• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE CO-OP CO-OP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE CO-OP CO-OP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMP."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE CO-OP CO-OP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMP

(Penelitian Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Salah Satu SMP Negeri di Lembang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh

HANNI PRATIWI NIM. 0602370

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Hanni Pratiwi, 2013

PENGARUH PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE CO-OP CO-OP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMP

(Penelitian Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Salah Satu SMP Negeri di Lembang )

Oleh Hanni Pratiwi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Hanni Pratiwi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

(3)

HANNI PRATIWI

PENGARUH PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE CO-OP CO-OP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMP

(Penelitian Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Salah Satu SMP Negeri di Lembang)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dr. H. Karso, M.M.Pd. NIP. 195509091980021001

Pembimbing II

Drs. Endang Dedy, M.Si. NIP. 195805151984031001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Matematika

(4)

i Hanni Pratiwi, 2013

ABSTRAK

Hanni Pratiwi. (0602370). Pengaruh Penerapan Model Kooperatif tipe Co-op Co-op Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa SMP.

Kemampuan pemahaman konsep merupakan salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah yang terdapat dalam panduan KTSP. Namun, pada kondisi pembelajaran matematika di sekolah saat ini masih menunjukkan rendahnya kemampuan pemahaman konsep siswa. Untuk itu, diperlukan suatu pembelajaran yang mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan pemahaman konsepnya. Salah satu pembelajaran yang dapat digunakan adalah pembelajaran matematika melalui model kooperatif tipe Co-op Co-op. Model pembelajaran ini memiliki sembilan langkah spesifik dalam pelaksanaanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa yang menggunakan model kooperatif tipe

Co-op Co-op dalam pembelajaran matematika lebih baik dibandingkan siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain kelompok kontrol pretest-postest. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII salah satu SMP Negeri di Lembang dengan sampel siswa kelas VIII I sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas VIII H sebagai kelompok kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan berupa tes kemampuan pemahaman konsep, lembar observasi, jurnal harian, angket. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa yang memperoleh pembelajaran matematika melalui model kooperatif tipe Co-op Co-op lebih baik dibandingkan kemampuan pemahaman konsep siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

(5)

ABSTRACT

Hanni Pratiwi. (0602370). The influence of Cooperative Model Application, Co-op Co-Co-op type, in Mathematics Learning to Enhance Junior High Students’ Ability in Understanding Concept.

The ability of understanding concept is one of the goals of learning mathematics in schools contained in SBC guide. However, mathematics learning conditions in school is still showing students' low ability in understanding concept. For that reason, we need to provide learning opportunity for students to develop the skills of understanding the concept. One of the lessons that can be used is mathematics learning through cooperative model of Co-op Co-op. This learning model has nine specific steps in its implementation. This study aims to determine whether an increase in the ability of understanding the concept of students who use the cooperative model of Co-op Co-op in learning mathematics better than students who used the conventional learning models. This research was a quasi-experimental design with pretest-posttest control group. The population was eighth grade students of one junior high school in Lembang, the sample are students from class VIII I as experimental group and students from class VIII H as a control group. The research instruments in the research are tests in order to find out the ability in understanding concept, observation sheets, daily journals, and questionnaires. The conclusion of this research is the students who learn mathematics through cooperative model of Co-op Co-op is better in increasing the ability of understanding concept is than the students who used the conventional learning models.

(6)

vi A. Latar Belakang Masalah... B. Rumusan Masalah... C. Tujuan Penelitian... D. Manfaat Penelitian... E. Definisi Operasional...

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... A. Kemampuan Pemahaman Konsep…………... B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-op Co-op... C. Model Pembelajaran Konvensional... D. Hasil Penelitian yang Relevan... E. Hipotesis...

BAB III METODE PENELITIAN... A. Metode dan Desain Penelitian... B. Populasi dan Sampel... C. Bahan Ajar... D. Instrumen Penelitian... E. Prosedur Penelitian... F. Teknik Analisis Data...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... A. Hasil Penelitian... 1. Analisis Data Kuantitatif...

(7)

1. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Matematika dengan Model Kooperatif Tipe Co-op Co-op... 2. Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa... 3. Sikap Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Matematika dengan

Model Kooperatif Tipe Co-op Co-op... 4. Respons Siswa terhadap Pembelajaran Matematika dengan Model Kooperatif Tipe Co-op Co-op...

BAB V PENUTUP... A. Kesimpulan... B. Saran...

DAFTAR PUSTAKA...

LAMPIRAN-LAMPIRAN………..

DAFTAR RIWAYAT HIDUP……….

50 51

51

51

53 53 53

(8)

viii Hanni Pratiwi, 2013

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kriteria Penskoran Kemampuan Pemahaman Konsep...

Tabel 3.2 Klasifikasi Validitas Instrumen ...

Tabel 3.3 Hasil Analisis Validitas Tiap Butir Soal...

Tabel 3.4 Klasifikasi Interpretasi Derajat Reliabilitas...

Tabel 4.2 Output Uji Normalitas Data Pretest...

Tabel 4.3 Output Uji Homogenitas Data Pretest...

Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Data Postest ...

Tabel 4.5 Output Uji Normalitas Data Postest ...

Tabel 4.6 Output t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances

Data Postest………..

Tabel 4.7 Kriteria Indeks Gain ...

Tabel 4.8 Statistik Deskriptif Indeks Gain Ternormalisasi...

Tabel 4.9 Output Uji Normalitas Data Indeks Gain Ternormalisasi...

Tabel 4.10 Output t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances

(9)

Tabel 4.14 Data Hasil Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pada

Pertemuan Kedua...

Tabel 4.15 Data Hasil Lembar Observasi Aktivitas Guru Pada

Pertemuan Ketiga...

Tabel 4.16 Data Hasil Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pada

Pertemuan Ketiga...

Tabel 4.17 Data Hasil Lembar Observasi Aktivitas Guru Pada

Pertemuan Keempat...

Tabel 4.18 Data Hasil Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pada

Pertemuan Keempat...

Tabel 4.19 Daftar Presentase Respons Siswa Pada Jurnal Harian Siswa..

Tabel 4.20 Respons Siswa Terhadap Mata Pelajaran Matematika...

Tabel 4.21 Respons Siswa Terhadap Proses Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Co-op Co-op ...

Tabel 4.22 Respons Siswa Terhadap Soal-soal Pemahaman Konsep…... 41

42

43

43

44

45

46

47

(10)

x Hanni Pratiwi, 2013

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Guru Membimbing Kelompok yang Menghadapi Kesulitan

dalam Mengerjakan LKS……… Gambar 4.2 Pada Sesi Membagi Topik Tim menjadi Topik Kecil…...

Gambar 4.3 Pada Saat Sesi Pertanyaan………...

Gambar 4.4 Pada saat Presentasi Tim………... 52

52

52

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

A. PERANGKAT PEMBELAJARAN………

A.1 MIND MAP………... A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen……..… A.3 Lembar Kerja Kelompok Kelas Eksperimen…... A.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol……… A.5 Lembar Kerja Kelompok Kelas Kontrol……….

B. INSTRUMEN PENELITIAN………...

B.1 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemahaman Konsep……... B.2 Soal Pretest... B.10 Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa dengan Model Kooperatif Tipe Co-op Co-op Pertemuan-1...

B.11 Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa dengan Model Kooperatif Tipe Co-op Co-op Pertemuan-2...

B.12 Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa dengan Model Kooperatif Tipe Co-op Co-op Pertemuan-3...

B.13 Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa dengan Model Kooperatif Tipe Co-op Co-op Pertemuan-4...

C. UJI COBA INSTRUMEN……….

C.1 Data Hasil Uji Coba Instrumen... C.2 Analisis Validitas Instrumen... C.3 Analisis Reliabilitas Instrumen... C.4 Analisis Daya Pembeda Instrumen... C.5 Analisis Tingkat Kesukaran Instrumen... C.6 Rekap Hasil Uji Coba Instrumen...

D. DATA HASIL PENELITIAN……….

(12)

xii Hanni Pratiwi, 2013

E. ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN………..

E.1 Tampilan SPSS 17.0 Analisis Data Hasil Pretest... E.2 Tampilan SPSS 17.0 dan Microsoft Office Excel 2007 Analisis

Data Hasil Posttest... E.3 Tampilan SPSS 17.0 dan Microsoft Office Excel 2007 Analisis Data Indeks Gain... E.4 Analisis Data Hasil Angket... E.5 Angket Skala Sikap Siswa dan Penafsirannya...

F. CONTOH DOKUMENTASI HASIL PENELITIAN...………..

F.1 LKS 1 Kelompok Eksperimen... F.10 Postest Kelompok Kontrol... F.11 Angket Siswa... F.12 Jurnal Harian Siswa Pertemuan Ke 1&2... F.13 Jurnal Harian Siswa Pertemuan Ke 3&4... F.14 Lembar Observasi Pertemuan Ke-1... F.15 Lembar Observasi Pertemuan Ke-2... F.16 Lembar Observasi Pertemuan Ke-3... F.17 Lembar Observasi Pertemuan Ke-4...

G. SURAT IZIN PENELITIAN... G.1 Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian...

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kualitas pendidikan di Indonesia sampai saat ini merupakan suatu

permasalahan yang mendasar dan membutuhkan perhatian dari semua pihak.

Salah satu upaya dari pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan, yaitu

dengan adanya penerapan kurikulum 1994 yang kemudian terus berkembang dan

diperbaiki hingga sekarang menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP). Khusus mengenai pembelajaran matematika, pada KTSP dijelaskan

bahwa pembelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan, diantaranya yaitu:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat

dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan

gagasan dan pertanyaan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi

yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain

untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika

serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Lima tujuan pembelajaran matematika yang tercantum pada buku

pendoman KTSP adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia

(14)

2

Hanni Pratiwi, 2013

Matematika sebagai bagian kurikulum memegang peranan yang sangat

penting dalam meningkatkan kualitas lulusan yang mampu berpikir secara logis,

rasional, kritis, dan sistematis untuk menyelesaikan persoalan dalam ilmu

pengetahuan lain dan untuk menyelesaikan persoalan dalam kehidupan

sehari-hari. Selain itu, mutu pendidikan di Indonesia terutama dalam mata pelajaran

matematika masih rendah. Menurut Firdaus (Wulandari, 2011: 6) Data UNESCO

menunjukkan bahwa peringkat matematika Indonesia berada di deretan 34 dari 38

negara. Sejauh ini, Indonesia masih belum mampu lepas dari deretan penghuni

papan bawah. Hasil tes Trends in International Mathemetics and Sciences Study

(TIMSS) tahun 2003 menunjukkan bahwa kemampuan matematika anak kelas dua

Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Indonesia berada di peringkat ke-35 dari 46

negara.

Keberhasilan proses belajar mengajar pada pembelajaran matematika

dapat diukur dari keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan tersebut.

Keberhasilan itu dapat dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan materi serta

prestasi belajar siswa. “Semakin tinggi pemahaman dan penguasaan materi serta

prestasi belajar maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran.

Namun dalam kenyataannya dapat dilihat bahwa prestasi belajar matematika yang

dicapai siswa masih rendah” Kusnandar (Wulandari, 2011). Berkaitan dengan

masalah tersebut, pada pembelajaran matematika juga ditemukan keragaman

masalah sebagai berikut: (1) keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran masih

belum nampak, (2) para siswa jarang mengajukan pertanyaan, walaupun guru

sering meminta agar siswa bertanya jika ada hal-hal yang belum jelas, atau kurang

paham, (3) keaktifan dalam mengerjakan soal-soal latihan dalam proses

pembelajaran juga masih kurang, (4) kurangnya keberanian siswa dalam

mengerjakan soal di depan kelas. Hal ini mengambarkan efektifitas belajar

mengajar dalam kelas masih rendah.

Menurut Kurniati (2010: 3) “tinggi rendahnya prestasi belajar siswa antara

lain tergantung pada seberapa jauh ia mampu menemukan dan menyelesaikan

(15)

3

Selain itu prestasi belajar siswa dalam pelajaran matematika antara lain ditentukan

oleh kemampuan memahami dan menguasai materi pelajaran yang diberikan,

sehingga dalam menyelesaikan soal-soal matematika dalam bentuk tugas atau tes

yang diberikan guru dalam pembelajaran di sekolah, siswa dapat menyelesaikan

dengan baik.

Menurut Zubaedah (2008) dalam penelitian tindakan kelas di SMP,

mengatakan “rendahnya nilai siswa pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar

dapat menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman siswa terhadap konsep

tersebut masih rendah”. Kemampuan siswa dalam memahami suatu materi

tergolong rendah sehingga bila tidak ditindak lanjuti dapat mempengaruhi hasil

belajar matematika siswa.

Dari data diatas, kemampuan pemahaman konsep siswa sangat berperan

penting dalam prestasi belajar siswa. Oleh karena itu sudah saatnya guru

matematika mengubah model pengajaran matematika di kelas untuk dapat

meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa.

Banyak sekali model pembelajaran yang berkembang saat ini. Dan

diharapkan model yang berkembang saat ini bisa meningkatkan kemampuan

pemahaman konsep siswa. Diantara berbagai macam tipe-tipe pembelajaran yang

berkembang pada saat ini, tipe-tipe yang berkembang dari model pembelajaran

kooperatif merupakan pembelajaran yang sangat relevan untuk meningkatkan

kemampuan pemahaman konsep siswa. Karena dalam model pembelajaran

kooperatif siswa dituntut untuk aktif dalam proses mengemukakan gagasan

matematis kepada teman sekelompok, teman sekelas maupun kepada guru.

Model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op merupakan salah satu

metode yang dikembangkan dari model pembelajaran kooperatif. Dalam tipe

Co-op Co-Co-op ini, setiap siswa mempunyai peran yang sangat penting dalam

kelompoknya. Di dalam tipe ini setiap siswa dalam kelompok memiliki

permasalahan atau materi yang berbeda, setiap siswa harus bisa menjelaskan dan

menjawab materi yang menjadi tanggungjawabnya dengan baik kepada

teman-temannya, sehingga siswa banyak dilatih untuk memahami konsep matematika

(16)

4

Hanni Pratiwi, 2013

Lalu dalam tipe ini pula, setiap kelompok diharuskan untuk

mempresentasikan hasil diskusinya dalam kelompok kepada kelas. Karena materi

atau permasalahan di setiap kelompok berbeda, maka setiap kelompok dituntut

pula untuk menjelaskan dan mengemukakan materi yang menjadi tanggung

jawabnya dengan baik. Karena dalam tipe Co-op Co-op ini setiap siswa terus

dilatih untuk memahami konsep matematika. Dengan demikian, pembelajaran

dengan menggunakan tipe Co-op Co-op diharapkan dapat memberikan pengaruh

kepada peningkatan Kemampuan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran

matematika.

Dengan melihat asumsi di atas, peneliti ingin mencoba melihat sejauh

mana pengaruh tipe Co-op Co-op terhadap peningkatan Kemampuan pemahaman

konsep siswa dalam pembelajaran matematika. Yang dituangkan dalam judul “Pengaruh Penerapan Model Kooperatif tipe Co-op Co-op dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa SMP”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,

maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Apakah terdapat

Pengaruh Penerapan Model Kooperatif tipe Co-op Co-op dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa SMP?”. Rumusan masalah yang bersifat umum tersebut dapat dijabarkan menjadi

beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah kemampuan pemahaman konsep siswa yang mengikuti pembelajaran

matematika dengan model Kooperatif tipe Co-op Co-op lebih baik

dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan

model pembelajaran Konvensional?

2. Bagaimanakah sikap dan respons siswa terhadap penerapan pembelajaran

(17)

5

C. TUJUAN PENELITIAN

Secara umum yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

peningkatan prestasi belajar siswa. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini

adalah:

1. Mengetahui apakah kemampuan pemahaman konsep siswa yang mengikuti

pembelajaran matematika dengan model Kooperatif tipe Co-op Co-op lebih

baik dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran matematika

menggunakan model pembelajaran Konvensional.

2. Mengetahui bagaimana sikap dan respons siswa terhadap penerapan

pembelajaran matematika dengan menggunakan model Kooperatif tipe Co-op

Co-op.

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

kemajuan pembelajaran matematika di masa yang akan datang. Secara rinci

manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi siswa, dapat meningkatkan kompetensi strategis dalam pembelajaran

matematika.

2. Bagi guru, dapat memberikan wawasan tentang model Kooperatif tipe Co-op

Co-op dalam pembelajaran matematika.

3. Bagi peneliti, dapat melihat adanya pengaruh pembelajaran matematika

dengan menggunakan model Kooperatif tipe Co-op Co-op terhadap

peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa SMP.

4. Bagi peneliti lainya, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau

referensi untuk mengkaji lebih mendalam lagi berkenaan dengan

meningkatkan kompetensi matematika yang lainnya atau pada jenjang

pendidikan yang berbeda dengan menggunakan model Kooperatif tipe Co-op

(18)

6

Hanni Pratiwi, 2013

E. DEFINISI OPERASIONAL

Agar tidak terjadi pemahaman yang berbeda mengenai istilah yang

digunakan, maka beberapa istilah perlu didefinisikan secara operasional.

Istilah-istilah tersebut adalah:

1. Kemampuan Pemahaman Konsep adalah kesanggupan atau kecakapan siswa

dalam menyelesaikan soal-soal yang menurut indikator pemahaman konsep.

2. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

menuntut siswa untuk belajar secara aktif di dalam suatu kelompok heterogen

secara kolaboratif, bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama

yaitu hasil belajar yang memuaskan. Model pembelajaran ini

menumbuhkembangkan sikap bertanggungjawab dan kerja sama dari setiap

anggota kelompok dalam suatu kekeluargaan. Model pembelajaran koperatif

tipe Co-op Co-op berorientasi pada tugas pembelajaran yang “multifaset”,

kompleks dan siswa mengendalikan apa dan bagaimana mempelajari bahan

yang ditugaskan kepada mereka. Siswa dalam suatu tim menyusun proyek

yang dapat membantu tim lain. Setiap siswa mempunyai topik mini yang

harus diselesaikan , dan setiap tim memberikan kontribusi yang menunjang

tercapainya tujuan kelas.

3. Model pembelajaran konvesional adalah pembelajaran klasikal atau yang

disebut juga pembelajaran tradisional. Pembelajaran klasikal adalah kegiatan

penyampaian pelajaran kepada sejumlah siswa, yang biasanya dilakukan

(19)

14

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen,

karena penelitian ini akan melihat hasil penerapan model pembelajaran

pencapaian kemampuan pemahaman konsep dalam pembelajaran matematika

terhadap suatu kelompok dalam kondisi kontrol. Akan tetapi karena pengambilan

sampel tidak dilakukan secara acak siswa maka penelitian yang dilakukan dapat

dikatakan sebagai penelitian kuasi eksperimen (Ruseffendi, 2005: 35).

Desain dalam penelitian ini berbentuk “Pretest-Posttest Control Group

Design” atau desain kelompok kontrol pretest-posttest yang melibatkan dua

kelompok atau dua kelas. Kelas pertama adalah kelompok eksperimen dan kelas

kedua adalah kelompok kontrol. Pemilihan kelas dilakukan secara acak kelas

terhadap kelas-kelas yang sudah ada. Hal tersebut dilakukan karena peneliti tidak

mungkin memilih siswa untuk membentuk kelas baru. Kelompok eksperimen

diberikan perlakuan dengan model kooperatif tipe co-op co-op, sedangkan

kelompok kontrol diberikan perlakuan dengan model konvensional.

Desain pada penelitian ini disusun dengan memperlihatkan hal-hal sebagai

berikut:

1. Digunakan dua kelompok siswa yang berbeda yaitu kelompok pertama

(eksperimen) dan kelompok kedua (kontrol).

2. Kedua kelompok diberikan tes awal (pretest)dan tes akhir (postest).

Dengan memperlihatkan hal-hal tersebut di atas, maka desain dari

penelitian ini menggunakan desain dari Ruseffendi (2005: 50), yaitu:

(20)

15

Hanni Pratiwi, 2013 Keterangan:

A = Menunjukkan pengelompokan subjek penelitian secara acak kelas

X = Pembelajaran dengan model kooperatif tipe Co-op Co-op O = Tes awal (Pretest) dan tes akhir (Posttest)

B. Populasi dan Sampel

Menurut (Arikunto, 2006: 130) “Populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian”. Berdasarkan pernyataan tersebut yang menjadi populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII salah satu SMP Negeri di Lembang

yang memiliki NPSN 20206097 dan beralamatkan di jalan raya lembang no 29.

Menurut (Arikunto, 2006: 131) “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang

diteliti”. Dengan kata lain sampel merupakan bagian dari populasi yang akan

diteliti dan dianggap menggambarkan populasinya. Dari keseluruhan kelas VIII

dipilih dua kelas untuk menjadi sampel. Pemilihan sampel ini menggunakan cara

acak kelas, yaitu dengan mengambil dua kelas secara acak dari keseluruhan kelas

VIII yang ada pada SMP tersebut. Satu kelas dijadikan kelompok eksperimen dan

satu kelas lagi sebagai kelompok kontrol.

Pada kelompok eksperimen akan diadakan pembelajaran dengan model

kooperatif tipe co-op co-op. Sedangkan, pada kelompok kontrol menggunakan

pembelajaran konvensional. Kelompok eksperimen dan kontrol akan diberikan tes

awal berupa pretest dan tes akhir berupa postest untuk mengetahui kemampuan

pemahaman konsep siswa.

C. Bahan Ajar

Menurut Winkel (Khairunnisa, 2010: 21) “Bahan ajar adalah materi

pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan instruksional pembelajaran.

Bahan ajar dapat berupa naskah, persoalan, gambar, isi audiocassette, isi

videocassette, dan sebagainya”.

Bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lembar Kegiatan

Siswa (LKS), alat peraga, dan buku paket matematika. LKS dikembangkan

berdasarkan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang hendak

(21)

16

kelompok kontrol, sehingga disesuaikan dengan model pembelajarannya dalam

tiap-tiap kelompok, dalam hal ini kelompok eksperimen menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe co-op co-op dan kelompok kontrol menggunakan

model pembelajaran konvensional, dalam hal ini pengerjaan LKS pada kelompok

kontrol dengan berdiskusi antara teman sebangku.

Selain LKS, tentunya dalam persiapan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar)

terdapat perangkat pembelajaran berupa RPP (Rencana Pelaksaan Pembelajaran).

Dalam penelitian ini RPP yang disusun mengenai pokok bahasan bangun ruang

sisi datar, dengan sub pokok bahasan Prisma. Dari sub pokok bahasan Prisma

tersebut, dibuat empat buah RPP untuk kelompok eksperimen dan empat buah

RPP untuk kelompok kontrol. Sehingga, pada penelitian ini terdapat delapan buah

RPP.

Bahan ajar dan perangkat pembelajaran yang akan digunakan pada

penelitian, sebelumnya telah dikonsultasikan terlebih dahulu pada dosen

pembimbing serta guru kelas VIII salah satu SMP Negeri di Lembang yang

dijadikan tempat penelitian.

D. Instrumen Penelitian

Data yang akan diperoleh dalam penelitian ini berasal dari instrumen tes

dan instrumen non-tes. Instrumen tes berupa tes kemampuan pemahaman konsep,

sedangkan instrumen non-tes berupa angket, lembar observasi, dan jurnal harian.

1. Instrumen Tes

Indrakusumah (Suherman, 2003: 65) menyatakan bahwa “Tes adalah suatu

alat atau prosedur yang sistematik dan obyektif untuk memperoleh data atau

keterangan tentang seseorang dengan cara yang cepat dan tepat”. Tes yang

digunakan dalam penelitian ini ditujukan untuk mengumpulkan data mengenai

kemampuan pemahaman konsep siswa, khususnya pada konsep bangun ruang

prisma. Dalam instrumen tes ini, soal yang akan digunakan merupakan soal

bentuk essay. Karena menurut (Suherman, 2003: 77) “Dalam menjawab soal

essay, siswa dituntut untuk menjawabnya secara rinci, maka proses berpikir,

(22)

17

Hanni Pratiwi, 2013

evaluasi dapat dihindari karena tidak adanya sistem tebakan atau

untung-untungan. Hasil evaluasi lebih dapat mencerminkan kemampuan siswa

sebenarnya.

Mengacu pada desain penelitian, tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu

pretest dan postest. Pretest diberikan untuk mengukur kemampuan awal

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, sedangkan postest diberikan untuk

mengukur peningkatan kemampuan pemahaman konsep pada kedua kelompok

tersebut.

Namun sebelum penelitian dilakukan, terlebih dahulu instrumen

diujicobakan kepada siswa di luar sampel yang telah memperoleh materi yang

akan digunakan dalam penelitian. Pada kesempatan ini, instrumen diujicobakan

pada siswa kelas VIII SMP Negeri 26 Bandung. Hal ini dilakukan agar dapat

terukur ketepatan (validitas) dan keajegan (reliabilitas) dari instrumen tersebut.

Sebelumnya, instrumen yang akan diuji dikonsultasikan terlebih dahulu kepada

dosen pembimbing. Data hasil uji coba kemudian dianalisis, untuk mengetahui

validitas dan reliabilitas instrumen. Selain itu juga untuk mengetahui indeks

kesukaran dan daya pembeda setiap butir soal. Untuk menganalisis instrumen

tersebut, dalam perhitungannya digunakan bantuan softwareAnatesV4.

Adapun kriteria penilaian atau penskoran kemampuan pemahaman konsep

yang akan digunakan menurut Abrahaman (Zubaedah, 2008: 38)

mengelompokkan kemampuan pemahaman konsep siswa dalam kategori Tidak

Paham (TP), Miskonsepsi (M), Miskonsepsi Sebagian (MS), Paham Sebagian

(PS), Paham Seluruhnya (P), sebagaimana disajikan pada Tabel 3.1 dibawah ini.

Tabel 3.1

Kriteria Penskoran Kemampuan Pemahaman Konsep Tingkat

Pemahaman Kriteria Skor

Tidak paham

1. Jawaban kosong 2. Mengulang pertanyaan

3. Jawaban tidak relevan atau tidak jelas

4. Tidak memberikan penjelasan untuk jawaban yang dipilih

(23)

18

Pemahaman Kriteria Skor

Miskonsepsi Jawaban mengandung kesalahan konsep yang mendasar tentang konsep yang dipelajari. 1

Miskonsepsi Sebagian

Jawaban memberikan sebagian informasi yang benar tetapi juga menunjukkan adanya kesalahan konsep dalam menjelaskan.

2

Paham Sebagian

Jawaban sebagian besar benar dan mengandung paling sedikit satu konsep secara ilmiah tetapi tidak seluruh konsep dan tidak mengandung kesalahan konsep.

3

Paham Seluruhnya

Jawaban benar dan lengkap mengandung seluruh bagian konsep yang diterima secara ilmiah. 4

a. Uji Validitas Butir Soal

Suatu alat evaluasi disebut valid (absah atau sahih) apabila alat tersebut

mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi (Suherman, 2003: 102).

Cara menentukan tingkat (indeks) validitas adalah dengan menghitung koefisien

korelasi antara alat evaluasi yang akan diketahui validitasnya dengan alat ukur

lain yang telah dilaksanakan dan diasumsikan telah memiliki validitas yang tinggi

sehingga hasil evaluasi yang digunakan sebagai kriteria itu telah mencerminkan

kemampuan siswa sebenarnya. Makin tinggi koefisien korelasinya makin tinggi

pula validitas alat ukur tadi.

Untuk mencari koefisien validitas tes uraian bisa menggunakan rumus

korelasi produk moment memakai angka kasar (raw score) (Suherman, 2003:

120) yaitu:

Keterangan: rxy Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

n = Banyak subjek

X = Nilai rata-rata harian tes matematika

Y = Nilai hasil tes yang akan dicari koefisien validitasnya

Klasifikasi untuk menginterpretasikan besarnya koefisien validitas

(24)

19

Nilai rxy Interpretasi

0,90 ≤ rxy< 1,00 Validitas sangat tinggi (sangat baik)

0,70 ≤ rxy< 0,90 Validitas tinggi (baik)

0,40 ≤ rxy< 0,70 Validitas sedang (cukup)

0,20 ≤ rxy< 0,40 Validitas rendah (kurang)

0,00 ≤ rxy< 0,20 Validitas sangat rendah

rxy< 0,00 Tidak valid

Berdasarkan perhitungan dan interpretasi dari kategori-kategori di atas,

diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3.3

Hasil Analisis Validitas Tiap Butir Soal

Nomor Soal Koefisien Korelasi ( ) Interpretasi 1 0,199 Validitas sangat rendah 2 0,546 Validitas sedang 3 0,780 Validitas tinggi 4 0,028 Validitas sangat rendah 5 0,829 Validitas tinggi 6 0,354 Validitas rendah 7 0,670 Validitas sedang 8 0,784 Validitas tinggi

Hasil analisis perhitungan validitas setiap butir soal instrumen tes

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2 halaman 142.

b. Reliabilitas Butir Soal

“Reliabilitas instrumen atau alat evaluasi adalah ketepatan alat evaluasi dalam mengukur atau ketetapan siswa dalam menjawab alat evaluasi itu”

(Ruseffendi, 2005: 158). Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien

reliabilitas bentuk uraian dikenal dengan rumus Alpha seperti di bawah ini:

Keterangan : n = banyak butir soal

si2= jumlah varians skor setiap item

(25)

20

SM I X X

DP A B

Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi

dapat digunakan tolak ukur yang dibuat oleh J. P. Guilford (Suherman, 2003:

139).

Tabel 3.4

Klasifikasi Interpretasi Derajat Reliabilitas

Nilai r11 Interpretasi

r11≤ 0,20 Derajat reliabilitas sangat rendah

0,20 ≤ r11< 0,40 Derajat reliabilitas rendah

0,40 ≤ r11< 0,70 Derajat reliabilitas sedang

0,70 ≤ r11< 0,90 Derajat reliabilitas tinggi

0,90 ≤ r11≤ 1,00 Derajat reliabilitas sangat tinggi

Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas, diperoleh nilai koefisien

reliabilitas sebesar 0,64 dengan interpretasi derajat reliabilitas sedang. Adapun

perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.3 halaman 143.

c. Daya Pembeda Butir Soal

Daya Pembeda (DP) dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh

kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara testi yang mengetahui

jawabannya dengan benar dengan testi yang tidak dapat menjawab soal tersebut

(Suherman, 2003: 159). Dengan kata lain, daya pembeda sebuah butir soal adalah

kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara testi (siswa) yang pandai atau

berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.

Untuk menentukan daya pembeda tiap butir soal digunakan rumus sebagai

berikut (Suherman, 2003: 146):

Keterangan : DP = Daya pembeda

= Rata-rata siswa pada kelompok atas

= Rata-rata siswa pada kelompok bawah

SMI = Skor Maksimum Ideal tiap butir soal

Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang banyak digunakan

(26)

21

Hanni Pratiwi, 2013

SM I X IK i

Tabel 3.5

Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda

Nilai DP Interpretasi

DP ≤ 0,00 Sangat jelek

0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik

0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik

Berdasarkan perhitungan dan interpretasi dari kategori-kategori di atas,

diperoleh hasil berikut:

Tabel 3.6

Daya Pembeda Tiap Butir Soal

Nomor Soal Daya Pembeda Interpretasi 1 0,09 Jelek

2 0,45 Baik

3 0,41 Baik

4 0,04 Jelek 5 0,27 Cukup 6 0,13 Jelek

7 0,54 Baik

8 0,72 Sangat baik

Hasil perhitungan daya pembeda setiap butir soal instrumen tes,

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.4 halaman 144.

d. Indeks kesukaran

Derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang

disebut Indeks Kesukaran. Rumus untuk menentukan indeks kesukaran butir soal

(Suherman, 2003: 170) adalah:

Keterangan:

IK : Indeks kesukaran

i

X : Rata-rata skor jawaban soal ke-i

SMI : Skor maksimal ideal soal ke-i

Klasifikasi indeks kesukaran yang paling banyak digunakan (Suherman,

(27)

22

Tabel 3.7

Klasifikasi Interpretasi Indeks Kesukaran

Nilai IK Interpretasi IK = 0,00 Soal terlalu sukar

0,00 < IK ≤ 0,30 Soal sukar

0,30 < IK ≤ 0,70 Soal sedang 0,70 < IK < 1,00 Soal mudah

IK = 1,00 Soal terlalu mudah

Berdasarkan perhitungan dan interpretasi dari kategori-kategori di atas,

diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3.8

Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal

Nomor Soal Indeks Kesukaran Interpretasi 1 0,47 Soal sedang 2 0,68 Soal sedang 3 0,66 Soal sedang 4 0,72 Soal mudah 5 0,59 Soal sedang 6 0,29 Soal sukar 7 0,68 Soal sedang 8 0,47 Soal sedang

Adapun penjelasan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.5 halaman 145.

2. Instrumen Non-Tes a. Lembar observasi

Lembar observasi merupakan lembar pengamatan siswa, guru dan proses

pembelajaran berlangsung. Manfaat dari lembar observasi adalah mengetahui

hal-hal yang tidak dapat diamati oleh peneliti dalam pelaksanaan evaluasi. Lembar

observasi diisi oleh observer ketika pembelajaran berlangsung.

b. Jurnal harian

Jurnal adalah karangan yang dibuat siswa sesudah selesai pembelajaran,

isinya berkenaan dengan pembelajaran yang berupa kesan, pesan atau inspirasinya

(28)

23

Hanni Pratiwi, 2013

c. Angket

Angket adalah daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh

siswa untuk mengetahui sikap dan respons siswa terhadap pembelajaran yang

diterapkan.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap sebagai

berikut.

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang dilakukan, yaitu:

a. Melakukan observasi ke sekolah,

b. Menyusun proposal penelitian,

c. Seminar proposal,

d. Melakukan perizinan penelitian,

e. Menyusun rencana pembelajaran dan instrumen penelitian,

f. Mengonsultasikan rencana pembelajaran dan instrumen penelitian kepada

dosen pembimbing,

g. Judgement rencana pembelajaran dan instrumen penelitian dengan dosen

pembimbing,

h. Melakukan uji coba intrumen tes,

i. Menganalisis dan merevisi hasil uji coba instrumen tes.

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah melakukan persiapan maka dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan,

yaitu:

a. Pada tahap pelaksanaan langkah pertama adalah memberikan pretest kepada

siswa pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol,

b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada kedua kelompok,

c. Meminta observer melakukan observasi ketika proses pembelajaran

berlangsung di kelompok eksperimen,

d. Memberikan jurnal harian setelah selesai pembelajaran di kelompok

(29)

24

e. Memberikan postest kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,

f. Memberikan angket kepada siswa di kelompok eksperimen.

3. Tahap Akhir

Tahap akhir yang dilakukan, yaitu:

a. Melakukan pengolahan dan analisis data kuantitatif terhadap hasil tes

kemampuan pemahaman konsep siswa,

b. Melakukan pengolahan dan analisis data kualitatif terhadap lembar observasi,

jurnal harian, dan angket,

c. Mengambil kesimpulan terhadap hasil analisis data yang telah dilakukan,

d. Memberikan saran-saran terhadap aspek-aspek penelitian yang kurang.

F. Teknik Analisis Data

Setelah data di lapangan diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah

melakukan seleksi data untuk kemudian diolah dan dianalisis. Data yang diperoleh

dari lapangan, peneliti kategorikan ke dalam dua kategori, yaitu data yang bersifat

kuantitatif dan data yang bersifat kualitatif. Data kuantitatif berupa data hasil tes

kemampuan pemahaman konsep siswa pada dua kelompok sampel, yaitu

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pengolahan data kuantitatif

menggunakan bantuan software SPSS versi 17.0 for Windows dan Microsoft office

excel 2007. Sementara itu, data kualitatif berupa data yang diperoleh dari

pengisian format lembar observasi, jurnal harian, dan angket.

1. Data Kuantitatif

a. Analisis Data Skor Pretest

1) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel yang

dihasilkan berdistribusi normal atau tidak. Dalam mencari normalitas dari

distribusi masing-masing kelompok, maka pengujian dilakukan dengan

menggunakan statistik uji Kolmogorov-Smirnov Z atau Shapiro Wilk.

2) Uji Homogenitas

Jika sampel berdistribusi normal, maka analisis data dilanjutkan dengan uji

(30)

25

Hanni Pratiwi, 2013

yang dihasilkan memiliki varians yang homogen atau tidak. Uji homogenitas ini

dengan menggunakan Lavene’s Test.

3) Uji Perbedaan Rata-rata (Dua Pihak)

Uji perbedaan rata-rata (dua pihak) untuk mengetahui apakah kemampuan

awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama atau tidak. Berikut

diuraikan langkah-langkah uji perbedaan rata-rata:

a) Jika sampel berdistribusi normal dan homogen, maka uji perbedaan rata-rata

data tes dengan menggunakan uji t.

b) Jika sampel berdistribusi normal dan tidak homogen, uji perbedaan rata-rata

data tes dengan menggunakan uji t’.

c) Jika sampel tidak berdistribusi normal, maka dilakukan statistik uji

non-parametrik dengan menggunakan uji Mann-Whitney.

b. Analisis Data Skor Postest

Analisis data skor postest dilakukan untuk menguji hipotesis, jika

kemampuan awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak berbeda

secara signifikan. Dalam menganalisis data skor postest tahapannya hampir sama

dengan menganalisis data skor pretest, hanya saja pada uji kesamaan rata-rata

analisis data skor postest dilakukan dengan uji satu pihak.

1) Uji Normalitas

2) Uji Homogenitas

3) Uji Perbedaan Rata-rata (Satu Pihak)

Uji perbedaan rata (satu pihak) dilakukan untuk melihat apakah

rata-rata kemampuan pemahaman konsep siswa yang memperoleh pembelajaran

matematika dengan model kooperatif tipe co-op co-op lebih baik daripada siswa

yang memperoleh pembelajaran konvensional. Jika salah satu atau kedua data

tidak berdistribusi normal, maka dilakukan statistic uji non-parametik dengan

menggunakan uji Mann-Whitney.

c. Analisis Data Skor Gain Ternormalisasi

Analisis data skor gain ternormalisasi dilakukan untuk menguji hipotesis,

jika kemampuan awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berbeda

(31)

26

Rumus indeks gain menurut Meltzer (Wulandari, 2011: 54) adalah sebagai

berikut:

Kriteria interpretasi indeks gain yang dikemukakan oleh Hake (Wulandari,

2011: 54):

Tabel 3.9 Kriterian Indeks Gain

Indeks gain Kriteria g > 0, 70 Tinggi

0, 30 < g ≤ 0, 70 Sedang

g ≤ 0, 30 Rendah

2. Data Kualitatif

a. Analisis Data Hasil Lembar Observasi

Data hasil observasi diinterpretasikan dalam bentuk kalimat dan

dirangkum untuk membantu menggambarkan suasana pembelajaran yang

dilakukan.

b. Analisis Data Jurnal Siswa

Pengolahan data yang diambil dengan jurnal adalah dengan

mengelompokkan kesan siswa yang memberikan komentar positif, biasa, negatif

dan yang tidak berkomentar.

c. Analisis Data Hasil Angket Siswa

Derajat penilaian siswa terhadap suatu pernyataan dalam angket terbagi ke

dalam empat kategori, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan

Sangat Tidak Setuju (STS). Untuk itu selanjutnya, skala kualitatif tersebut

ditransfer ke dalam skala kuantitatif (Suherman, 2001: 191):

1) Untuk pernyataan yang bersifat positif, jawaban SS diberi skor 5, S diberi

skor 4, TS diberi skor 2 dan STS diberi skor 1.

2) Untuk pernyataan yang bersifat negatif, jawaban SS diberi skor 1, S diberi

skor 2, TS diberi skor 4, dan STS diberi skor 5.

Untuk mengukur data angket digunakan rumus sebagai berikut:

n f

(32)

27

Hanni Pratiwi, 2013 Keterangan:

p = Persentase jawaban

f = Frekuensi jawaban

n = Banyaknya responden

Setelah dianalisis kemudian dilakukan interpretasi dengan menggunakan

kategori persentase sebagai berikut:

Tabel 3.10

Kriteria Persentase Angket

Persentase Jawaban Interpretasi

p = 0 Tak seorang pun

0 < p < 25 Sebagian kecil

25 p< 50 Hampir setengahnya

p = 50 Setengahnya

50 < p < 75 Sebagian besar

75  p < 100 Hampir seluruhnya

(33)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada seluruh tahapan

penelitian yang dilakukan siswa kelas VIII salah satu SMP Negeri di Lembang,

dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Kemampuan pemahaman konsep siswa yang pembelajarannya menggunakan

model kooperatif tipe co-op co-op lebih baik daripada siswa yang mendapat

pembelajaran matematika secara konvensional.

2. Sebagian besar siswa memberikan sikap dan respons yang positif terhadap

penerapan model kooperatif tipe co-op co-op dalam pembelajaran matematika

yang dilaksanakan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka

diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai peningkatan kemampuan

pemahaman konsep siswa, misalnya pada pokok bahasan lain dengan sampel

penelitian yang berbeda.

2. Pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe co-op co-op

membutuhkan waktu yang cukup lama, tidak seperti pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran konvensional. Sehingga, guru harus

memperhitungkan waktu yang dibutuhkan dalam pembelajaran agar target

materi pembelajaran juga tetap tercapai.

3. Penelitian terhadap model kooperatif tipe co-op co-op disarankan untuk

dilanjutkan dengan aspek penelitian yang lain pada kajian yang lebih luas,

(34)

54 Hanni Pratiwi, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Khairunnisa, V. (2010). Perbandingan Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis antara Siswa yang Memperoleh Pembelajaran melalui Model Pemecahan Masalah “DDFK” dengan yang Memperoleh Pembelajaran Konvensional. Bndung: Skripsi UPI. Tidak diterbitkan.

Kurniati. (2010). Analisis terhadap Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa dalam Pokok Bahasan Kesebangunan dan Kekongruenan Melalui Pembelajaran Kooperatif. Bandung: Skripsi UPI. Tidak Diterbitkan.

Muslimah, I. (2007). Pendekatan Induktif-Deduktif dalam Pembelajaran Matematika sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa. Bandung: Skripsi UPI. Tidak Diterbitkan.

Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Nugraha, A. (2010). Penggunaan Metode Co-op Co-op dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP. Bandung: Skripsi UPI. Tidak Diterbitkan.

Rizqi, V. (2010). Penggunaan Pendekatan Kontekstual dengan Gaya Belajar-VAK (Visual-Auditory-Kinestetik) dalam Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematis. Skripsi Jurusan Pendidikan Matemtika FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan

Ruseffendi. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bandung Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito Bandung.

Sapaat, A. (2005). Pembelajaran Dimensi Tiga dengan Pendekatan Keterampilan Metakognitif untuk Mengembangkan Kompetensi Matematik Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan Matemtika FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan

Shadiq, F. (2009). Kemahiran Matematika. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Suherman, E., dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

(35)

Suherman, E. (2003). Asesmen Proses dan Hasil dalam Pembelajaran Matematika. Bandung: Depdiknas.

Wulandari, R.A. (2011). Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dengan Teknik Two Stay-Two Stray (TS-TS) terhadap Kreativitas dan Ketuntasan Belajar Siswa. Bandung: Skripsi UPI. Tidak Diterbitkan.

Gambar

Tabel 4.14 Data Hasil Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pada
Gambar 4.3 Pada Saat Sesi Pertanyaan……………...................................
Tabel 3.1 Kriteria Penskoran Kemampuan Pemahaman Konsep
Tabel 3.2 Klasifikasi Validitas Instrumen
+6

Referensi

Dokumen terkait

Objek pada penelitian ini adalah pembelajaran yang menerapkan model kooperatif tipe think-talk-write untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis dan

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIIA MTs Muhammadiyah 06 Purbalingga melalui pembelajaran Kooperatif

Penelitian berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematika Siswa Kelas VII. C SMP

Berdasarkan uji t , diperoleh nilai sig (2- tailed) &lt; ½ α (0,000 &lt; 0,025) yang menunjukkan adanya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe co-op co-op terhadap

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe co-op co-op dapat meningkatkan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman konsep matematika siswa SMPN 1 Martapura dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Pair Checks berada pada

Dari hasil penelitian yang didapat, maka ditarik kesimpulan yaitu meningkatnya pemahaman kebisaan dalam memahami konsep matematika, sehingga dapat dikatakan bahwa model

Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan adalah tipe Co-op co-op yang dalam penelitian di atas dapat menunjukkan bahwa siswa yang menggunakan