• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 312004029 BAB III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 312004029 BAB III"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

28

BAB III

HASIL PENELITIAN & ANALISIS

Yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah pengaturan berkenaan

dengan ganti rugi dalam pengadaan tanah berdasarkan peraturan yang ada. Dalam

BAB ini akan dipaparkan mengenai bagaimana karakteristik ganti rugi dalam

pengadaan tanah.

A.

Pengaturan Ganti Rugi Dalam Pengadaan Tanah

Ganti rugi dalam pengadaan tanah berbeda dengan ganti rugi dalam hukum

perdata. Ini dikarenakan dalam pengadaan tanah ada unsur campuran hukum yaitu

hukum publik dan intervensi dari Negara yang tidak terdapat dalam hukum

Perdata. Pola penetapan ganti rugi dalam pengadaan tanah dilihat dari hukum

positif.

Pada BAB ini penulis ingin menjabarkan bagaimana karakteristik ganti rugi

dalam peraturan mengenai pengadaan tanah yang dilihat dari istilah yang

digunakan, pengertian, bentuk , penerima, dasar perhitungan dan mekanisme ganti

(2)

29

1.

Penggunaan Istilah Ganti Rugi Dalam Peraturan Pengadaan

Tanah

Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 15 Tahun 1975 tentang

Ketentuan – Ketentuan Mengenai Tata Cara Pembebasan Tanah

menggunakan istilah ganti rugi, peraturan ini kemudian dicabut dan

digantikan oleh Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 tentang

Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan

Umum yang menggunakan istilah ganti kerugian.

Peraturan ini kemudian dicabut dan diganti dengan Peraturan

Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum yang menggunakan istilah ganti

rugi. Kemudian Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang

Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang

Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan

Umum kembali menggunakan istilah ganti rugi.

Demikian juga dengan Peraturan Kepala Badan Pertahanan Nasional

Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Pelaksanaan

(3)

30

Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Sebagaimana Telah

di Ubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang

Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang

Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum juga menggunakan

istilah ganti rugi.

Lihat Tabel 1.1 dibawah ini.

Tabel 1.1

Penggunaan Istilah Ganti Rugi Dalam Pengaturan Pengadaan Tanah KATEGORI Peraturan

Ganti Rugi Ganti Rugi Ganti Rugi

Istilah yang digunakan ada 2 yaitu ganti rugi dan ganti kerugian.

Tetapi pada dasarnya mempunyai arti yang sama.

2.

Pengertian Ganti Rugi Dalam Peraturan Pengadaan Tanah

Pada Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 15 Tahun 1975 tidak

(4)

31

ganti rugi menurut peraturan ini adalah penggantian sejumlah uang atau

pergantian yang senilai dengan tanah yang dilepaskan haknya.

Kemudian pada saat Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 15

Tahun 1975 ini digantikan dengan Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun

1993 dimana ada perubahan penggunaan istilah dari ganti rugi menjadi ganti

kerugian. Ganti kerugian menurut Keputusan Pressiden Nomor 55 Tahun

1993 adalah penggantian atas nilai tanah serta bangunan, tanaman dan atau

benda lain yang terkait dengan tanah akibat pelepasan atau penyerahan hak

atas tanah.

Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005, yang menggantikan

Keputusan Pressiden Nomor 55 Tahun 1993, kembali menggunakan istilah

ganti rugi. Menurut Keputusan Pressiden Nomor 55 Tahun 1993, ganti rugi

adalah pengantian atas kerugian baik fisik atau non fisik, sebagai akibat

pengadaan tanah kepada yang mempunyai tanah,bangunan, tanaman,dan

atau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah yang memberikan

kelangsungan hidup lebih baik dari tingkat kehidupan sosial ekonomi

sebelum terkena pengadaan tanah. Dan pada Peraturan Presiden Nomor 65

Tahun 2006 yang mengubah Keputusan Pressiden Nomor 55 Tahun 1993

(5)

32

Peraturan Kepala Badan Pertahanan Nasional Nomor 3 Tahun 2007

ini tetap mengunakan istilah ganti rugi. Peraturan ini tidak menjelaskan

pengertian ganti rugi secara rinci, tapi dapat disimpulkan ganti rugi adalah

pergantian nilai atas bangunan, tanaman dan benda lain yang ada di atas

tanah.

Dari pengertian – pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pengertian ganti rugi atau ganti kerugian mengalami perubahan dan dalam

perubahan terakhir tidak memberikan pengertian lebih jelas, hanya

pengertian secara tersirat saja. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat di tabel

(6)

33

Tabel 2.1

Pengertian Ganti Rugi Dalam Pengaturan Pengadaan Tanah

KATEGORI PERATURAN PENGERTIAN Tidak ada

pengertian. Tetapi tanaman dan atau benda lain yang terkait dengan tanah akibat pelepasan atau penyerahan hak atas tanah (Pasal 1 ayat 7)

Pengantian atas kerugian baik fisik atau non fisik,sebagai akibat pengadaan tanah kepada yang mempunyai tanah,bangunan, tanaman,dan atau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah yang

(7)

34

Berdasarkan tabel diatas maka dapat kita ketahui bahwa pengertian

ganti rugi atau ganti kerugian mengalami perubahan dan dalam perubahan

terakhir tidak memberikan pengertian yang lebih jelas. Hanya secara tersirat

saja.

3.

Bentuk Ganti Rugi Dalam Peraturan Pengadaan Tanah

Bentuk ganti rugi dalam Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 15

Tahun 1975 berupa uang, tanah dan/atau fasilitas – fasilitas lain. Keputusan

Presiden Nomor 55 Tahun 1993 mengatur bentuk ganti kerugian berupa

uang, tanah pengganti, pemukiman kembali, gabungan dari dua atau lebih,

dan bentuk lain yang disetujui oleh pihak yang bersangkutan serta untuk

ulayat diberi dengan bentuk pembangunan fasilitas umum atau bentuk lain

yang bermanfaat bagi masyarakat.

Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 mengatur ganti rugi

berupa uang, tanah pengganti, pemukiman kembali, bisa juga berupa

kompensasi berupa penyertaan modal (saham). Untuk tanah ulayat diberi

dengan bentuk pembangunan fasilitas umum atau bentuk lain yang

bermanfaat bagi masyarakat setempat. Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun

(8)

35

kembali, gabungan dari dua atau lebih, dan bentuk lain yang disetujui oleh

pihak yang bersangkutan.

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007

mengatur bentuk ganti rugi selain uang dapat berupa : tanah/bangunan

penganti/pemukiman kembali sesuai dengan yang dikehendaki pemilik dan

disepakati instansi yang memerlukan tanah, tanah/bangunan/fasilitas lain

dengan nilai paling kurang sama dengan benda wakaf yang dilepaskan

untuk harta benda wakaf, recognisi berupa fasilitas umum atau bentuk lain

yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat setempat untuk tanah

ulayat, sesuai keputusan pejabat yang berwenang untuk tanah instansi

pemerintah/pemda.

Dalam perbandingan bentuk ganti rugi ini dapat kita lihat bahwa

peraturan yang berlaku sekarang lebih banyak pilihan untuk ganti rugi,

dibanding peraturan – peraturan sebelumnya.untuk lebih jelasnya lihat tabel

(9)

36

Tabel 3.1

Bentuk Ganti Rugi Dalam Pengaturan Pengadaan Tanah

KATEGORI PERATURAN gabungan dari dua atau lebih, dan bentuk lain yang disetujui oleh umum atau bentuk lain yang bermanfaat bagi dari dua atau lebih, dan bentuk lain yang disetujui oleh pihak yang

bersangkutan (Pasal 13)

(10)

37

4.

Penerima Ganti Rugi Dalam Peraturan Pengadaan Tanah

Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 15 Tahun 1975 mengatakan

bahwa aturan mengenai penerima ganti rugi berpedoman kepada hukum

setempat dan tidak bertentangan dengan UUPA.

Keputusan Presiden NomorNomor 55 Tahun 1993 mengatur bahwa

penerima ganti rugi adalah pemegang hak atas tanah atau ahli waris yang

sah, nadzir bagi tanah wakaf. Tetapi bila milik bersama dan satu atau

beberapa orang tidak ditemukan maka ganti kerugian yang menjadi haknya

maka dikonsinyasikan di Pengadilan Negeri setempat oleh instansi

pemerintah yang memerlukan tanah.

Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 mengatur bahwa

penerima ganti rugi adalah pemegang hak atas tanah atau yang berhak

sesuai dengan peraturan perundang - undangan, nadzir bagi tanah wakaf.

Bila milik bersama dan satu atau orang tidak ditemukan maka ganti rugi

yang menjadi haknya dititipkan di Pengadilan Negeri yang wilayah

hukumnya meliputi lokasi tanah yang bersangkutan. Peraturan Presiden

Nomor 65 Tahun 2006 tidak ada perubahan atas peraturan sebelumnya.

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007

(11)

38

yang berhak sesuai dengan peraturan perundang - undangan, nadzir bagi

tanah wakaf. Dalam hal tanah hak pakai atau hak guna bangunan diatas

tanah hak milik atau diatas tanah hak pengelolaan yang berhak adalah

pemegang hak milik atau hak pengelolaan. Pada peraturan ini peraturan

yang berlaku sekarang kurang mengcover mengenai masalah tanah milik

(12)

39

Tabel 4.1

Penerima Ganti Rugi Dalam Peraturan Pengadaan Tanah

KATEGORI PERATURAN

Penerima ganti rugi : pemegang hak atas tanah atau ahli waris yang sah, nadzir bagi tnh wakaf.

Tetapi bila milik bersama dan satu atau beberapa orang tidak

Penerima ganti rugi : pemegang hak atas tanah atau yang berhak sesuai dengan

peraturan perundang - undangan, nadzir bagi tanah wakaf.

Bila milik bersama dan satu atau orang tidak ditemukan maka ganti pemegang hak atas tanah atau yang berhak sesuai dengan peraturan perundang - undangan, nadzir bagi tanah wakaf.

Dalam hal tanah hak pakai atau hak guna bangunan diatas tanah hak milik atau diatas tanah hak

(13)

40

5.

Dasar Perhitungan Ganti Rugi Dalam Pengadaan Tanah

Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 15 Tahun 1975 mengatur

bahwa dasar perhitungan ganti rugi hanya dilihat dari lokasi dan faktor

strategis tanah, sementara ganti rugi atas bangunan atau tanaman dinilai oleh

dinas pekerjaan umum/dinas pertanian setempat.

Keputusan Presiden NomorNomor 55 Tahun 1993 mengatur bahwa

dasar perhitungan ganti rugi harga tanah didasarkan atas nilai nyata dengan

memperhatikan NJOPBB terakhir untuk tanah yang terakhir. nilai jual

bangunan ditaksir oleh instansi pemerintah daerah yang bertanggung jawab

dibidang bangunan (Dinas Pekerjaan Umum). Nilai jual tanaman ditaksir

oleh instansi pemerintah daerah yang bertanggung jawab dibidang pertanian

(Dinas Pertanian).

Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 mengatur bahwa dasar

perhitungan ganti rugi dengan berdasarkan NJOP Tahun berjalan

berdasarkan penetapan lembaga/ tim penilai harga tanah yang ditunjuk

panitia. Nilai jual bangunan yang di taksir oleh perangkat daerah yang

bertanggung jawab di bidang bangunan. Nilai jual tanaman yang ditaksir

(14)

41

dasar perhitungan ganti rugi ditunjuk oleh lembaga/tim penilai harga yang

ditunjuk oleh bupati / walikota atau gubernur bagi Jakarta.

Peraturan Presiden No 65 Tahun mengatur bahwa dasar perhitungan

ganti rugi dengan memperhatikan NJOP Tahun berjalan berdasarkan

penilaian lembaga atau tim. Nilai jual bangunan yang di taksir oleh

perangkat daerah yang bertanggung jawab di bidang bangunan. Nilai jual

tanaman yang ditaksir oleh perangkat daerah yang bertanggung jawab di

bidang pertanian Untuk dasar perhitungan ganti rugi ditetapkan oleh

lembaga/tim penilai harga yang ditunjuk oleh bupati / walikota atau

gubernur bagi Jakarta.

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007

mengatur bahwa dasar perhitungan ganti rugi dengan memperhatikan NJOP

Tahun berjalan. Dapat juga berpedoman pada variable – variable sebagai

berikut: lokasi letak tanah, status tanah peruntukan tanah, kesesuaian

pengunaan tanah dengan rencana tata ruang wilayah, sarana dan prasarana

yang tersedia, faktor lain yang mempengaruhi harga tanah. Penilaian harga

bangunan/tanaman/benda lain berkaitan dengan tanah dilakukan oleh kepala

(15)

42

tersebut dan berpedoman dengan standar harga yang ditetapkan perundang –

undangan.

Dari perbandingan di atas dapat dilihat bahwa peraturan terbaru

(16)

43

Tabel 5.1

Dasar Perhitungan Ganti Rugi Dalam Pengadaan Tanah

KATEGORI PERATURAN Nomor 36 Tahun 2005

Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006

PERATURAN KEPALA

harga tanah didasarkan atas nilainyata dengan memperhatikan NJOPBB terakhir untuk tanah yang terakhir. lembaga/ tim penilai harga tanah yang ditunjuk panitia Nilai jual bangunan yang di taksir oleh perangkat daerah yang bertanggung jawab di bidang bangunan. Nilai jual tanaman yang ditaksir oleh perangkat daerah yang bertanggung jawab di bidang pertanian.

Untuk dasar perhitungan ganti rugi ditunjuk oleh lembaga/tim penilai harga yang ditunjuk oleh bupati / walikota atau gubernur Nilai jual bangunan yang di taksir oleh perangkat daerah yang bertanggung jawab di bidang

bangunan.

Nilai jual tanaman yang ditaksir oleh perangkat daerah yang bertanggung jawab di bidang

pertanian

Untuk dasar perhitungan ganti rugi ditetapkan oleh lembaga/tim penilai harga yang ditunjuk oleh bupati / walikota atau gubernur bagi Jakarta (Pasal 15)

Berdasarkan :

NJOP memperhatikan NJOP Tahun berjalan. Dapat juga berpedoman pada variable – variable sebagai berikut : lokasi letak tanah, status tanah peruntukan tanah , kesesuaian pengunaan tanah dengan rencana tata ruang wilayah,sarana dan prasarana yang tersedia, faktor lain yang mempengaruhi harga tanah.

(Pasal 28)

Penilaian harga

(17)

44

6.

Mekanisme Ganti Rugi Dalam Peraturan Pengadaan Tanah

Untuk melaksanakan ganti rugi dalam pengadaan tanah, dalam setiap

peraturan pengadaan tanah mempunyai mekanisme. Peraturan Mentri

Dalam Negri Nomor 15 Tahun 1975 mekanismenya sederhana yaitu:

pemilik tanah yang tanahnya akan dilepas jika menyetujui ganti rugi maka

instansi yang bersangkutan langsung membayarkan ganti rugi, kemudian

instansi yang bersangkutan langsung berhubungan dengan pejabat yang

berwenang untuk memohon hak.

Tapi apabila pemilik tanah tidak menyetujui ganti rugi maka pemilik

memberikan alasan penolakan ganti rugi kepada panitia pengadaan tanah.

Panitia pengadaan tanah dan kemudian bisa langsung mengambil 2 jalan

yaitu tetap pada keputusan semula atau melimpahkan kepada gubernur

setempat dimana gubernur bisa mencari jalan tengah atau mengukuhkan

(18)

45

Bagan 6.1

MEKANISME PEMBERIAN GANTI RUGI BERDASARKAN PERATURAN MENTRI DALAM NEGRI NOMOR15

TAHUN 1975

PEMILIK

HAK ATAS TANAH

GANTI RUGI

SETUJU PEJABAT YANG

BERWENANG (MEMOHON HAK) INSTANSI LANGSUNG MEMBAYAR KEPADA PEMILIK HAK

ATAS TANAH

TIDAK SETUJU

PANITIA PEMBEBASAN

TANAH

TETAP PADA KEPUTUSAN

SEMULA

GUBERNUR SETEMPAT

(19)

46

Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 mengatur mekanisme

pengadaan tanah apabila pemilik tanah yang setuju dengan ganti kerugian

maka kedua belah pihak yang membutuhkan langsung ke PPT dan

mengurus SK tentang bentuk dan besarnya ganti kerugian.

Apabila tidak setuju maka panitia pengadaan tanah langsung

membawa kepada gubernur. Setelah itu gubernur bisa mengubah keputusan

PPT atau dapat juga mengukuhkan keputusan PPT. tetapi apabila tetap

menolak maka diusulkan untuk pencabutan dan dirujuk kepada Menteri

Dalam Negri yang kemudian ditembuskan kepada instansi yang

membutuhkan tanah dan Menteri Kehakiman dan HAM serta Presiden.

(20)

47

Bagan 6.2

MEKANISME PEMBERIAN GANTI RUGI BERDASARKAN KEPUTUSAN PRESIDEN NOMORNOMOR55 TAHUN

1993

PEMILIK HAK ATAS TANAH

INSTANSI YANG MEMBUTUHKAN TANAH DAN MENTRI KEHAKIMAN DAN HAM

MENDAGRI PENCABUTAN MENOLAK SETUJU

GUBERNUR

MENGUBAH KEPUTUSAN PPT GANTI

RUGI

MENGUKUHKAN KEPUTUSAN PPT

PPT SK TENTANG BENTUK DAN BESAR GANTI RUGI

TIDAK SETUJU

SETUJU

(21)

48

Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 mengatur mekanisme

ganti rugi apabila pemilik tanah menolak ganti rugi maka PPT mengajukan

kepada Walikota, Bupati atau Gubernur yang bisa mengukuhkan atau

mengubah keputusan PPT. tetapi jika masih ditolak maka akan dilakukan

pencabutan dimana Kepala Badan Pertanahan Nasional membuat tembusan

kepada Presiden dan instansi yang terkait serta Mentri Kehakiman. Lihat

(22)

49

Bagan 6.3

MEKANISME PEMBERIAN GANTI RUGI BERDASARKAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR36 TAHUN 2005

PEMILIK HAK ATAS

TANAH

GANTI RUGI

KEPALA BADAN

MENGUKUHKAN KEPUTUSAN PPT

PENCABUTAN TIDAK SETUJU

SETUJU

JIKA TETAP DITOLAK BUPATI/ WALIKOTA,

GUBERNUR

MENGUBAH KEPUTUSAN PPT

INSTANSI YANG MEMBUTUHKAN TANAH DAN MENTRI KEHAKIMAN DAN HAM

(23)

50

Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 kemudian diperbaharui

dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006. Mekanisme menurut

peraturan ini adalah jika pemilik tanah menolak ganti rugi maka PPT

mengajukan kepada Walikota, Bupati atau Gubernur yang bisa

mengukuhkan atau mengubah keputusan PPT. Tetapi jika masih ditolak

maka akan dilakukan pencabutan dimana Kepala Badan Pertanahan

Nasional membuat tembusan kepada Presiden dan instansi yang terkait serta

Menteri Kehakiman. Tetapi jika tetap menolak ganti rugi yang sudah

ditetapkan dalam Keputusan Presiden, maka dapat mengajukan banding ke

(24)

51

Bagan 6.4

MEKANISME PEMBERIAN GANTI RUGI BERDASARKAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR65 TAHUN 2006

PEMILIK HAK ATAS MENTRI KEHAKIMAN DAN HAM

(25)

52

Kemudian pada peraturan pelaksana dari Peraturan Presiden Nomor

65 Tahun 2006 adalah Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor

3 Tahun 2007 mekanisme ganti rugi menurut peraturan ini adalah jika

pemilik hak atas tanah setuju maka instansi membuat tanda terima.

Kemudian penerima ganti rugi membuat surat pernyataan pelepasan atau

penyerahan hak. Kemudian PPT membuat berita acara pelepasan hak dan

pembayaran ganti rugi.

Tetapi jika pemilik hak menolak maka PPT meneruskan kepada

Walikota, Bupati atau Gubernur dan MENDAGRI yang bisa mengukuhkan

keputusan PPT atau mengubah keputusan PPT, jika tetap menolak maka

(26)

53

Bagan 6.5

MEKANISME PEMBERIAN GANTI RUGI BERDASARKAN PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN

NASIONAL NOMOR3 TAHUN 2007

PEMILIK HAK ATAS TANAH

GANTI RUGI

SETUJU

TIDAK SETUJU

BUPATI/WALIKOTA,

GUBERNUR

MENGUKUHKAN KEPUTUSAN PPT

MENGUBAH KEPUTUSAN PPT

JIKA TETAP DITOLAK PENCABUTAN

INSTANSI MEMBUAT TANDA TERIMA

PENERIMA GANTI RUGI MEMBUAT SURAT

PERNYATAAN PELEPASAN / PENYERAHAN HAK

PPT MEMBUAT BERITA ACARA PELEPASAN

HAK DAN PEMBAYARAN GANTI

(27)

54

Dari perbandingan di atas dapat dilihat bahwa mekanisme

pengadaan tanah harus diperbaiki. Karena belum sepenuhnya dapat

memenuhi keinginan masyarakat. Oleh karena ini pemerintah harus lebih

memperhatikan. Agar tidak terjadi konflik,walaupun semua yang dilakukan

dalam semua peraturan ini, keputusan ganti rugi ataupun ganti kerugian

didasarkan musyawarah. Musyawarah mencari jalan tengah sebagai jalan

terbaik. Dan bukan keputusan sepihak dari pemerintah.

B.

ANALISIS

Dari hasil penelitian maka penulis menganalisis bahwa karakteristik

penggaturan dari 5 peraturan yang menggatur mengenai ganti rugi dalam

pengadaan tanah sejak PERATURAN MENTRI DALAM NEGRI NOMOR 15

TAHUN 1975, Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993, Peraturan Presiden

Nomer 36 Tahun 2005, Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006, PERATURAN

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2007.

1.

Karakteristik Mengenai Penggunaan Istilah

Dalam penggunaan istilah ganti rugi atau ganti kerugian mempunyai

(28)

55

yang diberikan sebagai ganti kerugian, sementara ganti kerugian adalah

seseuatu yang menjadi penukar dari yang menderita rugi. Pengaturan

mengenai penggadaan tanah hanya Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun

1993 dan Peraturan Presiden 36/2005 yang mempunyai pengertian yang

terumus jelas. Peraturan yang lain hanya ada secara tersirat tetapi tidak

secara tertulis menunjukan pengertian ganti rugi ataupun ganti kerugian.

2.

Karakteristik Mengenai Pengertian Ganti Rugi atau Ganti

Kerugian

Dibandingkan dalam Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 15

Tahun 1975, perubahan yang cukup berarti mengenai pengertian ganti rugi

dilakukan pada Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993. Perubahan yang

dimaksud adalah dimaksudkannya ayat khusus yang mengatur tetntang

definisi ganti rugi. Definisi tersebut ada didalam Pasal 1 ayat 7 yang

berbunyi :

Ganti kerugian adalah penggantian atas nilai tanah berikut

bangunan, tanaman dan/atau benda-benda lain yang terkait dengan

(29)

56

Sementara Peraturan Presiden Nomer 36 Tahun 2005 pengertian

ganti rugi menjadi lebih luas lagi. Yaitu memasukan peenggantian aras

kerugian baik fisik atau non fisik. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 1 ayat

11 yang bebunyi :

Ganti rugi adalah penggantian terhadap kerugian baik bersifat

fisik dan/atau nonfisik sebagai akibat pengadaan tanah kepada yang

mempunyai tanah, bangunan, tanaman, dan/atau benda-benda lain

yang berkaitan dengan tanah yang dapat memberikan kelangsungan

hidup yang lebih baik dari tingkat kehidupan sosial ekonomi

sebelum terkena pengadaan tanah.”

Dalam Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 dan Peraturan

Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007tidak

mengalami perubahan makna. Tetapi konsisten dari peraturan

sebelumnya. Penggunaan istilah dan pengertian ganti rugi ini di tetapkan

berdasarkan asas keadilan, dimana dalam asas ini menerapkan agar

memberikan sesuatu yang lebih layak kepada mereka yang melepaskan

haknya dan juga mencakup pihak yang membutuhkan tanah agar dapat

(30)

57

3.

Karakteristik Bentuk Ganti Rugi

Dalam pemberian ganti rugi Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor

15 Tahun 1975 sampai ke Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional

Nomor 3 Tahun 2007 mengalami perubahan menjadi lebih luas. Sehingga

lebih beragam pilihan bentuk ganti rugi yang bisa dipilih oleh mereka yang

akan melepaskan haknya. Bentuk ganti rugi ini ditentukan berdasar asas

keterbukaan di mana rencana pengadaan tanah harus dikomunikasikan.

Sehingga warga masyarakat yang hak atas tanah yang mereka miliki dapat

mengetahui diperuntukan untuk apa tanah yang akan mereka lepaskan

haknya, serta mereka yang haknya dilepaskan dapat mengetahui ganti rugi

apa saja yang mereka dapatkan.

Dalam menentukan bentuk ganti rugi juga harus sesuai dengan asas

minimalisasi dampak dan kelangsungan kesejahteraan ekonomi. Hal ini

bersangkutan dengan hasil dari dampak yang timbul di pengadaan tanah

tersebut, harus dapat meningkatkan taraf hidup. Jangan sampai menjadi

lebih rendah dari sebelum pengadaan tanah.

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun

(31)

58

Alasannya adalah dalam peraturan bentuk ganti rugi lebih beragam dari

pada peraturan yang lain bentuk ganti ruginya terdiri atas :

- Uang

- Tanah

- Bangunan pengganti

- Pemukiman kembali sesuai dengan yang dikehendaki

- Fasilitas lain

- Fasilitas yang sama dengan nilai tanah atau benda wakaf

- Recognisi fasilitas umum atau bentuk lain yang bermanfaat bagi

kesejahteraan masyarakat setempat untuk tanah ulayat

Sementara Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 15 Tahun 1975

adalah peraturan yang tidak memberikan banyak pilihan bentuk ganti rugi.

Dalam Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 15 Tahun 1975

bentuk ganti rugi hanya berupa :

- Uang

- Tanah

(32)

59

4.

Karakteristik Penerima Ganti Rugi

Berdasarkan Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 15 Tahun 1975

hingga Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007

siapa yang berhak menerima ganti rugi atau ganti kerugian mengalami

perubahan menjadi lebih luas. Pada awalnya hanya yang mempunyai hak

atas tanah (Mentri Dalam Negri Nomor 15 Tahun 1975) kemudian menjadi

pemegang hak atas tanah atau ahli waris yang sah dan nadzir bagi tanah

wakaf (Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993), pada Peraturan

Presiden Nomer 36 Tahun 2005 tidak ada perubahan yang begitu terlihat.

Begitu juga pada Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006. Tetapi pada

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007

penerima ganti rugi menjadi lebih luas. Ada penambahan dalam hak pakai

atau hak guna bangunan, diatas tanah hak milik atau diatas tanah hak

pengelolaan yang berhak adalah pemegang hak milik atau hak pengelolaan.

5.

Karakteristik Dasar Perhitungan Ganti Rugi

Mengalami perubahan menjadi lebih luas. Pada semula menurut

(33)

60

dasar perhitungan ganti rugi hanya dilihat dari lokasi dan faktor strategis

tanah. kemudian pada Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 melihat

berdasarkan NJOPBB tanah yang terakhir. Pada Peraturan Presiden Nomer

36 Tahun 2005 dasar perhitungan berdasarkan NJOP Tahun berjalan. Begitu

juga pada Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006. Tetapi pada Peraturan

Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007bukan hanya

berdasarkan NJOP saja, tetapi juga melihat dari lokasi letak tanah, status

tanah, kesesuaian pengunaan tanah dengan rencana tata ruang wilayah,

sarana dan prasarana yang tersedia dan yang mempengaruhi harga tanah.

Dasar perhitungan ganti rugi ini harus sesuai dengan asas

musyawarah dimana asas ini mengatakan bahwa dalam pengadaan tanah apa

saja dan bagaimana penyelesaian yang akan dilakukan. dalam hal ini ada

unsur yang paling mendasar yaitu satu pendapat antara pihak yang saling

membutuhkan. Musyawarah dilakukan berdasarkan perundingan. Asas yang

berikutnya adalah asas kesetaraan, dimana dalam asas ini kedua belah pihak

(34)

61

6.

Karakteristik Mekanisme Pengadaan Tanah

Mekanisme pada pengadaan tanah mengalami perubahan. Perubahan

yang dimaksud ada pada aturan mengenai pengadaan tanah apabila pemilik

hak atas tanah setuju untuk melepaskan haknya. Bila pemilik hak atas tanah

setuju, mekanisme ganti rugi menjadi lebih panjang. Karena pada awalnya

menurut Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 15 Tahun 1975 apabila

pemilik hak atas tanah setuju akan ganti rugi yang diberikan oleh PPT maka

instansi yang bersangkutan langsung membayar kepada pemilik hak atas

tanah dan kemudian memohon hak kepada pejabat yang berwenang.

Kemudian pada Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 jika

pemilik hak tanah setuju dengan ganti rugi yang diberikan maka PPT

mengeluarkan SK tentang bentuk dan besar ganti kerugian. Pada Peraturan

Presiden Nomer 36 Tahun 2005 dan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun

2006 tidak ada perubahan.

Pada Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun

2007 terdapat perubahan yaitu penambahan aturan dalam mekanisme

pemberian ganti rugi apabila pemilik tanah setuju untuk melepaskan

haknya. Perubahan tersebut adalah penambahan mekanisme instansi yang

(35)

62

membuat surat pernyataan pelepasan hak dan selanjutnya PPT membuat

berita acara pelepasan hak dan membayarkan ganti rugi.

Apabila pemilik hak atas tanah tidak setuju dengan ganti rugi, aturan

mengenai mekanisme pemberian ganti rugi pun mengalami perubahan. Pada

awalnya menurut Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 15 Tahun 1975

mengatakan bahwa mekanisme ganti rugi apabila pemilik hak atas tanah

tidak setuju maka PPT bisa tetap pada keputusan semula atau langsung

berhubungan dengan Gubernur setempat. Kemudian Gubernur

mengukuhkan keputusan panitia atau mencari jalan tengah dengan

mengubah keputusan PPT.

Kemudian pada Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 jika

pemilik tanah tidak setuju melepaskan haknya maka PPT langsung

menghubungi Gubernur, kemudian Gubernur bisa mengubah keputusan PPT

atau mengukuhkan. Tetapi jika masih ditolak maka akan dilakukan

pencabutan. Sebelum melakukan pencabutan maka memberikan surat

kepada MENDAGRI kemudian ditembuskan kepada instansi yang

membutuhkan tanah dan MENHANKAM serta Presiden.

Pada Peraturan Presiden Nomer 36 Tahun 2005 jika pemilik tanah

(36)

63

Bupati/Walikota atau Gubernur khusus wilayah DKI Jakarta. Kemudian

Bupati/Walikota atau Gubernur bisa mengukuhkan keputusan PPT atau

mengubah keputusan PPT. Tetapi jika ditolak maka akan dilakukan

pencabutan. Dalam hal ini surat pencabutan ditujukan kepada Kepala

BADAN PERTANAHAN NASIONAL dengan tembusan kepada Presiden

dan instansi yang membutuhkan tanah serta MENHANKAM.

Perkembangan dari peraturan sebelumnya adalah pencabutan di rujuk

kepada MENDAGRI menjadi Kepala BADAN PERTANAHAN

NASIONAL.

Pada Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 mengatakan jika

pemilik hak atas tanah tidak setuju melepaskan haknya maka PPT

melaporkan kepada Bupati/ Walikota/ Gubernur untuk wilayah DKI Jakarta,

dimana bisa mengukuhkan keputusan PPT dan mengubah keputusan PPT.

Jika tetap tidak disetujui maka akan dilakukan pencabutan. Surat

pencabutan diberikan kepada Kepala BADAN PERTANAHAN

NASIONAL dengan tembusan instansi yang membutuhkan serta

MENHANKAM dan kepada Presiden. Tetapi jika tetap tidak setuju maka

(37)

64

dari peraturan sebelumnya jika tidak setuju akan pencabutan maka bisa

banding kepengadilan tinggi.

Pada Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun

2007 jika pemilik hak tidak setuju maka PPT mengajukan kepada

Bupati/Walikota/Gubernur khusus wilayah DKI Jakarta untuk

mengukuhkan keputusan PPT dan mengubah keputusan PPT kemudian jika

ditolak maka akan dilakukan pencabutan.

Mekanisme ganti rugi ditetapkan berdasarkan asas kepastian hukum

dimana dalam asas ini mengatakan tiap pihak harus mengerti mengenai

kewajiban dan haknya. Serta membahas mengenai kapan pemberian ganti

rugi dan tanahnya dilepaskan. Dan berdasarkan asas kesepakatan dimana

dalam asas tersebut harus berdasarkan kesepakatan antara dua pihak

tersebut.

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa peraturan yang paling lengkap

adalah Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional 3 Tahun 2007. Peraturan ini

mencakup mengenai :

- Bentuk ganti rugi yang diberikan

(38)

65

- Dasar perhitungan ganti rugi

Tetapi peraturan ini belum sempurna, karena mekanisme peemberian ganti

rugi kurang menguntungkan masyarakat. Mekanisme pemberian ganti rugi lebih

Gambar

Tabel 1.1 Penggunaan Istilah Ganti Rugi Dalam Pengaturan Pengadaan Tanah
Tabel 2.1 Pengertian Ganti Rugi Dalam Pengaturan Pengadaan Tanah
Tabel 3.1  Bentuk Ganti Rugi Dalam Pengaturan Pengadaan Tanah
Tabel 4.1 Penerima Ganti Rugi Dalam Peraturan Pengadaan Tanah
+2

Referensi

Dokumen terkait

Anggaran ini sifatnya statis dari periode bulan yang satu ke periode bulan yang lain, dan dalam anggaran yang dibuat tidak dilaku­ kan pemisahan antara unsur biaya tetap dan

Penanganan pengaduan, saran dan masukan adalah tata cara pelaksanaan penanganan pengaduan dan tindak lanjut. Pemantauan, Evaluasi dan Mekanisme Pelaporan Hasil Penelitian SKM

Amonia bebas y yang tidak t terionisasi bersifat toksik terhadap biot dan toksisitas tersebut akan menin i gkat jika a terjadi penurunan kadar oksigen terlarut Ikan tidak

Berdasarkan hasil pengujian, bahwa secara simultan dengan Uji F variabel independen yang diproksikan dengan Skor-IG, Ukuran Dewan Direksi, Ukuran Komite Audit,

Berdasarkan teoritik hipotesis dan empirik menyebutkan melalui penggunaan metode Team Product pada pembelajaran Seni Budaya dengan materi menampilkan sikap apresiatif

[r]

• EIGRP chooses the best routes (that is, successor) to a destination from the topology table and places these routes in the routing table.. • Each EIGRP router maintains a

Nilai estimasi parameter yang telah diperoleh, selanjutnya dilakukan pengujian signifikansi parameter baik secara serentak dan parsial untuk mengetahui variabel prediktor