• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER MODEL TUTORIAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER MODEL TUTORIAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ...xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 17

C. Pertanyaan Penelitian ... 17

D. Tujuan Penelitian ... 18

E. Manfaat Penelitian ... 19

F. Defenisi Operasional ... 20

G. Hipotesis Penelitian ... 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 22

A. Konsep Belajar dan Pembelajaran ... 22

1. Konsep Belajar ... 22

2. Konsep Pembelajaran... 37

B. Media Pembelajaran ... 43

1. Pengertian Media Pembelajaran ... 43

2. Kedudukan Media Pembelajaran ... 45

3. Pentingnya Media Pembelajaran ... 47

4. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ... 50

5. Jenis-jenis Media Pembelajaran ... 53

(2)

1. Komputer sebagai Multimedia Pembelajaran Interaktif ... 61

2. Pembelajaran Berbasis Komputer Model Tutorial ... 67

D. Hakakat Mata Pelajaran Geografi ... 78

1. Pengertian Mata Pelajaran Geografi ... 78

2. Tujuan Mata Pelajaran Geografi ... 80

3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Geografi ... 81

4. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Geografi ... 82

E. Hasil Belajar ... 83

1. Pengertian Hasil Belajar ... 83

2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil belajar ... 86

3. Pengukuran Hasil Belajar ... 88

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 92

A. Metode dan Desain Penelitian ... 92

B. Variabel Penelitian ... 95

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 95

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 97

E. Teknik Pengolahan Data ... 104

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 106

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 107

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 109

1. Pelaksanaan Eksperimen ... 109

2. Deskripsi Hasil Belajar Siswa ... 117

3. Deskripsi Respon Siswa ... 119

4. Deskripsi Respon Guru ... 129

5. Deskripsi Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Pembelajaran Geografi Berbasis Komputer ... 130

(3)

D. Pembahasan ... 143

1. Perbedaan Hasil Belajar Siswa ... 143

2. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Geografi Berbasis Komputer ... 155

3. Respon Guru Terhadap Pembelajaran Geografi Berbasis Komputer ... 159

4. Faktot-faktor Penghambat dan Pendukung Penerapan Pembelajaran Geografi Berbasis Komputer ... 161

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 167

A. Simpulan ... 167

B. Rekomendasi ... 169

DAFTAR PUSTAKA ... 172

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang sangat

pesat, telah membawa perubahan di berbagai aspek kehidupan manusia. Selain

mendatangkan manfaat bagi kehidupan manusia, perubahan tersebut juga

membawa manusia kedalam era globalisasi yang syarat akan persaingan. Agar

mampu berperan dan memenangkan persaingan dalam percaturan global saat ini,

bangsa Indonesia perlu terus berbenah diri untuk mengembangkan dan

meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu manusia yang

memiliki kecenderungan kuat untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya

secara optimal baik potensi sosial, intelektual maupun moral spiritualnya melalui

upaya pendidikan yang terarah dan berencana. Hal ini sesuai dengan fungsi dan

tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan pemerintah dalam Undang-undang

No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan pada dasarnya memegang peran yang sangat penting dalam

proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Tujuan pendidikan dapat

diwujudkan melalui iklim pendidikan yang kondusif. Kendati demikian realitas

(5)

kondisi pendidikan di Indonesia masih menunjukkan berbagai permasalahan

pendidikan yang sangat kompleks. Niniwanty (2009: 2) permasalahan pendidikan

dapat ditinjau dari sudut mikro misalnya, dari rendahnya kualitas output

pendidikan, keterbatasan dana pendidikan, minimnya sarana dan prasarana yang

mendukung proses pendidikan, profesionalisme guru, kurangnya perhatian

pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan guru, perubahan kebijakan, dan

lain sebagainya. Ditinjau dari sudut makro permasalahan pendidikan dihadapkan

pada relevansi pendidikan dengan dunia kerja, mutu pendidikan, efisiensi serta

pemerataan pendidikan. Permasalahan-permasalahan tersebut sangat

mempengaruhi kualitas pendidikan, sehingga kualitas pendidikan di Indonesia

menunjukkan hasil yang belum menggembirakan, dan salah satu indikatornya

adalah posisi kualitas sumber daya manusia dalam perspektif Human

Development Index (HDI) tahun 2010 yang dipublikasikan oleh United Nations

Development Programme (UNDP), di mana posisi Indonesia menempati

peringkat ke-108 dari 169 negara di dunia. Sementara negara-negara ASEAN lain

seperti Singapura menempati peringkat 27, Brunei Darussalam peringkat

ke-37, Malaysia ke-57, Thailand ke-92, dan Filipina ke-97 (Human Development

Reports, 2010).

Guna mengatasi kondisi tersebut pemerintah telah melakukan berbagai

upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, di antaranya dengan ditetapkannya

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang

menggantikan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989, Peraturan Pemerintah

(6)

disusul dengan aturan operasional berupa Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah, Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar

Kompetensi Lulusan. Selanjutnya dikeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang pelaksanaan Permen 22 dan 23 Tahun

2006, yang lebih dikenal dengan Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Seluruh Undang-undang dan peraturan tersebut ditujukan

sebagai penyediaan payung hukum bagi perbaikan kualitas pendidikan.

KTSP merupakan sebuah kebijakan pemerintah yang harus dijadikan

pedoman bagi setiap satuan pendidikan, sebagai sebuah produk inovasi dalam

pengorganisasian kurikulum saat ini, untuk dapat disesuaikan dan diterapkan

melalui proses pembelajaran. Hal ini agar penyelenggaraan pendidikan berjalan

dengan baik dan berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas pendidikan,

terutama ditentukan oleh proses pembelajaran yang diselenggarakan pada

lembaga pendidikan di sekolah, sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan

Pemerintah (PP) dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) :

a. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Proses,

Pasal 19 ayat 1 dinyatakan bahwa :

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

b. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun

(7)

melalui pendekatan multistrategi, multimedia, sumber belajar dan teknologi

yang memadai, serta memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber

belajar.

c. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 19 Tahun

2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan dalam Program Pembelajaran,

yang mengisyaratkan agar setiap guru bertanggungjawab terhadap mutu

kegiatan pembelajaran untuk setiap mata pelajaran yang diampunya dengan

cara:

a) merujuk perkembangan metode pembelajaran mutakhir; b) menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, inovatif dan tepat guna untuk mencapai tujuan pembelajaran; c) menggunakan fasilitas, peralatan, dan alat bantu yang tersedia secara efektif dan efisien; d) memperhatikan sifat alamiah kurikulum, kemampuan peserta didik, dan pengalaman belajar sebelumnya yang bervariasi serta kebutuhan khusus bagi peserta didik dan yang mampu belajar dengan cepat sampai lambat; e) memperkaya kegiatan pembelajaran melalui lintas kurikulum, hasil-hasil penelitian dan penerapannya; f) mengarahkan kepada pendekatan kompetensi agar dapat menghasilkan lulusan yang mudah beradaptasi, memiliki motivasi, kreatif, mandiri, mempunyai etos kerja yang tinggi, memahami belajar seumur hidup, dan berfikir logis dalam menyelesaikan masalah.

Peraturan pemerintah dan Permendiknas tersebut menuntut agar setiap

satuan pendidikan melakukan proses pembelajaran yang efektif dan efisien untuk

mengembangkan setiap potensi yang dimiliki oleh peserta didik secara optimal.

Dalam hal ini guru memegang peran penting dalam merancang/mengatur

lingkungan guna menyediakan pengalaman belajar yang sesuai dengan potensi

peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Peraturan ini juga

mengharuskan para guru agar lebih terampil, memiliki motivasi dan kreatifitas

yang tinggi untuk mampu merancang model pembelajaran yang bervariasi,

(8)

memadai sebagai sumber belajar guna menciptakan proses pembelajaran yang

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik,

sehingga pada akhirnya berimplikasi pada peningkatan kualitas pendidikan dan

SDM di Indonesia. Pada kondisi ini, media merupakan komponen penting yang

dapat menentukan kualitas penyampaian informasi dan pengetahuan kepada

siswa.

Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi yang

melibatkan tiga komponen yaitu (1) komponen pengirim pesan (guru), (2)

komponen penerima pesan (siswa), dan (3) komponen pesan itu sendiri yang

biasanya berupa materi pelajaran. Pesan yang dikirimkan oleh guru berisi materi

pelajaran yang dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi baik verbal

(kata-kata dan tulisan) maupun non verbal (Rusman, 2009: 152). Dalam proses

komunikasi ini sering terjadi kegagalan, karena materi pelajaran atau pesan yang

disampaikan pengirim (guru) tidak optimal, artinya tidak selamanya materi

pelajaran yang disampaikan guru dapat diterima atau dipahami siswa, bahkan

adakalanya siswa salah menangkap isi pesan (Sanjaya, 2009: 206). Sebagai

sumber pesan, guru harus menciptakan kondisi yang memungkinkan proses

komunikasi berjalan lancar, agar pesan yang disampaikan dapat diterima melalui

“chanel “ yaitu alat-alat indera siswa. Oleh sebab itu, dalam proses komunikasi

atau pembelajaran diperlukan saluran yang berfungsi untuk mempermudah

penyampaian pesan misalnya dengan menggunakan media pembelajaran. Media

(9)

dapat merangsang siswa untuk merespon dengan cepat tentang pesan yang akan

disampaikan.

Apabila guru berperan sebagai pengelola pesan, maka yang menjadi

sumber pesan bukan guru melainkan sumber lain. Dalam konteks ini guru hanya

berperan sebagai pencipta kondisi dan pengontrol, agar proses komunikasi antara

siswa sebagai penerima pesan dengan sumber pesan terhindar dari gangguan

(noise) yang dapat membuat proses komunikasi menjadi tidak lancar.

Media merupakan komponen penting dalam aktivitas pembelajaran, jika

digunakan dengan semestinya. Sebagaimana Gerlach dan Ely (1980: 241)

menjelaskan: “ Instructional media play a key in the disign and use of systematic

instruction”. Dalam pendekatan sistem, media instruksional mempunyai peran

kunci dalam pembelajaran karena media merupakan satu komponen dari

komponen-komponen lain yang membentuk sistem instruksional secara

keseluruhan yang mempengaruhi hasil belajar.

Geografi merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang dipelajari di

Madrasah Aliyah. Permendiknas No. 22 tahun 2006 menetapkan bahwa geografi

merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang hayat dan mendorong

peningkatan kehidupan. Lingkup bidang kajiannya memungkinkan manusia

memperoleh jawaban atas pertanyaan dunia sekelilingnya yang menekankan pada

aspek spasial dan ekologis dari eksistensi manusia. Bidang kajian geografi

meliputi bumi, aspek dan proses yang membentuknya, hubungan kausal dan

spasial manusia dengan lingkungan, serta interaksi manusia dengan tempat.

(10)

dimensi manusia dalam menelaah keberadaan dan kehidupan manusia di tempat

dan lingkungannya.

Pembelajaran geografi di Madrasah Aliyah telah berlangsung lama, namun

sampai saat ini belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Berdasarkan

hasil survey awal yang dilakukan pada mata pelajaran geografi di Madrasah

Aliyah Swasta Kota Pekanbaru, mengindikasikan bahwa tuntutan agar guru

mampu merancang model pembelajaran yang bervariasi, inovatif dan tepat guna,

didukung oleh pemanfaatan media dan teknologi mutakhir, sesuai dengan

pedoman Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Peraturan

Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Proses, Permendiknas

Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Kurikulum dan Permendiknas Nomor

19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan dalam Program

Pembelajaran, kurang begitu banyak diperhatikan. Hal ini berdampak pada

rendahnya perolehan hasil belajar siswa. Berdasarkan data dari Pusat Penilaian

Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan

Nasional nilai rata-rata Ujian Nasional mata pelajaran geografi Tahun Pelajaran

2009/2010 untuk Madrasah Aliyah se-Kota Pekanbaru adalah 6,745, lebih rendah

dari nilai rata-rata Ujian Nasional pelajaran geografi untuk SMA se-Kota

Pekanbaru yaitu 7,036 (Depdiknas, 2010).

Data rerata hasil Ujian Nasional mata pelajaran geografi Tahun Pelajaran

2009/2010 untuk Madrasah Aliyah se-Kota Pekanbaru di atas didukung dengan

fenomena yang dapat diamati pada Madrasah Aliyah Swasta di Kota Pekanbaru

(11)

1. Guru cendrung menggunakan metode konvensional. Berdasarkan informasi

yang peneliti peroleh dari guru bidang studi geografi dilapangan,

mengindikasikan bahwa hal ini terjadi disebabkan pelatihan yang diterima

oleh guru-guru geografi pada Madrasah Aliyah Sawasta selama ini sangat

kurang atau bahkan jarang sekali, dan belum berjalannya MGMP mata

pelajaran geografi dengan baik.

2. Kemampuan guru merancang dan memanfaatkan media masih kurang, hal ini

terlihat dari proses pembelajaran masih bersifat verbal dan klasikal atau

cendrung kearah pembahasan tematik teoritik dengan text book orientied

yang dilakukan secara terpusat pada guru (teacher centered). Pendekatan

belajar seperti di atas mengakibatkan guru lebih aktif sedangkan siswa

terkesan pasif dan hanya menghafal serta menerima materi yang diberikan

oleh guru saja. Akibatnya pembelajaran kerap kali jadi membosankan, tidak

menarik, siswa kurang aktif, pemahaman siswa terhadap materi sangat

kurang.

3. Sarana dan prasarana yang dimiliki Madrasah Aliyah Swasta di Kota

Pekanbaru sudah tersedia, namun sarana dan prasarana tersebut belum

dioptimalkan penggunaannya, baik sebagai media maupun sebagai sumber

belajar.

4. Media yang umunya sering dimanfaatkan oleh guru pada saat kegiatan

pembelajaran berlangsung adalah media konvensional berupa papan tulis dan

media cetak khususnya buku-buku paket atau teks geografi. Namun

(12)

tergantung pada verbal symbols (kata-kata) yang bersifat sangat abstrak.

Sedangkan media berbasis komputer seperti (power point) sangat jarang

digunakan bahkan ada sekolah yang belum pernah memanfaatkan komputer

sebagai media pembelajarannya.

5. Kebutuhan dan minat peserta didik dalam proses pembelajaran seringkali

diabaikan dan terpenting bagi guru adalah memberikan informasi dengan cara

yang disarankan atau dicontohkan dalam buku.

6. Hasil belajar geografi siswa belum menunjukkan prestasi yang

menggembirakan, hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang mengikuti

remedial.

Purwanto (2010: 30-31) dalam pidato pengukuhan guru besar yang

menandai keahlian kegurubesaran Universitas Negeri Malang (UM) dari jurusan

Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial (FIS) mengungkapkan tentang

“Problematika Pembelajaran Geografi” mempengaruhi rendahnya kualitas

pembelajaran yang berdampak pada rendahnya hasil belajar geografi diduga

disebabkan oleh beberapa komponen-komponen, dan salahsatunya adalah

komponen media pembelajaran. Menyinggung tentang komponen media

pembelajaran Purwanto menjelaskan secara khusus bahwa karena banyaknya

konsep kongkrit dalam bahan ajar geografi dan keharusan penerapan pendekatan

keruangan, maka penggunaan media pembelajaran, terutama: gambar, foto, peta,

globe, dan bahkan film merupakan suatu keharusan. Konsep kongkrit seperti:

gunung, sungai, danau dan sebagainya, tidak perlu di definisikan tetapi

(13)

tanpa menggunakan contoh kongkrit. Akibatnya, sebagian besar siswa

menganggap geografi tak lebih dari sekadar ilmu yang harus dihafal.

Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Maryani (2007: 931) bahwa ada

beberapa faktor yang menyebabkan geografi dianggap tidak menarik untuk

dipelajari,

pertama, pelajaran geografi seringkali terjebak pada aspek kognitif tingkat rendah, yaitu menghafal nama-nama tempat, sungai, dan gunung, atau sejumlah fakta lainnya. Kedua, ilmu geografi seringkali dikaitkan dengan sebagai ilmu yang hanya membuat peta. Ketiga, geografi hanya menggambarkan tentang perjalanan manusia di permukaan bumi. Keempat, proses pembelajaran geografi cenderung bersifat verbal; kurang melibatkan fakta-fakta aktual, dan tidak menggunakan media kongkrit dengan teknologi mutakhir. Kelima, kurang aplikabel dalam memecahkan masalah-masalah yang berkembang saat ini.

Studi geografi mempelajari studi keruangan tentang gejala-gejala geografi

(Sumaatmadja, 1988: 45), gejala-gejala geografi tersebut merupakan gejala yang

konkrit atau nyata dalam kehidupan manusia. Keberadaan gejala-gejala yang

nyata ini terkait dengan konsep-konsep geografi dengan pola yang bersifat abstrak

yaitu adanya (penyebaran, relasi, fungsi, bentuk, serta proses yang kompleks)

bahkan terkadang di luar pengalaman siswa sehari-hari. Beberapa konsep yang

berkaitan erat dengan gejala-gejala geografi yang konkrit atau nyata misalnya

pembentukan tata surya berdasarkan teori-teori dari para ahli, proses terjadinya

gempa bumi yang diakibatkan oleh tenaga endogen, proses terjadinya Elnino dan

Lanina yang diakibatkan oleh perubahan suhu, proses terjadinya siklus hidrologi

yang melibatkan unsur-unsur pembentuknya dan beberapa konsep lainnya,

sehingga untuk mensimulasikan berbagai proses yang terjadi tidak mungkin

(14)

mempelajari konsep dari gejala-gejala geografi yang ada, maka akan dengan

mudah memahami sebab, akibat, hubungan, fungsi, proses terjadinya gejala dan

masalah sehari-hari disekitar kita.

Mengingat karakteristik materi geografi dalam memudahkan tercapainya

sasaran mata pelajaran tersebut maka pembelajaran geografi seharusnya tidak

hanya memberikan berbagai informasi dan pengetahuan konsep dalam bentuk

tekstual tetapi juga visual konsep dalam setiap proses objek kajiannya. Upaya

yang dapat dilakukan guru untuk menjelaskan konsep dari gejala-gejala geografi

yang konkrit agar mencapai tujuan pembelajaran dan terjadinya peningkatan

kualitas hasil belajar adalah, dengan penggunaan media yang tepat dan

representatif.

Merujuk pada permendiknas No. 22 tahun 2006, dan 19 Tahun 2005

tentang Standar Proses serta hakikat pembelajaran geografi yang sebenarnya,

berbagai permasalahan pada pembelajaran geografi di Madrasah Aliyah Swasta di

atas dapat diatasi apabila didalam pembelajarannya guru menggunakan

pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered)

dengan pemanfaatan media pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan mata

pelajaran geografi, agar dapat memenuhi kebutuhan semua siswa, terciptanya

proses pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

memotivasi peserta didik, meningkatkan aktivitas siswa, dan terpenuhinya

pemahaman siswa terhadap materi yang pada akhirnya diharapkan mampu

memperbaiki hasil belajar siswa secara optimal sesuai dengan standar dan

(15)

Salah satu upaya untuk mengatasi masalah pembelajaran tersebut adalah

dengan pemanfaatan hasil teknologi berupa komputer. Guru hendaknya mampu

memilih dan menggunakan model pembelajaran yang didukung oleh pemanfaatan

media dan teknologi mutakhir, agar mempermudah pemahaman siswa terhadap

materi dan konsep-konsep geografi melalui Pembelajaran Berbasis Komputer.

Kegiatan pembelajaran dengan bantuan komputer atau lebih dikenal sebagai

Computer Based Instruction (CBI) merupakan istilah umum untuk segala

kegiatan belajar mengajar yang menggunakan komputer, baik sebagian maupun

secara keseluruhan. Pembelajaran berbasis komputer (CBI) adalah sebuah konsep

baru dalam dunia pendidikan dan pembelajaran yang muncul sebagai wujud nyata

dari globalisasi Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Komputer merupakan jenis media yang secara virtual dapat menyediakan

respon yang segera terhadap hasil belajar yang dilakukan oleh siswa.

Perkembangan teknologi yang pesat saat ini, telah memungkinkan komputer

memuat dan menayangkan beragam bentuk media di dalamnya. Dengan pola

pembelajaran ini diharapkan setiap siswa mampu lebih berfikir kreatif,

memperoleh gambar objek secara keseluruhan sehingga tercapai proses

pembelajaran geografi yang sesuai dengan standar dan tuntutan kurikulum.

Beberapa bentuk penggunaan komputer sebagai media yang dapat

digunakan dalam pembelajaran, menurut (Rusman, 2009: 174) meliputi:

(16)

b. Multimedia Interaktif: dapat digunakan pada pembelajaran disekolah, sebab cukup efektif meningkatkan hasil belajar siswa terutama komputer. Sifat media ini selain interaktif, juga bersifat multimedia dan terdapat unsur-unsur media secara lengkap yang meliputi sound, animasi, video, teks, dan grafis. Beberapa model multimedia interaktif berbasis komputer diantaranya sebagai berikut:

1. Model Drill and Practice: model drill dan praktek dalam CBI pada dasarnya merupakan salah satu strategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret melalui penyediaan latihan-latihan soal.

2. Model Tutorial: CBI model tutorial merupakan program pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat lunak komputer yang berisi tujuan, materi pelajaran, pengorganisasian materi, latihan dan evaluasi. Sifat dari model tutorial ini adalah mastery learning, yaitu menuntut ketuntasan belajar.

3. Model Simulasi: model Simulasi dalam CBI pada dasarnya merupakan salah satu strategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret melalui penciptaan tiruan– tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana yang sebenarnya. 4. Model Games Instruction: model permainan ini dikembangkan

berdasarkan “ pembelajaran menyenangkan”, di mana peserta didik akan dihadapkan pada beberapa petunjuk dan aturan permainan.

Dari model–model pembelajaran berbasis komputer di atas, pembelajaran

menggunakan multimedia interaktif model tutorial yang paling banyak menjadi

pilihan dalam proses pembelajaran, karena model ini memberi bimbingan dan

arahan kepada peserta didik secara tuntas menguasai materi dengan cepat dan

menarik.

Penggunaan multimedia berdampak positif dalam membangun

pembelajaran yang bermakna (meaningful learning). Siswa akan lebih menghayati

keseluruhan proses belajar mengajar dengan hadirnya multimedia dalam

pembelajaran. Hal ini senada diungkapkan oleh (Abdulhak dan Sanjaya, 1995).

Teknologi multimedia komputer memiliki kemampuan untuk mengontrol

elemen-elemen yang ada, yang dikenal dengan interactive multimedia (multimedia

(17)

dalam software multimedia interaktif memungkinkan guru untuk lebih leluasa

memilih, mensintesis, dan mengelaborasi pengetahuan-pengetahuan yang ingin

diberikan agar lebih mudah dipahami siswa (Clintock, 1992: 10).

Multimedia sebagai alat bantu dalam pembelajaran mempunyai beberapa kelebihan, di antaranya: (1) Sistem pembelajaran lebih inovatif dan interaktif. (2) Mampu menimbulkan rasa senang selama PBM berlangsung sehingga akan menambah motivasi siswa. (3) Mampu menggabungkan antara teks, gambar, audio, musik, animasi gambar atau video dalam satu kesatuan yang saling mendukung sehingga tercapai tujuan pembelajaran. (4) Mampu menvisualisasikan materi yang abstrak. (5) Media penyimpanan yang relatif gampang dan fleksibel. (6) Membawa obyek yang sukar didapat atau berbahaya ke dalam lingkungan belajar. (7) Menampilkan obyek yang terlalu besar kedalam kelas. (8) Menampilkan obyek yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. (Rakim, 2008).

Dengan menggunakan teknologi komputer terutama multimedia interaktif

model Tutorial pada pembelajaran, dimungkinkan materi dapat disajikan dalam

bentuk tekstual maupun visual disertai dengan evaluasinya sehingga pemahaman

siswa terhadap materi yang disajikan dapat terukur pada waktu pelaksanaan

pembelajaran. Pembelajaran berbasis komputer dengan model tutorial adalah

sebuah program pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan

menggunakan perangkat lunak berupa program komputer yang berisi materi

pelajaran. Dalam pembelajaran berbasis komputer model Tutorial ini, sajian

utamanya berupa bacaan, demonstrasi, penentuan bacaan atau pengalaman yang

membutuhkan respon secara oral dan tulisan dan adanya ujian. Tujuan dari sebuah

pengajaran tutorial adalah untuk memberikan pemahaman secara tuntas (Mastery)

kepada siswa mengenai materi atau bahan pelajaran yang sedang dipelajarinya

(18)

Melalui pembelajaran ini, komputer sebagai tutor berorientasi pada upaya

membangun perilaku siswa melalui penggunaan komputer, yang secara sederhana

pola-pola pengoperasiannya meliputi: komputer menyajikan materi, siswa

memberikan respon, respon siswa dievaluasi oleh komputer dengan orientasi pada

arah siswa dalam menempuh presentasi berikutnya, melanjutkan atau mengulangi

tahapan sebelumnya.

Gora (2005: 5), menyatakan penggunaan komputer model tutorial sebagai

media pembelajaran memberi kemungkinan pengelolaan proses pembelajaran

yang lebih efektif dan efisien, karena penggunaan komputer model ini mempunyai

berbagai manfaat, seperti:

(1) Menyajikan informasi yang bervariasi kepada siswa melalui penggunaan animasi, presentasi, dan penyajian materi dalam bentuk teks; (2) Menciptakan lingkungan belajar dengan interaksi tinggi antara siswa dengan bahan belajar; dan (3) Meningkatkan proses berfikir siswa dengan penekanan kepada pembelajaran berpusat pada siswa.

Beberapa penelitian terdahulu menguatkan pernyataan bahwa penggunaan

media komputer merupakan alat yang memberikan perbedaan yang signifikan

terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian yang dilakukan Rusman (2007)

menyimpulkan bahwa komputer merupakan perangkat yang dapat membantu

peningkatan kompetensi siswa pada mata pelajaran matematika. Demikian pula

Riswanti, A (2007) menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan hasil

pembelajaran berbasis komputer dengan model tutorial pada aspek pemahaman,

selanjutnya Putra,T.G (2007) menyimpulkan bahwa pembelajaran berbasis

komputer dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berfikir kritis

(19)

bahwa pembelajaran berbasis komputer memberikan kontribusi prestasi yang

lebih baik jika dibandingkan dengan model konvensional. Kustandi, C. (2008)

juga mengujicobakan pembelajaran interaktif model vidio tutorial pada mata

pelajaran TIK, menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa

dengan menggunakan program interaktif model vidio tutorial. Begitu juga

penelitian yang dilakukan Nurhalim, M (2008) menyimpulkan pembelajaran

berbasis komputer model tutorial memberikan kontribusi prestasi yang lebih baik

jika dibandingkan dengan model konvensional

Berbagai keunggulan pembelajaran berbasis komputer dan hasil penelitian

diatas membuktikan bahwa pembelajaran berbasis komputer pada umumnya

mampu memberikan sumbangan yang positif untuk meningkatkan hasil belajar

siswa. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini memfokuskan pada efektifitas

pembelajaran berbasis komputer model tutorial untuk meningkatkan hasil belajar

siswa yang diterapkan pada mata pelajaran geografi di Madrasah Aliyah Swasta

Kota Pekanbaru. Tentunya dengan menerapkan pembelajaran berbasis komputer

model tutorial diharapkan agar, dapat memenuhi kebutuhan semua siswa,

terciptanya proses pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, memotivasi peserta didik, meningkatkan aktivitas siswa, dan

terpenuhinya pemahaman siswa terhadap materi yang pada akhirnya diharapkan

mampu memperbaiki hasil belajar siswa secara optimal sesuai dengan standar dan

(20)

B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Efektifitas Penerapan

Pembelajaran Berbasis Komputer Model Tutorial Terhadap Hasil Belajar Siswa

Pada Mata Pelajaran Geografi Di Madrasah Aliyah Swasta Kota Pekanbaru?

Dengan penerapan pembelajaran berbasis komputer ini diharapkan mampu

mengatasi permasalahan seperti bersifat verbal dan klasikal, pembelajaran

membosankan dan tidak menarik, siswa kurang aktif, pemahaman siswa terhadap

materi sangat kurang dan pada akhirnya mempengaruhi rendahnya hasil belajar

siswa dalam pembelajaran.

Pembatasan masalah dalam penelitian ini difokuskan pada pembelajaran

berbasis komputer model tutorial, dengan penerapan pada mata pelajaran geografi

kelas X pokok bahasan Hidrosfer, khusus membahas materi Perairan Darat.

Sedangkan hasil belajar, dalam penelitian ini mengarah pada ranah kognitif.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan dan pembatasan masalah di atas dapat dijabarkan

dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa kelas

eksperimen dan kontrol sebelum diberikan treatment?

2. Apakah terdapat perbedaan signifikan antara hasil belajar siswa yang

(21)

belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran ekspository pada mata

pelajaran geografi di Madrasah Aliyah Swasta Kota Pekanbaru?

3. Bagaimana respon siswa mengenai pembelajaran berbasis komputer model

tutorial pada mata pelajaran geografi yang diterapkan di Madrasah Aliyah

Swasta Kota Pekanbaru?

4. Bagaimana respon guru mengenai pembelajaran berbasis komputer model

tutorial pada mata pelajaran geografi yang diterapkan di Madrasah Aliyah

Swasta Kota Pekanbaru?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan

umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas penerapan

pembelajaran berbasis komputer model tutorial terhadap hasil belajar siswa

dibanding dengan model pembelajaran ekspository yang biasa dilakukan oleh

guru pada mata pelajaran geografi di Madrasah Aliyah Swasta Kota Pekanbaru.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:

1. Mengukur signifikansi perbedaan antara hasil belajar siswa kelas eksperimen

dan kontrol sebelum diberikan treatment.

2. Mengukur signifikansi perbedaan antara hasil belajar siswa yang mengikuti

(22)

yang mengikuti model pembelajaran ekspository pada mata pelajaran

geografi di Madrasah Aliyah Swasta Kota Pekanbaru.

3. Mengetahui bagaimana respon siswa mengenai pembelajaran berbasis

komputer model tutorial yang diterapkan di Madrasah Aliyah Swasta Kota

Pekanbaru.

4. Mengetahui bagaimana respon guru mengenai pembelajaran berbasis

komputer model tutorial yang diterapkan di Madrasah Aliyah Swasta Kota

Pekanbaru.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan semua

siswa, terciptanya proses pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, memotivasi peserta didik, meningkatkan aktivitas siswa, dan

terpenuhinya pemahaman siswa terhadap materi yang pada akhirnya diharapkan

mampu memperbaiki hasil belajar siswa secara optimal sesuai dengan standar dan

tuntutan kurikulum.

2. Bagi guru

Penelitian ini diharapkan berguna untuk membantu memecahkan masalah

dalam pembelajaran geografi yang dihadapi selama ini, dan dapat menjadi salah

satu alternatif pilihan bagi guru untuk merancang model pembelajaran inovatif

dan kreatif di dukung oleh media pembelajaran yang efisien dan efektif merujuk

(23)

3. Bagi sekolah

Penelitian ini sebagai masukan di dalam mengembangkan program

pembelajaran, maupun Pembelajaran Berbasis Komputer (Computer Based

Instruction), serta meningkatkan proses pembelajaran yang efektif dan efisien

untuk mengembangkan setiap potensi yang dimiliki oleh peserta didik secara

optimal.

F. Definisi Operasional

Untuk memperjelas ruang lingkup penelitian ini, maka diperlukan definisi

operasional sebagaimana berikut:

1. Pembelajaran Berbasis Komputer Model Tutorial

Pembelajaran Berbasis Komputer Model Tutorial merupakan salah satu

aktivitas pembelajaran yang menggunakan komputer untuk menjalankan program

pembelajaran yang sudah dikemas dalam bentuk CD multimedia interaktif.

Tujuannya untuk memberi tutorial atau bimbingan belajar secara interaktif kepada

peserta didik untuk menguasai dan memahami materi pembelajaran dengan cepat,

menarik, dan tuntas guna meningkatkan hasil belajar siswa yang dikemas secara

lengkap dan terintegrasi meliputi unsur sound, animasi, video, teks dan grafis.

2. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa merupakan perubahan perilaku siswa yang diperoleh

setelah berinteraksi dengan lingkungan dalam suasana pembelajaran. Perubahan

perilaku dalam penelitian ini diindikasikan dengan penguasaan konsep terhadap

materi pelajaran. Untuk mengukur hasil belajar dilakukan dengan pemberian tes

(24)

G. Hipotesis Penelitian

Pada penelitian ini, pembelajaran berbasis komputer model tutorial

dibandingkan dengan model pembelajaran ekspository yang biasa dilakukan oleh

guru pada pelajaran geografi di Madrasah Aliyah Swasta Kota Pekanbaru, adapun

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Hipotesis nol (Ho) = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil

belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol sebelum diberikan treatment.

Hipotesis kerja (Ha) = Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil

belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol sebelum diberikan treatment.

2. Hipotesis nol (Ho) = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil

belajar siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis komputer model tutorial

dengan model pembelajaran ekspository.

Hipotesis kerja (Ha) = Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil

belajar siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis komputer model tutorial

(25)

92

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh penerapan pembelajaran berbasis

komputer model tutorial terhadap hasil belajar siswa, maka metode dalam

penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimental. Menurut Sukmadinata

(2009b: 194), penelitian eksperimen (experimental research), merupakan

pendekatan penelitian kuantatif yang paling penuh, dalam arti memenuhi semua

persyaratan untuk menguji hubungan sebab akibat. Dalam desain eksperimen

terutama true-eksperimental pengontrolan variabel dilakukan secara ekstra agar

memenuhi validitas internal. Sedangkan praktik pendidikan yang memerlukan

terjadinya interaksi dalam kelas baik antara siswa dengan siswa atau guru maupun

siswa dengan lingkungan sangat sulit melakukan pengontrolan yang sedemikian

ketat. demikian pula pemberian perlakuan dalam eksperimen secara teratur,

melakukan acak, pengukuran, variabel juga tidak selalu dapat dilaksanakan.

Furqon dan Emilia (2010: 17) menjelaskan bahwa dalam eksperimen murni

harus dilakukan pengelompokan subjek secara acak ke dalam kelompok

eksperimen atau kelompok kontrol yang disebut dengan (random assignment) dan

yang diacak adalah subjek eksperimen (satuan analisis). Jika satuan analisis pada

suatu studi adalah peserta didik yang harus diacak ke kelompok eksperimen atau

(26)

assignment) sering sekali sulit dilakukan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini

dilakukan desain eksperimen dengan pengontrolan yang sesuai dengan kondisi

yang ada atau yang sering disebut dengan desain eksperimen semu (quasi

exsperiment) dengan desain sebagaimana yang dikembangkan McMillan

(2008:230) dengan istilah Nonequivalent-Group Pretest-Posttes Design.

Desain yang dikembangkan McMillan (2008:230) dengan istilah

Nonequivalent-Group Pretest-Posttes Design.

Keterangan :

O = Tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest)

A = Kelas Eksperimen

B = Kelas Kontrol

X1 = Treatment pembelajaran geografi berbasis komputer model tutorial.

X2 = Treatment pembelajaran geografi model ekpository.

Dalam desain ini, kedua kelompok diberi tes awal (pretest) dengan tes yang

sama. Selanjutnya, kelompok eksperimen diberi perlakukan model pembelajaran

geografi berbasis komputer, sedangkan kelompok kontrol diberi perlakukan Pretest

Group Intervention Posttest

A

B

O

O O

O X1

X2

(27)

setiap awal dan akhir setiap proses pembelajaran. Hasil kedua tes (kelompok

kontrol maupun kelompok eksperimen) diambil rata-ratanya dan diperbandingkan

(diuji perbedaannya).

Secara sederhana, gambaran desain penelitian ini dapat dilihat pada Gambar

berikut.

Gambar 3.2: Diagram Alur Penelitian Identifikasi Masalah

Kajian Literatur

Pembuatan Proposal

Pembuatan Instrumen

Penentuan Sampel

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Pretest Pretest

Proses Pembelajaran ekspository

Proses pembelajaran Berbasis Komputer Angket Respon

Pengumpulan Data

Posttest Posttest

(28)

Varaiabel adalah kondisi-kondisi atau karakteristik-karakteristik yang oleh

pengeksperimen dimanipulasikan, dikontrol atau diobservasi (Best, 1982:82).

Variabel utama yang akan menjadi fokus pada penelitian ini adalah variabel

perlakuan (treatment variabel) dan variabel terikat (dependent variabel).

Treatment Variabel adalah variabel yang mempengaruhi dan digunakan untuk

memprediksi variabel lain, dalam hal ini variabel dependen, dan variabel

dependen sendiri adalah variabel yang terpengaruh atau diprediksi.

Penelitian ini memiliki dua variabel terdiri dari satu bebas (independent

variable) yaitu model pembelajaran geografi berbasis komputer dan satu variabel

terikat (dependent variable) yaitu hasil belajar siswa.

Gambar 3.3 Hubungan antar Variabel Penelitian

C. Populasi dan Sampel Penelitian.

Sampling sangat menentukan keabsahan data suatu penelitian. Jika salah

dalam melakukan sampling maka hasil penelitian akan menjadi sia-sia. Oleh

karena itu, pada bagian ini akan diuraikan mengenai populasi penelitian dan

bagaimana proses penentuan sampel dari populasi tersebut. model pembelajaran

geografi berbasis komputer

(29)

Menurut Sukardi (2008:53), populasi pada prinsipnya adalah semua anggota

kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam

satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu

penelitian. Menurut Sukmadinata (2009b:250), populasi merupakan kelompok

besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian. Populasi yang besar dalam

suatu penelitian biasanya dibatasi untuk mempermudah penarikan sampel.

Populasi dalam penelitian ini dibatasi pada MA swasta yang ada di Kota

Pekanbaru Riau, yang berjumlah 10 (sepuluh) madrasah. Seluruh populasi dalam

penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Nama dan Status Madrasah

No Nama Masrasah Status

1 MA Ummatan Wasathan Pesantern Swasta

2 MA Diniyah Pekanbaru Swasta

3 MA Darul Hikmah Pekanbaru Swasta

4 MA Masmur Pekanbaru Swasta

5 MA Muhammadiyah pekanbaru Swasta

6 MA Hasanah Pekanbaru Swasta

7 MA Pondok Modern Al-Kautsar Swasta

8 MA PP. Al-Munawarah Pekanbaru Swasta

9 MA Al-Ikhwan Swasta

10 MA Miftahul Hidayah Tampan Swasta

2. Sampel Penelitian

Kelompok subjek atau partisipan yang mana dari mereka data penelitian

(30)

(2009b: 252), pengambilan sampel merupakan suatu proses pemilihan dan

penentuan jenis sampel dan perhitungan besarnya sampel yang akan menjadi

subjek atau objek penelitian.

Penentuan sekolah yang akan menjadi sampel penelitian adalah dengan

menggunakan teknik acak atau random. Menurut Sukmadinata (2009b: 253),

pengambilan sampel secara random berarti setiap individu dalam populasi

mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Individu-individu

tersebut punya peluang yang sama, bila mereka memiliki karakteritik yang sama

atau diasumsikan sama.

Setelah dilakukan pengundian maka yang terpilih menjadi sampel penelitian

adalah MA Diniyah Pekanbaru dan MA Masmur Pekanbaru. Pada

masing-masing sekolah tersebut selanjutnya akan dipilih satu kelas untuk dijadikan kelas

eksperimen dan kelas kontrol.

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam rangka pengumpulan data, pengukuran dilakukan dengan

menggunakan instrumen. Instrumen ini sangat berhubungan dengan variabel yang

hendak diukur. Pengukurannya dapat dilakukan dengan cara tertulis, pengamatan,

wawancara, dan dokumentasi (Purwanto, 2010:6). Instrumen dalam dunia

pendidikan atau yang diistilahkan oleh Sudjana (2009: 234) sebagai alat penilaian

proses belajar-mengajar dalam penelitian pendidikan dapat dikategorikan ke

(31)

belajar dan angket respon siswa maupun guru.

1. Tes Hasil Belajar

Jenis tes yang digunakan pada penelitian ini adalah tes objektif berbentuk tes

pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban. Item-item soal yang dipakai dalam

pengukuran hasil belajar siswa diambil dari materi pelajaran geografi. Soal

diberikan pada setiap awal pertemuan sebelum pembelajaran dimulai (pretest) dan

setiap akhir pembelajaran (posttest).

Tujuan penggunaan teknik tes objektif adalah untuk mengetahui hasil

belajar siswa (ranah kognitif) setelah mengikuti pembelajaran. Dalam penelitian

ini, pemberian pretest pada kelompok eksperimen dan kontrol dilakukan untuk

memastikan bahwa kemampuan awal siswa dalam penguasaan materi pelajaran

yang terlibat dalam penelitian adalah homogen. Sedangkan, posttest bertujuan

untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan.

Menurut Sudjana dan Ibrahim (2004:100), ada dua jenis tes hasil belajar,

yaitu tes baku (standardized test) yang dibuat para ahli dan tes tidak baku (buatan

guru atau peneliti). Tes buatan peneliti sekalipun tidak baku tetap dapat digunakan

dalam penelitian asalkan telah memenuhi persayaratan validitas dan reliabelitas.

Tes hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang dibuat

peneliti dengan mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang

ditentukan oleh Pemerintah sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan

(KTSP). Tes yang dibuat ini diusahakan sedemiian rupa agar valid dan reliabel.

(32)

Validitas tes ada tiga jenis, yaitu validitas isi (content validity), validitas

konstruk (construct validity), dan validitas criteria (criterion validity). Metode

yang akan digunakan untuk menjaga validitas isi dalam penelitian ini adalah

metode item review dengan membuat kisi-kisi instrumen, kemudian peneliti

dengan bantuan kedua dosen pembimbing mengkaji kesesuaian antara kisi-kisi

dengan butir item yang dibuat. Kisi-kisi tes hasil belajar dalam penelitian ini

disajikan pada Lampiran 3.1.

Pengujian validitas isi juga dapat dilakukan dengan melihat korelasi skor

butir dengan skor total. Korelasi ini menunjukkan sumbangan butir terhadap

totalnya. Sebuah butir soal dikatakan valid apabila berkorelasi tinggi dengan

totalnya. Butir yang berkorelasi tinggi dengan totalnya menunjukkan bahwa butir

tersebut merupakan isi dari instrumen karena mempunyai sumbangan yang besar

membentuk skor total dari test hasil belajar (Purwanto, 2010:123).

Penghitungan koefisien korelasi pada penelitian ini menggunakan SPSS

(Statistical Package for the Social Sciences) versi 18, dengan cara

mengkorelasikan skor item tiap pertanyaan dengan skor total untuk seluruh

pertanyaan. Untuk menginterpretasi kriteria dari besarnya koefisien korelasi,

Arikunto (2006: 75) memberikan pedoman sebagai berikut: 0,00– 0,20 = validitas

soal sangat rendah; 0,21 – 0,40 = validitas soal rendah; 0,41 – 0,60 = validitas

soal sedang; 0,61 – 0,80 = validitas soal tinggi; dan 0, 81 – 1,00 = validitas soal

sangat tinggi. Ketentuan lain yang dapat digunakan adalah ketentuan yang

(33)

tidak valid dan harus di revisi atau di buang.

Pada penelitian ini, ujicoba dilakukan pada 30 orang siswa MA di Kota

Pekanbaru yang tidak terlibat dalam pengambilan data penelitian. Jumlah soal

yang diujikan adalah sebanyak 25 soal dan selengkapnya disajikan pada Lampiran

3.2. Soal-soal ini selanjutnya diujicobakan untuk mengetahui tingkat validitasnya

dan rekapitulasi skor hasil ujicoba disajikan pada Lampiran 3.3. Skor yang

dihasilkan ini selanjutnya ditentukan koefisien korelasi antar butir dengan skor

total untuk melihat apakah soal valid ataukah tidak. Namun, sebelum itu harus

dipastikan dulu prasyarat dari uji korelasi yaitu data harus berdistribusi normal.

Hasil uji normalitas data validitas tes hasil belajar dengan uji

Kolmogorov-Smirnov (K-S) disajikan pada Lampiran 3.4 dan dari hasil uji tersebut diperoleh

harga Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,144, lebih besar dari 0,05. Dengan

demikian, data berdistribusi normal dan telah memenuhi syarat untuk dilakukan

uji korelasi.

Setelah dipastikan data berdistribusi normal, langkah selanjutnya adalah

menentukan validitas instrumen melalui uji korelasi. Hasil uji korelasi disajikan

pada Lampiran 3.5, dan berikut adalah rangkuman hasil uji korelasi terhadap hasil

(34)

Soal Nomor Koefisien Korelasi Kriteria Validitas

Tingkat Validitas Keterangan

SR R S T ST

1 ,543 Valid √ Dipakai

2 ,467 Valid √ Tidak Dipakai

3 ,234 Tidak Valid - - - Tidak Dipakai

4 ,543 Valid √ Dipakai

5 ,206 Tidak Valid - - - Tidak Dipakai

6 ,543 Valid √ Dipakai

7 ,429 Valid √ Dipakai

8 ,543 Valid √ Dipakai

9 ,861 Valid √ Dipakai

10 ,861 Valid √ Dipakai

11 ,633 Valid √ Dipakai

12 ,520 Valid √ Dipakai

13 ,410 Valid √ Tidak Dipakai

14 ,705 Valid √ Dipakai

15 ,565 Valid √ Dipakai

16 ,299 Tidak Valid - - - Tidak Dipakai

17 ,645 Valid √ Dipakai

18 ,468 Valid √ Dipakai

19 ,847 Valid √ Dipakai

20 ,790 Valid √ Dipakai

21 ,781 Valid √ Dipakai

22 ,708 Valid √ Dipakai

23 ,572 Valid √ Dipakai

24 ,647 Valid √ Dipakai

25 ,483 Valid √ Dipakai

Soal yang tidak dipakai karena tidak valid atau tidak dipilih adalah soal

nomor 2, 3, 5, 13, dan 16. Konstruksi soal yang akan diuji reliabelitasnya

disajikan pada Lampiran 3.6.

b. Reliabilitas Tes

Reliabilitas berkenaan dengan keajegan atau ketepatan hasil pengukuran

(Sukmadinata, 2009b:229). Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf reliabilitas

yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap yang dihitung

[image:34.595.115.512.134.626.2]
(35)

dengan menghitung harga koefisien Alfa dengan bantuan SPSS 18. Menurut

Sudarmanto (2005), pengkorelasian dapat dilakukan pada dua skor yang

dihasilkan dari dua kali tes atau dengan menggunakan teknik belah dua antara

sekor genap dan ganjil.

Untuk menginterpretasikan harga koefisien reliabilitas tersebut mengacu pada

katagori yang diajukan Guilford (Ruseffendi, 2005: 160), dengan ketentuan

sebagai berikut: 0.00 - 0.20 = Kecil; 0.20 - 0.40 = Rendah; 0.40 - 0.70 = Sedang;

0.70 - 0.90 = Tinggi; 0.90 - 1.00 = Sangat Tinggi

Dalam melakukan uji korelasi yang membandingkan dua kelompok data,

maka prasyarat yang harus dipenuhi adalah data harus berdistribusi normal dan

bervarian homogen. Hasil uji normalitas data uji reliabelitas disajikan pada

Lampiran 3.7 dan dari hasil uji tersebut diperoleh harga Asymp. Sig. (2-tailed)

sebesar 0,126 dan 0,576. Kedua harga signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05,

sehingga dipastikan bahwa data berdistribusi normal.

Prasyarat yang kedua adalah uji homogenitas data. Uji homogenitas data ini

menggunakan uji Lavene Statistic yang terdapat pada uji anova. Hasil pengujian

homogenitas data disajikan pada Lampiran 3.8, dan dari hasil pengujian tersebut

diperoleh harga signifikansi sebesar 0,544, lebih besar dari 0,05. Dengan

demikian, kedua data memiliki varian yang homogen.

Setelah kedua syarat terpunuhi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan

(36)
[image:36.595.110.513.188.614.2]

sebagai berikut:

Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Reliabelitas Tes Hasil Belajar

Soal Harga

r

Kriteria

Keterangan

Sedang Tinggi Sangat

Tinggi

Test Hasil Belajar 0,867 √ Reliabel

Dari Tabel 3.3 diketahui bahwa harga koefisien reliabelitas hasil

penghitungan dengan SPSS adalah 0,867, dan tes hasil belajar dinyatakan reliabel

dan layak digunakan sebagai instrumen penelitian. Tes hasil belajar (pretest dan

posttest) yang digunakan dalam penelitian disajikan pada Lampiran 3.10 dan 3.11.

2. Angket Respon

Instrumen ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang pendapat

siswa dan guru terhadap model yang dieksperimenkan. Instrumen ini

dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan bantuan Dosen Pembimbing.

Angket/kuesioner dikembangkan sesuai tujuan dan kebutuhan peneliti. Instrumen

ini tidak ditentukan validitas reliabilitasnya, karena hanya bertujuan untuk

mendapatkan informasi tentang pendapat siswa dan guru dalam pembelajaran.

Kuesioner ini bersifat tertutup dengan jawaban yang telah disediakan peneliti.

Angket respon siswa disajikan Lampiran 3.12 dan angket respon siswa guru

(37)

Data yang akan dihasilkan dari penelitian ini meliputi: (1) nilai pretest dan

posttest, (2) data respon siswa terhadap pembelajaran geografi berbasis komputer,

dan data respon guru terhadap pembelajaran geografi berbasis komputer.

Perbedaan hasil belajar antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen

dianalisis dengan uji-T, sedangkan data respon guru dan siswa dianalisis secara

deskriptif kualitatif dengan prosesntase. Berbagai teknik analisis tersebut

dianalisis dengan menggunakan bantuan SPSS versi 18.

Dalam melakukan analisis data menggunakan uji statistik parametrik seperti

uji-t, anova, ataupun regresi, maka data harus berdistribusi normal dan berasal

dari populasi dengan varian homogen. Berikut adalah penjelasan tentang teknik

pengujian normalitas dan homogenitas data hasil penelitian.

1. Uji Normalitas Data

Galton (Ruseffendi, 1998:291) mengatakan bahwa bila kita mengambil

orang secara acak kemudian dilihat kemampuannya, maka skor-skor kepandaian,

kemampuan berolah raga, dan sebagainya, akan berupa kumpulan data yang

sekurang-kurangnya berdistribusi normal. Lebih lanjut Putrawan (Sudarmanto,

2005:105) menegaskan bahwa suatu pengujian dengan menggunakan uji-t, uji-F,

dan sejenisnya, menuntut suatu asumsi, yaitu populasi harus berdistribusi normal.

Untuk menganalisis normalitas data, disamping dengan memperbandingkan

rasio Skewness dan Kurtosis (Santoso, 2005:204), juga dapat menggunakan uji

(38)

Penentuan normalitas data dalam penelitian ini akan menggunakan uji

Kolmogorof-Smirnov (K-S) dengan bantuan SPSS versi 18. Ketentuannya adalah

apabila harga atau nilai Asymp. Sig.(2-tailed) > dari 0,05 maka dinyatakan bahwa

data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas Data

Uji homogenitas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data sampel

diperoleh dari populasi yang bervarians homogen ataukah tidak. Untuk melakukan

uji homogenitas varians data digunakan analisis Lavene Test dengan

menggunakan program SPSS (Sudarmanto, 2005:114-115). Analisis ini menempel

pada Independent Sample t-Test pada analisis Compare Means. Jika harga

Significancy pada tabel yang dihasilkan lebih besar dari dari taraf signifikansi (α)

yang ditentukan yaitu 0.05, maka data tersebut berasal dari populasi yang ber

(39)

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka penulis dapat

menarik beberapa simpulan berikut :

1. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa kelas

eksperimen (kelas yang akan mengikuti pembelajaran geografi berbasis

komputer model tutorial) dengan kelas kontrol (kelas yang akan mengikuti

model pembelajaran ekspositori yang biasa dilakukan oleh guru) sebelum

diberikan treatment. Hal ini membuktikan bahwa tidak ada perbedaan

kemampuan awal siswa terhadap materi yang diujikan atau kedua kelas

tersebut homogen.

2. Pembelajaran berbasis komputer model tutorial efektif terhadap peningkatan

hasil belajar siswa. Efektifnya model ini terlihat dari kekuatan model yang

mampu meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran geografi.

Berdasarkan uji eksperimen yang telah dilakukan dalam penelitian ini

memperlihatkan perbedaan yang signifikan antara hasil belajar geografi siswa

(dilihat berdasarkan perolehan skor posttest) antara kelas ekperimen yang

mengikuti pembelajaran geografi berbasis komputer dengan hasil belajar

siswa kelas kontrol yang mengikuti pembelajaran ekspositori. Hasil belajar

(40)

dari hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran ekspositori.

3. Sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif mengenai penerapan

pembelajaran geografi berbasis komputer model tutorial yang diterapkan.

Tanggapan ataupun respon yang diberikan siswa mengenai pembelajaran

geografi berbasis komputer model tutorial yang diikutinya adalah bahwa

model pembelajaran ini sangat lebih baik dibandingkan dengan model

pembelajaran yang selama ini digunakan guru, kemudian sebagian besar

siswa beranggapan bahwa media yang digunakan dalam pembelajaran sangat

membantu mereka dalam memahami materi pelajaran. Ketika dikonfirmasi

kembali kepada para siswa, apakah mengharapkan penggunaaan media

geografi berbasis komputer di masa yang akan datang, maka sebagian besar

siswa mengharapkan agar media geografi berbasis komputer digunakan di

masa yang akan datang.

4. Dalam penelitian ini guru berpendapat bahwa media geografi berbasis

komputer membuat siswa menjadi lebih aktif dan sangat membantu dalam

memberikan pemahaman konsep. Guru juga berpendapat bahwa siswa tidak

kesulitan dalam menggunakan media yang diterapkan dalam pembelajaran

geografi, materi yang disajikan dalam media telah sesuai dengan tujuan

(41)

Melihat begitu besar dampak dan manfaat multimedia interaktif berbasis

komputer model simulasi, maka penelitian merekomendasikan beberapa hal

berikut :

1. Rekomendasi Kepada Sekolah

Kepala sekolah sebagai atasan guru dapat mendorong guru untuk

memperbaiki kualitas implementasi kurikulum, Implementasi KTSP

menekankan bagaimana setiap satuan pendidikan mengoptimalkan segala

kemampuan yang dimiliki guna meningkatkan mutu pelajaran. Untuk

meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah, sewajarnya sekolah mendukung

terhadap penerapan inovasi-inovasi pembelajaran dengan memberikan

fasilitas dan menyediakan sarana dan prasarana pembelajaran yang

dibutuhkan guna menunjang terlaksanananya inovasi pembelajaran tersebut

sehingga apa yang diharapkan dapat tercapai dengan baik. Hubungannya

dengan pembelajaran berbasis komputer, pihak sekolah harusnya memberikan

motivasi kepada guru melalui penghargaan yang sesuai dengan hasil, harus

mempunyai minat yang tinggi untuk memasyarakatkan pembelajaran berbasis

komputer dengan melakukan berbagai kegiatan seperti seminar atau pelatihan

pembuatan program dan memberikan dukungan penuh bagi guru yang hendak

(42)

Pemahaman yang selama ini berkembang adalah bahwa pelajaran Geografi

lebih banyak bersifat hafalan, monoton, dan membosankan, namun demikian

hendaknya para pendidik (guru) dapat memvariasikan beberapa model

pembelajaran yang dikombinasikan dengan penggunaan media belajar kepada

peserta didik (siswa), sehingga tidak ada kejenuhan dari siswa dalam belajar.

Guru harus dapat merubah persepsi pembelajaran dari teacher centered

menjadi student centered dengan melakukan proses pembelajaran secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik

untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan

fisik serta psikologis peserta didik , agar setiap potensi yang dimiliki oleh

peserta didik berkembang secara optimal. Salah satu model pendekatan dalam

pembelajaran adalah Pembelajaran Berbasis Komputer Model Tutorial.

Penerapan model ini efektif memperbaiki kinerja guru, terkait erat dan

sangat didukung oleh kemauan dan kemampuan guru untuk menerapkan

rencana pengajaran yang applicable dan dalam hal ini terkandung tuntutan

untuk memahami Geografi sebagai disiplin ilmu, berbagai inovasi dan

kreatifitas dalam pembelajaran dapat dikembangkan dengan merancang

(43)

Bagian Mapenda )

Kepala sekolah hanya bertugas dan bertanggung jawab terhadap inovasi

yang diadakan di sekolahnya untuk inovasi dan peningkatan mutu pendidikan

pada sekolah yang lebih luas di lingkungan departemen agama menjadi tugas

dan tanggung jawab bagian Mapenda kota atau kabupaten dan tingkat

provinsi. Disamping memberikan dukungan langsung untuk membantu

mempermudah dalam memfasilitasi berbagai kebutuhan belajar siswa bagian

Mapenda juga dapat mensosialisasikan penerapan pembelajaran berbasis

komputer model tutorial yang digunakan dalam penelitian ini sebagai

program dan acuan dalam pelaksanaan inovasi dan peningkatan mutu

pendidikan yang diwujudkan dalam kegiatan pelatihan-pelatihan untuk guru

baik pada tingkat kecamatan, kota/kabupaten dan provinsi khususnya dalam

pembelajaran Geografi .

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulhak, I & Sanjaya, W. (1995). Multimedia Pendidikan. Bandung: Pusat Pelayanan dan Pengembangan Multimedia Pendidikan IKIP.

Arifin, M. (2000). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia UPI.

Arsyad, A. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Grafindo Persada.

Bell-Gredler, ME. (1986). Learning and Instruction: Theory into Practice. New York: Mac millan Publishing Company.

Bruner, Jerome. S. (1966). Toward a Theory of Instruction. Cambridge: Harvard University.

Budiningsih, A. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Dick, W & Carey, L. (1990). The Systematic Design of Instruction (Third ed.). USA: Harper Collins Publishers.

Furqon dan Emilia, E. (2010). Penelitian Kualitatif & Kuantitatif (Beberapa Isu Kritis). Bandung: SPS UPI.

Gagne, R.M. Briggs, L.J. (1979). Principle of Instructional Design, (2 nd ed). New York: Holt, Rinehart and Winston.

Gagne, Robert M. (1985). The Conditioning of Learning and Theory and Theory of Instruction.(Fourth ed). New York: Holt, Pinehart and Winston

Gerlach,V.S dan Ely,D.P. (1980). Teaching and Media, A Systematic Approach.New Jersey: Prentice- Hall Inc.Engliwood Clifta.

Heinich, R. (2005). Instructional Technology and Media for Learning. New York: Macmillan Publising.

Hamalik, O. (1994). Media Pendidikan. (cetakan ke-7). Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

(45)

Hernawan, Asep Herry dkk.tt. Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Komputer (Teori dan Praktek). Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Human Development Reports. ( 2010). Human Development Index and its Components. [Online]. Tersedia: http://hdr.undp.org/en/statistics/hdi/ [ 7 Juni 2011).

Kamarga, H. (2000). Model Pembelajaran Pengemas Awal ( Advanced Organizer) dalam Implementasi Kurikulum Sejarah di Sekolah Dasar yang Menggunakan Pendekatan Kronologis dalam Rangka Mengembangkan Aspek Berfikir Kesejarahan. Disertasi: tidak dipublikasikan. Bandung: SPs UPI.

Kemp. J.E. dan Dauton, D.K. (1985). Planning dan Producing Instructional Media (Fifth Edition). New York: Harper & Row, Publishers.

Kustandi, C. (2008). Efektifitas Penggunaan Program Pembelajaran Interaktif Model VidioTutorial terhadap Hasil Belajar siswa SMA. Tesis: tidak dipublikasikan. Bandung: UPI Bandung

Maryani, Enok. (2007). ”Pendidikan Geografi” dalam Mohammad Ali (ed) (2007) Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Press

Mc Clintock,R. (1992). Power and Pedagogy: Transforming Education Through Information Technology. New York: Institute for Teaching Technologies.

McDonough, D, et.al (1994). University Courseware Development Comparative Views of Computer Based Teaching By User & Non User.

McMillan, H. James. (2008). Educational Research. New York: Pearson.

Miarso, Y. (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta: Prenada Multimedia.

Munadi, Y. (2008). Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru, Jakarta: Gaung Persada.

(46)

Niniwanty, A. (2009). Pengembangan Model Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Multimedia untuk Meningkatkan Hasil Belajar (Studi Pada Siswa Madrasah Aliyah Kota Pekanbaru). Tesis: tidak dipublikasikan. Bandung: UPI Bandung.

Nurhalim, M. (2008). Penerapan Pembelajaran Berbasis Komputer (computer based instruction) Model Tutorial untuk Meningkatkan Hasil Belajar siswa Madrasah Aliyah Kota Bandung Tesis: tidak dipublikasikan. Bandung: UPI Bandung

Pidarta, M. (2000). Landasan Kependidikan, Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Purwanto. (2009). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

_______. (2010). Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Purwanto, Edy. (2010). Problematika Pembelajaran Geografi. Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pembelajaran Geografi pada Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Malang (UM). [Online]. Tersedia:

http://library.um.ac.id/images/stories/pidatogurubesar/gurubesar/Juni10/ Problematika Pembelajaran Geografi- Prof Dr Edy Purwanto M Pd.pdf. [ 7 Juni 2011)

Putra, T.G. (2007). Model Pembelajaran Redoks Berbasis Komputer untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa. Tesis PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Rakim (2008). Multimedia dalam Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://rakim-ypk.blogspot.com/2008/04/multimedia-dalam-pembelajaran.html .

Rohani, A. (1997). Media Instruksional Educatif. Jakarta: Rineka Putra.

Riswanti, A. (2007). Pengaruh Penggunaan Computer Assisted Instruction (CAI) Model Tutorial terhadap Hasil Belajar Akutansi di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) (Studi Kuasi Ekperimen terhadap Siswa Kelas 2 SMK Negeri 3 Bandung. tidak dipublikasikan. Bandung: UPI Bandung

(47)

_______. (2009). Manajemen Kurikulum. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

_______. (2010). Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Rusyana. (1998). Penerapan Model Mengajar Berbasis Komputer dengan Menggunakan Pendekatan Analogi sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa melalui Pengajaran Biologi. Tesis: tidak dipublikasikan. Bandung: IKIP Bandung

Gambar

Gambar 3.1. Desain penelitian (Sumber : McMillan, 2008:230)
Gambar 3.2: Diagram Alur Penelitian
Gambar 3.3  Hubungan antar Variabel Penelitian
Tabel 3.1 Nama dan Status Madrasah
+3

Referensi

Dokumen terkait

Jika sebuah elektron menghasilkan satu foton pada saat elektron tersebut menumbuk target, panjang gelombang minimum yang dihasilkan oleh tabung tersebut dalam nm adalah ...9.

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan analisa data yang berhubungan dengan penelitian ini seperti fungsi algoritma Bor vka dan Prim

Analisis Persepsi Auditor Mengenai Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penetapan Fee Audit (Survei pada KAP di Bandung).. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Aplikasi Algoritma Prim Untuk Menentukan Minimum Spanning Tree Suatu Graf Berbobot Dengan Menggunakan.. Pemrograman

Metode Internal Rate of Return, diperoleh tingkat bunga sebesar 10.1% yang menyamakan nilai sekarang investasi rumah makan dengan nilai sekarang penerimaan kas bersih rumah makan

4.10 Uji Signifikan Perbedaan Rata-rata Posttest Reinforcement Positif dan Reinforcement Negatif

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada fakultas pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

Adapun yang menjadi fokus penelitian ini adalah Bagaimana Model Pembinaan Akhlak Mulia dalam Meningkatkan dan Menjaga Disiplin Kebersihan di Pondok Pesantren