• Tidak ada hasil yang ditemukan

Index of /ProdukHukum/kehutanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Index of /ProdukHukum/kehutanan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN

NOMOR

:

344/ Kpt s-II/ 1995

TANGGAL

:

7 Juli 1995

KETENTUAN MENGENAI PELAKSANAAN PENGUSAHAAN HUTAN

PT. WIRA LANAO LTD

KETENTUAN I

: TUJUAN PENGUSAHAAN HUTAN

Pengusahaan Hut an bert uj uan unt uk meningkat kan pot ensi dan

produkt if it as sumber daya hut an produksi dalam rangka unt uk

memenuhi kebut uhan hasil hut an bagi kepent ingan masyarakat ,

pembangunan, indust ri dan eksport . Unt uk mencapai t uj uan

t ersebut , maka pengusahaan hut an melaksanakan kegiat

an-kegiat an yang meliput i penebangan kayu, penanamanan at au

permudaan dan pemeliharaan hut an,

perlindungan/ pengamanan, pengolahan dan pemasaran hasil

hut an sesuai dengan Rencana Karya Pengusahaan Hut an menurut

ket ent uan-ket ent uan yang berlaku sert a berdasarkan azas

manf aat , azas kelest arian hut an dan azas perusahaan.

KETENTUAN II

: PELAKSANAAN

PT. WIRA LANAO LTD sebagai pemegang Hak Pengusahaan hut an

Tanaman Indust ri Pola Transmigrasi yang selanj ut nya disebut

“ PERUSAHAAN” melaksanakan pengusahaan hut an pada areal

kerj a yang t elah dit et apkan sesuai perat uran

perundang-undangan yang berlaku sert a ket ent uan-ket ent uan berikut :

A.

BIDANG PERENCANAAN

1.

Potret Udara dan Inventarisasi Hutan

a.

Pot ret Udara :

PERUSAHAAN diwaj ibkan menyerahkan kepada

Depart emen Kehut anan paling lambat dalam

wakt u 2 (dua) t ahun set elah dit erbit kannya

Keput usan Hak Pengusahaan Hut an :

1)

Pot ret udara skala 1 : 20. 000 yang meliput i

seluruh areal kerj anya sesuai dengan

ket ent uan yang berlaku.

2)

Indeks pot ret udara di at as draf t ing f ilm

skala 1 : 250. 000 at au lebih besar.

3)

Hasil pot ret udara berupa :

a)

Buku laporan hasil penaf siran f ot o udara

besert a t aksasi pot ensi t egakannya.

(2)

b)

Pet a Veget asi skala 1 : 25. 000 dan pet a

veget asi kompilasi (gabungan) skala 1 :

50. 000 – 1 : 100. 000 yang diberi warna

sesuai keadaan hut annya;

c)

Pet a kelas pot ensi t egakan skala 1 : 50. 000

at au 1 : 100. 000;

d)

Pet a garis bent uk skala 1 : 25. 000;

e)

Pet a kelas lereng skala 1 : 50. 000 at au 1 :

100. 000.

b.

Inventarisasi Hut an :

1)

PERUSAHAAN diwaj ibkan unt uk

melaksanakan invent arisasi hut an unt uk

memperoleh dat a/ inf ormasi yang akurat ,

t erpercaya dan t erbaru mengenai keadaan

f isik daerah, f lora dan f auna dari seluruh

areal kerj a HPH Alam, sert a sosial budaya

masyarakat didalam dan sekit arnya.

2)

Dalam melaksanakan invent arisasi hut an

PERUSAHAAN harus berpedoman kepada

ket et apan dan ket ent uan yang berlaku.

2. Penat aan

Hut an

a.

PERUSAHAAN harus membent uk dan mengelola

seluruh areal kerj anya seluas 55. 925 (lima puluh

lima ribu sembilan rat us dua puluh lima) hekt ar,

yang t erlet ak di kelompok hut an Krueng Penaron

dan Krueng Baj eun.

b.

PERUSAHAAN harus mengelola dan mengusahakan

areal hut annya yang t erdiri dari 1 (sat u) Unit

Kelest arian Pengusahaan Hut an sedemikian rupa

sehingga selalu ada kegiat an pembinaan,

pemeliharaan, perlindungan/ pengamanan hut an,

dan kegiat an pengusahaan hut an lainnya secara

t erus menerus set iap t ahun selama j angka wakt u

pengusahaan hut annya.

c.

PERUSAHAAN harus melaksanakan t at a bat as dan

pengukuran sert a pemet aan t erhadap seluruh

areal kerj anya sesuai dengan ket ent uan yang

berlaku paling lambat dalam wakt u 3 (t iga) t ahun

sej ak dit erbit kannya Keput usan Hak Pengusahaan

Hut an.

d.

PERUSAHAAN harus melaksanakan pembagian

areal kerj anya dan menj adi blok-blok, dan pet

ak-pet ak kerj a (pembinaan, pemeliharaan,

penebangan, dll) dengan t anda-t anda bat as yang

j elas dan permanen, sert a pembukaan wilayah

hut an sesuai dengan ket ent uan dan ket et apan

penat aan hut an yang berlaku.

(3)

d. PERUSAHAAN harus bert anggung j awab unt uk

penyelesaian segala akibat yang t imbul dari

pelaksanaan kegiat an yang dilakukannya at as

t anah milik perseorangan at au t anah yang di

bebani hak lain.

3.

Rencana Karya Pengusahaan

a.

RKPH yang disusun dari pot ret udara areal Hak

Pengusahaan Hut an. PERUSAHAAN diwaj ibkan

membuat dan menyerahkan kepada Depart emen

Kehut anan Rencana Karya Pengusahaan Hut an

(RKPH) yang meliput i seluruh j angka wakt u

pengusahaan hut an yang disusun dari pet a

penaf siran pot ret udara, berupa pet a penaf siran

veget asi dan pet a garis bent uk masing-masing 1 :

25. 000 dari pot ret udara areal HPH dan skala 1 :

20. 000 sesuai dengan ket ent uan yang berlaku dan

diserahkan ke Depart emen kehut anan paling

lambat t anggal 27 Pebruari 1995 yait u 2 (dua)

t ahun set elah diberikan ij in prinsip perpanj angan

HPH No. 425/ menhut -IV/ 1993 t anggal 27 Pebruari

1993 sesuai pasal 7 (1) Keput usan Ment eri

Kehut anan No. 649/ Kpt s-II/ 1990.

b.

PERUSAHAAN harus melaksanakan pengusahaan

hut an berdasarkan Rencana Karya Pengusahaan

Hut an yang disahkan oleh Depart emen Kehut anan

unt uk areal kerj anya, yang t erdiri at as: Rencana

Karya Pengusahaan Hut an yang meliput i seluruh

j angka wakt u Pengusahaan Hut an, Rencana Karya

Lima Tahun dan Rencana Karya Tahunan.

c.

PERUSAHAAN waj ib menyusun Rencana Karya

Pengusahaan berdasarkan hasil penaf siran pot ret

udara dan at au invent arisasi hut an sert a

dat a/ inf ormasi lainnya, dan menyerahkannya

kepada Depart emen Kehut anan unt uk

memperoleh pengesahan. Penyusunan dan

penyerahan RKPH t ersebut dilaksanakan sesuai

dengan pedoman pelaksanaan yang dit et apkan

oleh Depart emen Kehut anan.

d.

Rencana-rencana Karya Pengusahaan Hut an

t ersebut diat as secara keseluruhan merupakan

sat u kesat uan rencana yang saling t erkait

mengkait dan menent ukan sert a disusun sesuai

dengan Pedoman Penyusunan Rencana Karya

Pengusahaan Hut an yang berlaku. Rencana Karya

Pengusahaan Hut an yang t elah disahkan t idak

dapat dirubah kecuali dengan ij in Depart emen

Kehut anan.

(4)

B. BIDANG

PEMANFAATAN

1.

Pemungut an dan Pemanf aat an Kayu :

a.

PERUSAHAAN harus melaksankan sist em

silvikult ur Tebang Pilih Tanam Indonesia) pada

areal hut an seluas 55. 925 (lima puluh lima ribu

sembilan rat us dua puluh lima) hekt ar yang

t erlet ak dikelompok hut an Krueng Penaron dan

Krueng Baj eun, secara legkap, benar dan

bersungguh-sungguh, berpedoman pada

perat uran perundang-undangan yang berlaku.

Disamping sist em silvikult ur t ersebut , Perusahaan

dibenarkan unt uk menggunakan sist em silvikult ur

Tebang Habis dengan Permudaan Buat an, dan

diwaj ibkan unt uk merehabilit asi areal t idak

berhut an/ t idak produkt if / t anah kosong minimal

seluas 200 hekt ar/ t ahun.

b.

PERUSAHAAN pada t ahun pert ama sampai dengan

t ahun ke 15 (lima belas) yait u sampai dengan

selesainya rot asi I TPTI, diberikan j at ah produksi

t ahunan dengan kisaran :

-

Luas minimum

= 1. 002 ha/ t ahun.

-

Luas maksimum

=

1. 670 ha/ t ahun.

-

Volume minimum

= 37. 875 m

3

/ t ahun.

-

Volume maksimum = 63. 125 m

3

/ t ahun.

Namun unt uk kelest ariannya luas yang diij inkan

adalah 770 (t uj uh rat us t uj uh puluh)

hekt ar/ t ahun dengan et at volume 29. 000 (dua

puluh sembilan ribu) m

3/

t ahun sepert i diat ur

dalam proj ect proposal yang t elah diset uj ui oleh

Direkt orat Jenderal Pengusahaan Hut an t anggal

11 Okt ober 1993. Adapun unt uk rot asi II TPTI,

j at ah produksi t ahunan akan diperhit ungkan

kemudian set elah ada dat a pert umbuhan (riap)

dari permanen plot sample dan risalah hut an at as

areal HPHnya.

c.

PERUSAHAAN harus melaksanakan kegiat an

pengusahaan hut an dengan mempergunakan

cara-cara pemungut an kayu secara-cara modern sesuai

dengan keadaan wilayah kerj anya sert a t idak

meninggalkan azas kelest arian hut an dan

lingkungannya.

d.

Semua kegiat an pengusahaan hut an harus

dilaksanakan dengan cara yang t idak

mengakibat kan adanya pemborosan dan

kerugian-kerugian sumber daya alam.

(5)

e.

PERUSAHAAN t idak dibenarkan menebang j enis

kayu yang dilindungi t anpa ij in khusus yang

dikeluarkan oleh Depart emen Kehut anan.

f .

PERUSAHAAN t idak dibenarkan menebang

melampaui j at ah t ebang yang t elah dit et apkan

dalam Rencana Karya Lima Tahunan dan Rencana

Karya Tahunan.

g.

PERUSAHAAN dilarang melaksanakan penebangan

hut an diluar areal yang t elah dit et apkan didalam

RKL dan RKT yang t elah disahkan.

h.

PERUSAHAAN dilarang menebang diluar areal Hak

Pengusahaan Hut annya.

i.

PERUSAHAAN dilarang melakukan penebangan

ulang pada areal bekas t ebangan t anpa ij in

khusus dari Depart emen Kehut anan.

j .

Hak Pemungut an hasil hut an dari penduduk yang

sesuai dengan hak adat set empat t et ap berlaku

dan waj ib diindahkan oleh PERUSAHAAN.

2. Jaringan

Jalan :

PERUSAHAAN harus membangun dan memelihara

j aringan j alan di dalam areal kerj anya sesuai dengan

ket et apan dan ket ent uan t ent ang pembuat an j alan

angkut an sert a sesuai dengan RKPH yang t elah

disahkan. Jaringan j alan angkut an hasil hut an dalam

areal kerj a dibuat dengan ket ent uan :

a.

Jaringan j alan ut ama sej auh mungkin disesuaikan

dengan rencana pembangunan j alan umum yang

dilakukan oleh Pemerint ah.

b.

Pada daerah yang berawa, PERUSAHAAN

dibenarkan membangun j alan rel sebagai j aringan

j alan ut ama.

c.

PERUSAHAAN waj ib t et ap memelihara bekas j alan

angkut an kayu dalam hal ini j alan ut ama dan

j alan cabang dengan t uj uan unt uk dipert ahankan

sebagai j alan pengawasan dan pemeliharaan

hut an.

d.

PERUSAHAAN waj ib mengat ur penggunaan dan

pemanf aat an semua j alan besar at au kecil dan

j alan pengangkut an lainnya baik unt uk keperluan

sendiri, pihak lain, maupun masyarakat

disekit arnya dengan sebaik-baiknya, dengan

t et ap memperhat ikan perlindungan dan

pengamanan areal kerj anya t erut ama dari

pencurian, perambahan hut an dan peladang

berpindah.

(6)

3.

Peralat an Logging

a.

Dalam rangka pelaksanaan kegiat an di areal

kerj anya, PERUSAHAAN diwaj ibkan unt uk membuat

rencana pengadaan/ pemanf aat an dan laporan

realisasi t ent ang j enis, j umlah sert a keadaan per

j enis alat berat yang ada di lapangan kepada

Depart emen Kehut anan.

b.

Set iap pemindahan peralat an yang digunakan

ket empat lain di luar areal kerj anya perlu

mendapat perset uj uan dari Depart emen

Kehut anan.

c. Set iap peralat an yang t idak dipergunakan lagi dan

direncanakan unt uk dapat dihapuskan agar dibuat

berit a acara dan perlu mendapat kan perset uj uan

penghapusan dari Depart emen Kehut anan.

4.

Penanaman Modal

a.

Unt uk memenuhi kewaj iban-kewaj ibannya dalam

kegiat an pemungut an hasil hut an, PERUSAHAAN

akan menanamkan modalnya sebesar Rp.

3. 619. 870. 000 (t iga milyar enam rat us sembilan

belas j ut a delapan rat us t uj uh puluh ribu rupiah).

b.

Perubahan penanaman modal dilaksanakan sesuai

dengan perset uj uan Pemerint ah.

c.

PERUSAHAAN waj ib melaporkan pelaksanaan

penanaman modal set iap t ahun dalam bent uk isian

yang t elah dit ent ukan dan neraca akhir t ahun yang

diaudit oleh Akunt an Publik kepada Depart emen

Kehut anan selambat -lambat nya pada akhir

semest er pert ama t ahun berikut nya.

5.

Ket enaga Kerj aan

a. Penggunaan Tenaga Kerj a

PERUSAHAAN harus menggunakan t enaga kerj a

Indonesia yang t erlat ih, t erampil dan ahli dalam

j umlah yang cukup unt uk semua bidang dan j enis

pekerj aan dan j asa yang diperlukan. PERUSAHAAN

diwaj ibkan unt uk mengaj ukan Rencana Penggunaan

Tenaga Kerj a Tahunan kepada Depart emen

kehut anan.

b.

Program Pendidikan Dan Lat ihan Tenaga Kerj a

PERUSAHAAN harus melaksanakan pendidikan dan

lat ihan bagi sebanyak-banyaknya t enaga kerj a

Indonesia unt uk membina, meningkat kan dan

mengembangkan ket rampilan dan keahliannnya,

dan disamping it u PERUSAHAAN diwaj ibkan

mengikut sert akan t enaga kerj a pada set iap

pendidikan dan lat ihan yang dilakukan oleh

Pemerint ah sepanj ang menyangkut bidang

kegiat annya.

(7)

c. Pemut usan Hubungan Kerj a

Pada set iap t erj adinya pemut usan hubungan kerj a

karyawan harus diperlakukan sesuai dengan

perat uran perundang-undangan yang berlaku.

6.

Pungut an Iuran

PERUSAHAAN harus membayar Iuran Waj ib, Iuran Hasil

Hut an sert a iuran-iuran lainnya sebagaimana diat ur

dalam Perat uran Pemerint ah No. 22 Tahun 1967 j o

Perat uran Pemerint ah No. 21 Tahun 1980, Keput usan

Presiden No. 29 Tahun 1990 j o Keput usan Presiden No.

28 Tahun 1991 j o Keput usan Presiden No. 40 Tahun

1993, dan Keput usan Presiden No. 30 Tahun 1990 j o

Keput usan Presiden No. 29 Tahun 1991 j o Keput usan

Presiden No. 41 Tahun 1993 sert a perat uran

perundang-undangan lainnya yang berlaku.

C. BIDANG

PENGOLAHAN

1.

Unt uk kepent ingan indust ri pengolahan kayu secara

nasional, PERUSAHAAN waj ib meningkat kan ef isiensi,

ef ekt ivit as dan produkt if it as indust ri pengolahan kayu

yang t elah dimiliki, mengembangkan indust ri hilir

dengan orient asi eksport dan membant u keperluan

bahan kayu lainnya, sert a berperan sebagai Bapak

angkat bagi indust ri pendukung/ t erkait .

2. PERUSAHAAN waj ib meningkat kan kemampuan

rekayasa, rancang bangun, dan pengembangan

perangkat lunak lainnya bagi peningkat an dan

pengembangan Indust ri Pengolahan Kayu.

D. BIDANG

PEMASARAN

1.

PERUSAHAAN diwaj ibkan memberikan inf ormasi

t ent ang dat a pemasaran set iap saat diperlukan

Pemerint ah.

2.

PERUSAHAAN harus selalu meningkat kan

pengembangan pemasaran baik unt uk dalam negeri

maupun luar negeri dengan mengembangkan konsep,

st rat egi dan perencanaan pemasaran dan harus

berusaha memenuhi kebut uhan dalam negeri dengan

t ingkat harga yang waj ar.

3.

PERUSAHAAN harus mendukung kebij aksanaan

Pemerint ah dalam pemasaran hasil hut an.

4.

PERUSAHAAN harus selalu mengembangkan dan

meningkat kan mut u hasil hut an.

5.

PERUSAHAAN harus memperkerj akan t enaga grader

dan scaler secukupnya sebanding dengan volume hasil

hut an yang dihasilkan.

(8)

7.

PERUSAHAAN harus memasarkan j enis kayu yang

belum dikenal sedikit nya 2, 5% dari volume kayu yang

sudah dikenal/ dipasarkan.

8.

PERUSAHAAN harus ment aat i perat uran perundangan

t ent ang peredaran hasil hut an yang meliput i

ket ent uan Tat a Usaha Kayu dan ket ent uan Tat a Usaha

Hasil Hut an lainnya.

9.

Dalam memant apkan pasaran hasil hut an baik di

dalam negeri maupun di luar negeri PERUSAHAAN

sej auh mungkin harus memiliki perwakilan di pusat

-pusat pemasaran hasil hut an dan membant u

Pemerint ah dalam analisa, perencanaan dan

pelaksanaan pemasaran.

E.

BIDANG PEMBINAAN HUTAN

Berdasarkan susunan j enis dan susunan diamet er t egakan

hut an dari areal berhut an yang diusahakan dengan sist em

silvikult ur Tebang Pilih Tanam Indonesia unt uk

mempert ahankan meningkat kan kelest arian manf aat

hut an, PERUSAHAAN harus melaksanakan :

1.

Langkah-langkah pengamanan t inggal dalam

melaksanakan penebangan, penyaradan dan

pengangkut an agar kerusakan t egakan yang dit inggal

dan erosi sej auh mungkin dapat dihindarkan, yait u

dengan cara :

a.

Penandaan/ penomoran pohon-pohon yang akan di

t ebang dan yang dit inggalkan sebagai pohon int i

at au pohon induk.

b.

Penebangan dilaksanakan pada pohon

berdiamet er minimal 50 (lima puluh) cm dengan

arah rebah yang t epat . Pada kawasan hut an yang

krit eria hut an produksi t erbat as dan pada

kawasan hut an dengan keadaan t anah yang peka

t erhadap erosi, maka penebangan dilaksanakan

pada pohon berdiamet er menj adi minimal 60

(enam puluh) Cm dengan arah rebah yang t epat

dan disesuaikan dengan AMDAL pengusahaan

hut annya sesuai dengan ket ent uan yang berlaku.

c. PERUSAHAAN t idak boleh melaksanakan

penebangan pada daerah mat a air dengan radius

kurang dari 200 (dua rat us) M dan di kiri kanan

sungai selebar kurang dari 100 (serat us) M. Unt uk

daerah-daerah yang dinyat akan mempunyai nilai

est et ika at au ilmiah, j arak t ersebut di at as t idak

boleh kurang dari 100 (serat us) M.

(9)

d.

Tempat pengumpulan kayu dan j alan sarad dibuat

sebaik-baiknya sesuai dengan ket ent uan yang

berlaku.

2. PERUSAHAAN waj ib melaksanakan upaya-upaya unt uk

meningkat kan nilai hut an, produkt if it as dan pot ensi

hut an melalui :

a.

Melaksanakan reboisasi, perkayaan dan

permudaan hut an sesuai dengan ket ent

uan-ket ent uan yang dit et apkan dan sesuai dengan

Rencana Karya Pengusahaan Hut an yang t elah

disahkan.

b. Membuat t anaman pada lahan yang t idak

produkt if dan t anah-t anah kosong, t erut ama pada

daerah-daerah rawan dan yang berbat asan

dengan lahan penduduk disekit arnya.

3. PERUSAHAAN waj ib membuat permanent plot unt uk

megukur pert umbuhan/ riap t egakan hut an dan

mengukur debet air sert a mut u air sungai akibat

damapak erosi.

4.

PERUSAHAAN waj ib menanamkan modalnya dan

menyisihkan sebagian dari keunt ungannya unt uk

pembinaan, rehabilit asi dan pembangunan hut an baik

di bekas areal t ebangan TPTI maupun dikawasan t idak

produkt if unt uk t anaman sebagai berikut :

a. Unt uk TPTI per ha sebesar US $ 105 s/ d 125

(serat us lima s/ d serat us dua puluh lima US

dollar).

b. Unt uk THPB per ha sebesar US $ 600 s/ d 800

(enam rat us s/ d delapan rat us US dollar).

F.

BIDANG PERLINDUNGAN HUTAN DAN PELESTARIAN HUTAN

1. Bidang Perlindungan Hut an

a. Unt uk mencegah t erj adinya kebakaran hut an

PERUSAHAAN waj ib :

a. 1.

Menyediakan sarana pemadam kebakaran

dalam j umlah yang memadai sesuai dengan

luas dan keadaan areal kerj anya.

a. 2.

Ikut akt if melaksanakan pencegahan dan

penanggulangan kebakaran di dalam areal

kerj anya dan disekit arnya ant ara lain dengan

mengamankan semua kegiat an eksploit asinya

yang dapat menimbulkan bahaya kebakaran

sert a mengamankan penyimpanan

bahan-bahan yang mudah t erbakar.

(10)

a. 3. Segera melaporkan pada inst ansi kehut anan

set iap t erj adinya kebakaran di areal kerj anya.

b. PERUSAHAAN harus menghindarkan, mencegah

dan menanggulangi t erj adinya t indak pelanggaran

oleh pihak lain yang menyebabkan kerusakan

hut an dalam areal kerj anya, ant ara lain

pencurian hasil hut an, penebangan liar,

perladangan berpindah dan perambahan lahan

hut an.

c. Apabila t erj adi perambahan hut an dan at au

t ebangan liar oleh pihak ket iga at au pihak lain

sebagai akibat dibangunnya j alan angkut an oleh

pemegang Hak Pengusahaan Hut an, maka

pemegang Hak Pengusahaan Hut an bert anggung

j awab membayar denda at as kerusakan

hut annya.

d. Unt uk melaksanakan perlindungan hut an,

perusahaan diwaj ibkan membent uk Sat uan

Pengamanan (SATPAM) dengan kualif ikasi t erdidik

dan dalam j umlah yang memadai.

e. PERUSAHAAN segera melpaor set iap t erj adinya

kerusakan dan ganguan hama penyakit t erhadap

hut an dan hasil hut an diareal kerj anya.

2. Bidang Pelest arian Alam

a. Perlindungan

t erhadap Tumbuh-Tumbuhan

a. 1. PERUSAHAAN t idak dibenarkan menebang

pohon-pohon dan memungut t

umbuh-t umbuhan lain yang diumbuh-t eumbuh-t apkan sebagai

j enis yang dilindungi sesuai dengan

ket ent uan-ket ent uan yang berlaku.

a. 2.

PERUSAHAAN harus akt if dalam

pengembangan dan perlindungan sumber

daya alam, dan harus mencegah t erj adinya

dampak negat if dan meningkat kan dampak

posit if dari kegiat an yang dilaksanakan

dengan memperhat ikan hasil-hasil Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

b. Perlindungan

t erhadap Binat ang Liar

b. 1. PERUSAHAAN t idak dibenarkan melakukan

perburuan baik at as sat wa-sat wa liar dan

at au sat wa yang dilindungi yang t erdapat

di areal kerj anya t anpa izin.

(11)

b. 2. PERUSAHAAN harus mencegah t erj adinya

perburuan liar di areal kerj anya.

b. 3.

Unt uk menj amin dan memelihara

t erselenggaranya perlindungan t erhadap

sat wa liar, pemanf aat an hut an

dilaksanakan sedemikian rupa sehingga

t idak t erdapat sat wa liar yang t erj ebak di

dalam areal yang diusahakan.

c. Perlindungan t erhadap Obyek-Obyek yang

Bernilai Ilmiah dan Budaya

c. 1. PERUSAHAAN harus mencegah at as

t erj adinya kerusakan-kerusakan t erhadap

obyek-obyek yang bernilai ilmiah dan

budaya.

c. 2. PERUSAHAAN harus segera melaporkan,

bila menemukan t empat -t empat yang

bernilai ilmiah dan budaya.

d.

Unt uk menj amin dan memelihara

t erselenggaranya kelest arian hut an lindung,

hut an wisat a dan hut an suaka alam,

PERUSAHAAN harus menyediakan daerah

penyangga yang berbat asan dengan kawasan

t ersebut sesuai dengan ket ent uan :

d. 1. Apabila belum dilaksanakan t at a bat as

dilapangan lebar minimal penyangga

adalah 1. 000 (seribu) met er dan apabiola

t elah dilaksanakan t at a bat as di lapangan,

lebar minimal penyangga adalah 500 (lima

rat us) met er diukur dari bat as hut an-hut an

t ersebut sepanj ang bat as persekut uan.

d. 2.

Sarana pengusahaan hut an yang

diperbolehkan diadakan pada daerah

penyangga hanya pembuat an j alan sarad.

KETENTUAN III

: KEWAJIBAN-KEWAJIBAN LAIN

1.

Persyarat an mengenai kesehat an dan keselamat an

1.

PERUSAHAAN waj ib memperhat ikan at au mengambil

langkah-langkah secara maksimal unt uk menj amin

kesehat an dan keselamat an umum karyawan dan at au

orang lain yang berada di dalam areal kerj anya.

2.

Didalam hal t erj adinya kecelakaan-kecelakaan yang

menimpa karyawan PERUSAHAAN at au orang lain yang

berada di dalam areal kerj anya, maka kepada mereka

harus diperlakukan sesuai perat uran perundangan yang

berlaku.

(12)

2. Pembangunan

Masyarakat

a. Fasilit as

pembangunan

masyarakat .

PERUSAHAAN harus membant u Pemerint ah dalam

melaksanakan pembangunan masyarakat di dalam dan

di sekit ar areal kerj anya sepert i :

a.

Pengadaan t empat -t empat ibadah.

b.

Pengadaan f asilit as-f asilit as pendidikan.

c.

Pengadaan f asilit as-f asilit as kesehat an.

b.

Kesempat an

kerj a

PERUSAHAAN harus memberi penyuluhan, kesempat an

kerj a dan pelat ihan kepada masyarakat baik di dalam

maupun di sekit ar areal kerj anya.

c. Fasilit as

pengobat an

c. 1. PERUSAHAAN Harus mendirikan klinik dengan

kapasit as minimum 6 (enam) t empat t idur

lengkap dengan t enaga medis yang cukup dan

bekerj a penuh unt uk PERUSAHAAN.

c. 2. PERUSAHAAN Harus menyediakan pelayanan

pengobat an kepada seluruh karyawannya dan

anak ist rinya.

c. 3. Anggot a masyarakat set empat walaupun bukan

karyawan PERUSAHAAN dapat t urut

menggunakan f asilit as klinik t ersebut dengan

biaya seringan mungkin.

c. 4. PERUSAHAAN Harus menyediakan pos-pos

pert olongan pert ama pada t empat -t empat yang

diperlukan.

d. PERUSAHAAN diwaj ibkan melaksanakan kegiat an

pembinaan di dalam dan di sekit ar hut an (“ HPH

Binaan Desa Hut an “ ) sesuai dengan ket ent uan yang

berlaku.

e.

PERUSAHAAN diwaj ibkan membina dan

mengembangkan Koperasi Karyawan dan/ at au KUD

at au Koperasi Primer lainnya yang ada di sekit ar areal

Hak Pengusahaan Hut annya sert a waj ib memberi

kesempat an kepada koperasi t ersebut unt uk memiliki

saham perusahaan.

f .

PERUSAHAAN diwaj ibkan menyisihkan dana maksimum

5% (lima persen) dari keunt ungannya unt uk pembinaan

dan pengembangan golongan ekonomi lemah/ koperasi.

2.

Fasilit as t empat t inggal karyawan dan kegiat an logging

a. Base

Camp.

(13)

a. 1. Dalam pelaksanaan pembangunan Base Camp,

PERUSAHAAN harus memenuhi ket ent

uan-ket ent uan :

a. 1. Pembangunan rumah/ barak unt uk

karyawan harus memenuhi kelayakan

ruang t empat yang sehat .

a. 2. Penggunaan lahan hut an unt uk

pembangunan Base Camp harus sesuai

dengan kebut uhan.

a. 3.

Pembangunan Base Camp di areal hak

pengusahaan hut an lain, harus ada

perset uj uan t ert ulis dari yang

bersangkut an.

b. Tempat

penimbunan

kayu.

Tempat penimbunan kayu harus t erpisah dari t empat

Base Camp.

c. Bangunan

lainnya.

Bangunan-bangunan lain yang ada dan yang akan

didirikan di dalam areal kerj anya harus mendapat kan

ij in Depart emen Kehut anan.

KETENTUAN IV

: LAIN LAIN

A.

PERUBAHAN LUAS AREAL KERJA

Perubahan luas areal kerj a dimungkinkan dan

pelaksanaannya disesuaikan dengan perundang-undangan

yang berlaku.

B. HAK-HAK

LAIN

PERUSAHAAN t idak mempunyai hak-hak lain selain apa yang

t ercant um di dalam Keput usan Hak Pengusahaan Hut an dan

kelengkapannya. Hak-hak lain yang dimaksud adalah

meliput i hak pengelolaan at as t anah hut an, hak-hak at as

mineral, minyak bumi, gas alam, bahan-bahan kimia, bat

u-bat u mulia at au set engah mulia dan sumber-sumber alam

lainnya.

KETENTUAN V : PENGAWASAN

Pemerint ah melakukan pengawasan dan pembinaan t erhadap

pelaksanaan semua kegiat an PERUSAHAAN baik mengenai

pelaksanaan f isik pengusahaan hut an maupun semua

administ rasi/ pembukuan dan surat menyurat mengenai

pengelolaan PERUSAHAAN.

(14)

KETENTUAN VI

: PELANGGARAN/ SANKSI

1.

Pengert ian Pelanggaran

Tidak melaksanakan, ment aat i dan at au t idak memenuhi

persyarat an/ kewaj iban sebagaimana t ercant um dalam

perat uran perundang-undangan yang berlaku dan at au

Keput usan Hak Pengusahaan Hut an besert a dokumen

kelengkapannya.

2.

Pengenaan Sanksi

Pelanggaran sepert i t ersebut pada ayat 1 bab ini akan

dikenakan sanksi sesuai dengan perat uran

perundang-undangan yang berlaku.

KETENTUAN VII

: KONSEKUENSI

TERHADAP

PENCABUTAN

DAN/ ATAU

PENYERAHAN KEMBALI HAK PENGUSAHAAN HUTAN

A.

Kewaj iban PERUSAHAAN set elah t erj adinya pencabut an

Dalam hal dicabut nya keput usan Hak Pengusahaan Hut an,

kepada PERUSAHAAN t et ap dibebankan kewaj

iban-kewaj iban yang t ercant um dalam pasal 13 ayat 2 Perat uran

Pemerint ah Nomor 21 t ahun 1970.

B.

Hak yang dimiliki PERUSAHAAN set elah habisnya j angka

wakt u, penyerahan kembali at au dicabut nya Hak

Pengusahaan Hut an

Set elah berakhirnya masa Keput usan Hak Pengusahaan

Hut an dan at au perpanj angannya, at au menyerahkan

kembali sebelum j angka wakt u, maka :

a.

PERUSAHAAN harus menyerahkan dalam keadaan baik

semua benda t idak bergerak sepert i base camp,

gedung, j alan, j embat an gudang, pelabuhan udara,

pelabuhan sungai dan laut , dok dan lain-lain yang

t elah dibangun oleh PERUSAHAAN kepada Pemerint ah

t anpa adanya gant i rugi dari Pemerint ah.

b.

Barang-barang persediaan yang berada didalam

gudang dan benda-benda bergerak yang dipergunakan

PERUSAHAAN sehubungan dengan kegiat an usaha

pemnf aat an hut an, t et ap menj adi milik PERUSAHAAN.

c.

Jika HPH Alam berakhir karena habis wakt unya at au

karena diserahkan kembali oleh PERUSAHAAN at au

karena dicabut oleh Ment eri Kehut anan dan

Perkebunan, maka :

c. 1. Segala hak yang dimiliki oleh pemegang Hak

Pengusahaan Hut an berakhir.

(15)

c. 2.

Areal hut an yang dibebani Hak Pengusahaan

kembali kepada Negara.

c. 3. Pemegang Hak Pengusahaan Hut an diwaj ibkan

menyerahkan semua klise dan bahan-bahan sert a

pet a, gambar-gambar ukuran t anah dan

sebagainya kepada Depart emen Kehut anan

dengan t idak menerima gant i rugi.

c. 4.

Pemegang Hak Pengusahaan Hut an t et ap

dibebani/ waj ib menyelesaikan semua kewaj

iban-kewaj iban yang t ercant um dalam Keput usan Hak

Pengusahaan Hut an besert a lampirannya yang

belum t erpenuhi.

4. Dalam hal PERUSAHAAN akan menyerahkan kembali

Hak Pengusahaan Hut annya sebelum habis masa

berlakunya, maka PERUSAHAAN sebelumnya harus

sudah menyelesaikan dan memenuhi semua kewaj iban

t eknis dan f inansial sebagaimana t ercant um dalam

Keput usan Hak Pengusahaan Hut an.

MENTERI KEHUTANAN,

t t d

DJAMALUDIN SURYOHADIKUSUMO

Salinan sesuai dengan aslinya

Kepala Biro Hukum dan Organisasi,

KAMDIYA ADISOESANTO, SH.

(16)

Referensi

Dokumen terkait

“Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Masyarakat kecamatan Medan Helvetia dalam Memilih Lembaga Keuangan sebagai Sumber

HIV/AIDS, trade, democracy-governance and biodiversity conservation and management). Yet still, significant gaps in gender and fisheries information remain. For example, there is

THE EFFECT OF EDMODO AS WEB BASSED LEARNING TOWARDS STUDENT COGNITIVE AND MOTIVATION IN LEARNING THERMAL PHYSICS.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Cinta memiliki adanya keinginan untuk memiliki pasangan hingga sampai rela berkorban secara ekonomi yaitu dimana seorang waria selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan

 Setiap responden wajib memberikan keterangan yang diperlukan dalam penyelenggaraan statistik dasar oleh Badan Pusat Statistik sesuai dengan Undang-Undang No.a. LUAS

Peraturan Pemerintah ini merupakan landasan bagi penyelenggaraan kegiatan akuntansi mulai dari satuan kerja Pengguna Anggaran, penyusunan Laporan Keuangan oleh Entitas Pelaporan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pilihan alternatif metode pembelajaran kepada pendidik yaitu penerapan Assessment- Feedback dalam pelaksanaan KBM

Gambar 4.5 Tampilan Hasil Pengujian Proses Dekripsi Dengan Sandi Sama 47 Gambar 4.6 Tampilan Hasil Pengujian Proses Dekripsi Dengan Sandi Berbeda 47 Gambar 4.4 Tampilan