GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA TINGKAT
TIGA D-III KEPERAWATAN DALAM MENGHADAPI UJI
KOMPETENSI DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar
Ahli Madya Keperawatan
Program Studi D-III Keperawatan
Oleh
Di susun oleh:
Novi Anggraeni
1008865
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAH RAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA TINGKAT
TIGA D-III KEPERAWATAN DALAM MENGHADAPI UJI
KOMPETENSI DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Oleh
Novi Anggraeni
Sebuah karya tulis ilmiah yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Diploma pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
© Novi Anggraeni
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Karya Tulis Ilmiah ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Abstrak
Tingkat kecemasan merupakan suatu keadaan yang membuat mahasiswa D-III keperawatan merasa tidak tenang, khawatir, takut dan tegang ketika akan menghadapi uji kompetensi yang baru pertama kali akan dilaksanakan oleh calon para lulusan perawat. Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kuantitatif. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampling jenuh sebanyak 25 mahasiswa D-II Keperawatan Tingkat tiga. Untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan mahasiswa tingkat tiga dalam menghadapi uji kompetensi di Program Studi D-III Universitas Pendidikan Indonesia dan tingkat kecemasan berdasarkan respon afektif, kognitif, fisiologi dan perilaku mahasiswa tingkat tiga D-III Universitas Pendidikan Indonesia. Dari hasil penelitian terhadap tingkat kecemasan secara umum didapatkan hampir setengah dari mahasiswa 48% (12 orang mahasiswa) mengalami tingkat kecemasan ringan , tingkat kecemasan berdasarkan respon afektif di dapatkan sebagian besar dari mahasiswa 52 % (13 orang mahasiswa) berada pada kategori tingkat kecemasan ringan, berdasarkan respon kognitif sebagian besar dari mahasiswa 60 % (15 orang mahasiswa) berada pada kategori tingkat kecemasan ringan, berdasarkan respon fisiologi sebagian besar dari mahasiswa 56 % (14 orang mahasiswa) berada pada kategori tidak ada gejala kecemasan dan berdasarkan respon perilaku di sebagian besar dari mahasiswa 56 % (14 orang mahasiswa) berada pada kategori tidak ada gejala kecemasan. Saran Jika kecemasan pada tingkat ringan tersebut dibiarkan, maka dikhawatirkan akan meningkat menjadi tingkat kecemasan berat.
Kata kunci: Mahasiswa, tingkat kecemasan, afektif, kognitif, fisiologi, dan
DAFTAR ISI
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7
A. Konsep Kecemasan ... 7
B. Konsep Mahasiswa Keperawatan Tingkat tiga ... 23
C. Konsep Uji Kompetensi ... 24
D. Kerangka Berpikir ... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 30
G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 39
H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46
A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 46
1. Tingkat kecemasan mahasiswa D-III Keperawatan tingkat tiga Universitas Pendidikan Indonesia ... 46
B. Pembahasan ... 50
1. Tingkat kecemasan mahasiswa D-III Keperawatan tingkat tiga Universitas Pendidikan Indonesia ... 50
2. Tingkat kecemasan berdasarkan respon afektif, kognitif, fisiologi dan perilaku pada Mahasiswa D-III Keperawatan Tingkat tiga Universitas Pendidikan Indonesia ... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 55
A. Kesimpulan ... 55
B. Saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA ... 58
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Hasil nilai try out uji kompetensi ... 3
Tabel 2.1 Respons Fisiologis terhadap ansietas ... 15
Tabel 2.2 Respons Perilaku, kognitif dan efektif ... 16
Tabel 2.3 Proporsi soal berdasarkan domain Kompetensi ... 26
Tabel 2.4 prosentasi domain aspek penilaian ... 27
Tabel 2.5 Adapun prosentase soal uji kompetensi bagi perawat terdiri dari 9 bidang keilmuan ... 28
Tabel 3.1 Adapun cara penilaian tingkat kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori ... 34
Tabel 3.2 Kisi-Kisi tingkat kecemasan ... 34
Tabel 3.3 Kisi – kisi kuesioner berdasarkan respon kecemasan ... 35
Tabel 3.4 Kategori total skor tingkat kecemasan ... 43
Tabel 3.5 Total skor tingkat kecemasan berdasarkan Respon Afektif... 43
Tabel 3.6 Total skor tingkat kecemasan berdasarkan Respon Kognitif ... 44
Tabel 3.7 Total skor tingkat kecemasan berdasarkan respon fisiologi ... 44
Tabel 3.8 Total skor tingkat kecemasan berdasarkan respon perilaku ... 45
Tabel 4.1 Distribusi tingkat kecemasan mahasiswa D-III Keperawatan Tingkat tiga Universitas Pendidikan Indonesia ... 46
Tabel 4.2 Distribusi tingkat kecemasan berdasarkan respon afektif mahasiswa D-III Keperawatan tingkat tiga Universitas Pendidikan Indonesia ... 47
Tabel 4.3 Distribusi Tingkat kecemasan berdasarkan respon kognitif mahasiswa D-III Keperawatan Tingkat tiga Universitas Pendidikan Indonesia ... 48
Tabel 4.4 Distribusi Tingkat kecemasan berdasarkan respon fisiologi
mahasiswa D-III Keperawatan Tingkat tiga Universitas Pendidikan
Indonesia ... 48
Tabel 4.5 Distribusi Tingkat kecemasan berdasarkan respon perilaku
mahasiswa D-III Keperawatan Tingkat tiga Universitas Pendidikan
Indonesia ... 49
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Rentang respon ... 11
Gambar 2.2. Skema kerangka pemikiran ... 29
Gambar 3.1. Desain Penelitian ... 32
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ... 60
Lampiran 2. Uji Validitas dan reabilitas ... 65
Lampiran 3. Hasil pengolahan data ... 73
Lampiran 4. Berdarkan Karakteristik responden ... 79
Lampiran 5. Instrumen Penelitian... 81
Lampiran 6. Lembar Bimbingan ... 86
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Profil kesehatan Indonesia tahun 2010 mencatat jumlah lulusan perawat
selama lima tahun terakhir mencapai 141.347 orang atau rata-rata 26.928 orang
per tahun. Jumlah ini hanya yang berasal dari program Diploma III politeknik
kesehatan milik pemerintah dan perguruan tinggi swasta. Lulusan program
sarjana dan magister tidak termasuk dalam jumlah ini. Kebutuhan perawat di
Indonesia sebenarnya masih sangat tinggi. Sebagai pembanding, Jepang yang
berpenduduk 130 juta orang memiliki 1,3 juta perawat. Sementara Indonesia
yang memiliki 240 juta penduduk hanya memiliki 624.000 lulusan perawat. Itu
pun tidak semuanya termanfaatkan angka ini sesuai dengah data Depkes (2010)
yang mencatat 52.000 perawat yang bertugas di Puskesmas dan 108.000
perawat bertugas di Rumah sakit ( Tp, 2011, http://www.kompas.com. 25
Oktober 2012).
Saat ini jumlah institusi pendidikan keperawatan sangat banyak di
Indonesia, proses pendidikan keperawatan berjalan dengan sangat bervariasi
dan sistem kendali mutu proses penyelenggaraan pendidikan belum berjalan
sepenuhnya, sehingga mutu atau kompetensi lulusan sangat beragam ( Masfuri,
et al, 2012: 2). Besarnya variasi mutu pendidikan keperawatan dan kesehatan
variasi ini sangat terlihat pada pelaksanaan uji kompetensi nasional yang
dilakukan oleh KNUKP PPNI 2008 (Masfuri, et al, 2012: 2). Sejalan dengan
usaha PPNI , menteri kesehatan RI mengeluarkan Permenkes /1796/ Menkes
/per/ VIII/ 2011 Pasal 2 mengenai registrasi tenaga kesehatan pengganti
Kemenkes nomor 161 2010 dimana dalam peraturan tersebut, kelulusan uji
kompetensi yang dibuktikan dengan sertifikat kompetensi merupakan syarat
bagi tenaga kesehatan (termasuk perawat) agar dapat di registrasi sebagai
perawat dan di perkenankan menjalankan praktik/pekerjaan profesinya di
2
kepropesianya wajib memiliki tanda surat registrasi (STR) ( Masfuri, et al,
2012: 2-3). Dengan beredarnya surat Permenkes tersebut seakan-akan
memberikan kabar yang hangat dikalangan keperawatan, terutama di kalangan
D-III Keperawatan Universitas Pendidikan Indonesia yang baru berdiri
beberapa tahun ke belakang. Uji kompetensi ini baru akan di laksanakan
pertama kali oleh para calon perawat di Indonesia. Sebelum tenaga kesehatan
di registrasi tenaga kesehatan wajib mengikuti uji kompetensi. Pada uji
kompetensi ini ada tiga aspek yang perlu di perhatikan dalam mengukur
tenaga kesehatan (Perawat) yaitu pengetahuan, ketrampilan, dan sikap. Materi
uji kompetensi disusun mengacu kepada standar kompetensi yang tercantum
dalam standar profesi. Materi uji kompetensi dikembangkan dan disusun oleh
divisi standarisasi MTKI berkoordinasi dengan Dirjen DIKTI Kementerian
Pendidikan Nasional dan LPUK serta Tim Ad-hock di MTKI yang berasal dari
masing-masing organisasi profesi (Kemenkes RI, 2010: 16). Jumlah soal yang
digunakan dalam uji kompetensi adalah 180 soal dan disediakan waktu 3 jam
untuk mengerjakan. Jenis soal yang digunakan adalah soal pilihan ganda (MCQ
type A question/dengan 5 alternatif jawaban (a, b,c,d,e), dengan memilih satu
jawaban yang paling tepat (one best answer). Jumlah soal tersebut
dipertimbangkan dapat mengukur kompetensi lulusan baru dengan akurat
(memenuhi reliabilitas soal). Soal yang di gunakan juga telah melalui proses uji
validitas (Kariasa, et al, 2012: 27).
Uji kompetensi ini sama halnya dengan Ujian Nasional (UN) yang
pernah di alami pada waktu SMA. Pelaksanaan uji kompetensi dirasakan
sebagai beban yang semakin bertambah berat terutama bagi mahasiawa D-III
Keperawatan, di karenakan sebelumnya tidak ada uji kompetensi. Hal ini di
karenakan majelis tenaga kesehatan indonesia menetapkan uji kompentesi
harus dilalui oleh semua lulusan. Pelaksanaan uji kompetensi menjadi
perhatian tersendiri dikarenakan akibatnya kalau tidak lulus uji kompetensi
maka mahasiswa D-III Keperawatan tidak lulus sehingga tidak dapat mengikuti
wisuda dan tidak akan teregistrasi untuk menjadi calon perawat di wilayah
3
perasaan khawatir, takut, tegang, cemas serta adanya tekanan pada diri
mahasiswa, dan berbagai upaya pun di coba untuk dilakukan agar dapat
meminimalisir perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan tersebut, sehingga
mahasiswa siap menghadapi uji kompetensi.
Kecemasan (ansietas) adalah istilah yang sangat akrab dengan kehidupan
sehari-sehari yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut. Tidak
tentram disertai berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi atau
menyertai kondisi situasi kehidupan dan berbagai gangguan kesehatan (Dalami,
et al, 2009: 67). Menurut Suprajitno (Tn, 2012:1) Kecemasan dapat timbul
dengan intensitas yang berbeda-beda, tingkatan ini terbagi menjadi kecemasan
ringan, sedang, berat hingga menimbulkan kepanikan dari individu itu sendiri,
terkadang dapat menimbulkan halangan untuk melakukan suatu pekerjaan.
Berdasarkan hasil simulasi try out uji kompetensi yang di laksanakan
pada tanggal 20 Januari 2013 yang di adakan oleh collage colaboration dan
diikuti oleh 5 institusi D-III Keperawatan, termasuk D-III Keperawatan
Universitas Pendidikan Indonesia. Dapat di lihat presentase nilai D-III
keperawatan Universitas Pendidikan Indonesia tingkat tiga sebagai berikut:
Tabel 1.1
Hasil Nilai Try out uji kompetensi
Nilai Keterangan Jumlah
Mahasiswa
tingkat tiga Universitas Pendidikan Indonesia, 1 orang mendapatkan nilai
4
memuaskan, 10 orang mendapatkan nilai cukup memuaskan dan sebagian
besar mendapatkan nilai kurang memuaskan yaitu sebanyak 15 orang dengan
presentase 57,69%.
Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 04 Februari 2013 terhadap
10 orang mahasiswa tingkat tiga D-III Keperawatan Universitas Pendidikan
Indonesia didapatkan data 8 orang mahasiswa mengatakan cemas, khawatir,
takut tidak lulus dan tidak bisa mengikuti wisuda tahun ini. Mahasiswa tingkat
tiga D-III Keperawatan Universitas Pendidikan Indonesia merasa cemas
dikarenakan berbagai faktor di antaranya belum ada persiapan untuk
menghadapi uji kompetensi. D-III Keperawatan Universitas Pendidikan
Indonesia merupakan prodi baru, yang baru berdiri beberapa tahun ke belakang
dan masih kekurangan sumber daya manusia (SDM) atau tenaga pengajar ilmu
keperawatan sesuai bidang mata kuliah yang akan di ujikan dalam uji
kompetensi, dan 2 orang mahasiswa keperawatan mengatakan biasa-biasa saja
dikarenakan masih belum terlalu memikirkan uji kompetensi. Dari fenomena di
atas peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang “Gambaran tingkat
kecemasan mahasiswa tingkat tiga D-III Keperawatan dalam menghadapi uji
kompetensi di Universitas Pendidikan Indonesia”.
B.Identifikasi dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian dapat dirumuskan permasalahan
pokok sebagai berikut: “Bagaimana gambaran tingkat kecemasan mahasiswa
tingkat tiga D-III Keperawatan dalam menghadapi uji kompetensi di
Universitas Pendidikan Indonesia?” dari masalah pokok tersebut dapat di
jabarkan menjadi beberapa sub masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat kecemasan mahasiswa tingkat tiga D-III Keperawatan
Universitas Pendidikan Indonesia berdasarkan respon afektif?
2. Bagaimana tingkat kecemasan mahasiswa tingkat tiga D-III Keperawatan
Universitas Pendidikan Indonesia berdasarkan respon kognitif?
3. Bagaimana tingkat kecemasan mahasiswa tingkat tiga D-III Keperawatan
5
4. Bagaimana tingkat kecemasan mahasiswa tingkat tiga D-III Keperawatan
Universitas Pendidikan Indonesia berdasarkan respon perilaku?
C.Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengeidentifikasi gambaran tingkat kecemasan mahasiswa tingkat
tiga D-III Keperawatan dalam menghadapi uji kompetensi di Universitas
Pendidikan Indonesia.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tingkat kecemasan mahasiswa tingkat tiga D-III
Keperawatan Universitas Pendidikan Indonesia berdasarkan respon
afektif.
b. Mengidentifikasi tingkat kecemasan mahasiswa tingkat tiga D-III
Keperawatan Universitas Pendidikan Indonesia berdasarkan respon
kognitif.
c. Mengidentifikasi tingkat kecemasan mahasiswa tingkat tiga D-III
Keperawatan Universitas Pendidikan Indonesia berdasarkan respon
fisiologi.
d. Mengidentifikasi tingkat kecemasan mahasiswa tingkat tiga D-III
Keperawatan Universitas Pendidikan Indonesia berdasarkan respon
perilaku.
D.Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teortis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai sumber
informasi dan sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah di
dapat dan sekaligus menambah wawasan mengenai gambaran tingkat
kecemasan pada mahasiswa tingkat tiga D-III Keperawatan dalam
menghadapi uji kompetensi di Universitas Pendidikan Indonesia.
2. Manfaat Praktis
6
Diharapkan penelitian ini dapat memberi gambaran tingkat kecemasan
kepada pihak institusi sehingga dapat meningkatkan kualitas belajar
mengajar keperawatan di Universitas Pendidikan Indonesia khususnya
dalam mata kuliah keperawatan jiwa.
b. Bagi pihak mahasiswa
Diharapkan penelitian ini dapat membantu mahasiswa dalam
mengidentifikasi tingkat kecemasan yang dialami mahasiswa tingkat tiga
D-III Keperawatan dalam menghadapi uji kompetensi di Universitas
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi penelitian : Lokasi penelitian dilaksanakan di Fakultas Pendidikan
Olahraga dan Kesehatan, prodi D-III Keperawatan Universitas Pendidikan
Indonesia. Jl. Dr. Setiabudi no. 229 Bandung 40154 Jawa Barat Indonesia.
2. Subjek Penelitian : Subjek yang diteliti yaitu mahasiswa tingkat tiga D-III
Keperawatan Universitas Pendidikan Indonesia tingkat tiga yang akan
menghadapi uji kompetensi.
a. Populasi
Notoatmodjo (Setiadi, 2007: 175), mengemukakan bahwa
populasi dapat berupa orang, benda, gejala atau wilayah yang ingin di
ketahui oleh peneliti.
Sedangkan menurut Sugiyono (Hidayat, 2007: 60 ), populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya. Dari
teori di atas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah seluruh unit yang
akan di teliti. Pada penelitian ini, populasi yang akan diteliti yaitu
mahasiswa tingkat tiga D-III Keperawatan Universitas Pendidikan
Indonesia yang berjumlah 25 Orang Mahasiswa.
b. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk
menggeneralisasikan hasil penelitian sampel (Arikunto, 2002: 109).
Sedangkan menurut Hidayat (2007: 60), sampel adalah bagian populasi
yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki
31
Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa sampel adalah sebagian
unit yang diteliti, serta di anggap telah mewakili seluruh populasi yang
diambil dengan teknik tertentu.
Adapun teknik sampling yang digunakan untuk menentukan
sampel adalah sampling jenuh yaitu teknik penentuan bila semua
anggota populasi di gunakan sebagai sampel. Hal ini dilakukan jika
jumlah populasi relatif kecil. Oleh karena itu, maka peneliti mengambil
sampel yang akan di teliti berjumlah 25 orang mahasiswa tingkat tiga
DIII Keperawatan Universitas Pendidikan Indonesia sesuai dengan
jumlah populasi.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang di susun
sedemikian rupa sehingga penelitian dapat memberikan jawaban terhadap
pernyataan penelitian. Desain penelitian mengacu pada jenis atau macam
penelian yang dipilih untuk mencapai tujuan penelitian serta berperan sebagai
alat dan pedoman untuk mencapai tujuan (Setiadi, 2007: 127).
Penelitian yang akan dilaksanakan ini menggunakan konsep deskriptif
kuantitatif dimana variabel diteliti pada waktu yang bersamaan yang
bertujuan untuk memperoleh gambaran tingkat kecemasan pada mahasiswa
tingkat tiga D-III Keperawatan dalam menghadapi uji kompetensi di
Universitas Pendidikan Indonesia.
Desain penelitian ini perlu untuk dijadikan pegangan dalam
pelaksanaan penelitian, agar penelitian yang dilakukan arahnya jelas dan
terencana. Dalam suatu penelitian deskriptif pengambilan data yang
digunakan harus dipilih dasar yang tepat dan susunan dengan
variabel-variabel yang tergantung dalam penelitian. Adapun langkah-langkah desain
32
Kesimpulan
Gambar 3.1. Desain Penelitian
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif. Menurut Subana & Sudrajat (2005: 26), penelitian
deskriptif termasuk salah satu jenis penelitian kategori penelitian kuantitatif.
Penelitian ini di maksudkan untuk mengangkat fakta, keadaan, variabel, dan Populasi
Sampel
Uji kompetensi Tingkat kecemasan
mahasiswa DIII Keperawatan UPI
Pengolahan dan Analisis Data
Hasil pengolahan data Metode Penelitian
33
fenomena-fenomena yang terjadi saat sekarang dan menyajikannya apa
adanya.
D. Definisi Operasional
Kecemasan mahasiswa tingkat tiga D-III Keperawatan dalam
menghadapi uji kompetensi adalah suatu keadaan yang membuat mahasiswa
D-III Keperawatan merasa tidak tenang, khawatir, takut dan tegang ketika
akan menghadapi uji kompetensi yang baru pertama kali akan dilaksanakan
oleh calon para lulusan perawat dan uji kompetensi ini menentukan standar
kelulusan sehingga mahasiswa D-III Keperawatan harus dapat mencapai nilai
sesuai dengan standar kelulusan uji kompetensi.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa
kuesioner. Kuesioner adalah sebuah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya
atau hal-hal yang mereka ketahui ( Arikunto, 2002: 128).
Instrumen penelitian yang digunakan diadaptasi dari item-item
pertanyaan dalam Halmilton Anxiety Rating Scale (HARS) yang telah di
modifikasi oleh peneliti. Pertanyaan dalam kuesioner tersebut terdiri dari 14
symtom sesuai dengan respon kecemasan yaitu respon fisiologi, kognitif,
perilaku dan afektif. Responden memilih satu dari lima pilihan jawaban yang
ada pada kuesioner dengan menggunakan skala likert, menurut Sugiyono
(Damarwati, 2012: 37), skala likert bertujuan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
34
Tabel 3.1
Adapun cara penilaian tingkat kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori:
5 Gejala gangguan kecerdasan 18,19,20 3
6 Gejala Depresi 10 1
7 Gejala somatik 21,22 2
8 Gejala sensorik 23 1
9 Gejala Kardiovaskuler 24,25 2
10 Gejala Pernapasan 26, 27 2
11 Gejala Gastrointestinal 28,29 2
35
Tabel 3.3
Kisi – kisi kuesioner berdasarkan respon kecemasan
Indikator Butir Pertanyaan Jumlah
Respon Fisiologi 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27,28, 29,30,31,32, 13
Respon Prilaku 33,34,35,36,37,38,39,40 9
Respon Kognitif 11,12,13,14,15,16,17,18,19,20 10
Respon Afektif 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 10
Jumlah 40
1. Uji Validitas Instrumen.
Menurut Setiadi (2007: 204), bahwa sebuah instrumen dikatakan valid
jika instrumen itu mampu mengukur apa yang seharusnya di ukur menurut
situasi dan kondisi tertentu. Dengan kata lain secara sederhana dapat dikatakan
bahwa sebuah instrumen dianggap valid jika instrumen itu benar-benar dapat
dijadikan alat untuk mengukur apa yang akan diukur.
Menurut Suherman (Supratman, 2009:190-191) untuk menguji
validitas butir soal tingkat kecemasan akan digunakan rumus korelasi product
moment angka kasar dirumuskan sebagai berikut:
rxy =
X XY− X Y
N X2− X2 N Y2− Y2
Keterangan:
xy
r = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
N = banyak subjek (responden)
X = Skor masing-masing butir soal
Y = Skor total
Untuk menentukan tingkat (derajat) validitas soal atau item
36
menggunakan klasifikasi interpretasi koefisien korelasi menurut Hidayat
(2007: 94) sebagai berikut:
0,800 – 1,000 : sangat tinggi
0,600 – 0,799 : tinggi
0,400 – 0,599 : cukup tinggi
0,200 - 0,399 : rendah
0,000 – 0,199 : sangat rendah (tidak valid)
Uji kuesioner dilakukan dengan menyebarkan kuesioner pada
mahasiswa yang mempunyai karakteristik yang sama pemahaman
responden terhadap item pernyataan yang ada dalam kuesioner. Uji
validitas ini di hitung menggunakan bantuan komputer program
Microsoft Office Excel 2007. Dari hasil uji kuesioner maka dapat di
tentukan beberapa pernyataan yang dikurangi ataupun disesuaikan.
Uji validitas dilaksanakan di POLTEKES TNI AU pada tanggal
06 Mei 2013. Jumlah sampel yang di gunakan 25 orang. Adapun 42 item
pernyataan yang ada dalam kuesioner, dari 42 item pernyataan terdapat
40 item yang valid di gunakan sebagai instrumen dan sebanyak 2 item
tidak valid tidak digunakan sebagai instrumen (di buang). Hal ini
dikarenakan semua pernyataan kuesioner yang digunakan sebagai
instrumen telah mewakili semua indikator tingkat kecemasan
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas instrumen adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila
pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang
berbeda (Setiadi, 2007: 207). Reliabilitas menunjukkan pada suatu
pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut
sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius
mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu
37
dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach menurut Suherman
(Supratman, 2009:192) adalah
Kriteria koefisien reliabilitas menurut J.P. Guilford (Suherman,
2003:139; Supratman, 2009:192) adalah sebagai berikut:
0,20
Dari hasil uji reliabilitas kuesioner tingkat kecemasan mahasiswa tingkat
tiga D-III Keperawatan dalam menghadapi uji kompetensi di Universitas
Pendidikan Indonesia di dapatkan nilai Alpha Cronbach 0,947 sehingga menurut
kriteria koefisien reliabilitas nilai ini sangat tinggi dan layak untuk di gunakan.
F. Tehnik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan
data dalam penelitian. Sebelum melakukan pengumpulan data, perlu dilihat alat
ukur pengumpulan data tersebut antara lain dapat berupa kuisioner/angket,
observasi, wawancara, atau gabungan ketiganya (Hidayat, 2007: 86).
Menurut Arikunto (Mulyani, 2012: 34), data adalah pencatatan penelitian
38
di bedakan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data
yang diperoleh berdasarkan pengukuran secara langsung oleh peneliti dari
sumbernya (subyek penelitian). Data sekunder adalah data yang telah di
kumpulkan oleh pihak lain dan telah terdokumentasikan, sehingga peneliti
tinggal menyalin data tersebut untuk penelitianya. Baik data primer maupun
dan sekunder dalam pengumpulan atau pengukurannya selalu menggunakan
alat pengukur yang lazim disebut dengan instrumen. Berikut adalah teknik
yang dilakukan peneliti dalam pengambilan data lapangan. Ditinjau dari cara
atau metode pengumpulannya terdapat metode pengumpulan data, yaitu:
1. Studi pendahuluan. Menurut Hidayat (2007: 28), dalam melakukan studi
pendahuluan, peneliti dapat menggali data-data yang berhubungan dengan
penelitian, baik sampel yang akan digunakan maupun data tentang landasan
teori yang ada, cara yang digunakan dalam studi pendahuluan adalah:
a. Studi literatur. yaitu dengan cara membaca literatur yang ada, baik
literatur teori maupun hasil kajian atau penelitian terdahulu. Litertur
merupakan salah satu sumber acuan peneliti dalam memahami beberapa
masalah penelitian, literatur juga mempermudah peneliti dalam
memperoleh informasi yang berhubungan dengan penelitian sehingga
dapat menguatkan data penelitian yang akan digunakan. Studi literatur
dapat dilaksanakan dengan cara membaca buku, majalah, jurnal
penelitian, surat kabar dan artikel penelitian.
b. Tinjauan tempat penelitian, studi pendahuluan dapat dilakukan dengan
mengadakan tinjauan terhadap tempat atau lokasi penelitian.
2. Angket atau kuesioner merupakan alat ukur berupa angket atau kuesioner
dengan beberapa pertanyaan. Alat ukur ini bila responden jumlahnya besar
atau tidak buta huruf. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
dalam kuesioner mampu menggali hal-hal yang bersifat rahasia. Pembuatan
kuesioner ini mengacu pada parameter yang sudah dibuat oleh peneliti
sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan. Angket atau keusioner yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu angket tertutup atau berstruktur dimana
39
memilih atau menjawab pada jawaban yang sudah ada dan memilih dengan
cara checklish () pada daftar kolom pertanyaan yang sudah disediakan sesuai dengan hasilnya yang di inginkan (Hidayat, 2007: 86).
G.Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Langkah – langkah penelitian berguna untuk mempermudah dalam
menyelesaikan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Menentukan masalah, rumusan masalah, studi kepustakaan, studi
pendahuluan, penyusunan proposal penelitian dan instrumen, mengajukan
proposal pada dosen pembimbing, serta permohonan izin penelitian
kepada pihak-pihak yang terkait dan izin pengambilan data kepada Ketua
Prodi DIII Keperawatan Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
Universitas pendidikan Indonesia.
2. Pelaksanaan Penelitian
Kontrak waktu dengan para responden, menjelaskan maksud dan tujuan
diadakannya penelitian, izin persetujuan penelitian dari para responden,
pembagian kuesioner, pengumpulan kuesioner, pegecekan kelengkapan
lembar jawaban responden, pengolahan data, analisa data dan menarik
kesimpulan dari hasil penelitian.
3. Pengolahan dan Analisa Data
a. Pengolahan data hasil tes;
b. menganalisis data dan
c. membuat kesimpulan.
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif berfungsi
untuk meringkas, mengklasifikasikan, dan mengajikan data (Hidayat, 2009: 108).
Selain itu, penelitian ini menggunakan bantuan komputer program SPSS dan Ms.
excel.
H.Pengolahan dan Analisis Data
40
Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk
memperoleh data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data
mentah dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan
informasi yang diperlukan. Pada bagian ini diuraikan rencana yang akan di
lakukan untuk mengolah dan analisis data ( Setiadi, 2007 :188).
Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam pengolahan
data dibagi menjadi 6 tahap, yaitu:
a. Editing/ memeriksa
Adalah memeriksa daftar pertanyaaan yang telah diserahkan oleh para
pengumpul data. Pemeriksaan daftar pertanyaan yang telah selesai ini
dilakukan terhadap:
1) Kelengkapan jawaban, apakah tiap pertanyaan sudah ada
jawabannya, meskipun jawaban berupa tidak tahu atau tidak mau
menjawab.
2) Keterbacaan tulisan, tulisan yang tidak terbaca akan mempersulit
pengolahan data atau berakibat pengolahan data salah membaca.
3) Relevansi jawaban, bila ada jawaban yang kurang atau tidak
relevan maka editor harus menolaknya.
b. Memberi Tanda Kode/(coding )
Adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden
kedalam kategori. Biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara memberi
tanda/ kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban.
c. Sorting
Adalah mensortir dengan memilih atau mengelompokan data menurut
jenis yang dikehendaki (klasifikasi data). Misalnya menurut daerah
sampel, menurut tanggal dan sebagainya.
d. Entry Data
Jawaban-jawaban yang sudah diberi kode katagori kemudian
dimasukan dalam tabel dengan cara menghitung frekuensi data.
Memasukan data, boleh dengan cara manual atau melalui pengolahan
41
e. Clearing
Pembersihan data, lihat variabel apakah data sudah benar atau belum.
f. Mengeluarkan Informasi
Disesuaikan dengan tujuan penelitian yang dilakukan.
a. Tabulasi
Tabulasi yaitu membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan
penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti Notoatmodjo (Afriannisa,
2011: 35).
Mengelompokan data sesuai dengan tujuan penelitian kemudian
dimasukan ke dalam table distribusi frekuensi yang sudah disiapkan
sehingga mudah untuk dilakukannya proses pendataan (mudah dibaca).
Setiap data yang sudah dikelompokan diberi kategori sesuai dengan
kode yang telah ditetapkan.
Hasil dari pengolahan di atas kemudian diolah secara tabulasi dan
perhitungan prosentase dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan
P : Persentase
F : Jumlah Jawaban Benar
N: Jumlah Responden F
P = X 100%
42
Selanjutnya ditabulasikan kemudian diinterpretasikan dengan
menggunakan skala :
0% = Tidak seorangpun dari responden
1-26% = Sebagian kecil dari responden
27-49% = Hampir setengah dari responden
50% = Setengah dari responden
51-75% = Sebagian besar dari responden
76-99% = Hampir seluruhnya dari responden
100% = Seluruhnya dari responden
2. Analisa Data
Analisis univariat yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil
penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan
distribusi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2007: 188).
Analisa yang dilakukan secara bertahap yaitu dilakukan dengan membuat
tabulasi data yang kemudian di hitung setiap item untuk mendapatkan total
skor dan di presentasekan dengan menggunakan program SPSS 16.
(Statistical Package for Social science 16). yang bertujuan untuk
menjelaskan karakteristik tiap variabel.
a. Untuk mengetahui total skor tingkat kecemasan secara umum dan
tingkat kecemasan berdasarkan respon afektif, kognitif, fisiologi dan
perilaku pada mahasiswa tingkat tiga D-III Keperawatan Universitas
Pendidikan Indonesia dalam menghadapi uji kompetensi digolongkan
dalam rentang tingkat kecemasan berupa data interval dengan kategori
43
cemas berat. Menurut Azwar (Astria, 2009: 75), untuk menentukan
kelas interval agar diperoleh tingkat kecemasan yang diinginkan
dengan menggunakan rumus :
P = Rentang
Banyak Kelas
Keterangan:
P = Panjang kelas interval
Rentang = Nilai skor terbesar dikurangi nilai skor terkecil
Banyak kelas = Jumlah kategori kelas yang diinginkan, dalam hal ini ada
empat, yaitu tidak ada kecemasan (normal), cemas ringan,
cemas sedang, dan cemas berat
Dari rumus tersebut, didapatkan kategorisasi total skor tingkat kecemasan
secara umum dan tingkat kecemasan berdasarkan respon afektif, kognitif,
fisiologi dan perilaku adalah sebagai berikut :
Tabel 3.4
Kategori total skor tingkat kecemasan secara umum
Skor terbesar = 168
Skor terkecil = 0
1) Tingkat Kecemasan Berdasarkan Respon Afektif
Skor terbesar = 40
Skor terkecil = 0
Total Skor Tingkat Kecemasan
Skor kurang dari 42 tidak ada kecemasan.
Skor 42– 84 kecemasan ringan.
Skor 85-126 kecemasan sedang
44
Tabel 3.5
Total skor tingkat kecemasan berdasarkan Respon Afektif
Kategori Tingkat Kecemasan Total Skor
Tidak ada kecemasan Skor Kurang dari 10
Kecemasan ringan Skor 10 – 20
Kecemasan Sedang Skor 21 – 30
Kecemasan Berat Skor 31 – 40
2) Tingkat Kecemasan Berdasarkan Respon Kognitif
Skor terbesar = 40
Skor terkecil = 0
Tabel 3.6
Total skor tingkat kecemasan berdasarkan Respon Kognitif
Kategori Tingkat Kecemasan Total Skor
Tidak ada kecemasan Skor Kurang dari 10
Kecemasan ringan Skor 10 – 20
Kecemasan Sedang Skor 21– 30
Kecemasan Berat Skor 31– 40
3) Tingkat Kecemasan Berdasarkan Respon Fisiologi
Skor terbesar = 48
Skor terkeci l = 0
Tabel 3.7
Total skor tingkat kecemasan berdasarkan respon fisiologi
Kategori Tingkat Kecemasan Total Skor
Tidak ada kecemasan Skor Kurang dari 12
Kecemasan ringan Skor 12 – 24
Kecemasan Sedang Skor 25– 36
45
4) Tingkat Kecemasan Berdasarkan Respon Perilaku
Skor terbesar = 32
Skor terkecil = 0
Tabel 3.8
Total skor tingkat kecemasan berdasarkan respon perilaku
Kategori Tingkat Kecemasan Total Skor
Tidak ada kecemasan Skor Kurang dari 8
Kecemasan ringan Skor 8 – 16
Kecemasan Sedang Skor 17– 24
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan
penjelasan dari bab sebelumnya sampai dengan pembahasan hasil penelitian.
Sehingga, dapat ditarik kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan.
A.Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian tentang gambaran tingkat kecemasan
Mahasiswa tingkat tiga D-III Keperawatan dalam menghadapi uji kompetensi
di Universitas Pendidikan Indonesia, maka peneliti dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Program Studi D-III
Keperawatan Universitas Pendidikan Indonesia tingkat kecemasan secara
umum mahasiswa tingkat tiga D-III Keperawatan Universitas Pendidikan
Indonesia dalam menghadapi uji kompetensi dari 25 sampel yang diteliti,
hampir setengah dari mahasiswa (44.0%) tidak mengalami gejala
kecemasan, hampir setengah dari mahasiswa (48,0%) mengalami tingkat
kecemasan ringan, sebagian kecil dari mahasiswa (8,0%) mengalami
tingkat kecemasan sedang dan tidak ada seorangpun dari mahasiswa (0%)
yang mengalami tingkat kecemasan berat.
2. Tingkat kecemasan berdasarkan respon afektif mahasiswa tingkat tiga
D-III Keperawatan Universitas Pendidikan Indonesia dalam menghadapi uji
kompetensi dari 25 sampel yang diteliti 5 orang mahasiswa (20,0%) tidak
mengalami gejala kecemasan, 13 orang mahasiswa (52,0%) mengalami
tingkat kecemasan ringan, 7 orang mahasiswa (28,0%) mengalami tingkat
kecemasan sedang dan tidak ada mahasiswa (0%) yang mengalami tingkat
kecemasan berat.
3. Tingkat kecemasan berdasarkan respon kognitif mahasiswa tingkat tiga
mahasiswa tingkat tiga D-III Keperawatan Universitas Pendidikan
56
orang mahasiswa (32,0%) tidak mengalami gejala kecemasan, 15 orang
mahasiswa (60,0%) mengalami tingkat kecemasan ringan, 2 orang
mahasiswa (8,0%) mengalami tingkat kecemasan sedang dan tidak ada
mahasiswa (0%) mengalami tingkat kecemasan berat.
4. Tingkat kecemasan berdasarkan respon fisiologi mahasiswa tingkat tiga
mahasiswa tingkat tiga D-III Keperawatan Universitas Pendidikan
Indonesia dalam menghadapi uji kompetensi dari 25 sampel yang diteliti
14 orang mahasiswa (56,0%) tidak mengalami gejala kecemasan, 10 orang
mahasiswa (40,0%) mengalami tingkat kecemasan ringan, 1 orang
mahasiswa (4,0%) mengalami tingkat kecemasan sedang dan tidak ada
mahasiswa (0%) yang mengalami tingkat kecemasan berat.
5. Tingkat kecemasan berdasarkan respon perilaku mahasiswa tingkat tiga
D-III Keperawatan Universitas Pendidikan Indonesia dalam menghadapi uji
kompetensi dari 25 sampel yang diteliti 14 orang mahasiswa (56,0%)
tidak mengalami gejala kecemasan, 7 orang mahasiswa (28,0%)
mengalami tingkat kecemasan ringan, 4 orang mahasiswa (16,0%)
mengalami tingkat kecemasan sedang dan tidak ada mahasiswa ( 0% )
yang mengalami tingkat kecemasan berat.
B.Saran
Hasil penelitian didapatkan sebagian besar mahasiswa Tingkat tiga D-III
Keperawatan Universitas Pendidikan Indonesia mengalami tingkat kecemasan
sedang. Kondisi tersebut tentunya sangat tidak menguntungkan bagi
Mahasiswa tingkat tiga D-III Keperawatan. Jika kecemasan pada tingkat ringan
tersebut dibiarkan, maka dikhawatirkan akan meningkat menjadi tingkat
kecemasan berat karena dapat mengganggu kinerja fungsi-fungsi kognitif
mahasiswa. Oleh karena itu, beberapa saran yang dapat disampaikan adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Pihak Institusi
Saran bagi pihak institusi agar lebih memperhatikan kecemasan yang
57
mempersiapkan mahasiswa D-III Keperawatan dalam menghadapi uji
kompetensi yaitu dengan cara mengadakan Try out atau mengerjakan
latihan-latihan soal uji kompetensi dan membahas soal uji kompetensi
bersama-sama dengan dosen sesuai bidang mata kuliah, lebih jauh sebelum
uji kompetensi akan segera dilaksanakan dan perlu membantu mahasiswa
mengembangkan coping skill. Hal ini dapat membantu mahasiswa agar
lebih siap dan menurunkan tingkat kecemasan mahasiswa dalam
menghadapi uji kompetensi.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti dengan tema yang sama
dengan penelitian ini disarankan untuk melakukan penelitian dengan
menggunakan populasi yang lebih luas dan meneliti mengenai Coping
Skill untuk mengatasi kecemasan mahasiswa tingkat tiga D-III
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hadayat, A.A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Astria, Y. (2009). hubungan karakteristik ibu hamil trimester III dengan kecemasan dalam menghadapi persalinan di Poliklinik Kebidanan dan Kandungan RSUP Fatmawati. Skripsi Keperawatan pada FKIK UIN Syarif Hidayatulloh Jakarta: Tidak diterbitkan.
Dalami,E. et al. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Psikososial. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Damarwati, T. (2012). Gambaran tingkat kecemasan orang tua terhadap bayi yang dirawat di ruang NICU RSUP Rumah sakit Jakarta. Skripsi Keperawatan pada FIK UI Defok: tidak diterbitkan
Ibrahim, R. Dan Komarudin. (2008). Psikologi Olahraga. Bandung: FPOK UPI.
Kariasa, I. M. et al. (2012). Blue Print Uji Kompetensi Perawat Indonesia. [Online]. Tersedia: http://www.ebookbrowse.com/uj/uji-kompetensi-perawat-indonesia. Html [08 Februari 2013]
Kemenkes, RI. (2011). MTKI, Pedoman Uji Kompetensi. [Online].
Tersedia:http://www.webhakli.com/attachments/article/85/Pedom an% 0Uji%20Kompetensi.pdf. html [ 25 Oktober 2012]
Komalasari, G. dan Herdi ( 2011). Coping Skills untuk mengatasi kecemasan menghadapi ujian Nasional pada Siswa Sekolah Menengah atas Negeri di Provinsi DKI Jakarta. Universitas Negeri Jakarta: Tidak diterbitkan.
Kusumawati, F. dan Hartono. Y. (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Masfuri. et al. (2012). Pedoman latihan uji kompetensi perawat. Jakarta: Pengurus pusat PPNI.
Mustofa, Z. (2009). Mengurai Variabel Hingga Instrumentasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
59
Tanggerang Selatan. Skripsi Keperawatan pada FKIK UIN Syarif Hidayatulloh Jakarta: Tidak diterbitkan.
Navianti, E. ( 2011). Hubungan Dukungan Perawat dengan tingkat kecemasan orang tua Di ruang rawat anak RSAB Harapan kita Jakarta. Tesis Magister Keperawatan pada FIK UI Depok: tidak diterbitkan.
Notoatmodjo, S. (2007). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Rahajeng, W.M. (2011). Hubungan pelatihan clinical instructor (CI) dengan lingkungan belajar klinik di RSUD Dr.R.Goeteng Taroenadibrata purbalingga. Skripsi Keperawatan pada FKIK Unsoed Purwokerto: Tidak diterbitkan.
Nira, D. A. (2011). Gambaran Umum Tingkat Stress Pada Mahasiswa Dalam Menghadapi Proses Belajar Mengajar Di Program Studi Diploma III Keperawatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi. KTI Keperawatan pada UMS Sukabumi: Tidak diterbitkan.
Riyadi, S. dan Purwanto, T. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Setiadi. (2007) . Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Subana, M. dan Sudrajat. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia.
Supratman. (2009). Membandingkan hasil belajar matematika siswa yang pembelajaranya menggunakan model kooperatif tipe jigsaw dengan tipe STAD pada materi lingkaran. Skripsi pada FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya: Tidak diterbitkan.
Tp. ( 2011, 3 Desember). Lulusan Perawat Hanya Terserap 4-10 Persen. Kompas [ Online]. Tersedia: http://www.kompas.com. [ 25 Oktober 2012]
Tresna (2011). Evektivitas konseling behavioral dengan teknik desensitisasi sistematis untuk mereduksi kecemasan menghadapi ujian. Tesis studi bimbingan dan konseling UPI Bandung: tidak di terbitkan.