.
Belum optimalnya kegiatan pemeliharaan dan
pengujian sebagai bahan merumuskan
keputusan dalam perencanaan pembangunan.
Kelembagaan perencanaan daerah yang belum
optimal.
Koordinasi perencanaan antar satuan kerja yang
masih lemah.
Belum tersedianya sistem informasi
perencanaan pembangunan yang memadai
dalam upaya mendukung proses perencanaan
yang efektif dan efisien.
Terbatasnya sarana-prasarana pendukung
3.1.2 ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL
a. Faktor Peluang
Sistem dan birokrasi Pemerintah Kabupaten
Batang yang sudah tertata dengan baik
Kepemimpinan kepala daerah yang visioner,
berkomitmen dan berintegritas sehingga
menciptakan pembangunan yang berpatisipatif
di Kabupaten Batang.
Penerapan otonomi daerah yang memberikan
kesempatan berprakarsa seluas-luasnya bagi
daerah dalam perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan.
Terjadinya hubungan yang harmonis dengan
SKPD lain dan juga dengan para pemangku
kepentingan (stakeholders).
Ditetapkannya Peraturan Daerah tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kabupaten Batang Tahun
2012-2017 yang merupakan pedoman bagi
perencanaan pembangunan di Kabupaten
Ditetapkannya Peraturan Daerah tentang Tata
Cara Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Batang yang makin membuka
peluang peran serta masyarakat dalam proses
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.
Pemanfaatan sistem informasi manajemen yang
cukup memadai sehingga dapat dihasilkan data
akurat dan akuntabel sebagai bahan dalam
proses penetapan kebijakan pembangunan.
Dukungan Pemerintah Pusat dan Propinsi
terhadap pelaksanaan perencanaan
pembangunan di daerah.
Terbukanya kesempatan yang luas bagi
peningkatan mutu Sumber Daya Manusia
melalui penyelenggaraan atau pegiriman untuk
menempuh pendidikan maupun pelatihan gelar
maupun non gelar.
Peningkatan peran dan partisipasi masyarakat
dalam perencanaan pembangunan.
Ketersediaan dan kesanggupan dari Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) maupun perguruan
Perkembangan wilayah yang pesat akibat
pengaruh pelaksanaan pembangunan.
b. Faktor Ancaman
Tuntutan dan aspirasi semakin beragam dengan
berbagai kepentingan yang semuanya harus
ditampung dan diperhatikan.
Semakin meningkatnya pengawasan dan
kontrol dari berbagai elemen masyarakat atau
pemangku kepentingan dan juga DPRD
terhadap berbagai kebijakan pembangunan.
Masih terdapat aparat pemerintahan dan juga
kelompok masyarakat yang belum memahami
arti penting dari proses perencanaan
pembangunan parsitipatif.
Bervariasinya tingkat pendidikan, sosial
ekonomi masyarakat yang berpengaruh pada
pola pikir dan pola tindak dari masyarakat
Kabupaten Batang.
Masih adanya kebijakan yang kadang-kadang
tidak berpihak pada masyarakat.
Munculnya berbagai kebijakan nasional yang
inkonsistensi perencanaan pembangunan di
daerah;
Terdapatnya pertentangan atau ketidak
sesuaian antara peraturan perundangan yang
mengatur sistem perencanaan pembangunan
dengan peraturan perundangan lainnya yang
berkaitan sehingga berdampak terhadap
mekanisme perencanaan pembangunan daerah;
Belum optimalnya hasil perencanaan
pembangunan karena masih terdapatnya
tumpang tindih perencanaan yang dilakukan
oleh Badan/Dinas/Kantor;
Belum adanya keterbukaan dan kemudahan
akses informasi untuk kepentingan perencanaan
pembangunan;
Perubahan paradigma perencanaan
pembangunan yang menuntut perencana
sebagai fasilitator dan mediator dalam menata
inisiatif masyarakat;
Belum optimalnya kegiatan evaluasi
pelaksanaan pembangunan dalam memberikan
A. FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN
Setelah melaksanakan analisis kondisi lingkungan
Bappeda saat ini, maka langkah selanjutnya adalah menetukan
kondisi yang diinginkan dan proyeksi kedepan Bappeda
Kabupaten Batang.
1. KONDISI YANG DIINGINKAN
a. Proses dan mekanisme perencanaan pembangunan
berjalan tepat waktu sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan.
b. Jumlah tenaga teknis perencanaan dan penelitian
atau pengkajian sesuai dengan kebutuhan.
c. Data-data pembangunan tersusun secara sistemik
dan akurat yang digunakan dalam perencanaan
pembangunan secara komprehensif dan
berkelanjutan (sustainable).
d. Terwujudnya perencanaan pembangunan partisipatif
kepada seluruh pemangku kepentingan
(stakeholders)
e. Kebijakan – kebijakan yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah adalah kebijakan yang berpihak
f. Komitmen yang kuat dari seluruh pemangku
kepentingan untuk melaksanakan perencanaan
pembangunan partisipatif.
2. PROYEKSI KEDEPAN BAPPEDA
a. Makin besarnya tantangan berkaitan dengan tinggi
dan beragamnya tuntutan serta aspirasi masyarakat
yang harus ditampung dan ditindak lanjuti.
b. Makin besarnya partisipasi masyarakat dalam proses
perencanaan pembangunan daerah.
c. Pemantapan sistem informasi manajemen dalam
pengelolaan data – data pembangunan dan
penyebarluasan informasi pembangunan.
3. FAKTOR –FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN
Berdasar analisa lingkungan organisasi, maka asumsi
/ kesimpulan yang dapat diambil sebagai faktor penentu
kunci keberhasilan pelaksanaan kebijakan dan program
yang telah ditetapkan Bappeda adalah sebagai berikut :
a. Kelembagaan dengan susunan organisasi, tata
laksana dan kedudukan yang mengatur tugas pokok
dan fungsi Bappeda secra tegas dan jelas.
menjalankan fungsinya sebagai pelaksana dan
pengontrol proses perencanaan pembangunan
daerah yang telah ditetapkan.
c. Formulasi sistem dan mekanisme perencanaan
pembangunan daerah dan terjadwal secara teratur.
d. Motivasi kerja aparat Bappeda sebagai implementasi
dari dukungan dan kepercyaan yang telah diberikan
oleh pimpinan.
e. Kecukupan dana, sarana dan prasarana dalam
mendukung kelancaran pelaksanaan tugas-tugas
kedinasan.
f. Pemanfaatan sistem informasi manajemen dalam
meningkatkan akurasi dan validasi data yang
diperlukan dalam proses penetapan kebijakan
terhadap perencanaan pembangunan daerah.
g. Keleluasaan menyusun kebijakan perencanaan
pembangunan daerah dengan ditunjang adanya
sistem penerapan otonomi daerah.
h. situasi dan kondisi sosial, ekonomi dan politik
masyarakat yang kondusif sehingga mendukung
peran aktifnya dalam proses perencanaan
i. Kualitas sistem monitoring dan evaluasi program
pembangunan syang dilaksanakan secara periodik
dan terukur serta pemanfaatannya untuk
perencanaan pembangunan tahap berikutnya.
j. Efektifitas dan efisiensi koordinasi dalam proses
penyusunan dan penetapan perencanaan
pembangunan daerah.
k. Sistem birokrasi Pemerintah Kabupaten Batang yang
B. ISU STRATEGIS
Berdasarkan gambaran kondisi saat ini serta kondisi yang
diinginkan dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan
Bappeda Kabupaten Batang sebagai lembaga perencanaan
pembangunan daerah.
Identifikasi masalah atau isu strategis ini akan digunakan
untuk mendukung justifikasi penetapan tujuan, sasaran,
kebijakan dan program sesuai dengan visi misi yang
ditetapkan. Hasil analisis terhadap kondisi saat ini dan kondisi
yang diinginkan menunjukkan beberapa permasalahan atau
isu strategis di bidang perencanaan pembangunan daerah
sebagai berikut:
1. Kelembagaan perencanaan pembangunan daerah yang
belum optimal;
2. Mekanisme pelaksanaan perencanaan pembangunan
daerah belum optimal;
3. Sumber daya perencanaan yang memadai dan berkualitas
3.2 TELAAHAN VISI, MISI DAN KEPALA DAERAH
Rumusan visi dan misi SKPD Bappeda Kabupaten Batang
Tahun 2012-2017 sangat ditentukan oleh rumusan dan
substansi visi dan misi pembangunan daerah yang tercantum
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kabupaten Batang Tahun 2012-2017. Visi Bupati
dan Wakil Bupati Batang periode Tahun 2012-2017 yang
menjadi Visi Misi RPJMD Kabupaten Batang, yaitu:
Terwujudnya pemerintahan yang bersih, efektif, efisien dan
profesional, untuk penguatan ekonomi daerah, dan
pencapaian kesejahteraan masyarakat Batang
Visi tersebut sejalan dengan visi yang ada dalam RPJPD
Kabupaten Batang 2005-2025, yakni: “Batang yang sejahtera,
maju, mantap, dan mandiri berbasis potensi unggulan”. Visi
yang dibuat oleh kepemimpinan YODI mengandung
pengertian bahwa pemerintahan kabupaten harus bisa
bekerja secara efektif, bersih dan professional sehingga
dapat memperkuat perekonomian daerah dan mewujudkan
masyarakat Kabupaten Batang yang sejahtera.
Berdasarkan visi tersebut, untuk memperjelas tujuan dan
PEMERINTAHAN YANG BERSIH, EFEKTIF, EFISIEN, DAN
PROFESIONAL
Mengandung pengertian bahwa pemerintahan harus
bersih dari praktek-praktek yang dapat merugikan
masyarakat, memiliki rancang bangun organisasi dan sistem
kinerja yang efektif dalam mencapai tujuan, efisien dalam
menggunakan anggaran, serta professional dan ramah dalam
melayani masyarakat.
PEREKONOMIAN DAERAH YANG KUAT
Mengandung pengertian bahwa Kabupaten Batang harus
memiliki kemampuan untuk membangun daerah secara
mandiri, dimana pemerintah daerah dan masyarakat mampu
membangun, mengatur dan mengurus kepentingan
daerah/rumah tangganya sendiri menurut prakarsa dan
aspirasi masyarakat. Termasuk dalam hal ini adalah upaya
yang sungguh-sungguh untuk mengembangkan potensi
perekonomian daerah dan menarik investasi untuk
menciptakan lapangan kerja sebanyak mungkin bagi para
putra daerah.
MASYARAKAT YANG SEJAHTERA
Mengandung arti suatu keadaan dimana masyarakat
memiliki kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat,
sandang, kesehatan, pendidikan dan lapangan kerja, yang
didukung oleh infrastruktur fisik, sosial budaya ekonomi
yang memadai. Usaha akan lebih difokuskan pada upaya
pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan pengusaha
lokal untuk berusaha dan berkegiatan ekonomi yang sehat
untuk menarik kelompok-kelompok masyarakat lainnya.
Harus diingat bahwa kemajuan-kemajuan yang ingin diraih
tidak hanya berkaitan dengan kemajuan di bidang fisik dan
ekonomi saja, melainkan juga kemajuan dengan dimensi
batin, mental, dan spiritual. Masyarakat diarahkan supaya
memiliki dan mempraktekkan sikap keimanan dan ketaqwaan
yang tinggi. Usaha juga diarahkan untuk budaya dan
peradaban masyarakat agar bisa meningkatkan keteraturan
mengikuti perkembangan zaman namun tetap menjunjung
tinggi kebudayaan asli dan budaya-budaya positif yang telah
ada sehingga identitas Kabupaten Batang tetap terjaga.
MISI
Rumusan misi dalam rancangan dokumen RPJM daerah
ini sebagai penjabaran atas visi “Terwujudnya pemerintahan
yang efektif, bersih, profesional, untuk penguatan ekonomi
1. Mengembangkan penataan dan pembinaan birokrasi di
semua tingkatan demi terciptanya pemerintahan yang
baik, bersih dan berpelayanan publik yang prima.
2. Menciptakan iklim investasi yang baik dan mendukung
usaha pengembangan ekonomi yang berorientasi pada
peningakatan lapangan kerja yang luas bagi masyarakat
dan peningkatan pendapatan daerah.
3. Meningkatkan pembangunan infrastruktur untuk
menunjang peningkatan ekonomi daerah dan
terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat.
4. Meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat supaya
dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan.
TUJUAN DAN SASARAN
Tujuan merupakan sesuatu yang akan dicapai atau
dihasilkan dalam jangka waktu 1-5 tahun mengacu visi dan
misi serta didasarkan isu dan analisis strategis.Tujuan akan
mengarahkan perumusan sasaran, kebijakan, program dan
kegiatan dalam rangka merealisasikan misi. Sasaran
merupakan hasil yang ingin dicapai secara nyata dalam
rumusan yang lebih spesifik, terukur, dalam kurun waktu
yang lebih pendek dari tujuan. Dalam sasaran dirancang pula
Tujuan MISI 1
1) Menciptakan pemerintahan yang baik, bersih transparan dan
berpelayanan publik yang prima.
Dengan sasaran:
a) Meningkatnya kapasitas dan profesionalisme aparatur
pemerintah daerah dan desa
b) Meningkatkan kapasitas lembaga pemerintah;
c) Meningkatnya transparansi, efektifitas dan efisiensi
birokrasi;
d) Meningkatnya kemampuan pengelolaan keuangan dan
kekayaan daerah.
e) Meningkatnya kepercayaan publik kepada pemerintah
2)Meningkatkan kualitas layanan dengan memastikan
terciptanya proses pelayanan prima yang terjangkau
masyarakat serta mencakup Standar Pelayanan Minimal
(SPM) dan memenuhi syarat Sistem Manajemen Mutu
Dengan sasaran:
a) Meningkatnya kualitas pelayanan publik;
b) Mempersingkat waktu penyelesaian pengaduan;
3)Membuat system pemerintahan berteknologi informasi
(electronic government) sampai ke tingkat desa
Dengan sasaran:
a) Tersedianya layanan pemerintahan berbasis teknologi
informasi (on line), baik dalam perijinan maupun
pengadaan barang-jasa.
b) Terwujudnya sinkronisasi data dan kebijakan ke semua
unit pemerintahan
c) Terwujudnya basis data dan Sistem Informasi yang up to
date berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
untuk pengambilan kebijakan;
4)Menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat
Dengan sasaran:
a) Terciptanya kepastian hukum dan ketertiban
masyarakat;
b) Meningkatnya pemahaman prinsip-prinsip dasar hukum
dan HAM
5)Menata ulang peraturan prosedur perijinan dan peraturan
daerah lain yang tidak efisien
Dengan sasaran:
a) Memangkas prosedur yang berbelit-belit.
Tujuan MISI 2
1) Meningkatkan kemampuan birokrasi untuk bekerja pro
investasi, kreatif dan responsive terhadap kebutuhan
investor
Dengan sasaran:
a) Meningkatnya kualitas pelayanan yang efisien dan
efektif
b) Meningkatnya kreatifitas birokrat untuk menarik
investasi.
2) Meningkatkan usaha promosi potensi dan investasi daerah
Dengan sasaran:
a) Meningkatnya popularitas daerah di mata pengusaha
nasional dan internasional
b) Meningkatnya jumlah investor yang menyediakan
lapangan kerja dan menggunakan bahan lokal
c) Terbentuknya jaringan bapak angkat bagi industry kecil
dan menengah
3) Meningkatkan pemberdayaan dan pembinaan koperasi,
usaha kecil dan menengah
Dengan sasaran
a) Meningkatnya ketersediaan kredit dan program