ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iv
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ...xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 17
C. Pertanyaan Penelitian ... 17
D. Tujuan Penelitian ... 18
E. Manfaat Penelitian ... 19
F. Defenisi Operasional ... 20
G. Hipotesis Penelitian ... 21
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 22
A. Konsep Belajar dan Pembelajaran ... 22
1. Konsep Belajar ... 22
2. Konsep Pembelajaran... 37
B. Media Pembelajaran ... 43
1. Pengertian Media Pembelajaran ... 43
2. Kedudukan Media Pembelajaran ... 45
3. Pentingnya Media Pembelajaran ... 47
4. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ... 50
5. Jenis-jenis Media Pembelajaran ... 53
1. Komputer sebagai Multimedia Pembelajaran Interaktif ... 61
2. Pembelajaran Berbasis Komputer Model Tutorial ... 67
D. Hakakat Mata Pelajaran Geografi ... 78
1. Pengertian Mata Pelajaran Geografi ... 78
2. Tujuan Mata Pelajaran Geografi ... 80
3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Geografi ... 81
4. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Geografi ... 82
E. Hasil Belajar ... 83
1. Pengertian Hasil Belajar ... 83
2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil belajar ... 86
3. Pengukuran Hasil Belajar ... 88
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 92
A. Metode dan Desain Penelitian ... 92
B. Variabel Penelitian ... 95
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 95
D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 97
E. Teknik Pengolahan Data ... 104
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 106
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 107
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 109
1. Pelaksanaan Eksperimen ... 109
2. Deskripsi Hasil Belajar Siswa ... 117
3. Deskripsi Respon Siswa ... 119
4. Deskripsi Respon Guru ... 129
5. Deskripsi Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Pembelajaran Geografi Berbasis Komputer ... 130
D. Pembahasan ... 143
1. Perbedaan Hasil Belajar Siswa ... 143
2. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Geografi Berbasis Komputer ... 155
3. Respon Guru Terhadap Pembelajaran Geografi Berbasis Komputer ... 159
4. Faktot-faktor Penghambat dan Pendukung Penerapan Pembelajaran Geografi Berbasis Komputer ... 161
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 167
A. Simpulan ... 167
B. Rekomendasi ... 169
DAFTAR PUSTAKA ... 172
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang sangat
pesat, telah membawa perubahan di berbagai aspek kehidupan manusia. Selain
mendatangkan manfaat bagi kehidupan manusia, perubahan tersebut juga
membawa manusia kedalam era globalisasi yang syarat akan persaingan. Agar
mampu berperan dan memenangkan persaingan dalam percaturan global saat ini,
bangsa Indonesia perlu terus berbenah diri untuk mengembangkan dan
meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu manusia yang
memiliki kecenderungan kuat untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya
secara optimal baik potensi sosial, intelektual maupun moral spiritualnya melalui
upaya pendidikan yang terarah dan berencana. Hal ini sesuai dengan fungsi dan
tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan pemerintah dalam Undang-undang
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan pada dasarnya memegang peran yang sangat penting dalam
proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Tujuan pendidikan dapat
diwujudkan melalui iklim pendidikan yang kondusif. Kendati demikian realitas
kondisi pendidikan di Indonesia masih menunjukkan berbagai permasalahan
pendidikan yang sangat kompleks. Niniwanty (2009: 2) permasalahan pendidikan
dapat ditinjau dari sudut mikro misalnya, dari rendahnya kualitas output
pendidikan, keterbatasan dana pendidikan, minimnya sarana dan prasarana yang
mendukung proses pendidikan, profesionalisme guru, kurangnya perhatian
pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan guru, perubahan kebijakan, dan
lain sebagainya. Ditinjau dari sudut makro permasalahan pendidikan dihadapkan
pada relevansi pendidikan dengan dunia kerja, mutu pendidikan, efisiensi serta
pemerataan pendidikan. Permasalahan-permasalahan tersebut sangat
mempengaruhi kualitas pendidikan, sehingga kualitas pendidikan di Indonesia
menunjukkan hasil yang belum menggembirakan, dan salah satu indikatornya
adalah posisi kualitas sumber daya manusia dalam perspektif Human
Development Index (HDI) tahun 2010 yang dipublikasikan oleh United Nations
Development Programme (UNDP), di mana posisi Indonesia menempati
peringkat ke-108 dari 169 negara di dunia. Sementara negara-negara ASEAN lain
seperti Singapura menempati peringkat 27, Brunei Darussalam peringkat
ke-37, Malaysia ke-57, Thailand ke-92, dan Filipina ke-97 (Human Development
Reports, 2010).
Guna mengatasi kondisi tersebut pemerintah telah melakukan berbagai
upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, di antaranya dengan ditetapkannya
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
menggantikan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989, Peraturan Pemerintah
disusul dengan aturan operasional berupa Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah, Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan. Selanjutnya dikeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang pelaksanaan Permen 22 dan 23 Tahun
2006, yang lebih dikenal dengan Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Seluruh Undang-undang dan peraturan tersebut ditujukan
sebagai penyediaan payung hukum bagi perbaikan kualitas pendidikan.
KTSP merupakan sebuah kebijakan pemerintah yang harus dijadikan
pedoman bagi setiap satuan pendidikan, sebagai sebuah produk inovasi dalam
pengorganisasian kurikulum saat ini, untuk dapat disesuaikan dan diterapkan
melalui proses pembelajaran. Hal ini agar penyelenggaraan pendidikan berjalan
dengan baik dan berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas pendidikan,
terutama ditentukan oleh proses pembelajaran yang diselenggarakan pada
lembaga pendidikan di sekolah, sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan
Pemerintah (PP) dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) :
a. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Proses,
Pasal 19 ayat 1 dinyatakan bahwa :
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
b. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun
melalui pendekatan multistrategi, multimedia, sumber belajar dan teknologi
yang memadai, serta memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber
belajar.
c. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 19 Tahun
2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan dalam Program Pembelajaran,
yang mengisyaratkan agar setiap guru bertanggungjawab terhadap mutu
kegiatan pembelajaran untuk setiap mata pelajaran yang diampunya dengan
cara:
a) merujuk perkembangan metode pembelajaran mutakhir; b) menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, inovatif dan tepat guna untuk mencapai tujuan pembelajaran; c) menggunakan fasilitas, peralatan, dan alat bantu yang tersedia secara efektif dan efisien; d) memperhatikan sifat alamiah kurikulum, kemampuan peserta didik, dan pengalaman belajar sebelumnya yang bervariasi serta kebutuhan khusus bagi peserta didik dan yang mampu belajar dengan cepat sampai lambat; e) memperkaya kegiatan pembelajaran melalui lintas kurikulum, hasil-hasil penelitian dan penerapannya; f) mengarahkan kepada pendekatan kompetensi agar dapat menghasilkan lulusan yang mudah beradaptasi, memiliki motivasi, kreatif, mandiri, mempunyai etos kerja yang tinggi, memahami belajar seumur hidup, dan berfikir logis dalam menyelesaikan masalah.
Peraturan pemerintah dan Permendiknas tersebut menuntut agar setiap
satuan pendidikan melakukan proses pembelajaran yang efektif dan efisien untuk
mengembangkan setiap potensi yang dimiliki oleh peserta didik secara optimal.
Dalam hal ini guru memegang peran penting dalam merancang/mengatur
lingkungan guna menyediakan pengalaman belajar yang sesuai dengan potensi
peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Peraturan ini juga
mengharuskan para guru agar lebih terampil, memiliki motivasi dan kreatifitas
yang tinggi untuk mampu merancang model pembelajaran yang bervariasi,
memadai sebagai sumber belajar guna menciptakan proses pembelajaran yang
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik,
sehingga pada akhirnya berimplikasi pada peningkatan kualitas pendidikan dan
SDM di Indonesia. Pada kondisi ini, media merupakan komponen penting yang
dapat menentukan kualitas penyampaian informasi dan pengetahuan kepada
siswa.
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi yang
melibatkan tiga komponen yaitu (1) komponen pengirim pesan (guru), (2)
komponen penerima pesan (siswa), dan (3) komponen pesan itu sendiri yang
biasanya berupa materi pelajaran. Pesan yang dikirimkan oleh guru berisi materi
pelajaran yang dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi baik verbal
(kata-kata dan tulisan) maupun non verbal (Rusman, 2009: 152). Dalam proses
komunikasi ini sering terjadi kegagalan, karena materi pelajaran atau pesan yang
disampaikan pengirim (guru) tidak optimal, artinya tidak selamanya materi
pelajaran yang disampaikan guru dapat diterima atau dipahami siswa, bahkan
adakalanya siswa salah menangkap isi pesan (Sanjaya, 2009: 206). Sebagai
sumber pesan, guru harus menciptakan kondisi yang memungkinkan proses
komunikasi berjalan lancar, agar pesan yang disampaikan dapat diterima melalui
“chanel “ yaitu alat-alat indera siswa. Oleh sebab itu, dalam proses komunikasi
atau pembelajaran diperlukan saluran yang berfungsi untuk mempermudah
penyampaian pesan misalnya dengan menggunakan media pembelajaran. Media
dapat merangsang siswa untuk merespon dengan cepat tentang pesan yang akan
disampaikan.
Apabila guru berperan sebagai pengelola pesan, maka yang menjadi
sumber pesan bukan guru melainkan sumber lain. Dalam konteks ini guru hanya
berperan sebagai pencipta kondisi dan pengontrol, agar proses komunikasi antara
siswa sebagai penerima pesan dengan sumber pesan terhindar dari gangguan
(noise) yang dapat membuat proses komunikasi menjadi tidak lancar.
Media merupakan komponen penting dalam aktivitas pembelajaran, jika
digunakan dengan semestinya. Sebagaimana Gerlach dan Ely (1980: 241)
menjelaskan: “ Instructional media play a key in the disign and use of systematic
instruction”. Dalam pendekatan sistem, media instruksional mempunyai peran
kunci dalam pembelajaran karena media merupakan satu komponen dari
komponen-komponen lain yang membentuk sistem instruksional secara
keseluruhan yang mempengaruhi hasil belajar.
Geografi merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang dipelajari di
Madrasah Aliyah. Permendiknas No. 22 tahun 2006 menetapkan bahwa geografi
merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang hayat dan mendorong
peningkatan kehidupan. Lingkup bidang kajiannya memungkinkan manusia
memperoleh jawaban atas pertanyaan dunia sekelilingnya yang menekankan pada
aspek spasial dan ekologis dari eksistensi manusia. Bidang kajian geografi
meliputi bumi, aspek dan proses yang membentuknya, hubungan kausal dan
spasial manusia dengan lingkungan, serta interaksi manusia dengan tempat.
dimensi manusia dalam menelaah keberadaan dan kehidupan manusia di tempat
dan lingkungannya.
Pembelajaran geografi di Madrasah Aliyah telah berlangsung lama, namun
sampai saat ini belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Berdasarkan
hasil survey awal yang dilakukan pada mata pelajaran geografi di Madrasah
Aliyah Swasta Kota Pekanbaru, mengindikasikan bahwa tuntutan agar guru
mampu merancang model pembelajaran yang bervariasi, inovatif dan tepat guna,
didukung oleh pemanfaatan media dan teknologi mutakhir, sesuai dengan
pedoman Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Proses, Permendiknas
Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Kurikulum dan Permendiknas Nomor
19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan dalam Program
Pembelajaran, kurang begitu banyak diperhatikan. Hal ini berdampak pada
rendahnya perolehan hasil belajar siswa. Berdasarkan data dari Pusat Penilaian
Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan
Nasional nilai rata-rata Ujian Nasional mata pelajaran geografi Tahun Pelajaran
2009/2010 untuk Madrasah Aliyah se-Kota Pekanbaru adalah 6,745, lebih rendah
dari nilai rata-rata Ujian Nasional pelajaran geografi untuk SMA se-Kota
Pekanbaru yaitu 7,036 (Depdiknas, 2010).
Data rerata hasil Ujian Nasional mata pelajaran geografi Tahun Pelajaran
2009/2010 untuk Madrasah Aliyah se-Kota Pekanbaru di atas didukung dengan
fenomena yang dapat diamati pada Madrasah Aliyah Swasta di Kota Pekanbaru
1. Guru cendrung menggunakan metode konvensional. Berdasarkan informasi
yang peneliti peroleh dari guru bidang studi geografi dilapangan,
mengindikasikan bahwa hal ini terjadi disebabkan pelatihan yang diterima
oleh guru-guru geografi pada Madrasah Aliyah Sawasta selama ini sangat
kurang atau bahkan jarang sekali, dan belum berjalannya MGMP mata
pelajaran geografi dengan baik.
2. Kemampuan guru merancang dan memanfaatkan media masih kurang, hal ini
terlihat dari proses pembelajaran masih bersifat verbal dan klasikal atau
cendrung kearah pembahasan tematik teoritik dengan text book orientied
yang dilakukan secara terpusat pada guru (teacher centered). Pendekatan
belajar seperti di atas mengakibatkan guru lebih aktif sedangkan siswa
terkesan pasif dan hanya menghafal serta menerima materi yang diberikan
oleh guru saja. Akibatnya pembelajaran kerap kali jadi membosankan, tidak
menarik, siswa kurang aktif, pemahaman siswa terhadap materi sangat
kurang.
3. Sarana dan prasarana yang dimiliki Madrasah Aliyah Swasta di Kota
Pekanbaru sudah tersedia, namun sarana dan prasarana tersebut belum
dioptimalkan penggunaannya, baik sebagai media maupun sebagai sumber
belajar.
4. Media yang umunya sering dimanfaatkan oleh guru pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung adalah media konvensional berupa papan tulis dan
media cetak khususnya buku-buku paket atau teks geografi. Namun
tergantung pada verbal symbols (kata-kata) yang bersifat sangat abstrak.
Sedangkan media berbasis komputer seperti (power point) sangat jarang
digunakan bahkan ada sekolah yang belum pernah memanfaatkan komputer
sebagai media pembelajarannya.
5. Kebutuhan dan minat peserta didik dalam proses pembelajaran seringkali
diabaikan dan terpenting bagi guru adalah memberikan informasi dengan cara
yang disarankan atau dicontohkan dalam buku.
6. Hasil belajar geografi siswa belum menunjukkan prestasi yang
menggembirakan, hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang mengikuti
remedial.
Purwanto (2010: 30-31) dalam pidato pengukuhan guru besar yang
menandai keahlian kegurubesaran Universitas Negeri Malang (UM) dari jurusan
Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial (FIS) mengungkapkan tentang
“Problematika Pembelajaran Geografi” mempengaruhi rendahnya kualitas
pembelajaran yang berdampak pada rendahnya hasil belajar geografi diduga
disebabkan oleh beberapa komponen-komponen, dan salahsatunya adalah
komponen media pembelajaran. Menyinggung tentang komponen media
pembelajaran Purwanto menjelaskan secara khusus bahwa karena banyaknya
konsep kongkrit dalam bahan ajar geografi dan keharusan penerapan pendekatan
keruangan, maka penggunaan media pembelajaran, terutama: gambar, foto, peta,
globe, dan bahkan film merupakan suatu keharusan. Konsep kongkrit seperti:
gunung, sungai, danau dan sebagainya, tidak perlu di definisikan tetapi
tanpa menggunakan contoh kongkrit. Akibatnya, sebagian besar siswa
menganggap geografi tak lebih dari sekadar ilmu yang harus dihafal.
Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Maryani (2007: 931) bahwa ada
beberapa faktor yang menyebabkan geografi dianggap tidak menarik untuk
dipelajari,
pertama, pelajaran geografi seringkali terjebak pada aspek kognitif tingkat rendah, yaitu menghafal nama-nama tempat, sungai, dan gunung, atau sejumlah fakta lainnya. Kedua, ilmu geografi seringkali dikaitkan dengan sebagai ilmu yang hanya membuat peta. Ketiga, geografi hanya menggambarkan tentang perjalanan manusia di permukaan bumi. Keempat, proses pembelajaran geografi cenderung bersifat verbal; kurang melibatkan fakta-fakta aktual, dan tidak menggunakan media kongkrit dengan teknologi mutakhir. Kelima, kurang aplikabel dalam memecahkan masalah-masalah yang berkembang saat ini.
Studi geografi mempelajari studi keruangan tentang gejala-gejala geografi
(Sumaatmadja, 1988: 45), gejala-gejala geografi tersebut merupakan gejala yang
konkrit atau nyata dalam kehidupan manusia. Keberadaan gejala-gejala yang
nyata ini terkait dengan konsep-konsep geografi dengan pola yang bersifat abstrak
yaitu adanya (penyebaran, relasi, fungsi, bentuk, serta proses yang kompleks)
bahkan terkadang di luar pengalaman siswa sehari-hari. Beberapa konsep yang
berkaitan erat dengan gejala-gejala geografi yang konkrit atau nyata misalnya
pembentukan tata surya berdasarkan teori-teori dari para ahli, proses terjadinya
gempa bumi yang diakibatkan oleh tenaga endogen, proses terjadinya Elnino dan
Lanina yang diakibatkan oleh perubahan suhu, proses terjadinya siklus hidrologi
yang melibatkan unsur-unsur pembentuknya dan beberapa konsep lainnya,
sehingga untuk mensimulasikan berbagai proses yang terjadi tidak mungkin
mempelajari konsep dari gejala-gejala geografi yang ada, maka akan dengan
mudah memahami sebab, akibat, hubungan, fungsi, proses terjadinya gejala dan
masalah sehari-hari disekitar kita.
Mengingat karakteristik materi geografi dalam memudahkan tercapainya
sasaran mata pelajaran tersebut maka pembelajaran geografi seharusnya tidak
hanya memberikan berbagai informasi dan pengetahuan konsep dalam bentuk
tekstual tetapi juga visual konsep dalam setiap proses objek kajiannya. Upaya
yang dapat dilakukan guru untuk menjelaskan konsep dari gejala-gejala geografi
yang konkrit agar mencapai tujuan pembelajaran dan terjadinya peningkatan
kualitas hasil belajar adalah, dengan penggunaan media yang tepat dan
representatif.
Merujuk pada permendiknas No. 22 tahun 2006, dan 19 Tahun 2005
tentang Standar Proses serta hakikat pembelajaran geografi yang sebenarnya,
berbagai permasalahan pada pembelajaran geografi di Madrasah Aliyah Swasta di
atas dapat diatasi apabila didalam pembelajarannya guru menggunakan
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered)
dengan pemanfaatan media pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan mata
pelajaran geografi, agar dapat memenuhi kebutuhan semua siswa, terciptanya
proses pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik, meningkatkan aktivitas siswa, dan terpenuhinya
pemahaman siswa terhadap materi yang pada akhirnya diharapkan mampu
memperbaiki hasil belajar siswa secara optimal sesuai dengan standar dan
Salah satu upaya untuk mengatasi masalah pembelajaran tersebut adalah
dengan pemanfaatan hasil teknologi berupa komputer. Guru hendaknya mampu
memilih dan menggunakan model pembelajaran yang didukung oleh pemanfaatan
media dan teknologi mutakhir, agar mempermudah pemahaman siswa terhadap
materi dan konsep-konsep geografi melalui Pembelajaran Berbasis Komputer.
Kegiatan pembelajaran dengan bantuan komputer atau lebih dikenal sebagai
Computer Based Instruction (CBI) merupakan istilah umum untuk segala
kegiatan belajar mengajar yang menggunakan komputer, baik sebagian maupun
secara keseluruhan. Pembelajaran berbasis komputer (CBI) adalah sebuah konsep
baru dalam dunia pendidikan dan pembelajaran yang muncul sebagai wujud nyata
dari globalisasi Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Komputer merupakan jenis media yang secara virtual dapat menyediakan
respon yang segera terhadap hasil belajar yang dilakukan oleh siswa.
Perkembangan teknologi yang pesat saat ini, telah memungkinkan komputer
memuat dan menayangkan beragam bentuk media di dalamnya. Dengan pola
pembelajaran ini diharapkan setiap siswa mampu lebih berfikir kreatif,
memperoleh gambar objek secara keseluruhan sehingga tercapai proses
pembelajaran geografi yang sesuai dengan standar dan tuntutan kurikulum.
Beberapa bentuk penggunaan komputer sebagai media yang dapat
digunakan dalam pembelajaran, menurut (Rusman, 2009: 174) meliputi:
b. Multimedia Interaktif: dapat digunakan pada pembelajaran disekolah, sebab cukup efektif meningkatkan hasil belajar siswa terutama komputer. Sifat media ini selain interaktif, juga bersifat multimedia dan terdapat unsur-unsur media secara lengkap yang meliputi sound, animasi, video, teks, dan grafis. Beberapa model multimedia interaktif berbasis komputer diantaranya sebagai berikut:
1. Model Drill and Practice: model drill dan praktek dalam CBI pada dasarnya merupakan salah satu strategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret melalui penyediaan latihan-latihan soal.
2. Model Tutorial: CBI model tutorial merupakan program pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat lunak komputer yang berisi tujuan, materi pelajaran, pengorganisasian materi, latihan dan evaluasi. Sifat dari model tutorial ini adalah mastery learning, yaitu menuntut ketuntasan belajar.
3. Model Simulasi: model Simulasi dalam CBI pada dasarnya merupakan salah satu strategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret melalui penciptaan tiruan– tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana yang sebenarnya. 4. Model Games Instruction: model permainan ini dikembangkan
berdasarkan “ pembelajaran menyenangkan”, di mana peserta didik akan dihadapkan pada beberapa petunjuk dan aturan permainan.
Dari model–model pembelajaran berbasis komputer di atas, pembelajaran
menggunakan multimedia interaktif model tutorial yang paling banyak menjadi
pilihan dalam proses pembelajaran, karena model ini memberi bimbingan dan
arahan kepada peserta didik secara tuntas menguasai materi dengan cepat dan
menarik.
Penggunaan multimedia berdampak positif dalam membangun
pembelajaran yang bermakna (meaningful learning). Siswa akan lebih menghayati
keseluruhan proses belajar mengajar dengan hadirnya multimedia dalam
pembelajaran. Hal ini senada diungkapkan oleh (Abdulhak dan Sanjaya, 1995).
Teknologi multimedia komputer memiliki kemampuan untuk mengontrol
elemen-elemen yang ada, yang dikenal dengan interactive multimedia (multimedia
dalam software multimedia interaktif memungkinkan guru untuk lebih leluasa
memilih, mensintesis, dan mengelaborasi pengetahuan-pengetahuan yang ingin
diberikan agar lebih mudah dipahami siswa (Clintock, 1992: 10).
Multimedia sebagai alat bantu dalam pembelajaran mempunyai beberapa kelebihan, di antaranya: (1) Sistem pembelajaran lebih inovatif dan interaktif. (2) Mampu menimbulkan rasa senang selama PBM berlangsung sehingga akan menambah motivasi siswa. (3) Mampu menggabungkan antara teks, gambar, audio, musik, animasi gambar atau video dalam satu kesatuan yang saling mendukung sehingga tercapai tujuan pembelajaran. (4) Mampu menvisualisasikan materi yang abstrak. (5) Media penyimpanan yang relatif gampang dan fleksibel. (6) Membawa obyek yang sukar didapat atau berbahaya ke dalam lingkungan belajar. (7) Menampilkan obyek yang terlalu besar kedalam kelas. (8) Menampilkan obyek yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. (Rakim, 2008).
Dengan menggunakan teknologi komputer terutama multimedia interaktif
model Tutorial pada pembelajaran, dimungkinkan materi dapat disajikan dalam
bentuk tekstual maupun visual disertai dengan evaluasinya sehingga pemahaman
siswa terhadap materi yang disajikan dapat terukur pada waktu pelaksanaan
pembelajaran. Pembelajaran berbasis komputer dengan model tutorial adalah
sebuah program pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan perangkat lunak berupa program komputer yang berisi materi
pelajaran. Dalam pembelajaran berbasis komputer model Tutorial ini, sajian
utamanya berupa bacaan, demonstrasi, penentuan bacaan atau pengalaman yang
membutuhkan respon secara oral dan tulisan dan adanya ujian. Tujuan dari sebuah
pengajaran tutorial adalah untuk memberikan pemahaman secara tuntas (Mastery)
kepada siswa mengenai materi atau bahan pelajaran yang sedang dipelajarinya
Melalui pembelajaran ini, komputer sebagai tutor berorientasi pada upaya
membangun perilaku siswa melalui penggunaan komputer, yang secara sederhana
pola-pola pengoperasiannya meliputi: komputer menyajikan materi, siswa
memberikan respon, respon siswa dievaluasi oleh komputer dengan orientasi pada
arah siswa dalam menempuh presentasi berikutnya, melanjutkan atau mengulangi
tahapan sebelumnya.
Gora (2005: 5), menyatakan penggunaan komputer model tutorial sebagai
media pembelajaran memberi kemungkinan pengelolaan proses pembelajaran
yang lebih efektif dan efisien, karena penggunaan komputer model ini mempunyai
berbagai manfaat, seperti:
(1) Menyajikan informasi yang bervariasi kepada siswa melalui penggunaan animasi, presentasi, dan penyajian materi dalam bentuk teks; (2) Menciptakan lingkungan belajar dengan interaksi tinggi antara siswa dengan bahan belajar; dan (3) Meningkatkan proses berfikir siswa dengan penekanan kepada pembelajaran berpusat pada siswa.
Beberapa penelitian terdahulu menguatkan pernyataan bahwa penggunaan
media komputer merupakan alat yang memberikan perbedaan yang signifikan
terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian yang dilakukan Rusman (2007)
menyimpulkan bahwa komputer merupakan perangkat yang dapat membantu
peningkatan kompetensi siswa pada mata pelajaran matematika. Demikian pula
Riswanti, A (2007) menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan hasil
pembelajaran berbasis komputer dengan model tutorial pada aspek pemahaman,
selanjutnya Putra,T.G (2007) menyimpulkan bahwa pembelajaran berbasis
komputer dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berfikir kritis
bahwa pembelajaran berbasis komputer memberikan kontribusi prestasi yang
lebih baik jika dibandingkan dengan model konvensional. Kustandi, C. (2008)
juga mengujicobakan pembelajaran interaktif model vidio tutorial pada mata
pelajaran TIK, menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa
dengan menggunakan program interaktif model vidio tutorial. Begitu juga
penelitian yang dilakukan Nurhalim, M (2008) menyimpulkan pembelajaran
berbasis komputer model tutorial memberikan kontribusi prestasi yang lebih baik
jika dibandingkan dengan model konvensional
Berbagai keunggulan pembelajaran berbasis komputer dan hasil penelitian
diatas membuktikan bahwa pembelajaran berbasis komputer pada umumnya
mampu memberikan sumbangan yang positif untuk meningkatkan hasil belajar
siswa. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini memfokuskan pada efektifitas
pembelajaran berbasis komputer model tutorial untuk meningkatkan hasil belajar
siswa yang diterapkan pada mata pelajaran geografi di Madrasah Aliyah Swasta
Kota Pekanbaru. Tentunya dengan menerapkan pembelajaran berbasis komputer
model tutorial diharapkan agar, dapat memenuhi kebutuhan semua siswa,
terciptanya proses pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik, meningkatkan aktivitas siswa, dan
terpenuhinya pemahaman siswa terhadap materi yang pada akhirnya diharapkan
mampu memperbaiki hasil belajar siswa secara optimal sesuai dengan standar dan
B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Efektifitas Penerapan
Pembelajaran Berbasis Komputer Model Tutorial Terhadap Hasil Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran Geografi Di Madrasah Aliyah Swasta Kota Pekanbaru?
Dengan penerapan pembelajaran berbasis komputer ini diharapkan mampu
mengatasi permasalahan seperti bersifat verbal dan klasikal, pembelajaran
membosankan dan tidak menarik, siswa kurang aktif, pemahaman siswa terhadap
materi sangat kurang dan pada akhirnya mempengaruhi rendahnya hasil belajar
siswa dalam pembelajaran.
Pembatasan masalah dalam penelitian ini difokuskan pada pembelajaran
berbasis komputer model tutorial, dengan penerapan pada mata pelajaran geografi
kelas X pokok bahasan Hidrosfer, khusus membahas materi Perairan Darat.
Sedangkan hasil belajar, dalam penelitian ini mengarah pada ranah kognitif.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan dan pembatasan masalah di atas dapat dijabarkan
dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa kelas
eksperimen dan kontrol sebelum diberikan treatment?
2. Apakah terdapat perbedaan signifikan antara hasil belajar siswa yang
belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran ekspository pada mata
pelajaran geografi di Madrasah Aliyah Swasta Kota Pekanbaru?
3. Bagaimana respon siswa mengenai pembelajaran berbasis komputer model
tutorial pada mata pelajaran geografi yang diterapkan di Madrasah Aliyah
Swasta Kota Pekanbaru?
4. Bagaimana respon guru mengenai pembelajaran berbasis komputer model
tutorial pada mata pelajaran geografi yang diterapkan di Madrasah Aliyah
Swasta Kota Pekanbaru?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan
umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas penerapan
pembelajaran berbasis komputer model tutorial terhadap hasil belajar siswa
dibanding dengan model pembelajaran ekspository yang biasa dilakukan oleh
guru pada mata pelajaran geografi di Madrasah Aliyah Swasta Kota Pekanbaru.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:
1. Mengukur signifikansi perbedaan antara hasil belajar siswa kelas eksperimen
dan kontrol sebelum diberikan treatment.
2. Mengukur signifikansi perbedaan antara hasil belajar siswa yang mengikuti
yang mengikuti model pembelajaran ekspository pada mata pelajaran
geografi di Madrasah Aliyah Swasta Kota Pekanbaru.
3. Mengetahui bagaimana respon siswa mengenai pembelajaran berbasis
komputer model tutorial yang diterapkan di Madrasah Aliyah Swasta Kota
Pekanbaru.
4. Mengetahui bagaimana respon guru mengenai pembelajaran berbasis
komputer model tutorial yang diterapkan di Madrasah Aliyah Swasta Kota
Pekanbaru.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan semua
siswa, terciptanya proses pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik, meningkatkan aktivitas siswa, dan
terpenuhinya pemahaman siswa terhadap materi yang pada akhirnya diharapkan
mampu memperbaiki hasil belajar siswa secara optimal sesuai dengan standar dan
tuntutan kurikulum.
2. Bagi guru
Penelitian ini diharapkan berguna untuk membantu memecahkan masalah
dalam pembelajaran geografi yang dihadapi selama ini, dan dapat menjadi salah
satu alternatif pilihan bagi guru untuk merancang model pembelajaran inovatif
dan kreatif di dukung oleh media pembelajaran yang efisien dan efektif merujuk
3. Bagi sekolah
Penelitian ini sebagai masukan di dalam mengembangkan program
pembelajaran, maupun Pembelajaran Berbasis Komputer (Computer Based
Instruction), serta meningkatkan proses pembelajaran yang efektif dan efisien
untuk mengembangkan setiap potensi yang dimiliki oleh peserta didik secara
optimal.
F. Definisi Operasional
Untuk memperjelas ruang lingkup penelitian ini, maka diperlukan definisi
operasional sebagaimana berikut:
1. Pembelajaran Berbasis Komputer Model Tutorial
Pembelajaran Berbasis Komputer Model Tutorial merupakan salah satu
aktivitas pembelajaran yang menggunakan komputer untuk menjalankan program
pembelajaran yang sudah dikemas dalam bentuk CD multimedia interaktif.
Tujuannya untuk memberi tutorial atau bimbingan belajar secara interaktif kepada
peserta didik untuk menguasai dan memahami materi pembelajaran dengan cepat,
menarik, dan tuntas guna meningkatkan hasil belajar siswa yang dikemas secara
lengkap dan terintegrasi meliputi unsur sound, animasi, video, teks dan grafis.
2. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa merupakan perubahan perilaku siswa yang diperoleh
setelah berinteraksi dengan lingkungan dalam suasana pembelajaran. Perubahan
perilaku dalam penelitian ini diindikasikan dengan penguasaan konsep terhadap
materi pelajaran. Untuk mengukur hasil belajar dilakukan dengan pemberian tes
G. Hipotesis Penelitian
Pada penelitian ini, pembelajaran berbasis komputer model tutorial
dibandingkan dengan model pembelajaran ekspository yang biasa dilakukan oleh
guru pada pelajaran geografi di Madrasah Aliyah Swasta Kota Pekanbaru, adapun
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Hipotesis nol (Ho) = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil
belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol sebelum diberikan treatment.
Hipotesis kerja (Ha) = Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil
belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol sebelum diberikan treatment.
2. Hipotesis nol (Ho) = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil
belajar siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis komputer model tutorial
dengan model pembelajaran ekspository.
Hipotesis kerja (Ha) = Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil
belajar siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis komputer model tutorial
92
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh penerapan pembelajaran berbasis
komputer model tutorial terhadap hasil belajar siswa, maka metode dalam
penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimental. Menurut Sukmadinata
(2009b: 194), penelitian eksperimen (experimental research), merupakan
pendekatan penelitian kuantatif yang paling penuh, dalam arti memenuhi semua
persyaratan untuk menguji hubungan sebab akibat. Dalam desain eksperimen
terutama true-eksperimental pengontrolan variabel dilakukan secara ekstra agar
memenuhi validitas internal. Sedangkan praktik pendidikan yang memerlukan
terjadinya interaksi dalam kelas baik antara siswa dengan siswa atau guru maupun
siswa dengan lingkungan sangat sulit melakukan pengontrolan yang sedemikian
ketat. demikian pula pemberian perlakuan dalam eksperimen secara teratur,
melakukan acak, pengukuran, variabel juga tidak selalu dapat dilaksanakan.
Furqon dan Emilia (2010: 17) menjelaskan bahwa dalam eksperimen murni
harus dilakukan pengelompokan subjek secara acak ke dalam kelompok
eksperimen atau kelompok kontrol yang disebut dengan (random assignment) dan
yang diacak adalah subjek eksperimen (satuan analisis). Jika satuan analisis pada
suatu studi adalah peserta didik yang harus diacak ke kelompok eksperimen atau
assignment) sering sekali sulit dilakukan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
dilakukan desain eksperimen dengan pengontrolan yang sesuai dengan kondisi
yang ada atau yang sering disebut dengan desain eksperimen semu (quasi
exsperiment) dengan desain sebagaimana yang dikembangkan McMillan
(2008:230) dengan istilah Nonequivalent-Group Pretest-Posttes Design.
Desain yang dikembangkan McMillan (2008:230) dengan istilah
Nonequivalent-Group Pretest-Posttes Design.
Keterangan :
O = Tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest)
A = Kelas Eksperimen
B = Kelas Kontrol
X1 = Treatment pembelajaran geografi berbasis komputer model tutorial.
X2 = Treatment pembelajaran geografi model ekpository.
Dalam desain ini, kedua kelompok diberi tes awal (pretest) dengan tes yang
sama. Selanjutnya, kelompok eksperimen diberi perlakukan model pembelajaran
geografi berbasis komputer, sedangkan kelompok kontrol diberi perlakukan Pretest
Group Intervention Posttest
A
B
O
O O
O X1
X2
setiap awal dan akhir setiap proses pembelajaran. Hasil kedua tes (kelompok
kontrol maupun kelompok eksperimen) diambil rata-ratanya dan diperbandingkan
(diuji perbedaannya).
Secara sederhana, gambaran desain penelitian ini dapat dilihat pada Gambar
berikut.
Gambar 3.2: Diagram Alur Penelitian Identifikasi Masalah
Kajian Literatur
Pembuatan Proposal
Pembuatan Instrumen
Penentuan Sampel
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Pretest Pretest
Proses Pembelajaran ekspository
Proses pembelajaran Berbasis Komputer Angket Respon
Pengumpulan Data
Posttest Posttest
Varaiabel adalah kondisi-kondisi atau karakteristik-karakteristik yang oleh
pengeksperimen dimanipulasikan, dikontrol atau diobservasi (Best, 1982:82).
Variabel utama yang akan menjadi fokus pada penelitian ini adalah variabel
perlakuan (treatment variabel) dan variabel terikat (dependent variabel).
Treatment Variabel adalah variabel yang mempengaruhi dan digunakan untuk
memprediksi variabel lain, dalam hal ini variabel dependen, dan variabel
dependen sendiri adalah variabel yang terpengaruh atau diprediksi.
Penelitian ini memiliki dua variabel terdiri dari satu bebas (independent
variable) yaitu model pembelajaran geografi berbasis komputer dan satu variabel
terikat (dependent variable) yaitu hasil belajar siswa.
Gambar 3.3 Hubungan antar Variabel Penelitian
C. Populasi dan Sampel Penelitian.
Sampling sangat menentukan keabsahan data suatu penelitian. Jika salah
dalam melakukan sampling maka hasil penelitian akan menjadi sia-sia. Oleh
karena itu, pada bagian ini akan diuraikan mengenai populasi penelitian dan
bagaimana proses penentuan sampel dari populasi tersebut. model pembelajaran
geografi berbasis komputer
Menurut Sukardi (2008:53), populasi pada prinsipnya adalah semua anggota
kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam
satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu
penelitian. Menurut Sukmadinata (2009b:250), populasi merupakan kelompok
besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian. Populasi yang besar dalam
suatu penelitian biasanya dibatasi untuk mempermudah penarikan sampel.
Populasi dalam penelitian ini dibatasi pada MA swasta yang ada di Kota
Pekanbaru Riau, yang berjumlah 10 (sepuluh) madrasah. Seluruh populasi dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Nama dan Status Madrasah
No Nama Masrasah Status
1 MA Ummatan Wasathan Pesantern Swasta
2 MA Diniyah Pekanbaru Swasta
3 MA Darul Hikmah Pekanbaru Swasta
4 MA Masmur Pekanbaru Swasta
5 MA Muhammadiyah pekanbaru Swasta
6 MA Hasanah Pekanbaru Swasta
7 MA Pondok Modern Al-Kautsar Swasta
8 MA PP. Al-Munawarah Pekanbaru Swasta
9 MA Al-Ikhwan Swasta
10 MA Miftahul Hidayah Tampan Swasta
2. Sampel Penelitian
Kelompok subjek atau partisipan yang mana dari mereka data penelitian
(2009b: 252), pengambilan sampel merupakan suatu proses pemilihan dan
penentuan jenis sampel dan perhitungan besarnya sampel yang akan menjadi
subjek atau objek penelitian.
Penentuan sekolah yang akan menjadi sampel penelitian adalah dengan
menggunakan teknik acak atau random. Menurut Sukmadinata (2009b: 253),
pengambilan sampel secara random berarti setiap individu dalam populasi
mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Individu-individu
tersebut punya peluang yang sama, bila mereka memiliki karakteritik yang sama
atau diasumsikan sama.
Setelah dilakukan pengundian maka yang terpilih menjadi sampel penelitian
adalah MA Diniyah Pekanbaru dan MA Masmur Pekanbaru. Pada
masing-masing sekolah tersebut selanjutnya akan dipilih satu kelas untuk dijadikan kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam rangka pengumpulan data, pengukuran dilakukan dengan
menggunakan instrumen. Instrumen ini sangat berhubungan dengan variabel yang
hendak diukur. Pengukurannya dapat dilakukan dengan cara tertulis, pengamatan,
wawancara, dan dokumentasi (Purwanto, 2010:6). Instrumen dalam dunia
pendidikan atau yang diistilahkan oleh Sudjana (2009: 234) sebagai alat penilaian
proses belajar-mengajar dalam penelitian pendidikan dapat dikategorikan ke
belajar dan angket respon siswa maupun guru.
1. Tes Hasil Belajar
Jenis tes yang digunakan pada penelitian ini adalah tes objektif berbentuk tes
pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban. Item-item soal yang dipakai dalam
pengukuran hasil belajar siswa diambil dari materi pelajaran geografi. Soal
diberikan pada setiap awal pertemuan sebelum pembelajaran dimulai (pretest) dan
setiap akhir pembelajaran (posttest).
Tujuan penggunaan teknik tes objektif adalah untuk mengetahui hasil
belajar siswa (ranah kognitif) setelah mengikuti pembelajaran. Dalam penelitian
ini, pemberian pretest pada kelompok eksperimen dan kontrol dilakukan untuk
memastikan bahwa kemampuan awal siswa dalam penguasaan materi pelajaran
yang terlibat dalam penelitian adalah homogen. Sedangkan, posttest bertujuan
untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan.
Menurut Sudjana dan Ibrahim (2004:100), ada dua jenis tes hasil belajar,
yaitu tes baku (standardized test) yang dibuat para ahli dan tes tidak baku (buatan
guru atau peneliti). Tes buatan peneliti sekalipun tidak baku tetap dapat digunakan
dalam penelitian asalkan telah memenuhi persayaratan validitas dan reliabelitas.
Tes hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang dibuat
peneliti dengan mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
ditentukan oleh Pemerintah sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan
(KTSP). Tes yang dibuat ini diusahakan sedemiian rupa agar valid dan reliabel.
Validitas tes ada tiga jenis, yaitu validitas isi (content validity), validitas
konstruk (construct validity), dan validitas criteria (criterion validity). Metode
yang akan digunakan untuk menjaga validitas isi dalam penelitian ini adalah
metode item review dengan membuat kisi-kisi instrumen, kemudian peneliti
dengan bantuan kedua dosen pembimbing mengkaji kesesuaian antara kisi-kisi
dengan butir item yang dibuat. Kisi-kisi tes hasil belajar dalam penelitian ini
disajikan pada Lampiran 3.1.
Pengujian validitas isi juga dapat dilakukan dengan melihat korelasi skor
butir dengan skor total. Korelasi ini menunjukkan sumbangan butir terhadap
totalnya. Sebuah butir soal dikatakan valid apabila berkorelasi tinggi dengan
totalnya. Butir yang berkorelasi tinggi dengan totalnya menunjukkan bahwa butir
tersebut merupakan isi dari instrumen karena mempunyai sumbangan yang besar
membentuk skor total dari test hasil belajar (Purwanto, 2010:123).
Penghitungan koefisien korelasi pada penelitian ini menggunakan SPSS
(Statistical Package for the Social Sciences) versi 18, dengan cara
mengkorelasikan skor item tiap pertanyaan dengan skor total untuk seluruh
pertanyaan. Untuk menginterpretasi kriteria dari besarnya koefisien korelasi,
Arikunto (2006: 75) memberikan pedoman sebagai berikut: 0,00– 0,20 = validitas
soal sangat rendah; 0,21 – 0,40 = validitas soal rendah; 0,41 – 0,60 = validitas
soal sedang; 0,61 – 0,80 = validitas soal tinggi; dan 0, 81 – 1,00 = validitas soal
sangat tinggi. Ketentuan lain yang dapat digunakan adalah ketentuan yang
tidak valid dan harus di revisi atau di buang.
Pada penelitian ini, ujicoba dilakukan pada 30 orang siswa MA di Kota
Pekanbaru yang tidak terlibat dalam pengambilan data penelitian. Jumlah soal
yang diujikan adalah sebanyak 25 soal dan selengkapnya disajikan pada Lampiran
3.2. Soal-soal ini selanjutnya diujicobakan untuk mengetahui tingkat validitasnya
dan rekapitulasi skor hasil ujicoba disajikan pada Lampiran 3.3. Skor yang
dihasilkan ini selanjutnya ditentukan koefisien korelasi antar butir dengan skor
total untuk melihat apakah soal valid ataukah tidak. Namun, sebelum itu harus
dipastikan dulu prasyarat dari uji korelasi yaitu data harus berdistribusi normal.
Hasil uji normalitas data validitas tes hasil belajar dengan uji
Kolmogorov-Smirnov (K-S) disajikan pada Lampiran 3.4 dan dari hasil uji tersebut diperoleh
harga Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,144, lebih besar dari 0,05. Dengan
demikian, data berdistribusi normal dan telah memenuhi syarat untuk dilakukan
uji korelasi.
Setelah dipastikan data berdistribusi normal, langkah selanjutnya adalah
menentukan validitas instrumen melalui uji korelasi. Hasil uji korelasi disajikan
pada Lampiran 3.5, dan berikut adalah rangkuman hasil uji korelasi terhadap hasil
Soal Nomor Koefisien Korelasi Kriteria Validitas
Tingkat Validitas Keterangan
SR R S T ST
1 ,543 Valid √ Dipakai
2 ,467 Valid √ Tidak Dipakai
3 ,234 Tidak Valid - - - Tidak Dipakai
4 ,543 Valid √ Dipakai
5 ,206 Tidak Valid - - - Tidak Dipakai
6 ,543 Valid √ Dipakai
7 ,429 Valid √ Dipakai
8 ,543 Valid √ Dipakai
9 ,861 Valid √ Dipakai
10 ,861 Valid √ Dipakai
11 ,633 Valid √ Dipakai
12 ,520 Valid √ Dipakai
13 ,410 Valid √ Tidak Dipakai
14 ,705 Valid √ Dipakai
15 ,565 Valid √ Dipakai
16 ,299 Tidak Valid - - - Tidak Dipakai
17 ,645 Valid √ Dipakai
18 ,468 Valid √ Dipakai
19 ,847 Valid √ Dipakai
20 ,790 Valid √ Dipakai
21 ,781 Valid √ Dipakai
22 ,708 Valid √ Dipakai
23 ,572 Valid √ Dipakai
24 ,647 Valid √ Dipakai
25 ,483 Valid √ Dipakai
Soal yang tidak dipakai karena tidak valid atau tidak dipilih adalah soal
nomor 2, 3, 5, 13, dan 16. Konstruksi soal yang akan diuji reliabelitasnya
disajikan pada Lampiran 3.6.
b. Reliabilitas Tes
Reliabilitas berkenaan dengan keajegan atau ketepatan hasil pengukuran
(Sukmadinata, 2009b:229). Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf reliabilitas
yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap yang dihitung
[image:34.595.115.512.134.626.2]dengan menghitung harga koefisien Alfa dengan bantuan SPSS 18. Menurut
Sudarmanto (2005), pengkorelasian dapat dilakukan pada dua skor yang
dihasilkan dari dua kali tes atau dengan menggunakan teknik belah dua antara
sekor genap dan ganjil.
Untuk menginterpretasikan harga koefisien reliabilitas tersebut mengacu pada
katagori yang diajukan Guilford (Ruseffendi, 2005: 160), dengan ketentuan
sebagai berikut: 0.00 - 0.20 = Kecil; 0.20 - 0.40 = Rendah; 0.40 - 0.70 = Sedang;
0.70 - 0.90 = Tinggi; 0.90 - 1.00 = Sangat Tinggi
Dalam melakukan uji korelasi yang membandingkan dua kelompok data,
maka prasyarat yang harus dipenuhi adalah data harus berdistribusi normal dan
bervarian homogen. Hasil uji normalitas data uji reliabelitas disajikan pada
Lampiran 3.7 dan dari hasil uji tersebut diperoleh harga Asymp. Sig. (2-tailed)
sebesar 0,126 dan 0,576. Kedua harga signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05,
sehingga dipastikan bahwa data berdistribusi normal.
Prasyarat yang kedua adalah uji homogenitas data. Uji homogenitas data ini
menggunakan uji Lavene Statistic yang terdapat pada uji anova. Hasil pengujian
homogenitas data disajikan pada Lampiran 3.8, dan dari hasil pengujian tersebut
diperoleh harga signifikansi sebesar 0,544, lebih besar dari 0,05. Dengan
demikian, kedua data memiliki varian yang homogen.
Setelah kedua syarat terpunuhi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
sebagai berikut:
Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Reliabelitas Tes Hasil Belajar
Soal Harga
r
Kriteria
Keterangan
Sedang Tinggi Sangat
Tinggi
Test Hasil Belajar 0,867 √ Reliabel
Dari Tabel 3.3 diketahui bahwa harga koefisien reliabelitas hasil
penghitungan dengan SPSS adalah 0,867, dan tes hasil belajar dinyatakan reliabel
dan layak digunakan sebagai instrumen penelitian. Tes hasil belajar (pretest dan
posttest) yang digunakan dalam penelitian disajikan pada Lampiran 3.10 dan 3.11.
2. Angket Respon
Instrumen ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang pendapat
siswa dan guru terhadap model yang dieksperimenkan. Instrumen ini
dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan bantuan Dosen Pembimbing.
Angket/kuesioner dikembangkan sesuai tujuan dan kebutuhan peneliti. Instrumen
ini tidak ditentukan validitas reliabilitasnya, karena hanya bertujuan untuk
mendapatkan informasi tentang pendapat siswa dan guru dalam pembelajaran.
Kuesioner ini bersifat tertutup dengan jawaban yang telah disediakan peneliti.
Angket respon siswa disajikan Lampiran 3.12 dan angket respon siswa guru
Data yang akan dihasilkan dari penelitian ini meliputi: (1) nilai pretest dan
posttest, (2) data respon siswa terhadap pembelajaran geografi berbasis komputer,
dan data respon guru terhadap pembelajaran geografi berbasis komputer.
Perbedaan hasil belajar antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen
dianalisis dengan uji-T, sedangkan data respon guru dan siswa dianalisis secara
deskriptif kualitatif dengan prosesntase. Berbagai teknik analisis tersebut
dianalisis dengan menggunakan bantuan SPSS versi 18.
Dalam melakukan analisis data menggunakan uji statistik parametrik seperti
uji-t, anova, ataupun regresi, maka data harus berdistribusi normal dan berasal
dari populasi dengan varian homogen. Berikut adalah penjelasan tentang teknik
pengujian normalitas dan homogenitas data hasil penelitian.
1. Uji Normalitas Data
Galton (Ruseffendi, 1998:291) mengatakan bahwa bila kita mengambil
orang secara acak kemudian dilihat kemampuannya, maka skor-skor kepandaian,
kemampuan berolah raga, dan sebagainya, akan berupa kumpulan data yang
sekurang-kurangnya berdistribusi normal. Lebih lanjut Putrawan (Sudarmanto,
2005:105) menegaskan bahwa suatu pengujian dengan menggunakan uji-t, uji-F,
dan sejenisnya, menuntut suatu asumsi, yaitu populasi harus berdistribusi normal.
Untuk menganalisis normalitas data, disamping dengan memperbandingkan
rasio Skewness dan Kurtosis (Santoso, 2005:204), juga dapat menggunakan uji
Penentuan normalitas data dalam penelitian ini akan menggunakan uji
Kolmogorof-Smirnov (K-S) dengan bantuan SPSS versi 18. Ketentuannya adalah
apabila harga atau nilai Asymp. Sig.(2-tailed) > dari 0,05 maka dinyatakan bahwa
data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas Data
Uji homogenitas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data sampel
diperoleh dari populasi yang bervarians homogen ataukah tidak. Untuk melakukan
uji homogenitas varians data digunakan analisis Lavene Test dengan
menggunakan program SPSS (Sudarmanto, 2005:114-115). Analisis ini menempel
pada Independent Sample t-Test pada analisis Compare Means. Jika harga
Significancy pada tabel yang dihasilkan lebih besar dari dari taraf signifikansi (α)
yang ditentukan yaitu 0.05, maka data tersebut berasal dari populasi yang ber
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka penulis dapat
menarik beberapa simpulan berikut :
1. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa kelas
eksperimen (kelas yang akan mengikuti pembelajaran geografi berbasis
komputer model tutorial) dengan kelas kontrol (kelas yang akan mengikuti
model pembelajaran ekspositori yang biasa dilakukan oleh guru) sebelum
diberikan treatment. Hal ini membuktikan bahwa tidak ada perbedaan
kemampuan awal siswa terhadap materi yang diujikan atau kedua kelas
tersebut homogen.
2. Pembelajaran berbasis komputer model tutorial efektif terhadap peningkatan
hasil belajar siswa. Efektifnya model ini terlihat dari kekuatan model yang
mampu meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran geografi.
Berdasarkan uji eksperimen yang telah dilakukan dalam penelitian ini
memperlihatkan perbedaan yang signifikan antara hasil belajar geografi siswa
(dilihat berdasarkan perolehan skor posttest) antara kelas ekperimen yang
mengikuti pembelajaran geografi berbasis komputer dengan hasil belajar
siswa kelas kontrol yang mengikuti pembelajaran ekspositori. Hasil belajar
dari hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran ekspositori.
3. Sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif mengenai penerapan
pembelajaran geografi berbasis komputer model tutorial yang diterapkan.
Tanggapan ataupun respon yang diberikan siswa mengenai pembelajaran
geografi berbasis komputer model tutorial yang diikutinya adalah bahwa
model pembelajaran ini sangat lebih baik dibandingkan dengan model
pembelajaran yang selama ini digunakan guru, kemudian sebagian besar
siswa beranggapan bahwa media yang digunakan dalam pembelajaran sangat
membantu mereka dalam memahami materi pelajaran. Ketika dikonfirmasi
kembali kepada para siswa, apakah mengharapkan penggunaaan media
geografi berbasis komputer di masa yang akan datang, maka sebagian besar
siswa mengharapkan agar media geografi berbasis komputer digunakan di
masa yang akan datang.
4. Dalam penelitian ini guru berpendapat bahwa media geografi berbasis
komputer membuat siswa menjadi lebih aktif dan sangat membantu dalam
memberikan pemahaman konsep. Guru juga berpendapat bahwa siswa tidak
kesulitan dalam menggunakan media yang diterapkan dalam pembelajaran
geografi, materi yang disajikan dalam media telah sesuai dengan tujuan
Melihat begitu besar dampak dan manfaat multimedia interaktif berbasis
komputer model simulasi, maka penelitian merekomendasikan beberapa hal
berikut :
1. Rekomendasi Kepada Sekolah
Kepala sekolah sebagai atasan guru dapat mendorong guru untuk
memperbaiki kualitas implementasi kurikulum, Implementasi KTSP
menekankan bagaimana setiap satuan pendidikan mengoptimalkan segala
kemampuan yang dimiliki guna meningkatkan mutu pelajaran. Untuk
meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah, sewajarnya sekolah mendukung
terhadap penerapan inovasi-inovasi pembelajaran dengan memberikan
fasilitas dan menyediakan sarana dan prasarana pembelajaran yang
dibutuhkan guna menunjang terlaksanananya inovasi pembelajaran tersebut
sehingga apa yang diharapkan dapat tercapai dengan baik. Hubungannya
dengan pembelajaran berbasis komputer, pihak sekolah harusnya memberikan
motivasi kepada guru melalui penghargaan yang sesuai dengan hasil, harus
mempunyai minat yang tinggi untuk memasyarakatkan pembelajaran berbasis
komputer dengan melakukan berbagai kegiatan seperti seminar atau pelatihan
pembuatan program dan memberikan dukungan penuh bagi guru yang hendak
Pemahaman yang selama ini berkembang adalah bahwa pelajaran Geografi
lebih banyak bersifat hafalan, monoton, dan membosankan, namun demikian
hendaknya para pendidik (guru) dapat memvariasikan beberapa model
pembelajaran yang dikombinasikan dengan penggunaan media belajar kepada
peserta didik (siswa), sehingga tidak ada kejenuhan dari siswa dalam belajar.
Guru harus dapat merubah persepsi pembelajaran dari teacher centered
menjadi student centered dengan melakukan proses pembelajaran secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik , agar setiap potensi yang dimiliki oleh
peserta didik berkembang secara optimal. Salah satu model pendekatan dalam
pembelajaran adalah Pembelajaran Berbasis Komputer Model Tutorial.
Penerapan model ini efektif memperbaiki kinerja guru, terkait erat dan
sangat didukung oleh kemauan dan kemampuan guru untuk menerapkan
rencana pengajaran yang applicable dan dalam hal ini terkandung tuntutan
untuk memahami Geografi sebagai disiplin ilmu, berbagai inovasi dan
kreatifitas dalam pembelajaran dapat dikembangkan dengan merancang
Bagian Mapenda )
Kepala sekolah hanya bertugas dan bertanggung jawab terhadap inovasi
yang diadakan di sekolahnya untuk inovasi dan peningkatan mutu pendidikan
pada sekolah yang lebih luas di lingkungan departemen agama menjadi tugas
dan tanggung jawab bagian Mapenda kota atau kabupaten dan tingkat
provinsi. Disamping memberikan dukungan langsung untuk membantu
mempermudah dalam memfasilitasi berbagai kebutuhan belajar siswa bagian
Mapenda juga dapat mensosialisasikan penerapan pembelajaran berbasis
komputer model tutorial yang digunakan dalam penelitian ini sebagai
program dan acuan dalam pelaksanaan inovasi dan peningkatan mutu
pendidikan yang diwujudkan dalam kegiatan pelatihan-pelatihan untuk guru
baik pada tingkat kecamatan, kota/kabupaten dan provinsi khususnya dalam
pembelajaran Geografi .
DAFTAR PUSTAKA
Abdulhak, I & Sanjaya, W. (1995). Multimedia Pendidikan. Bandung: Pusat Pelayanan dan Pengembangan Multimedia Pendidikan IKIP.
Arifin, M. (2000). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia UPI.
Arsyad, A. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Grafindo Persada.
Bell-Gredler, ME. (1986). Learning and Instruction: Theory into Practice. New York: Mac millan Publishing Company.
Bruner, Jerome. S. (1966). Toward a Theory of Instruction. Cambridge: Harvard University.
Budiningsih, A. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Dick, W & Carey, L. (1990). The Systematic Design of Instruction (Third ed.). USA: Harper Collins Publishers.
Furqon dan Emilia, E. (2010). Penelitian Kualitatif & Kuantitatif (Beberapa Isu Kritis). Bandung: SPS UPI.
Gagne, R.M. Briggs, L.J. (1979). Principle of Instructional Design, (2 nd ed). New York: Holt, Rinehart and Winston.
Gagne, Robert M. (1985). The Conditioning of Learning and Theory and Theory of Instruction.(Fourth ed). New York: Holt, Pinehart and Winston
Gerlach,V.S dan Ely,D.P. (1980). Teaching and Media, A Systematic Approach.New Jersey: Prentice- Hall Inc.Engliwood Clifta.
Heinich, R. (2005). Instructional Technology and Media for Learning. New York: Macmillan Publising.
Hamalik, O. (1994). Media Pendidikan. (cetakan ke-7). Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Hernawan, Asep Herry dkk.tt. Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Komputer (Teori dan Praktek). Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.
Human Development Reports. ( 2010). Human Development Index and its Components. [Online]. Tersedia: http://hdr.undp.org/en/statistics/hdi/ [ 7 Juni 2011).
Kamarga, H. (2000). Model Pembelajaran Pengemas Awal ( Advanced Organizer) dalam Implementasi Kurikulum Sejarah di Sekolah Dasar yang Menggunakan Pendekatan Kronologis dalam Rangka Mengembangkan Aspek Berfikir Kesejarahan. Disertasi: tidak dipublikasikan. Bandung: SPs UPI.
Kemp. J.E. dan Dauton, D.K. (1985). Planning dan Producing Instructional Media (Fifth Edition). New York: Harper & Row, Publishers.
Kustandi, C. (2008). Efektifitas Penggunaan Program Pembelajaran Interaktif Model VidioTutorial terhadap Hasil Belajar siswa SMA. Tesis: tidak dipublikasikan. Bandung: UPI Bandung
Maryani, Enok. (2007). ”Pendidikan Geografi” dalam Mohammad Ali (ed) (2007) Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Press
Mc Clintock,R. (1992). Power and Pedagogy: Transforming Education Through Information Technology. New York: Institute for Teaching Technologies.
McDonough, D, et.al (1994). University Courseware Development Comparative Views of Computer Based Teaching By User & Non User.
McMillan, H. James. (2008). Educational Research. New York: Pearson.
Miarso, Y. (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta: Prenada Multimedia.
Munadi, Y. (2008). Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru, Jakarta: Gaung Persada.
Niniwanty, A. (2009). Pengembangan Model Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Multimedia untuk Meningkatkan Hasil Belajar (Studi Pada Siswa Madrasah Aliyah Kota Pekanbaru). Tesis: tidak dipublikasikan. Bandung: UPI Bandung.
Nurhalim, M. (2008). Penerapan Pembelajaran Berbasis Komputer (computer based instruction) Model Tutorial untuk Meningkatkan Hasil Belajar siswa Madrasah Aliyah Kota Bandung Tesis: tidak dipublikasikan. Bandung: UPI Bandung
Pidarta, M. (2000). Landasan Kependidikan, Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Purwanto. (2009). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
_______. (2010). Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Purwanto, Edy. (2010). Problematika Pembelajaran Geografi. Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pembelajaran Geografi pada Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Malang (UM). [Online]. Tersedia:
http://library.um.ac.id/images/stories/pidatogurubesar/gurubesar/Juni10/ Problematika Pembelajaran Geografi- Prof Dr Edy Purwanto M Pd.pdf. [ 7 Juni 2011)
Putra, T.G. (2007). Model Pembelajaran Redoks Berbasis Komputer untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa. Tesis PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Rakim (2008). Multimedia dalam Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://rakim-ypk.blogspot.com/2008/04/multimedia-dalam-pembelajaran.html .
Rohani, A. (1997). Media Instruksional Educatif. Jakarta: Rineka Putra.
Riswanti, A. (2007). Pengaruh Penggunaan Computer Assisted Instruction (CAI) Model Tutorial terhadap Hasil Belajar Akutansi di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) (Studi Kuasi Ekperimen terhadap Siswa Kelas 2 SMK Negeri 3 Bandung. tidak dipublikasikan. Bandung: UPI Bandung
_______. (2009). Manajemen Kurikulum. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
_______. (2010). Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Rusyana. (1998). Penerapan Model Mengajar Berbasis Komputer dengan Menggunakan Pendekatan Analogi sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa melalui Pengajaran Biologi. Tesis: tidak dipublikasikan. Bandung: IKIP Bandung