PENGARUH PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE CO-OP CO-OP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMP
(Penelitian Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Salah Satu SMP Negeri di Lembang)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh
HANNI PRATIWI NIM. 0602370
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Hanni Pratiwi, 2013
PENGARUH PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE CO-OP CO-OP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMP
(Penelitian Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Salah Satu SMP Negeri di Lembang )
Oleh Hanni Pratiwi
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Hanni Pratiwi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
HANNI PRATIWI
PENGARUH PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE CO-OP CO-OP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMP
(Penelitian Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Salah Satu SMP Negeri di Lembang)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I
Dr. H. Karso, M.M.Pd. NIP. 195509091980021001
Pembimbing II
Drs. Endang Dedy, M.Si. NIP. 195805151984031001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
i Hanni Pratiwi, 2013
ABSTRAK
Hanni Pratiwi. (0602370). Pengaruh Penerapan Model Kooperatif tipe Co-op Co-op Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa SMP.
Kemampuan pemahaman konsep merupakan salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah yang terdapat dalam panduan KTSP. Namun, pada kondisi pembelajaran matematika di sekolah saat ini masih menunjukkan rendahnya kemampuan pemahaman konsep siswa. Untuk itu, diperlukan suatu pembelajaran yang mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan pemahaman konsepnya. Salah satu pembelajaran yang dapat digunakan adalah pembelajaran matematika melalui model kooperatif tipe Co-op Co-op. Model pembelajaran ini memiliki sembilan langkah spesifik dalam pelaksanaanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa yang menggunakan model kooperatif tipe
Co-op Co-op dalam pembelajaran matematika lebih baik dibandingkan siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain kelompok kontrol pretest-postest. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII salah satu SMP Negeri di Lembang dengan sampel siswa kelas VIII I sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas VIII H sebagai kelompok kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan berupa tes kemampuan pemahaman konsep, lembar observasi, jurnal harian, angket. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa yang memperoleh pembelajaran matematika melalui model kooperatif tipe Co-op Co-op lebih baik dibandingkan kemampuan pemahaman konsep siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional.
ABSTRACT
Hanni Pratiwi. (0602370). The influence of Cooperative Model Application, Co-op Co-Co-op type, in Mathematics Learning to Enhance Junior High Students’ Ability in Understanding Concept.
The ability of understanding concept is one of the goals of learning mathematics in schools contained in SBC guide. However, mathematics learning conditions in school is still showing students' low ability in understanding concept. For that reason, we need to provide learning opportunity for students to develop the skills of understanding the concept. One of the lessons that can be used is mathematics learning through cooperative model of Co-op Co-op. This learning model has nine specific steps in its implementation. This study aims to determine whether an increase in the ability of understanding the concept of students who use the cooperative model of Co-op Co-op in learning mathematics better than students who used the conventional learning models. This research was a quasi-experimental design with pretest-posttest control group. The population was eighth grade students of one junior high school in Lembang, the sample are students from class VIII I as experimental group and students from class VIII H as a control group. The research instruments in the research are tests in order to find out the ability in understanding concept, observation sheets, daily journals, and questionnaires. The conclusion of this research is the students who learn mathematics through cooperative model of Co-op Co-op is better in increasing the ability of understanding concept is than the students who used the conventional learning models.
vi A. Latar Belakang Masalah... B. Rumusan Masalah... C. Tujuan Penelitian... D. Manfaat Penelitian... E. Definisi Operasional...
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... A. Kemampuan Pemahaman Konsep…………... B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-op Co-op... C. Model Pembelajaran Konvensional... D. Hasil Penelitian yang Relevan... E. Hipotesis...
BAB III METODE PENELITIAN... A. Metode dan Desain Penelitian... B. Populasi dan Sampel... C. Bahan Ajar... D. Instrumen Penelitian... E. Prosedur Penelitian... F. Teknik Analisis Data...
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... A. Hasil Penelitian... 1. Analisis Data Kuantitatif...
1. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Matematika dengan Model Kooperatif Tipe Co-op Co-op... 2. Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa... 3. Sikap Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Matematika dengan
Model Kooperatif Tipe Co-op Co-op... 4. Respons Siswa terhadap Pembelajaran Matematika dengan Model Kooperatif Tipe Co-op Co-op...
BAB V PENUTUP... A. Kesimpulan... B. Saran...
DAFTAR PUSTAKA...
LAMPIRAN-LAMPIRAN………..
DAFTAR RIWAYAT HIDUP……….
50 51
51
51
53 53 53
viii Hanni Pratiwi, 2013
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Kriteria Penskoran Kemampuan Pemahaman Konsep...
Tabel 3.2 Klasifikasi Validitas Instrumen ...
Tabel 3.3 Hasil Analisis Validitas Tiap Butir Soal...
Tabel 3.4 Klasifikasi Interpretasi Derajat Reliabilitas...
Tabel 4.2 Output Uji Normalitas Data Pretest...
Tabel 4.3 Output Uji Homogenitas Data Pretest...
Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Data Postest ...
Tabel 4.5 Output Uji Normalitas Data Postest ...
Tabel 4.6 Output t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances
Data Postest………..
Tabel 4.7 Kriteria Indeks Gain ...
Tabel 4.8 Statistik Deskriptif Indeks Gain Ternormalisasi...
Tabel 4.9 Output Uji Normalitas Data Indeks Gain Ternormalisasi...
Tabel 4.10 Output t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances
Tabel 4.14 Data Hasil Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pada
Pertemuan Kedua...
Tabel 4.15 Data Hasil Lembar Observasi Aktivitas Guru Pada
Pertemuan Ketiga...
Tabel 4.16 Data Hasil Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pada
Pertemuan Ketiga...
Tabel 4.17 Data Hasil Lembar Observasi Aktivitas Guru Pada
Pertemuan Keempat...
Tabel 4.18 Data Hasil Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pada
Pertemuan Keempat...
Tabel 4.19 Daftar Presentase Respons Siswa Pada Jurnal Harian Siswa..
Tabel 4.20 Respons Siswa Terhadap Mata Pelajaran Matematika...
Tabel 4.21 Respons Siswa Terhadap Proses Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Co-op Co-op ...
Tabel 4.22 Respons Siswa Terhadap Soal-soal Pemahaman Konsep…... 41
42
43
43
44
45
46
47
x Hanni Pratiwi, 2013
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Guru Membimbing Kelompok yang Menghadapi Kesulitan
dalam Mengerjakan LKS……… Gambar 4.2 Pada Sesi Membagi Topik Tim menjadi Topik Kecil…...
Gambar 4.3 Pada Saat Sesi Pertanyaan………...
Gambar 4.4 Pada saat Presentasi Tim………... 52
52
52
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A. PERANGKAT PEMBELAJARAN………
A.1 MIND MAP………... A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen……..… A.3 Lembar Kerja Kelompok Kelas Eksperimen…... A.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol……… A.5 Lembar Kerja Kelompok Kelas Kontrol……….
B. INSTRUMEN PENELITIAN………...
B.1 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemahaman Konsep……... B.2 Soal Pretest... B.10 Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa dengan Model Kooperatif Tipe Co-op Co-op Pertemuan-1...
B.11 Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa dengan Model Kooperatif Tipe Co-op Co-op Pertemuan-2...
B.12 Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa dengan Model Kooperatif Tipe Co-op Co-op Pertemuan-3...
B.13 Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa dengan Model Kooperatif Tipe Co-op Co-op Pertemuan-4...
C. UJI COBA INSTRUMEN……….
C.1 Data Hasil Uji Coba Instrumen... C.2 Analisis Validitas Instrumen... C.3 Analisis Reliabilitas Instrumen... C.4 Analisis Daya Pembeda Instrumen... C.5 Analisis Tingkat Kesukaran Instrumen... C.6 Rekap Hasil Uji Coba Instrumen...
D. DATA HASIL PENELITIAN……….
xii Hanni Pratiwi, 2013
E. ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN………..
E.1 Tampilan SPSS 17.0 Analisis Data Hasil Pretest... E.2 Tampilan SPSS 17.0 dan Microsoft Office Excel 2007 Analisis
Data Hasil Posttest... E.3 Tampilan SPSS 17.0 dan Microsoft Office Excel 2007 Analisis Data Indeks Gain... E.4 Analisis Data Hasil Angket... E.5 Angket Skala Sikap Siswa dan Penafsirannya...
F. CONTOH DOKUMENTASI HASIL PENELITIAN...………..
F.1 LKS 1 Kelompok Eksperimen... F.10 Postest Kelompok Kontrol... F.11 Angket Siswa... F.12 Jurnal Harian Siswa Pertemuan Ke 1&2... F.13 Jurnal Harian Siswa Pertemuan Ke 3&4... F.14 Lembar Observasi Pertemuan Ke-1... F.15 Lembar Observasi Pertemuan Ke-2... F.16 Lembar Observasi Pertemuan Ke-3... F.17 Lembar Observasi Pertemuan Ke-4...
G. SURAT IZIN PENELITIAN... G.1 Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian...
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kualitas pendidikan di Indonesia sampai saat ini merupakan suatu
permasalahan yang mendasar dan membutuhkan perhatian dari semua pihak.
Salah satu upaya dari pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan, yaitu
dengan adanya penerapan kurikulum 1994 yang kemudian terus berkembang dan
diperbaiki hingga sekarang menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Khusus mengenai pembelajaran matematika, pada KTSP dijelaskan
bahwa pembelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan, diantaranya yaitu:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat
dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan
gagasan dan pertanyaan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Lima tujuan pembelajaran matematika yang tercantum pada buku
pendoman KTSP adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia
2
Hanni Pratiwi, 2013
Matematika sebagai bagian kurikulum memegang peranan yang sangat
penting dalam meningkatkan kualitas lulusan yang mampu berpikir secara logis,
rasional, kritis, dan sistematis untuk menyelesaikan persoalan dalam ilmu
pengetahuan lain dan untuk menyelesaikan persoalan dalam kehidupan
sehari-hari. Selain itu, mutu pendidikan di Indonesia terutama dalam mata pelajaran
matematika masih rendah. Menurut Firdaus (Wulandari, 2011: 6) Data UNESCO
menunjukkan bahwa peringkat matematika Indonesia berada di deretan 34 dari 38
negara. Sejauh ini, Indonesia masih belum mampu lepas dari deretan penghuni
papan bawah. Hasil tes Trends in International Mathemetics and Sciences Study
(TIMSS) tahun 2003 menunjukkan bahwa kemampuan matematika anak kelas dua
Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Indonesia berada di peringkat ke-35 dari 46
negara.
Keberhasilan proses belajar mengajar pada pembelajaran matematika
dapat diukur dari keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan tersebut.
Keberhasilan itu dapat dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan materi serta
prestasi belajar siswa. “Semakin tinggi pemahaman dan penguasaan materi serta
prestasi belajar maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran.
Namun dalam kenyataannya dapat dilihat bahwa prestasi belajar matematika yang
dicapai siswa masih rendah” Kusnandar (Wulandari, 2011). Berkaitan dengan
masalah tersebut, pada pembelajaran matematika juga ditemukan keragaman
masalah sebagai berikut: (1) keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran masih
belum nampak, (2) para siswa jarang mengajukan pertanyaan, walaupun guru
sering meminta agar siswa bertanya jika ada hal-hal yang belum jelas, atau kurang
paham, (3) keaktifan dalam mengerjakan soal-soal latihan dalam proses
pembelajaran juga masih kurang, (4) kurangnya keberanian siswa dalam
mengerjakan soal di depan kelas. Hal ini mengambarkan efektifitas belajar
mengajar dalam kelas masih rendah.
Menurut Kurniati (2010: 3) “tinggi rendahnya prestasi belajar siswa antara
lain tergantung pada seberapa jauh ia mampu menemukan dan menyelesaikan
3
Selain itu prestasi belajar siswa dalam pelajaran matematika antara lain ditentukan
oleh kemampuan memahami dan menguasai materi pelajaran yang diberikan,
sehingga dalam menyelesaikan soal-soal matematika dalam bentuk tugas atau tes
yang diberikan guru dalam pembelajaran di sekolah, siswa dapat menyelesaikan
dengan baik.
Menurut Zubaedah (2008) dalam penelitian tindakan kelas di SMP,
mengatakan “rendahnya nilai siswa pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar
dapat menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman siswa terhadap konsep
tersebut masih rendah”. Kemampuan siswa dalam memahami suatu materi
tergolong rendah sehingga bila tidak ditindak lanjuti dapat mempengaruhi hasil
belajar matematika siswa.
Dari data diatas, kemampuan pemahaman konsep siswa sangat berperan
penting dalam prestasi belajar siswa. Oleh karena itu sudah saatnya guru
matematika mengubah model pengajaran matematika di kelas untuk dapat
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa.
Banyak sekali model pembelajaran yang berkembang saat ini. Dan
diharapkan model yang berkembang saat ini bisa meningkatkan kemampuan
pemahaman konsep siswa. Diantara berbagai macam tipe-tipe pembelajaran yang
berkembang pada saat ini, tipe-tipe yang berkembang dari model pembelajaran
kooperatif merupakan pembelajaran yang sangat relevan untuk meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep siswa. Karena dalam model pembelajaran
kooperatif siswa dituntut untuk aktif dalam proses mengemukakan gagasan
matematis kepada teman sekelompok, teman sekelas maupun kepada guru.
Model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op merupakan salah satu
metode yang dikembangkan dari model pembelajaran kooperatif. Dalam tipe
Co-op Co-Co-op ini, setiap siswa mempunyai peran yang sangat penting dalam
kelompoknya. Di dalam tipe ini setiap siswa dalam kelompok memiliki
permasalahan atau materi yang berbeda, setiap siswa harus bisa menjelaskan dan
menjawab materi yang menjadi tanggungjawabnya dengan baik kepada
teman-temannya, sehingga siswa banyak dilatih untuk memahami konsep matematika
4
Hanni Pratiwi, 2013
Lalu dalam tipe ini pula, setiap kelompok diharuskan untuk
mempresentasikan hasil diskusinya dalam kelompok kepada kelas. Karena materi
atau permasalahan di setiap kelompok berbeda, maka setiap kelompok dituntut
pula untuk menjelaskan dan mengemukakan materi yang menjadi tanggung
jawabnya dengan baik. Karena dalam tipe Co-op Co-op ini setiap siswa terus
dilatih untuk memahami konsep matematika. Dengan demikian, pembelajaran
dengan menggunakan tipe Co-op Co-op diharapkan dapat memberikan pengaruh
kepada peningkatan Kemampuan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran
matematika.
Dengan melihat asumsi di atas, peneliti ingin mencoba melihat sejauh
mana pengaruh tipe Co-op Co-op terhadap peningkatan Kemampuan pemahaman
konsep siswa dalam pembelajaran matematika. Yang dituangkan dalam judul “Pengaruh Penerapan Model Kooperatif tipe Co-op Co-op dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa SMP”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Apakah terdapat
Pengaruh Penerapan Model Kooperatif tipe Co-op Co-op dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa SMP?”. Rumusan masalah yang bersifat umum tersebut dapat dijabarkan menjadi
beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah kemampuan pemahaman konsep siswa yang mengikuti pembelajaran
matematika dengan model Kooperatif tipe Co-op Co-op lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan
model pembelajaran Konvensional?
2. Bagaimanakah sikap dan respons siswa terhadap penerapan pembelajaran
5
C. TUJUAN PENELITIAN
Secara umum yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
peningkatan prestasi belajar siswa. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini
adalah:
1. Mengetahui apakah kemampuan pemahaman konsep siswa yang mengikuti
pembelajaran matematika dengan model Kooperatif tipe Co-op Co-op lebih
baik dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran matematika
menggunakan model pembelajaran Konvensional.
2. Mengetahui bagaimana sikap dan respons siswa terhadap penerapan
pembelajaran matematika dengan menggunakan model Kooperatif tipe Co-op
Co-op.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
kemajuan pembelajaran matematika di masa yang akan datang. Secara rinci
manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi siswa, dapat meningkatkan kompetensi strategis dalam pembelajaran
matematika.
2. Bagi guru, dapat memberikan wawasan tentang model Kooperatif tipe Co-op
Co-op dalam pembelajaran matematika.
3. Bagi peneliti, dapat melihat adanya pengaruh pembelajaran matematika
dengan menggunakan model Kooperatif tipe Co-op Co-op terhadap
peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa SMP.
4. Bagi peneliti lainya, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau
referensi untuk mengkaji lebih mendalam lagi berkenaan dengan
meningkatkan kompetensi matematika yang lainnya atau pada jenjang
pendidikan yang berbeda dengan menggunakan model Kooperatif tipe Co-op
6
Hanni Pratiwi, 2013
E. DEFINISI OPERASIONAL
Agar tidak terjadi pemahaman yang berbeda mengenai istilah yang
digunakan, maka beberapa istilah perlu didefinisikan secara operasional.
Istilah-istilah tersebut adalah:
1. Kemampuan Pemahaman Konsep adalah kesanggupan atau kecakapan siswa
dalam menyelesaikan soal-soal yang menurut indikator pemahaman konsep.
2. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
menuntut siswa untuk belajar secara aktif di dalam suatu kelompok heterogen
secara kolaboratif, bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama
yaitu hasil belajar yang memuaskan. Model pembelajaran ini
menumbuhkembangkan sikap bertanggungjawab dan kerja sama dari setiap
anggota kelompok dalam suatu kekeluargaan. Model pembelajaran koperatif
tipe Co-op Co-op berorientasi pada tugas pembelajaran yang “multifaset”,
kompleks dan siswa mengendalikan apa dan bagaimana mempelajari bahan
yang ditugaskan kepada mereka. Siswa dalam suatu tim menyusun proyek
yang dapat membantu tim lain. Setiap siswa mempunyai topik mini yang
harus diselesaikan , dan setiap tim memberikan kontribusi yang menunjang
tercapainya tujuan kelas.
3. Model pembelajaran konvesional adalah pembelajaran klasikal atau yang
disebut juga pembelajaran tradisional. Pembelajaran klasikal adalah kegiatan
penyampaian pelajaran kepada sejumlah siswa, yang biasanya dilakukan
14
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen,
karena penelitian ini akan melihat hasil penerapan model pembelajaran
pencapaian kemampuan pemahaman konsep dalam pembelajaran matematika
terhadap suatu kelompok dalam kondisi kontrol. Akan tetapi karena pengambilan
sampel tidak dilakukan secara acak siswa maka penelitian yang dilakukan dapat
dikatakan sebagai penelitian kuasi eksperimen (Ruseffendi, 2005: 35).
Desain dalam penelitian ini berbentuk “Pretest-Posttest Control Group
Design” atau desain kelompok kontrol pretest-posttest yang melibatkan dua
kelompok atau dua kelas. Kelas pertama adalah kelompok eksperimen dan kelas
kedua adalah kelompok kontrol. Pemilihan kelas dilakukan secara acak kelas
terhadap kelas-kelas yang sudah ada. Hal tersebut dilakukan karena peneliti tidak
mungkin memilih siswa untuk membentuk kelas baru. Kelompok eksperimen
diberikan perlakuan dengan model kooperatif tipe co-op co-op, sedangkan
kelompok kontrol diberikan perlakuan dengan model konvensional.
Desain pada penelitian ini disusun dengan memperlihatkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Digunakan dua kelompok siswa yang berbeda yaitu kelompok pertama
(eksperimen) dan kelompok kedua (kontrol).
2. Kedua kelompok diberikan tes awal (pretest)dan tes akhir (postest).
Dengan memperlihatkan hal-hal tersebut di atas, maka desain dari
penelitian ini menggunakan desain dari Ruseffendi (2005: 50), yaitu:
15
Hanni Pratiwi, 2013 Keterangan:
A = Menunjukkan pengelompokan subjek penelitian secara acak kelas
X = Pembelajaran dengan model kooperatif tipe Co-op Co-op O = Tes awal (Pretest) dan tes akhir (Posttest)
B. Populasi dan Sampel
Menurut (Arikunto, 2006: 130) “Populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian”. Berdasarkan pernyataan tersebut yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII salah satu SMP Negeri di Lembang
yang memiliki NPSN 20206097 dan beralamatkan di jalan raya lembang no 29.
Menurut (Arikunto, 2006: 131) “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti”. Dengan kata lain sampel merupakan bagian dari populasi yang akan
diteliti dan dianggap menggambarkan populasinya. Dari keseluruhan kelas VIII
dipilih dua kelas untuk menjadi sampel. Pemilihan sampel ini menggunakan cara
acak kelas, yaitu dengan mengambil dua kelas secara acak dari keseluruhan kelas
VIII yang ada pada SMP tersebut. Satu kelas dijadikan kelompok eksperimen dan
satu kelas lagi sebagai kelompok kontrol.
Pada kelompok eksperimen akan diadakan pembelajaran dengan model
kooperatif tipe co-op co-op. Sedangkan, pada kelompok kontrol menggunakan
pembelajaran konvensional. Kelompok eksperimen dan kontrol akan diberikan tes
awal berupa pretest dan tes akhir berupa postest untuk mengetahui kemampuan
pemahaman konsep siswa.
C. Bahan Ajar
Menurut Winkel (Khairunnisa, 2010: 21) “Bahan ajar adalah materi
pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan instruksional pembelajaran.
Bahan ajar dapat berupa naskah, persoalan, gambar, isi audiocassette, isi
videocassette, dan sebagainya”.
Bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lembar Kegiatan
Siswa (LKS), alat peraga, dan buku paket matematika. LKS dikembangkan
berdasarkan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang hendak
16
kelompok kontrol, sehingga disesuaikan dengan model pembelajarannya dalam
tiap-tiap kelompok, dalam hal ini kelompok eksperimen menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe co-op co-op dan kelompok kontrol menggunakan
model pembelajaran konvensional, dalam hal ini pengerjaan LKS pada kelompok
kontrol dengan berdiskusi antara teman sebangku.
Selain LKS, tentunya dalam persiapan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar)
terdapat perangkat pembelajaran berupa RPP (Rencana Pelaksaan Pembelajaran).
Dalam penelitian ini RPP yang disusun mengenai pokok bahasan bangun ruang
sisi datar, dengan sub pokok bahasan Prisma. Dari sub pokok bahasan Prisma
tersebut, dibuat empat buah RPP untuk kelompok eksperimen dan empat buah
RPP untuk kelompok kontrol. Sehingga, pada penelitian ini terdapat delapan buah
RPP.
Bahan ajar dan perangkat pembelajaran yang akan digunakan pada
penelitian, sebelumnya telah dikonsultasikan terlebih dahulu pada dosen
pembimbing serta guru kelas VIII salah satu SMP Negeri di Lembang yang
dijadikan tempat penelitian.
D. Instrumen Penelitian
Data yang akan diperoleh dalam penelitian ini berasal dari instrumen tes
dan instrumen non-tes. Instrumen tes berupa tes kemampuan pemahaman konsep,
sedangkan instrumen non-tes berupa angket, lembar observasi, dan jurnal harian.
1. Instrumen Tes
Indrakusumah (Suherman, 2003: 65) menyatakan bahwa “Tes adalah suatu
alat atau prosedur yang sistematik dan obyektif untuk memperoleh data atau
keterangan tentang seseorang dengan cara yang cepat dan tepat”. Tes yang
digunakan dalam penelitian ini ditujukan untuk mengumpulkan data mengenai
kemampuan pemahaman konsep siswa, khususnya pada konsep bangun ruang
prisma. Dalam instrumen tes ini, soal yang akan digunakan merupakan soal
bentuk essay. Karena menurut (Suherman, 2003: 77) “Dalam menjawab soal
essay, siswa dituntut untuk menjawabnya secara rinci, maka proses berpikir,
17
Hanni Pratiwi, 2013
evaluasi dapat dihindari karena tidak adanya sistem tebakan atau
untung-untungan. Hasil evaluasi lebih dapat mencerminkan kemampuan siswa
sebenarnya.
Mengacu pada desain penelitian, tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu
pretest dan postest. Pretest diberikan untuk mengukur kemampuan awal
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, sedangkan postest diberikan untuk
mengukur peningkatan kemampuan pemahaman konsep pada kedua kelompok
tersebut.
Namun sebelum penelitian dilakukan, terlebih dahulu instrumen
diujicobakan kepada siswa di luar sampel yang telah memperoleh materi yang
akan digunakan dalam penelitian. Pada kesempatan ini, instrumen diujicobakan
pada siswa kelas VIII SMP Negeri 26 Bandung. Hal ini dilakukan agar dapat
terukur ketepatan (validitas) dan keajegan (reliabilitas) dari instrumen tersebut.
Sebelumnya, instrumen yang akan diuji dikonsultasikan terlebih dahulu kepada
dosen pembimbing. Data hasil uji coba kemudian dianalisis, untuk mengetahui
validitas dan reliabilitas instrumen. Selain itu juga untuk mengetahui indeks
kesukaran dan daya pembeda setiap butir soal. Untuk menganalisis instrumen
tersebut, dalam perhitungannya digunakan bantuan softwareAnatesV4.
Adapun kriteria penilaian atau penskoran kemampuan pemahaman konsep
yang akan digunakan menurut Abrahaman (Zubaedah, 2008: 38)
mengelompokkan kemampuan pemahaman konsep siswa dalam kategori Tidak
Paham (TP), Miskonsepsi (M), Miskonsepsi Sebagian (MS), Paham Sebagian
(PS), Paham Seluruhnya (P), sebagaimana disajikan pada Tabel 3.1 dibawah ini.
Tabel 3.1
Kriteria Penskoran Kemampuan Pemahaman Konsep Tingkat
Pemahaman Kriteria Skor
Tidak paham
1. Jawaban kosong 2. Mengulang pertanyaan
3. Jawaban tidak relevan atau tidak jelas
4. Tidak memberikan penjelasan untuk jawaban yang dipilih
18
Pemahaman Kriteria Skor
Miskonsepsi Jawaban mengandung kesalahan konsep yang mendasar tentang konsep yang dipelajari. 1
Miskonsepsi Sebagian
Jawaban memberikan sebagian informasi yang benar tetapi juga menunjukkan adanya kesalahan konsep dalam menjelaskan.
2
Paham Sebagian
Jawaban sebagian besar benar dan mengandung paling sedikit satu konsep secara ilmiah tetapi tidak seluruh konsep dan tidak mengandung kesalahan konsep.
3
Paham Seluruhnya
Jawaban benar dan lengkap mengandung seluruh bagian konsep yang diterima secara ilmiah. 4
a. Uji Validitas Butir Soal
Suatu alat evaluasi disebut valid (absah atau sahih) apabila alat tersebut
mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi (Suherman, 2003: 102).
Cara menentukan tingkat (indeks) validitas adalah dengan menghitung koefisien
korelasi antara alat evaluasi yang akan diketahui validitasnya dengan alat ukur
lain yang telah dilaksanakan dan diasumsikan telah memiliki validitas yang tinggi
sehingga hasil evaluasi yang digunakan sebagai kriteria itu telah mencerminkan
kemampuan siswa sebenarnya. Makin tinggi koefisien korelasinya makin tinggi
pula validitas alat ukur tadi.
Untuk mencari koefisien validitas tes uraian bisa menggunakan rumus
korelasi produk moment memakai angka kasar (raw score) (Suherman, 2003:
120) yaitu:
Keterangan: rxy Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
n = Banyak subjek
X = Nilai rata-rata harian tes matematika
Y = Nilai hasil tes yang akan dicari koefisien validitasnya
Klasifikasi untuk menginterpretasikan besarnya koefisien validitas
19
Nilai rxy Interpretasi
0,90 ≤ rxy< 1,00 Validitas sangat tinggi (sangat baik)
0,70 ≤ rxy< 0,90 Validitas tinggi (baik)
0,40 ≤ rxy< 0,70 Validitas sedang (cukup)
0,20 ≤ rxy< 0,40 Validitas rendah (kurang)
0,00 ≤ rxy< 0,20 Validitas sangat rendah
rxy< 0,00 Tidak valid
Berdasarkan perhitungan dan interpretasi dari kategori-kategori di atas,
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3.3
Hasil Analisis Validitas Tiap Butir Soal
Nomor Soal Koefisien Korelasi ( ) Interpretasi 1 0,199 Validitas sangat rendah 2 0,546 Validitas sedang 3 0,780 Validitas tinggi 4 0,028 Validitas sangat rendah 5 0,829 Validitas tinggi 6 0,354 Validitas rendah 7 0,670 Validitas sedang 8 0,784 Validitas tinggi
Hasil analisis perhitungan validitas setiap butir soal instrumen tes
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2 halaman 142.
b. Reliabilitas Butir Soal
“Reliabilitas instrumen atau alat evaluasi adalah ketepatan alat evaluasi dalam mengukur atau ketetapan siswa dalam menjawab alat evaluasi itu”
(Ruseffendi, 2005: 158). Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien
reliabilitas bentuk uraian dikenal dengan rumus Alpha seperti di bawah ini:
Keterangan : n = banyak butir soal
si2= jumlah varians skor setiap item
20
SM I X X
DP A B
Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi
dapat digunakan tolak ukur yang dibuat oleh J. P. Guilford (Suherman, 2003:
139).
Tabel 3.4
Klasifikasi Interpretasi Derajat Reliabilitas
Nilai r11 Interpretasi
r11≤ 0,20 Derajat reliabilitas sangat rendah
0,20 ≤ r11< 0,40 Derajat reliabilitas rendah
0,40 ≤ r11< 0,70 Derajat reliabilitas sedang
0,70 ≤ r11< 0,90 Derajat reliabilitas tinggi
0,90 ≤ r11≤ 1,00 Derajat reliabilitas sangat tinggi
Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas, diperoleh nilai koefisien
reliabilitas sebesar 0,64 dengan interpretasi derajat reliabilitas sedang. Adapun
perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.3 halaman 143.
c. Daya Pembeda Butir Soal
Daya Pembeda (DP) dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh
kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara testi yang mengetahui
jawabannya dengan benar dengan testi yang tidak dapat menjawab soal tersebut
(Suherman, 2003: 159). Dengan kata lain, daya pembeda sebuah butir soal adalah
kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara testi (siswa) yang pandai atau
berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.
Untuk menentukan daya pembeda tiap butir soal digunakan rumus sebagai
berikut (Suherman, 2003: 146):
Keterangan : DP = Daya pembeda
= Rata-rata siswa pada kelompok atas
= Rata-rata siswa pada kelompok bawah
SMI = Skor Maksimum Ideal tiap butir soal
Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang banyak digunakan
21
Hanni Pratiwi, 2013
SM I X IK i
Tabel 3.5
Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda
Nilai DP Interpretasi
DP ≤ 0,00 Sangat jelek
0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup
0,40 < DP ≤ 0,70 Baik
0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik
Berdasarkan perhitungan dan interpretasi dari kategori-kategori di atas,
diperoleh hasil berikut:
Tabel 3.6
Daya Pembeda Tiap Butir Soal
Nomor Soal Daya Pembeda Interpretasi 1 0,09 Jelek
2 0,45 Baik
3 0,41 Baik
4 0,04 Jelek 5 0,27 Cukup 6 0,13 Jelek
7 0,54 Baik
8 0,72 Sangat baik
Hasil perhitungan daya pembeda setiap butir soal instrumen tes,
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.4 halaman 144.
d. Indeks kesukaran
Derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang
disebut Indeks Kesukaran. Rumus untuk menentukan indeks kesukaran butir soal
(Suherman, 2003: 170) adalah:
Keterangan:
IK : Indeks kesukaran
i
X : Rata-rata skor jawaban soal ke-i
SMI : Skor maksimal ideal soal ke-i
Klasifikasi indeks kesukaran yang paling banyak digunakan (Suherman,
22
Tabel 3.7
Klasifikasi Interpretasi Indeks Kesukaran
Nilai IK Interpretasi IK = 0,00 Soal terlalu sukar
0,00 < IK ≤ 0,30 Soal sukar
0,30 < IK ≤ 0,70 Soal sedang 0,70 < IK < 1,00 Soal mudah
IK = 1,00 Soal terlalu mudah
Berdasarkan perhitungan dan interpretasi dari kategori-kategori di atas,
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3.8
Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal
Nomor Soal Indeks Kesukaran Interpretasi 1 0,47 Soal sedang 2 0,68 Soal sedang 3 0,66 Soal sedang 4 0,72 Soal mudah 5 0,59 Soal sedang 6 0,29 Soal sukar 7 0,68 Soal sedang 8 0,47 Soal sedang
Adapun penjelasan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.5 halaman 145.
2. Instrumen Non-Tes a. Lembar observasi
Lembar observasi merupakan lembar pengamatan siswa, guru dan proses
pembelajaran berlangsung. Manfaat dari lembar observasi adalah mengetahui
hal-hal yang tidak dapat diamati oleh peneliti dalam pelaksanaan evaluasi. Lembar
observasi diisi oleh observer ketika pembelajaran berlangsung.
b. Jurnal harian
Jurnal adalah karangan yang dibuat siswa sesudah selesai pembelajaran,
isinya berkenaan dengan pembelajaran yang berupa kesan, pesan atau inspirasinya
23
Hanni Pratiwi, 2013
c. Angket
Angket adalah daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh
siswa untuk mengetahui sikap dan respons siswa terhadap pembelajaran yang
diterapkan.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap sebagai
berikut.
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang dilakukan, yaitu:
a. Melakukan observasi ke sekolah,
b. Menyusun proposal penelitian,
c. Seminar proposal,
d. Melakukan perizinan penelitian,
e. Menyusun rencana pembelajaran dan instrumen penelitian,
f. Mengonsultasikan rencana pembelajaran dan instrumen penelitian kepada
dosen pembimbing,
g. Judgement rencana pembelajaran dan instrumen penelitian dengan dosen
pembimbing,
h. Melakukan uji coba intrumen tes,
i. Menganalisis dan merevisi hasil uji coba instrumen tes.
2. Tahap Pelaksanaan
Setelah melakukan persiapan maka dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan,
yaitu:
a. Pada tahap pelaksanaan langkah pertama adalah memberikan pretest kepada
siswa pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol,
b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada kedua kelompok,
c. Meminta observer melakukan observasi ketika proses pembelajaran
berlangsung di kelompok eksperimen,
d. Memberikan jurnal harian setelah selesai pembelajaran di kelompok
24
e. Memberikan postest kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,
f. Memberikan angket kepada siswa di kelompok eksperimen.
3. Tahap Akhir
Tahap akhir yang dilakukan, yaitu:
a. Melakukan pengolahan dan analisis data kuantitatif terhadap hasil tes
kemampuan pemahaman konsep siswa,
b. Melakukan pengolahan dan analisis data kualitatif terhadap lembar observasi,
jurnal harian, dan angket,
c. Mengambil kesimpulan terhadap hasil analisis data yang telah dilakukan,
d. Memberikan saran-saran terhadap aspek-aspek penelitian yang kurang.
F. Teknik Analisis Data
Setelah data di lapangan diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan seleksi data untuk kemudian diolah dan dianalisis. Data yang diperoleh
dari lapangan, peneliti kategorikan ke dalam dua kategori, yaitu data yang bersifat
kuantitatif dan data yang bersifat kualitatif. Data kuantitatif berupa data hasil tes
kemampuan pemahaman konsep siswa pada dua kelompok sampel, yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pengolahan data kuantitatif
menggunakan bantuan software SPSS versi 17.0 for Windows dan Microsoft office
excel 2007. Sementara itu, data kualitatif berupa data yang diperoleh dari
pengisian format lembar observasi, jurnal harian, dan angket.
1. Data Kuantitatif
a. Analisis Data Skor Pretest
1) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel yang
dihasilkan berdistribusi normal atau tidak. Dalam mencari normalitas dari
distribusi masing-masing kelompok, maka pengujian dilakukan dengan
menggunakan statistik uji Kolmogorov-Smirnov Z atau Shapiro Wilk.
2) Uji Homogenitas
Jika sampel berdistribusi normal, maka analisis data dilanjutkan dengan uji
25
Hanni Pratiwi, 2013
yang dihasilkan memiliki varians yang homogen atau tidak. Uji homogenitas ini
dengan menggunakan Lavene’s Test.
3) Uji Perbedaan Rata-rata (Dua Pihak)
Uji perbedaan rata-rata (dua pihak) untuk mengetahui apakah kemampuan
awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama atau tidak. Berikut
diuraikan langkah-langkah uji perbedaan rata-rata:
a) Jika sampel berdistribusi normal dan homogen, maka uji perbedaan rata-rata
data tes dengan menggunakan uji t.
b) Jika sampel berdistribusi normal dan tidak homogen, uji perbedaan rata-rata
data tes dengan menggunakan uji t’.
c) Jika sampel tidak berdistribusi normal, maka dilakukan statistik uji
non-parametrik dengan menggunakan uji Mann-Whitney.
b. Analisis Data Skor Postest
Analisis data skor postest dilakukan untuk menguji hipotesis, jika
kemampuan awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak berbeda
secara signifikan. Dalam menganalisis data skor postest tahapannya hampir sama
dengan menganalisis data skor pretest, hanya saja pada uji kesamaan rata-rata
analisis data skor postest dilakukan dengan uji satu pihak.
1) Uji Normalitas
2) Uji Homogenitas
3) Uji Perbedaan Rata-rata (Satu Pihak)
Uji perbedaan rata (satu pihak) dilakukan untuk melihat apakah
rata-rata kemampuan pemahaman konsep siswa yang memperoleh pembelajaran
matematika dengan model kooperatif tipe co-op co-op lebih baik daripada siswa
yang memperoleh pembelajaran konvensional. Jika salah satu atau kedua data
tidak berdistribusi normal, maka dilakukan statistic uji non-parametik dengan
menggunakan uji Mann-Whitney.
c. Analisis Data Skor Gain Ternormalisasi
Analisis data skor gain ternormalisasi dilakukan untuk menguji hipotesis,
jika kemampuan awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berbeda
26
Rumus indeks gain menurut Meltzer (Wulandari, 2011: 54) adalah sebagai
berikut:
Kriteria interpretasi indeks gain yang dikemukakan oleh Hake (Wulandari,
2011: 54):
Tabel 3.9 Kriterian Indeks Gain
Indeks gain Kriteria g > 0, 70 Tinggi
0, 30 < g ≤ 0, 70 Sedang
g ≤ 0, 30 Rendah
2. Data Kualitatif
a. Analisis Data Hasil Lembar Observasi
Data hasil observasi diinterpretasikan dalam bentuk kalimat dan
dirangkum untuk membantu menggambarkan suasana pembelajaran yang
dilakukan.
b. Analisis Data Jurnal Siswa
Pengolahan data yang diambil dengan jurnal adalah dengan
mengelompokkan kesan siswa yang memberikan komentar positif, biasa, negatif
dan yang tidak berkomentar.
c. Analisis Data Hasil Angket Siswa
Derajat penilaian siswa terhadap suatu pernyataan dalam angket terbagi ke
dalam empat kategori, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan
Sangat Tidak Setuju (STS). Untuk itu selanjutnya, skala kualitatif tersebut
ditransfer ke dalam skala kuantitatif (Suherman, 2001: 191):
1) Untuk pernyataan yang bersifat positif, jawaban SS diberi skor 5, S diberi
skor 4, TS diberi skor 2 dan STS diberi skor 1.
2) Untuk pernyataan yang bersifat negatif, jawaban SS diberi skor 1, S diberi
skor 2, TS diberi skor 4, dan STS diberi skor 5.
Untuk mengukur data angket digunakan rumus sebagai berikut:
n f
27
Hanni Pratiwi, 2013 Keterangan:
p = Persentase jawaban
f = Frekuensi jawaban
n = Banyaknya responden
Setelah dianalisis kemudian dilakukan interpretasi dengan menggunakan
kategori persentase sebagai berikut:
Tabel 3.10
Kriteria Persentase Angket
Persentase Jawaban Interpretasi
p = 0 Tak seorang pun
0 < p < 25 Sebagian kecil
25 p< 50 Hampir setengahnya
p = 50 Setengahnya
50 < p < 75 Sebagian besar
75 p < 100 Hampir seluruhnya
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada seluruh tahapan
penelitian yang dilakukan siswa kelas VIII salah satu SMP Negeri di Lembang,
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Kemampuan pemahaman konsep siswa yang pembelajarannya menggunakan
model kooperatif tipe co-op co-op lebih baik daripada siswa yang mendapat
pembelajaran matematika secara konvensional.
2. Sebagian besar siswa memberikan sikap dan respons yang positif terhadap
penerapan model kooperatif tipe co-op co-op dalam pembelajaran matematika
yang dilaksanakan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka
diajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai peningkatan kemampuan
pemahaman konsep siswa, misalnya pada pokok bahasan lain dengan sampel
penelitian yang berbeda.
2. Pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe co-op co-op
membutuhkan waktu yang cukup lama, tidak seperti pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran konvensional. Sehingga, guru harus
memperhitungkan waktu yang dibutuhkan dalam pembelajaran agar target
materi pembelajaran juga tetap tercapai.
3. Penelitian terhadap model kooperatif tipe co-op co-op disarankan untuk
dilanjutkan dengan aspek penelitian yang lain pada kajian yang lebih luas,
54 Hanni Pratiwi, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Khairunnisa, V. (2010). Perbandingan Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis antara Siswa yang Memperoleh Pembelajaran melalui Model Pemecahan Masalah “DDFK” dengan yang Memperoleh Pembelajaran Konvensional. Bndung: Skripsi UPI. Tidak diterbitkan.
Kurniati. (2010). Analisis terhadap Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa dalam Pokok Bahasan Kesebangunan dan Kekongruenan Melalui Pembelajaran Kooperatif. Bandung: Skripsi UPI. Tidak Diterbitkan.
Muslimah, I. (2007). Pendekatan Induktif-Deduktif dalam Pembelajaran Matematika sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa. Bandung: Skripsi UPI. Tidak Diterbitkan.
Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Nugraha, A. (2010). Penggunaan Metode Co-op Co-op dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP. Bandung: Skripsi UPI. Tidak Diterbitkan.
Rizqi, V. (2010). Penggunaan Pendekatan Kontekstual dengan Gaya Belajar-VAK (Visual-Auditory-Kinestetik) dalam Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematis. Skripsi Jurusan Pendidikan Matemtika FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan
Ruseffendi. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bandung Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito Bandung.
Sapaat, A. (2005). Pembelajaran Dimensi Tiga dengan Pendekatan Keterampilan Metakognitif untuk Mengembangkan Kompetensi Matematik Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan Matemtika FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan
Shadiq, F. (2009). Kemahiran Matematika. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Suherman, E., dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Suherman, E. (2003). Asesmen Proses dan Hasil dalam Pembelajaran Matematika. Bandung: Depdiknas.
Wulandari, R.A. (2011). Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dengan Teknik Two Stay-Two Stray (TS-TS) terhadap Kreativitas dan Ketuntasan Belajar Siswa. Bandung: Skripsi UPI. Tidak Diterbitkan.